Pikiran Rakyat 2 456789 10 11 12 13 20 21 22 23 24 25 26 27 28 ----,=----O-=--Pe-.'J- --O-M-a-r---O-_ Apr 0 Mei (5 Ju;:-O .;~I 0 1..;;-0 Sep - 0 Okt _Wtl''''''''''''''''''''=~~~Jr~~~~~~>.JlUli;:'-~~~~~ ONov T EROMPET sudah dibeli. Alarm su- dah dipasang. Dan aneka lauk-pauk untuk dibakar sudah siap di dapur. Malam itu, Agung Ramdani (27) berniat merayakan pergantian tahun di rumahnya, bersama keluarga dan beberapa tetangga. Warga Cibiru Kabupaten Bandung itu menyebut, pesta tahun baru sebagai wujud rasa syukurnya atas 2010 yang penuh berkah, serta bentuk sikap optimistis menyambut 2011yang akan dijalaninya. "Enggak bermaksud foya-foya, cuma seadanya kok. Lagian kan mumpung libu- ran, ya sekalian kumpul keluarga, wajar saja kan,' katanya di rumahnya, Jumat (31/12/201O)-malam. Agung tidak sendirian. Di Jawa Barat, ada ribuan atau bahkan jutaan orang terbiasa merayakan kedatangan hari pertama tahun baru dengan berbagai kegiatan, mulai dari makan malam bersama keluarga, konvoi kendaraan dijalan-jalan protokol, bertukar hadiah, barbeque, bergabung dalam pera- yaan tahun baru di hotel-hotel berbintang atau restoran bertarif mahal. ** DAlAM sejarahnya, perayaan tahun baru sudah dimulai sejak tahun 45 Sebelum Masehi (SM), yaitu ketika Kaisar Roma Julius Caesar mengumumkan penggunaan sistem kalender baru berdasarkan peredaran matahari, selama 365 hari. Sebelumnya, bangsa Romawi selama berabad-abad sudah hidup dengan kalender berdasarkan sistem peredaran bulan selama 354 hari. Beberapa sumber menceritakan bahwa orang Romawi kuno terbiasa saling mem- berikan hadiah berupa potongan dahan po- hon suci. Kebiasaan itu kemudian berubah menjadi saling memberlkan kacang atau koin berlapis emas, dengan gambar Janus sebagai dewa pintu dan semua permulaan. Nama dewa bermuka dua ini diabadikan sebagai nama bulan pertama di setiap tahun, yaitu Januari.Drang-orang Romawijuga se- lalu mempersembahkan hadiah kepada . kaisar setiap perayaan tahun baru. Lambat laun, kaisar-kaisar Roma lalu mewajibkan hadiah-hadiah itu. Kebiasaan tahun baru bangsa Romawi banyak diadopsi orang- orang Keltik, setelah bangsa Romawi men- duduki Kepulauan Inggris pada 43 SM. Buku-buku sejarah Julius Caesar sendiri lebih banyak menceritakan penaklukan yang dilakukannya di hampir seluruh bagian Eropa Barat dan tidak menyebutkan secara detail mengenai pesta perayaan tahun baru. Sejarawan Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, M.S. mengatakan, tidak ditemukan catatan sejarah mengenai kebiasaan bangsa Romawi meniup terompet pada malam pergantian tahun. Kala itu, terompet biasanya ditiup hanya dalam peperangan bangsa Romawi saat menginvasi bangsa lain. Menurut Nina, penularan kebiasaan merayakan tahun baru erat hubungannya dengan invasi kekaisaran Roma, yang meliputi hampir seluruh bagian Eropa Barat hingga ke perbatasan India dan Inggris. Layaknya setiap penjajah, Bangsa Romawi menularkan kebudayaannya kepada bangsa Eropa Barat selama bertahun-tahun. Ada proses akulturasi, yang kemudian menjadi kebiasaan baru di Eropa Barat. ** BEBERAPA abad kemudian, bangsa Eropa berkembang menjadi bangsa penjajah negara Amerika dan Asia, termasuk Indone- sia. Akibatnya, Indonesia tidak luput dari budaya perayaan malam pergantian tahun. Klipln H rna: npa 11 Pada 1511,bangsa Portugis datang ke In- donesia dengan misi gold (mencari kekayaan), gospel (menyebarkan agama), dan glory (meraih kejayaan). Namun, pers- inggahan mereka yang singkat itu meng- hasiIkan sedikit interaksi budaya, termasuk terbentuknya orkes-orkes keroncong dan penyebaran agama. Tidak ditemukan catatan sejarah tentang pesta tahun baru. Catatan itu baru ditemukan tiga abad, , setelah Belanda menjajah Indonesia, sekitar tahun 1800-an. Nina memperkirakan hal itu terjadi karena dari 1596-1800-an, jumlah orang Belanda di Indonesia masih sedikit, dan mereka masih sibuk memantapkan ke- beradaan mereka di tanah air. Kalaupun ada perayaan tahun baru, maka itu hanya terjadi di kalangan mereka sendiri, tanpa meli- batkan bangsa Indonesia. Baru sekitar tiga abad kemudian, ketika vac bubar digan- tikan oleh pemerintahan Hindia Belanda, bangsa negeri kincir angin itu bisa melakukan interaksi budaya dengan pen- duduk pribumi. Waktu itu, setiap residen yang mengepalai keresidenan (wilayah pemerintahan Hindia Belanda) biasanya menggelar pesta tahun baru resmi pada 1Januari. Di sinilah awal dari keterlibatan orang Indonesia dalam pesta perayaan tahun baru. Residen bi- asanya mengundang bupati atau raja-raja di wilayah keresidenannya. Undangan pesta yang biayanya mengguna n anggaran ne- gara itu merupakan perintah, sehingga para bupati dan raja setempat ajib datang. Kalau tidak, maka itu aka dianggap sebagai pembangkangan atau pe ghinaan, yang akan membuahkan hukuman, Selain pribu- mi, warga Tionghoa dan timur asing juga di- undang, karena dianggap sebagai warga r