PROPOSAL PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN PROBLEM POSING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Pendidikan Matematika Dosen Pengampu: Bapak Sutama Disusun oleh : MUNTAFIAH A 410 080 354 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
33
Embed
Web viewHal ini dilaksanakan sebagai upaya pembaharuan kurikulum pendidikan nasional. ... Membantu dalam usaha penyempurnaan sistem pengajaran yang ... penggunaan peta konsep
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROPOSAL
PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN PROBLEM POSING
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Penelitian Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu: Bapak Sutama
Disusun oleh :
MUNTAFIAHA 410 080 354
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
BAB I
PENDAULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana yang berfungsi untuk meningkatkan
kualitas manusia baik aspek kemampuan maupun kepribadian. Pendidikan
sebagai interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya untuk
membantu peserta didik dalam menguasai tujuan-tujuan pendidikan.
Interaksi pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga,
sekolah ataupun masyarakat.
Salah satu aspek penting dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
adalah proses pembelajaran disekolah. Pembelajaran merupakan suatu proses
kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa guna mencapai kompetensi
dasar yang telah ditetapkan dan hasil belajar yang maksimal. Proses
pembelajaran bukanlah semata-mata memberikan bahan pengetahuan
sebanyak mugkin, akan tetapi menanamkan cara-cara untuk memperoleh dan
menggunakan pengetahuan. Oleh karena itu, diharapkan siswa nantinya dapat
menemukan serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi
dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Proses pembelajaran matematika sering kali membuat siswa merasa
kesulitan memahami pelajaran yang disampaikan guru, kurang antusias untuk
mengikuti pembelajaran, bahkan menjadikan matematika sebagai pelajaran
yang menakutkan bagi mereka. Hal ini terjadi karena sampai saat ini masih
banyak guru yang menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional yaitu
guru membacakan atau membawakan bahan yang sudah dipersiapkan
sedangkan siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti dan mencoba
menyelesaikan sebagaimana yang dicontohkan oleh guru sehingga siswa
hanya bersifat pasif .
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti pendidikan yang akan lebih
efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, karena proses
pembelajaran tidak hanya memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa
tetapi juga menciptakan situasi yang dapat membawa siswa aktif . Pada
dasarnya belajar matematika merupakan belajar konsep. Konsep-konsep pada
matematika menjadi kesatuan yang utuh dan berkesinambungan. Untuk itu
dalam proses pembelajaran diharapkan guru dapat menyampaikan konsep
tersebut kepada siswa serta bagaimana siswa dapat memahaminya.
Pengajaran pada matematika dilakukan dengan memperhatikan urutan konsep
dimulai dari yang sederhana menjadi lebih komplek.
Kendala-kendala siswa pada saat menyelesaiakan masalah diantaranya
kesulitan dalam merumuskan kembali permasalahan yang ada, sehingga siswa
menjadi kesulitan dalam memahami maksud dari permasalahan tersebut. Hal
ini membuat siswa menjadi sulit untuk menentukan rumus yang akan
digunakan, sulit menggunakan cara-cara ataupun strategi-strategi berbeda
yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah dan sulit melakukan
perhitungan.
Kendala-kendala tersebut dititikberatkan pada kemampuan siswa dalam
memahami masalah, merumuskan kembali masalah, dan merencanakan suatu
penyelesaian. Memahami suat masalah ditunjukkan dengan mengetahui apa
yang diketahui dan yang ditanyakan. Merumuskan masalah dimaksudkan
bahwa siswa dapat membuat kembali sebuah permasalahan yang serupa
dengan masalah yang ada, sehingga mempermudah dalam menyelesaikannya.
Sedangkan merencanakan suatu penyelesaian ditunjukkan denga
mengorganisasikan informasi atau data-data yang ada dengan menggnakan
strategi-strategi tertentu untuk menemukan kemungkinan penyelesaian.
Kesulitan dalam memahami tersebut dapat berpengaruh pada hasil belajar
siswa.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan suatu strategi
pembelajaran yang lebih variatif. Salah satu alternatif yang dapat menjadi
pilihan guru dalam proses pembelajaran adalah penggunaan strategi Problem
Solving dan Problem Posing. Problem Solving merupakan strategi
pembelajaran yang yang merangsang siswa untuk mau berfikir, menganalisa
suatu permasalahan sehingga dapat menentukan pemecahannya. Sedangkan
Problem Posing merupakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan prinsip
konstruktivisme yang menekankan pada bagaimana pengetahuan itu terjadi
pada seseorang yang mempelajarinya.
Problem Solving digunakan untuk mendukung pelaksaan pembelajaran.
Hal ini dilaksanakan sebagai upaya pembaharuan kurikulum pendidikan
nasional. Dengan adanya Problem Solving siswa tidak hanya menerima
hafalan yang diberikan guru, tetapi siswa menemukan dan membangun
sendiri konsep yang dipelajari, siswa dibiasakn mandiri, berfikir kritis dan
kreatif, bekerjasam secara positif .
Smith(2002) mengemukakan bahwa Problem Posing adalah perumusan
kembali masalah-masalah yang baru dari sebuah situasi.Problem Posing
digunakan untuk mengoptimalkan aktifitas siswa dalam pembelajaran, serta
dapat menunjang kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Karena,
jika siswa dapat merumuskan kembali masalah maka siswa dapat
menyelesaikan masalah tersebut dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa perlu untuk menerapkan
strategi pembelajaran Problem Solving dan Problem Posing dalam
pembelajaran matematika di tingkat SMP. Peneliti berharap strategi Problem
Solving dan Problem Posing dapat menjadi salah satu strategi alternatif yang
dapat dipilih oleh guru agar menjadikan siswa aktif di dalam kelas, sehingga
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika menjadi maksimal.
B. Identifikasi Masalah
1. Kurang tepatnya strategi pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru
matematika dalam penyampaian pokok bahasan tertentu yang
kemungkinan akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
2. Adanya kemungkinan penggunaan strategi pembelajaran yang lebih
menarik untuk menyampaikan materi sehingga menimbulkan peningkatan
hasil belajar siswa.
3. Masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
C. Pembatasan Masalah
1. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Problem
Solving (pemecahan masalah) yaitu strategi yang merangsang siswa untuk
mau berfikir dan menganalisa suatu permasalahan sehingga dapat
menentukan pemecahanyya, dan Problem Posing adalah pengajaran yang
dilakukan melalui cara pengajuan soal oleh siswa dan cara penyajianyya
juga oleh siswa sendiri.
2. Parameter penelitian adalah hasil belajar siswa pada aspek kognitif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang diteliti
dapat dirumuskan menjadi berikut: “ apakah ada pengaruh penggunaan
strategi Problem Solving dan Problem Posing terhadap hasil belajar
matematika?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan arah dari suatu kegiatan untuk mencapai hasil yang
jelas dan diharapkan dapat terlaksana dngan baik dan teratur. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan strategi Problem Solving
dan Problem Posing terhadap hasil belajar matematika.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi layanan pendidikan.
b. Sebagai sumber belajar yang disesuaikn dengan pengamatan dan
pengalaman lapangan langsung sehingga memungkinkan untuk
dikembangkan lebih lanjut.
c. Membantu dalam usaha penyempurnaan sistem pengajaran yang
menguntungkan khususnya pengajaran matematika.
d. Memberi sumbangan bagi sekolah dalam rangka mengoptimalkan
potensi siswa dan kinerja guru dalam proses pemelajaran Matematika
sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas sekolah itu
sendiri.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya sebagai
masukan untuk lebih mengefektifkan peningkatan belajar matematika
siswa.
b. Bagi siswa, untuk mengembangkan kreatifitas dalam kegiatan belajar.
c. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
pembelajaran dengan strategi Problem Solving dan Problem Posing.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Matematika
Menurut Johnson dan Myklebust (Abdurrahman, 2003 : 252),
matematika adalah basasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan
fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan dalam berpikir.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah bahasa simbolis yang mengekspresikan ide-ide, truktur, atau hubungan
yang logis termasuk konsep-konsep abstrak sehingga memudahkan manusia
untuk berpikir.
2. Hakikat Belajar
Menurut Winkhel (dalam Witherington, 2002:225) belajar adalah proses
perubahan tinkah laku yang meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan,
sikap pengetahuan, pemahaman dan apresiasi. Dalam melakukan kegiatan
belajar terjadi proses berfikir yang melibatkan kegiatan mental, terjadi
penusunan hubungan informasi-informasi yang diterima sehingga timbul
suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan
adanya pemahaman dan penguasaan yang didapat setelah melalui proses
pembelajaran, maka siswa telah memahami suatu perubahan dari yang tidak
tahu menjadi tahu. Perubahan inilah yang disebut dengan hasil belajar.
3. Hakikat hasil belajar matematika
Menurut Witherington(dalam Winkel, 1991: 225) belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan ketrampilan, kebiasaan,
sikap pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.
Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar merupakan peristiwa yang
bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi pada diri seseorang. Peristiwa
tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif yang kemudian berpengaruh
pada perilaku. Dengan demikian perilaku seseorang didasarkan pada tingkat
pengetahuan terhadap sesuatu yang dipelajari yang kemudian dapat diketahui
melalui tes, dan pada akhirnyamuncul hasil belajar.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor
internal (faktor psikis, meliputi intelejensi, aurosal, motivasi, dan kepribadian
dan faktor fisik, yakni kesehatan yang meliputi kondisi indera, organ-organ
tubuh dan anggota badan) dan faktor eksternal (lingkungan sekitar, meliputi:
lingkungan alam, sosial dan sosial ekonomi, materi pelajaran, metode
pembelajaran).
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika merupakan hasil
kegiatan dari belajar matematika dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat
dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan siswa. Dengan kata lain,
hasil belajar matematika merupakan apa yang diperolehsiswa dari proses
belajar matematika.
4. Hakekat Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik (2007: 57) pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapann dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Menurut Hamzah (2007: v) pembelajaran (learning) adalah suatu
kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan
memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik
bidang setudi serta sebagai strategi pembelajaran, baik penyampaian,
pengelolaan, maupun pengorganisasian.
Menurut pengertian pembelajaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa
proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan dalam proses komunikasi dua
arah yang menggunakan asas pendidikan dengan memperhitungkan faktor
lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang setudi serta
sebagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun
pengorganisasian dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
5. Strategi pembelajaran Problem Solving
Problem Solving (pemecahan masalah) merupakan aplikasi dari konsep
dan keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa
kombinasi konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan situasi berbeda.
Dari pengertian diatas, maka mengajarkan pemecahan masalah kepada
siswa merupakan kegiatan seorang guru dimana guru itu membangkitkan
siswa-siswanya agar menerima dan merespon pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan olehnya dan kemudian membimbingnya untuk sampai ke
penyelesaian masalah.
Problem Solving (Pemecahan masalah) matematika merupakan dasar dari
aplikasi keterampilan berhitung, aktivitas pemecahan masalah akan
mempertinggi kemampuan berhitung. Belajar Problem Solving pada dasarnya
adalah belajar menggunakan metode ilmiah, berfikir secara sistematik, logis,
dan teratur untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk
memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas (Muhibbin Syah,
2003:123)
Pemecahan masalah meliputi latihan yang luas dari aktifitas intelektual,
beberapa usaha dibuat untuk membatasi bidang yang didiskusikan dan
hasilnya. Demikian titik berat pada masalah yang cukup kompleks untuk
menjadi praktek nyata atau arti pendidikan.
Langkah-langkah Problem Solving
1. Mengemukakan masalah
2. Memperjelas masalah
3. Melihat kemungkinan jawaban masalah
4. Mencoba kemungkinan jawaban masalah
5. Menilai evaluasi
6. Strategi pembelajaan Problem Posing
Pembelajaran dengan strategi Problem Posing(pengajuan masalah)
sejalan dengan prinsip pembelajaran berparadigma konstruktivisme (Hajar,
2007: 4). Melalui pembelajaran dengan pengajuan masalah, siswa dapat
belajar aktif dan mandiri sehingga terbentuk suatu pemahaman baru.
Problem Posing adalah perumusan masalah atau pengajuan masalah dari
situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika atau setelah pemecahan
masalah (Darnati, 2001:4). Sedangkan (Ibrahim, 2006:7) mengemukakan
bahwa Problem Posing adalah perumusan masalah sederhana atau perumusan
ulang masalah yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan
dapat dikuasai.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Problem Posing adalah
membangun atau membentuk permasalahan dengan melibatkan siswa secara
aktif dalam merumuskan kembali masalah-masalah yang baru untuk
mengembangkan pengetahuan mereka sendiri.
Pembelajaran matematika dengan strategi Problem Posing merupakan
suatu pendekatan yang efektif karena kegiatan Problem Posing itu sesuai
dengan pola pikir matematis dalam arti:
a. Pengembangan matematika sering tejadi dari Problem Posing
b. Problem Posing merupakan salah satu tahap dalam berfikir matematis
Pendapat diatas memperlihatkan bahwa pembelajaran matematika
dengan Problem Posing dapat meningkatkan mutu pembelajaran itu sendiri
dan dapat meningkatan keaktifan siswa dalam belajar.
7. Penerapan strategi Problem Solving pada pembelajaran matematika
Langkah-langkah strategi pembelajaran Problem Solving pada materi
bangun ruang balok yaitu:
1) Berilah siswa soal mengenai materi kubus
Contoh:
a) Apa yang dimaksud balok ?
b) Apa saja sifat-sifat balok ?
2) Mintalah siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal tersebut
mengenai kemungkinan jawaban yang ada.
3) Siswa mencoba mengerjakan soal dari kemungkinan jawaban yang
ada.
Contoh:
a) Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh 6 buah sisi, dengan
sisi yang saling berhadapan memiliki ukuran yang sama besar.
b) Sifat-sifat kubus: memiliki 12 rusuk, memiliki 12 diagonal sisi,
memiliki 4 diagonal ruang, memiliki 6 sisi.
4) Guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi jawaban dari siswa.
8. Penerapan strategi problem posing pada pembelajaran matematika
Langkah-langkah penggunaan problem posing dalam pembelajaran
matematika materi bangun ruang balok:
a. Berikan kepada siswa soal cerita tanpa pertanyaan, tetapi semua
informasi yang diperlukan untuk memecahkan soal tersebut ada. Tugas
siswa adalah membuat pertanyaan berdasarkan informasi tadi.
Contoh: Fia diberi tugas oleh ibunya untuk mengisi bak mandi yang
berbentuk balok dengan ukuran 3x4x5 m.
Kemudian guru meminta siswa untuk membuat pertanyaan dari soal
cerita tersebut. Misal : siswa membuat pertanyaan, berapa liter air yang
diperlukan fia untuk mengisi penuh bak mandi?
b. Guru menyeleksi soal yang di buat siswa kemudian meminta siswa lain
untuk mencoba menyelesaikan soal yang dibuat siswa
c. Setelah siswa mencoba menyelesaikan soal yang dibuat temannya,
kemudian guru meminta siswa yang membuat soal tersebut untuk
melihat apakah jawaban itu benar atau salah. Hal ini membantu sisa
untuk ektif dalam menyelesaikan soal.
B. Kajian Pustaka
Djoko Muljono(2006) dalam penelitiannya mengenai peningkatan hasil
belajar matematika melalui penggunaan alat peraga petak persegi satuan
dalam mengukur luas daerah persegi panjang dan persegi. Hasil penelitiannya
yaitu hasil belajar siswa dapat diamati peningkatannya. Peningkatan dapat
berupa perubahan perilaku siswa yang menjadi lebih aktif dan bersemangat
dalam proses pembelajaran. Keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh
kemauan berlatih dan juga konsep-konsep awal yang telah diterima
sebelumnya.
Rikki Asmarandani (2010) dalam penelitiannya tentang eksperimentasi
penggunaan peta konsep dan Problem Solving menghasilkan penerapan peta
konsep dalam pemecahan masalah matematika merupakan salah satu strategi
yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Hayri Akay (2010) dalam jurnalnya tentang Problem Posing,
menyatakan bahwa siswa yang merumuskan masalah akan cenderung lebih
termotivasi dan tertarik untuk mencari jawaban atas permasalahan tersebut.
Karena ada yang kuat hubungan positif antara sikap terhadap matematika dan
keberhasilan matematika, sikap terhadap matematika diterima sebagai
penentu kuat(atau mediator) keberhasilan atau kegagalan.
Berdasarkan referensi dan literatur penelitian-penelitian yang relevan di
atas, maka dipandang perlu mengetahui adanya pengaruh penggunaan strategi
Problem Solving dan Problem Posing ditinjau dari hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika.
C. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan sarana berpikir untuk menuju perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran matematika dalam dunia pendidikan
sangat penting. Berbagai upaya telah dilakukan dalam peningkatan
keberhasilan pembelajaran matematika, namun hasilnya belum memuaskan.
Matematika dianggap sebagai momok oleh siswa. Siswa menganggap bahwa
matematika merupakan pelajaran daripada pelajaran lainnya, sehingga hasil
belajar semakin berkurang.
Dalam hal ini, sistem pengajaran matematika sebaiknya
menggunakan teknik yang dapat membuat hasil belajar lebih meningkat.
Upaya guru dalam merancang dan menerapkan teknik pembelajaran yang
dapat meningkatkan hasil belajar siswa di dalam kelas diharapkan akan
efektif bila dalam diri siswa timbul rasa keingintahuan terhadap pemecahan
masalah matematika. Dengan teknik pembelajaran yang sesuai siswa dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa serta dapat mengembangan potensi yang
Strategi Problem Posing
Strategi Problem Solving
Proses Pembelajaran Matematika
PendidikPeserta didik
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Tes akhir Tes akhir
Hasil belajar
tersimpan dalam dirinya. Teknik pembelajaran yang dapat mempengaruhi
hasil belajar dan mengembangkan potensi siswa adalah strategi Problem
Solving dan problem posing.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan strategi
Problem Solving dan problem posing dalam proses belajar matematika
berpengaruh terhadap hasil belajar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena penelitian
ini dimaksud untuk mengukur pengaruh dua variabel terhadap variabel
lainnya. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan strategi
Problem Solving dan problem posing. Jadi penelitian ini mengukur pengaruh
variabel bebas, yaitu strategi pembelajaran terhadap variabel terikatnya, yaitu
hasil belajar.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP N I Wonosegoro, pada kelas VII tahun
ajaran 2010/2011. Pemilihan tempat didasarkan pada pertimbangan: (1) letak
sekolah strategis, (2) pada tahun ajaran sebelumnya pernah dilakukan
penelitian terhadap sekolah tersebut yang sesuai dengan strategi yang
digunakan dalam penelitian ini. Penelitian dilaksanakan pada semester genap
selama 3 bulan yaitu bulan januari sampai dengan maret 2010. Adapun
rincian kegiatan penelitian tersebut adalah:
1. Tahap persiapan, meliputi: pengajuan judul, pembuatan proposal, survei di
sekolah yang bersangkutan, permohonan ijin, serta penyusunan instrumen.
2. Tahap pelaksanaan, yaitu kegiatan yang berlangsung di lapangan yang
meliputi uji coba instrumen dan pengambilan data instrumen yang telah di
uji validitas dan relibilitasnya.
3. Tahap akhir, yaitu pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian.
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, sebagai populasi adalah seluruh siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Wonosegoro tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah 240
siswa. Sedangkan untuk sampel, penelitian ini mengambil siswa sebanyak 2
kelas secara acak dari 6 kelas dengan masing-masing kelas terdiri dari 40
siswa. Dari kelas yang diperoleh, ditentukan masing-masing kelas
eksperimennya.
Sampling atau teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Simple Random Sampel, yaitu pengambilan sampel secara acak tanpa
memperhatikan tingkatan dalam populasi. Pengambilan sampel secara acak
dilakukan dengan cara undian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Sebelum kedua kelas dikenai perlakuan yang berbeda perlu
dilakukan uji keseimbangan. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah
kedua kelas tersebut dalam keadaan seimbang atau tidak. Uji yang digunakan
adalah uji t dengan rumus:
t hitung =
X1−X2
√ s12
n1+
s22
n2
keterangan:
s12 = variansi untuk kelas eksperimen ; s2
2 = variansi untuk kelas kontrol
X1 = rata-rata kelas eksperimen ; X2 = rata-rata kelas kontrol
n1 = jumlah sampel kelas eksperimen ; n2 = jumlah sampel kelas kontrol
Jika th < tα: (n1+n2-2) maka H0 diterima dengan hipotesis:
H0 : kedua kelompok mempunyai keseimbangan yang sama.
H1: kedua kelompok mempunyai keseimbangan yang berbeda.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode tes
Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar. Soal tes ini
dalam bentuk uraian. Teknik tes ini dilakukan setelah perlakuan diberikan
kepada kelas eksperimendengan tujuan mendapatkan data hasil belajar. Tes
diberikan kepada kedua kelas dengan alat tes yang sama dan hasil pengolahan
data digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian.
E. Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena dengan
variabel dapat ditentukan teknik analisis data yang digunakan. Variabel –
variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh.
a. Metode Pembelajaran
- Definisi operasional variabel
Metode pembelajaran adalah suatu jalan atau arah yang ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran.
-Indikator :
Penggunaan Strategi Problem Posing untuk kelas eksperimen dan penggunaan strategi Problem Solving untuk kelas kontrol.
-Skala Pengukuran : Skala nominal yang terdiri dari dua kategori, yaitu:
a. Kelas eksperimen : siswa yang diberikan pembelajaran matematika dengan penggunaan strategi Problem Posing.
b. Kelas kontrol : siswa yang diberikan pembelajaran matematika dengan penggunaan strategi Problem Solving.
2. Variabel terikat (dependen)
Dalam penelitian ini, variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika siswa.
- Definisi operasional variabel
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah melakukan aktivitas belajar.
- Indikator : Nilai tes hasil belajar.
- Skala pengukuran : Skala pengukuran interval.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan informasi atau
melakukan pengukuran. Pada penelitian ini, metode tes digunakan untuk
memperoleh data hasil belajar. Tes yang digunakan adalah berupa tes hasil
belajar matematika. Instrumen yang digunakan adalah jenis tes esai. Tes esai
merupakan sejenis tes yang memberikan jawaban dalam bentuk kata–kata
atau uraian yang disusun dengan kalimat sendiri seperti menguraikan,
menjelaskan, mambandingkan, menyimpulkan, dan sebagainya. Langkah-
langkah dalam membuat tes terdiri dari : 1) Menyusun materi yang digunakan
dalam soal, 2) Membuat kisi-kisi soal, 3) Menyusun soal, 4) Mengadakan uji
coba tes.
Sebelum instrumen diberikan kepada sampel, tes tersebut diujicoba
terlebih dahulu, dengan tujuan apakah tes tersebut memenuhi persyaratan
sebuah tes, yaitu:
1. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keshahihan
suatu instrumen. Untuk menghitung validitas tes menggunakan rumus
korelasi product moment, yaitu:
Rxy =
N (∑ XY )−(∑ X )(∑ Y )
√{N∑ X2−(∑ X )2}{N∑Y 2−(∑Y )2}
Keterangan :
Rxy : koefisien variabel XY N : banyak objek
X : skor variabel butir soal Y : skor total.
Hasil perhitungan Rxy dikonsultasikan pada tabel kritis r product moment
dengan taraf signifikan 5%. Jika Rxy > Rtabel , item pertanyaan tersebut valid
(Suharsimi Arikunto, 2002: 72).
2. Reliabilitas skor tes
Alat ukur dinyatakan reliabel apabila hasil pengukuran dengan alat
tersebut sama atau hampir sama jika pengukuran dilakukan pada orang yang
sama di waktu yang berbeda. Untuk mengukur reliabilitas instrumen
digunakan rumus Alpha, yaitu:
R11 = ( n
n−1)(1−
∑ σi2
σt 2 ) dengan
σi2=∑ X2−
(∑ X )2
NN
Keterangan :
R11 = reliabilitas instrumen ; n = banyak butir soal
∑ σi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
σt 2 = jumlah varian butir ; N = jumlah peserta
Kriteria pengujian reliabilitas tes yaitu setelah didapatkan harga R11
tersebut dikonsultasikan dengan harga R product moment pada tabel, jika R
hitung > R tabel maka item tes tersebut reliabel.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat
Uji prasyarat yang dipakai dalm penelitian ini adalah uji normalitas.
Dengan menggunakan uji hipotesis.
a. Uji hipotesis
Analisis dalam penelitian ini hipotesis diuji dengan menggunakan
analisis variansi satu jalur, dengan frekuensi sel tak sama, dengan asumsi
bahwa populasi berdistribusi normal dan populasi bervariansi sama. Dengan
model sebagai berikut :
X ij=μ+α j+εij
Xij = data ke-i pada perlakuan ke-j ; μ = rerata besar
α j = μj – μ = efek perlakuan ke-j pada hasil belajar siswa
εij = deviasi data Xij terhadap rataan populasinya yang berditribusi normal dengan rataan 0.
i = 1, 2, 3, . . ., nj ; j = 1, 2, 3, . . ., k ; k = cacah populasi
Prosedur penelitian :
1) Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh penggunaan Strategi Problem Solving dan
Problem Posing terhadap hasil belajar siswa.
H1 : Ada pengaruh penggunaan strategi Problem Solving dan Problem
Posing terhadap hasil belajar siswa.
2) Statistik uji
Statistika uji dalam penelitian ini adalah: Fobs=
RKARKG
dengan RKA= JKA
dkA dan RKG= JKG
dkG
dkA = k – 1 ; dkG = N – k ; dkT = N – 1
JKA=∑j
Tj2
n j−G2
N ; JKG=∑
i , jX
ij2−∑
j
Tj2
n j ; JKT=∑
i , jX
ij2−G2
N
3) Komputasi
4) Daerah kritik, Dk = {F? F ∃Fα ; k-1, N-k}
5) Keputusan uji, H0 ditolak jika Fhitung∈ Dk.
6) Rumusan analisis
Tabel. 3.3
Rangkuman annova satu jalur
Sumber
Variansi
Jk dK RK Fobs F p
Perlakuan JKA k-1 RKA RKARKG
Ftabel p
atau
p
Galat JKG N-k RKG - - -
Total JKT N-1 - - - -
H. Prosedur Peneliti
1. Dialog awal
Dialog awal dilaksanakan hari Rabu, 1 Januari 2010 mulai pukul 08.00
sampai pukul 10.00 di ruang tamu yang telah disediakan oleh pihak SMP N 1
Wonosegoro. Dari hasil diskusi ( peneliti, guru Matematika kelas VII dan
kepala sekolah) ditemukan beberapa masalah diantaranya kesalahpahaman
dalam pembelajaraan matematika. Peneliti menawarkan strategi pembelajaran
yaitu strategi pembelajaran Problem Solving dan problem posing yang
diharapkan dapat mengurangi kesalahpahaman siswa dalam pembelajaran
matematika.
2. Observasi
Observer atau peneliti mengamati proses pembelajaran dan
mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses
pembelajaran, yang baik terjadi pada guru, siswa maupun situasi sekolah.
Kegiatan guru yang harus dicatat meliputi pendahuluan, pengembangan
penerapan dan penutup.Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 20 Febuari
2010 sampai 8 Maret 2010. Observasi awal dilaksanakan pada tanggal 20
Febuari 2010. Sedangkan proses belajar mengajar dilaksanakan pada tanggal
26 Febuari 2010, 1 Maret 2010, dan 8 Maret 2010. Waktu pelaksanaan
observasi tersebut, disesuaikan dengan jam pelajaran pada jadwal matematika
kelas VII SMP N 1 Wonosegoro.
3. Rencana pelaksanaan eksperimen
Pelaksanaan eksperimen dilaksanakan selama dua minggu dan terbagi
dalam tiga putaran. Putaran I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 26 Febuari
pukul 11.45 sampai pukul14.15. Putaran II dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 1 Maret pukul 09.00 samapai pukul 11.15, sedangkan putaran III
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 Maret 2010 pukul 09.00 sampai
pukul 11.15. Peneliti melaksanakan tindakan dengan menggunakan strategi
pembelajaran Problem Solving dan problem posing.
4. Refleksi
Refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan
dalam mencapai tujuan sementara.Refleksi dilakukan setiap akhir dari siklus
penelitian.
5. Kesimpulan
Menyimpulkan dari hasil penelitian adakah pengaruh strategi Problem
Solving dan problem posing dalam mengurangi misconception dalam
pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Akay, Hayri. The Effect of Problem Posing Oriented Analysis-II Course on the
Attitude toward Mathematics and Mathematics Self-Efficacy of Elementary
Prospective Mathematics Teacher. Research in Brief, April 2011. Volume
35(1). Australian Journal of Education.
Asmarandani, Rikki. 2010. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep) dan
Problem Solving (Pemecahan Masalah) di SMP N 6 Wonogiri. Surakarta:
FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Budiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University
Press.
Http: // library.nu.com / di download 22 Mei 2011, 13.00 WIB.
Http: // download-book.net/ di download 30 Mei 2011, 09.00 WIB.