PINKEYE STREPTOCOCCOSIS STAPHYLOCOCCOSIS Drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc. Drh. Hembang MP
PINKEYE STREPTOCOCCOSIS
STAPHYLOCOCCOSIS
Drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc.Drh. Hembang MP
PINKEYE Disebut juga infectious keratoconjungtivitis
atau infectious opthalmia Menyerang sapi, domba, kambing, dan domba
dicirikan oleh blefarospasmus, konjungtivitis, lakrimasi, dan berbagai tingkat kekeruhan dan ulserasi kornea
Infectious bovine keratoconjungtivitis (IBK: ‘pinkeye’) adalah penyakit mata yang paling umum diamati pada sapi di seluruh dunia
Bakteri batang, Gram negatif: Moraxella bovis adalah organisma yang paling sering ditemukan pada IBK
Moraxella bovis memiliki 7 serotipe
Infectious bovine rhinotracheitis (IBR) dapat dikacaukan dengan IBK. Namun, IBR menyebabkan konjungtivitis tetapi sedikit atau bahkan tidak ada peradangan kornea (keratitis) maupun ulserasi kornea
Mycoplasma spp dapat juga menyebabkan konjungtivitis, baik sendiri atau bersamaan dengan Moraxella bovis
Pada domba dan kambing, konjungtivitis ataupun keratokonjungtivitis dihubungkan dengan infeksi Chlamydophila psittaci dan C pecorum
Dapat juga disebabkan oleh Mycoplasma conjungtivae, dan Moraxella ovis
Pada kambing, infeksi oleh Mycoplasma paling sering terjadi
Oleh karena adanya kemungkinan risiko zoonosis maka seseorang harus menggunakan sarung tangan saat mengobati hewan terinfeksi pinkeye
GEJALA KLINIS Penyakit biasanya akut dan cenderung
menyebar secara cepat. Salah satu atau kedua mata bisa terinfeksi Lalat muka, radiasi UV dari matahari yang
tajam, lingkungan kering dan berdebu, stress transportasi merupakn faktor2 risiko yang berkontribusi terhadap pinkeye
Pada banyak species, hewan muda adalah yang terbanyak terinfeksi tetapi semua umur hewan peka
Gejala klinis paling awal adalah fotopobia, blefarospasmus, dan epifora
Selanjutnya cairan mata menjadi mukopurulen. Konjungtivitis dengan berbagai tingkat keratitis hampir selalu terjadi.
Pada domba dan kambing, dapat terjadi polyarthritis
Pada kambing, infeksi ambing dan uterus dapat saja terjadi bersamaan dengan keratokonjungtivitis
Nafsu makan hilang dikarenakan ketidaknyamanan pada mata ataupun kehilangan kemampuan mata untuk menemukan makanan
Gejala klinis dapat berlangsung selama beberapa hari hingga minggu
Sebagaian besar ulserasi kornea pada sapi penderita IBK dapat sembuh tanpa kehilangan daya penglihatan
Namun, ruptur kornea dan kebutaan permanen dapat terjadi pada infeksi/kasus yang berat
Stadium lanjut
Stadium awal
PENCEGAHAN DAN TREATMENT Terapkan praktik manajemen yang baik Pemisahan hewan sakit dari yang sehat Radiasi UV dari sinar matahari dapat memperparah
penyakit. Oleh karena itu hewan sakit harus diisolasi dari sinar matahari langsung
Aplikasikan insektisida untuk mengurangi populasi lalat wajah (Musca autumnalis), vektor penting bagi M bovis
Vaksin atau bakterin M bovis tersedia untuk mencegah infeksi pinkeye pada sapi; diberikan sebelum musim lalat atau diberikan 6-8 minggu sebelum perkiraan datangnya wabah IBK agar menyediakan cukup waktu bagi pembentukan imunitas
M bovis peka terhadap berbagai antibiotika Injeksi penicillin langsung ke dalam konjungtiva
(harus dilakukan secara hati-hati) Injeksi Oxytetracycline LA (2 injeksi dengan dosis
20 mg/kg BB, IM atau SC dengan interval 48 – 72 jam) atau sekali injeksi dengan tulathromycin 2,5 mg/kg BB
Pada domba dan kambing, dimana infeksi chlamydophila dan mycoplasma dominan, direkomendasi pengobatan topikal dengan salep tetracycline, oxytetracycline / polymyxin B, atau erythromycin
Pengobatan topikal tsb diterapkan 3-4 kali sehari
Jika pengobatan topikal tidak praktis, dapat diinjeksi dengan oxytetracycline LA (20 mg/kg BB, IM) atau penambahan oxytetracycline ke dalam pakan (80 mg/ekor/hari)
Hewan yang menderita kesakitan akibat uveitis sebagai efek sekunder keratokonjungtivitis dapat diredakan dengan aplikasi salep atropin 1%, 1 -3 kali sehari
STREPTOCOCCUS
STREPTOCOCCUS SUIS S suis termasuk Lancefield grup D Hasilkan Alfa hemolisis (hemolisis incomplete) Distribusi secara luas di seluruh dunia; 35
serotipe 70% adalah serotipe 1 – 9 Terbanyak adalah serotipe 2 S suis normal ditemukan di saluran pernapasan
bagian atas, terutama tonsil dan rongga hidung Juga ditemukan dalam organ genital dan
saluran pencernaan babi Infeksi klinis terutama diamati pada babi
sapihan (2-5 minggu setelah sapih), babi muda, tetapi jarang pada babi menyusui
Gram-positive cocci, mostly in pairs and short chains, found in cerebrospinal fluid from a 34-year-old man with Streptococcus suis meningitis.
Koloni S suis (kecil dan halus)
EPIDEMIOLOGI DAN TRANSMISI S suis ditemukan di seluruh dunia, pada
peternakan yang intensif Tipe 2 adalah yang terbanyak (90%) menginfeksi Babi yang sehat secara klinis ternyata dapat
menjadi karier bagi sejumlah serotipe Anak babi terkolonisasi oleh S suis dari sekresi
vaginal saat proses kelahirannya (partus) atau selama menyusui pada induk
Penularan di antara kelompok terjadi akibat perpindahan atau pencampuran dengan babi-babi karir yang terlihat sehat
Pemasukan ke dalam kelompok non-infeksi biasanya langsung diikuti dengan kejadian penyakit pada babi sapih dan/atau babi-babi muda
Beberapa kelompok yang tidak menunjukkan penyakait dapat saja menunjukkan penyakit tsb ketika berada dalam keadaan stress dan adanya agen penyakit lain
Wabah S suis dilaporkan terjadi bersamaan dengan porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS)
GEJALA KLINIS Gejala awal berupa demam, dibarengi dengan
septisemia yang bertahan beberapa hari jika tidak diobati
Selama periode tsb di atas, terjadi demam yang fluktuatif, hewan lesu, depresi, pincang bergantian.
Pada perakut, hewan mati tanpa menunjukkan gejala
Meningitis adalah gejala yang paling menciri dan sering digunakan sebagai dasar diagnosa presumtif
Tanda-tanda syarafi meliputi depresi, inkoordinasi, ketidakmampuan berdiri, kaki mendayung (paddling), opisthotonus, konvulsi, dan nystagmus
Endokarditis juga sering ditemukan pada anak babi yang lebih tua
Babi terinfeksi mungkin juga memperlihatkan tanda-tanda dispnea, & cyanosis
Pembengkakan sendi dan pincang merupakan indikasi adanya poly-arthritis
Gejala gangguan respirasi juga kadang teramati
LESI Lesi kebanyakan diamati pada babi sapihan
dan babi muda Lesi meliputi limfadenopati, meningitis,
arthritis, serositis, dan endokarditis Dapat juga teramati eksudat fibrinopurulen
di otak, pembengkakan sendi, serositis fibrinous, dan cardiac valvular vegetations
Splenomegali dan hemoragi petekial yang mengindikasikan adanya septisemia dapat juga diamati
Lesi berupa septisemia, meningitis, atau polyarthritis dapat diamati pada anak babi yang menyusui
Pneumonia dan pleurisi akibat infeksi S suis tipe 2
Valvular endocarditis
DIAGNOSIS Diagnosis presumtif umumnya
didasarkan pada riwayat, gejala-gejala klinis, umur hewan, dan lesi-lesi makro.
Isolasi dan penentuan serotipe kuman, dan evaluasi terhadap lesi-lesi mikroskopis dapat meneguhkan diagnosis
Uji serologis tidak selalu tersedia Karakterisasi genetik oleh laboratorium
tertentu penting untuk studi epidemiologis
TREATMENT Pengenalan gejala awal dan pengobatan
antibiotik secara parenteral adalah metode terbaik penanganan infeksi S suis
Antibiotik beta-lactam, seperti ampicillin dan amoxicillin cukup efektif
Anti radang diperlukan untuk mengurangi peradangan organ atau jaringan
S suis peka terhadap disinfektan golongan aldehyde, hipoklorit, iodine, dan amonium quaternary
Vaksinasi tidak efektif
RISIKO ZOONOSIS Manusia yang terinfeksi dengan S suis dapat
mengalami septisemia, meningitis, kehilangan pendengaran permanen, endokarditis, dan arthritis
Mortalitas mencapai 7% Mayoritas infeksi S suis pada orang adalah tipe 2 Penularan terjadi melalui kontaminasi luka pada
kulit atau selaput lendir oleh darah atau seresi dari babi terinfeksi
Pekerja di peternakan babi, pekerja RPH babi, dan drh adalah pihak yang berisiko tinggi
Infeksi S suis pada orang ini dianggap sering tidak terdiagnosis (underdiagnose) dan tidak terlaporkan di banyak negara di dunia
STAPHYLOCOCCOSIS
STAPHYLOCOCCI Staphylococci adalah bakteri gram
positif yang berbentuk coccus berpasangan, membentuk rantai pendek atau bergerombol
Bersifat facultatively anaerobic, tumbuh secara baik pada situasi aerob
Semua species Staphylococcus adalah catalase positive
Menyerang pada hewan dan manusia
Bersifat akut dan kronis.
35 species, tetapi hanya 5 yang penting kepentingan veteriner
2 species yang sangat penting :1. S. aureus2. S. intermedius Staphylococci ditemukan di seluruh dunia Terdapat di saluran respiratory atas dan di
permukaan epitel semua hewan berdarah panas dan Gastro intestinal
Coagulase-positive species (S. aureus and S intermedius) hidup di distal nasal, external nares, kulit, mucocutaneous borders seperti perineum, external genitalia
Coagulase-negative staphylococci (khususnya S. epidermidis) terdapat di kulit dan saluran respiratory bagian atas
Staphylococci juga ditemukan di produk ternak (daging, keju, susu)
Staphylococci dapat ditemukan tanah, debu, udara dan air
SPECIES STAPHYLOCCUS YANG MEMILIKI DAMPAK VETERINER, HOSPES TARGET, DAN PENYAKIT YANG DITIMBULKAN
Speciaes Host Coagulase Disease
S. aureus++++ humans, horses,ruminants, birds,pigs, cats,(dogs)
positive common pathogen (pyogenic) ofhumans and animals
S. intermedius++++
dogs (cats,cattle)
positive leading pus forming bacteria in dogs
S. epidermidis+ humans, cattle,dogs, horses(cats)
negative part of normal flora of skin + somemucous membranes; commoncontaminant of cultures; rarelypathogenic
S. hyicus+ pigs some arepositive
exudative dermatis and arthritis in pigsand rarely bovine mastitis
S. schleiferi ssp. coagulans++
dogs positive otitis externa in dogs
PENULARAN PENYAKIT ENDOGENOUS ( Most infections are caused by the
resident strain of bacteria on the animal host) EXOGENOUS : infeksi dari hewan yang sakit
secara langsung maupun tidak langsung melalui fomites (partikel, debu, sekresi), soil, udara and airFor example, organisms causing mastitis may be transferred from one cow to another on the hands of the milker, or in the teat dip at the time of milking and therefore management practices and milking hygiene significantly influence the prevalence of staphylococcal mastitis
Staphylococci resisten terhadap disinfectan dan pengeringan
Penularan antar species (e.g. humans-to-cows, dogs-to-humans, humans-to-horses)
Swollenhock joint
wollen hock jointin a standardbred racehorsecalled “Used to Run Fast” The joint had been injected 3 days previously with a corticosteroid. Apure culture of a coagulasepositive S. aureus was isolatedfrom the joint. This is called septic arthritis
1. Arthritis and OsteomyelitisS aureus is a relatively common cause of septic arthritis in adult horses (and other species)
2. Bovine Mastitis S. aureus is one of the major causes of
bovine mastitis worldwide (along with Streptococci and coliforms) and results in significant economic losses
infections occur via the teat canal the course of infection may be subclinical,
acute suppurative, gangrenous (due to alpha haemolysin) or chronic depending on infecting strain, infecting dose, and host resistance
Chronic and subclinical infections are most common
A case of gangrenousmastitis in a cow caused by S. aureus
3. Urolithiasis and Cystitis phosphate (struvite or apatite)
urolithiasis of dogs and mink is commonly associated with S. intermedius infections and is associated with urease production by the bacteria (urease breaks down urea to produce ammonia, which increases the pH of urine and leads to precipitation of struvite crystals)
cystitis is a common sequelae to urolithiasis
4. Canine Pyoderma the term “canine pyoderma” covers many clinical
pictures, all of which include some degree of pyogenic skin inflammation associated with bacterial infection
S. intermedius is the chief bacterium implicated (occasionally S. aureus), however, the contribution of S. intermedius to the disease process, and the degree of suppuration, is variable
in chronic and recurrent forms, type III and IV hypersensitivity reactions are also thought to be
involved host aspects (concurrent infections, genetic,
endocrine, immunological factors) also play an important role
pyoderma is also a problem in horses, and wild and domestic rabbits
5. Otitits Externa S. intermedius together with S.
schleiferi ssp coagulans are common causes of otitis externa in dogs
6. Bumble Foot Bumble Foot is a disease of gallinaceous
birds it is seen as chronic pyogranulomatous
process in the subcutaneous tissues of the foot resulting in thick-walled swelling of one or more joints
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN
Antibiotics Pemberian secara topical atau suntik streptomycin, tetracyclines Vaccines
TERIMA KASIH