Pikiran Rakyat o Senin o Selasa o Rabu • Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu 2 G) 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OPeb o Mar OApr OMei .Jun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes Karya IImiah untuk Konsumsi Pull ik E NTAH siapa yang pertama kali mengelompokkan jenis tulisan. Yang jelas, di dunia, saat ini kita mengenal dua jenis tulisan. Tulisan ilmiah dan tulisan yang populer. Tulisan ilmiah disematkan pada rulisan-tulisan hasil penelitian, eksperimen, dan semacamnya. Sementara tulisan populer biasanya bersifat khayali. Biasanya, tulisan ilmiah yang berasal dari penelitian itu hanya dibaca oleh kalangan terbatas, hanya diminati oleh kalangan ilmuwan atau pelajar/maha- siswa eksak. Dengan demikian, hal itu menyulitkan sosialisasi tentang hasil- hasil penelitian kepada masyarakat. Lain hal dengan tulisan populer yang tampak memiliki porsi lebih. Peminat tulisan populer (seperti novel, kornik, karikatur, dan sejenisnya) memiliki peminat yang lebih banyak ketimbang peminat tuilsan ilmiah. Menyadari hal tersebut, awal Mei lalu, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakul- tas Teknik Pertanian IPB menyeleng- garakan acara Pekan Ilmiah Populer. Tujuannya, selain menumbuhkan kecin- taan mahasiswa terhadap dunia penelit- ian, juga bagaimana menjembatani -karya-karya ilrniah tersebut sehingga bisa dinikmati oleh khalayak luas. Tulisan-rulisan ilmiah akan memiliki ni- lai publisitas kalau sudah menjadi tulisan populer, begitu kira-kira garis be- sar acara tersebut. Dalam seminar tersebut hadir empat pembicara, di antaranya Dr. Arif Satria (Dekan FEMA, IPB), Megawati Sirnan- jutntak S. P., M. Si., Bapak Yotvitner, dan Tatiek Kancaniati (Corporate Sec- retary IMZ Jakarta). Keempat pern- bicara ini memberikan materi tentang kiat dan motivasi menulis. Sesi terakhir diisi oleh Prof. Dr. Ir. Made Astawan, M.S. (Guru Besar Bidang Pangan dan Gizi IPB) dan Bapak Andang Setiadi (Bussiness Development Foodreview In- donesia). Prof. Made menjelaskan perbedaan antara tulisan ilmiah dan tulisan populer. Dia menjelaskan bahwa perbedaan tulisan ilmiah dan populer terletak pada bahasa penyampaian yang digunakan. Karya tulis ilmiah mumi ditampilkan dalam bahasa baku dan sangat terikat dengan kaidah bahasa Indonesia resmi. Sementara ilmiah populer ditampilkan dengan bahasa yang lebih luwes serta dapat dipahami masyarakat umum. Dari segi topik bahasan, tulisan ilmi- ah populer cenderung membahas per- masalahan yang berkaitan dengan masyarakat di sekitarnya. Berbeda de- ngan karya tulis ilmiah mumi yang lebih sering berkutat dalam bidang ilrni- ah yang jauh dari jangkauan masyarakat awam. Mengacu kepada buku Buku Sains yang Populer, Kok Langka?,bahwa ada tiga langkah dalam memopulerkan tulisan ilmiah sehingga berdaya jual se- cara publisitas. Langkah pertama adalah dengan dibuat komik. [adi, ilmu penge- tahuan atau hasil penelitian yang sifat- nya.ilmiah dipaparkan de gan komik. Ilmu pengetahuan yang il iah kalau dikomikkan akan tidak terasa berat, Dengan demikian, hal itu akan menarik minat pembaca untuk membacanya. ' Dengan begitu, hasil-hasil penelitian bisa tersosialisasikan kepada pembaca. Langkah kedua, dalam upaya memo- pulerkan hasil-hasil penelitian yang ilmiah menjadi rulisan populer adalah de-ngan menyampaikannya dalam ba- hasa humor. [adi, tulisan ilmiah disam- paikan dengan selingan joke-joke segar atau anekdot-anekdot yang tepat. Langkah ketiga, adalah dengan "mem- bumikan" bahasa ilmiah sehingga mu- dah dipahami. Selama ini, bahasa yang digunakan dalam mempublikasikan tulisan ilrniah terkesan "langitan" dan sulit dimengerti oleh masyarakat awam. Pada akhimya, tulisan ilmiah dan po- puler sama-sama berisi tentang ilmu pengetahuan dan informasi. Seseorang tertarik terhadap sesuatu disebabkan oleh kesan pertamanya. Populer ' ataupun ilmiah hanyalah kemasan. [ika kemasannya rnenarik, pembaca akan mempersepsikan bahwa isinya juga menarik, meskipun kandungannya ilmi- ah. Hal ini dijelaskan oleh Solomon Asch dalam penelitiannya tentang persepsi. Menurut dia, persepsi awal pembaca akan berpengaruh terhadap persepsi selanjutnya. Dala ilmu komu- nikasi, ini disebut sebagai primacy effect. (Atih Ardiansyah, mahasiswa Fikom Unpad) ***