Pikiran Rakyat • Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OJan OPeb o Mar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt .Nov ODes Kesalahpahaman J en ea Jemaah SaatBerhaji B ERHAJI adalah peng- alaman yang multirasa, multinuansa, dan kare- nanya multikenangan bagi me- reka yang pemah melakukan- nya. Ada rasa senang dan baha- gia, karena kita mampu meme- nuhi panggilan Allah, suatu ci- ta-cita yang mungkin lama kita idam-idamkan. Ada rasa sedih, karena kita harus meninggal- kan keluarga yang kita cintai. Di antara kedua rasa itu, sela- ma pengalaman di Tanah Suci, boleh jadi kita memperoleh ba- nyak pengalaman lain yang dramatis, menakjubkan, men- jengkelkan, ironis, jenaka, dan sebagainya. Banyakjemaah yang datang ke Tanah Suci untuk pertama kali dan tidak memahami ba- hasa Arab serta nilai yang di- anut masyarakat Arab, sehing- ga tidakjarang terjadi benturan antara mereka dan masyarakat pribumi. Jika benturan itu ber- kepanjangan dan membuat kita depresi dan ingin pulang, pe- ngalaman itu disebut gegar bu- daya. Hal itu mungkin hanya dialami segelintir orang, de- ngan kepribadian labil dan ku- rang tegar. Untuk bisa bertahan di suatu negara asing, kita me- mang harus tahan banting. Anggaplah segala pengalaman tak menyenangkan itu sebagai bumbu perjalanan. Sikap sabar, humoris, dan berpikir positif menjadi modal sosial yang akan membuat kita dapat menikmati perjalanan dalam berhaji. Jangan lupa, orang Arab yang datang ke negara asing pun tidakjarang meng- alami hal serupa. Kesalahpa- haman menjadi hal biasa. Sebagai ilustrasi, di salah sa- tu kota di Malaysia, beberapa pendatang Arab yang tidak bisa berbahasa Melayu bermaksud membeli bensin untuk mobil yang mereka kendarai. Seorang dari mereka mengutarakan maksudnya dalam bahasa Arab, tetapi dijawab oleh pe- gawai pom bensin dalam ba- hasa Melayu bahwa bensinnya sudah habis terjual. Akan teta- pi, orang Arab tersebut tidak mengerti jawaban orang Ma- laysia itu. Mereka ngotot ingin membeli bensin. Menyadari bahwa ada kemacetan komu- nikasi, sang pegawai mencari akal. Akhimya ia mengucap- kan, "Shadaqallahul adzim" (lazim diucapkan kaum Muslim untuk menutup bacaan Alqu- ran). Orang Arab itu akhimya mengerti. Mereka pun tertawa. Contoh lain, meskipun mungkin lebih bersifat lelucon, suatu hari seorang tamu datang dari Arab untuk berkunjung ke Kota Bandung. Dalam perja- lanan dari Bandara Soekamo- Hatta ke Bandung, orang Arab itu sengaja meminta sopir un- tuk melewati wilayah Puncak. Saat melihat rambu lalu lintas yang menggambarkan dua gu- nung yang berdekatan (di de- pan yang akan dilewati pengen- dara), orang Arab itu sangat ka- get. Serta merta ia pun berteri- ak, "Haram! Haram! Haram!" Rambu lalu lintas itu rupanya mengingatkan orang Arab itu akan bagian sensitif tubuh wanita . . Kesalahpaham antarbudaya orang asing yang datang ke Ta- nah Arab, termasuk orang In- donesia, baik dalam rangka berhaji ataupun bukan, pastilah melimpah termasuk pengala- man jenaka. Contohnya adalah pengalaman berikut yang dicer- itakan seorang mahasiswa Fi- kom Unpad. "Kejadian ini di- alami orang tua teman saya yang menunaikan ibadah haji. Saat berjalan-jalan mereka me- lihat bus yang sedang berhenti mencari penumpang. Kebetul- an mereka kelelahan dan ingin • kembali ke perkemahan. Mere- ka pun memutuskan untuk na- ik bus tersebut. Ketika mengin- jakkan kaki di tangga bus, tiba- tiba sopimya berteriak, "Ha- ram, Haram!" Mereka kaget, mengira tidak boleh naik. Ya, namanyajuga sedang na- ik haji, pasti akan selalu wasp a- da terhadap yang haram-ha- ram. Mereka pun tidakjadi naik bus itu, lalu berjalan kaki sampai ke perkemahan yang jauh. Sesampainya di perke- mahan, dengan napas yang masih terengah-engah setelah berjalan belasan kilometer, si ibu cerita kepada temannya yang sudah naik haji berkali- kali. la pun menjelaskan bahwa Haram itu berarti "ke Masjidil- haram". Bukan tidak boleh naik. Kliping Humas Unpad 2010