Top Banner
1 | Pilar Ibadah Kekristenan Awal TEFILAH-SHABAT-ROSH KODESH-MOEDIM Teguh Hindarto INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE
66

PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

Feb 05, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

1 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

TEFILAH-SHABAT-ROSH KODESH-MOEDIM

Teguh Hindarto

INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE

Page 2: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

2 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

PENGANTAR

Kata “beribadah” dalam bahasa Ibrani dipergunakan kata Avodah. Kata Avodah muncul dalam Kitab Torah, Neviim, Kethuvim (TaNaKh atau Kekristenan lazim menyebutnya dengan Perjanjian Lama) sebanyak 145 kali. Dalam bahasa Yunani dipergunakan kata Latreuo. Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan kata Avodah dan Latreuo dengan “melayani”, “budak”, “mengerjakan”, “beribadah”. Contoh: “…tetapi supaya mezbah itu menjadi saksi antara kami dan kamu, dan antara keturunan kita kemudian, bahwa kami tetap beribadah (avodat) kepada YHWH di hadapan-Nya dengan korban bakaran, korban sembelihan dan korban keselamatan kami. Jadi tidaklah mungkin anak-anak kamu di kemudian hari berkata kepada anak-anak kami: Kamu tidak mempunyai bagian pada YHWH” (Yos 22:27). “Mereka harus mengerjakan tugas-tugas bagi Akharon dan bagi segenap umat Israel di depan Kemah Pertemuan dan dengan demikian melakukan pekerjaan (avodat) jabatannya pada Kemah Suci” (Bil 3:7). “Beribadahlah (ivdu) kepada YHWH dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!” (Mzm 100:2). Ibadah Kristiani pada awalnya berakar pada Yudaisme. Yesus Sang Mesias adalah seorang Yahudi (Ibr 7:14) dan beribadah secara Yahudi. Demikian pula murid-murid Yesus dan para rasulnya meneruskan tata cara ibadah Yudaisme tersebut. Pilar ibadah Kristiani yang berakar pada Yudaisme meliputi sbb:

1. Ibadah Harian tiga kali sehari (Tefilah Sakharit, Minkhah, Maariv – Kis 3:1; 10:3)

2. Ibadah Pekanan (Sabat – Kis 13:14,27,42,44) 3. Ibadah Bulanan (Rosh kodesh – Kol 2:16-17) 4. Ibadah Tahunan atau Tujuh Hari Raya (Sheva Moedim – Kis 20:16,

1 Kor 16:8).

Page 3: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

3 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Apa yang terjadi jika pilar-pilar yang menopang sebuah bangunan dirobohkan? Ketimpangan yang berujung pada kehancuran. Tidak heran jika selama berabad-abad Kekristenan kehilangan kesalehan dan keintiman dalam beribadah kepada Tuhan. Bangun tidur langsung berdoa tanpa mencuci muka dan tangan. Ibadah hanya seminggu sekali. Pergi ke tempat ibadah seperti hendak pergi ke pesta. Tidak mengherankan banyak orang Kristen berpindah agama kepada Islam yang menawarkan kesalehan dan keteraturan dalam beribadah. Padahal sejatinya peribadahan Kristiani yang berakar pada Yudaisme dan yang dilestarikan oleh para rasul jika diperbandingkan dengan peribadahan dalam Islam, tiada jauh berbeda. Bahkan boleh dikatakan Islam hanya meneruskan peribadahan yang Yudaisme dan Kristen awal. Marilah kita sebagai jemaat Mesias kembali kepada prinsip-prinsip dasar keimanan dan membangun kembali pilar-pilar ibadah yang roboh dalam kehidupan jemaat (Mzm 11:3). Kembalilah kepada kebenaran dan kesalehan jemaat Kristen mula-mula sehingga ketika Yesus Sang Mesias datang untuk kedua kalinya, Dia mendapati gerejanya sempurna. Amen we Amen

Page 4: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

4 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

DAFTAR ISI BAB I MENGGALI IBADAH & TATA IBADAH KEKRISTENAN AWAL.................................................................................................5 BAB II TEFILAH: IBADAH HARIAN KEKRISTENAN.............................. ............13 BAB III SHABAT: IBADAH PEKANAN KEKRISTENAN....................................................................................27 BAB IV ROSH KODESH: IBADAH BULANAN KEKRISTENAN....................................................................................45 BAB V TUJUH HARI RAYA YHWH (SHEVA MOEDIM) SEBAGAI BAYANGAN KARYA MESIAS................................................................. ............................50

Page 5: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

5 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

BAB I

MENGGALI IBADAH &

TATA IBADAH KEKRISTENAN SEMITIK Pernahkah anda berpikir dan merenung sejenak serta berkata,”apakah saya dan jemaat dimana saya bersekutu atau menggembalakan, beribadah seperti Mesias beribadah?” atau pernahkah anda mempertanyakan, “apakah Mesias mengajarkan mengenai Ketritunggalan atau Keesaan?” atau “benarkah Mesias dan para rasul-Nya beribadah dengan berjingkrak-jingkrak, berteriak-teriak sambil mengucapkan kata-kata yang tidak dimengerti, sebagaimana dilakukan oleh beberapa komunitas Kristiani?” atau “apakah bahasa yang diucapkan Mesias dan para rasulnya”, lalu, “bagaimanakah Mesias membaca dan memperlakukan Kitab Suci?” juga “Apakah Mesias merayakan Christmas pada Tanggal 25 Desember dan Easter?” Mungkin anda pernah memiliki salah satu dari beberapa pertanyaan diatas atau mungkin tidak pernah sama sekali mempertanyakannya. Bagi mereka yang pernah menggumuli pertanyaan-pertanyaan diatas, tulisan ini semacam peta jalan untuk menelusuri kembali jejak awal Kekristenan. Namun tidak semua hal akan dikaji dalam tulisan ini, mengingat keterbatasan halaman. Bagi mereka yang belum pernah sama sekali memiliki berbagai pertanyaan diatas, kajian ini merupakan rambu-rambu lalu lintas yang menyala merah dan meminta anda untuk berhenti sejenak serta melihat sisi lain dari sejarah kekristenan dan keberadaan kita sebagaii komunitas pengikut Mesias Yahshua. Beberapa tradisi liturgis dalam gereja Katholik, Orthodox dan Protestan, sebenarnya berakar dari Yudaisme. Pdt. Theo Witkamp, Th.D., menjelaskan dalam artikelnya, “Mazmur-Mazmur Kekristenan Purba Dalam Konteks Yahudi Abad Pertama”, sbb: “Gereja Kristen dimulai sebagai suatu sekte Yahudi. Oleh karena itu, kalau kita ingin tahu tentang asal-usul dan latar belakang ibadah Kristen awal, kita terutama harus

2

Page 6: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

6 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

memandang kebiasaan-kebiasaan liturgis dan musikal dari agama Yahudi pada Abad Pertama Masehi”1 Dalam perkembangannya, akibat suasana Anti Semit yang berkembang kuat di luar Yerusalem, Gereja (Qahal Mesias) dari kalangan non Yahudi (Christianos, Kis 11:26) mulai melepaskan diri dari lingkungan Yudaisme dan Gereja dari kalangan Yahudi (Netsarim, Notsrim, Nazoraios, Kis 24:5,11). Ketika Gereja non Yahudi berkembang di luar Yerusalem, khususnya di Roma dan seluruh wilayah jajahannya dan berkembang sampai Eropa, maka Gereja mulai mengembangkan liturginya yang melepaskan banyak unsur-unsur dalam Yudaisme dan Keyahudian. Nelly Van Doorn-Harder, MA., dalam artikel berjudul “Akar-Akar Keyahudian Dalam Liturgi Kristen, mengatakan: “Bila Liturgi Protestan dilihat sebagaimana yang ada sekarang, sulit dibayangkan bahwa akar dari semua kehidupan liturgis Kristen, dapat ditemukan dalam Liturgi Yahudi. Karena Yesus adalah seorang Yahudi. Ia selalu mengutip dan menggunakan cerita-cerita, tema-tema dan simbol-simbol dari Perjanjian Lama. Perayaan-perayaan perjamuan kudus dan rumusan doa sehari-hari gereja purba diambil dari cara Yudaisme…Proses melupakan warisan keyahudian ini, berawal dari pengajaran mengenai amanat Kristen di luar tanaah asalnya sendiri, tanah Palestina, yakni ketika pesan Kristen ini dikontekstualisasikan dengan cara menyerap budaya-budaya dan ide-ide lokal seperti ide-ide filsafat Yunani”.2 Fakta penting pertama dari penjelasan Nelly Van Doorn-Harder adalah bahwasanya berbagai liturgi Kekristenan merupakan WARISAN yang BERAKAR dari Yudaisme, dimana Yesus Sang Mesias pun menggunakannya dalam ibadah harian (tefilah) maupun sabat di Sinagog-Sinagog Yahudi di Yerusalem.

1 Mazmur-Mazmur Kekristenan Purba Dalam Konteks Yahudi Abad Pertama,

Dalam Jurnal Teologi GEMA Duta Wacana, No 48 Tahun 1994, hal 16

2 Akar-Akar Keyahudian Dalam Liturgi Kristen, Dalam Jurnal Teologi GEMA Duta

Wacana, No 53, 1998, hal 72

2

Page 7: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

7 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Selanjutnya Nelly mengatakan: “Reformasi Protestan memiliki tujuan untuk kembali kepada tradisi-tradisi Kristen yang murni. Sayangnya, pada zaman para reformator, terdapat sedikit informasi mengenai isi dari tradisi Kristen ini. Dalam kenyataan, yang terjadi adalah para reformator bahkan membawa gereja keluar jauh dari warisan aslinya karena mereka dipengaruhi oleh suatu budaya yang berorientasikan ilmu pengetahuan sebagai hasil Renaisance. Sehingga keaslian sikap Kristen Yahudi yang senantiasa berdialog secara konstan dengan (Tuhan) yang penuh simbol dan misteri, sama sekali hilang dari kehidupan liturgi protestan dan diganti oleh penekanan ala Protestan, yakni doktrin”3. Fakta ini membawa kita pada pemahaman bahwa para reformator tidak menguasai hakikat liturgi Yudaisme dan mengabaikan peran penting liturgi sebagai suatu bentuk tata ibadah yang hidup antara umat dan Tuhannya, dan menitik beratkan pada doktrin. Penjelasan Nelly berikutnya yang tidak kalah menarik untuk kita simak: “…melupakan akar-akar keyahudian, memberikan konsekuensi-konsekuensi serius terhadap kehidupan liturgi Kristen. Bila orang-orang Kristen tidak lagi memahami arti sepenuhnya latar belakang keyahudian dalam kehidupan liturgi mereka, kontroversi-kontroversi seperti yang ada dalam interpretasi mengenai perjamuan kudus, mulai nampak diantara orang-orang Kristen. Akibat dari kontroversi-kontroversi ini adalah munculnya perpecahan-perpecahan dan aliran-aliran dalam gereja”4. Fakta ketiga yang teramat penting, bahwa terputusnya Kekristenan reformasi yang melahirkan gereja-gereja beraliran Lutheran, Calvinis, Baptis, Menonit, Moronite, dalam menerapkan tradisi tata ibadah warisan Yudaiknya, telah menyebabkan berbagai PERPECAHAN DENOMINASI. Padahal, pada mulanya para pengikut Mesias di Abad I Ms beribadah di sinagog, menggunakan tata ibadah Yudaik serta doa-doa Yudaik, namun dikarenakan ketidak mengertian Kekristenan terhadap akar-akar Yudaiknya, mengakibatkan timbulnya perpecahan dan berbaga penafsiran

3 Ibid., hal 72-73

4 Ibid., hal 73

4

Page 8: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

8 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

gereja-gereja reformasi yang bertumbuh di Eropa, Amerika dan Afrika serta Asia, terhadap tata ibadah Kekristenan yang mula-mula. Beberapa denominasi Kristen non Orthodox, Katholik, Protestan seperti Pentakostal dan Kharismatik, melepaskan diri dari suatu keterikatan terhadap liturgi dalam beribadah. Liturgi dipandang sebagai suatu kebekuan dalam beribadah. Sikap-sikap negatif terhadap liturgi dalam ibadah, sebenarnya dikarenakan ketidakmengertian hakikat dan makna liturgi dalam kehidupan ibadah Gereja pada awal pertumbuhannya.. Van Olst mengatakan sbb: “Liturgi, seperti yang ditekankan oleh Cromphout dalam bukunya tentang Kitab Wahyu, adalah „mengaku dan menyanyi di hadirat (Tuhan) bahwa ada keselamatan; dan mengatakan bahwa Dia sajalah penguasa asas segala sesuatu dan dengan demikian mematahkan daya tarik dunia dan kekuatannya. Tata cara (setting) liturgis ini pada saat yang sama, membentuk relevansi praktis dari Kitab Wahyu….Pasal 5 menerangkan tentang suatu peristiwa/kegiatan liturgis yang akbar. Keempat mahluk itu dan dua puluh empat tua-tua menyanyikan satu lagu baru (ayat 9) diikuti dengan suatu puji-pujian agung untuk Sang Anak Domba – lagu pujian yang dikenakan dengan relevansi politis yang besar karena kekuasaan dari sang kaisar secara jelas diberikan kepada Sang Anak Domba. Dalam hal ini, sama seperti dalam pasal sebelumnya, kita menyaksikan bagaimana liturgi itu dirayakan di sorga - oleh para malaikat, keduapuluh empat tua-tua itu, orang-orang suci, keempat mahluk hidup itu secara singkat, oleh segenap ciptaan (keempat mahluk hidup itu mewakili kosmos)5 Dari penjelasan Van Olst, kita melihat bahwa Liturgi berakar bukan hanya daari Yudaisme dan Sinagoga, melainkan berakar dari Kitab Suci. Bahkan liturgi adalah suatu percakapan yang hidup dan interaktif di Sorga. Dan liturgi Kekristenan seharusnya mengadaptasi unsur-unsur liturgi Yudaisme dalam tata ibadahnya.

5 Alkitab & Liturgi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999, hal 10-11

4

Page 9: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

9 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

John Fischer, seorang Mesianik Yahudi yang telah mengimani bahwa Yahshua sebagai Mesias, mengatakan mengenai fungsi liturgi sbb: “In so doing, liturgy teaches us about God and his actions in our world. The liturgy, though an effective guide in worship, is not worship in and of itself. It must be accompanied by the right attitude”6 (Dengan demikian, liturgi mengajar kepada kita mengenai Tuhan dan karya-Nya di dunia. Meskipun demikian, liturgi merupakan petunjuk efektif dalam beribadah. Liturgi bukanlah penyembahan dalam dan dari dirinya sendiri. Liturgi seharusnya dikaitkan dengan sikap yang benar). DR. David Stern memberikan ulasan mengenai bentuk liturgis ibadah di Bait Suci, yang terdiri sbb:7

Doa pembukaan, mazmur-mazmur dan himne-himne Barekhu, panggilan khusus beribadah Shema, pengakuan iman, mengumumkan kekuasaan Elohim atas

Israel, yang diulang baik pagi maupun petang Amidah, Pujian/Doa. Delapan Belas Doa Berkat (Eighteen

Benedictions), sinopsis doa harian, berhubungan dengan korban harian, pagi, siang dan petang

Keriat ha Torah, Membaca Firman Elohim (TaNaKh) terkadang dengan terjemahan, penjelasan atau kotbah. Termasuk doa-doa dan himne-himne

Marilah kita perbandingkan struktur liturgis dan tata ibadah di Bait Suci sebelum hancur pada tahun 70 Ms, dengan liturgi atau tata ibadah gereja-gereja di Indonesia sbb:8

1. Votum dan Salam serta Introitus

6 Siddur for Messianic Jews ,Florida: Menorah Ministries, 2002, p. 180

7 David H. Stern & Eleazar Brandt, The Use of Liturgy in Messianic Jewish Worship

dalam MISHKAN No 25, 1996, Messianic Jews & Liturgy, www.caspari.com

8 Unsur-Unsur Liturgia Yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja Di Indonesia, BPK

Gunung Mulia, 1986

Page 10: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

10 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

2. Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugrah dan 10 Hukum 3. Gloria Kecil, Kyrie Eleison dan Nyanyian Pujian 4. Doa, Pembacaan Kitab Suci dan Kotbah 5. Mazmur dan Halelu-Yah 6. Pengakuan Iman 7. Doa Syafaat 8. Pemberian Jemaat (persembahan) 9. Nyanyian dan Paduan Suara 10. Berkat

Saya menyusun siddur dengan mengadaptasi beberapa siddur yang dilaksanakan oleh beberapa kalangan Mesianik Yahudi di Eropa dan belahan negara lainnya, sebagaimana telah diulas dalam kata pengantar siddur ini. DR. John Fischer memberikan beberapa pola alternatif dalam penggunaan liturgi ibadah dalam Siddur Mesianik sbb:9

1. Hadlakat Haneyrot (penyalaan lilin Shabat) 2. Lekhu Neranenah 3. Lekhah Dodi 4. Barkhu 5. Birkat sebelum Shema 6. Shema (Ul 6:4-5) 7. Ha Elohim Asher (Heb 1:1-3) 8. We Shamru (Kel 31:16-17) 9. Penggalan Kadish 10. Mazmur 23 11. Tefilat ha Talmidim (Doa Para Murid) 12. Amidah 13. Pembacaan Kitab Suci 14. Kotbah 15. Magen Avot 16. Membaca Kadish 17. Kiddush 18. Aleinu 19. Kaddish 20. Yigdal

9 Op.Cit., p. 122-123

Page 11: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

11 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

21. Adon Olam 22. Lagu pujian 23. Birkat Harun (Bil 6:24-26)

Liturgi ibadah Shabat dalam Siddur Avodah Shabat Gereja Kemah Abraham Pos Bajem Klirong-Kebumen dan komunitas Forum Study Messianica menggunakan urutan sbb:

1. Doa Pembukaan 2. Tefilah ha Patha 3. Votum 4. Barekhu 5. Shema & Ahavta 6. Menyanyikan Shema Yishrael 7. Pujian Pembukaan 8. Tehilim ha Shamayim 9. Pujian menjelang Firman 10. Birkat pembuka dan penutup membaca Kitab Suci 11. Midrash 12. Tefilah Avinu 13. Pengakuan Iman 14. Doxologi 15. Birkat Kohanim 16. Lagu penutup

Makna teologis dari urutan tersebut adalah sbb: Pemimpin ibadah dan umat bersama-sama memulai ibadah dengan mengawali dalam doa untuk mempersiapkan diri menghampiri YHWH (No 1-2). Kemudian dilanjutkan dengan “Votum” sebagai wujud mengkonstantir kehadiran Tuhan (No 3). Kemudian dilanjutkan “Barekhu” atau panggilan beribadah dengan mengucapkan secara bersahutan, mazmur-mazmur pilihan (No 4). Mengucapkan secara bersahutan dan bersamaan, “Shema & Ahavta”, sebagai suatu proklamasi iman dan pengakuan bahwa Gereja (hanya menyembah satu Tuhan Pencipta, yaitu YHWH. Pengakuan ini dilanjutkan dengan suatu ikrar untuk mengasihi-Nya dengan keseluruhan eksistensi diri kita. Dengan mengucapkan Shema, Gereja hendak menyatakan kontinuitasnya dengan Yudaisme dan komunitas Mesianik Yudaisme atau Mesianik Yahudi (No 5). Pengucapan “Tehilim ha Shamayim”, secara

8

Page 12: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

12 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

bersahutan dan bersamaan, merefleksikan suatu pengagungan kepada YHWH dan Yesus Sang Mesias, sebelum mendengar Firman Tuhan. “Midrash” atau pengajaran, merupakan simbolisasi dan tanda kehadiran dan pernyataan kehendak YHWH di dalam Yesus Sang Mesias, yang dinyatakan dalam peremuan komunal (No 8). Setelah selesai pemberitaan Firman, dilanjutkan dengan pengucapan secara bersama “Tefilah Avinu” sebagai suatu ikrar doa yang diajarkan oleh Yahshua Sang Mesias (No 12). Pengucapan “Pengakuan Iman” hendak mengingatkan pada Gereja khususnya Gereja non Yahudi, bahwa mereka terhubung dengan Gereja segala abad, untuk mengikrarkan diri menentang berbagai bidat-bidat yang menyerang eksistensi dan keutuhan Gereja dalam pertumbuhannya. Dengan mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli, kita turut menentang ajaran Arianisme yang mengajarkan bahwa Yesus hanyalah manusia yang diadopsi oleh Tuhan, menentang Ebionisme yang mengajarkan bahwa tubuh Yesus hanyalah semua maka kematian-Nya sebagai manusia pun adalah semu. (No 13). Sebelum penutup ibadah dilaksanakan pengangungan kebesaran atas karya Bapa, Putra dan Roh Kudus dalam suatu seruan doxologis (No 14). Dan sebagai penutupan ibadah, diucapkan “Birkat Kohanim” oleh imam atau pemimpin ibadah, untuk menegaskan berkat YHWH bagi mereka yang takut akan Dia dan mematuhi Firman-Nya. Beberapa bentuk liturgi Yudaisme dan beberapa istilah dan nama-nama individu dengan mempertahankan bentuk Ibraninya, merupakan komitmen untuk mempertahankan akar semitik Gereja (No 15) yang berakar dari Yudaisme.

Page 13: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

13 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

BAB II

TEFILAH: IBADAH HARIAN KEKRISTENAN PERDANA

Jika kita memperhatikan dan membandingkan aspek ibadah agama-agama, maka hampir memiliki sejumlah kesamaan, al. adanya tempat beribadah, adanya pola beribadah yang teratur, adanya pola doa pribadi yang teratur serta waktu-waktu tertentu dalam ibadah serta doa pribadi.

Kekristenan yang lahir dan dibesarkan dalam konteks Yudaisme, tidak luput dari bentuk-bentuk ibadah yang teratur tersebut. Bentuk-bentuk ibadah tersebut al., Sabat, 7 Hari Raya, dan Doa Harian. Namun jika kita melihat fakta yang kita temui saat ini, justru kita melihat suatu distorsi yang luar biasa terjadi dalam tubuh gereja. Salah satu distorsi yang mencolok adalah terabaikannya eksistensi dan fungsi doa harian. Kekristenan lebih mengenal doa-doa spontan yang dilakukan pada waktu-waktu yang insidental (tiba-tiba]) Kecenderungan ini sangat kuat terjadi dikalangan denominasi Protestan, Pentakostal dan Kharismatik. Gerakan Reformasi yang dilakukan Luther dan para reformator lainnya banyak memangkas aspek-aspek penting dalam peribadahan, al. doa harian yang sebenarnya dalam Gereja Roma Katholik pada waktu itu masih diberlakukan.

Dalam kajian kali ini kita akan melakukan penelusuran historis mengenai pola doa orang-orang beriman dizaman pra Mesias sekaligus zaman pra pembuangan ke Babilonia dan Asyur lalu dilanjutkan zaman Mesias serta pra Mesias. Pada bagian akhir tulisan ini, kami akan mengajak pembaca sekalian untuk mengaktualisasikan kembali spiritualitas pengikut Mesias yang telah terlupakan dalam rentang sejarah gereja.

Page 14: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

14 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

DEFINISI DOA

Dalam bahasa Ibrani, kata “Doa” rata-rata diterjemahkan dengan “Tefila”. Padanan dalam bahasa Yunaninya adalah “Proseukhe”. Baik “Tefila” maupun “Proseukhe” dapat memiliki dua pengertian:

1. Perkataan spontan seseorang kepada Tuhan yang diutarakan dalam ibadah pribadi (2 Sam 7:7, Mzm 141:5, Luk 19:46, Mat 17:21)

2. Waktu-waktu tertentu dalam berdoa dengan diiringi sikap tubuh yang tertentu (Mzm 55:17, Dan 6:11)

hlpt (Tefilah)

proseuch; (Proseuxe)

POLA DOA PRA PEMBUANGAN:

(WAKTU BERDOA) Daud “Tetapi aku berseru kepada Tuhan dan YHWH akan menyelamatkan aku-diwaktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Dia mendengar suaraku” (Mzm 55:17-18)

Page 15: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

15 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

“Tetapi aku ini, ya YHWH, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang kepada-Mu” (Mzm 88:14) Daniel “Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka kearah Yerusalem; tiga kali sehari dia berlutut, berdoa serta memuji Tuhannya, seperti yang biasa dilakukannya” (Dan 6:11)

Ezra “Pada waktu korban petang bangkitlah aku dan berhenti menyiksa diriku, lalu aku berlutut dengan pakaianku dan jubahku yang koyak-koyak sambil menadahkan tanganku kepada YHWH Tuhanku” (Ezr 9:5)

(SIKAP TUBUH SAAT BERDOA)

Berdiri

“Tetapi Abraham masih tetap berdiri dihadapan YHWH” (Kej 18:23) Sujud “Sujudlah menyembah kepada YHWH dengan berhiaskan kekudusan…” (Mzm 96:9)

Berlutut

“Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut dihadapan YHWH yang menjadikan kita” (Mzm 95:6)

Mengangkat kedua tangan

“Marilah kita mengangkat tangan dan hati kita kepada Tuhan di Surga” (Rat 3:41)

Page 16: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

16 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

POLA DOA PASKA PEMBUANGAN:

(WAKTU BERDOA) Yesus Sang Mesias “Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman ia berdoa kepada Tuhan” (Luk 6:12) Petrus & Yohanes di Yerusalem “Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu jam kesembilan (jam tiga petang), naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Tuhan” (Kis 3:1)

Petrus di Yope “Keesokan harinya ketika ketiga orang itu berada dalam perjalanan dan sudah dekat kota Yope, naiklah Petrus keatas rumah untuk berdoa” (Kis 10:9)

Kornelius di Kaisarea “Di Kaisarea ada seorang yang bernama Kornelius, seorang perwira pasukan yang disebut pasukan Italia. Dia saleh, serta seisi rumahnya takut akan YHWH dan dia banyak memberi sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Tuhan” (Kis 10:1-2)

(SIKAP TUBUH SAAT BERDOA)

Berlutut

“Kemudian Dia (Yesus) menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Dia berlutut dan berdoa” (Luk 22:41) “Sesudah mengucapkan kata-kata itu, Paulus berlutut dan berdoa bersama-sama dengan mereka semua” (Kis 20:36)

Page 17: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

17 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Merebahkan diri

“Dia maju sedikit, merebahkan diri ketanah dan berdoa supaya sekiranya mungkin, saat itu lalu daripada-Nya” (Mrk 14:35)

TEFILAH SHAKHARIT, MINHAH, MA’ARIV

Yudaisme memberi nama-nama ibadah harian tersebut dengan Shakharit, Minha dan Maariv. Adapun Shakharit dimulai sekitar menjelang pagi (pk 05.00-pk 11.00) Minha di mulai sekitar tengah hari sampai menjelang petang (pk 12.00-17.00) dan Maariv di mulai dari awal petang sampai malam (pk.18.00-23.00). Di setiap waktu tefilah, biasanya mereka mengucapkan Shema, membaca mazmur dengan nyanyian, mengucapkan Shemone Esrei dengan diiringi berbagai postur tubuh yang tertentu. Yudaisme modern biasanya menggunakan Siddur sebagai panduan doa pribadi dan doa-doa pada saat hari raya. Berikut postur-postur doa dalam Yudaisme di Sinagog:

Rabbi Hayim Ha Levy Donim menjelaskan mengenai postur ibadah di atas sbb: "In most contemporary congregations very few people keep to the tradition of falling prostrate. Sometimes it is only the Prayer leader and the rabbi who does so. In more traditional congregations, however, some worshipers, men and women, will join the Prayer Leader and rabbi in the act of prostrating themselves. In Israeli synagogues, the practice is more widespread than in synagogues elsewhere. Since this is a position that we are unaccustomed to, one who has never done this before might very well demur. But once accomplished, the experience provides such a spiritual uplift that one looks forward to repeating it. Those willing to try this

14

Page 18: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

18 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

ancient ritual form on the rare occasions that call for it might welcome the following diagrams of the correct procedure"1 (Dalam banyak sidang jemaat beberapa jemaat memelihara tradisi meniarapkan tubuh. Terkadang posisi ini hanya dilakukan oleh para pemimpin dan rabi. Meskipun demikian, di banyak sidang jemaat tradisional, beberapa penyembah, laki-laki dan perempuan akan bergabung bersama dalam Pemimpin Doa dan rabbi dengan meniarapkan diri mereka sendiri. Di Sinagoge Israel, praktek ini lebih menyebar luas dibandingkan di sinagog manapun. Karena posisi ini tidak biasa seseorang yang belum pernah melakukannya akan sangat merasa sangat berat.. Namun sekali melakukannya, pengalaman ini akan menyediakan peningkatan spiritual yang membuat seseorang mengulangi hal tersebut. Mereka yang berkeinginan untuk mencobai bentuk ritual kuno ini, jarang dapat melakukan dengan baik tanpa melihat diagram dibawah ini”) Bernardus Boli Ujan, SVD memberikan ulasan mengenai doa harian Yahudi sbb: “Pada masa Yesus orang Yahudi berdoa menurut ritme yang berbeda. Ritme pertama berdasarkan Ulangan 6:4-7; 11:19. Waktu tidur dan bangun semua orang harus mendaraskan Shema…Teks ini mengungkapkan waktu doa yang sesuai dengan ritme kehidupan manusia (tidur-bangun), tetapi yang cocok juga dengan ritme perubahan alam (siang-malam). Ritme kedua berdasarkan Kitab Daniel 6:11, Ydt 9:1; 12:5-6; 13:13. Dalam teks-teks ini disebut kebiasaan orang Yahudi untuk berdoa tiga kali sehari. Menurut Mazmur 55:17-18, tiga waktu doa itu adalah sore, pagi dan tengah hari…Bagaimana sekalipun kebiasaan membuat doa tiga kali sehari sudah ada pada zaman Yesus”2.

1 To Pray As A Jew: A Guide to the Prayer Book & Synagoge Service, Basic Books,

1980,p. xxii

2 Bernardus Boli Ujan, SVD., Memahami Ibadat Harian: Doa Tanpa Henti Semua Anggota Gereja, Maumere: Ledalero, 2003, hal 15-16

Page 19: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

19 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

PELESTARIAN DOA-DOA HARIAN DALAM GEREJA TIMUR DAN GEREJA BARAT SERTA GEREJA-GEREJA REFORMASI

Tulisan-tulisan paska rasuli sampai masa Kontantinus Agung (Abad I-IV M) banyak mengulas eksistensi mengenai ibadah harian berikut varian pemahaman dan pelaksanaannya3. Kitab Didache (50-70 M) menasihatkan para orang Kristen untuk berdoa Bapa Kami tiga kali sehari. Surat pertama Klemens (96-98 M) dari Roma kepada orang Korintus mengenai kewajiban berdoa yang telah ditentukan oleh Tuhan. Surat Plinus kepada Trajanus (112 M) mengenai doa sebelum matahari terbit. Klemens dari Alexandria (150-215 M) menolak pola doa harian Yudaisme dan menggantikan dengan doa sebelum, selama dan sesudah makan dan menjelang tidur serta bangun tidur. Hypolitus (215 M) menambahkan doa harian tiga kali sehari dengan doa tidur, tengah malam dan saat ayam berkokok. Tertulianus (220 M) menyarankan doa harian tiga kali sehari dengan menghadap ke Timur kea rah matahari terbit. Origenes (254 M) menggarisbawahi empat jam doa harian yaitu pagi, siang, malam dan sebelum tidur. Sikap tangan terentang sebagai tanda korban petang serta pembacaan Mazmur 140 sebagai isi doa malam. Siprianus (258 M) melestarikan doa harian Yudaisme. Gereja Orthodox dan Katholik yang berkembang diluar Yerusalem, masih tetap memelihara pola ibadah harian yang diwariskan dari Yudaisme, meskipun dalam corak dan pemahaman teologis yang berbeda. Mereka melakukan doa harian sebagai ekspresi penghayatan terhadap pengalaman Mesias menjelang di salibkan dan bangkit dari kematian. Dalam tradisi gereja Orthodox, seperti Syria dan Mesir, mengenal liturgi doa harian yang disebut , Ashabush Sholawat, 4 yang terdiri dari :

1. Sholat Sa‟atul Awwal (Sholat jam pertama, jam 06.00) 2. Sholat Sa‟atuts Tsalits, (Sholat jam ketiga, jam 09.0)

3 Op.Cit., Memahami Ibadat Harian: Doa Tanpa Henti Semua Anggota Gereja, hal

19-22

4 Bambang Noorsena, Sekilas Soal Sholat Tujuh Waktu Dalam Gereja Orthodox,

dalam PENSYL, No 29/III/1996

Page 20: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

20 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

3. Sholat Sa‟atus Sadis, (Sholat jam keenam, jam 12.00) 4. Sholat Sa‟atut Tis‟ah, (Sholat jam kesembilan, jam 15.00) 5. Sholat Ghurub, (Sholat terbenamnya matahari, jam 18.00) 6. Sholat Naum (Sholat malam, jam 19.00) 7. Sholat Satar (Sholat tutup malam, jam 24.00)

Sementara Gereja Katholik di Abad Pertengahan mengenal yang disebut De Liturgia Horarum 5 yaitu :

1. Laudes (Doa pagi) 2. Hora Tertia (Doa jam ketiga) 3. Hora Sexta (Doa jam keenam) 4. Hora Nona (Doa jam kesembilan) 5. Verper (Doa senja) 6. Vigil (Doa malam) 7. Copletorium (Doa penutup)

Istilah “Liturgia Horarum” dalam bahasa Inggris disebut “Liturgy of the Hours” (Liturgi Waktu). Nama ini mulai dipakai untuk pertama kali pada tahun 1959 dan menjadi populer selama Konsili Vatikan II, khususnya dalam Konstitusi Liturgi. Nama ini memperlihatkan bahwa ibadat ini dijalankan sesuai dengan jam atau waktu tertentu setiap hari yang pada dasarnya mempunyai arti simbolis sepeti terungkap dalam doa-doa yang dipakai dalam ibadat ini6. Disebut Liturgi karena ibadat ini sesungguhnya adalah doa atau kegiatan rohani seluruh umat sebagai Gereja dalam arti sebenarnya. Istilah harian (jam harian) menyatakan bahwa ibadat ini menguduskan waktu, jam siang dan malam. Sebenarnya dalam ibadat ini umat mengalami Tuhan yang tidak kenal waktu, yang abadi dan kudus. Oleh pengalaman berahmat itu manusia dikuduskan dalam waktu, hidup

5 Syeikh Efraim Bar Nabba Bambang Noorsena, Selayang Pandang Tentang Shalat Tujuh Waktu Dalam Kanisah Orthodox Syria, Surabaya, 19 Juni

1998_________________ 6 Op. Cit., Memahami Ibadat Harian: Doa Tanpa Henti Semua, hal 10

Page 21: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

21 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

dan karyanya sehari-hari diberkati dan dikuduskan oleh Tuhan, saat atau sejarah hidupnya menjadi saat yang penuh rahmat dan menyelamatkan7.

Dalam perspektif Roma Katholik yang mengacu pada istilah Latin, ada beberapa istilah yang dipergunakan selain “Liturgia Horarum” yaitu “Ofisi Ilahi” (Oficium: Kegiatan, Kewajiban), “Brevir” (Breviarum: Ringkasan, Singkatan), “Opus Dei” (Karya Tuhan), “Pensum Servitutis” (Takaran Pelayanan), “”Horae Canonicae” (Jam-jam wajib), “Horologion” (Jam-jam doa)8.

Namun demikian, gereja-gereja Barat secara perlahan-lahan mengabaikan peranan doa harian dengan sikap-sikap tubuh tertentu dan jam-jam tertentu dan menjadikannya sebagai doa yang berkaitan dengan tugas para imam. James F. White menjelaskan kenyataan tersebut sbb: “Di Barat, ibadah umat menghilang dalam beberapa abad, kerugian besar bagi kekristenan. Ibdah umum harian, selain melaksanakan ekaristi, menjadi tradisi rohaniawan dan biarawan yang hamper-hampir ekslusif selama berabad-abad”9

Para reformator tetap mempertahankan doa-doa harian sebagai pembentuk kerohanian umat sekalipun pol penerapannya beragam sebagaimana James F. White menjelaskan: “Para reformator Protestan mengambil langkah-langkah lebih drastic ke pembaruan praktik doa umum harian…reformator-reformator yang beragam itu menemukan berbagai pemecahan berbeda-beda terhadap masalah pemulihan untuk penggunaan popular doa-doa umum harian”10

Di Zurich, Reformator Ulrich Zwingli meresmikan ibadah-iadah harian, yang terutama meliputi pembacaan-pembacaan Kitab Suci dan penafsiran atasnya. Martin Luther bersikap konservatif. Pada tahun 1523 dan 1526 ia

7 Ibid 10 8 Ibid., hal 11-12

9 Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia 2005, hal 120

10 Ibid., hal 127-128

Page 22: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

22 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

mengusulkan untuk balik kembali ke dua ibadah harian: matins (pagi) dan vesper (sore) pada hari-hari peringatan (hari-hari lain selain hari Minggu) yang mencakup pembacaan Kitab Suci, mazmur-mazmur, madah singkat, nyanyian, Doa Bapa Kami, doa syafaat, pengakuan iman dan doa syafaat. Lutheran Book of Worship yang terbit tahun 1978 menambahkan ke pola Luther dengan “Doa Pagi: Matins”. “Doa Senja: Vespers” dan “Doa Penutup Hari: Completorium”. Demikian pula pengarang Book of Common Prayer, Thomas Cranmer mengkombinasikan matins, laudes dan prime ari Sarum Breviary bahasa Inggris Abad Pertengahan ke dalam Matins, sedangkan Vespers dan Compline dipadatkan ke dalam Evensag. Doa siang dihilangkan olehnya11. James F. White memberikan komentar mengenai keberhasilan dan pengaruh Thomas Cranmer pada gereja di Inggris sbb: “Keberhasilan Cranmer tidak dapat diragukan lagi. Memang, ibadah doa pagi dan mlam yang dibuatnya, disamping menyediakan ibadah harian, menjadi ibadah ang digunakan dalam kebaktian setiap hari Minggu dalam Gereja Angikan selama tiga ratus tahun”12

AKTUALISASI DOA HARIAN

Berefleksi terhadap dat-data historis di atas, maka gereja perlu memulihkan ibadah doa harian dalam kehidupan pribadi, keluarga dan berjemaat. Merujuk pada pemahaman tentang akar-akar Semitik/Hebraik dari Kekristenan, maka konsep pemulihan ibadah harian yang dibicarakan dalam buku ini merujuk pada suatu pemulihan ibadah harian yang mengangkat kembali ekspresi-ekspresi Semitik/Hebraik.

Mari kita aktualisasikan pola doa harian dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengaplikasikan doa harian, kita telah melakukan beberapa perkara penting : Pertama, menghubungkan diri kita dengan pola ibadah tokoh-tokoh dalam Kitab Suci terdahulu (Musa, Daud Daniel, rasul-rasul Yesus Sang Mesias). Kedua, memulihkan liturgi doa yang teratur dengan berbagai ekspresi gerakan tubuh. Ketiga, mempertajam konsentrasi (kavanah) hati dan pikiran saat berinteraksi dengan Tuhan. Saya

11 Ibid., hal 128-130 12 Ibid., hal 131

Page 23: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

23 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

menyusun panduan tata ibadah harian yang pergunakan oleh komunitas yang saya pimpin yaitu Forum Study Messianica. Beberapa unsur doa yang diatur dalam tata ibadah, sbb :13

1. Membasuh Tangan (Netilat Yadaim)

2. Berdiri

Mengagungkan Tuhan Mengucapkan “Shema”, Ulangan 6:4 Mengucapkan “Ahavta”, Ulangan 6:5

3. Membungkuk Mengucapkan Yesaya 6:3

4. Berlutut

Mengucapkan Mazmur 95:6

5. Sujud

Mengucapkan Mazmur 96:9

6. Berlutut Membaca Mazmur pagi (Mzm 5:1-13)/siang (Mzm 15:1-5) petang

(Mzm 4:1-9)

Doa untuk Yerusalem, Mazmur 122:6-9

7. Berdiri

Mengucapkan “Asara Debarot” (Sepuluh Perintah)

8. Berlutut

Mengucapkan “Avinu” (Doa Bapa Kami)

Marilah kita masuk lebih dalam lagi dalam tingkatan spitualitas dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan Bapa Yahweh di dalam Yesus Sang Mesias, melalui mengaplikasikan secara personal dan komunal, Tefilah Shakharit, Minha dan Maariv.

13 Siddur ha Tefilah (Dwi Bahasa). Dapat juga diakses di http://www.messianic-indonesia.com/download/SDR_TEFILAH.pdf

Page 24: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

24 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

KEUTAMAAN MELAKSANAKAN TEFILAH:

(PENAJAMAN KESADARAN BATIN)

Dalam Matius 26:36-46, ketika Yesus merasa tertekan akibat mengetahui bahwa waktunya telah dekat bagi diri-Nya akan mengalami eksekusi, maka Dia meminta para murid-murid-Nya untuk berjaga dan berdoa untuknya. Namun para murid tidak melakukan apa yang diminta oleh Sang Guru. Mereka kedapatan sedang tertidur (ay 40). Nampaknya para murid kelelahan setelah mereka melakukan perjalanan dari bukit Zaitun (ay 3) menuju Taman Getsemani (ay 36). Jika anda mengidentifikasi diri anda pada posisi Yesus, apakah perasaan anda ketika melihat perilaku para murid-murid tersebut? Disaat anda membutuhkan dukungan moral dan spiritual orang-orang terdekat anda, namun mereka lalai, bagaimanakah perasaan anda? Keterbatasan dan kelemahan fisik terkadang menjadi penghalang bagi kita untuk mempertahankan stamina spiritual. Bahkan keterbatasan dan kelemahan fisik pun dapat menjadi alat bagi si jahat untuk menghambat kita mempertajam kerohanian kita. Rasa kantuk dan lelah dapat pula menjadi penghalang ketajaman kesadaran spiritual seseorang. Yesus mengetahui bahwa waktu bagi diri-Nya sudah sangat begitu dekat untuk mengalami apa yang telah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya oleh para nabi, yaitu penolakkan imam-imam Yahudi yang berujung pada eksekusi di kayu salib Golgota. Dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Dia mengalami rasa takut dan gentar (ay 37). Namun Yesus tidak melarikan diri dari masalah yang harus dihadapi-Nya. Matius mencatat, “Maka Dia maju sedikit lalu sujud dan berdoa” (ay 38), “Lalu Dia pergi untuk yang kedua kalinya dan berdoa” (ay 42), “…Dia membiarkan mereka disitu, lalu pergi dan berdoa untuk yang ketiga kalinya” (ay 44). Melalui sikap Yesus menghadapi eksekusi diri-Nya, kita mendapatkan mutiara pengajaran berharga bahwa Tefilah memiliki keutamaan, yaitu: Pertama, memberikan kelegaan dan kekuatan saat kita menghadapi berbagai tekanan yang di luar batas kemampuan. Saat Yesus sedih dan gentar, Dia “bersujud dan berdoa” (ay 37-38). Kedua, menghindarkan diri dari pencobaan si jahat. Satan selalu berkeliling mencari kelemahan seseorang seperti singa yang

Page 25: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

25 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

mengaum (1 Ptr 5:8-9). Dia akan mencobai manusia pada titik yang paling lemah, yaitu kelemahan dan keterbatasan fisiknya (kantuk, malas, letih) sebagaimana dikatakan Yesus, “Berjagalah dan berdoalah agar tidak terjatuh dalam pencobaan, karena roh penurut namun daging lemah” (ay 41). Tefilah Shakharit, Minhah dan Ma‟ariv merupakan sarana untuk mempertajam kesadaran batin orang beriman terhadap kehadiran Tuhan dan mencegah kita dari melakukan berbagai perbuatan yang menjerumuskan dalam berbagai perbuatan berdosa.

IBADAT HARIAN (SEBAGAI KENANGAN AKAN MISTERI MESIAS)

Berkaitan dengan relasi teologis antara misteri Mesias dengan ibadah harian, Bernardus Boli Ujan, SVD memberikan penjelasan yang menarik kita renungkan: “Di dalam Ibadat Harian, Yesus Kristus tidak hanya hadir untuk berdoa tetapi juga untuk membuat misteri penyelamatan terwujud lagi. Dengan merayakan Ibadat Harian misteri Paskah menjadi nyata dan efektif untuk hidup kita, dalam kurun waktu kita. Simbol-simbol utama, seperti terang dan kegelapan, matahari yang terbit pagi hari sesudah terbenam dalam malam yang kelam, mengungkapkan keseluruhan misteri Kristus sebagai Matahari keadilan dan kesetiaan, sebagai Terang yang bercahaya untuk semua bangsa dan menghalau kegelapan dosa manusia”14

PENTINGNYA KAVANAH

Kavanah artinya “konsentrasi” atau “sungguh-sungguh”. Tefilah harian dengan mengucapkan kata-kata yang sama dan postur tubuh yang sama, dapat menimbulkan rutinitas yang beku dan mati. Untuk membantu suasana kavanah saat tefilah adalah persiapan batin yang benar. Jika batin tidak memiliki kerinduan untuk memuji dan menyembah Tuhan,

14 Op. Cit., “Memahami Ibadat Harian: Doa Tanpa Henti Semua, hal 59-60

58

Page 26: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

26 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

maka yang ada hanyalah aktivitas mekanis. Inilah makna “menyembah dalam roh dan kebenaran” (Yoh 4:24) Berikutnya adalah menghayati setiap kata demi kata yang diucapkan, baik yang dihafalkan maupun yang dibaca saat mengucapkan mazmur pagi, mazmur siang dan mazmur malam. Dengan membaca secara seksama, mata dan pikiran serta batin diarahkan untuk mengalami penyadaran terhadap firman Tuhan yang berkuasa. Kemudian kavanah dapat muncul jika tempat dimana kita melaksanakan tefilah merupakan tempat yang nyaman dan tertutup serta jauh dari hingar bingar. Yesus mengajarkan, “Apabila kamu tefilah, masuklah ke dalam kamar, tutuplah pintu dan tefilahlah kepada Bapamu yang ada ditempat tersembunyi” (Mat 6:6). Selain itu, kavanah dapat ditingkatkan dengan menaikkan beberapa lagu pujian saat hendak menaikkan doa-doa spontan dan pribadi. Terakhir, kavanah dapat dibentuk melalui pola mengucapkan Aqanim YHWH (gelar-gelar YHWH) atau Shemoth YHWH (nama-nama YHWH) dengan menggunakan akedah (ikatan)15. Komunitas Katholik menyebutnya Rosario, sementara dikalangan Orthodox disebut Komboskini dan dikalangan Islam disebut Tasbih. Berbagai agama diluar Kekristenan dan Yudaisme, kerap dijumpai penggunaan ikatan untuk menyebut nama-nama tuhan mereka, dengan tujuan mendapatkan suasana konsentrasi atau mendapatkan kekuatan supranatural tertentu.

15 Teguh Hindarto, Aspek Esoterisme Dalam Beragama & Berteologia http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/03/aspek-esoterisme-dalam-beragama-dan.html

Page 27: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

27 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

BAB III

SHABAT: IBADAH PEKANAN KEKRISTENAN PERDANA

SHABAT ADALAH SUATU PERINTAH

Dalam Kitab Keluaran 20:8 dikatakan, "Zakor et yom ha shabat le qadsho". Frasa tersebut lebih tepat diterjemahkan, "Ingatlah hari Shabat untuk menguduskannya". Tidak ada kata "dan", sehingga terjemahan LAI kurang tepat. The Scriptures menerjemahkannya sbb ,"Remember the Shabat day, to set it apart"1 . Orang beriman diperintahkan bukan hanya untuk mengingat namun dilanjutkan dengan menguduskan Shabat. Kata "menguduskan" bermakna "dipisahkan".

KARAKTERISTIK SHABAT

Kemudian dalam Keluaran 20:9 dikatakan pula, "Sheshet yamiym taavod we asyita kal melakteka, we yom ha sheviya, shabat le Yahweh Eloheika". Ada tiga kata yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, "avad", "Ashah", "malak".

"Avad" : Bekerja, melayani, hamba, budak. Kata Ibadah, berasal dari kata, "Avodah" bermakna melayani atau menjadi hamba dari Tuhan.

"Ashah" : Berbuat, Mengerjakan sesuatu dari yang sudah ada "Melekh" : Raja, Berkuasa

Semua aktivitas diatas berkonotasi suatu tindakan rutinitas dalam hidup dalam rangka mendapatkan sesuatu pendapatan hidup. Namun pada hari yang ketujuh, harus dihentikan.

1 The Scriptures , Institute Research Scriptures,2000

Page 28: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

28 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

BAGAIMANA MELAKSANAKAN SHABAT

Dijelaskan pada Keluaran 20:10, "Lo taasheh kal melaka, Atta ubeneka ubiteka avdeka waamateka ubehemteka wegerka asher bishareka". Orang beriman tidak diperbolehkan bekerja di hari Shabat. Kata "Bekerja" dalam ayat ini diterjemahkan dari kata "Melakha". Bukan sekedar bekerja biasa namun, "suatu pekerjaan yang bersifat menciptakan atau menguasai terhadap sesuatu"1. Kata ini berhubungan dengan kata "Melekh" (Raja). Yudaisme mengatur mengenai "Melakha" yang tidak boleh dikerjakan, dalam MISNAH SHABAT 7:2, yaitu :2

Sowing (menabur benih) Plowing (membajak) Reaping (memungut tuaian)

Binding sheaves (mengikat berkas) Threshing (mengirik) Winnowing (menampi) Selecting (menyeleksi) Grinding (menggiling) Sifting (mengayak, menampi) Kneading (membuat adonan) Baking (membakar) Shearing wool (mencukur wool) Washing wool (mencuci wool) Beating wool (memukul /menumbuk wool)

Dyeing wool (mencelup wool) Spinning (memintal) Weaving (menenun, menganyam) Making two loops (membuat dua potongan) Weaving two threads (menganyam dua benang) Separating two threads (memisahkan dua benang) Tying (mengikat) Untying (membuka) Sewing two stitches (menjahit dua jahitan)

1 Tracey R. Rich, Shabat, 1995-2005, www.jewfaq.org

2 Ibid.,

Page 29: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

29 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Tearing (menyobek) Trapping (menjerat binatang) Slaughtering (menyembelih) Flaying (menguliti)

Salting meat (mengasini makanan) Curing hide (merawat kulit) Scraping hide (memarut kulit) Cutting hide up (memotong kulit) Writing two letters (menulis dua surat) Erasing two letters (menghapus dua surat) Building (membangun) Tearing a building down (membongkar bangunan) Extinguishing a fire (memadamkan api) Kindling a fire (mengumpulkan kayu untuk perapian) Hitting with a hammer (memukul dengan palu)

Taking an object from the private domain to the public, or transporting an object in the public domain. (menggunakan benda /alat transportasi yang digunakan untuk kepentingan umum)

Kategorisasi diatas, menolong kita untuk mengenali berbagai aktivitas yang dikategorikan dengan "melakha". Halakha rabinik diatas merupakan penafsiran para rabbi Yahudi untuk menolong umat dalam mengklasifikasikan apa yang tidak boleh dikerjakan. Torah sendiri tidak memberikan kategorisasi yang spesifik. Agar tidak terjebak praktek yang bersifat legalistik (ketaatan pada hukum yang berlebihan, sehingga mengabaikan essensi hukum itu sendiri), kita harus memperhatikan apa yang diajarkan Mesias, "Sabat untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat" (Mrk 2:27). Apa artinya? Sabat hendaklah bukan menjadi beban atau kuk yang memenjarakaan kehidupan orang beriman karena Sabat diperuntukkan bagi manusia untuk beristirahat dan beribadah secara personal dan komunal kepada YHWH. Bahaya melakukan berbagai kategorisasi secara kaku dan mutlak tanpa memperhatikan konteks waktu dan tempat, dapat menimbulkan bahaya legalistik. Yudaisme melaksanakan Shabat sejak jum'at sore sampai sabtu sore. Ada tiga kegiatan saat Shabat : "Shabat Erev"(Jum'at sore), "Ibadah Shabat di Sinagog" (Sabtu pagi), "Havdalah" (Sabtu sore).

Page 30: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

30 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

ALASAN TEOLOGIS MELAKSANAKAN SHABAT

Dalam Keluaran 20:11 diberikan petunjuk bagaimana melaksanakan Shabat, "Ki sheshet yamiym asya YHWH et ha shamayim we et haaret et hayim we et kal asyer bam wayanakh bayom ha shevii. Al ken berak Yahweh et yom ha shabat wayeqadshehu". Secara gramatikal, Sabat memiliki makna, "ketujuh" dan "berhenti". Dalam Kejadian 2:2 disebutkan, "wa yekal Elohim ba yom ha sheviyi melakto asyer asah wa yishbot ba yom ha sheviyi mikal melakto asyer asah" (dan Tuhan telah menyelesaikan semua yang diperbuat-Nya, pada hari yang ketujuh. Dan berhentilah Dia pada hari yang ketujuh dari semua yang diperbuatnya) Ada hubungan antara kata "sheviyi" (ketujuh) dan "yishbot" (beristirahat), yang berakar dari kata "shin"-"bet"-"taw" yang bermakna "menghentikan", "mengakhiri", "beristirahat"2 . Secara essensial, Sabat dihubungkan dengan karya penciptaan YHWH. Ketika YHWH menyelesaikan proses penciptaan langit dan bumi serta isinya, Dia melanjutkan dengan "memberkati" dan "menguduskan" hari ketujuh, dimana Dia mengakhiri proses penciptaan. Dalam Kejadian 2:3 disebutkan, "wa yebarek Elohim et yom ha sheviyi wa yeqadesh otto ki vo shavat mikal melakto asyer bara Elohim la ashot" (maka diberkatilah oleh Tuhan hari yang ketujuh itu dan dikuduskan-Nya, sebab pada hari itu Dia berhenti dari semua yang diperbuat-Nya saat menciptakan). Sabat adalah hari yang diperkenan atau diberkati serta dikuduskan atau dipisahkan secara khusus dari hari-hari yang lain. Yang menarik untuk kita perhatikan, jika pada kata "berhenti", dalam Kejadian 2:2 dan kata "memberkati" serta "menguduskan" dalam Kejadian 2:2 digunakan bentuk kata imperfek (menunjukkan pekerjaan yang belum diselesaikan, sedang berlangsung)3, maka kata "berhenti" dalam Kejadian 2:3 digunakan bentuk "perfek" yang bermakna, "menunjuk pada suatu

2 Ibid.,

3 Prof. Harvey E. Finley, Ph.D. Biblical Hebrew: A Beginner Manual, Beacon Hill

Press of Kansas City, 1982, p.75

64

Page 31: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

31 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

kejadian yang sudah dikerjakan,lengkap"4. Hal ini bermakna bahwa YHWH Sang Pencipta telah menyelesaikan pekerjaan penciptaan tersebut dalam perspektif historis. Hari ini Yahweh TIDAK MENCIPTAKAN APAPUN. Hari ini, YHWH bertanggung jawab (mengawasi, mengatur, mengontrol) proses regenerasi (kelahiran) dan bukan kreasi (penciptaan) pada mahluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Pengkajian Kejadian 2:2-3 memberikan petunjuk pada kita bahwa Sabat bukan semata-mata ibadah yang secara ekslusif dihubungkan dengan keberadaan orang Yahudi atau Bangsa Israel kuno. Sabat merupakan pola Sang Pencipta yang ditetapkan sebagai hari peringatan untuk perhentian dan menghormati hari yang diberkati serta dikuduskan oleh-Nya. Kelak, ketika YHWH memilih suatu bangsa untuk menjadi saksi dan terang Firman-Nya, yaitu Israel, maka Yahweh berbicara melalui Musa, bahwa Sabat dihubungkan sebagai proses peringatan terhadap pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir (Ul 5:12, 15). Kitab TaNaKh memberikan kesaksian bagaimana Yahweh memberikan petunjuk teknis dalam memelihara Sabat, melalui kehidupan Bangsa Israel, sebagai prototype bangsa non Yahudi. Dalam petunjuk-petunjuk ini, ada yang bersifat situasional (bergantung pada konteks setempat) namun ada pula yang bersifat eternal (tidak berubah). Sifat situasional dikarenakan kondisi alam kehidupan dan bentuk komunitas sosial Bangsa Israel pada waktu itu. Beberapa petunjuk teknis memelihara Sabat dalam Kitab TaNaKh adalah sbb : PETUNJUK YANG BERSIFAT SITUASIONAL

Bekerja di hari sabat mendapat hukuman mati

Dalam Bilangan 15:32-36, disebutkan ada seorang lelaki yang mengumpulkan kayu api pada hari Sabat (Bil 15:32), lalu dipergoki oleh sesamanya. Orang ini lalu dibawa kepada Musa dan Harun serta orang-orang Israel (Bil 15:33). Selanjutnya dia dimasukkan dalam tahanan karena belum ada keputusan mengenai bentuk hukuman yang tepat [Bil 15:34]. YHWH akhirnya menetapkan bentuk hukuman mati bagi orang

4 Ibid.,

Page 32: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

32 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

tersebut (Bil 15:35). Akhirnya, orang itupun dilontari batu hingga mati (Bil 15:36). Pernyataan bentuk hukuman mati di sebutkan juga dalam Nehemia 10:31 dan Yeremia 17:21. Mempersembahkan korban bakaran

Dalam Bilangan 28:9-10, diperintahkan agar setiap jatuh Sabat, harus mempersembahkan dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela dan dua persepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian (Bil 28:9). PETUNJUK YANG BERSIFAT UNIVERSAL

Hari perhentian penuh dan ibadah "Hari itu harus menjadi Sabat, hari perhentian penuh bagimu dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya" (Im 16:31)

Hari pertemuan kudus "Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh, haruslah ada Sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus..."(Im 22:3) Kesempatan untuk sirkulasi tanah "Enam tahun lamanya kamu harus menaburi dan mengumpulkan hasil tanah itu, tetapi pada tahun ketujuh haruslah ada bagi tanah itu, suatu Sabat, masa perhentian penuh, suatu Sabat bagi YHWH. Ladangmu janganlah kau taburi dan kebun anggurmu janganlah kau rantingi" (Im 25:3-4) Mengapa hukuman mati dan mempersembahkan korban dikategorikan petunjuk yang bersifat situasional? Sebenarnya, inti dari Bilangan 15:32-36, Nehemia 10:31 serta Yeremia 17:21, mengisyaratkan bahwa melanggar Sabat membawa konsekwensi berupa hukuman. Makna

66

Page 33: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

33 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

hukuman adalah mendisiplin atau membuat jera serta memberi contoh agar yang lain tidak meniru perbuatan yang serupa. Bentuk hukuman mati, adalah bentuk yang terikat situasi pada zaman itu. Bentuk hukuman ini dilakukan bagi kasus pelanggaran berat. Jauh sebelum Torah diturunkan di Sinai sekitar tahun 1444 SM 5, telah berdiri Kerajaan Babilonia dengan rajanya bernama Hammurapi (1792-1750 SM). Dalam penemuan di Susa tahun 1902 Ms, didapatkan beberapa batu tulis yang menggambarkan bentuk peraturan yang disusun Hammurapi sebanyak 282 aturan yang diilhami oleh penyembahan pada dewa Marduk. Dalam Codex Hammurapi ditemukan banyak kasus pelanggaran huklum yang dapat dikenakan hukuman mati6. Codex Hammurapi memberikan suatu wawasan bagi pembaca Kitab Suci, mengenai hukum yang berlaku periode adanya hukum Musa7. Beberapa bentuk hukuman mati dalam Codex Hammurapi dihubungan dengan beberapa kasus pelanggaran al., (1) Seseorang yang kedapatan mencuri perabotan istana, akan mengalami kematian. Hal tersebut terjadi karena perabotan istana lebih suci dibandingkan kehidupan itu sendiri (2) Pembeli barang curian akan mengalami hukuman mati setimpal seperti pencuri (3) Seorang wanita yang dituduh melakukan perzinahan, diperintahkan untuk menceburkan dirinya kedalam sungai (4) Seorang wanita yaang meninggalkan rumahnya, berkeluyuran dan memandang rendah suaminya, diperintahkan untuk masuk kedalam air sungai (5) Seorang yang berdusta dan menolak orang tuanya, lidahnya akan dipotong (6) Seorang ibu yang menyebabkan anaknya mati, akan dipotong buah dadanya8. Jika membandingkan bentuk hukuman mati di zaman Hammurapi dan Musa, nampaknya ada kesamaan.

5 Irving L. Jensen, Jensen‟s Survey of the Old Testament, Chicago: Moody Press,

1978, p. 91 6 The New Bible Dictionary, (Wheaton, Illinois: Tyndale House Publishers, Inc.) 1962

7 Dake‟s Annotated Reference Bible, Dake Bible Sales, 1992, p. 44 8 Ibid.

Page 34: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

34 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

The New Bible Dictionary menyimpulkan bahwa Hukum Musa lebih menghargai kemanusiaan. Berikut keterangan selengkapnya: "In other cases the offences are the same but the penalty differs, the Hebrew being seemingly the more consistently humane”9 Dikarenakan hukuman mati adalah bentuk hukuman yang terikat konteks zamannya, maka bentuk hukuman mati bersifat fleksibel dan bukan satu-satunya hukum mutlak jika terjadi pelanggaran Sabat. Hukuman terhadap pelanggaran Sabat diatur sistem yang Teokratis, dimana YHWH sebagai Raja dan Tuhan yang memerintah Israel pada waktu itu yang didelegasikan melalui Musa dan tua-tua Israel. Disaat ini, dimana sistem Teokrasi tidak menjadi sistem yang dominan, maka bentuk hukuman mati tidak mengikat untuk diterapkan bagi pelanggar Sabat. Demikian pula dengan mempersembahkan korban. Korban adalah bentuk ibadah pra Mesias, yang menunjuk pada Anak Domba yang dikorbankan, sekali dan untuk selamanya, yaitu Yesus Sang Mesias (Ibr 10:1-4,10). Yesus telah dikorbankan/dipersembahkan sekali dan untuk selama-lamanya, maka kita tidak perlu mempersembahkan korban hewan kembali. Sistem ibadah korban adalah pola ibadah Imamat Lewi yang dipusatkan di Bait Tuhan, namun sistem Imamat Melkitsedek bukan ditandai dengan persembahan korban. Sistem Imamat Melkitsedek membaharui dan menyempurnakan sistem Imamat Lewi (Ibr 7:11-12, 19). Essensi Bilangan 29:9-1- adalah bahwa setiap jatuh Sabat, persembahkanlah sesuatu kepada YHWH (baik pujian, ucapan syukur, doa-doa, harta, dll).

BERKAT YAHWEH

BAGI YANG MELAKSANAKAN SHABAT

YHWH menghendaki Maaminim (orang beriman) yang telah menerima Mesias, baik dari kalangan Yahudi maupun non Yahudi tetap memelihara Sabat, bukan hanya secara literal (sesuai dengan perintah yang tertulis) namun secara spiritual (kerinduan hati yang mendalam dan penuh ketulusan). YHWH memberikan janji-Nya bagi siapapun yang dengan tekun memelihara Sabat dalam Firman-Nya, sbb:

9 Loc.Cit.

Page 35: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

35 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Yesaya 58:13-14

"Apabila engkau tidak menginjak-nginjak Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan Sabat, 'hari kenikmatan' (oneg) dan hari kudus YHWH, 'hari yang mulia' (mekubad); apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena YHWH dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut YHWHlah yang mengatakan-Nya" Yeremia 17:24-26

"Apabila kamu sungguh-sungguh mendengarkan Aku, demikianlah Firman YHWH dan tidak membawa masuk barang-barang melalui pintu-pintu gerbang kota ini pada hari Sabat, tetapi menguduskan hari Sabat dan tidak melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, maka melalui pintu-pintu gerbang kota ini akan berarak masuk raja-raja dan pemuka-pemuka, yang akan duduk di atas tahta Daud, dengan mengendarai kereta dan kuda; mereka dan pemuka-pemuka mereka, orang-orang Yahuda dan penduduk Yerusalem dan kota ini akan didiami orang untuk selama-lamanya. Orang akan datang dari kota-kota Yahda dan dari tempat-tempat sekitar Yerusalem, dari tanah Benyamin dan dari Sefelah dari pegunungan dan dari tanah Negeb, dengan membawa korban bakaran (meviim olah), korban sembelihan (zebakh), korban sajian (minkhah) dan kemenyan (levonah), membawa korban syukur (mevie todah) kedalam rumah YHWH". Jika Bapa Surgawi memberikan janji yang demikian indah, bagaimana mungkin seseorang mengatakan bahwa Hari Sabat merupakan 'warisan kultus Yahudi?'. Jika Bapa Surgawi memberikan janji berkat, maka siapapun yang menaatinya, beroleh janji berkat yang sama sebagaimana Bangsa Israel telah menerimanya.

Page 36: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

36 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

SIKAP POSITIP YESUS TERHADAP TORAH

Bagaimana sikap Yesus sendiri terhadap Sabat? Sabat merupakan bagian dari perintah dalam Torah. Matius 5:17-20 memberikan gambaran mngenai sikap Yesus terhadap Torah, yaitu : (1) Aku datang bukan untuk meniadakan Torah dan Kitab para Nabi melainkan menggenapinya (2) Selama belum lenyap langit dan bumi, satu yod dari Torah tidak akan lenyap, sebelum semuanya terjadi (3) Barangsiapa meniadakan Torah, sekalipun yang palig kecil, dia akan rendah kedudukannya dalam Kerajaan Surga (4) Jika kebenaran orang yang percaya pada Mesias tidak lebih benar dari sikap hidup ahli Torat dan Farisi , pengikut Mesias tidak akan masuk Kerajaan Surga. Jika Yesus berpandangan positip terhadap Torah, maka tidak mungkin jika Dia akan melanggar Torah. Bahkan Yesus masuk Sinagog untuk membaca Torah disetiap tiba hari Sabat (Luk 4:16). Dilain kesempatan dilaporkan bahwa Yesus masuk ke rumah orang Farisi untuk melakukan Erev Shabat (Luk 14:1). Dalam tradisi Yahudi, Sabat dirayakan dalam bentuk ibadah keluarga dan komunal. Ibadah keluarga dilaksanakan Sabat awal (jum‟at sore) dengan melaksanakan Sabat Erev, yaitu berkumpul bersama keluarga dan membaca bagian-bagian Firman dan berdoa. Lalu Sabat pagi beribadah secara komunal dan Sabat akhir (sabtu sore), keluarga Yahudi melaksanakan Havdalah atau penutupan Sabat. Peristiwa yang dilaporkan dalam Lukas 14:1 ,merupakan peristiwa dengan latar belakang Erev Sabat.

SIKAP POSITIP RASUL PAUL TERHADAP TORAH

Sebagaimana sikap Sang Guru, rasul Paul pun memiliki pandangan yang tidak jauh berbeda dengan Yesus. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, dia berkata, "Jika demikian, adakah kami membatalkan Torah karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya"(Rm 3:31). lalu didalam surat yang sama, Paul berkata, "Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Torah itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh Torah aku telah mengenal dosa" (Rm 7:7). Dalam bagian lain, kita melihat bagaimana Rasul Paul tetap memelihara Sabat, sekalipun dia bekerjasama dengan rasul yang lain untuk membuka

Page 37: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

37 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

pertemuan rohani diluar Sabat. Rasul Paul masuk Sinagog pada hari Shabat untuk mengajar (Kis 13:13-14,42,44). Peristiwa ini terjadi beberapa tahun setelah Yahshua naik ke Sorga. Demikian pula dengan rasul-rasul yang lain. Mereka tetap memelihara sabat (Kis 15:21).

AYAT-AYAT YANG KELIRU DITERJEMAHKAN DAN KELIRU DITAFSIRKAN

Terjemahan yang buruk dan asumsi teologis yang keliru mengenai makna kedatangan Mesias, mengakibatkan pemahaman yang keliru terhadap aspek Torah, yaitu Sabat. Berikut ayat yang keliru diterjemahkan dan keliru ditafsirkan sehingga menghasilkan pemahaman yang keliru. Keliru diterjemahkan

Pertama, Dalam Yohanes 5:18, menurut terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, sbb: "dengan demikian Dia membatalkan Sabat". Dalam Yohanes 5:1-18, dikisahkan bahwa Yahshua menyembuhkan seorang yang lumpuh selama tiga puluh delapan taahun saat berada di kolam Betesda pada hari Sabat (Yoh 5:5-9). Orang Yahudi marah karena Yahshua menyembuhkan orang di hari Sabat (Yoh 5:16). Namun komentar Yohanes yang disalin dalam teks Greek berbunyi, "...luen ton sabbaton", banyak diartikan, "dia meniadakan Sabat". Kata "Luo" memiliki beragam makna sbb :

untie, loose from ropes or straps (Mk 1:7) set free, release from condition or circumstance (Lk 13:16) destroy, to ruin by tearing or breaking (Ac 27:41; Eph 2:14) dismiss, disperse (Ac 13:43) transgress, failing to conform to a law or regulation (Mt 5:19; Jn

5:18) permit, allow, exercise authority (Mt 16:19; 1Jn 4:3) do away with, remove, eliminate (Ac 2:24) put an end to, cause to come to an end (1Jn 3:8)10

10 Swanson, James, A Dictionary of Biblical Languages With Semantic Domains: Greek (New Testament), (Oak Harbor, WA: Logos Research Systems, Inc.) 1997.

Page 38: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

38 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Kata "Luo", dapat juga diartikan "mengijinkan" (permit) dan "melaksanakan kekuasaan" (exercise authority). Dalam Orthodox Jewish Brit Chadasha diterjemahkan: "Because of this, therefore, those of Yehudah were seeking all the more to kill Rebbe, Melech HaMoshiach, because not only was he not Shomer Shabbos, but also Rebbe was saying that his own Av was Hashem, thereby making himself equal with Elohim (Yochanan 1:1)”11. Kalimat “he not shomer Shabbos” bermakna, “Dia tidak memelihara Sabat”. DR. James Trimm dalam terjemahannya yang bersumber dari naskah Ibrani Aramaik, menerjemahkan sbb : “…because he has loosed the Shabath”. Dalam catatan kaki kata “loosed”, beliau memberi keterangan bahwa kata tersebut merupakan idiom Yahudi yang bermakna “mengijinkan” (Ber. 5b;6b, San. 28a, b.Hag 3b)12. Konteks kalimat dalam Yohanes 5:18 bukan dalam pengertian bahwa Yesus membatalkan atau meniadakan Sabat, namun Yesus mengijinkan terjadinya terapeutik (penyembuhan) dihari Sabat, sehingga membawa konsekwensi melanggar aturan diseputar Sabat. Segolongan para rabbi memandang peristiwa terapeutik tersebut telah melanggar Sabat namun bagi Yesus, menolong orang (menyembuhkan) tidaklah melanggar Sabat dikarenakan tidak masuk dalam kategori “melaka” atau “avad” maupun “asha”. Bahkan terapeutik tidak masuk dalam kategori yang disebutkan sebagai pelanggaran Sabat yang tertulis dalam Misnah Sabat 7:2 sebagaimana telah disinggung sebelumnya. Kedua, dalam Kisah Rasul 20:7, diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, sbb : "Pada hari pertama minggu itu,...". terjemahan ini mengesankan bahwa sakramen Perjamuan Kudus dilaksanakan tiap-tiap hari minggu. Dalam naskah Yunani dituliskan, "en de te mia ton sabbaton sunegmenon hemon klasai arton Paulos dielegeto hautois". Dalam naskah

11 Orthodox Jewish Brit Chadasha, New York: Artist for Israel International , 1996

www.beittikvahsynagogues.org

12 The Hebraic Root Version New Testament, Society for the Advancement of

Nazarene Judaism, 2001, p.211

72

Page 39: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

39 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Yunani saja tertulis kata 'sabat', mengapa dalam terjemahan Indonesia tidak tertulis? Teks diatas selayaknya diterjemahkan “Pada hari pertama usai Sabat itu…”. Kata “en de te mia” , menurut DR. David Stern, menunjuk pada “Motsaei Shabat” atau “Departure of the Shabat” (Sabat sore/ sabtu sore)13. Selanjutnya beliau menjelaskan, “pertemuan sabtu malam akan lebih tepat bersamaan dengan perayaan Sabat Yahudi, dimana semangat Sabat terkadang dilaksanakan pada sabtu sore setelah upacara Sabat selesai, yang dilaksanakan sesudah matahari tenggelam ketika menjelang gelap, dimana saat yang cukup untuk melihat tiga bintang dilangit”14. Dalam Ortodox Jewish Brit Chadasha, diterjemahkan: “And on Yom Rishon, when we met for a firen tish (it was Motzoei Shabbos when there was a Melaveh Malkeh communal meal), Rav Sha'ul was saying a shiur to them, since he would have to depart early the next day and was having to extend the message until chatzot halailah” Kata “Yom Rishon” artinya hari yang pertama setelah melewati Sabat yang jatuh sekitar pukul 19.00 sampai malam. Perhitungan hari menurut orang-orang Yahudi, dimulai bukan pada saat matahari terbit, melainkan saat matahari mulai tenggelam. Dalam buku Passover: A Memorial for All Time disebutkan: “Thus it is clear that Biblical days begin at evening with the setting of the sun and not at sunrise as in ancient Egypt” (Telah jelas dikatakan bahwa hari menurut Kitab Suci dimulai saat matahari terbenam dan bukan saat matahari terbit, seperti di Mesir)15. TaNaKh menjelaskan mengenai pergantian hari dalam Kejadian 1:5b,8b,13, Ulangan 23:10-11, Imamat 11:24-25; 22:6-7, Imamat 23:32. Maka pertemuan yang diadakan Paul sebenarnya dalam rangka penutupan Sabat yang diakhiri pukul 19.00. Sebelumnya telah dimulai suatu pertemuan. Lalu dilanjutkan sampai malam. Ini bukan pertemuan istimewa yang menggantikan Sabat sebagaimana anggapan Kekristenan

13 Jewish New Testament Commentary, JNTP, 1992, p.299 14 Ibid.

15 Passover: A Memorial for All Time , Yahweh‟s New Covenant Assembly, 1992,

p.11

Page 40: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

40 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

pada umumnya. DR. David Stern melanjutkan memberi komentar: “A Saturday night meeting would continue to God oriented spirit of Shabat, rather than require the believers to shift their concern from workday matters, as would be the case on Sunday night”15. Konteks Kisah Rasul 20:7 membicarakan mengenai persinggahan Paul dari kegiatan pelayanan di Makedonia, Siria, Filipi dan Troas (Kis 20:1-6). Usai ibadah Sabat di Troas, Paul berbincang-bincang sampai larut malam, sebelum keesokkan harinya berangkat ke Asos, Metilene, Khios, Miletus, Efesus, sebelum kembali ke Yerusalem (Kis 20:13-16). Kata “dielegeto” yang dihubungkan dengan ucapan Paul bukan berkategori kotbah namun setara dengan “berdiskusi”, “berdebat”, “berbicara” (Mrk 9:34, Kis 17:2, Kis 17:17). Ketiga, dalam 1 Korintus 16:2 dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia: “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing-sesuai dengan apa yang kamu peroleh-menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu diadakan kalau aku datang”. Dalam naskah Yunani tertulis, “kai humeis poiesate kata mian sabbaton ekastos humon par eautoi titheto”. Ayat inipun menggunakan frasa serupa sebagaimana dalam Kisah Rasul 20:7, “kata mian Sabbaton” yang lebih tepat diterjemahkan “sabat sore” atau “hari pertama dari sabat itu”. Konteks 1 Korintus 16:2 tidak memberikan indikasi suatu pertemuan ibadah yang khusus layaknya dilakukan oleh gereja Kristen dimanapun. Perikop ini sedang membicarakan penggalangan dana bagi orang Yahudi di yerusalem dengan pola seperti jemaat di Galatia (1 Kor 16:1). Paul yang mengorganisir pertemuan pengumpulan dana ini. Pengumpulan dana tersebut sangat efektif dilaksanakan setelah ibadah sabat sore saat orang-orang berkumpul (1 Kor 16:2). Hasil pengumpulan akan dikirim ke Yerusalem (1 Kor 16:3). Keempat, Dalam Wahyu 1:10 terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan, “Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh …”. Naskah Yunani menuliskan, “egenomen en pneumati en te kuriake hemere..”.

15 Ibid., Jewish New Testament Commentary, p.299

74

Page 41: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

41 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Kata “te kuriake” hanya muncul satu kali dalam 1 Korintus 11:20, yaitu tentang “jamuan Tuhan” [kuriakon deipnon]. Ayat ini tidak berbicara mengenai hari pertama sebagai ibadah. Yechiel Lichtenstein menyatakan bahwa pada Abad 2 Ms., Irreneus pernah menyebutkan adanya tradisi bahwa hari kedatangan Mesias bukan pada hari minggu namun pada hari pertama saat perayaan Seder Paskah17. Nampaknya, kata “te kuriake hemera” lebih menunjuk pada “yom YHWH” dalam Yoel 2:31. Dalam naskah Septuaginta, „yom YHWH” diterjemahkan “hemeran kuriou” (hari Tuhan). Konteks Wahyu 1:10 tidak berbicara mengenai hari peribadahan yang tertentu melainkan berbicara mengenai penyingkapam mengenai Akhir Zaman yang harus diberitahukan pada jemaat (Why 1:1-3). Keliru ditafsirkan

Dalam Markus 2:23-27, terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia berbunyi, "Anak Manusia Tuhan atas hari sabat". Pernyataan ini ditafsirkan bahwa Yahshua berkuasa untuk mengubah hari sabat menjadi hari minggu. Jika kita telaah secara seksama, peristiwa yang dilaporkan dalam perikop diatas menceritakan teguran Yahshua terhadap penafsiran orang-orang Yahudi yang keliru mengenai sabat. Ketika murid Yahshua berjalan diladang, beberapa murid-Nya memetik bulir gandum (Mrk 2:1). Tindakan "memetik bulir gandum" dikategorikan bekerja oleh orang-orang Yahudi, sehingga mereka mencela para murid dan dianggap telah melanggar sabat (Mrk 2:24). Karena itu, Yesus memberikan kutipan kisah dalam TaNaKh, dimana peristiwa tersebut digunakan sebagai analogi terhadap apa yang dilakukan murid-Nya (Mrk 2:25-26). Yesus mengingatkan orang-orang Yahudi yang mencela agar tidak terjebak pada 'legalisme' (ketaatan pada hukum secara berlebihan) dengan mengatakan bahwa hari sabat ditetapkan baagi manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. Dengan istilah lain, hukum untuk manusia dan bukan manusia menghamba pada hukum (Mrk 2:27). "memetik bulir gandum" dalam perjalanan tidak termasuk dalam "melaka" namun hanya pekerjaan biasa dan tidak termasuk melanggar sabat. Demikian pula dalam Markus 3:1-6. Saat Yesus beribadah di hari Sabat, Dia menjumpai ada orang yang tangannya lumpuh sebelah (Mrk 3:1).

17 Ibid., p.791

58

Page 42: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

42 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Yesus bertanya pada hadirin, manakah yang benar, berbuat baik dihari sabat atau berbuat jahat? (Mrk 3:4). Karena tidak ada yang menjawab, Yesus akhirnya menyembuhkan orang tersebut (Mrk 3:5). Tindakan Yesus menimbulkan misinterpretasi diantara orang Yahudi (Mrk 3:6). Inti kejadian ini hendak mengatakan bahwa di hari sabat diperbolehkan menolong orang. Proses Terapeutik (penyembuhan) tidak termasuk kategori "melaka" yang rutin.

ASAL USUL IBADAH MINGGU

Sebagaimana telah diuraikan dalam kajian sebelumnya, bahwa Pengikut Jalan Tuhan baik dari golongan Yahudi, yang lazim disebut Sekte Netsarim maupun dari golongan non Yahudi, yang lazim disebut Kristen, tetap beribadah pada hari sabat dan bersekutu di sinagog. Namun sejak Abad ke-2 Ms, muncul suatu kesadaran baru bahwa Yesus yang bangkit dari kematian, pada hari pertama minggu itu, dimaknai sebagai suatu bentuk hari beribadah Kekristenan non Yahudi, yang setara dengan sabat Yahudi. Gejala ini semakin memuncak saat Kekristenan menjadi agama negara dibawah pengaruh kaisar Konstantin. Pada tahun 321, dia mengeluarkan ketetapan yang disebut Edik Milano sbb: "pada saat hari Matahari yang diagungkan, biarlah para pegawai pemerintah dan rakyat beristirahat di kota-kota dan hendaklah semua toko-toko ditutup. Namun demikian, di kota dimana masyarakat sibuk dalam pertanian, dibebaskan dan diijinkan untuk melanjutkan kegiatannya; sebab hal itu hanya dapat dilaksanakan pada hari itu dan tidak dapat pada hari lain untuk menebar benih atau menanam anggur. Dengan mengabaikan waktu yang tepat untuk bekerja, maka rahmaat surgawi akan hilang".18 Harry R. Boer memberi komentar terhdap keputusan dalam Edik Milano sbb: It is noteworthy that Constantine did not relate his legiaslation to Christian practice or to the Fourth Commandement. He designated Sunday by its traditional pagan name, the Day of the Sun, not the Shabath or the Day of the Lord. Pagans could therefore accept it. Christians gave the natural sun a new meaning by thinking of Christ the Sun of Rigteousness"19 (Patut dicatat

18 Harry R. Boer, A Short History of the Early Church, Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1986, p. 143

19 Ibid.

Page 43: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

43 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

baahwasanya Konstantin menghubungkan ketetapannya, tidak berhubungan dengan ibadah Kristen atau Hukum yang keempat dari Sepuluh Hukum. Dia menghubungkan hari Minggu melalui nama kekafiran yang secara tradisional disebut Hari Matahari, bukan Hari Sabat atau Hari Tu(h)an. Orang-orang kafir selanjutnya dapat menerima hari itu. Orang-orang Kristen memberikan tabiat matahari dengan makna baru dengan menghubungkan Mesias sebagai Matahari Kebenaran). Fakta sejarah diatas membuka cakrawala pemahaman kita mengenai asal-usul peribadatan Hari Minggu (Sunday Worship), yaitu penamaan Kristiani dan unsur-unsur Kristiani dari hari perayaan kekafiran yang diperuntukan bagi Dewa Matahari, yang secara politis ditetapkan oleh Kaisar Konstantin dalam Edik Milano tahun 321 Ms. Kini, ibadah Minggu telah meluas diseluruh dunia dan menjadi bagian dari kehidupan spiritual kekristenan, yang dihubungkan dengan kebangkitan Yesus dari kematian, setelah terkubur dalam bumi selama tiga hari tiga malam. Pertanyaannya bagi kita, apakah Yesus pernah mengatakan atau menetapkan bahwa kebangkitan-Nya pada hari pertama menjadi landasan perubahan terhadap Sabat yang ditetapkan Bapa-Nya? Apakah para rasul generasi pertama seperti Paul, Kefa, Yokhanan, Yaakov pernah menetapkan hari pertama sebagai hari ibadah yang menggantikan Sabat? Jika kedua pertanyaan diatas dijawab Tidak!, maka tidak ada alasan signifikan dan firmaniah bagi Konstantin untuk merubah hari Sabat menjadi hari Minggu. Samuele Bacchiocchi mengatakan: "The Roman Sabbath fast was instituted solely to obliterate the real Sabbath day, discourage anyone from keeping it, further denigrate the despised Jews and take over from the Jews the position of the sole representation of God on earth. It is also clear from this writing that Sunday was already being observed as the day of worship in Rome which means the Western churches. Sources tell us the church of Orient at Milan and in Africa wouldn't follow the Roman lead in fasting on the Sabbath because of their veneration for that day"20 (Hari puasa Sabat orang-orang Roma, ditetapkan hanya semata-mata untuk

20 Robert & Remy Koch, Christianity: New Religion or Sect Biblical Judaism? , Palm Beach Gardens, Florida: A Messenger Media Publication, p.216, mengutip

Samuele Bacchiocchi, From Sabbath to Sunday, Rome: The Pontifical Gregorian University Press, 1977, p.194

60

42

Page 44: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

44 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

membuang hari Sabat yang sebenarnya, merendahkan siapapun yang memeliharanya selanjutnya menghina orang-orang Yahudi yang dipandang rendah dan mengambil dari orang-orang Yahudi, suatu tempat yang mewakili kehadiran Tuhan di bumi ini. Adalah jelas bahwa dari tulisan ini bahwa Hari Minggu telah dipelihara di Roma, yang dimaksud adalah Gereja Barat. Berbagai sumber mengatakan bahwa Gereja Timur di Milan dan Afrika tidak merayakan hari yang dimuliakan itu). Persoalannya adalah, apakah kita harus mengganti ibadah Minggu menjadi Sabtu? Itu tergantung komitmen dan pemahaman kita masing-masing dalam mengaplikasikan kajian teks dan sejarah. Saya tidak anti terhadap ibadah Hari Minggu jika itu dihubungkan dengan suatu perayaan Gereja atas kemenangan Yesus Sang Mesias yang bangkit dari maut. Namun disatu sisi, tidak perlu mengatakan bahwa Shabat telah diganti menjadi Hari Minggu, karena pernyataan seperti itu tidak mendapatkan dukungan apapun dalam teks Perjanjian Baru. Adapun mereka yang mengambil keputusan untuk mengubah hari peribadatan menjadi Sabtu adalah baik namun tidak perlu menghakimi ibadah Hari Minggu sebagai ekspresi penyembahan berhala atau ibadah kepada dewa Matahari, karena tidak ada satupun dari orang kristen yang memahami ibadah Minggu sebagai bagian dari ibadah kafir tersebut. Kekristenan berakar pada Yudaisme dan ekspresi-ekspresi Semitik-Hebraiknya. Ibadah Shabat adalah ibadah yang tetap relevan untuk dilaksanakan keluarga-keluarga Kristiani. Roh Shabat adalah ibadah komunal keluarga. Shabat menghangatkan hubungan antara anggota-anggota keluarga. Shabat mempererat komunikasi satu sama lain. Shabat mengokohkan fundasi keimanan. Ditengah-tengah roh zaman yang meekankan individualisme,materialisme, narsisme, hedonisme, Shabat efektif mengontrol anggota-anggota keluarga melalui pengkajian firman dan diskusi diantara anggota-anggota keluarga, sehingga berbagai roh zaman yang cenderung merusak dapat dieliminir.

78

Page 45: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

45 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

BAB IV

ROSH KODESH: IBADAH BULANAN KEKRISTENAN SEMITIK16

Konsep Mengenai Bulan Baru

Diperlukan sekitar 29,5 hari bagi Bulan untuk mengelilingi bumi. Selama mengorbit, Bulan nampak berubah dari posisi tidak bercahaya penuh (bulan baru), separuh bercahaya (posisi bulan sabit semakin bertambah) hingga sepenuhnya bercahaya (bulan penuh) kemudian kembali separuh bercahaya (posisi bulan sabit semakin bertambah) hingga kembali ke posisi tidak bercahaya penuh (bulan baru). Fase bulan tersebut dinamai LUNASI (Lunation). Saat pertama bulan sabit bertambah nampak, itu merupakan penanda awal dari penanggalan Yahudi yang disebut Rosh Kodesh (Awal Bulan). 12 khodashim (bulan) menyusun shanah atau tahun (Namun demikian, dikarenakan 12 X 29,5 hari setara dengan 354 hari dan tahun matahari terdiri dari 365 hari, maka bulan extra (Adar Sheni) ditambahkan kepada kalender Ibrani setiap dua atu tiga tahun dalam rangka menjaga kesejajaran antara waktu matahari dan kalender bulan.

Rosh Khodesh dan Kalender Yahudi

Karena lama waktu kalender Ibrani adalah 29 atau 30 hari, maka Rosh Khodesh dapat terjadi sebanyak dua kali:

1. Jika bulan beredar selama 29 hari, maka Rosh Khodesh dilaksanakan pada hari pertama di permulaan bulan baru

2. Jika bulan beredar selama 30 hari, maka Rosh Khodesh dilaksanakan pada hari terakhir sebagaimana pada hari pertama di permulaan bulan baru

16 Beberapa kajian dalam tulisan ini diadaptasi dari artikel, Rosh Khodesh: The Gift of the New Moon (www.hebrew4christian.com). Dan ditambahkan beberapa kajian yang penulis lakukan

Page 46: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

46 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Pelayanan Shabat sebelum bulan baru disebut “SHABAT MEVARKHIM” atau “Shabat yang memberkati bulan”. Setelah selesai pembacaan Torah kemudian pemimpin mengangkat gulungan Torah mengucapkan berkat untuk bulan yang baik kemudian mengumumkan mengenai datangnya hari minggu ketika bulan baru dimulai. Catatan, bahwa “Shabat Mevarkhim” tidak dilaksanakan selama bulan Elul (Untuk mengumumkan permulaan bulan Tishri), karena keseluruhan bulan Elul merupakan periode shelikhot dan persiapan menjelang ROSH HA SANAH serta hari-hari raya lainnya. Pada hari dimana Rosh Khodesh tiba (pada minggu tersebut) maka doa harian dilayankan termasuk bagian dari “Musaf” (tambahan) termasuk bagian dari “Hallel” (bacaan yang terambil dari Mazmur), dengan tambahan “Shemoneh Eshre” (korban extra yang dibawa ke Bait Suci untuk Rosh Kodesh) serta bacaan tambahan dari Torah (Bilangan 28:11-15).

Sejarah Rosh Khodesh Menurut tradisi Rabinik, bahwa perintah yang paling utama diberikan kepada keturunan Yishrael sesaat setelahterbebas dari Mitsrayim adalah menguduskan Bulan Baru (Kel 12:1-2), dengan cara demikian menyebabkan bangsa yang masih muda tersebut memisahkan dirinya dari tradisi dewa matahari dari bangsa Mitsrayim (penyembahan pada Ra) dan melihat kepada bulan dengan makna yang baru sebagai saat dan waktu perhitungan. Munculnya bulan – dari gelap menuju cahaya - merupakan gambaran keselamatan dari Tuhan bagi Bangsa Yahudi dan bagi pembebasan diri kita dari kegelapan menuju terang. Catatan, bahwa kata Ibrani untuk bulan adalah “khodesh” dari kata “khadash” yang bermakna “baru”. Di masa Talmudik, penandaan dimulainya Bulan Baru ditentukan dengan cara melakukan pengamatan oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi mata. Segera setelah bulan terlihat semakin bertambah sabit, Sanhendrin (Majelis Tinggi Rabinik) di Yishrael diberitahu dan Rosh Khodesh segera diumumkan (sistem ini kemudian dibuang dan menyepakati kalender yang ditetapkan Hillel II {360 M} yang dipergunakan hingga kini). Hari setelah

Page 47: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

47 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

bulan baru dipandang sebagai perayaan, diramaikan dengan peniupan shofar dan diperingati dengan pertemuan-pertemuan serta korban-korban. Mengetahui dengan pasti kapan saat Rosh Khodesh, penting untuk menetapkan “Moedim” atau waktu-waktu yang ditetapkan YHWH. Kenyataannya seluruh kalender Yahudi didasarkan pada pemahaman kapan Rosh Khodesh dimulai karena tanpa pemahaman akan hal ini maka akan menimbulkan penetapan hari raya menjadi tidak diketahui. Selama masa penganiayaan (oleh orang Yunani Syria), orang-orang Yahudi dilarang memperingati Bulan Baru sebagaimana Shabat dalam rangka memelihara mereka terhdap ketaatannya pada Tuhan. Catatan: Kesamaan antara siklus bulan setiap bulan dengan siklus bulanan wanita, menolong menetapkan Rosh Khodesh sebagai hari raya wanita. Di dalam Talmud (Megillah 22b) kita membaca bahwa wanita dibebaskan dari melakukan pekerjaan saat Rosh Khodesh.

Birkat ha Khodesh (Pengudusan Penanggalan)

Berikut berkat tambahan selama “Shabat Mevarkhim” (Sanhedrin 42a) yang meminta kepada Tuhan untuk bulan yang baik. Diucapkan di Sinagog pada akhir pembacaan Torah Shabat.

Yehi ratson milfaneka Yahweh Eloheynu we Elohey avoteynu Shetkhadesh „aleynu et hakhodesh hazeh letovah welivraka Wetiten lanu khayim arukim, khayim shel shalom Khayim shel tovah, khayim shel beraka, khayim shel parnasa, khayim shel khiluts „atsamut, khayim sheyesh bahem yirat shamayim khet, khayim sheein bahem bosha uklima, khayim shel „oshe wekavod, khayem shethe vanu ahavat Tora weyirat shamayim, khayim sheyemale Yahweh mishalot libenu letova, be shem Yahshua Moshienu, Amen. Jadilah kehendak-Mu YHWH Tuhan kami dan Tuhan leluhur kami

18

46

Page 48: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

48 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Engkau yang mengawali bulan ini bagi kami untuk kebaikan dan berkat. Kiranya Engkau memberi umur panjang, kehidupan yang damai, kehidupan yang penuh kebaikan, kehidupan yang penuh berkat, kehidupan yang berkecukupan makanan, kehidupan yang sehat jasmani, kehidupan dimana ada rasa takut (hormat) terhadap surga (YHWH) dan rasa taku (menjauhi) terhadap dosa, kehidupan dimana tidak ada rasa malu dan penghinaan; kehidupan yang layak dan mulia, kehidupan dimana kami mencintai Torah dan takut (hormat) akan surga (YHWHh); kehidupan dimana Yahweh memenuhi permintaan hati kami bagi kebaikan, dalam nama Yesus Mesias kita, Amen.

Molad (Saat Pengumumam)

Setelah berdoa agar YHWH memberkati bulan, ada kebiasaan mengumumkan saat bulan baru mulai muncul di Yerusalem. Pertama, jemaat mengucapkan “Mi she‟asah nissim” (Siapakah Yang Melakukan Perbuatan Ajaib?). Khazan (pelantun Torah) kemudian mengumumkan waktu yang tepat dari Rosh Khodesh di Yerusalem

Kiddush Le Vanah (Pengudusan Bulan)

Bulan terkadang disebut dengan “levanah” dalam bahasa Ibrani (dari kata “lavan” yang artinya “putih”). Kiddush Le Vanah (Pengudusan Bulan) adalah upacara di luar pintu rumah pada malam hari segera setelah Rosh Khodesh. Birkat ditulis dalam huruf yang besar karena doa ini diucapkan di luar rumah dengan terang bulan. Terkadang Mazmur dinyanyikan atau diucapkan berulang sambil melihat bulan dengan mengatakan berkat sbb:

Baruk Atta YHWH Eloheynu Melek ha „olam Asher bemaamaro bara shekhaqim, uveruakh piw bal tsevaam Khoq uzeman natan lahem, shelo yeshanu et tafqidam Shashim ushemekhim la‟asyot retson qonam, poel emet shep‟ulato emet Welalvana amar, shetitkhadesh „ateret tiferet, la‟amusey baten

20

Page 49: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

49 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Shehem „atidim lehitkhadesh kemotah, ulefaer leyotsram al shem kevod Malkuto Baruk Attah YHWH mekhadesh khadashim

Diberkatilah Engkau YHWH, Tuhan kami Raja Yang Kekal Yang firman-Nya telah menciptakan surga, dan yang nafas-Nya menciptakan semua isi semesta Ketetapan dan waktu telah Dia berikan bagi mereka sehingga mereka tidak menyimpang dari tugas yang diwajibkan bagi mereka Bersukacitalah dan bergembiralah mereka yang melakukan kehendak Pencipta mereka, yang karya-Nya amat kokoh Kepada bulan Dia berfirman, baharuilah dirimu, mahkota keagungan, bagi mereka yang berada dalam kandungan Yang juga ditetapkan untuk diperbarui serta untuk memuji Pencipta mereka atas nama Krajaan-Nya yang mulia Diberkatilah Engkau YHWH yang membarui bulan demi bulan

Page 50: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

50 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

BAB V

TUJUH HARI RAYA YHWH (SHEVA MOEDIM) SEBAGAI BAYANGAN KARYA MESIAS

Di Sinai YHWH memberikan Torah. Dalam Torah, YHWH menetapkan Moedim (waktu-waktu yang tetap) atau hari-hari raya yang berjumlah tujuh (sheva moedim). Ketujuh perayaan tersebut adalah (Imamat 23:1-44) sbb:

1. Pesakh (14 Nisan) 2. Ha Matsah (15 Nisan) 3. Sfirat ha Omer (menghitung omer setelah shabat moedim) 4. Shavuot (hari kelimapuluh setelah menghitung omer) 5. Yom Truah /Rosh ha Shanah (1 Tishri) 6. Yom Kippur (10 Tishri) 7. Sukkot (15-21 Tishri)

Rasul Paul berkata dalam Kolose 1:15-16 sbb: “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Mesias”. Ayat ini bukan larangan agar orang Kristen melaksanakan perayaan yang ditetapkan oleh YHWH di Sinai namun perihal larangan agar jemaat Mesias non Yahudi jangan membiarkan diri mereka dihakimi oleh beberapa kelompok mazhab Yahudi yang menekankan praktek legalistik dalam pelaksanaan Torah yang dipaksakan terhadap jemaat non Yahudi sebagaimana DR. David Stern menjelaskan sbb: “But here it appears that Gentile Judaizers, perhaps like those in Corinth who put themselves „in subjection to a legalistic perversion of the Torah (1 C 9:20b&N), have set up arbitrary rules (Shaul brings examples at v.21) about when and how to eat and drink, in order to „take ...captive‟(v.8) their fellow Collosian”17 (Namun di sini nampaknya orang-orang non Yahudi yang di yahudisasi, seperti di Korintus yang meletakkan pada diri

17 Jewish New Testament Commentary, Clarksville: JNTP 1992, P.610

Page 51: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

51 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

mereka dalam ketaatan kepada pelaksanaan Torah yang legalistik (1 Kor 9:20) harus membebaskan diri dari aturan-aturan dangkal (Shaul memberikan contoh pada ayat 21) mengenai kapan dan bagaimana makan dan minum agar menjadikan... tawanan). Pernyataan Rasul Paul memberikan pemahaman bahwa perayaan yang ditetapkan YHWH di Sinai merupakan bayangan yang wujud nyatanya adalah Mesias. Barney Kasdan memberikan penjelasan mengenai relevansi Tujuh Hari Raya bagi kehidupan iman pengikut Mesias sbb: “The Feast of the Lord or the biblical holy days, teach us about the nature of God and his plan for mankind...in short, all of the Feast of the Lord were given to Israel and to grafted-in believer to teach, in practical way, more about God and his plan for the world18 (Hari Raya YHWH atau Hari Raya Biblikal mengajar kita mengenai sifat Tuhan dan rencana-Nya bagi umat manusia...singkatnya semua Hari Raya YHWH telah diberikan bagi Israel dan orang beriman yang ditempelkan untuk belajar dalam cara yang sederhanan mengenai Tuhan dan rencananya bagi dunia). Oleh karenanya kita harus memahami dengan seksama bagaimana Mesias menggenapi berbagai aspek dan unsur dalam Tujuh Hari Raya yang ditetapkan YHWH. PESAKH Perayaan ini menunjuk pada peringatan terluputnya nenek moyang Yishrael dari tulah YHWH melalui olesan darah di tiap palang pintu orang Yisrael (Im 23:5). Dalam Perjanjian Baru, Pesakh menunjuk pada pengorbanan Mesias di kayu salib. Yesus menghubungkan roti tidak beragi dalam Pesakh dan anggur pada tubuhnya yang akan dikorbankan dan darahnya yang akan dicurahkan bagi penebusan atas kutuk dosa yaitu maut sebagaimana dikatakan: “Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata:

18 God‟s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays, Lederer Books 1993, p.vi

Page 52: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

52 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

"Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu” (Luk 22:19-20) Rasul Paul menegaskan kembali makna Pesakh dan pengorbanan Yesus di kayu salib dengan mengatakan demikian: “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Mesias” (2 Kor 5:17) Mengenai Seder Pesakh yang juga dilaksanakan oleh Yesus Sang Mesias menjelang penderitaan dan kewafatannya, dapat membaca artikel saya berjudul “Seder Pesakh dan Perjamuan Malam Terakhir”19 HA MATSAH Perayaan ini menunjuk pada nenek moyang Yisrael yang memakan roti tidak beragi selama perjalanan menuju Laut Teberau. Pelaksanaan makan roti tidak beragi selama satu minggu (Im 23:6-8). Dalam Perjanjian Baru menunjuk penguburan Yesus selama tiga hari tiga malam di rahim bumi. Rasul Paul menjadikan perayaan Roti Tidak Beragi sebagai refleksi jemaat Kristen untuk membuang berbagai kejahatan dan kefasikan dalam hidup sebagaimana dikatakan: “Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran” (1 Kor 5:8) SFIRAT HA OMER Perayaan ini menunjuk hari raya panen Bangsa Yisrael setelah memasuki tanah Kanaan. Tiap jatuh panen mempersembahkan buah sulung panen dan menghitung omer (Im 23:9-14). Ada perbedaan pendapat diantara mazhab agama Yahudi di zaman Mesias sampai sekarang mengenai kapan ditetapkannya perayaan Buah Sulung

19

Page 53: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

53 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

(sfirat ha omer/bikurim). Perbedaan tersebut dikarenakan perintah YHWH yang menimbulkan multitafsir dalam Imamat 23:9-11 sbb: “YHWH berfirman kepada Musa: "Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila kamu sampai ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, dan kamu menuai hasilnya, maka kamu harus membawa seberkas hasil pertama (bikurim) dari penuaianmu kepada imam. dan imam itu haruslah mengunjukkan berkas itu di hadapan YHWH, supaya YHWH berkenan akan kamu. Imam harus mengunjukkannya pada hari sesudah sabat itu Mazhab Farisi memaknai kalimat “sesudah Sabat itu” sebagai sabat moed atau sabat hari raya, sehingga setiap saat jatuh perayaan Roti Tidak Beragi pada Tgl 15 Nisan itu adalah saatnya sabat moed maka sehari setelah itu yaitu Tgl 16 Nisan dimulailah perayaan Buah Sulung dan menghitung omer sampai hari kelima puluh. Sementara itu mazhab Saduki memaknai kalimat “sesudah Sabat itu” sebagai hari sesudah hari sabtu yaitu hari minggu. Oleh karenanya penentuan kapan saat perayaan Shavuot atau Pentakosta akan terjadi selisih selama satu minggu antara mazhab Farisi dan mazhab Saduki karena penetapan perayaan Shavuot dimulai dengan menghitung omer (berkas gandum) sampai hari kelima puluh dimulai sejak perayaan Buah Sulung. Dalam Perjanjian Baru perayaan ini menunjuk pada kebangkitan Yesus dari maut. Peristiwa kebangkitan Yesus Sang Mesias dari alam maut terjadi pada hari minggu (sekitar sabtu malam dan kubur kosong ditemukan minggu pagi) dan ini sangat cocok dengan perayaan Buah Sulung berdasarkan perhitungan mazhab Saduki yang menetapkan jatuhnya Buah Sulung pada hari minggu. Rasul Paul menghubungkan kebangkitan Yesus dari kematian dengan perayaan Buah Sulung dengan mengatakan demikian: “Tetapi yang benar ialah, bahwa Mesias telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Kor 15:20) “Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Mesias sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya” (1 Kor 15:23)

Page 54: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

54 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

“Dialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu” (Kol 1:18) Namun demikian, jika kita mengikuti perhitungan mazhab Saduki, tiap tahun saat merayakan Buah Sulung tidak selalu bertindih tepat tiga hari tiga malam dengan peristiwa kebangkitan Mesias dari alam maut karena sistem penanggalan akan bergeser. Contoh: Tahun 2011 ini Pesakh Tgl 14 Nisan jatuh pada Tgl 17 April Kalender Gregorian yang jatuh pada hari Minggu. Karena berpedoman bahwa penetapan Buah Sulung menunggu hari sesudah sabtu, maka pada hari Minggu Tgl 24 April kita merayakan Buah Sulung sekaligus kebangkitan Yesus dari alam maut. Sekalipun ada selisih satu minggu, namun yang menjadi pedoman kita adalah hari Minggu setelah jatuh Pesakh. Sementara itu jika kita mengikuti nalar mazhab Farisi, maka perayaan Buah Sulung selalu akan dilaksanakan Tgl 16 Nisan setiap tahun sekalipun tidak jatuh pada hari Minggu. Namun maknanya tidak akan bertindih tepat dengan hari kebangkitan Yesus dari alam maut yang sudah terhitung hari Minggu atau hari pertama. SHAVUOT Perayaan ini menunjuk pada pesta panen hari kelima puluh setelah menghitung buah sulung. Dalam tradisi Yahudi dihubungkan pula dengan turunnya Torah di Sinai. Perayaan Shavuot dinamakan juga Pentakosta. Istilah ini merujuk pada Kitab Septuaginta (terjemahan TaNaKh: Torah, Neviim, Kethuvim dalam bahasa Yunani pada Abad III Ms yang disponsori oleh Kaisar Ptolemaus Philadhelphus) yang menerjemahkan kata “lima puluh hari” dalam Imamat 23:16 di atas dengan kata Yunani Pentekonta. Kitab Kisah Rasul 2:1 salinan berbahasa Yunani mengadopsi istilah Pentekostes dari Kitab Septuaginta. Jadi ketika kita merayakan Hari Raya Pentakosta kita harus mengembalikan maknanya pada konteks perayaan Ibrani yaitu Yom Shavuot. Mayoritas Kekristenan menganggap Perayaan Pentakosta sebagai perayaan pencurahan Roh Kudus, suatu hari raya baru yang terpisah dari hari-hari raya Yahudi. Yang benar adalah peristiwa

Page 55: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

55 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

pencurahan Roh Kudus terjadi bersamaan dengan perayaan Yom Shavuot atau Pentakosta. Yom Shavuot adalah pesta panen, yaitu panen gandum. Tiap tahun, orang-orang Yahudi perantauan harus mudik untuk merayakan tiga hari raya utama yaitu Hari Raya Roti Tidak Beragi, Shavuot dan Sukkot (Pondok Daun) sebagaimana dikatakan: “Tiga kali setahun setiap orang laki-laki di antaramu harus menghadap hadirat YHWH, Tuhanmu, ke tempat yang akan dipilih-Nya, yakni pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari raya Tujuh Minggu dan pada hari raya Pondok Daun. Janganlah ia menghadap hadirat YHWH dengan tangan hampa, tetapi masing-masing dengan sekedar persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh YHWH Tuhanmu." Oleh karenanya Kisah Rasul 2: 5 melaporkan bahwa ada banyak orang Yahudi dari berbagai wilayah perantuan berkumpul menyaksikan peristiwa pencurahan roh yang dialami murid-murid Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan,” Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit”, demikian juga dalam ayat 8-10 dikatakan, “Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapa dokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma…” Yom Shavuot dalam Perjanjian Baru menunjuk pada peristiwa pencurahan Roh Kudus kepada para murid Yesus Sang Mesias untuk tugas pekabaran Injil sebagaimana dikatakan: “Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya” (Kis 2:1-4)

Page 56: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

56 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

YOM TRUAH Perayaan ini menunjuk pada peniupan shofar (tanduk domba yang panjang) sebagai penanda tahun baru sipil Ibrani dan juga peringatan penghakiman YHWH. Dalam Perjanjian Baru menunjuk pada kedatangan Mesias yang kedua sebagai Hakim Yang Adil. Barney Kasdan dalam bukunya berjudul God‟s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays20 memberikan penjelasan mengenai Rosh ha Shanah sbb: Tujuan hari raya ini diungkapkan dengan satu kata yaitu “pengumpulan kembali”. Karena hari raya ini mengajak semua orang Yisrael untuk kembali kepada iman yang murni kepada Tuhan. Rosh ha Shanah mewakili hari pertobatan. Ini adalah hari dimana Bangsa Yisrael mengambil persediaan kondisi spiritual mereka dan membuat perubahan yang diperlukan untuk memastikan bahwa tahun baru yang akan datang akan berkenan pada Tuhan. Selama bulan Elul atau Tishri memiliki makna spiritual yang mendalam bagi orang Yisrael. Para rabbi menekankan bahwa dari tangal 1 Tishri sampai tgl 10 Tishri (jatuhnya Yom Kippur) merupakan hari persiapan rohani yang khusus. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa selama bulan Elul atau Tishri, Moshe naik ke Bukit Sinai untuk memperoleh Loh Torah yang kedua dan dia turun pada saat Yom Kippur (Pirke De Rabbi Eliezer 46). Dalam sinagog-sinagog, shofar (terompet dari tanduk domba) dibunyikan setiap hari untuk memberi peringatan orang beriman bahwa waktu untuk pertobatan telah tiba. Banyak kaum Orthodox Yahudi (Orthodox Jew) melakukan ritual penyucian diri dengan melakukan baptisan air (tevilah mikveh) untuk melambangkan pembersihan hati. Karena hari ini dipahami sebagai hari pertobatan maka suasana perayaan diliputi oleh suasana penyesalan diri, namun demikian selalu dengan sebuah harapan adanya pengampunan dosa oleh Tuhan. Dalam keluarga-keluarga tradisional Yahudi, petang hari saat jatuh Rosh ha Shanah dimulai dengan pesta perayaan makan malam dengan banyak hidangan khas (customary dishes,Ing). Setiap sinagog menghentikan aktivitas pelayanan petang hari

20 Ibid, p. 64-67

Page 57: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

57 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

saat jatuh Rosh ha Shanah namun keesokkan harinya akan dihabiskan dengan ibadah. Liturgi, musik dan doa menekankan pengulangan tema pertobatan, kembali kepada Tuhan. Dikarenakan ini merupakan hari Shabat, maka seluruh kegiatan dan aktivitas seperti sekolah dan pekerjaan dihentikan untuk melaksanakan hari raya ini dengan benar. Pada keluarga Yahudi tradisional lainnya pada siang hari saat jatuh Rosh ha Shanah, mereka akan menghabiskan waktu untuk berada di pantai, aliran sungai untuk melaksanakan ritual kuno dengan nama Tashlik yang artinya “membuang”. Kata ini diambil dari Mikha 7:19, “Biarlah Dia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan (taslik) segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut”. Untuk menghayati kebenaran yang indah ini, keluarga Yahudi biasanya melempar remukan roti atau membuang kerikil ke dalam air sungai dan menikmati janji Tuhan mengenai pengampunan-Nya. Pada hari tersebut ditandai pula dengan saling mengirim kartu ucapan selamat Tahun Baru dengan isi doa dan harapan tentang berkat Tuhan. Kebiasaan yang nampak saat itu adalah peniupan shofar. Di sinagog, shofar akan dibunyikan dalam empat suara yang berbeda yaitu Tekiah (suara yang), Shevarim (nada terputus), Teruah (peringatan), Tekiah Gedolah (keras memekakan telinga dan panjang). Penggunaan shofar dalam Kitab Suci dan sejarah Israel kuno al., memuliakan raja, peringatan peperangan. Dengan peniupan shofar dalam konteks perayaan Rosh ha Shana adalah untuk “membangunkan”, suatu panggilan untuk melaksanakan hari raya. Selain dikaitkan dengan tema pertobatan, hari raya ini dihubungkan juga dengan tema prophetik atau peristiwa yang akan datang. Banyak literatur para rabbi Yahudi menghubungkan Rosh ha Shanah dengan hari pengumpulan orang Israel dan orang-orang yang sudah mati dan Mesias akan menjadi perantara pengumpulan tersebut sebagaimana dituliskan dalam salah satu literatur Abad VIII Ms sbb: “Mesias Putra Dawid, Eli-Yah dan Zerubavel – damai atas mereka- akan turun di Bukit Zaitun. Dan Mesias akan memerintahkan Eli-Yah meniup shofar. Cahaya enam hari Penciptaan akan kembali dan terlihat, cahaya bulan akan seterang matahari, dan Tuhan akan mengirim kesembuhan sepenuhnya atas semua

Page 58: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

58 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

orang Israel yang sakit. Tiupan Eli-Yah yang kedua akan menyebabkan orang mati bangkit. Mereka akan bangkit dari dalam debu dan mengenali sesama mereka, suami dan istri mereka, ayah, anak, saudara dengan saudara. Seua akan datang kepada Mesias dari keempat pencuru bumi, dari timur dan barat, dari utara dan selatan. Anak-anak Israel akan terbang pada sayap burungrajawali menghampiri Mesias…” (Ma‟ashe Daniel). Seluruh detail dari Rosh ha Shanah menjadi lebih bermakna apabila kita hubungkan dengan pelayanan Yesus Sang Mesias dan Kitab Perjanjian Baru. Banyaknya bukti dalam Kitab Perjanjian Baru, menuntun pada kenyataan bahwa Mesias lahir pada musim semi dan bukan pada musim dingin (Desember). Jika ini tepat maka kita dapat memperkirakan saat mana Yesus memulai pelayanannya. Sebagaimana dicatat dalam Lukas 3:23, Yesus berusia sekitar 30 tahun saat memulai pelayanannya, sehingga kita dapat meletakkan saat baptisan dan kotbah pertamanya pada musim semi tahun itu. Dengan mempertimbangkan kesamaan tema pada perayaan Rosh ha Shanah, tidakkah mengejutkan kita bahwa Yahshua dibaptis pada saat musim semi tahun itu yang jatuh pada Bulan Elul atau Tishri (Mat 3:13-17)? Mungkinkah ada kesamaan saat Yesus digoda shatan di padang gurun selama empat puluh hari empat puluh malam (Mat 4:1-11)? Dan apakah pesan pertama Mesias setelah empat puluh hari penggodaan di padang gurun? Bukankah seruan, “Bertobatlah dari segala dosamu kepada Tuhan, karena Kerajaan Tuhan sudah dekat!” Waktu terbaik mana lagi yang tepat bagi Mesias untuk memulai pelayanannya di bumi selain saat tahun baru yang memiliki makna spiritual, yaitu Rosh ha Shanah?Bukti-bukti sejarah ini menunjukkan bahwa bulan Elul atau Tishri merupakan waktu yang sempurna bagi persiapan untuk menyampaikan pesan agung rohani yang akan datang bagi Israel yaitu: Kembali pada Tuhan karena Mesias telah datang. Rasul Paul pun menghubungkan karakteristik Rosh ha Shanah untuk menggambarkan pengangkatan orang yang percaya kepada Mesias di awan-awan sebagaimana dikatakan dalam 1 Tesalonika 4:16-18 sbb: “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Tuha) berbunyi, maka Junjungan Agung sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Mesias akan lebih

Page 59: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

59 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Junjungan Agung di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Junjungan Agung. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini”. YOM KIPPUR Perayaan ini menunjuk pada pendamaian dosa-dosa kolektif Bangsa Yisrael terhadap YHWH dengan penyembelihan hewan setahun sekali. Dalam Perjanjian Baru menunjuk pada karya Yesus sebagai korban pendamaian sejati. Barney Kasdan dalam bukunya berjudul God‟s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays21 memberikan penjelasan mengenai Yom Kippur sbb: Berdasarkan Imamat 16, ritual Yom Kippur berpusat pada persembahan dua korban kambing. Yang satu dinamai dengan Khatat yang akan disembelih sebagai lampang penghapusan dosa Yisrael. Sementara kambing yang satu diberi nama Azazel. Kambing ini tidak disembelih namun dibuang ke hutan dan ditandai kain merah kesumba. Kambing ini sebagai lambang dosa Yisrael yang dibuang. Ritual di atas merupakan ketetapan Tuhan yang agung, yaitu mengenai penebusan dan pengampunan melalui korban pengganti. Karena Rosh ha Shanah dan Yom Kippur berdekatan dalam berjarak sepuluh hari, maka perayaan Yom Kippur menjadi sangat penting. Apa yang telah dimulai pada bulan Tishri sebagai evaluasi diri dan pertobatan maka pada hari kesepuluh digenapi dengan penebusan dan pengampunan. Sejak Bait Suci (Bet ha Miqdash) di Yerusalem hancur pada tahun 70 Ms. Maka muncul kebingungan diantara para rabbi, mengenai bagaimana pelaksanaan korban Yom Kippur yang berpusat di Bait Suci. Pada perkembangannya para rabbi membuat korban pengganti melalui Tseloshah Taw atau “TIGA T” yaitu: Tefilah (doa), Tsedaqah (perbuatan baik, derma) dan Teshuvah (pertobatan). Nama lain yang diberikan untuk perayaan Yom Kippur adalah Yomim Nora‟im (hari yang khidmat) karena merupakan perluasan Rosh ha

21 Ibid., p. 77-86

Page 60: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

60 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Shanah. Pada hari ini orang-orang Yahudi tradisional melakukan doa, puasa dan pengampunan atas dosa-dosanya selama setahun. Dalam rumah keluarga-keluarga Yahudi, Tgl 9 Tishri petang menjelang pergantian ke Tgl 10 Tishri, merek akan makan malam dan memulai puasa sampai Tgl 10 Tishri petang. Saat makan malam memulai dan mengakhiri puasa, meja akan dihiasi kain putih dan masing-masing berpakaian putih sebagai lambang pengharapan atas pembersihan dosa (Yes 1:18). Ibadah keluarga ditandai dengan penyalaan lilin, pembacaan birkat dan makan roti dan meminum anggur. Orang-orang yang blayak berpuasa adalah mereka yang telah memasuki usia Bar/Bat Mitswah (usia 13 tahun) sementara yang memiliki ganguan kesehatan dan wanita hamil dilarang berpuasa. Pada petang hari menjelang penutupan puasa, keluarga Yahudi berkumpul di Sinagog untuk melaksanakan Kol Nidrey yaitu doa-doa yang dlantunkan untuk memohon agar Tuhan mengampuni berbagai sumpah yang tidak ditepati. Asal usul doa ini berasal dari Abad Pertengahan saat orang-orang Yahudi banyak mengalami penganiyaan dan pemaksaan pindah ke agama Kristen. Orang-orang Yahudi meyakini bahwa saat Yom Kippur berakhir pada petang hari, Tuhan telah mengadili dan memberikan pengampunan. Dan doa-doa yang dinaikkan berisikan permohonan agar orang-orang Yahudi tertulis dalam buku kehidupan. Selain Kol Nidrey juga Neilah atau penutupan pintu gerbang. Kemudian shofar ditiup sebagai lambang bahwa nasib seseorang telah dimeteraikan pada tahun yang akan datang. Yang menarik untuk dikaji, dalam Lukas 4:16-22 dilaporkan bahwa Yesus Sang Mesias membaca Yesaya 61 di Sinagog dan menghubungkan ayat tersebut dengan diri-Nya. Beberapa literatur rabinik mempercayai bahwa saat Mesias datang, Mesias akan mengucapkan perkataan dalam Yesaya 61 (Lexicon oleh Rabbi David Kimchi sebagaimana dikutip dari buku A Manual of Christian Evidences for Jewish People, Vol 2, p.76). Kenyataan ini mendorong pada kesimpulan bahwa Mesias akan datang pada saat perayaan Yom Kippur dalam Tahun Yobel yang terakhir untuk memberikan pembebasan pada orang-orang Yahudi sebagaimana dikatakan dalam Talmud Sanhedrin 97b sbb: “Dunia akan berakhir tidak kurang dari 85 Yobel dan diakhir Yobel, Mesias Putra Dawid akan datang”. Unsur penting lainnya adalah bahwa dalam sinagoge Abad Pertama Masehi, Yesaya 61 tidak dibaca di sinagog selama Yom Kippur melainkan berhenti sampai di Yesaya 58 karena orang Yahudi memiliki pola

Page 61: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

61 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

pembacaan tiga lapis setiap tahunnya. Maka ketika Mesias membaca Yesaya 61 di sinagog dia hendak menegaskan kemesiasan dirinya. Bukan hanya itu, Yesus pun hendak menyatakan bahwa peristiwa pembacaan Yesaya 61 terjadi saat perayaan Yom Kippur. Yesus menggunakan kata-kata yang tepat pada waktu yang tepat untuk menyatakan siapa diri-Nya. SUKKOT Perayaan ini menunjuk pada puncak perayaan dari tujuh hari raya. Sukkot merupakan peringatan atas penyertaan YHWH di padang gurun. YHWH hadir di tengah-tengah Yishrael melalui MISHKAN (Kemah Suci) di mana SHEKINAH YHWH berada di dalamnya. Bangsa Yishrael tinggal di pondok-pondok kayu sambil merayakan panen buah-buahan. Dalam Perjanjian Baru menunjuk pada saat mana “Kerajaan Seribu Tahun Damai” dan juga “Langit Baru dan Bumi Baru” di mana YHWH memerintah bersama Yesus Sang Mesias. Barney Kasdan dalam bukunya berjudul God‟s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays22 memberikan beberapa penjelasan mengenai Sukkot sehingga membantu bagi kita untuk menghayati makna yang terkandung di dalamnya. Nama lain yang diberikan untuk Perayaan Sukkot adalah Zman Shimkhatenu (Waktu Sukacita), mengapa? Secara historis, Sukkot bagi orang Yahudi menunjuk dua hal yaitu pesta panen buah-buahan sebagaimana digambarkan dalam Imamat 23 dan yang kedua sebagai tanda peringatan bahwa YHWH berkemah bersama leluhur Yisrael di padang gurun selama empat puluh tahun. YHWH hadir di Kemah Suci (Mishkan) dan suku-suku Yisrael tinggal dalam kemah-kemah. Rumah tangga-rumah tangga Yahudi tradisional biasanya merayakan Sukkot dengan membangun pondok kayu di depan rumah mereka. Kegiatan ini menjadi suatu kegiatan yang menarik bagi masing-masing keluarga khususnya anak-anak. Mereka bisa berpartisipasi dengan menghias pondok-pondok kayu tersebut dengan gambar, ayat-ayat firman, dll. Pondok kayu yang dibuatpun semi permanen dengan atap yang terbuat dari daun-daun atau ranting-ranting kering. Pada permulaan

22 Ibid., P. 91-104

Page 62: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

62 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Sukkot yang jatuh pada Tgl 15 Tishri (dimulai Tgl 14 Tishri pukul 18.00) maka masing-masing keluarga akan membuka dengan makan bersama di rumah. Ada penyalaan lilin hari raya. Ada makan roti dan anggur. Ada pengucapan Kiddush yaitu birkat untuk anggur dan roti dan diiringi nyanyian hari raya. Pada hari ketujuh dalam tradisi kuno Yisrael dinamakan Shimkha Bet ha Shoevah (Sukacita Rumah Pencurahan Air) atau Hoshana Rabbah. Talmud memberikan kesaksian mengenai perayaan Sukkot di zaman Bait Suci yang kedua, yaitu Abad I Ms dimana imam sejak hari pertama akan mengambil air dari kolam Shiloam ke dalam kendi khusus dan membawanya ke dalam Bait Suci. Pada hari yang ketujuh Imam akan mencurahkan air yang diambil dari kolam Shiloam dan umat Yishrael akan bersorak-sorai dan menyanyikan Mazmur 113-118. Makna pencurahan air ini merupakan harapan akan adanya hujan di tahun yang akan datang dan sekaligus harapan prophetik akan adanya penebusan oleh Mesias di masa yang akan datang dan Tuhan berkemah diantara bangsa Yishrael. Dalam perayaan tersebut akan dibacakan Yesaya 12:3 sbb, “Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan”. Kata “keselamatan” dalam ayat tersebut dalam bahasa Ibraninya ha yeshuah. Maka pencurahan air tersebut bermakna pencurahan keselamatan. Menariknya, Mesias pun merayakan ini dan menghubungkan peristiwa pencurahan air di Bait Suci kepada diri-Nya, saat Dia berkata dalam Yohanes 7:37-39 sbb: “Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan”. Ritual Shimkha Bet ha Shoevah (Sukacita Rumah Pencurahan Air) menunjuk pada Mesias dan Yesus berkata kepada yang hadir bahwa diri-Nya adalah Mesias dengan menghubungkan ritual tersebut kepada diri-Nya. Pada hari yang ke delapan akan dilaksanakan pertemuan kudus sebagaimana diperintahkan dalam Imamat 23:36, “Tujuh hari lamanya kamu harus mempersembahkan korban api-apian kepada YHWH, dan

Page 63: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

63 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

pada hari yang kedelapan kamu harus mengadakan pertemuan kudus dan mempersembahkan korban api-apian kepada YHWH. Itulah hari raya perkumpulan, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat. Pertemuan pada hari kedelapan ini dinamakan Shemini Atseret. Kata shemona artinya “delapan”. Pada hari kedelapan lazim diadakan upacara Brit Millah atau “sunat”. Menariknya, Mesias pun melaksanakan ritual tersebut saat dia berusia delapan hari sebagaimana dikatakan dalam Lukas 2:21 sbb, “Dan ketika genap delapan hari dan Dia harus disunatkan, Dia diberi nama Yahshua, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Dia dikandung ibu-Nya”. Demikianlah Rasul Paul memberikan makna teologis peristiwa ini dalam Roma 15:8 sbb, “Yang aku maksudkan ialah, bahwa oleh karena kebenaran Tuhan, Mesias telah menjadi pelayan orang-orang bersunat untuk mengokohkan janji yang telah diberikan-Nya kepada nenek moyang kita,…”. Pada hari kedelapan ini, dirayakan dengan baik di rumah maupun sinagog dengan meriah. Ditandai dengan pengucapan birkat atas unsur-unsur panen yang meliputi Lulav (ranting palem), Etrog (citrun), Hadas (semak berbunga putih), Arava (semacam pohon-pohonan). Unsur-unsur tadi akan digerakkan ke masing-masing penjuru mata angin sebagai simbol kemahahadiran Tuhan di seluruh dunia dan lambang sukacita panen. “Keempat Jenis” unsur-unsur tanaman tadi diperluas maknanya oleh para rabbi sbb: “Etrog yang memiliki rasa manis dan beraroma harum melambangkan orang yang memiliki pengetahuan akan Torah dan memiliki perbuatan baik. Lulav yang merupakan bagian dari pohon palem, memili rasa manis namun tidak beraroma wangi. Ini melambangkan orang yang memiliki pengetahuan Torah namun tidak memiliki perbuatan baik. Sementara Hadas tidak memiliki rasa manis namun beraroma wangi. Ini tipe orang yang yang memiliki perbuatan baik namun tanpa pengetahuan Torah. Akhirnya, Arava, tidak bercita rasa manis dan tidak beraroma wangi. Tipe orang yang tidak memiliki pengetahuan maupun perbuatan. Pada hari yang kesembilan, sebagai tambahan ada Simkhat Torah yaitu perayaan sukacita diberikannya Torah di Sinai. Pada hari ini dirayakan dengan menari di Sinagoga saat gulungan Torah dikeluarkan untuk dibacakan. Perayaan Sukkot pun dihubungkan dengan kelahiran Sang Juruslamat. Dalam Yohanes 1 ayat 14 dikatakan, “Firman itu telah menjadi manusia,

Page 64: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

64 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Sepintas ayat ini hanya memberikan informasi kepada kita mengenai hakikat Mesias sebagai Sang Firman YHWH yang menjadi manusia. Dan ayat ini menjadi kredo dasar atau pengakuan akan Keilahian Mesias sebagai Sang Firman YHWH. Namun mari kita perhatikan satu kata dalam ayat 14 yaitu kata yang diterjemahkan dengan “diam”. Kata Yunani eskenosen dari kata kerja skenoo yang artinya “membentangkan kemah”. Kata ini diterjemahkan dalam Hebrew New Testament, yaitu terjemahan dalam bahasa Ibrani modern untuk komunitas Yahudi, dengan kata yishkon dari kata shakan yang artinya “kemah”. Kata “Pondok Daun” dalam Imamat 23:42 dalam bahasa Ibrani disebut dengan sukkot dan oleh Septuaginta, terjemahan TaNaKh dalam bahasa Yunani pada Abad III Sm, diterjemahkan dengan skenais dari kata skenoo. Berdasarkan kajian kata dan bahasa di atas, maka Yohanes 1:14 dapat dibaca, “Firman itu telah menjadi manusia, dan berkemah di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Apa arti penting kata “berkemah” pada ayat 14? Pertama, Yohanes hendak memberikan pesan tersembunyi bahwa Yesus Sang Mesias lahir pada saat orang Yahudi merayakan sukkot atau eorte skenon. Data ini diperkuat bahwa pada hari kedelapan, Yesus di sunat di Bait Suci. Tradisi penyunatan tidak harus jatuh pada saat Shemini Atseret (hari kedelapan Sukkot) namun Lukas 2:21 pasti terkait Shemini Atseret, jika memang benar terbukti bahwa Mesias lahir pada saat orang Yahudi merayakan Sukkot. Hal ini senada dengan kesaksian dalam Lukas 2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Mesias, Junjungan Agung, di kota Daud. Kapan persisnya yang dimaksud hari ini? Apakah pernyataan ini hanya merupakan pernyataan konotatif atau justru bersifat historis? Peristiwa yang benar-benar pernah terjadi? Perkataan hari ini bukan ungkapan konotatif melainkaan bersifat historis. Kata “hari ini” menunjuk pada konteks ruang dan waktu bahwa Mesias sebagai tanda keselamatan bagi dunia telah lahir, yaitu pada bulan Tishri saat orang-orang Yahudi merayakan Sukkot.

Page 65: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

65 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Kedua, bahwa Sang Firman menjadi manusia dan berkemah di antara manusia memberikan makna teologis yang mendalam bahwa YHWH telah melawat manusia, berdiam diantara manusia, menyatakan kemuliaan-Nya ditengah-tengah manusia. Dan Mesias akan menyatakan diri-Nya kembali dan berkemah di bumi untuk mengadili bangsa-bangsa sebagaimana dikatakan dalam Wahyu 21:1-3 sbb, “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Tuhan, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Tuhan ada di tengah-tengah manusia dan Dia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Tuhan mereka”. Demikianlah penjelasan singkat perihal Tujuh Hari Raya yang ditetapkan YHWH di Sinai dan korelasinya dengan karya Mesias. Dengan merayakan tujuh hari raya YHWH tersebut kita menghayati karya YHWH di dalam Yesus Sang Mesias dalam dinamika sejarah hidup Bangsa Yisrael. Serentak dalam konteks kekinian, kita bersama-sama berefleksi atas karya YHWH di dalam Yesus Sang Mesias, dalam kehidupan spiritual dan moral kita sebagai orang beriman. Sementara secara profetis, kita menantikan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang yang menunjukkan tindakan YHWH di dalam Yesus Sang Mesias yang melakukan intervensi dan perubahan dalam sejarah kehidupan manusia.

Page 66: PILAR-PILAR IBADAH KRISTIANI

66 | P i l a r I b a d a h K e k r i s t e n a n A w a l

Kunjungi kajian-kajian kami di blog berikut:

teguhhindarto.blogspot.com

bet-midrash.blogspot.com

Hubungi nomor kontak berikut:

081327274269