Page 1
e-journalFAPET UNUD
e- JournalPeternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Scienceemail: [email protected] Universitas
Udayana
Elektronik Jurnal Peternakan Tropikadipublikasikan oleh:
Fakultas Peternakan Universitas UdayanaJl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1
Telp. 0361-235231/222096email: [email protected]
Volume Nomor TahunVII 2 2019
Page 2
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA
REDAKTUR / KETUA EDITOR
I Made Mudita, S.Pt., MP
EDITOR
Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS
Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS
Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS
Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, MSi
Eny Puspani, SPt., MSi
I Wayan Wirawan, SPt., MP
Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi
Dr. Ir. Ni Wayan Siti, MSi
Dr. Ir. Ni Putu Mariani, MSi
Ir. Ni Putu Sarini, MSc
Dr. Budi Rahayu Tanama Putri, SPt, MM
I Wayan Sukanata, SPt., MSi
ALAMAT REDAKSI:
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANAJl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleks Lantai 1
Telp. 0361- 222096 / 235231
Email: [email protected]
Page 3
Vol. 7 No. 2 (2019): Mei - Agustus 2019Daftar Isi Artikel
Standarisasi Sapi Bali Pejantan Berdasarkan SNI di Unit Pelaksana Teknis (UPT) BalaiInseminasi Buatan Daerah Provinsi BaliHendriana P. P. Y., N. L. G Sumardani, N. P. Mariani 356 - 3631. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_ yudha et al
Analisis Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan Penjualan Telur Ayam Ras (Studi KasusUD Prapta, Desa Pesedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem)Astrini N. K. M. S, G. L. O. Cakra, N. N. Suryani 364 – 3752. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Astrini et al
Pengaruh Penggantian Tepung Ikan Dengan Tepung Keong Mas Dalam Ransum TerhadapPotongan Karkas Komersial Itik Bali JantanResla M. S., A. W. Puger, I M. Nuriyasa 376 - 3913. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Resla et al
Pengaruh Penggunaan Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) TerfermentasiDalam Ransum Terhadap External Offal BroilerSuartiniyanti N. L. A., G. A. M. K. Dewi, M. Dewantari 392 - 4024. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Suartiniyanti et al
Pengaruh Penggantian Tepung Ikan Dengan Tepung Keong Mas Dalam Ransum TerhadapOrgan Dalam Itik Bali JantanOktaviantoro D, A. W. Puger, E. Puspani 403 - 4145. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Oktaviantoro et al
Pengaruh Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur ItikWarmana I W. G. T., G. A. M. K. Dewi, I W. Wijana 415 - 4296. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Warmana et al
Kualitas Telur Itik Dengan Lama Penyimpanan Selama 21 Hari Pada Dataran Rendah DiDaerah JimbaranIndrayoga I. B. A., I W. Wijana, M. Wirapartha 430 - 4447. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_ Indrayoga et al
Pengaruh Penggantian Tepung Ikan Dengan Tepung Keong Mas Dalam Ransum TerhadapKomposisi Fisik Karkas Dan Lemak Abdominal Itik Bali JantanGulita S. S., A. W. Puger, I M. Nuriyasa 445 - 4548. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Gulita et al
Produktivitas Rumput Panicum maximum Cv. Trichoglume sebagai Dampak SubstitusiPupuk Organik terhadap Pupuk Urea pada Pemotongan KeduaVino A, N. M. Witariadi, N. N. Candraasih 456 -4679. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Vino et al
Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Sente (Homalomena cordata scoot ) terhadapPenampilan Babi Peranakan DurocYusadana P., K. Budaarsa, I G. Mahardika 468 -48010. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Yusadana et al
Page 4
Pengaruh Pemberian Jus Kulit Buah Naga Dalam Air Minum Terhadap Karkas danRacahan Karkas Ayam Lohmann Brown Umur 52 MingguSitepu M., G. A. M. K. Dewi, M. Wirapartha 481 - 49211. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Sitepu et al
Pengaruh Ekstrak Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) Dalam Air Minum TerhadapKualitas Telur Ayam Isa Brown umur 25-30 MingguAndriyani N. M. Y., G. A. M. K. Dewi, M. Wirapartha 493 - 50612. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Andriyani et al
Produksi Telur Ayam Isa Brown Pasca Vaksinasi dengan Kandidat Vaksin Egg DropSyndrome (EDS) Diberi Jumlah Ransum yang BerbedaHeppi N. M. A. L., G. A. M. K. Dewi, I K. A. Wiyana 507 -52113. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Heppi et al
Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Secara Intensif (StudiKasus di UD. Prapta, Karangasem, Bali)Pratama I. B. B., I W. Sukanata, B. R. T. Putri 522 - 53314. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Pratama et al
Profil Kesehatan Kambing Peranakan Etawah yang Diberi Probiotik pada PeternakanRakyat di Kampung Bugis, Desa Serangan, BaliBambar M. M., L. Doloksaribu, I G. A. A. Putra 534 - 54315. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Bambar et al
Pengaruh Pemberian Probiotik Effective Microorganism-4 Melalui Air Minum terhadapBerat Organ Dalam Itik Bali JantanDewi N. M. A. W., N W. Siti, N. M. S. Sukmawati 544 - 55816. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Dewi et al
Konsumsi Nutrien, Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organik Ransum Sapi Bali DiPosko Penampungan Ternak Desa Nongan Kabupaten KarangasemDwipayana I K. B, N. N. Suryani, Mahardika I G. 559 - 569
17. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Dwipayana et al Analisis Jiwa Wirausaha Mahasiswa di Universitas Udayana
Rofiah A. C., B. R. T. Putri, N. W. T. Inggriati 570-58618. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Rofiah et al
Page 5
e-journal
e- Journal
PeternakanTropikaJournal of Tropical Animal Science
email: [email protected] UniversitasFAPET UNUD Udayana
PANDUAN BAGI PENULIS
Ketentuan Umum
1. Naskah yang dikirim merupakan naskah asli/orisinil dan belum pernah diterbitkan
(Naskah dari mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir dalam level S1 minimal berasal
dari naskah seminar tugas akhir (Seminar hasil penelitian/Pra-Skripsi) yang telah
disahkan/Acc oleh tim penguji dan pembimbing, sedangkan untuk penulis lain naskah
disesuaikan dengan aturan ilmiah yang berlaku umum)
2. Lingkup ejurnal ini memuat hal-hal yang menyangkut dunia peternakan dalam bentuk
hasil penelitian, kegiatan ilmiah, kajian pustaka dan/atau gagasan dengan topik aktual.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang
ditentukan
4. Penulis mengirim 2 (dua) eksemplar naskah ke redaksi yang dilengkapi dengan softcopy
(berupa CD) atau naskah dapat pula dikirim via email dalam bentuk program Microsoft
Word.
5. Naskah dan Softcopy (CD) dikirim kepada:
Redaksi eJournal Peternakan Tropika
d.a Fakultas Peternakan Universitas UdayanaGedung Agrokompleks Lantai 1 Kampus UNUD DenpasarJl. P. B. Sudirman Denpasar, Bali
Telp. 0361-222096 / HP. 081338791005
Email: [email protected]
Page 6
Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word dengan jarak 1.5 spasi kecuali
Judul, Abstrak, Judul Tabel, Judul Gambar, dan lampiran yang diketik 1 spasi. Naskah
dicetak pada kertas ukuran A4, dengan huruf Time New Roman berukuran 12 point
(kecuali Judul berukuran font 14); margin atas dan margin kiri berukuran 3 cm,
sedangkan margin kanan dan margin bawah berukuran 2 cm.
2. Judul dari Makalah, Abstrak, Abstract, bab (Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil
dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan Terima Kasih), dan Daftar Pustaka
ditulis dengan Huruf Kapital. 12 point (Bold) (kecuali Judul memakai font 14 point).
Font Time New Roman.
3. Nama Penulis, Sub Bab, Institusi, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya. ditulis dengan
diawali dengan Huruf Kapital. 12 point. Time New Roman. Institusi penulisan tidak di
Bold, sedangkan Nama Penulis, Sub Bab, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya,
penulisan di Bold
4. Naskah ditulis maksimum 20 halaman dan setiap halaman tidak perlu diberi nomor
(Nomor akan diisi oleh tim penyusun, disesuaikan dengan urutan publikasi naskah).
5. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan judul, nama penulis dan nama instansi,
alamat korerspondensi (email dan No. Telpon/HP), abstrak (dalam bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia), pendahuluan, metode (sosial ekonomi) atau materi dan metode
(eksakta), hasil dan pembahasan, simpulan (+ saran), ucapan terima kasih, dan daftar
pustaka.
Sedangkan naskah kajian pustaka/gagasan aktual disusun dengan urutan judul, nama
penulis dan nama instansi/institusi, alamat korespondensi (email dan No. Telpon/HP),
abstrak (dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), pendahuluan, masalah dan
pembahasan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka.
Page 7
TATA CARA PENULISAN NASKAH
1. JUDUL, harus singkat, spesifik dan informatif yang menggambarkan isi naskah,
maksimal 20 kata. Untuk kajian pustaka, dibelakang judul agar ditulis: Suatu kajian
Pustaka. Untuk gagasan Aktual, dibelakang judul agar ditulis: Suatu Gagasan Aktual.
Judul ditulis dengan hurup kapital. Time New Roman berukuran 14 point (Bold), jarak
1 (satu) spasi dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.
2. Nama Penulis, ditulis nama lengkap tanpa gelar akademis. Artikel yang ditulis oleh
Mahasiswa melibatkan juga pembimbing dan/atau orang yang terlibat dengan
penelitian/artikel yang ditulis. Sedangkan penulis dari kalangan umum, penulis
mencerminkan pemilik dari artikel/penelitian/gagasan yang akan dimuat. Penulisan
nama penulis pertama artikel dimulai dari nama utama yang akan dimuat, diikuti
dengan pendukung (nama urutan kelahiran/marga/dll) sedangkan penulisan nama
penulis ke-2 dan selanjutnya disusun sesuai dengan urutan nama bersangkutan. Nama
utama ditulis utuh, sedangkan nama pendukung disingkat dengan satu huruf/singkatan
umum yang berlaku.
3. Nama Lembaga/Instansi/Institusi, nama lembaga/institusi ditulis secara lengkap
disertai alamat.
4. Alamat Korespondensi (No. Telpon dan email), No. Telp dan alamat email yang
ditulis adalah yang aktif untuk memudahkan komunikasi terkait artikel yang akan
dipublikasikan
5. ABSTRAK, ditulis dalam Bahasa Indonesia (ABSTRAK) dan Bahasa Inggris
(ABSTRACT). Abstrak ditulis dalam 1 paragraf yang berisikan tujuan penelitian,
metode, hasil dan simpulan. Abstrak tidak lebih dari 250 kata. diketik satu spasi
6. Kata Kunci (key Word), diketik miring, maksimal 5 kata yang merupakan kata-kata
utama dari artikel, 1 (dua) spasi setelah abstrak + 12 pt setelah abstrak.
7. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang permasalahan, fakta/data dari pustaka
mendukung, solusi/alternative solusi serta tujuan penulisan. Dalam mengutip pendapat
orang dipakai sistem nama dan tahun. Contoh: Udayana (2005); Quan et al. (2002)
8. MATERI DAN METODE. ditulis lengkap dan terperinci terutama desain penelitian.
Metode penelitian mengikuti acuan yang berlaku dengan mencantumkan sumbernya.
9. HASIL DAN PEMBAHASAN. Menyajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan
hasil secara jelas dan komprehensif . Penulisan hasil dan pembahasan disatukan
(bukan terpisah hasil saja / pembahasan saja)
Page 8
Ilustrasi (Tabel, Grafik, Histogram, Sketsa, Gambar)
a. Judul Tabel, grafik, histogram, sketsa, dan/atau gambar diberi nomor urut, judul
singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ditulis menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 12 point (Bold), awal kata menggunakan hurup
kapital (kecuali kata penghubung), dengan jarak 1 (satu) spasi
b. Isi Tabel/Ilustrasi lain ditulis dengan Font Time New Roman 11 - 12 point
(disesuaikan dengan ukuran/isi table). Isi item Tabel/Ilustrasi lain yang
disingkat/istilah khusus dapat diisi notasi baik berupa huruf/angka yang selanjutnya
wajib diberi keterangan terkait notasi tersebut
c. Keterangan Tabel/Ilustrasi ditulis dari disebelah kiri bawah menjulur ke kanan (bisa
dipisah setiap notasi atau menjalur terus untuk kesemua notasi), menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 11 point, dengan jarak 1 (satu) spasi + 6 pt
setelah Ilustrasi. Penulisan tanda atau notasi untuk data yang dianalisis dengaan
analisis statistik menggunakan superskrip berbeda pada baris/kolom yang sama
yang menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) atau berbeda sangat nyata (P<0,01)
d. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan
tanda koma ( , ), untuk bahasa Inggris digunakan titik ( . ).
e. Grafik, gambar dan Foto: Grafik dibuat dalam program excel, Gambar baik berupa
gambar biasa/foto harus tajam dengan resolusi tinggi
f. Satuan pengukuran menggunakan sistem internasional (SI)
g. Nama Latin, Yunani/Daerah dicetak miring. Istilah asing/khusus diberi tanda petik
10. SIMPULAN DAN SARAN (bila diperlukan). ditulis secara singkat dan jelas
11. UCAPAN TERIMA KASIH. disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu
sehingga penelitian/artikel dapat dihasilkan, misalnya pemberi gagasan, pemilik
proyek/penyandang dana (pembimbing tugas akhir tidak perlu diberi ucapan terima
kasih, pembimbing tugas akhir langsung diisi sebagai penulis) dll
12.DAFTAR PUSTAKA. Memuat nama pengarang yang dirujuk dalam naskah, disusun
menurut abjad pengarang dan tahun penerbitan. Untuk buku dicantumkan semua nama
penulis, tahun, judul buku, penerbit dan tempat. Untuk jurnal dicantumkan nama
penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi dan halaman.
Artikel dalam buku dcicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul
buku, penerbit dan tempat. Artikel internet dicantumkan nama penulis, tahun dibuat,
judul tulisan, alamat web, waktu akses.
Page 9
e-Journal
Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected] e-journal
FAPET UNUD
403
Pengaruh Penggantian Tepung Ikan Dengan Tepung Keong Mas Dalam
Ransum Terhadap Organ Dalam Itik Bali Jantan
Oktaviantoro, D., A. W. Puger dan E. Puspani
P S Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jln. P.B. Sudirman, Denpasar, Bali e-mail: [email protected] : 085737317176
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggantian tepung ikan dengan
tepung keong mas dalam ransum terhadap organ dalam itik bali jantan. Rancangan penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalahRancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 5
perlakuan yaitu penggunaan 15% tepung ikan dalam ransum sebagai kontrol (R0),
penggunaan tepung keong mas dalam ransum sebanyak 25% sebagai pengganti tepung ikan
(R1), penggunaan tepung keong mas dalam ransum sebanyak 50% sebagai pengganti tepung
ikan (R2), pengunaan tepung keong mas sebanyak 75% sebagai pengganti tepung ikan (R3)
dan penggunaantepung keong mas dalam ransum sebanyak 100% sebagai pengganti tepung
ikan (R4). Masing-masing perlakuan menggunakan 4 blok sebagai ulangan, dan setiap blok
berisi 1 ekor itik bali jantan umur 1 bulan. Variabel yang diamati yaitu meliputi persentase
empedal, usus halus, usus besar, jantung, hati, pangkreas dan empedu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggantian tepung ikan dengan tepung keong mas dalam ransum
dengan penggantian sampai 100% tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap variable yang diamati
dibandingkan dengan kontrol. Dapat disimpulkan bahwa penggantian sepenuhnya tepung ikan
dengan tepung keong mas dalam ransum itik bali jantan umur 10 minggu memberikan
pengaruh yang sama terhadap organ dalam itik bali jantan.
Kata kunci: Organ dalam, Itik, Tepung Ikan dan Tepung Keong Mas.
The Effect of Fish Flour Replacement with Golden Snail Flour on The
Giblets of Male Bali Duck
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of fish meal replacing with golden snail flour
in the rations on thegibletsof malebali ducks. The design used a Randomized Block Design
(RBD) consisting of 5 treatments, namely: the ration containing 15% fish meal as control
(R0); the replacement of fish meal with 25% golden snail flour (R1), the replacement of fish
meal with 50% golden snail flour (R2), the replacement of fish meal with 75% golden snail
flour (R3) end the replacement of fish meal with 100% golden snail flour (R4). Each
treatment used 4 blocks as replicate, each block consists of 1 male bali duck with of 1 month
age. The variables observed were the percentage of gizzard, small istentine, large intestine,
heart, liver, pancreas and spleen. The results showed that the replacement of fish meal with
golden snail flour in rations up to 100% were not significantly different (P>0.05) on the
ariables observed compared to control. It can be concluded that the fish meal replacement
Submitted Date: April 11, 2019 Accepted Date: May,9, 2019 Editor-Reviewer Article;: I M. Mudita & A. A. P. Putra Wibawa
Page 10
Oktaviantoro et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 403-414 Page 404
with golden snail flour in male bali ducks aged 10 weeks to level 100% does not affect the
organs in male bali ducks.
Keywords: Giblets, Ducks, Fish Flour and golden Snail Flour.
PENDAHULUAN
Itik memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia karena dapat
diharapkan sebagai penyedia pangan bergizi.Kemampuan ternak itik untuk mencerna
pakannya dapat memberi peluang sekaligus kemudahan bagi peternak untuk memanfaatkan
limbah baik limbah bidang pertanian maupun perkebunan sebagai sumber serat pakan itik
(Purba dan Ketaren 2013), itik mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan yang
berbeda.Pemeliharaan itik, tidak hanya untuk produksi telur saja, tetapi sebagai penghasil
daging yang bisa diperoleh dengan harga terjangkau (Murtidjo, 1988). Menurut Kuspartoyo
(1990), itik jantan mempunyai kelebihan yaitu harga yang lebih murah dibandingkan dari itik
betina, efisien dalam manfaatkan pakan, dan pertumbuhannya lebih cepat.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan itik diantaranya adalah faktor
bahan pakan, yaitu seperti tepung ikan.Tepung ikan sendiri merupakan salah satu pakan
sumber protein hewani yang biasa digunakan dalam ransum ternak monogastrik. Kebutuhan
ternak akanbahan pakan sumber protein hewani sangat penting, karena protein hewani
memiliki kandungan protein relatif tinggi yang disusun oleh asam-asam amino esensial
kompleks yang dapat mempengaruhi pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh ternak (Kuspartoyo,
1990). Menurut Andoko dan Sartono (2013), Tepung ikan yang baik mempunyai kandungan
protein kasar sebesar 58-68%, air 5,5-8,5%, serta garam 0,5-3,0%. Untuk memperoleh
pertumbuhan itik yang cepat diperlukan ransum yang baik, baik kuantitas maupun
kualitasnya.Pakan komersial banyak digunakan oleh peternak untuk pakan itiknya, tetapi
harga pakan ini sangat mahal dan terus mengalami kenaikan.Untuk menekan harga pakan,
peternak itik banyak yang mencampur pakan komersial dengan bahan-bahan pakan lainnya
yang harganya lebih murah. Salah satu bahan pakan lokal yang tidak bersaing dengan
manusia dengan kandungan nutrisinya yang baik dan harganya murah seperti keong mas
untuk mengganti tepung ikan dalam ransum ternak itik.
Puspita et al. (2005), menyatakan bahwa keong mas merupakan salah satu jenis hewan
yang sering ditemukan di persawahan. Keong mas merupakan hama tanaman padi yang
berbahaya karena memakan padi yang baru ditanam dan dapat menghancurkan 50-80%
potensi panen (Isnaningsih dan Marwoto, 2006). Menurut Yunidawati (2012) menjelang
Page 11
Oktaviantoro et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 403-414 Page 405
tahun 1988 keong mas dianggap hama padi nomor dua yang paling membahayakan setelah
wereng coklat. Keong mas memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi, keong mas muda
dapat tumbuh dengan cepat dan hanya memerlukan waktu beberapa minggu untuk
berkembang biak (Sulistiono, 2007). Keong mas meletakkan gumpalan telurnya kurang lebih
20 cm di atas permukaan air, dan setiap gumpalan telur mengandung sekitar 400-700 butir
telur (Yusa, 2006). disisi lain keong mas dapat bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi ternak
dimana kandungan nutrisi tepung keong mas adalah bahan kering 95,14%, kadar abu 12,05%,
protein kasar (PK) 56,6%, lemak kasar 6,23%, serat kasar 5,02%, BETN 15,16%, energi
metabolis (ME) 2887,02 Kkal/Kg (Dewi F.S., 2014). Subhan, (2012) melaporkan bahwa
penggantian tepung ikan dengan tepung keong mas sebanyak 45% dalam ransum itik jantan
menghasilkan berat badan akhir 1,29% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya
namun secara statistik tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05). Pemberian keong
mas sebesar 10% dalam bentuk tepung pada ransum meningkatkan laju pertumbuhan produksi
telur itik hingga 80% dari total produksi (Sulistiono, 2007).
Jiménez-Moreno et al. (2011), bahwa bagian-bagian dari organ dalam unggas
adalahjantung, hati, empedal, usus halus, usus besar, pangkreas dan empedu. Jiménez-Moreno
et al. (2011) menyatakan bahwa ukuran panjang, berat dan tebal organ dalam dipengaruhi
oleh jenis ransum dan kerja dari organ saluran pencernaan.Lebih lanjut dijelaskan bahwa berat
empedal ditentukan pada jenis pakan yang dikonsumsi, jika pakan yang dikonsumsi berupa
biji-bijian atau dalam bentuk kasar, maka ukuran empedal jauh lebih besar, lebih kuat dan
lebih tebal.(Montagne et al., 2003; Mateos et al., 2012).menyatakan bahwa kandungan serat
kasar yang tinggi dan protein tinggi dalam ransum ternyata dapat merangsang pertumbuhan
usus dan sekum. Berdasarkan dari uraian di atas maka penelitian tentang pengganttian tepung
ikan dengan tepung keong mas dilakukan.
MATERI DAN METODE
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu pada tahun 2018 di kandang milik petani
peternak di Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, provinsi Bali.Itik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik Bali jantan umur 4 minggu yang diperoleh
dari peternak di Desa Mengwi.
Page 12
Oktaviantoro et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 403-414 Page 406
Kandang dan Perlengkapan
Penelitian ini menggunakan jenis kandang litter (individu) sebanyak 20 buah, alas berbahan
sekam padi dengan ukuran panjang kandang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 50 cm. Masing-
masing kandang berisi satu ekor itik. Tiap kandang dilengkapi dengan satu buah tempat pakan
dan satu buah tempat minum berbahan tempurung kelapa.Tempat pakan dan minum
diletakkan didalam kandang dengan penerangan pada malam hari menggunakan lampu
listrik.Ransum yang diberikan terdiri dari 5 macam dengan komposisi dan zat-zat nutrisi
tersaji pada Tabel 1 dan 2.
Pembuatan Tepung Keong Mas
Keong mas yang sudah terkumpul kemudian dipisahkan antara cangkang dengan
dagingnya dengan cara memecahkan cangkangnya. Daging dibersihkan menggunakan air
untuk mengurangi lender, setelah itu daging keong direbus selama ±20 menit untuk
menghilangkan zat anti nutrisi berupa enzim thiaminase yang terdapat dalam lendir keong
mas.Selanjutnya daging direcah dan kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari langsung
hingga kering matahari dan selanjutnya digiling.Untuk memperpanjang masa simpan tepung
dimasukkan ke dalam kantong plastik besar.
Tabel 1 Komposisi Bahan Penyusun Ransum Itik Bali Jantan Umur 4 minggu
Bahan (%)
Perlakuan(1)
R0 R1 R2 R3 R4
Jagung Kuning 51,15 51,05 52,15 52,45 54,60
Bungkil Kelapa 4,70 6,45 8,55 9,35 14,60
Dedak Padi 28,15 25,50 21,75 19,70 11,95
Minyak Kelapa 1,00 2,00 2,55 3,50 3,85
Tepung Keong Mas 0,00 3,75 7,50 11,25 15,00
Tepung Ikan 15,00 11,25 7,50 3,75 0,00
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
(Sumber: Tami I.W, 2017)
Tabel 2 Kandungan Nutrien Dalam Ransum Itik Bali Jantan Umur 4 minggu.
Nutrien
Perlakuan(1)
Standar(2)
NRC
(1994)
R0 R1 R2 R3 R4
ME (kkal/kg) 2.901,98 2.906,64 2.900,50 2.909,49 2.904,85 2.900,00
Protein Kasar (%) 16,00 16,02 16,08 16,01 16,03 16,00
Lemak Kasar (%) 9,59 9,75 9,38 9,57 8,57 5,00
Serat Kasar (%) 5,26 5,34 5,38 5,40 5,45 4,00
Kalsium (%) 0,87 0,78 0,68 0,59 0,50 0,60
Posfor (%) 0,59 0,52 0,44 0,38 0,28 0,30
Keterangan:
1. R0: Penggunaan 15% tepung ikan dalam ransum (kontrol).
R1: Ransum dengan tepung keong mas sebanyak 25% sebagai pengganti tepung ikan.
Page 13
Oktaviantoro et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 403-414 Page 407
R2: Ransum dengan tepung keong mas sebanyak 50% sebagai pengganti tepung ikan.
R3: Ransum dengan tepung keong mas sebanyak 75% sebagai pengganti tepung ikan.
R4: Ransum dengan tepung keong mas sebanyak 100% sebagai pengganti tepung ikan.
Perhitungan berdasarkan Scot et al., (1982)
2. Standar : NRC (1994).
Rancangan penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) berdasarkan berat dengan lima perlakuan, setiap perlakuan terdiri dari empat ulangan,
tiap ulangan terdiri dari 1 ekor itik Bali jantan dengan umur 1 bulan. Sehingga total itik bali
jantan yang digunakan adalah 20 ekor. Perlakauan yang diberikan sebagai berikut:
R0: Penggunaan 15% tepung ikan dalam ransum (kontrol).
R1: Ransum dengan tepung keong mas sebanyak 25% sebagai pengganti tepung ikan.
R2: Ransum dengan tepung keong mas sebanyak 50% sebagai pengganti tepung ikan.
R3: Ransum dengan tepung keong mas sebanyak 75% sebagai pengganti tepung ikan.
R4: Ransum dengan tepung keong mas sebanyak 100% sebagai pengganti tepung ikan.
Pengelompokan itik
Ternak itik ditimbang untuk mengetahui berat awal.Karena kisaran berat awal cukup
lebar maka dilakukan pengelompokan berdasarkan berat badan.Perlakuan dan kelompok berat
diacak sehingga setiap perlakuan mendapatkan masing masing kelompok berat.Berat rata-rata
tiap perlakuan dianalisis sehingga tidak berbeda nyata.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada saat itik umur 10 minggu.Semua itik ditimbang
dan dipotong kemudian dilanjutkan untuk mencari persentase organ dalamnya.Pemotongan
itikdilakukan menurut USDA (United State Departement og Agriculture, 1997) yaitu dengan
cara memotong vena jugularis dan arteri carotis yang terletak di antara tulang kepala dengan
ruas tulang leher pertama. Pemisahan organ dalam dilakukan dengan cara membuat irisan dari
dada sampai ke arah kloaka. Selanjutnya setelah dada sudah terbelah sampai ke bagian
kloaka, kemudian dikeluarkan organ-organ dalam dan dilakukan pemisahan seperti jantung,
hati, empedal, usus halus, usus besar, dan empedu.Semua organ dalam ditimbang beratnya
sesuai dengan peubah yang diamati.
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
1. Persentase empedal didapatkan dengan membagi berat empedal dengan berat potong
dikalikan 100%
Page 14
Oktaviantoro et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 403-414 Page 408
2. Tebal usus halus didapatkan dengan berat usus halus dibagi dengan panjang usus halus
(g/cm)
3. Tebal usus besar didapatkan dengan berat usus besar dibagi panjang usus besar (g/cm)
4. Persentase jantung didapatkan dengan membagi berat jantun dengan berat potong
dikalikan 100%
5. Presentase hati didapatkan dengan membagikan berat hati dengan berat potong
dikalikan 100%
6. Persentase pankreas didapatkan dengan membagikan berat pankreas dengan berat
potong dikalikan 100%
7. Persentase empedu didapatkan dengan membagi berat mepedu dengan berat potong
dikalikan 100%
Analisis statistik
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dan apabila didapatkan hasil yang
berbeda nyata (P<0,05) dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan (Steel dan Torrie,
1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian tepung ikan dengan tepung keong
mas dalam ransum terhadap organ dalam itik bali jantan dengan pemberian 25%, 50%, 75%
dan 100% tidak berbeda nyata (P>0,05) daripada R0.
Tabel 3. Pengaruh Penggantian Tepung Ikan dengan Tepung Keong Mas dalam Ransum
terhadap Organ Dalam Itik Bali Jantan.
Variabel Perlakuan
1)
SEM2)
R0 R1 R2 R3 R4
Persentase Empedal 3.80a 4.04
a 3.63
a 3,87
a 3.84
a 0.18
Tebal Usus Halus (g/cm) 0.21a 0.24
a 0.22
a 0.20
a 0.21
a 0.013
Tebal Usus Besar (g/cm) 0.82a 0.42
a 0.57
a 0.42
a 0.60
a 0.12
Persentase Jantung 0.82a 0.89
a 0.70
a 0.77
a 0.72
a 0.05
Persentase Hati 2.24a 2.48
a 1.77
a 2.34
a 2.19
a 0.23
Persentase Pangkreas 3.45a 3.83
a 3.90
a 3.90
a 3.85
a 0.37
Persentase Empedu 1.73a 2.55
a 2.20
a 1.60
a 1.58
a 0.29
Keterangan:
1. R0= Penggunaan 15% tepung ikan dalam ransum (kontrol).
R1= Ransum dengan tepung keong mas sebanyak 25% sebagai pengganti tepung ikan.
R2= Ransum dengan tepung keong mas sebanyak 50% sebagai pengganti tepung ikan.
R3= Ransum dengan tepung keong mas sebanyak 75% sebagai pengganti tepung ikan.
R4= Ransum dengan tepung keong mas sebanyak 100% sebagai pengganti tepung ikan.
2. SEM ( Standard Error of the Treatment Mean).
Persentase empedal pada itik yang diberikan ransum 15% tepung ikan sebagai kontrol
(R0) adalah 3,80% (Tabel 3). Persentase empedal pada perlakuan R1, R2, R3 dan R4 masing-
masing adalah 6.31%, 4.47%, 1.84 % dan 1.05% nyata lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan
Page 15
Oktaviantoro et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 403-414 Page 409
dengan (R0).Namun secara statistik tidak berbedanyata.Hal ini disebabkan karena kandungan
protein tepung keong mas hampir sama dengan kandungan tepung ikan. Tepung ikan
memiliki kandungan nutrisi protein kasar 49,15%, serat kasar 6,31%, kadar abu 26,31% dan
lemak kasar 8,93% (Dewi F.S, 2014),Sedangkan tepung keong mas memiliki kandungan
protein kasar 56,05%, serat kasar 5,02%, kadar abu 12,66% dan lemak kasar 6,23% (Dewi
F.S, 2014).Selain dari faktor nutrisi berat empedal juga dipengaruhi oleh jenis makanan yang
dikonsumsi oleh ternak. Hal ini juga dinyatakan oleh Amrullah (2004) bahwa berat empedal
juga dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi oleh unggas yang bersangkutan, jika
makanan yang biasanya dikonsumsi berupa biji-bijian atau dalam bentuk kasar, maka ukuran
empedal juga jauh lebih besar, lebih kuat dan lebih tebal. Namun dalam penelitian ini ternak
diberikan ransum dalam bentuk “mash” (tepung) sehingga mudah dicerna dan berat empedal
pada itik dalam penelitian ini tidak berbeda nyata.
Tebal usus halus pada itik yang diberikan ransum 15% tepung ikan sebagai kontrol
(R0) dalam penelitianini mendapatkan ratio usus halus 0,21 gr/cm(Tabel 3). tebal usus halus
pada perlakuan R1, R2 dan R4 masing-masing adalah adalah 14,28 gr/cm, 4.76 gr/cm,
0.21gr/cm. tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan dengan perlakuan R0. Sedangkan
tebal usus halus pada perlakuan R3 adalah 4,76 gr/cm tidak nyata lebih rendah (P>0,05)
dibandingkan dengan perlakuan R0. Namun secara statistik semua perlakuan tidak berbeda
nyata (P>0,05).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian tepung keong mas sebagai
pengganti tepung ikan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan
dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
usus halus adalah makanan yang dikonsumsi oleh ternak khususnya pakan yang mengandung
serat kasar, dimana serat kasar yang tinggi, pertumbuhan usus halus akan tidak setabil dan
usus halus akan menjadi lebih tebal sebab usus tidak mampu menyerap zat makanan dengan
baik. Hal ini juga didukung oleh Retnoadiati (2001) bahwa rasum yang memerlukan
penyerapan secara intensif, maka usus akan memperluas permukaanya dengan cara
mempertebal dinding usus atau memperpanjang usus sehingga banyak nutrisi yang akan
diserap oleh usus. Hermana dan Aliyani (2003) berpendapat bahwa pakan yang memiliki serat
kasar tinggi menyebabkan protein sulit terdegradasi, sehingga panjang usus halus akan lebih
panjang dibandingkan dengan pada saat mengonsumsi pakan dengan serat kasar rendah.
Warmadewi et al., (2007) juga melaporkan bahwa penggunaan serat kasar pada level 6,88%
tidak berpengaruh terhadap penampilan organ dalam itik Bali jantan. dalam penelitian ini
kandungan serat kasar pada tepung keong mas hampir sama dengan tepung ikan yaitu tepung
Page 16
Oktaviantoro et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 403-414 Page 410
ikan memiliki serat kasar 6,31% (Dewi F.S, 2014). Sedangkan tepung keong mas memiliki
kandngan serat kasar 5,02% (Dewi F.S, 2014). Dengan demikian tebal usus halus itik bali
jantan yang diberikan tepung keong mas sampai level 100% tidak mempengaruhi tebal usus
halus itik Bali jantan.
Tebal usus besar pada itik yang diberikan ransum 15% tepung ikan sebagai kontrol
(R0) menghasilkan ratio tebal usus halus 0,82 gr/cm (Tabel 3). Tebal usus besar pada
perlakuan R1, R2, R3 dan R4 masing-masing adalah 48,78 gr/cm, 30.48 gr/cm, 48.78
gr/cm,26.82 gr/cm tidak nyata lebih rendah (P>0,05) dibandingkan dengan perlakuan R0.
Namun secara statistik semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Dari data diatas
menunjukkan bahwa pemberian tepung keong mas sampai level 100% mampu meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam usus besar,
hal ini disebabkan oleh kandungan tepung keong mas hampir sama dengan tepung ikan.
Tepung keong mas memiliki kandungan protein kasar 56,05%, serat kasar 5,02%, kadar abu
12,66% dan lemak kasar 6,23% (Dewi F.S, 2014), sedangkan tepung ikan mengandung nutrisi
protein kasar 49,15%, serat kasar 6,31%, kadar abu 26,31% dan lemak kasar 8,93% (Dewi
F.S, 2014) dengan demikian tebal usus besar itik bali jantan yang diberikan tepung keong mas
sampai level 100% tidak mempengaruhi tebal usus besar itik bali jantan.
Persentase jantungItik yang mendapatkan perlakuan ransum 15% tepung ikan sebagai
kontrol (R0) mendapatkan persentase 0,82% (Tabel 3). Persentase jantung pada perlakuan R1
adalah 8.53% tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan dengan perlakuan R0.
Sedangkan persentase jantung pada perlakuan R2, R3 dan R4 masing-masing adalah 14.63%,
6.09% 2.19% tidak nyata lebih rendah (P>0,05) dibandingkan dengan perlakuan R0. Namun
secara statistik semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05).Persentase jantung yang
didapat selama penelitian ini cukup memenuhi standar yaitu 0,70–0,85 %. Menurut Putnam
(1991) bahwa rata-rata berat jantung adalah sekitar 0,6 - 1,30 % dari bobot badan. Tidak
adanya perbedaan ini disebabkan karena penggunaan ransum tepung keong mas sampai level
100% tidak mengandung racun dan zat antinutrisi sehingga tidak menyebabkan kontraksi
yang berlebihan pada otot jantung. Frandson (1992) menyatakan bahwa jantung sangat rentan
terhadap racun dan zat antinutrisi, pembesaran jantung dapat terjadi karena adanya akumulasi
racun pada otot jantung. Maya (2002) menyatakan bahwa organ jantung sangat rentan
terhadap racun dan zat antinutrisi yang terdapat di dalam ransum, pada jantung yang terinfeksi
oleh penyakit maupun racun akan terjadi pembesaran ukuran jantung. Faktor yang
mempengaruhi persentase jantung yaitu jenis, umur, besar serta aktifitas ternak
Page 17
Oktaviantoro et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 403-414 Page 411
tersebut.Semakin berat jantung maka aliran darah yang masuk maupun keluar semakin lancar,
dan berdampak pada metabolisme yang ada di dalam tubuh ternak (Ressang, 1998).
Persentase hatipada penelitian ini, itik yang diberikan ransum 15% tepung ikan
sebagai kontrol (R0) mendapatkan persentase 2,24% (Tabel 3.1). Persentase hati pada
perlakuan R1 dan R3 masing-masing adalah 10.71%, 4.46% tidak nyata lebih tinggi (P>0,05)
dibandingkan dengan R0. sedangkan persentase hati pada perlakuan R2 dan R4 masing-
masing adalah 20.98%, 2.23% tidak nyata lebih rendah (P>0,05) dibandingkan dengan
perlakuan R0. Namun secara statistik semua perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05).Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa tepung keong mas tidak ada tanda-tanda racun atau zat
antinutrisi yang dikandung olehtepung keong mas. Hal ini juga didukung oleh Amrullah
(2004) Senyawa beracun yang berlebihan tentu saja tidak dapat didetoksifikasi seluruhnya
pada hati, senyawa beracun akan mengalami proses detoksifikasi dalam hati sehingga hati
akan mengalami kerusakan warna (gelap) dan pembengkakan. Ressang (1998) menyatakan
bahwa hati sangat berperan penting dalam tubuh karena memiliki beberapa fungsi selain
sebagai ditoksifikasi racun hati juga berfungsi sebagai sekresi empedu, metabolism lemak,
metabolisme protein dan zat besi, menghasilkan cairan empedu, fungsi detoksifikasi,
pembentukan darah merah, metabolisme dan penyimpanan vitamin. Persentase hati yang
diperoleh selama penelitian yaitu 1.77- 2,48 % dengan rataan 2,32 % dari bobot badan,
persentase hati yang didapatkan cukup memenuhi standar. Putnam (1991) menyatakan bahwa
persentase hati yang diperoleh masih sesuai karena masih berada antara 1,70 - 2,80 % dari
bobot badan. Fungsi fisiologis hati yaitu sekresi empedu untuk mengemulsi lemak,
penetralisir racun, tempat penyimpanan energi yang siap untuk dipakai glikogen serta
menguraikan hasil sisa protein menjadi asam urat untuk dikeluarkan oleh ginjal (Blakely and
Bade, 1998). Senyawa beracun akan mengalami proses detoksifikasi dalam hati.
Persentase pangkreas pada itik yang diberikan ransum 15% tepung ikan sebagai
kontrol (R0) mendapatkan persentase 3.45% (Tabel 3). Persentase pangkreas pada perlakuan
R1, R2, R3 dan R4 masing-masing adalah 11.01%, 13.03%, 13.30%, 11.59% tidak nyata
lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan dengan perlakuan R0. Namun secara statistik semua
perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan karena ransum yang mengandung
bahan tepung keong mas tidak menimbulkan zat anti nutrisi, sebab dalam proses pembuatan
tepung keong mas daging keong mas sendiri telah direbus terlebih dahulu kurang lebih 20
menit guna untuk menghilangkan zat anti nutrizsi yang terdapat di dalam keong mas tersebut
(BBTP Kaltim, 2001).Maka dari itu pankreas tidak mengeluarkan kelenjar-kelenjar
Page 18
Oktaviantoro et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 403-414 Page 412
pencernaan terlalu besar untuk memecah zat-zat anti nutrisi dalam pakan.Kelenjar pankreas
digunakan untuk memecahkan protein, lemak dan zat-zat anti nutrisi yang ada disaluran
pencernaan.Peningkatan bobot pankreas merupakan salah satu bentuk adaptasi untuk
mencukupi kebutuhan enzim pencernaan yang meningkat.Salah satu fungsi pankreas adalah
menghasilkan enzim- enzim lipolitik, amilolitik dan proteolitik (Pilliang dan Djojosoebagio,
2006).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persentase empedu pada perlakuan R0
adalah 1,73% (Tabel 3). Persentase empedu pada perlakuan R1 dan R2 masing –masing
adalah 47.39%, 27.16% tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan dengan perlakuan R0.
Sedangkan persentase empedu pada perlakuan R3 dan R4 masing-masing adalah 7.51%,
8.67% tidak nyata lebih rendah (P>0,05) dibandingkan denga kontrol (R0). Namun diantara
semua perlakuan secara statistic tidak berbeda nyata (P>0,05).Ketidak berbedaan ini
disebabkan karena tepung keong mas tidak mengandung zat racun maupun zat berbahaya
lainnya sehingga kinerja dari hati tidak terlalu besar dan cairan empedu yang dikeluarkan
untuk hati juga tidak terlalu banyak sehingga empedu tidak mengalami kenaikan persentase
yang nyata. Hal ini juga didukung oleh North dan Bell (1991) bahwa besarnya persentase
bobot empedu tergantung dari banyaknya cairan yang dikeluarkan empedu di hati. Semakin
besar kerja hati maka cairan empedu yang dikeluarkan hati juga akan semakin banyak,
sehingga ukuran empedu juga akan semakin besar, semakin lambat laju alir pakan yang
dimakan maka penyerapan zat nutrisi juga akan semakin besar, sehingga kerja organ dalam
akan semakin besar.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggantian tepung ikan dengan
tepung keong mas sampai 100% tidak mempengaruhi organ dalam itik bali jantan.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa tepung keong mas mampu
menggantikan tepung ikan pada ransum agar harga ransum menjadi lebih murah dan dapat
membantu petani untuk mengurangi serangan hama keong mas.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana, Ketua
LPPM Universitas Udayana, Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana dan Dosen
Pembimbing atas dana Hibah Prodi yang diberikan sehingga penelitian dan penulisan artikel
ini dapat terlaksana dengan baik.
Page 19
Oktaviantoro et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 403-414 Page 413
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I.K. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Cetakan III. Lembaga Satu Gunung
Andoko, A. dan Sartono. 2013. Beternak Itik Pedaging. PT. Agromedia Pustaka Anggorodi,
R. 1980. Ilmu Makan Ternak Umum. PT. Gramedia,Jakarta.
Blakely, J. Dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Cetakan Keempat. Gadjah Mada Press:
Yogyakarta. Budi, KPP IPB, Bogor.
BPTP Kalimantan Timur. 2001. Pengkajian Teknologi Budidaya Ayam Buras. PAATP
Kaltim TA 2001.
Dewi, F.S. 2014.Pemanfaatan Tepung Keong Mas (Pomacae canaliculata) Sebagai Subtitusi
Tepung Ikan pada Pakan Udang Venamei (litopenaeus vannamei) terhadap Nilai
Kecernaan Serat Kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN).Skripsi.Fakuttas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak.Edisi ke-4.Terjemahan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Hermana S.W. dan A. Aliyani. 2003. Persentase bobot karkas dan organ dalam ayam broiler
yang diberi tepung daun talas (Colocasia esculenta) dalam ransum. Media Peternakan
26: 1-10.
Isnaningsih NR. 2006. Variasi struktur cangkang keong emas Pomacea canaliculata
(Lamarck, 1822) di Indonesia Fauna Indonesia 6(1), 1-4.
Jiménez-MorenoE, Chamorro S, Frikha M, Safaa HM, Lázaro R, Mateos GG. 2011. Effects
of increasing levels of pea hulls in the diet on productive performance and digestive
traits of broilers from one to eighteen days of age. Anim Feed Sci Technol. 168:100-
112.
Kuspartoyo. 1990. Segi kehidupan itik. Majalah Swadaya Peternakan Indonesia.No. 59. 1990.
Mateos GG, Jiménez-Moreno E, Serrano MP, and Lázaro RP. 2012. Poultry response to high
levels of dietary fiber sources varying in physical and chemical characteristics. J Appl
Poult Res. 21:156-174
Maya. 2002. Pengaruh Penggunaan Medium Ganoderma lucidum Dalam Ransum Ayam
Pedaging Terhadap Kandungan Lemak Dan Kolesterol Daging serta Organ dalam.
Skripsi, Universitas Padjajaran. Bandung.
Montagne L, Pluske JR, Hampson DJ. 2003. A review of interactions between dietary fibre
and the intestinal mucosa, and their consequences on digestive health in young non-
ruminant animals. Anim Feed Sci Technol. 108:95-117.
Murtidjo, B.A. 1988. Mengelola Itik. Penerbit Kanisius, Jakarta.
National Research Council (NRC). 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ed Rev ke-9.
Washington Dc: Academy.
Page 20
Oktaviantoro et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 403-414 Page 414
North, M.O. and D.D Bell.1991. Comercial Chicken Produktion.Manual Scond Edition. The
AVI Publishing Company IUC. West Port, Conecticut.
Purba M, Ketaren PP. 2013. Performa itik genotipe EPMp umur enam minggu dengan
pemberian berbagai level protein dan serat kasar dalam ransum. Purwantari ND,
Saepulloh M, Iskandar S, Anggraeni A, Ginting SP, Priyanti A, Wiedosari E, Yulistiani
D, Inounu I, Bahri S, Puastuti D, penyunting. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Bogor (Indones): Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. hlm. 553-560.
Puspita L, Ratnawati INN, Suryadiputra A, Meutia A. 2005. Lahan Basah Buatan di
Indonesia. Bogor: Wetlands International Indonesia Program.
Putnam, P. A. 1991. Handbook Of Animal Science. Academy Press, San Diego.
Ressang, A. A. 1998. Patologi Khusus Veteriner. Gadjah Mada Press.Yogyakarta.
Retnoadiati N. 2001. Persentase Bobot Karkas, Organ dalam dan Lemak Abdominal Ayam
Broiler yang diberi Ransum Berbahan Baku Tepung Kadal (Mabouya multifaciata
Kuhl). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Scott, M. L, M. C. Nesheim and R. J. Young. 1982. The Nutrition of the Chicken. 3th Edition
M. L. Ithaca. New York.
Steel, R. G. D. and J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan ProsedurStatistika. Suatu Pendekatan
Biometrik. Penerjemah: Sumantri, B. Gramedia Pustaka umum, Jakarta.
Sulistiono.2007. Keong Mas Sebagai Nutrisi Alami Alternatif.Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Tami, I.W. 2017. Pengaruh Penggantian Tepung Ikan dengan Tepng Keong Mas pada Level
Berbeda dalam Pakan Terhadap Penampilan Entok.Tesis. Program Studi Magister Ilmu
Peternakan, Universitas Udayan. 2017.
USDA (United State Departement of agriculture), 1997.Poultry Guiding Manual. U. S
Government Printing Office Washington D.C.
Warmadewi, D. A., A. A. P. Putra Wibawa dan I. G. N. G. Bidura..2007. Pengaruh tingkat
penggunaan pod kakao dalam ransum terhadap penampilan itik Bali umur 2-8 minggu.
Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan. Universitas Udayana.
Yunidawati, W. 2012. Pengendalian Hama Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck)
Dengan Ekstrak Biji Pinang Pada Tanaman Padi. Tesis. Program Studi
Agroekoteknologi Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Yusa Y, N Sugiura and T Wada. 2006. Predatory potential of freshwater animals on an
invasive agricultural pest, the apple snail Pomacea canaliculata (Gastropoda:
Ampullariidae), in Southern Japan. Biological Invasions 8, 137-147.