Top Banner
I. PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pest berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh. Pestisida digunakan sebagai pilihan utama pemberantasan organisme pengganggu tanaman. Sebab pestisida mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat diketahui. Namun bila aplikasi kurang bijaksana dapat menyebabkan dampak yang berbahaya bagi pengguna maupun lingkungan. Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke-15. Kemudian pada abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisida alami yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yang diekstrak dari akar tuba Derris eliptica (Miller, 2002). Pada tahun 1874 Othmar Zeidler adalah orang yang pertama kali mensintesis DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane), tetapi fungsinya 1
29

pestisida bebeb

Jul 03, 2015

Download

Documents

Fendy Prabowo
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: pestisida bebeb

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh

jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia

untuk kesejahteraan hidupnya. Pest  berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh.

Pestisida digunakan sebagai pilihan utama pemberantasan organisme

pengganggu tanaman. Sebab pestisida mempunyai daya bunuh yang tinggi,

penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat diketahui. Namun bila aplikasi kurang

bijaksana dapat menyebabkan dampak yang berbahaya bagi pengguna maupun

lingkungan.

Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang

lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria.

Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah

diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke-15. Kemudian pada

abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai

insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisida alami yaitu, pyretrum yang

diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yang diekstrak dari akar tuba Derris eliptica

(Miller, 2002). Pada tahun 1874 Othmar Zeidler adalah orang yang pertama kali

mensintesis DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane), tetapi fungsinya sebagai

insektisida baru ditemukan oleh ahli kimia Swiss, Paul Hermann Muller pada tahun 1939

yang dengan penemuannya ini dia dianugrahi hadiah nobel dalam bidang Physiology atau

Medicine pada tahun 1948 (NobelPrize.org). Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi

pestisida sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas (Daly et al., 1998).

Beberapa literatur  menyebutkan bahwa tahun 1940an dan 1950an sebagai “era pestisida”

(Murphy, 2005). Penggunaan pestisida terus meningkat lebih dari 50 kali lipat semenjak

tahun 1950, dan sekarang sekitar 2,5 juta ton pestisida ini digunakan setiap tahunnya

(Miller, 2002). Dari seluruh pestisida yang diproduksi di seluruh dunia saat ini, 75%

digunakan di negara-negara berkembang (Miller, 2004).

Reaksi terhadap bahaya penggunaan pestisida kimia terutama DDT mulai

nampak setelah Rachel Carson menulis buku paling laris yang berjudul “Silent Spring”

tentang pembengkakan biologi (biological magnification) tahun 1962. Sehingga minimal

1

Page 2: pestisida bebeb

ada 86 negara melarang penggunaan DDT, meskipun masih digunakan di beberapa negara

berkembang untuk memberantas nyamuk malaria (Willson and Harold, 1996). Beberapa

dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia pada lahan pertanian yang telah

diketahui, diantaranya: mengakibatkan resistensi hama sasaran (Endo et al. 1988; Oka

1995), gejala resurjensi hama (Armes et al., 1995), terbunuhnya musuh alami (Tengkano

et al. 1992), meningkatnya residu pada hasil, mencemari lingkungan, gangguan kesehatan

bagi pengguna (Oka 1995; Schumutterer, 1995), bahkan beberapa pestisida disinyalir

memiliki kontribusi pada fenomena pemanasan global (global warming) dan penipisan

lapisan ozon (Reynolds, 1997).

Penelitian terbaru mengenai bahaya pestisida terhadap keselamatan nyawa dan

kesehatan manusia sangat mencengangkan. WHO (World Health Organization) dan

Program Lingkungan PBB memperkirakan ada 3 juta orang yang bekerja pada sektor

pertanian di negara-negara berkembang terkena racun pestisida dan sekitar 18.000 orang

diantaranya meninggal setiap tahunnya (Miller, 2004). Di Cina diperkirakan setiap

tahunnya ada setengah juta orang keracunan pestisida dan 500 orang diantaranya

meninggal (Lawrence, 2007). Beberapa pestisida bersifat karsinogenik yang dapat memicu

terjadinya kanker. Berdasarkan penelitian terbaru dalam Environmental Health Perspctive

menemukan adanya kaitan kuat antara pencemaran DDT pada masa muda dengan

menderita kanker payudara pada masa tuanya (Barbara and Mary, 2007). Menurut NRDC

(Natural Resources Defense Council) tahun 1998, hasil penelitian menunjukkan bahwa

kebanyakan penderita kanker otak, leukemia dan cacat pada anak-anak awalnya

disebabkan tercemar pestisida kimia. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Harvard

School of Public Health di Boston, menemukan bahwa resiko terkena penyakit parkinson

meningkat sampai 70% pada orang yang terekspose pestisida meski dalam konsentrasi

sangat rendah (Ascherio et al., 2006).

Menyadari besarnya bahaya penggunaan pestisida kimia, sehingga di beberapa

negara maju, penjualan dan penggunaan pestisida diatur oleh pemerintah. Sebagai contoh

pada tahun 1972 di Amerika Serikat dibentuk Environmental Protection Agency (EPA)

yang bertanggung jawab atas regulasi pestisida (Willson, 1996). Akan tetapi dalam

implementasinya penggunaan pestisida sulit untuk dikontrol, maka pada tahun 1979

Presiden Carter mendirikan Interagency Integrated Pest Management Coordinating

Committe untuk memberi jaminan pengembangan dan penerapan pengendalian hama

terpadu (PHT) atau Integrated Pest Management (IPM). PHT merupakan sistem yang

mendukung dalam pengambilan keputusan untuk memilih dan menggunakan taktik

2

Page 3: pestisida bebeb

pengendalian hama, satu cara atau lebih yang dikoordinasi secara harmonis dalam satu

strategi manajemen, dengan dasar analisa biaya dan keuntungan yang berpatokan pada

kepentingan produsen, masyarakat dan lingkungan (Kogan, 1998).

Pada tahun 1978, mulai muncul dalam beberapa publikasi istilah pertanian berkelanjutan

(sustainable agriculture), akan tetapi secara formal baru diintroduksi tahun 985 ketika

Kongres Amerika Serikat membuat undang-undang tentang aksi keamanan pangan (Food

Security Act) yang dimulai dengan program ‘Low Input Sustainable Agriculture’ (LISA)

untuk membantu para petani menggunakan sumberdaya alam secara efesien, melindungi

lingkungan dan memelihara komunitas pedesaan (McIsaac, 1994).  PHT menurut Kogan

(1999) merupakan model yang paling efektif untuk menjamin program pertanian

berkelanjutan (sustainable agriculture), akan tetapi pada kenyataannya pembiayaan pada

program PHT terus menurun di seluruh dunia. Justeru sebaliknya muncul beberapa

kritikan terhadap implementasi PHT di lapangan diantaranya adalah: (1) tidak berbasis

aspek ekologi, karena penggunaan pestisida yang masih ditolerir oleh PHT tidak

kompatibel dengan pengendalian biologi seperti pemanfaatan predator dan parasitoid; (2)

berbasis pestisida; karena dalam pelaksanaannya para pengguna sering mendahulukan

penggunaan pestisida dibandingkan dengan teknologi yang lainnya, dan pelatihan-

pelatihan PHT lebih didominasi oleh tata cara aplikasi pestisida yang aman, dan (3) tidak

interdisiplin ilmu, karena hasil review Jacobsen (1997) terhadap literatur tentang PHT dari

tahun 1970 sampai 1995 ditemukan 683 artikel penelitian entomologi dan hanya 97 artikel

penelitian patologi tanaman. Lebih jauh Gray (1995) melaporkan bahwan 70% dari

kordinator PHT adalah entomologis, dan hanya 9% yang terindentifikasi sebagai ahli

gulma atau agronomis.

Dalam praktek, pestisida digunakan bersama-sama dengan bahan lain

misalnya dicampur minyak untuk melarutkannya, air pengencer, tepung untuk

mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya, bubuk yang

dicampur sebagai pengencer (dalam formulasi dust), atraktan (misalnya bahan feromon)

untuk pengumpan, bahan yang bersifat sinergis untuk penambah daya racun, dsb.

Karena pestisida merupakan bahan racun maka penggunaanya perlu kehati-

hatian, dengan memperhatikan keamanan operator, bahan yang diberi pestisida dan

lingkungan sekitar. Perhatikan petunjuk pemakaian yang tercantum dalam label dan

peraturan-pearturan yang berkaitan dengan penggunaan bahan racun, khususnya pestisida.

3

Page 4: pestisida bebeb

I.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum acara kali ini, adalah :

1. Untuk mengetahui penggolongan pestisida berdasarkan jasad sasarannya.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari formulasi yang terdapat pada setiap

kemasan pestisida.

4

Page 5: pestisida bebeb

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi dilaksanakan pada hari senin, tanggal 18

April 2011, pukul 09.00-10.40 WIB. Bertempat di Labolatorium Jurusan Budidaya

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.

2.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jenis pestisida yang sudah

disiapkan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas

Palangka Raya. Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat-alat tulis.

2.3. Cara Kerja

Menginventarisasikan golongan pestisida masing-masing sesuai dengan jenis

sasarannya, kemudian masing-masing jenis formulasi yang terdapat pada setiap kemasan

pestisida.

5

Page 6: pestisida bebeb

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan

Tabel Hasil Pengamatan Penggolongan Dan Formulasi Pestisida

NO GOLONGAN PESTISIDA

NAMA PESTISIDA

FORMULASI CARA APLIKASI OPT SASARAN

1 Insektisida DURSBAN 20 EC

Emulsifiable Concentrate

Disemprot 1. Ulat grayak (Spodoptera exiqua).

2. Kutu daun (Myzus persicae).

3. Belalang (Locusta migratoria)

2 Insektisida DHARMABAS 500 EC

Emulsifiable Concentrate

Disemprot 1. Wereng coklat (Nilaparvata lugens)

2. Walang sangit ( Leptocorisa oratorius)

3. P engisap daun (Helopeltis sp)

3 Insektisida INDOVIN 85 SP

Soluable Powder

Disemprot 1. Ulat grayak (Spodoptera exiqua).

2. Pengisap daun (Helopeltis sp)

4 Insektisida SUPRACIDE 25 WP

Wettable Powder

Disemprot 1. Kutu daun(Aphis porni)

2. Kumbang pemakan daun (Aulocophara sp)

3. Perusak daun (Spodoptera spp)

5 Insektisida BANCOL 5O WP

Wettable Powder

Disemprot 1. Perusak daun (Plutella xylostella)

2. Lalat daun ( Hydrellia sp)

3. Kutu daun (Myzus persicae).

6 Fungisida KUMULUS 80 WDG

Water Dispersible Granule

Disemprot 1. Antraknosa2. Penyakit

bercak daun7 Fungisida RIDOMIL 35

SDSeed Dressing

Disemprot Penyakit bulai jagung

6

Page 7: pestisida bebeb

8 Fungisida ANTRACOL 70 WP

Wettable Powder

Disemprot 1. Penyakit bercak daun

2. Penyakit bercak ungu

3. Penyakit busuk daun

9 Fungisida BENLATE WP Wettable Powder

Disemprot 1. Penyakit bercak daun

2. Penyakit karat daun

3. Penyakit kanker

10 Fungisida DITHANE 430 F

Fumigan Disemprot Penyakit pada tanaman kakao dan kentang yaitu penyakit busuk daun dan penyakit busuk buah

11 Herbisida RAMBO 480 AS

Aqueous Solution

Disemprot 1. Syneodralla modiflorat

2. Borariya alata 3. Agoratium

caniyodes12 Herbisida POLARIS

200/8 ASAqueous Solution

Disemprot 1. Imperata cylindrical

2. Bororia sp 3. Cyperus sp

13 Herbisida GRAMOXONE Aqueous Solution

Disemprot 1. Cyperus rotondus

2. Brachinria sp 3. Borrerta sp

14 Herbisida PATA-COL Aqueous Solution

Disemprot 1. Ageratam conyroider

2. A. haws torium 3. Axowopus

compressus15 Kompilasi

(Akarisida & Insektisida)

MITAL 200 EC Emulsifiable Concentrate

Disemprot 1. Tungau merah2. Kutu putih

16 Kompilasi (Fungisida & ZPT)

FUJIWAN 400 EC

Emulsifiable Concentrate

Disemprot 1. Tungau jingga2. padi

17 Kompilasi (Insektisida & ZPT)

REGENT 50 SC

SC Disemprot 1. Lalat Bibit2. Wereng Coklat

18 Kompilasi (Nematisida, Insektisida,

BASAMID-6 Granular Ditabur 1. Ulat Tanah2. Nematoda

7

Page 8: pestisida bebeb

& Fungisida)

19 Rodentisida PETROKUM RMB

RMB (umpan)

Diumpan/disebar 1. Tikus sawah (Rattus argentiventer)

2. Tikus belukar (Rattus tiomanicus)

3. Tikus20 Rodentisida MESOPHIDE

80 PP (serbuk tepung)

Dicampur dengan makanan, kemudian diumpan.

1. Tikus sawah (Rattus argentiventer)

2. Tikus semak (Rattus tiomanicus)

3. Tikus21 Rodentisida KLERAT RM-

BRMB (umpan)

Diumpan/disebar 1. Tikus sawah (Rattus argentiventer)

2. Tikus belukar (Rattus tiomanicus)

3. Tikus22 Bakterisida AGREPT 20

WPWettable Powder

Ditabur Pada tanaman Tomat Penyakit Pseudomonas

3.2. Pembahasan

3.2.1. Penggolongan Pestisida

a.Rodentisida

Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang

digunakan untuk mmatikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.

Tikus juga merupakan organisme penggangu yang bnayak merugikan

manusia. Di bidang pertanian , tikus sering menyerang tanaman

pangan ,hortikltura, dan tanaman perkebunan dalam waktu yang singkat dengan

tingkat kerugian yang besar. Berbagai stadia umur tanaman diserangnya, mulai

dari pembibitan, masa pertumbuhan sampai hasil panen yang tersimpan di

guadang. Dipeternakan , tikus sering mengambil pakan ternak. Dan, bahkan

tikus dapat menjadi sarana bagi beberapa pathogen yang dapat menimbulkan

penyakit bagi manusia dan hewan piaraan.

8

Page 9: pestisida bebeb

Masalahnya tikus sangat terampil menghindar terhadap setiap tindakan

pengendalian. Oleh karena itu rodentisida yang efektif biasanya dalam bentuk

umpan beracun

b. Fungisida

Fungisida adalah bahan yangmengandung senyawa kimia beracun dan

bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi atau cendawan.

Pada umumnya cendawa berbentuk eperti benang halus yang btidak

bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan dari benag halus ini yang

disebut mycelium bisa dilihat dengan jelas. Miselium ini bia tumbuh diatas atau

dalam tubuh inang. Warna meselium ini ada yang putih, cokelat, hitam dan lain-

lain. Cendawan akan berkembang pesat bila kondisi sekitarnya sangat lembab,

tanah asan dan selalu basah dengansuhu sekitar 25-30 C. selain merusak

tanaman yang masih hidup cendawan juga mengahncurkan kayu bangunan.

Cendawan merusak tanaman dengan berbagai cara. Misalnya

sproranya masuk kedalam bagian tanaman lalu mengasakan pembelahan

dengancara pembesaran sel yang tidak teratur sehingga menimbulkan bisulo-

bisul. Pertumbuhan yang tidak teratur ini mengakibatkan system kerja jaringan

pengangkut air menjadi terganggu sehingga kehidupan tanaman menjadi

merana. Sebagi contoh kasus ini adalah penyakit akar gada pada kubis yang

disebabkan oleh plasmodiophora brassiceae Wor.

Secara umum gejala yang timbul akibat serangan cendawan adalah

klorosis atau perubahan warna jaringan tanaman, pembusukan akar, batang,

daun atau bagian tanaman lain , muncul bulu-bulu halus yang menutupi daun

atau batang dan sebagainya.

Untuk mengendalikan perkembang biakannya, sel-sel cendawan ini

bisa dimatikan dengan fungisida. Berdasarkan cara kerjanya mematikan sel

cendawan, fungisida dibedakan menjadi:

Fungisida kontak

Fungisida sistemik

Fungisida kontak-sistemik

Fungisida sistemik adalah senyawa kimia yang bila diaplikasikan pada

tanaman akan bertranslokasi ke bagian lain. Aplikasi dapat melalui penetrasi

9

Page 10: pestisida bebeb

daun, melalui tanah untuk selanjutnya diabsorbsi oleh aka, atau injeksi melalui

batang. Karena fungisida sistemik ini masuk ke jaringan tanaman, maka harus

memenuhi syarat ideal sebagi berikut.

a) Dalam tanaman inang bekerja sebagai toksikan.

b) Mengganggu metabolisme inang dan mengimbas ketahanan fisik maupun

kimia terhadap pathogen dan tidak mengurangi kuantitas maupun kuantitas

tanaman.

c) Dapat diabsorbsi scara baik dan ditranslokasikan ke tmpat patogn serta

stabil dalam tanaman inang.

d) Terhadap mamalia bertoksisitas cukup renah.

e) Mampu meningkatkan ketahanan inang.

Mengacu pada aplikasinya, fungisida bisa diberikan sebagai eradikan

dan protektan. Eradikan diaplikasikan pada saat organisme pengganggu

peneyebab penyakit (patogen0 sudah ada di dalam tanaman, atau pada saat awal

infeksi ada di permukaaan tanaman, atau sebagai gejala kerusakan sebagai

irreversible. Untuk pathogen yang masih berada dipermukaan bagian tanaman

cukup dikendalikan dengan fungisida kontak. Namun , bagi pathogen yang

btelah msuk ke dalam tanaman hanya dapat dikendalikan dengan fungsida

sistemik.

Fungisida sebagi protektan diaplikasikan pada permukaan bagian

tanaman , misalnya batang, daun dan buah sebelum terjadi infksi penyakit, atau

bahkan sebelum pathogen kontak dengan permukaan bagian tanaman. Apabila

dilihat dari fungsi kerjanya, fungisida dibedakan atas:

1. fungisidal, yaitu membunuh jamur.

2. Fungistatik, yang berarti hanya menghambat pertumbuhan jamur

3. Genestatik yang berarti mencegah terjadinya sporulasi.

Bentuk fungisida bermacam-macam. Ada yang cair untuk

penymprotan, bentuk serbuk padat untuk penyebukan dan bentuk gas untuk

fumugan. Selain untuk mengendalikan serangan cendawan di areal pertanian,

fungisida juga banyak diterapkanpada buah dn sayur pascapanen.

c.Bakterisida

10

Page 11: pestisida bebeb

Bakterisida adalah senyawa yang mengandung bahan aktif beracun

yang bisa membunuh bakteri.

Serangan bakteri pada tanaman cukup merugikan petani. Tumbuhan

tingkat rendah yang sangat kecil inin dilihat dari bentuknya ada yang bulat,

berbentuk batang, dan spiral. Panjangnya antara 0,15 – 6 mikron dan

berkembang biak dengan membelah diri.

Dengan ukurannya yang sangaat kecil ini bakteri mudah menerobos

masuk dalam tanaman inang melalui luka, stomata, pori air, kelenjar madu dan

lentisel. Didalam tanaman, enzim bakteri akan:

memecah sel sehingga menimbulkan lubang pada bermacam-macam jaringan.

Memecah tepung menjadi gua dan menyederhanakan senyawa nitrogen yang

koplek untuk memperoleh tenaga agar bertahan hidup.

Selain itu bakteri juga menghasilkan zat racun dan zat l;ain yang

merugikan tanaman. Bahkan menghasilkan zat yang bisa merangsang sel-sel

inang membelah secara tidak normal.

Didalam tanaman, bakteri ini kana bereaksi menimbulkan penyakit

sesuai tipenya.

a. Tipe penyakit pembuluh pengangkut air

Bakteri ini memenuhi pembuluh pengangkut air dan mengakibatkan jalannya

air dari akar ke daun terhambat sehingga daun menjadi layu. Contohnya

bakteri pseudomonas solanacearum yang menyebabkan busuk cikelat pad

akentang, terung dan tomat.

b. Tipe penyakit jaringan parenkim

Dengan terserangnya jaringan parenkim akan terjadi nekrosis atau

pembusukan bagian tanaman yang terserang.

c. Tipe penyakit hiperplastis

Bakteri ini merangsang perkembangan sel tanaman lbih cepat dari biasanya

sehingga terbentuk bintil, tumor, bonggol atau pembengkakan.

Bakteri bisa menyebar melalui berbagai agen, misalnya biji, buah

umbi, batang stek, sernaggga, burung, siput, ulat manusia, kompos dan pupuk

kandang.

Bakterisida biasanya sistemik karena bakteri melakukan perusakan

dalam tubuh inang. Perendaman bibit dalam larutan bakterisida merupakan

11

Page 12: pestisida bebeb

salah satu cara aplikasi untuk mengendalikan pseudomonas solanaceae yang

bisa mengakibatkan layu pada tanaman famili solanaceae.

d. Insektisida

Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia

beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga.

Serangga adalah binatang yang 26% spesiesnya merugikan

manusia karena herbivora atau fitofak, sedangkan sebagian lainnya

merugikan manusia karena menyebarkan penyakit pada manusia dan

binatang ternak. Walaupun demikian ada pula serangga yang sangat penting

misalnya serangga penyerbuk (pollinator), pengurai (decomposer), predator

dan parasitoid pada serangga lain, penghasil bahan berguna (lebah madu),

dan sebagainya.

Ukurannya sangat beragam. Ada yang besarnya kurang dari

0,25 mm, tetapi ada juga yang bisa mencapai 25 cm. secara umum tubuh

serangga terdiri dari kepala, dada dan perut. Pada dadanya terdapat 6 ruas

kaki yang dapat bergerak.

Serangga menyerang tanaman atau ternak untuk memperoleh

makanan dengan berbagai cara, sesuai tipe mulutnya:

Menggigit dan mengunyah, misalnya jangkrik, ulat, dan belalang. Dengan

mulutnya ini serangga dapat menggigit dan mengunyah bagian luar

tanaman, mengugurkan daun tanaman, membuat lubang terowongan ke

dalamnya, atau memakan buah

Menusuk dan menghisap cairan tanaman, misalnya aphis,wereng, kutu

perisai, kutu daun, kupu-kupu penusuk buah dan thrips

Menghisap, misalnya kupu-kupu dan ngengat. Binatang ini tidak merugkan

sebatas yang dihisap hanya nectar atau madu dari bunga. Akan tetapi

kebanyakan pada tingkat dewasa menjadi hama yang serius.

Mengunyah dan menjilat. Serangga bertipe mulut ini umumnya tidak

merugikan manusia, justru memberi keuntungan , misalnya lebah.

Memarut dan menghisap dilakukan oleh thrips atau tungau. Jaringan

tanaman yang di parut dengan paruhnya sehingga keluar cairan untuk

dihisapnya. Jaringan yang terserang oleh hama ini senderung berwarna

putih kemudian megarat.

12

Page 13: pestisida bebeb

Salah satu kesulitan pengendalian serangga adalah sifat

serangga yang mudah menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya.

Sebagai contoh walaupun tanaman ksukaannya tidak ada, serangga masih

bertahan hidup dengan memakan jenis tanaman apa saja yang ada.

Seraangga juga tidak hanya menyerang tanaman di lahan pertanian, tetapi

ada beberapa jenis yang menjadi hama gudang.

Untuk membunuh serangga, inektisida nmasuk dalam tubuh

serangga melalui lambung, kontak, dan alat pernapasan.

a. Insektisida dapat meracuni lambung (stomach poisons) bila insektisida

masuk dalam tubuh bersama bagian tanaman yang dimakannya. Akibatnya

alat pencernaan akan terganggu. Insektisida seperi ini sangat efektif untuk

mengendalikan serangga yang mulutnya bertipe pengigit dan pengunyah.

b. Insektisida kontak (contac poisons) akan masuk tubuh serangga melalui

kutikulanya.

c. Insektisida masuk ke tubuhnya melalui pernapasan. Sebagiai fumigasi hama

gudang dapat mematikan hama yang menhisap gas beracun dari fumigant.

Sedangkan dilihat dari cara kerjanya, insektisida dibedakan atas

peracun fisik, peracun protoplasma, dan peracun pernapasan.

a) Insektisida peracun fisik akan menyebabkan dehidrasi, yaitu keluarnya

cairan tubuh dari dalam tubuh serangga.

b) Insektisida peracun protoplasma dapat mengendapkan protein dalam tubuh

serangga.

c) Insektisida peracun pernapasan dapat menghambat aktifitas enzim

pernapasan.

b. Herbisida

Herbisida (dari bahasa inggris, herbicide) adalah senyawa atau

material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau

memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil (gulma). Lahan

13

Page 14: pestisida bebeb

pertanian biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman pertanian. Namun

demikian tumbuhan lain juga dapat tumbuh di lahan tersebut. Karena

kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan

atau keluarnya substansi alelopatik, tumbuhan lain ini tidak diinginkan

keberadaannya. Herbisida digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian

tumbuhan "asing" ini. Kehadiran gulma dalam lahan pertanian sangat tidak

diharapkan karena akan menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperolah

unsure hara, air dan matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan

hasil panen yang cukup besar.

Berdasarkan respon terhadap herbisida dan morfologinya, gulma

digolongkan menjadi empat:

a. Gulma Rerumputan (Grasses Weeds)

Ciri gulma ini berdaun pita, perakaran serabut, batang hulat,

pipih, berlubang, atau massif. Umumnya monokotil dari keluarga poaceae.

Contohnya alang-alang, paitan, dan kawatan.

b. Gulma berdaun lebar (broad leaves)

Gulma ini merupakan tumbuhan dikotil dan paku-poakuan.

Kisalnya ceplukan, wedusan, dan sembung rambat.

c. Gulma golongan teki (sedges)

Gulma golongan inibersal dari keluarga cyperaceae, tergolong

monokotil, perakaran serabut, berdaun pita, batang bulat, segitiga, pipih,

dan massif. Daun tidak mempunyai lidah daun dan titik tumbuhnya

tersenbunyi. Misalnya teki dan udelan (cyperus kyllingia).

d. Gulma pakisan ( fern) ialah gulma yang berasal dari keluarga pakisan.

Misalnya pakis kadal ( Dryopteris aridus) dan pakis kinca (neprolepis

biserata)

14

Page 15: pestisida bebeb

Aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan

tanaman utama dan gulma. Untuk itu ada beberapa macam herbisida jika

dilihat dari waktu aplikasinya.

c. herbisida pratanam (preplant) diaplikasikan pada saat tanaman belum

ditanam tetapi tanah sudah dioleh.

d. Herbisida prapengolahan tanah diaplikasikan pada vegetasi secara total

agar mudah dalam pembersihan lahan.

e. Herbisida pratumbuh (pre emergence) diaplikasikan setelah benih ditanam

tetapi belum berkecambah. Gulma pun belum tumbuh.

f. Herbisida pratumbuh ( post emegence) di aplikasikan pada saat gulma dan

tanaman sudah lewat stadia perkecambahan. Jadi herbisida ini bisa

diaplikasikan saat tanaman masih muda maupun sudah tua.

Ditinjau dari cara kerjanya, herbisida dibedakan atas herbisida kontak

dan sistemik.

1. Herbisida kontak adalah mematikan jaringan gulma yang terkena.

Herbisida ini diaplikasikan dengan penyemprotan dan sangat sesuai

untuk mengendalikan gulma setahun atau gulma semusim. Misalnya

ceplukan (Physalis angulata L), wedusan atau babadotan (Angeratum

conyzoides L.) dan bayam duri (amaratus spinosa L.). gulma ini akan

mati scara keseluruhan bila kontan dengan herbisida ini. Namun, bial

diaplikasikan pada gulma tahunan yang mati hanya bagian atasnya.

Jadi hanya seperti dibabat. Sedangkan akarnya tetap hidup.

2. Herbisida sistemik diabsorbsi oleh akar atau daun masuk ke dalam

jaringan pembuluh kemudian diedarkan ke bagian lain sehingga gulma

mengalami kematian total. Maka dari itu aplikasinya dapat dengan cara

penyemprotan daun atau penyiraman ke akar tanaman. Gulma tahunan

(perennial weed) misalnya alang-alang, teki, dan sembung darta dangat

efektif dikendalikan dengan herbisida sistemik.

Pergerakan herbisida masuk kedalam tubuh tanaman dengan

dua cara kerja, yaitu selektif dan nonselektif.

15

Page 16: pestisida bebeb

a. Herbisida selektif walaupun diaplikasikan pada berbagai tumbuhan

tetapi hanya akan mematikan gulma dan relative tidak mengganggu

tanaman yang dibudidayakan.

b. Herbisida nolnselektif ialah herbisida yang diberikan lewat tanah atau

daun yang dapat mematiokan hamper semua jenis tumbuhan.

3.2.2. Formulasi PestisidaPestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu.

Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar,

kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh

formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering

dijumpai yang dapat teragi menjadi padat dan cair:

a. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)

Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di

belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC

(water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di

muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya

persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti

pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri

dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida

golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang

dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.

b. Butiran (granulars)

Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian

sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk

melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya

terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta

bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan

ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila

dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama

dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible

granule).

c. Debu (dust)

16

Page 17: pestisida bebeb

Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan

aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida

formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya

berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan

dapat mengenai sasaran (tanaman).

d. Tepung (powder)

Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas

bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75

persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang

nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water

soluble powder).

e. Oli (oil)

Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO

(solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti

xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV

(ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering

digunakan pada tanaman kapas.

f. Fumigansia (fumigant)

Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau,

asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang

penyimpanan.

III. PENUTUP

3.2. Kesimpulan

17

Page 18: pestisida bebeb

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini

adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman

yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya

seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang

dianggap merugikan.

Pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa macam sesuai dengan sasaran

yang akan dikendalikan, antara lain Insektisida, Fungisida, Bakterisida, Nematisida,

Akarisida, Rodentisida, Moluskusida, Herbisida, Pestisida, Formulasi pestisida.

Kompilasi adalah senyawa yang mengandung lebih dari satu bahan aktif

beracun atau terdiri lebih dari satu penggolongan pestisida, atau dengan kata lain

gabungan dari . Beberapa nama jenis Kompilasi pestisida antara lain, FUJIWAN 400 EC,

MITAL 200 EC, Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun

yang bisa mematikan semua jenis serangga. Beberapa nama jenis insektisida antara lain,

DURSBAN * 20 EC, DHARMABAS 500 EC, INDOVIN 85 SP, SUPRACIDE 25 WP,

BANCOL 5O WP.

Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa

digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi atau cendawan. Beberapa nama jenis

Fungisida antara lain, DACONIL 75 WP, RIDOMIL 35 SD, ANTRACOL 70 WP,

BENLATE WP, DITHANE 430 F.

Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk

membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma. Beberapa nama jenis Herbisida

antara lain PATA-COL, GRAMOXONE, POLARIS 200/8 AS, RAMBO 480 AS

Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang

digunakan untuk mmatikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus. Beberapa

nama jenis Rodentisida antara lain KLERAT RM-B, MESOPHIDE 80 P, PETROKUM

RMB

Bakterisida adalah senyawa yang mengandung bahan aktif beracun yang bisa

membunuh bakteri. Beberapa nama jenis Bakterisida antara lain, AGREPT 20 WP.

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: pestisida bebeb

Armes, N.J., D.R. Jadhav, dan P.A. Lonergan. 1995. Insecticide resistance in

Helicoverpa (Hubner): status and prospects for its management in India. p.

522- 533. In Constable, G.A. dan N.W. Forrester (Eds.) Challenging the future:

Proceedings of the World Cotton Conference I, Brisbane, Australia, February 14- 17

1994. CSIRO, Melbourne.

Ascherio A, Chen H, Weisskopf M.G, O'Reilly E, McCullough M.L, Calle E.E,

Schwarzschild M.A, Thun M.J. 2006. Pesticide exposure and risk for

Parkinson's disease". Annals of Neurology 60 (2): 197-203.  

Barbara A. C., Mary S. W.  2007. DDT and Breast Cancer in Young Women: New

Data on the Significance of Age at Exposure. Environ. Health Perspect..

Endo,S. Sutrisno, I.M. Samudra, A. Nugraha, J. Soejitno, and T. Okada.1988. Insecticide

Susceptibility of Spodoptera litura F. collected from three location in Indonesia. Seminar

BORIF, 24 June 1988. 18 p.

Gray, M. E. I995. Status of CES-IPM programs: results of a national IPM coordinators

survey. Am. Entomol. 41: 136-138.

Jacobsen, B. J. 1997. Role of plant pathology in integrated pest management. Annu.

Rev. Phytopathol. 35: 373-391.

Schopfer dan Brennicke (2005). Pflanzenphysiologie. Spektrum. Muenchen.

19