1 I. PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian masih berjumlah sekitar 40% dari angkatan kerja. Banyak wilayah kabupaten di Indonesia yang mengandalkan pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber Penghasilan Utama Daerah. Menurut Sa’id (1994), kondisi pertanian di Indonesia di masa mendatang banyak yang akan diarahkan untuk kepentingan agroindustri. Dengan meningkatnya pembangunan nasional dan juga terjadinya peningkatan industrialisasi maka sangat diperlukan sarana-sarana yang mendukung lancarnya proses industrialisasi tersebut. Peningkatan sektor pertanian memerlukan berbagai sarana yang mendukung agar dapat dicapai hasil yang memuaskan dan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan nasional dalam bidang pangan / sandang dan meningkatkan perekonomian nasional dengan mengekspor hasilnya ke luar negeri. Sarana- sarana yang mendukung peningkatan hasil di bidang pertanian tersebut adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang termasuk di dalamnya adalah pestisida.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang sebagian
penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok
kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja
yang bekerja pada sektor pertanian masih berjumlah sekitar 40% dari angkatan kerja.
Banyak wilayah kabupaten di Indonesia yang mengandalkan pertanian, termasuk
perkebunan sebagai sumber Penghasilan Utama Daerah. Menurut Sa’id (1994), kondisi
pertanian di Indonesia di masa mendatang banyak yang akan diarahkan untuk
kepentingan agroindustri. Dengan meningkatnya pembangunan nasional dan juga
terjadinya peningkatan industrialisasi maka sangat diperlukan sarana-sarana yang
mendukung lancarnya proses industrialisasi tersebut.
Peningkatan sektor pertanian memerlukan berbagai sarana yang mendukung agar dapat
dicapai hasil yang memuaskan dan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan nasional
dalam bidang pangan / sandang dan meningkatkan perekonomian nasional dengan
mengekspor hasilnya ke luar negeri. Sarana-sarana yang mendukung peningkatan hasil
di bidang pertanian tersebut adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang
termasuk di dalamnya adalah pestisida.
Dalam bidang pertanian, pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama
tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal
mutlak harus dilakukan mengingat bahwa pestisida adalah bahan yang beracun.
Penggunaan bahan-bahan kimia pertanian seperti pestisida tersebut dapat
membahayakan kehidupan manusia dan hewan dimana residu pestisida terakumulasi
pada produk-produk pertanian dan perairan. Untuk meningkatkan produksi pertanian
disamping juga menjaga keseimbangan lingkungan agar tidak terjadi pencemaran akibat
penggunaan pestisida perlu diketahui peranan dan pengaruh serta penggunaan yang
aman dari pestisida dan adanya alternatif lain yang dapat menggantikan peranan
pestisida pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan hama, penyakit dan gulma.
2
Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan akan mengakibatkan banyak
dampak, diantaranya dampak kesehatan bagi manusia yaitu timbulnya keracunan pada
petani. Faktor yang berpengaruh dengan terjadinya keracunan pestisida adalah faktor
dari dalam tubuh (internal) dan dari luar tubuh (eksternal). Faktor dari dalam tubuh
antara lain umur, jenis kelamin, genetik, status gizi, kadar hemoglobin, tingkat
pengetahuan dan status kesehatan. Sedangkan faktor dari luar tubuh mempunyai
peranan yang besar. Faktor tersebut antara lain banyaknya jenis pestisida yang
digunakan, jenis pestisida, dosis pestisida, frekuensi penyemprotan, masa kerja menjadi
penyemprot, lama menyemprot, pemakaian alat pelindung diri, cara penanganan
pestisida, kontak terakhir dengan pestisida, ketinggian tanaman, suhu lingkungan, waktu
menyemprot dan tindakan terhadap arah angin.
Hal-hal tersebutlah yang masih banyak diabaikan oleh para petani Indonesia terutama di
daerah pedesaan. Mereka tidak memperhatikan dampak yang dapat ditimbulkan dari
pekerjaan yang mereka lakukan setiap harinya dengan berbagai alasan klasik. Oleh
karena itu, kami membahas tentang penyakit yang dapat ditimbulkan dari pekerjaan
khususnya sebagai petani agar dapat menambah pengetahuan dan kesadaran tentang
berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan dari pekerjaannya sehingga dapat membantu
mencegah dan meminimalisir masalah baik penyakit maupun keracunan akibat pestisida
pada petani tersebut.
Selama ini petani sangat tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman sehingga lahan pertanian bebas dari
serangan hama. Dengan meningkatnya hasil pertanian akan membuat hidup para petani
bergerak lebih baik.
Sayangnya, penggunaan pestisida memiliki dampak yang cukup merugikan.
Berdasarkan penelitian, pestisida dapat merusak ekosistem air yang berada di sekitar
lahan pertanian. Ketika pestisida disemprotkan pada tanaman, angin akan
menerbangkan sebagian pestisida sehingga bercampur dengan udara.
3
Pestisida yang menempel pada tanaman akan bercampur dengan air ketika terkena
hujan. Air hujan yang mengandung pestisida ini akan mengalir melalui sungai atau
aliran irigasi dan dapat menyuburkan ganggang di perairan tempat sungai atau irigasi
tadi bermuara. Keberadaan ganggang yang terlalu banyak di permukaan muara tadi
mengakibatkan cahaya matahari sulit masuk ke dalam air. Hal ini mengakibatkan
hewan-hewan ataupun fitoplankton tidak mendapat cahaya. Jika fitoplankton tidak
mendapat cahaya, maka tidak akan dapat berfotosintesis dan tidak dapat lagi
menghasilkan makanan untuk hewan-hewan air.
Selain itu, dampak negatif penggunaan pestisida dapat mengakibatkan kebalnya hama
terhadap pestisida, munculnya hama baru, penumpukan sisa bahan kimia di dalam hasil
panen, terbunuhnya musu alami dari hama, dan kecelakaan bagi pengguna, merusak
kulit dan paru-paru.
Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun pasal 4 tercantum: setiap orang yang melakukan kegiatan
pengelolaan bahan berbahaya dan beracun wajib mencegah terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup. Bahan berbahaya dan beracun adalah bahan-bahan karena
sifat, konsentrasi ataupun jumlahnya, secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan merusak lingkungan sehingga membahayakan kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya. Peranan pestisida dalam sistem pertanian sudah
menjadi dilema yang sangat menarik untuk dikaji. Berpihak pada upaya pemenuhan
kebutuhan produksi pangan sejalan dengan peningkatan perumbuhan penduduk
Indonesia, maka pada konteks pemenuhan kuantitas produksi pertanian khususnya
produk hortikultura, pestisida sudah tidak dapat lagi dikesampingkan dalam sistem
budidaya pertaniannya. Mengingat penciptaan kultur sosial yang telah tercipta
sedemikian rupa oleh pemerintah tahun 1980-an dengan subsidi biaya penggunaan
pestisida dan pendewaan pestisida sebagai penyelamat produksi dan investasi petani.
Di pihak lain penggunaan pestisida membawa bencana yang sangat hebat terhadap
kesehatan petani dan konsumen akibat mengkonsumsi produk hortikultura yang
4
mengandung residu pestisida. Menurut WHO, setiap setengah juta kasus pestisida
terhadap manusia, 5000 diakhiri dengan kematian. Dampak lain yang tidak kalah
pentingnya adalah timbulkan pencemaran air, tanah dan udara yang dapat mengganggu
sistem kehidupan organisme lainnya di biosfer ini.
Pemerintah Indonesia sejak tahun 1986 telah mengluarkan kebijakan dan tindakan yang
dapat membatasi dan mengurangi penggunaan pestisida . Kemudian pada tahun 1996
pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama Mentri Kesehatan dan Mentri
Pertanian telah membuat keputusan tentang penetapan ambang batas maksimum residu
pestisida pada hasil pertanian. Namun pada kenyataannya, belum banyak pengusaha
pertanian atau petani yang perduli. Kecelakaan akibat pestisida pada manusia sering
terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan.
Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun
sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan
menjadi luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan
kematian. Kejadian tersebut umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas
keselamatan kerja dan kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah racun.
5
II. PESTISIDA
II.1 Pengertian Pestisida
Menurut Soemirat (2003), pestisida berasal dari kata pest, yang berarti hama dan
cida, yang berarti pembunuh, jadi pestisida adalah substansi kimia digunakan untuk
membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Pestisida mempunyai arti yang
sangat luas, yang mencakup sejumlah istilah lain yang lebih tepat, karena pestisida
lebih banyak berkenaan dengan hama yang digolongkan ke dalam senyawa racun
yang mempunyai nilai ekonomis dan diidentifikasikan sebagai senyawa kimia yang
dapat digunakan untuk mengendalikan, mencegah, menangkis, mengurangi jasad
renik pengganggu.
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini
adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian
nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan
atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep
Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk
memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk
mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang
ekonomi atau ambang kendali.
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk
mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam
sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam
bidang kesehatan dan bidang pertanian seperti persawahan dan perkebunan. Di
bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk
6
meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat
diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman,
ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad
pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida
adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan
pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad
pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma.
Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu
meningkat dengan pesat.
Penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan cara disemprot, ditabur, dioles dan
lain-lain. Umumnya pestisida digunakan secara disemprot. Setelah dilakukan
penyemprotan pestisida akan dapat berada dilingkungan udara, tanah, air, tumbuhan
dan manusia.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 07/PERMENTAN/SR.140/2/2007 tentang
Pestisida, mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad
renik serta virus yang digunakan untuk:
Memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-bagian tanaman atau
hasil-hasil pertanian.
Memberantas rerumputan.
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan.
Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman,
tidak termasuk pupuk.
Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan
ternak.
Memberantas dan mencegah hama-hama air.
Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
7
Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan
pada tanaman, tanah atau air.
II.2 Jenis-jenis Pestisida
II.2.1 Berdasarkan organisme target
Pestisida dikategorikan berdasarkan jenis organisme yang populasinya akan
dikendalikan. Adapun kategori ini antara lain (Soemirat, 2003) :
- Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau
segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
- Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron.
Berfungsi untuk melawan bakteri
- Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang
berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang
hidup di akar).
- Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi
membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
- Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti
jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
- Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi
untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
- Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis
lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
- Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau
kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk
membunuh tungau atau kutu
- Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau
larva.
8
- Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung.
Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi
burung.
- Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk
membunuh ikan.
- Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk
membunuh telur.
- Algisida, berasal dari kata alge yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang
laut. Berfungsi untuk melawan alga.
- Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun.
Berfungsi untuk membunuh rayap.
- Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk
membunuh kutu atau tuma.
- Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi
untuk membunuh pemangsa (predator).
- Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk
membunuh pohon.
Selain kategori pestisida berdasarkan akhiran –sida, beberapa pestisida kimiawi
lainnya antara lain : atraktan (zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga
menjadi tertarik sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan
menangkapnya dengan perangkap), kemosterilan (zat yang berfungsi untuk
mensterilkan serangga atau hewan bertulang belakang), defoliant (zat yang
dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen, digunakan
pada tanaman kapas dan kedelai), desiccant (zat yang digunakan untuk
mengeringkan daun atau bagian tanaman lainnya), disinfektan (zat yang digunakan
untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme).
Selain itu, ada juga pestisida kimiawi berupa zat pengatur tumbuh (zat yang dapat
memperlambat, mempercepat dan menghentikan pertumbuhan tanaman), repellent
(zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama yang
9
lainnya, contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak
nyamuk), sterilan tanah (zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad
renik atau biji gulma), pengawet kayu (biasanya digunakan pentaclilorophenol
(PCP), stiker (zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap
angin dan hujan), surfaktan dan agen penyebar (zat untuk meratakan pestisida pada
permukaan daun), inhibitor (zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas),
dan stimulan tanaman (zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan
memastikan terjadinya buah). Pestisida yang terakhir ini, selain menguatkan
tanaman dari gangguan, dapat juga bertindak layaknya pemberi nutrien.
II.2.2 Berdasarkan tingkat toksisitas (racun) dan kegunaannya
Berdasarkan tingkat toksisitas (racun) dan kegunaannya, pestisida dikelompokkan
ke dalam empat golongan, yaitu (Soemirat, 2003):
Golongan A
Pestisida digolongkan ke dalam kelompok ini didasarkan pada fungsinya, yaitu
sebagai insektisida adalah jenis pestisida yang berfungsi mencegah dan membasmi
serangga. Insektisida juga digunakan di rumah-rumah untuk membasmi nyamuk,
kecoa, laba-laba, dan sejenisnya. Contoh insektisida: DDT, aldrin, paration,
malation, dan karbaril. Namun, saat ini penggunaan produk tersebut dalam rumah
tangga telah dibatasi. Herbisida adalah jenis pestisida yang berfungsi mencegah dan
membasmi tanaman yang merugikan petani seperti alang-alang dan rumput liar.
Contoh herbisida: 2,4–D, 2,4,5–T, pentaklorofenol, dan amonium sulfonat.
Fungisida adalah pestisida khusus untuk jamur. Selain racun bagi jamur, juga dapat
dipakai untuk racun tanaman dan racun serangga. Contoh fungisida adalah
organomerkuri dan natrium dikromat. Rodentisida adalah pestisida khusus untuk
membasmi tikus. Contoh rodentisida adalah senyawa arsen.
10
Golongan B
Pestisida digolongkan ke dalam golongan B didasarkan pada jenis bahan kimia yang
terkandung di dalamnya. Jenis-jenis pestisida yang digolongkan menurut cara
ini,yaitu (Tabel 1):
Tabel 1. Jenis dan bahan pestisida golongan B
Pestisida Bahan
Organik Kimia organik
Anorganik Kimia anorganik
Organoklor Senyawa karbon mengandung klor
Organofosfat Senyawa karbon mengandung fosfat
Karbamat Senyawa karbon mengandung asam karbamat
Fumigan Racun berasap
Mikrobial Bahan kimia dari mikroorganisme
Botanikal Bahan kimia tanaman
Sumber: Soemirat (2003)
Golongan C
Pestisida digolongkan ke dalam golongan C didasarkan pada pengaruhnya terhadap
hama. Beberapa jenis pestisida menurut golongan ini, yaitu (Tabel 2):
Tabel 2. Pestisida golongan C
Jenis Pengaruh
Repelant Dapat menjauhkan serangga
Defoliant Dapat menggugurkan daun
Perencat Dapat menggagalkan pertumbuhan
Sumber: Soemirat (2003)
11
Golongan D
Pestisida dapat juga digolongkan berdasarkan cara tindakannya terhadap hama.
Perhatikan tabel berikut (Tabel 3):
Tabel 3. Pestisida golongan D
Jenis Racun Cara Tindakan
Racun perut Membunuh jika termakan
Racun sentuh Membunuh jika menyentuh kulit
Racun sistemik Membunuh jika masuk ke dalam sistem
organism
Racun pracambah Membunuh terhadap beni
Sumber: Soemirat (2003)
II.2.3 Berdasarkan bentuk komponen bahan aktifnya
Berdasarkan bentuk komponen bahan aktifnya, pestisida dibedakan menjadi
(Soemirat, 2003) :
Organofosfat
Pestisida yang termasuk ke dalam golongan organofosfat antara lain :