-
1
EVALUASI PEMBUATAN MOSAIK FOTO UDARA FORMAT KECIL TIDAK
TERKONTROL MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK DESAIN GRAFIS
KOMERSIAL
Subaryono1, Harintaka2, Endras Kurniawan3
ABSTRACT
Aerial photographs acquired using small format photogrammetric
method generally do not have homogenous quality. These photos
require specific threatments if they are to be used to generate
mosaic. On the other hand, design graphic software are widely
available. While this software does not specifically designed for
mapping processes, it has the potential to be used for image
processing including aerial photos. This research aims at
evaluating uncontrolled mosaic generated using design graphic
software. The evaluation including flight line construction,
cutting photos and adjusting their contrasts, mosaicking process,
partial and global photo enhancement. The results show that the
mosaic generated using small format aerial photos and processed
using design graphic software has a very good visual quality. It is
generated in relatively fast and easy. However, the use of the
mosaic for geometric extraction have to be done cerefully, due to
inherent characteristic on uncontrolled mosaic. Key words:
uncontrolled mosaic, small format aerial photography, design
graphic
software. A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wolf (1983) menyebutkan ada tiga jenis mosaik, yaitu mosaik
terkontrol, tidak
terkontrol, dan semi terkontrol. Mosaik terkontrol dan semi
terkontrol memerlukan
persyaratan ketersediaan titik kontrol tanah dan perangkat lunak
fotogrametri, yang
menyebabkan biaya produksi menjadi mahal (pengadaan dan
pemrosesan titik kontrol
tanah, pembelian perangkat lunak, dan biaya produksi) serta
durasi produksi yang relatif
lama. Di satu sisi, seringkali diperlukan suatu mosaik foto
secara cepat, murah, dan tidak
mementingkan akurasi posisi, misalnya untuk keperluan rapid
assesment bencana alam.
Penelitian ini mengkaji alternatif pembuatan mosaik Foto Udara
Format Kecil
(FUFK) dengan menggunakan perangkat lunak desain grafis dan
mengevalusi kelemahan
dan keunggulannya sehingga dapat direkomendasikan penggunaanya
secara proporsional.
1 Ir. Subaryono, MA, Ph.D., Dosen di Jurusan Teknik Geodesi dan
Geomatika FT-UGM 2 Harintaka, ST, MT., Dosen di Jurusan Teknik
Geodesi dan Geomatika FT-UGM. E-mail: [email protected] 3 Endras
Kurniawan, ST. Alumni Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika
FT-UGM
-
2
Perangkat lunak desain grafis dalam konteks pembuatan mosaik
mempunyai keunggulan
sebagai berikut: (a). harga perangkat lunak yang sangat murah
dibandingkan dengan
perangkat lunak fotogrametri, (b). kelengkapan algoritma
penajaman citra dan filtering,
(c). tanpa memerlukan perangkat keras khusus, seperti halnya
pada perangkat lunak
fotogrametri, dan (d). pengoperasiannya yang sangat mudah.
Tujuan Penelitian
Melakukan kajian pembuatan mosaik foto udara format kecil tidak
terkontrol
menggunakan perangkat lunak desain grafis komersial dan
diidentifikasi kelemahannya,
keunggulan, serta batasan penggunaanya.
Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian yang menggunakan FUFK untuk menghasilkan
mosaik
FUFK antara lain telah dilakukan oleh Harintaka, dkk (1996 a,b),
Jauregui, et. al. (2004),
Slaymaker, et. al (1998), Schultz, et al (1999), dan Silva
(2006). Harintaka, dkk (2006a)
melakukan otomatisasi pembuatan mosaik FUFK menggunakan teknik
korelasi silang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik korelasi
silang untuk
otomatisasi pembuatan mosaik FUFK masih memerlukan pengawasan
operator untuk
memastikan sambungan antar foto.
Harintaka, dkk (2006b) mengkaji ketelitian mosaik ortofoto FUFK.
Hasil kajian
menunjukkan mosaik ortofoto yang dihasilkan sangat seamless dan
memiliki akurasi
posisi yang cukup baik, meskipun nilai parameter kalibrasi
kameranya diabaikan. Tetapi
teknik pembuatan mosaik ini memerlukan ketersediaan minimal 3
titik kontrol tanah tiga
dimensi untuk setiap foto, sehingga dalam pekerjaan lapangan
akan meningkatkan biaya
produksi.
Jauregui, et. al. (2004) melakukan pemotretan FUFK untuk
keperluan interpretasi
situs arkeologi di daerah pegunungan Venezuela. Pemrosesan data
menggunakan
perangkat lunak fotogrametri untuk menghasilan data DTM,
ortofoto, dan mosaik FUFK.
Pemrosesan data membutuhkan waktu yang cukup lama.
Slaymaker, et. al (1998) dan Schultz, et. al (1999) menggunakan
FUFK,
videografi, dan laser profiling untuk menghitung volum biomassa
hutan di Bolivia untuk
keperluan pemantauan lingkungan. Sistem tersebut dipergunakan
untuk menentukan
-
3
jenis, jumlah, ukuran, dan kondisi kesehatan tanaman di hutan.
FUFK dipergunakan
untuk membentuk DTM dan pada akhirnya ditujukan untuk membantu
meningkatkan
ketelitian klasifikasi jenis tanaman. Videografi dipergunakan
untuk membuat mosaik dan
mengidentifikasi jenis spesies pohon, dan laser profiling
dipergunakan untuk menentukan
tinggi pohon.
B. LANDASAN TEORI
Foto Udara Format Kecil (FUFK)
Warner, et. al (1996) menyatakan bahwa FUFK adalah foto yang
dihasilkan dari
pemotretan yang menggunakan kamera dengan ukuran film atau frame
sekitar 24 mm x
36 mm dengan panjang fokus 35 mm. Kamera tersebut sistem
lensanya tidak didesain
untuk keperluan pemetaan (tidak dilengkapi fiducial mark dan
nilai orientasi dalamnya
seperti koordinat fiducial mark, panjang fokus terkalibrasi,
lokasi titik utama tidak
diketahui) dan dapat berupa kamera analog atau digital.
Gambar 1. Pesawat Ultra light Jenis Trike
(www.rewaco-trikes.com)
Gambar 2. Mouting dan instrumen pemotretan konvensional
(www.xitek.com)
Keunggulan FUFK adalah mudah dalam pengoperasian karena
dapat
memanfaatkan peralatan fotografi non metrik, skala foto dapat
dibuat sangat besar
dengan tinggi terbang yang cukup rendah, diperoleh informasi
terbaru dari daerah yang
dipotret, harga kamera dan sewa pesawat yang cukup murah, dan
peralatan cukup mudah
diperoleh di pasaran. Contoh pesawat trike yang dapat
dimanfaatkan untuk pemotretan
udara yang dapat mengangkut 2 orang dapat dilihat pada Gambar 1,
sedangkan sistem
-
4
mounting kamera pada pesawat dapat dilihat pada Gambar 2.
Tetapi, FUFK juga
memiliki kelemahan kualitas geometrik foto yang tidak stabil
karena menggunakan
kamera non metrik.
Penyeragaman Kontras
Salah satu teknik penyeragaman kontras warna yang cukup
sederhana dan
hasilnya sangat baik adalah dengan penajaman kontras. Rumus
penajaman kontras secara
linier adalah (Harintaka, 2006):
kkk
kinout Quant
BVBV
=
minmaxmin _____________________________________ (1)
dalam hal ini: BVout : nilai keabuan piksel yang baru BVin :
nilai keabuan piksel asli maxk : nilai keabuan piksel tertinggi
mink : nilai keabuan piksel terendah Quantk : derajat keabuan
piksel maksimal yang dapat ditampilkan
Transformasi Koordinat
Transformasi koordinat dua dimensi dapat dimanfaatkan untuk
menggabungkan
beberapa foto menjadi sebuah mosaik. Prinsipnya adalah
obyek-obyek yang sama dan
dapat diidentifikasi pada setiap foto dipakai sebagai titik
sekutu untuk melakukan
transformasi. Beberapa persamaan transformasi koordinat dua
dimensi yang umumnya
dimanfaatkan adalah Affine, Polinomial, dan Proyektif. Bentuk
persamaan transformasi
Affine adalah (Harintaka dan Sumarto, 2002):
ybxbbyyaxaax
210
210
''
++=++=
______________________________________________ (2)
Persamaan Polinomial orde dua adalah (Toutin, 1994 dalam Pohl,
1996):
254
23210
254
23210
''
ybxybxbybxbbyyaxyaxayaxaax
+++++=+++++= _____________________________ (3)
dalam hal ini: x', y' : Posisi obyek dalam sistem koordinat baru
x, y : Posisi obyek dalam sistem koordinat lama ao,,a5 dan b0, ,b5
: Parameter transformasi
-
5
Transformasi proyektif merupakan bentuk sederhana dari persamaan
kolinier dengan
tinggi permukaan tanahnya tetap (JARS, 1996). Moffitt dan
Mikhail (1980) dan Wolf
(1984) menyatakan bentuk persamaan transformasi proyektif
adalah:
133111
++++=
vbuacvbuaX
133222
++++=
vbuacvbua
Y ______________________________________________ (4)
dalam hal ini: X, Y : Sistem koordinat citra baru u, v : Sistem
koordinat citra lama a1, ,c2 : Parameter transformasi
Jika dicermati, persamaan transformasi Affine, Polinomial orde
dua, dan Proyektif
merupakan persamaan yang telah linier dan masing-masing
membutuhkan minimal 3, 6,
dan 8 titik sekutu. Jika jumlah titik sekutu melebihi jumlah
minimal kebutuhan titik
sekutu, maka umumnya diselesaikan dengan estimasi kuadrat
terkecil.
Mosaik Foto Udara Format Kecil
Untuk dapat melihat daerah yang dipotret secara keseluruhan maka
dibuat mosaik
baik dari foto asli atau foto yang telah direktifikasi. Berbagai
definisi mosaik foto udara
dapat dilihat pada Avery (1989), Paine (1992), Wolf (1983),
Lillesand and Kiefer (2000).
Secara detil Wolf (1983) menyatakan mosaik foto udara merupakan
gabungan dari dua
atau lebih foto udara yang saling bertampalan sehingga terbentuk
paduan citra (image)
yang berkesinambungan dan menampilkan daerah yang lebih luas.
Ditinjau dari teknik
pembuataanya, Wolf (1983) menyebutkan ada tiga jenis mosaik,
yaitu mosaik terkontrol,
tidak terkontrol, dan semi terkontrol. Mosaik terkontrol adalah
mosaik yang dibuat dari
foto yang telah direktifikasi sehingga semua foto telah
mempunyai skala yang sama.
Mosaik tidak terkontrol adalah mosaik yang dibuat dari foto yang
belum direktifikasi
serta belum diseragamkan skalanya. Mosaik semi terkontrol adalah
mosaik yang disusun
dengan menggunakan foto udara yang mempunyai beberapa titik
kontrol, tetapi foto
tersebut tidak terektifikasi dan dapat mempunyai skala yang
tidak seragam.
-
6
Dari 3 jenis mosaik tersebut, mosaik terkontrol dan semi
terkontrol memiliki
kesamaan, yaitu memerlukan ketersediaan titik kontrol. Keharusan
untuk tersedianya titik
kontrol tersebut mempunyai konsekuensi waktu pemrosesan yang
lama, yaitu saat
identifikasi titik kontrol pada setiap foto, dan biaya yang
relatif mahal untuk
penyediaan/pengadaan titik kontrol setiap foto.
C. BAHAN DAN ALAT PENELITIAN
Bahan yang diperlukan pada penelitian ini adalah:
1. Foto Udara Format Kecil (FUFK) daerah kampus Universitas
Gadjah Mada hasil
pemotretan dengan fokus 35 mm dengan tinggi terbang 800 m,
2. Peta situasi kampus UGM skala 1 : 250, hasil kompilasi tahun
2003.
Alat yang diperlukan pada penelitian ini adalah:
1. Perangkat lunak desain grafis yang bekerja dalam sistem
operasi Windows,
2. Komputer dengan prosesor Intel Core 2 Duo T5200, memori 512
MHz dan
kapasistas hard disk 80 Gbyte.
D. CARA PENELITIAN
Tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian terlihat
pada diagram alir
pada Gambar 3. Rekonstruksi jalur terbang sangat penting untuk
menentukan posisi suatu
foto terhadap foto lainnya, baik dalam maupun antar jalur
terbang. Selain itu, juga untuk
mengenali obyek yang terpotret dan penyesuaian kontras antar
foto yang saling
bertampalan. Proses rekonstruksi jalur terbang akan sangat
terbantu jika ada peta flight
plan.
Pembuatan mosaik secara tidak terkontrol dilakukan dengan cara
registrasi citra
ke citra, menggunakan transformasi 2D, dengan salah satu citra
dijadikan sebagai acuan
untuk citra lainnya. Umumnya foto acuan dipilih yang berada di
tengah proyek
pemotretan. Untuk foto yang mempunyai pertampalan cukup besar
(lebih besar dari 25%)
sebaiknya dilakukan pemotongan.
Salah satu tahapan yang penting dalam pembuatan mosaik adalah
adalah
penajaman dan perbaikan foto yang kurang jelas (under exposed)
atau terlalu jelas (over
exposed). Sinkronisasi kontras dan warna antar foto diperlukan
untuk menghasilkan
-
7
mosaik foto yang seragam. Jika pada foto diidentifikasi terdapat
derau (noise), baik yang
berupa bintik atau strip, dapat direduksi menggunakan teknik
filtering.
Teknis penyambungan antar foto pada perangkat tertentu dapat
dilakukan secara
manual ataupun otomatis. Teknik manual adalah mengidentifikasi
obyek (atau titik) yang
sama pada daerah pertampalan, sedangkan teknik otomatis adalah
dipergunakan
algoritma untuk deteksi daerah yang sama antar foto. Salah satu
algoritma pada teknik
otomatis adalah menggunakan korelasi silang (Harintaka, et.al,
2006). Teknik yang mirip
pada perangkat lunak tertentu adalah photomerge. Dalam
photomerge, penggabungan
foto dilakukan secara bertahap, yaitu proses penggabungan tidak
langsung keseluruhan
foto tetapi perbagian dari foto yang bertampalan. Cara ini
sangat membantu proses
pembuatan mosaik, tetapi harus tetap dikontrol secara
manual.
Gambar 3. Pelaksanaan penelitian
Persiapan
Foto Udara Format Kecil
Rekonstruksi Jalur Terbang
Mosaicking
Editing Foto Pemotongan Penyesuaian kontras antar foto
Identifikasi dan penentuan titik sekutu antar foto yang
bertampalan
sambungan sesuai?
Transformasi 2D antar foto
Penajaman foto
Evaluasi Hasil
Ya
Tidak
-
8
Untuk mengatasi kenampakan batas persambungan antar foto dan
kekontrasan
antar foto yang tidak seimbang, maka diperlukan penyeragaman
kontras dan penajaman
foto. Pada daerah yang cukup gelap, misal bayangan awan, dapat
dilakukan segmentasi
dan disesuaikan derajad kecerahannya dengan foto yang sudah
baik.
Proses akhir dari penelitian ini adalah desain kartografis dan
dapat pula diberikan
toponimi. Survei toponimi ditujukan untuk mengidentifikasi
nama-nama administratif
dan geografis wilayah yang dikaji, sedangkan desain kartografis
adalah penerapan kaidah
kartografis sehingga penampilan mosaik FUFK menjadi baik dan
mudah diinterpretasi
oleh pengguna.
E. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penajaman foto
Penajaman foto perlu dilakukan dengan melihat kondisi setiap
foto. Gambar 4
menyajikan 3 kondisi kekontrasan foto, yaitu kontras rendah
untuk keseluruhan foto,
kondisi sebagain daerah tertutup bayangan awan, dan kekontrasan
ideal. Pada Gambar
4.(a) dapat diterapkan penajaman foto global, Gambar 4.(b)
dengan melokalisir daerah
yang tertutup bayangan awan (daerah dengan elips warna merah),
kemudian ditajamkan
pada bagian tersebut saja, dan Gambar 4 (c) tidak perlu
ditajamkan karena sudah baik
kekontrasan dan ketajaman fotonya.
(a). Kontras rendah (b). Sebagian tertutup bayangan awan (c).
Kontras ideal
Gambar 4. Variasi kekontrasan FUFK
Pada Gambar 5 disajikan foto asli dengan kekontrasan rendah
beserta histogramnya. Jika
dicermati foto tersebut memiliki nilai kecerahan piksel minimal
20 dan maksimal 200.
-
9
Dengan penajaman linier secara global (keseluruhan foto), maka
diperoleh foto yang
lebih jelas seperti ditampilkan pada Gambar 6.
Gambar 5. Foto asli dengan histogramnya.
Gambar 6. Foto hasil penajaman dan histogram pengaturan
Penyusunan dan penyambungan foto (mosaicking)
Pembuatan mosaik harus mempertimbangkan dimensi obyek yang akan
dipakai
untuk penyambungan foto. Idealnya, obyek yang sama pada daerah
pertampalan harus
memiliki ukuran yang sama. Tetapi, seringkali pada saat
pemotretan terjadi perbedaan
kemiringan dan tinggi kamera untuk setiap foto yang akan
menyebabkan perbedaan skala
antar foto. Untuk mengatasinya seringkali harus dilakukan proses
rotasi, pergeseran, dan
penyamaan skala. Gambar 7 menunjukkan ilustrasi pengaruh
transformasi scale, rotate,
skew, distort, dan perspective. Setiap jenis transformasi
tersebut harus dipergunakan
secara tepat. Hasil kajian menunjukkan sebaiknya menggunakan
jenis transformasi scale
-
10
dan rotate dengan acuan obyek yang dapat diidentifikasi dengan
jelas di daerah
pertampalan antar foto, misal bangunan gedung atau segmen jalan
raya.
Proses photomerge dilakukan dengan dua tahap, yaitu proses
photomerge untuk
pengecekan setelah foto mengalami proses editing seperti
penyamaan skala, penyesuaian
warna dan pemotongan foto. Pada tahap pertama ini, proses
photomerge dilakukan secara
bertahap. Tahap kedua adalah proses photomerge untuk keseluruhan
foto. Untuk
mengecek kondisi persambungan, dapat diatur tingkat transparansi
setiap foto dalam
setiap layer foto.
Gambar 7. Ilustrasi pengaruh berbagai model transformasi pada
perangkat lunak desain grafis
Prinsip penyusunan mosaik FUFK tidak terkontrol dengan perangkat
lunak grafis
sebenarnya menggunakan konsep penyambungan berdasar feature.
Harintaka (2006)
menyebutkan, pada mosaik berdasarkan feature prinsipnya adalah
menyambung foto
udara dengan mengidentifikasi obyek yang sama antar dua foto
yang bersebelahan. Jika
perspective distord skew
FOTO ASLIscale
rotate
-
11
foto kiri tampak kenampakan jalan atau bangunan maka pada foto
kanan dicari
kenampakan yang sama kemudian ditandai sebagai acuan
penyambungan. Tetapi perlu
diperhatikan, teknik penyambungan ini menyebabkan perambatan
kesalahan. Semakin
jauh letak foto yang disambungkan dengan foto yang pertama kali
disambung, maka
kesalahan posisinya semakin besar. Indikasi ini dapat dilihat
dari kondisi sambungan
antar foto di tengah dan di pinggir mosaik.
Penajaman mosaik foto
Meskipun setiap foto disamakan tingkat kekontrasannya sebelum
dilakukan
penyembungan, seringkali ditemukan kondisi sambungan foto yang
masih memiliki
perbedaan kontras. Contoh perbedaan kontras pada mosaik foto
dapat dilihat pada
Gambar 8.a, sedangkan hasil penyamaan kontras dapat dilihat pada
Gambar 8.b. Proses
penyamaan kontras ini dapat dilakukan secara lokal, yaitu
melakukan delineasi deerah
mana yang akan disamakan kekontrasannya tanpa mengganggu daerah
lainnya
(perhatikan daerah elip pada Gambar 8.a dan b).
(a). Sebelum penyeragaman (b). Setelah penyeragaman
Gambar 8. Penyeragaman kontras untuk memperhalus sambungan antar
foto
Proses penyamaan kontras ini dapat diterapkan juga untuk
menghilangkan
bayangan awan (Gambar 9). Prosesnya adalah melakukan delineasi
daerah bayangan
awan kemudian melakukan perentangan kontras histogram pada
daerah tersebut. Gambar
8. b dan 9.b. menyajikan hasil penyamaan kontras yang
menghasilkan mosaik yang
seamless dan bayangan awan yang telah dihilangkan.
-
12
(a). Sebelum penyeragaman (b). Setelah penyeragaman
Gambar 9. Penyeragaman kontras untuk menghilangkan bayangan
awan.
Gambar 10. Hasil mosaik FUFK
Hasil akhir sebagian mosaik FUFK yang cukup baik dapat dilihat
pada Gambar
10. Pada Gambar tersebut tidak terlihat adanya sambungan. Semua
obyek (antara lain
jalan dan gedung) dapat tersambung secara seamless, baik untuk
warna maupun
bentuknya. Berdasarkan kajian terhadap keseluruhan proses
pembuatan mosaik tidak
-
13
terkontrol pada FUFK menggunakan perangkat grafis komersial,
maka dapat
diidentifikasi aspek keunggulannya dan kelemahannya yang
dirangkum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Rangkuman keunggulan dan kelemahan pembuatan mosaik
FUFK menggunakan perangkat lunak desain grafis.
No Aspek Keunggulan Kelemahan 1 Kualitas
radiometrik Penyesuaian kontras dapat dilakukan pada sebagian
foto (misal pada bagian foto yang tertutup bayangan awan) atau
keseluruhan foto.
Ekstraksi informasi tematik hanya dapat dilakukan secara
interpretasi visual, tidak dapat dilakukan dengan cara klasifikasi
digital. Hal ini disebabkan telah dilakukan proses penyamaan
kontras secara lokal.
2 Kualitas geometrik
Transformasi 2D untuk proses mosaicking dilakukan dalam sistem
koordinat lokal citra (foto) sehingga tidak memerlukan ketersediaan
titik kontrol tanah.
Secara geometrik, dimensi dan posisi obyek pada mosaik tidak
dapat ditentukan secara pasti,
Tidak dapat dilakukan proses georeferencing.
3 Proses mosaicking
Proses identifikasi titik sekutu antar foto yang saling
pertampalan dapat dilakukan secara otomatis sehingga dapat
mempercepat proses mosaik,
Dapat dilakukan pengaturan tingkat transparansi setiap foto
sehingga sangat memudahkan dalam pengecekan sambungan antar
foto,
File hasil mosaik masih menyimpan karakteristik dasar setiap
foto, sehingga jika diperlukan editing, tidak perlu dilakukan untuk
keseluruhan foto.
Untuk memastikan ketepatan sambungan antar foto, masih
diperlukan pengecekan secara visual antar foto.
Berdasarkan keunggulan dan kelemahan mosaik FUFK yang dibuat
dengan
memanfaatkan perangkat lunak desain grafis, maka aplikasi yang
sesuai adalah yang
bersifat penyadapan informasi tematik semata dan dilakukan
secara visual, dimensi dan
posisi obyek tidak dapat dipakai sebagai acuan, dan untuk rapid
assessment. Bidang
aplikasi potensial yang sesuai dengan karakteristik mosaik FUFK
antara lain rapid
assessment untuk identifikasi dan estimasi informasi tematik
daerah terkena bencana,
yaitu:
-
14
Banjir, daerah berbentuk koridor sepanjang sungai, cocok dengan
teknik pemotretan FUFK,
Longsor, daerah yang sulit dijangkau secara darat, misal di
punggung bukit, Gempa bumi, asessment daerah dengan kerusakan
bangunan dan infrastruktur,
untuk alokasi logistik secara darurat.
F. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah mosaik
FUFK yang
dibuat dengan perangkat lunak desain grafis sesuai digunakan
untuk aplikasi yang
bersifat rapid assessment, penyadapan informasi tematik semata
dan dilakukan secara
visual, dan dimensi dan posisi obyek (pada mosaik) tidak dapat
dipakai sebagai acuan.
G. UCAPAN TERIMAKSIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Lab. Fotogrametri dan
Penginderaan
Jauh di Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT-UGM untuk
penyediaan FUFK.
H. DAFTAR PUSTAKA
Adobe, 2002, Adobe-Photoshop New Features,
http://www.adobe.com/adobe-photoshop new features.html, diakses
tanggal 10 Januari 2008.
Avery, E, 1989, Penafsiran Potret Udara, Akademika Pressindo,
Jakarta. Silva, D. C., 2006, Non-Metric Digital Camera Images
Versus High Resolution Satellite
Images in Regions with High Cloudiness, XXIII FIG Congress,
Munich, Germany, October 8-13, 2006.
Eurimage, 2006, Eurimage Price List 2006,
www.eurimage.com/products/ docs/eurimage_price_list.pdf , diakses
tgl 15 Desember 2007.
Harintaka dan Sumarto, I., 2002, Kajian Beberapa Metode
Transformasi Dua Dimensi untuk Koreksi Geometrik Citra Satelit,
Media Teknik, Edisi Mei 2002.
Harintaka, 2006, Pemanfaatan Teknologi Foto Udara Format Kecil
untuk Penyediaan Data Sumber Daya Lahan Secara Cepat dan Murah,
Makalah FIT ISI 2006, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Harintaka, Susanto, E.W, dan Thobibah, T., 2006a, Otomatisasi
Pembuatan Mosaik Menggunakan Teknik Korelasi Silang pada Foto Udara
Format Kecil, Prosiding PIT (Pertemuan Ilmiah Tahunan) III
Geomatika Teknik Geomatika ITS tanggal 7 Desember 2006,
Surabaya.
-
15
Harintaka, Kartini. C.N., dan Hairunida, 2006b, Kajian
Ketelitian Mosaik Ortofoto pada Foto Udara Format Kecil dengan
Pengabaian Parameter Kalibrasi Kamera, Prosiding PIT XV dan Kongres
IV MAPIN 2006 tanggal 13-14 Desember 2006 di Hotel Jayakarta,
Bandung.
JARS, 1993, Remote Sensing Note, Japan Association on Remote
Sensing, Nihon Printing Co. Ltd, Japan
Jensen, J. R., 1996, Introductory Digital Image Processing A
Remote Sensing Perspective, 2nd Edition, Prentice Hall Inc, New
York.
Jauregui, M., Jauregui, L., Chacon, L., and Vilchez, J., 2004,
Digital Stereo Orthophotos of Archeological Sites from Small Format
Aerial Photographs, Seminar Internasional pada Komisi V, Kelompok
Kerja V/4 International Society of Photogrammetry and Remote
Sensing (ISPRS), Turki, http://www.isprs.org/istanbul2004/comm5/
papers/598.pdf, diakses tanggal 10 Januari 2008.
Lillesand, T.M. and Kiefer, 2000, Remote Sensing and Image
Interpretation, Fourth Edition, John Willey and Son, New York.
Moffitt, F. H. and Mikhail, E. M., 1980, Photogrammetry, 2nd
Edition, Harper and Row Publisher, New York
Paine, D, 1992, Fotografi Udara dan Penafsiran Citra Untuk
Pengelolaan Sumber Daya, Penerj. Imam Abdul Rochman, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Pohl, C., 1996, Geometric Aspects of Multisensor Image Fusion
for Topographic Map Updating in The Humid Tropics, Ph.D.
Dissertation, ITC Publication No. 39, ITC
Schultz, H., Slaymaker, D., Holmes, C., Stolle, F., Hanson, A.,
and Riseman, E., 1999, Integrating Small Format Aerial Photography,
Videography, and Laser Profiler for Environmental Monitoring,
http://www.winrock.org/ ecosystems/ files/
1999-integrating%20small%20format%20aerial%20 photography.pdf,
diakses tanggal 10 Januari 2008.
Slaymaker, D., Schultz, H., Hanson, A, Riseman, E., Holmes, C.,
Powell, M., Delaney, M., 1998, Calculating Forest Biomass with
Small Format Aerial Photography, Vedeography, and A Profiling
Laser, http://www.winrock.org/ ecosystems/ files/ 1998-calculating%
20forest% 20biomass.pdf diakses tanggal 10 Januari 2008.
Wolf, P.R., 1983, Elements of Photogrammetry, 2nd edition,
McGraw-Hill Book Company, USA