PINJAMAN BANK Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Perbankan Dosen pengajar : Dr. Hj. Meutia, SE., MP. Disusun Oleh Nama : Dewi Agus Setiani (4441110007) Niar Winarni (4441110652) Ruli Destyaningsih (4441110853) Kelas : IV A Reguler JURUSAN AGRIBISNIS
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PINJAMAN BANK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Perbankan
Dosen pengajar : Dr. Hj. Meutia, SE., MP.
Disusun Oleh
Nama : Dewi Agus Setiani (4441110007)
Niar Winarni (4441110652)
Ruli Destyaningsih (4441110853)
Kelas : IV A Reguler
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Manajemen Perbankan yang berjudul “Pinjaman Bank” tepat waktu. Adapun tujuan
penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Perbankan pada
semester IV, di tahun ajaran 2013.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis banyak mengalami kendala seperti kurangnya
referensi dan waktu penyelesaian tugas. Pada kesempatan ini, tidak lupa penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan
bimbingan dan arahannya kepada penyusun dalam menyelesaikan tugas laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan penulisan, baik
dari segi uraian maupun tata kalimat yang penyusun miliki karena keterbatasan ilmu.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk instropeksi diri, dan agar di
lain hari dapat membuat laporan yang jauh lebih baik.
Serang, Maret 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …..…………………………………………… 2
DAFTAR ISI ………………………………………………. 3
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ……………………………………………… 4
1.2 Tujuan ……………………………………………… 5
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pinjaman Bank …………….………………………… 6
2.2 Unsur Pinjaman Bank …………………………………….... 8
2.3 Fungsi dan Tujuan Pinjaman Bank ……………………………………… 10
2.4 Jenis-jenis Pinjaman Bank ……………………………………… 13
2.5 Jaminan Kredit ……………………………………… 17
2.6 Penyaluran Pinjaman Bank ……………………………………… 18
2.7 Kebijaksanaan Perkreditan Bank ……………………………………… 20
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………… 22
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan pinjam meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan
masyarakat. Masyarakat telah menjadikan pinjam meminjam uang sebagai sesuatu yang
sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan kegiatan perekonomiannya dan untuk
meningkatkan taraf kehidupannya. Pihak pemberi pnjaman yang mempunyai kelebihan uang
bersedia meminjamkan uang kepada yang memerlukan. Sebaliknya, pihak peminjam
berdasarkan keperluan atau tujuan tertentu melakukan peminjaman uang tersebut. Secara
umum dapat dikatakan bahwa pihak peminjam meminjam uang kepada pihak pemberi
pinjaman untuk membiayai kebutuhan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau
untuk memenuhi keperluan dana guna pembiayaan kegiatan usahanya.
Salah satu lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha dalam bentuk pinjam
meminjam uang adalah bank. Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai tugas antara lain
untuk menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkan kembali dana tersebut
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pinjaman.
Dalam penyaluran pinjaman (kredit) oleh bank kepada masyarakat, bank selalu
memperhatikan kepastian pengembalian pinjaman tersebut. Untuk menjamin kepastian
pengembalian pinjaman tersebut, bank mensyaratkan kepada masyarakat (debitur) untuk
memberikan jaminan atas pinjamannya. Dewasa ini kegiatan transaksi kredit sukar untuk di
hindari oleh para pelaku bisnis. Para pelaku bisnis tersebut melakukan transaksi kredit dengan
beberapa alas an dan tujuan. Alasan dan tujuan tersebut akan berbeda diantara pihak-pihak
pelaku transaksi kredit yang bersangkutan. Adapun pihak yang berkepentingan dalam
transaksi kredit yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima keredit (debitur).
Perusahaan dagang memberikan kredit dengan tujuan untuk meningkatkan volume
penjualan dan mengimbangi pesaing. Lembaga perbankan atau yang sejenis memberikan
kredit dengan tujuan untuk memperoleh bunga dari pokok pinjamannya. Sedangkan pihak
debitur atau pelanggan melakukan transaksi kredit dengan alasan tidak mempunyai kas yang
cukup untuk membeli dan membayar suatu produk atau terpaksa meminjam sejumlah uang
untuk modal dan diharapkan dengan modal pinjaman tersebut diperoleh suatu penghasilan
yang nantinya dapat mengembalikan pinjamannya tersebut serta memperoleh nilai lebih atau
keuntungan.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan dan
khusus. Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Manajemen Perbankan. Adapun tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah:
1. Mengetahui pengertian pinjaman atau kredit bank.
2. Mengetahui unsur-unsur pinjaman bank.
3. Mengetahui fungsi dan tujuan pinjaman bank.
4. Mengetahui jenis-jenis pinjaman bank.
5. Mengetahui penyaluran pinjaman bank.
6. Mengetahui Kebijaksanaan perkreditan bank.
7. Mengetahui jaminan pinjaman bank.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pinjaman atau Kredit Bank
Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya si
pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan
dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima
kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut
sesuai dengan jangka waktunya. Oleh karena itu, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah
benar-benar dapat dipercaya, maka sebelum kredit diberikan terlebih dulu bank mengadakan
analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek
usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar
bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman.
Pemberian kredit tanpa analisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan bank.
Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif, sehingga mungkin saja
kredit sebenarnya tidak layak, tetapi masalah diberikan. Kemudian jika salah dalam
menganalisis, maka kredit yang disalurkan yang sebenarnya tidak layak menjadi layak
sehingga akan berakibat sulit untuk ditagih alias macet. Namun faktor salah analisis ini
bukanlah merupakan penyebab utama kredit macet. Penyebab lainnya mungkin disebabkan
oleh bencana alam yang memang tidak dapat dihindari oleh nasabah. Misalnya kebanjiran atau
gempa bumi atau dapat pula kesalahan dalam pengelolaan usaha yang dibiayai.
Pengertian kredit menurut Eric L. Kohler (1964;154): “Kredit adalah kemampuan
untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji
pembayarannya akan dilakukan dan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati”.
Pengertian kredit menurut Teguh Pudjo Muljono (1989;45): “Kredit adalah suatu penyertaan
uang atau tagihan atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan tersebut pada pihak lain.
Atau juga memberi pinjaman pada orang lain dengan harapan akan memperoleh suatu
tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yaitu berupa bunga sebagai pendapatan bagi
pihak yang bersangkutan”.
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian diatas dapat diketahui bahwa transaksi kredit
timbul sebagai akibat suatu pihak meminjam kepada pihak lain, baik itu berupa uang, barang
dan sebagainya yang dapat menimbulkan tagihan bagi kreditur. Hal lain yang dapat
menimbulkan transaksi kredit yaitu berupa kegiatan jual beli dimana pembayarannya akan
ditangguhkan dalam suatu jangka waktu tertentu baik sebagian maupun seluruhnya. Kegiatan
transaksi kredit tersebut diatas akan mendatangkan piutang atau tagihan bagi kreditur serta
mendatangkan kewajiban untuk membayar bagi debitur.
Dari pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa kredit atau pembiayaan dapat
berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Contoh berbentuk tagihan (kredit
barang), misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kredit ini
berarti nasabah tidak memperoleh uang tetapi rumah, karena bank membayar langsung ke
developer dan nasabah hanya membayar cicilan rumah tersebut setiap bulan. Kemudian
adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah-penerima kredit (debitur), bahwa
mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit
termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah
sangsi apabila si debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama.
Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan
konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah
adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan.
2.2 Unsur-Unsur Kredit
Dalam kata kredit mengandung berbagai maksud. Atau dengan kata lain dalam kata
kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu. Sehingga jika kita bicara kredit
maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah
sebagai berikut:
1. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang
diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang
akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama
yang melandasi mengapa suatu kredit berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum kredit
dikucurkan harus dilakukan penelitian dan penyelidikan lebih dulu secara mendalam tentang
kondisi nasabah, baik secara interen maupun dari eksteren. Penelitian dan penyelidikan
tentang kondisi pemohon kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etikat
baik nasabah terhadap bank.
2. Kesepakatan
Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara
si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu
perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-
masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua
belah pihak sebelum kredit dikucurkan.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa pengambilan kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa
berbentuk jangka pendek (di bawah 1 tahun), jangka menengah (1 sampai 3 tahun) atau jangka
panjang (di atas 3 tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit
yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat
diperpanjang sesuai kebutuhan.
4. Resiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu
resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka
waktu kredit, maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi
tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah, maupun oleh resiko yang tidak
disengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkutnya usaha nasabah tanpa ada unsur
kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya.
5. Balas Jasa
Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas penberian suatu
kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa kita kenal dengan nama bunga. Disamping
balas jasa dalam bentuk bungan bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi
kredit yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah
balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang
tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Tujuan pemberian kredit juga tidak akan
terlepas dari misi bank tersebut didirikan.
Dalam praktiknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut:
1. Mencari Keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil
keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bungan yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan
biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk
kelangsungan hidup bank, disamping itu keuntungan juga dapat membesarkan usaha bank.
Bagi bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besa kemungkinan bank tersebut
akan dilikuidir (dibubarkan). Oleh kaena itu sangat penting bagi bank untuk memperbesar
keuntungannya mengingat biaya operasional bank juga relatif cukup besar.
2. Membantu Usaha Nasabah
Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana,
baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tesebut, maka pihak
debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini baik bank
maupun nasabah sama-sama diuntungkan.
3. Membantu Pemerintah
Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang. Bagi pemerintah
semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat
semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan
di berbagai sektor, terutama sektor riil.
Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit
oleh dunia perbankan adalah sebagai berikut:
Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah bank.
Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru
atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru, sehingga dapat
menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.
Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit
yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa yang
beredar di masyarakat, sehingga akhirnya masyarakat memiliki banyak pilihan.
Menghemat devisa negara,terutama untuk produk-produk yang sebelumnya
diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit
yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.
Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk
keperluan ekspor.
Disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki suatu fungsi
yang sangat luas. Adapun fungsi transaksi kredit dalam kehidupan perekonomian menurut
Muchdarsyah Sinungan (1991;5)tersebut antara lain:
1. Untuk meningkatkan daya guna uang.
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika uang
hanya disimpan saja di rumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang tidak berguna. Dengan
diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh
si penerima kredit. Kemudian juga dapat memberikan penghasilan tambahan kepada pemilik
dana.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke
wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit
maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. Sebagai contoh
seorang pengusaha di pulau Bangka memperoleh kredit dari salah satu bank Singapura
sebanyak 1 milyar dolar Singapura, maka dengan demikian ada pertambahan peredaran uang
dari Singapura ke Bangka sebesar 1 milyar dolar Singapura.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang.
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah
barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. Sebagai contoh seorang
pengusaha memperoleh kucuran dana dari salah satu bank untuk mengolah limbah plastik
yang sudah tidak dipakai menjadi barang-barang rumah tangga. Biaya pengolahan barang
tersebut diperoleh dari bank. Dengan demikian fungsi kredit dapat meningkatkan daya guna
barang yang tidak berguna menjadi barang yang berguna.
4. Meningkatkan peredaran barang.
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah ke
wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya
bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. Kredit untuk
meningkatkan peredaran barang biasanya untuk kredit perdagangan atau kredit ekspor impor.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
Dengan memeberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi, kerena
dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh
masyarakat. Kredit dapat pula membantu mengekspor barang dari dalam negeri keluar negeri
sehingga dapat meningkatkan devisa negara.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apa lagi
bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan. Dengan memperoleh kredit, nasabah
bergairah untuk dapat memperbesar atau memperluas usahanya.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.
Semakin banyak kredir yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal
meningkatkan pendapat. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik
tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja, sehingga dapat pula mengurangi pengangguran.
Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat memperoleh pendapatan seperti
gaji bagi karyawan yang bekerja di pabrik dan membuka warung atau menyewa rumah
kontrakan atau jasa lainnya bagi masyarakat yang tinggal disekitar lokasi pabrik.
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional.
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan
antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan
meningkatkan kerja sama di bidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.
2.4 Jenis-Jenis Kredit
Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana.
Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam. Hal ini
disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan.
Dalam praktiknya kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat
untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dipilih dari
berbagai segi antara lain:
1. Dilihat dari segi kegunaan
a. Kredit investasi
Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk
keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau keperluan
rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau
membeli mesin-mesin. Masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih
lama dan dibutuhkan modal yang relatif besar pula.
b. Kredit modal kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja
diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya
lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit poduktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi.
Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya
kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan
kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan
menghasilkan barang tambang atau kredit industri akan menghasilkan barang
industri.
b. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada
pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan
atau dipakai seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan,
kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.
c. Kredit perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk
membiayai aktivitas perdagangannya. Seperti untuk membeli barang dagangan
yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan
membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan
impor.
3. Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling
lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya
untuk peternakan, misalnya kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian
misalnya tanaman padi atau palawija.
b. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan
biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investas. Sebagai contoh kredit
untuk pertanian seperti jeruk, atau peternakan kambing.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka
panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini
untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau
manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.
Dalam praktiknya bank dapat pula hanya mengklasifikasikan kredit menjadi hanya
jangka panjang dan jangka pendek. Untuk jangka waktu maksimal 1 tahun dianggap jangka
pendek dan di atas 1 tahun dianggap jangka panjang.
4. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat
berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap
kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit
tertentu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan si calon debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit
jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama
baik si calon debitur selama hubungan dengan bank atau pihak lain.
5. Dilihat dari segi sektor usaha
a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau
pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.
b. Kredit peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya peternakan
ayam dan jangka panjang ternak kambing atau ternak sapi.
c. Kredit industri, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industry, baik
industri kecil, industri menengah atau industri besar.
d. Kredit pertambangan, merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang.
Jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang, seperti
tambang emas, minyak atau timah.
e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan
prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.
f. Kredit profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional
seperti dosen, dokter atau pengacara.
g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian
perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang.
h. Dan sektor-sektor lainnya.
2.5 Jaminan Kredit
Untuk melindungi uang yang dikucurkan lewat kredit dari resiko kerugian, maka pihak
perbankan membuat pagar pengamanan. Dalam kondisi sebaik apa pun atau dengan analisis
sebaik mungkin, resiko kredit macet tidak dapat dihindari. Pagar pengamanan yang dibuat
biasanya berupa jaminan yang harus disediakan debitur. Tujuan jaminan adalah untuk
melindungi kredit dari resiko kerugian, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Lebih dari itu jaminan yang diserahkan oleh nasabah merupakan beban sehingga si nasabah
akan sungguh-sungguh untuk mengembalikan kredit yang diambilnya.
Seperti sudah dibahas di atas bahwa kredit dapat diberikan dengan jaminan atau tanpa
jaminan. Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan pihak bank, mengingat jika nasabah
mengalami suatu kemacetan maka akansulit untuk menutupi kerugian tehadap kredit yang
disalurkan. Sebaliknya dengan jaminan kredit relatif lebih aman mengingat setiap kredit macet
akan dapat ditutupi oleh jaminan tersebut.
1. Kredit dengan jaminan
a. Jaminan benda berwujud. Yaitu jaminan dengan barang-barang seperti:
- Tanah
- Bangunan
- Kendaraan bermotor
- Mesin-mesin/peralatan
- Barang dagangan
- Tanaman/kebun/sawah
- Dan lainnya
b. Jaminan benda tidak berwujud. Yaitu benda-benda yang dapat jaminan seperti :
- Sertifikat saham
- Sertifikat obligasi
- Sertifikat tanah
- Sertifikat deposito
- Rekening tabungan yang dibekukan
- Rekening giro yang dibekukan
- Promes
- Wesel
- Dan surat tagihan lainnya.
c. Jaminan orang
Jaminan orang yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang yang menyatakan
kesanggupan untuk menanggung segala resiko apabila kredit tersebut macet.
Dengan kata lain orang yang memberikan jaminan itulah yang akan menggantikan
kredit yang tidak mampu dibayar oleh nasabah.
2. Kredit tanpa jaminan
Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan
dengan jaminan barang tertentu. Biasanya kredit ini diberikan untuk perusahaan yang
memang benar-benar bonafid dan professional, sehingga kemungkinan kredit tersebut
macet sangat kecil. Kredit tanpa jaminan hanya mengandalkan kepada penilaian
terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha
yang memiliki loyalitas yang tinggi.
2.6 Penyaluran Kredit
1. Perencanaan penyaluran kredit
Perencanaan penyaluran kredit harus dilakukan secara realistis dan objektif, agar
pengendalian dapat berfungsi dan tujuan tercapai. Perencanaan penyaluran kredit harus
didasarkan pada keseimbangan antara jumlah, sumber, dan jangka waktu dana agar tidak
menimbulkan masalah terhadap tingkat kesehatan dan likuiditas bank. Jelasnya, rencana
penyaluran kredit harus seimbang dengan rencana penerimaan dana. Kedua rencana ini harus
diperhitungkan secara terpadu oleh perencana secara baik dan benar. Dalam rencana
penyaluran kredit ini harus ada pedoman tentang prosedur, alokasi, dan kebijaksanaannya.
Prosedur penyaluran kredit menjadi tugas dan tanggung jawab atau job description dari
departemen (bagian) pemasaran suatu bank.
2. Syarat – syarat Karyawan Bagian Kredit
Dalam penyaluran kredit, profesionalitas karyawan sangat dibutuhkan. Untuk itu
diperlukan karyawan bagian kredit dengan syarat:
1. Jujur dan bermoral baik, serta ahli di bidang perkreditan;
2. Adil dalam memberikan pelayanan terhadap semua nasabah bank;
3. Mengetahui hukum – hukum perjanjian dan perikatan agunan kredit;
4. Mengetahui syarat – syarat agunan yang boleh diterima;
5. Objektif dalam penilaian agunan kredit yang diberikan nasabah;
6. Berpengetahuan luas tentang nilai ekonomis agunan kredit;
7. Mengetahui ketetapan dan surat edaran Bank Indonesia tentang perkreditan bank;
8. Menaati peraturan dan prosedur penyaluran kredit.
3. Prosedur Penyaluran Kredit
Prosedur yang harus dipenuhi dalam penyaluran kredit, antara lain:
1. Calon debitor menulis nama, alamat, agunan, dan jumlah kredit yang diinginkan
pada formulir aplikasi permohonan kredit.
2. Calon debitor mengajukan jenis kredit yang diinginkan
3. Analisis kredit dengan cara mengikuti asas 5C, 7P, dan 3R dari permohonan kredit
tersebut;
4. Karyawan analisis kredit menetapkan besarnya plafond kredit atau Legal Lending
Limit (L3) atau BMPK-nya;
5. Jika BMPK disetujui nasabah, akad kredit (perjanjian kredit) ditandatangani oleh
kedua belah pihak.
4. Alokasi Penyaluran Kredit
Alokasi penyaluran kredit gharus berpedoman pada ketetapan dan surat edaran otoritas
moneter dan Bank Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Pemilik bank (pemegang saham) mendapatkan maksimal 20% dari jumlah kredit
yang disalurkan bank bersangkutan.
2. KUK/KUT mendapatkan minimal 20% dari jumlah kredit yang disalurkan bank.
3. Masyarakat luas (diluar 1 dan 2) sebanyak 60% dari jumlah kredit yang diberikan,
disalurkan kepada sektor – sektor perekonomian seperti sektor pertanian,
pertambangan, dan perdagangan.
4. Kredit rekening Koran dan kredit berjangka.
2.7 Kebijaksanaan Perkreditan Bank
Kebijaksanaan perkreditan bank harus deprogram dengan baik dan benar. Program
perkreditan harus didasarkan pada asas yuridis, ekonomis, dan kehati – hatian.
Yuridis, artinya program perkreditan harus sesuai dengan undang – undang perbankan
dan ketetapan Bank Indonesia.
Ekonomis artinya menetapkan rentabilitas yang ingin dicapai dan tingkat bunga kredit
yang disalurkan.
Kehati-hatian artinya besar plafond kredit (legal lending limit = BMPK) harus
ditetapkan atas hasil analisis yang baik dan objektif berdasarkan asas 5C, 7P, dan 3R dari
setiap calon peminjam.
Kebijaksanaan (Policy) adalah suatu pedoman yang menyeluruh, baik lisan maupun
tulisan yang memberikan suatu batas umum dan arah tempat management action akan
dilakukan (GR Terry).
Kebijaksanaan Perkreditan antara lain:
1. Bankable, artinya kredit yang akan dibiayai hendaknya memenuhi kriteria:
a. Safety, yaitu dapat diyakini kepastian pembayaran kembali kredit sesuai jadwal dan
jangka waktu kredit.
b. Effectiveness, artinya kredit yang diberikan benar – benar digunakan untuk
pembiayaan, sebagaimana dicantumkan dalam proposal kreditnya.
2. Kebijaksanaan investasi merupakan penanaman dana yang selalu dikaitkan dengan
sumber dana bersangkutan. Investasi dana ini disalurkan dalam bentuk investasi primer
dan sekunder, kebijaksanaan risiko, kebijaksanaan penyebaran kredit, serta
kebijaksanaan tingkat bunga.
a. Investasi primer, yaitu investasi yang dilakukan untuk pembelian sarana dan
prasarana bank seperti pembelian kantor, mesin, dan ATK.
Dana investasi primer harus dari dana sendiri karena sifatnya tidak produktif dan
jangka waktunya panjang. Investasi primer ini mutlak harus dilakukan karena
merupakan motor kegiatan operasional bank.
b. Investasi sekunder, yaitu investasi yang dilakukan dengan menyalurkan kredit
kepada masyarakat (debitor). Investasi ini sifatnya produktif (menghasilkan).
Jangka waktu penyaluran kredit harus disesuaikan dengan lamanya tabungan agar
likuiditas bank tetap terjamin.
1. Kebijaksanaan risiko
Kebijaksanaan risiko maksudnya dalam penyaluran kredit harus memperhitungkan
secara cermat indikator yang dapat menyebabkan risiko macetnya kredit dan menetapkan cara-
cara penyelesaiannya.
2. Kebijaksanaan penyebaran kredit
Kebijaksanaan penyebaran kredit maksudnya kredit harus disalurkan kepada beraneka
ragam sector ekonomi, semau golongan ekonomi, dan dengan jumlah peminjam yang banyak.
3. Kebijaksanaan tingkat bunga
Kebijaksanaan tingkat bungan maksudnya dalam pemberian kredit harus
memperhitungkan situasi moneter, kondisi perekonomian, persaingan antarbank, dan tingkat
inflasi untuk menetapkan besarnya suku bunga kredit.
Pemimpin bank dalam manajemen perkreditan dihadapkan kepada tiga masalah pokok,
yaitu:
1. Manajemen likuiditas bank
2. Pendapatan dan tentabilitas bank
3. Pengendalian kredit bank
Ketiga masalah diatas akan ikut menentukan tingkat kesehatan bank bersangkutan,
apakah sehat, cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transaksi kredit timbul sebagai akibat suatu pihak meminjam kepada pihak lain, baik
itu berupa uang, barang dan sebagainya yang dapat menimbulkan tagihan bagi kreditur. Hal
lain yang dapat menimbulkan transaksi kredit yaitu berupa kegiatan jual beli dimana
pembayarannya akan ditangguhkan dalam suatu jangka waktu tertentu baik sebagian maupun
seluruhnya. Kegiatan transaksi kredit tersebut diatas akan mendatangkan piutang atau tagihan
bagi kreditur serta mendatangkan kewajiban untuk membayar bagi debitur.
Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah: (1)
Kepercayaan, (2) Kesepakatan, (3) Jangka Waktu, (4) Resiko, (5) Balas Jasa. Tujuan Dalam
praktiknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut: - Mencari Keuntungan, - Membantu
Usaha Nasabah, - Membantu Pemerintah. Adapun fungsi transaksi kredit dalam kehidupan
perekonomian antara lain: - Untuk meningkatkan daya guna uang, - Untuk meningkatkan
peredaran dan lalu lintas uang, - Untuk meningkatkan daya guna barang, - Meningkatkan
peredaran barang, - Sebagai alat stabilitas ekonomi, - Untuk meningkatkan kegairahan
berusaha, - Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan, - Untuk meningkatkan hubungan
internasional.
Dalam praktiknya kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat
untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dipilih dari
berbagai segi antara lain:
a) Dilihat dari segi kegunaan
Kredit investasi
Kredit modal kerja
b) Dilihat dari segi tujuan kredit
Kredit poduktif
Kredit konsumtif
Kredit perdagangan
c) Dilihat dari segi jangka waktu
Kredit jangka pendek
Kredit jangka menengah
Kredit jangka panjang
d) Dilihat dari segi jaminan
Kredit dengan jaminan
Kredit tanpa jaminan
e) Dilihat dari segi sektor usaha
Kredit pertanian, Kredit peternakan, Kredit industri, Kredit pertambangan, Kredit
pendidikan, Kredit profesi, Kredit perumahan, Dan sektor-sektor lainnya.
Seperti sudah dibahas di atas bahwa kredit dapat diberikan dengan jaminan atau tanpa
jaminan. Kredit dengan jaminan: Jaminan benda berwujud, Jaminan benda tidak berwujud,
dan Jaminan orang. Kredit tanpa jaminan
Perencanaan penyaluran kredit harus dilakukan secara realistis dan objektif, agar
pengendalian dapat berfungsi dan tujuan tercapai. Kebijaksanaan perkreditan bank harus
deprogram dengan baik dan benar. Program perkreditan harus didasarkan pada asas yuridis,
ekonomis, dan kehati – hatian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. 2003. Manajemen Perbankan. UMM Press : Malang