Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota Surabaya sebesar 2.929.528 jiwa namun tidak sebanding dengan luas areal pertanian. Diperkirakan dalam 24 tahun ke depan lahan pertanian Kota Surabaya akan habis dan beralih fungsi (Arifin, 2012). Peralihan ini disebabkan adanya tuntutan perluasan kota, pemenuhan tempat tinggal dan sulitnya mencari air untuk bercocok tanam. Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jatim sampai Mei 2013 berkurang 2,11 persen. Selama ini solusi yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan usaha pertanian adalah dengan hidroponik (Lingga, 1984), tetapi harga larutan nutrisinya relatif mahal bagi para petani, sehingga membuat para petani kurang tertarik untuk melakukannya. Karya tulis ini bertujuan untuk merumuskan konsep penerapan sistem akuaponik skala rumah tangga di Kota Surabaya. Kelebihan sistem ini telah terbukti keberhasilannya di Kota Barbados kepulauan Karibia dan Bangladesh dalam mengurangi ketergantungan akan impor produk pertanian dan pemakaian pestisida (Aquaponics4You, 2014). Berdasarkan kelebihannya, maka penerapan sistem akuaponik skala rumah tangga berpotensi dan layak diaplikasikan untuk menyelesaikan permasalahan Kota Surabaya, antara lain ketidakmandirian pemenuhan produk pertanian dan perikanan, kurangnya pendapatan untuk biaya hidup dan tingginya jumlah pengangguran. Penerapan sistem akuaponik skala rumah tangga diharapkan dapat menjadikan Kota Surabaya mandiri dalam memenuhi produk pertanian dan perikanan, meningkatkan income keluarga dan menjadi bentuk usaha baru untuk mengurangi angka pengangguran. Sistem ini akan berlangsung bila didukung oleh pemerintah dan LSM untuk membangkitkan minat masyarakat mencoba melakukannya. Secara spesifik instansi dan organisasi yang dapat berperan dalam pelaksanaan dan pengembangan program ini antara lain Pemkot, Deptan Provinsi, LSM dan kalangan akademisi. Sedangkan pendanaan program ini dapat diperoleh dari program CSR perusahaan, PNPM Mandiri serta KUR sebagai program berkelanjutan. Pada sistem akuaponik skala rumah tangga, sebaiknya jenis ikan yang digunakan adalah ikan mujair atau nila. Kedua jenis ikan tersebut bersifat pemakan tumbuhan (herbivora), sehingga memudahkan dan menguntungkan pemeliharaan, karena murahnya harga pakan dan tingginya minat konsumsi masyarakat. Sedangkan tanaman yang dipadukan sebaiknya dari jenis sawi, bayam dan kangkung. Pada tahap awal, ketiga tanaman tersebut yang diintensifkan, sedangkan kedepannya masih banyak jenis tanaman lainnya yang dapat diaplikasikan secara sistem akuaponik. Pengembangan tersebut memerlukan dukungan penuh dari akademisi dan Badan Litbang Deptan. Sistem akuaponik skala rumah tangga jika diterapkan minimal 1 dari 5 rumah, maka kebutuhan produk pertanian dapat terpenuhi secara mandiri. Jika gagasan ini diterapkan secara massal disetiap perkampungan Kota Surabaya secara konsisten dan berkelanjutan, maka Kota Surabaya akan terbebas dari ketergantungan produk pertanian, bahkan dapat menjadi pemasok produk pertanian ke daerah lain.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
AKUAPONIK SEBAGAI JAWABAN KEMANDIRIAN PERTANIAN DAN
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1Latar Belakang ............................................................................................. 1Tujuan .......................................................................................................... 2Manfaat ........................................................................................................ 2
GAGASAN ......................................................................................................... 3Kondisi Geografis Surabaya ........................................................................ 3Kondisi Tanaman Hortikultura di Surabaya ................................................ 3Kondisi Perikanan di Surabaya .................................................................... 4Konsep Sumber Hara Tanaman pada Sistem Akuaponik ............................ 6Konsep Hidroponik dalam Sistem Akuaponik............................................. 7Konsep Dana Modal Penerapan Sistem Akuaponik .................................... 7Solusi yang Pernah Ditawarkan ................................................................... 8Gagasan Baru yang Ditawarkan................................................................... 8Pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan..................................... 9Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan.................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................ 15
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Sayuran yang dapat dibudidayakan di Kota Surabaya
pada sistem akuaponik ................................................................... 3Tabel 2. Jenis ikan yang direkomendasi pada sistem akuaponik................. 5Tabel 3. Identifikasi pelaksana, sumber dana dan program
penerapan sistem akuaponik .......................................................... 9Tabel 4. Peranan instansi terkait dalam pengembangan sistem
Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota Surabaya sebesar 2.929.528 jiwanamun tidak sebanding dengan luas areal pertanian. Diperkirakan dalam 24 tahunke depan lahan pertanian Kota Surabaya akan habis dan beralih fungsi (Arifin,2012). Peralihan ini disebabkan adanya tuntutan perluasan kota, pemenuhantempat tinggal dan sulitnya mencari air untuk bercocok tanam. Hasil survei BadanPusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jatimsampai Mei 2013 berkurang 2,11 persen. Selama ini solusi yang dilakukanuntuk mempertahankan atau meningkatkan usaha pertanian adalah denganhidroponik (Lingga, 1984), tetapi harga larutan nutrisinya relatif mahal bagi parapetani, sehingga membuat para petani kurang tertarik untuk melakukannya.
Karya tulis ini bertujuan untuk merumuskan konsep penerapan sistemakuaponik skala rumah tangga di Kota Surabaya. Kelebihan sistem ini telahterbukti keberhasilannya di Kota Barbados kepulauan Karibia dan Bangladeshdalam mengurangi ketergantungan akan impor produk pertanian dan pemakaianpestisida (Aquaponics4You, 2014). Berdasarkan kelebihannya, maka penerapansistem akuaponik skala rumah tangga berpotensi dan layak diaplikasikan untukmenyelesaikan permasalahan Kota Surabaya, antara lain ketidakmandirianpemenuhan produk pertanian dan perikanan, kurangnya pendapatan untuk biayahidup dan tingginya jumlah pengangguran. Penerapan sistem akuaponik skalarumah tangga diharapkan dapat menjadikan Kota Surabaya mandiri dalammemenuhi produk pertanian dan perikanan, meningkatkan income keluarga danmenjadi bentuk usaha baru untuk mengurangi angka pengangguran.
Sistem ini akan berlangsung bila didukung oleh pemerintah dan LSMuntuk membangkitkan minat masyarakat mencoba melakukannya. Secara spesifikinstansi dan organisasi yang dapat berperan dalam pelaksanaan danpengembangan program ini antara lain Pemkot, Deptan Provinsi, LSM dankalangan akademisi. Sedangkan pendanaan program ini dapat diperoleh dariprogram CSR perusahaan, PNPM Mandiri serta KUR sebagai programberkelanjutan.
Pada sistem akuaponik skala rumah tangga, sebaiknya jenis ikan yangdigunakan adalah ikan mujair atau nila. Kedua jenis ikan tersebut bersifatpemakan tumbuhan (herbivora), sehingga memudahkan dan menguntungkanpemeliharaan, karena murahnya harga pakan dan tingginya minat konsumsimasyarakat. Sedangkan tanaman yang dipadukan sebaiknya dari jenis sawi,bayam dan kangkung. Pada tahap awal, ketiga tanaman tersebut yangdiintensifkan, sedangkan kedepannya masih banyak jenis tanaman lainnya yangdapat diaplikasikan secara sistem akuaponik. Pengembangan tersebut memerlukandukungan penuh dari akademisi dan Badan Litbang Deptan.
Sistem akuaponik skala rumah tangga jika diterapkan minimal 1 dari 5rumah, maka kebutuhan produk pertanian dapat terpenuhi secara mandiri. Jikagagasan ini diterapkan secara massal disetiap perkampungan Kota Surabayasecara konsisten dan berkelanjutan, maka Kota Surabaya akan terbebas dariketergantungan produk pertanian, bahkan dapat menjadi pemasok produkpertanian ke daerah lain.Kata kunci : akuaponik, pertanian, perikanan, Kota Surabaya
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tahun 2011 menurut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
jumlah penduduk Kota Surabaya sebesar 2.929.528 jiwa (Redaksi Surabaya Pagi,
2011). Laju pertumbuhan penduduk yang cepat harus diiringi oleh pemenuhan
kebutuhan lapangan kerja, pangan dan tempat tinggal yang cukup dan layak.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) luas Kota Surabaya sebesar 326.360 km2
dimana 1.634 ha berupa lahan pertanian yang 60 persennya telah dikuasai
pengembang perumahan (Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2012). Diperkirakan
dalam 24 tahun ke depan lahan pertanian di Surabaya akan habis dan beralih
fungsi (Arifin, 2012).
Alih fungsi lahan pertanian menjadi pertokoan dan perumahan disebabkan
adanya tuntutan perluasan kota, pemenuhan tempat tinggal dan sulitnya para
petani mencari air yang sesuai untuk bercocok tanam (Redaksi Surabaya Kita,
2011). Hal ini memicu para petani di daerah perkotaan beralih ke jenis usaha
lainnya, sehingga menyebabkan penurunan produk pertanian daerah.
Ditinggalkannya usaha pertanian tersebut telah dibuktikan dari hasil survei BPS
yang menunjukkan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jawa Timur (Jatim)
sampai Mei 2013 berkurang 2,11 persen (Panca, 2013). Selama ini belum ada
solusi nyata untuk mempertahankan atau meningkatkan usaha pertanian di
Kota Surabaya. Sistem pertanian yang memungkinkan untuk diaplikasikan di
daerah perkotaan dengan lahan yang sempit adalah hidroponik. Media yang
digunakan pada sistem hidroponik berupa air yang mengandung nutrisi bagi
tanaman (Lingga, 1984). Kelebihan sistem hidroponik dapat dilakukan di lahan
sempit, misalnya teras rumah atau ruangan kosong di dalam rumah. Sedangkan
kekurangannya berupa mahalnya larutan nutrisi, sehingga membuat para petani
kurang tertarik melakukannya.
Berdasarkan permasalahan diatas, solusi yang dapat ditawarkan berupa
penerapan sistem akuaponik, yaitu gabungan sistem hidroponik dan akuakultur
yang saling bersimbiotik (Rakocy et al., 2006., Diver, 2006). Pertanian
menggunakan sistem akuaponik dapat dilakukan di lahan sempit, tanaman tidak
2
perlu disiram dan dipupuk, air kolam tidak perlu diganti, ramah lingkungan dan
bisa dilakukan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagian besar tanaman
hortikultura dapat tumbuh dengan baik pada sistem akuaponik (Diver, 2006).
Sistem akuaponik menghasilkan dua produk, yaitu produk pertanian dan
perikanan. Berdasarkan kelebihannya tersebut maka sistem akuaponik layak
menjadi solusi punahnya lahan pertanian di perkotaan. Selain itu sistem
akuaponik juga dapat mengurangi angka pengangguran dan dapat dijadikan
penghasilan tambahan para ibu rumah tangga, karena sifat dari akuaponik yang
sederhana, praktis dan mudah dilakukan oleh semua kalangan tanpa memerlukan
keahlian khusus. Bila ditinjau dari segi lingkungan, penerapan sistem akuaponik
akan membuat daerah pemukiman perkotaan menjadi lebih hijau dan sejuk.
Berdasarkan beberapa kelebihan inilah yang membuat sistem akuaponik layak
diaplikasikan menjadi sistem pertanian dan perikanan di Kota Surabaya.
Tujuan
Karya tulis ini bertujuan merumuskan konsep pengembangan sistem
akuaponik di Kota Surabaya untuk meningkatkan ketahanan pangan secara
mandiri, menambah penghasilan keluarga dan menurunkan jumlah pengangguran
di Kota Surabaya.
Manfaat
Manfaat karya tulis ini adalah menambah pengetahuan dan menggugah
Pemerintah Kota dan masyarakat Surabaya untuk menerapkan sistem akuaponik
sebagai jawaban kemandirian pangan, peningkatan pendapatan keluarga dan
bentuk usaha baru yang potensial.
3
GAGASAN
Kondisi Geografis Surabaya
Menurut Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), Surabaya berada
diantara 7° 9' - 7° 21' Lintang Selatan dan 112° 36' - 112° 54' Bujur Timur,
sehingga beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 172 mm. Surabaya
merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 - 6 m dpl pada kemiringan < 3 %
dan perbukitan landai dengan ketinggian 25 - 50 m dpl pada kemiringan 5 - 15 %
sehingga kelembapan udara sekitar 42 - 96 % dan suhu berkisar 25 - 30° C
(Badan Lingkungan Hidup, 2011).
Kondisi Tanaman Hortikultura di Surabaya
Kebutuhan sayuran tidak sebanding dengan produktivitas yang dihasilkan
oleh petani. Selama ini pemenuhan kebutuhan produk hortikultura didapatkan dari
Kabupaten Mojokerto dan Malang. Jika daerah tersebut gagal panen maka terjadi
kelangkaan sayuran, sehingga harganya meroket. Jika ditinjau dari kondisi
geografis Surabaya maka tanaman yang dapat dibudidayakan antara lain sawi,
kangkung dan bayam. Persyaratan hidup masing-masing tanaman ditunjukkan
pada tabel 1.
Tabel 1. Sayuran yang dapat dibudidayakan di Kota Surabaya pada sistem