1 PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1LATAR BELAKANG Petrologi adalah salah satu cabang Ilmu Geologi yang mempelajari proses awal mula terbentuknya batuan, struktur batuan, tekstur batuan, komposisi mineral dalam batuan, dan klasifikasi batuan tersebut. Dalam suatu proses terbentuknya sebuah batuan, pasti akan mengakibatkan struktur, tekstur dan komposisi mineral yang berbeda dengan batuan yang terbentuk pada proses yang lain. Hal inilah yang selanjutnya akan dipelajari dalam Petrologi. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu". Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik. Tujuan praktikum lapangan Petrologi adalah menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa Fisika program studi Teknik Geologi dan Teknik Geofisika mengenai berbagai macam batuan yang ada di Sulawesi Tenggara. Agar kita dapat mengetahui potensi-potensi apa saja yang dimiliki provinsi Sulawesi Tenggara ini.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Petrologi adalah salah satu cabang Ilmu Geologi yang mempelajari proses
awal mula terbentuknya batuan, struktur batuan, tekstur batuan, komposisi
mineral dalam batuan, dan klasifikasi batuan tersebut. Dalam suatu proses
terbentuknya sebuah batuan, pasti akan mengakibatkan struktur, tekstur dan
komposisi mineral yang berbeda dengan batuan yang terbentuk pada proses yang
lain. Hal inilah yang selanjutnya akan dipelajari dalam Petrologi. Ada tiga cabang
petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku, metamorf, dan sedimen. Kata
petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu".
Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku
(batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau
magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.
Tujuan praktikum lapangan Petrologi adalah menambah pengetahuan kita
sebagai mahasiswa Fisika program studi Teknik Geologi dan Teknik Geofisika
mengenai berbagai macam batuan yang ada di Sulawesi Tenggara. Agar kita dapat
mengetahui potensi-potensi apa saja yang dimiliki provinsi Sulawesi Tenggara ini.
Sehingga kita dapat mengolah sumber daya alam kita sendiri kedepan nanti.
Penelitian lapangan dilakukan dengan melakukan survei secara langsung
di lapangan dimana hal-hal yang dilakukan dalam penelitian lapangan yaitu
melakukan pengamatan pada keadaan geologi sekitar daerah penelitian dan juga
pada kondisi fisik singkapan, mengambil sampel dan memplot lokasi pengambilan
data dan sampel (singkapan yang insitu) pada peta lintasan berdasarkan data
koordinat yang dikontrol melalui alat GPS (Global Position System), serta
mengambil dokumentasi kondisi singkapan dan data-data lainnya dalam bentuk
foto.
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
a. Maksud
Adapun maksud dari pelaksanaan praktikum lapangan Petrologi ini
yaitu : Menganalisa permasalahan struktur geologi mengenali jenis-jenis
Batuan dengan melihat secara langsung di lapangan.
b. Tujuan
Tujuan dari praktikum yang ingin dicapai dalam praktikum
lapangan Pengamatan Struktur , dan Morfologi Sungai di daerah Sekitar
Aliran Sungai jalan Lasolo yaitu :
1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan singkapan batuan yang ada di
lapangan.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan Geomorfologi disekitar
singkapan batuan yang ada di lapangan.
1.3 ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktikum Lapangan Geologi
Struktur ini yaitu:
Tabel 1. Tabel Alat dan Bahan Praktikum Lapangan Geologi Struktur
No Alat dan Bahan Kegunaan
1. Kompas geologi Untuk menentukan Strike dan Dip
2. GPSUntuk menentukan koordinat posisi/lokasi
pengambilan data
3.
Alat tulis (pulpen,
pensil, pensil warna,
penghapus, kapur tulis)
Untuk menulis data hasil penelitian
4. Peta topografi Untuk memplot posisi yang didapat dari GPS
5. Papan KomputerUntuk membantu pengukuran Strike
dan Dip
6. Kamera Digital/ HP
Untuk mengambil gambar
smpel/singkapan batuan beserta
struktur geologinya
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
7.Busur derajat /
protraktor
Digunakan sebagai alat untuk membantu dalam
pengeplotan data
1.4 WAKTU, TEMPAT, DAN KESAMPAIAN DAERAH
a) Waktu dan Tempat
Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 11
Januari 2014. Praktikum lapangan ini dilaksanakan di daerah Benu-
Benua Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
b) Kesampaian Daerah
Lokasi penelitian yang bertempat dipinggiran jalan daerah Benu-
Benua, daerah ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda
dua ataupun roda empat, dengan memakan waktu yang begitu singkat.
Untuk lokasi penelitian pertama terletak pada koordinat (S : 03o, 58’,
0,34” ; E : 122o, 34’, 015”) yang dari lokasi awal keberangkatan atau
tempat berkumpul ke pertama memakan waktu ± selama 5 menit. Dan
untuk lokasi ke dua berada pada koordinat ( S : 03o, 57,69’ LS ; E : 122o,
34,138’ BT ), waktu yang dibutuhkan untuk menempuh stasiun dua dari
stasiun satu ± 20 menit. Praktikum kali ini hanya ada 2 stasiun
pengamatan.
1.5 PENELITIAN TERDAHULU
1. Armstrong F. Sompotan, 2012. Geologi Struktur Sulawesi.
2. Surono,2013. Geologi Lengan Tenggara Sulawesi.
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
BAB II
GEOLOGI REGIONAL LEMBAR LASUSUA
2.1 GEOMORFOLOGI REGIONAL
Secara regional daerah penelitian termasuk dalam lembar peta Lasusua –
Kendari yang terletak pada lengan tenggara Pulau Sulawesi. Morfologi lembar
Lasusua – Kendari dapat dibedakan menjadi empat satuan yaitu pegunungan,
perbukitan, kras dan dataran rendah (Rusmana, dkk, 1993).
Pegunungan menempati bagian tengah dan barat lembar, perbukitan terdapat
pada bagian barat dan timur, morfologi kras terdapat di PegununganMatarombeo
dan di bagian hulu Sungai Waimenda serta Pulau Labengke.
Morfologinya berupa perbukitan dan dataran rendah. Satuan perbukitan ini
umumnya tersusun oleh batuan sedimen dengan ketinggian berkisar 75 – 750
meter diatas permukaan laut. Puncak yang terdapat pada satuan perbukitan adalah
Gunung Meluhu (517 meter) dan beberapa puncak lainnya yang tidak memiliki
nama, sungai di daerah ini umumnya berpola aliran meranting (dendritik). Dataran
rendah terdapat didaerah pantai dan sepanjang aliran sungai besar dan muaranya,
seperti Aalaa Kokapi, Aalaa Konaweha dan Aalaa Lasolo.
2.2 STRATIGRAFI REGIONAL
Berdasarkan himpunan batuan dan pencirinya, Daerah Lasusua – Kendari
dapat dibedakan dalam dua lajur geologi yaitu Lajur Tinondo dan Lajur Hialu.
Lajur Tinondo dicirikan oleh batuan endapan paparan benua, dan Lajur Hialu oleh
endapan kerak samudra/ofiolit (Rusmana, dkk, 1993). Secara garis besar kedua
mandala ini dibatasi oleh Sesar. Daerah penelitian termasuk dalam stratigrafi
regional Daerah Lasusua – Kendari pada Lajur Tinondo. Batuan yang terdapat di
Lajur Tinondo yang dijumpai pada daerah penelitian adalah Formasi Meluhu (TR
JM ) yang berumur Trias Tengah sampai Jura, secara tak selaras menindih batuan
malihan Paleozoikum ( batuan alas Lajur Tinondo ). Formasi ini terdiri dari
batupasir kuarsa yang termalihkan lemah dan kuarsit, setempat bersisipan dengan
serpih hitam dan batugamping, mengandung Halobia sp dan Daonella sp serta
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
batusabak pada bagian bawah. Batupasir berwarna kelabu sampai kelabu muda
dan kekuningan, sangat kompak, berbutir halus sampai sedang, menyudut
tanggung, terpilah baik hingga sedang, tersemenkan oleh silika, sebagian
termalihkan lemah, berlapis baik dengan tebal lapisan antara 10 – 60 cm, dan
setempat mencapai 1 m atau lebih. Batugamping umumnya berwarna kelabu
hingga kehitaman, berbutir halus, setempat terhablur, banyak dijumpai urat kalsit
berukuran halus, pejal, tebal perlapisan berkisar dari beberapa sentimeter sampai
60 cm. Setempat batugamping ini mengandung fosil Halobia sp dan Daonella sp.
Batulanau berwarna kelabu hingga kehitaman, terjadi perselingan dengan
batupasir, dengan tebal lapisan beberapa sentimeter. Pada zaman yang sama
terendapkan Formasi Tokala (TR Jt ) terdiri dari batugamping berlapis dan serpih
bersisipan batupasir. Hubungannya dengan Formasi Meluhu adalah menjemari.
Satuan batuan yang terdapat pada daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4
(empat) satuan batuan yang secara berurutan tersebut di bawah ini, dari satuan
yang termuda sebagai berikut :
a. Satuan aluvial
b. Satuan piroksenit
c. Satuan batupasir dan satuan batugamping
Uraian, hubungan dan pemerian singkat tiap satuan batuan dapat dilihat
pada kolom stratigrafi daerah penelitian. Penguraian tiap-tiap satuan batuan akan
dimulai dari satuan yang tertua hingga yang termuda.
a. Satuan Batupasir
Penamaan dari satuan batuan didasarkan pada ciri litologi dan dominasi
penyusun utama satuan ini, yaitu batupasir. Pada bagian tengah dari satuan ini
dijumpai perselingan antara batupasir dan batulanau serta sisipan batugamping
pasiran. Hubungan stratigrafi antara satuan batupasir dengan satuan batuan yang
berumur lebih tua tidak diketahui, karena tidak tersingkap pada daerah penelitian.
b. Satuan Batugamping
Penamaan dari satuan batuan didasarkan pada ciri litologi, dominasi
batuan penyusun, analisis yang dilakukan secara megaskopis dan mikroskopis,
maka batuan ini dinamakan satuan batugamping.
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
c. Satuan Piroksenit
Penamaan dari satuan batuan ini didasarkan pada ciri litologi, dan
dominasi batuan penyusun yang dilakukan secara megaskopis dan mikroskopis,
maka satuan ini dinamakan satuan piroksenit.
d. Satuan Aluvial
Penamaan satuan didasarkan pada ciri-ciri fisik material, meliputi jenis
endapan dan ukuran butir yang langsung dilakukan di lapangan. Satuan ini
menempati sekitar 15% dari seluruh luas daerah penelitian atau sekitar 12,83 km2.
Penyebaran dari endapan aluvial relatif berarah utara-timurlaut – selatan-
baratdaya pada Aalaa Kokapi . Ketebalan dari endapan ini berdasarkan hasil
pengukuran langsung di lapangan pada Aalaa Kokapi yaitu (2 – 4)m.
Material penyusun dari endapan aluvial, berukuran lempung hingga pasir
merupakan hasil rombakan dari batuan yang telah terbentuk lebih dahulu yang
mengalami proses pelapukan dan tertransportasi membentuk endapan sungai,
rawa dan pantai. Bentuk endapan sungai berupa flood plain, point bar dan channel
bar. Material penyusun dari endapan ini terdiri dari material lepas hasil rombakan
dari batupasir dan batugamping yang berukuran lempung hingga pasir. Endapan
rawa tersusun oleh material lempung hingga pasir. Endapan pantai terbentuk dari
transportasi material pada muara sungai dan rombakan yang diakibatkan oleh arus
dan gelombang, berukuran lempung hingga pasir terendapkan di daerah pesisir
pantai.
Formasi Batuan
Formasi Meluhu diberikan oleh Rusmana & Sukarna (1985) kepada satuan
batuan yang terdiri atas pasir kuarsa, serpih merah, batulanau, dan batulumpur di
bagian bawah; dan perselingan serpih htiam. batupasir, dan batugamping di bagian
atas. Formasi Meluhu menindih takselaras batuan malihan dan ditindih takselaras
oleh satuan batugamping Formasi Tampakura.
Formasi Meluhu mempunyai penyebaran yang sangat luas di Lengan
Tenggara Sulawesi. Formasi ini telah dipublikasikan secara luas; di antaranya
oleh Surono dkk. (1992); Swim (1997b, 1999), serta Surono & Bachri (2002).
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
Sebagian besar bahasan selanjutnya merupakan terjemahan dan/atau kompilasi
dari publikasi tersebut.
Surono(1997b) membagi Formasi Meluhu menjadi tiga anggota (dari bawah
ke atas):
·Anggota Toronipa yang didominasi oleh batupasir dan konglomerat,
·Auggota Watutaluboto didominasi oleh batulumpur, batulanau, dan serpih,
·Anggota Tuetue dicirikan oleh hadirnya napal dan batugamping.
Anggota Toronipa
Anggota Toronipa, Formasi Meluhu didominasi oleh batupasir dan
konglomerat dengan sisipan serpih, batulanau, dan batulempung. Sisipan tipis
lignit ditemukan setempat seperti di sungai kecil dekat Mesjid Nurul Huda, Kota
Kendari dan tebing tepi jalan di selatan Tinobu. Lokasi tipe Anggota Toronipa
berada di Tanjung Toronipa, sebelah tenggara Desa Toronipa. Penampang tegak
basil pengukuran stratigrafi terperinci di Tanjung Toronipa tersebut dapat dilihat
pada. Batupasir berlapis baik berfasies St dan Sp telah ditemukan. Di beberapa
tempat, batupasir pejal tersingkap baik, yang diduga merupakan hasil pengendap-
an grain flow. Secara setempat, batupasir kerikilan (Gh) sering dijumpai di atas
permukaan bidang erosi. Ketebalan Anggota Toronipa pada lokasi tipe tersebut
adalah 800 m. Ketebalan maksimum anggota ini diduga ke arah timur.
Struktur sedimen yang terekam pada Anggota Toronipa berupa silang siur
(planar, trough dan epsi-lon) seruling (flute mark), gelembur gelombang (ripple
mark), perlapisan bersusun, dan permukaan erosi. Lag deposit umum ditemukan
pada bagian bawah runtunan sedimen di atas permukaan erosi Batang, ranting,
dan/atau cetakan daun juga ditemukan pada endapan klastik halus. Setiap runtunan
batuan sedimen menunjukkan penghalusan ke atas yang menunjukkan energi
melemah ke arah atas. Semua fakta di lapangan ini memberikan gambaran bahwa
Anggota Toronipa diendapkan pada lingkungan sungai kekelok. Arab arcs purba,
yang sebagian besar diukur pada silang-siur menunjukkan hasil kecenderungan
unimodal. Kondisi seperti ini umum ditemui pada arus sungai kekelok.
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
Anggota Watutaluboto
Anggota Watutaluboto, Formasi Meluhu terdiri atas perselingan
batulumpur, batulanau, dan serpih serta sisipan batupasir. Pengulcuran stratigrafi
Anggota Watutaluboto, Formasi Meluhu telah dilakukan sepanjang pantai pada
Tanjung Labuanbajo. Ketebalan anggota ini pada lokasi tipenya tidak Luang dari
75 m.
Kehadiran lag deposits, permukaan erosi intraformasi gems (scoured