PERUBAHAN S YANG DILAKU TUBE DI IC “Untuk Me PROG SATURASI OKSIGEN PADA PASI UKAN TINDAKAN SUCTION ENDO CU RSUD DR. MOEWARDI SURAK SKRIPSI emenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Roni Rohmat Wijaya NIM. S11033 GRAM STUDI S-1 KEPERAWATA STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i IEN KRITIS OTRACHEAL KARTA n” AN
141
Embed
PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN KRITIS YANG ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-ronirohmat-1530... · pasien yang terpasang ETT memiliki respon tubuh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN KRITISYANG DILAKUKAN TINDAKAN SUCTION ENDOTRACHEAL
TUBE DI ICU RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
SKRIPSI“Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Roni Rohmat Wijaya
NIM. S11033
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA2015
i
PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN KRITISYANG DILAKUKAN TINDAKAN SUCTION ENDOTRACHEAL
TUBE DI ICU RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
SKRIPSI“Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Roni Rohmat Wijaya
NIM. S11033
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA2015
i
PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN KRITISYANG DILAKUKAN TINDAKAN SUCTION ENDOTRACHEAL
TUBE DI ICU RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
SKRIPSI“Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Roni Rohmat Wijaya
NIM. S11033
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Anugerah, Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perubahan Saturasi Oksigen Pada Pasien Kritis yang Dilakukan Tindakan
Suction Endotracheal Tube di ICU RSUD dr. Moewardi Surakarta“. Skripsi
ini di ajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu
Keperawatan di STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan kerjasama
yang baik dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan segala
kerendahan hati, ingin menyampaikan terimakasih dan rasa hormat kepada
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyusun
skripsi ini.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi S-1
Keperawatan
3. Ika Subekti Wulandari S.Kep.,Ns., M.Kep serta Pembimbing utama yang telah
membimbing dengan penuh sabar dan penuh tanggung jawab sampai
tersusunnya skripsi ini.
4. bc. Yeti Nurhayati, M. Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah
membimbing dengan penuh tanggung jawab sampai tersusunnya skripsi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Roni Rohmat Wijaya
PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN KRITISYANG DILAKUKAN TINDAKAN SUCTION ENDOTRACHEAL TUBE
DI ICU RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Abstrak
Gagal napas merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian yangtinggi di instalasi perawatan intensif. Salah satu kondisi yang dapat menyebabkangagal napas adalah obstruksi jalan napas, termasuk obstruksi pada EndotrakealTube. Penanganan untuk obstruksi jalan napas akibat akumulasi sekresi padaEndotracheal Tube dengan melakukan tindakan suction. Tindakan suctionendotracheal tube dapat memberikan efek samping antara lain terjadi penurunankadar saturasi oksigen >5%. Penelitian ini untuk mengetahui perubahan saturasioksigen pada pasien kritis yang dilakukan tindakan suction endotracheal tube diRuang Intensive Care Unit RSUD dr.Moewardi Surakarta.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakanpendekatan deskriptif fenomenology, teknik analisa yang digunakan padapenelitian ini adalah menggunakan metode Collaizi. Partisipan dalam penelitianini adalah 4 perawat yang bekerja di ICU, teknik pengambilan sampel dilakukandengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria partisipanperawat dengan kriteria pendidikan minimal D3 keperawatan, lama bekerjaminimal tiga tahun di ICU, berpengalaman melakukan suction.
Hasil penelitian ini setelah dilakukan tindakan suction pada pasien yangterpasang endotracheal tube saturasi oksigen pasien mengalami penurunan antara4-10%. Respon pasien saat terjadi perubahan saturasi oksigen yaitu sesak napas,HR meningkat, PCO 2 meningkat, gelisah, hipoksia dan hiperventilasi.
Kesimpulan dari penelitian ini tindakan suction pada pasien yangterpasang endotracheal tube dapat menyebabkan penurunan saturasi oksigen.
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Roni Rohmat Wijaya
Oxygen Saturation Change in Critically Ill Patients Exposed to theIntervention of Endotracheal Tube Suction at the Intensive Care Unit of Dr.
Moewardi General Hospital of Surakarta
ABSTRACT
Respiratory failure is the cause of high morbidity and high mortality at theIntensive Care Unit. The condition that leads to respiratory failure is airwayobstruction, including obstruction on endotracheal tube. The airway obstructionhandling due to the accumulation of secretions in the endotracheal tube is donethrough suction. The endotracheal tube suction can give effects such as oxygensaturation reduction as much as greater than 5%. The objective of this research isto investigate the oxygen saturation change in the critically ill patients exposed tothe intervention of endotracheal tube suction at the Intensive Care Unit of Dr.Moewardi General Hospital of Surakarta.
This research used the descriptive qualitative phenomenological method.The samples of research consisted of 4 nurses who had the length of employmentat the Intensive Care Unit of more than 3 years, who held the educationbackground of Diploma III in Nursing Science, and who had experiences to dosuction. The samples were taken by using the purposive sampling technique. Thedata of research were analyzed by using the Colaizzi’s method.
The result of this research shows that following the suction intervention tothe patients with the endotracheal tube, the oxygen saturation patient decreased asmuch as 4-10%. The responses of the patients when the oxygen saturation changetook place included asphyxia, increased HR, increased PCO 2 , anxiety, hypoxia,and hyperventilation. Thus, the suction intervention to the patients with theendotracheal tube could decrease the oxygen saturation.
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Roni Rohmat Wijaya
Oxygen Saturation Change in Critically Ill Patients Exposed to theIntervention of Endotracheal Tube Suction at the Intensive Care Unit of Dr.
Moewardi General Hospital of Surakarta
ABSTRACT
Respiratory failure is the cause of high morbidity and high mortality at theIntensive Care Unit. The condition that leads to respiratory failure is airwayobstruction, including obstruction on endotracheal tube. The airway obstructionhandling due to the accumulation of secretions in the endotracheal tube is donethrough suction. The endotracheal tube suction can give effects such as oxygensaturation reduction as much as greater than 5%. The objective of this research isto investigate the oxygen saturation change in the critically ill patients exposed tothe intervention of endotracheal tube suction at the Intensive Care Unit of Dr.Moewardi General Hospital of Surakarta.
This research used the descriptive qualitative phenomenological method.The samples of research consisted of 4 nurses who had the length of employmentat the Intensive Care Unit of more than 3 years, who held the educationbackground of Diploma III in Nursing Science, and who had experiences to dosuction. The samples were taken by using the purposive sampling technique. Thedata of research were analyzed by using the Colaizzi’s method.
The result of this research shows that following the suction intervention tothe patients with the endotracheal tube, the oxygen saturation patient decreased asmuch as 4-10%. The responses of the patients when the oxygen saturation changetook place included asphyxia, increased HR, increased PCO 2 , anxiety, hypoxia,and hyperventilation. Thus, the suction intervention to the patients with theendotracheal tube could decrease the oxygen saturation.
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Roni Rohmat Wijaya
Oxygen Saturation Change in Critically Ill Patients Exposed to theIntervention of Endotracheal Tube Suction at the Intensive Care Unit of Dr.
Moewardi General Hospital of Surakarta
ABSTRACT
Respiratory failure is the cause of high morbidity and high mortality at theIntensive Care Unit. The condition that leads to respiratory failure is airwayobstruction, including obstruction on endotracheal tube. The airway obstructionhandling due to the accumulation of secretions in the endotracheal tube is donethrough suction. The endotracheal tube suction can give effects such as oxygensaturation reduction as much as greater than 5%. The objective of this research isto investigate the oxygen saturation change in the critically ill patients exposed tothe intervention of endotracheal tube suction at the Intensive Care Unit of Dr.Moewardi General Hospital of Surakarta.
This research used the descriptive qualitative phenomenological method.The samples of research consisted of 4 nurses who had the length of employmentat the Intensive Care Unit of more than 3 years, who held the educationbackground of Diploma III in Nursing Science, and who had experiences to dosuction. The samples were taken by using the purposive sampling technique. Thedata of research were analyzed by using the Colaizzi’s method.
The result of this research shows that following the suction intervention tothe patients with the endotracheal tube, the oxygen saturation patient decreased asmuch as 4-10%. The responses of the patients when the oxygen saturation changetook place included asphyxia, increased HR, increased PCO 2 , anxiety, hypoxia,and hyperventilation. Thus, the suction intervention to the patients with theendotracheal tube could decrease the oxygen saturation.
Partisipan 1 dan 4 mengungkapkan sebelum tindakan suction harus
mempersiapkan alatnya terlebih dahulu, alatnya antara lain : masker,
handscoon, kasa non steril, pinset, dan kanul suction.
“... Setelah sudah siap kita kontrak dengan pasien tindakan yang
akan kita lakukan kemudian...” (P04)
Partisipan 4 mengungkan setelah persiapan alat selesai kemudian
melakukan kontrak waktu dengan pasien terkait tindakan yang akan
dilakukan.
“... jaga privacy pasien...” (P04)
Partisipan 4 mengungkapkan saat melakukan tindakan suction privacy
pasien juga harus dijaga.
“... sebelum itu kita berikan saturasi terbesar 100% di ventilator
selama 2 menit...” (P01)
“... kalau pasien terpasang ventilator kita seting oksigen 100%
selama paling ndak 2 menit...” (P04)
Partisipan 1 dan 4 mengungkapkan sebelum dilakukan tindakan suction
sebaiknya diberikan oksigenasi 100% untuk mencegah perubahan
saturasi oksigen.
“...terus sebelum kita melakukan suction kita observasi dulu vital
sign pasien seperti nadi, tensi, terutama saturasi...” (P04)
61
Partisipan menyatakan sebelum dilakukan suction juga harus melakukan
observasi vital sign seperti nadi, tekanan darah, terutama saturasi
oksigen.
“... dimasukkanlah kanul suction kedalam ETT mentok sampai
dalem...” (P01)
“... kanul suction dimasukkan kedalam ETT sampai hampir
mentok...” (P02)
“... masukkan kanul ke ETT...” (P03)
“... kanul suction kita masukkan sampai dengan kita perkirakan
masuk ke percabangan ETT...” (P04)
Partisipan 1,2,3, dan 4 mengungkapkan saat melakukan suction kanul
suction dimasukkan kedalam endotracheal tube sampai dengan hampir
mentok.
“... disedot pelan-pelan...” (P01)
“... ditarik dan diputar-putar, jangan sampai lebih dari 10
detik...” (P02)
“... setelah masuk baru kita tekan kanul suctionnya, kita tarik
kanul suction dengan gerakan berputar...” (P03)
“... kita tutup suction sambil kita tarik dalam waktu kurang dari
3 detik...” (P04)
Partisipan 1 mengungkapkan saat melakukan suction sekret disedot
pelan-pelan. Partisipan 2 mengungkapkan saat melakukan suction kanul
62
diputar-putar dan ditarik jangan sampai lebih dari 10 detik. Partisipan 3
dan 4 mengungkapkan setelah kanul masuk kedalam endotracheal tube
kanul suction ditutup kemudian kanul suction ditarik dengan gerakan
memutar.
“...kalau sudah disambungkan lagi ke ventilator...” (P01)
“...kalau sudah disambungkan lagi ke ventilator...” (P03)
Partisipan 1 dan 3 mengungkapkan setelah melakukan tindakan suction
sambungkan lagi endotracheal tube ke ventilator
“...kalau sudah selesai di spolinglah kanul suction itu pakai
NaCl untuk membersihkan ujung sampai ke pangkal kanul
suction...” (P01)
“...habis itu bilas kanul suction...” (P03)
“...sebelum kita gunakan lagi ke pasien kita cuci dulu kanul
suction, lap dengan kassa baru kita cuci dengan NaCl...” (P04)
Partisipan 1,3, dan 4 mengungkapkan setelah melakukan suction kanul
suction dibersihkan dengan NaCl dan dilap dengan kassa sebelum
digunakan lagi ke pasien.
“...beri oksigen 100% selama 2 menit...” (P03)
Partisipan 3 mengungkapkan setelah suction selesai sambungkan ke
ventilator dan berikan oksigenasi 100% selama 2 menit untuk
meningkatkan saturasi oksigen pasien setelah dilakukan tindakan
suction.
63
Hasil penelitian terhadap partisipan yang melakukan tindakan
suction pada pasien yang terpasang ETT dapat diketahui bahwa SOP
tindakan suction di ICU sebelum melakukan suction yaitu dengan
melakukan edukasi terhadap pasiennya atau keluarga pasien terkait
dengan tujuan tindakan yang akan dilakukan, sebelum dan sesudah
tindakan melakukan cuci tangan, persiapkan alat. Alatnya antara lain
handscoon, pinset, kanul suction, NaCl, kassa non steril. Kontrak waktu
dengan pasien tindakan yang akan dilakukan kemudian jaga privasi
pasien.
Sebelum melakukan suction berikan saturasi oksigen 100%
selama 2 menit kemudian observasi vital sign pasien seperti nadi, tensi,
terutama saturasi. Nyalakan mesin suction, lepas tubing ETT dan
ventilator, masukkan kanul suction sampai hampir mentok, tutup suction
sambil tarik dalam waktu kurang dari 10 detik kalau sudah sambungkan
lagi ke ventilator. Bersihkan kanul suction dengan NaCl dan bersihkan
dengan kassa bagian luar kanul suction dari pangkal sampai ujung.
Lakukan sampai bersih dari sekret, setelah suction berikan oksigenasi
100% selama 2 menit.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti pada partisipan 1 saat
melakukan tindakan suction belum sesuai dengan SOP yang ada di
rumah sakit. Sebelum melakukan tindakan partisipan 1 cuci tangan
terlebih dahulu, setelah itu mendekatkan alat ke pasien. Memakai sarung
64
tangan bersih dan mengatur posisi kepala pasien sedikit ekstensi. 2
menit sebelum suction pasien diberikan oksigen 100% kemudian
menghidupkan mesin suction dan memastikan alat berfungsi dengan
baik. Partisipan 1 tidak menjelaskan prosedur tindakan ke pasien karena
pasien dalam kondisi tidak sadar. Memasukkan kanul suction ke ETT
kemudian menghisap lendir dengan menutup lubang selang, menarik
keluar perlahan sambil memutar selama kurang lebih 10 detik, setelah
itu membilas kanul suction dengan NaCl. Mengobservasi keadaan
umum pasien dan status pernapasan pasien. Mengulangi menyedot
sekret dengan suction karena masih ada sekret dalam ETT pasien,
kemudian membilas dengan NaCl setelah itu membereskan alat dan cuci
tangan.
Tindakan suction yang dilakukan partisipan 2 hampir sama
dengan yang dilakukan partisipan 1 tapi sebelum melakukan tindakan
partisipan 2 tidak melakukan cuci tangan terlebih dahulu. Menyedot
sekret dengan waktu kurang lebih 5 detik, membilas kanul suction
dengan NaCl dan memberekan alat.
Partisipan 3 dalam melakukan tindakan suction sama dengan
yang dilakukan partisipan 2, tidak melakukan cuci tangan sebelum
tindakan. Waktu melakukan penyedotan sekretpun sama yaitu kurang
lebih selama 5 detik.
65
Tindakan suction yang dilakukan partisipan 4 pun juga sama
dengan partisipan 2 dan 3, tidak melakukan cuci tangan terlebih dahulu,
tidak menjelaskan prosedur tindakan karena pasien tidak sadarkan diri.
Waktu penyedotan sekret yang dilakukan partisipan 4 kurang lebih
selama 5 detik.
2. Perawat yang Melakukan Tindakan Suction Sesuai SOP
Tema ini dapat ditemukan dalam pernyataan keempat partisipan
tentang Perawat yang melakukan tindakan suction sesuai SOP adalah: 1)
Sesuai SOP 2) Tidak sesuai SOP. Hal ini sesuai pernyataan partisipan
berikut ini :
“... semuanya harus sesuai SOP, ndak hanya di ICU tapidibangsal manapun melakukan tindakan harus sesuai SOP...”(P01)
Partisipan 1 mengungkapkan bahwa tindakan suction yang dilakukan di
ICU sudah sesuai SOP, tidak hanya di ICU tapi di semua bangsal semua
tindakan harus dilakukan harus sesuai SOP. Hal ini berbeda dengan
ungkapan partipan 2,3, dan 4. Berikut ini ungkapan dari ketiga
partisipan :
“... Prinsipnya bersih, kan itu kassanya aja kassa bersih. Kalauyang steril itu kanulnya... kanulnya steril, tapi kalau kassanya itubersih. Prinsipnya itu bersih. Kalau prinsipnya steril pasien satuhabis berapa handscoon steril?...” (P02)“... Kelihatannya belum mas, kita prinsipnya hanya bersih.Kalau kita pakai prinsip steril ndak mungkin mas...” (P03)“... Prinsipnya bersih, kalau steril susah.. (P04)
66
Ketiga partisipan mengungkapkan bahwa tindakan suction yang
dilakukan di ICU menggunakan prinsip bersih. Partisipan mengatakan
jika menggunakan prinsip steril tidak memungkinkan karena akan
membebani pasien terkait dengan pemakaian handscoon steril dan
kanul yang digunakan. Sesudah suction kanul suction dibersihkan untuk
meminimalkan terjadinya infeksi.
3. Alasan Perawat Melakukan Tindakan Suction Tidak Sesuai SOP
Pada tema alasan perawat melakukan tindakan suction tidak
sesuai SOP didapatkan sub tema 1) Membebani pasien 2) Biaya suction
membengkak
Berikut ini pernyataan partisipan:
“... Kendalanya ya biaya, membebani pasien. Misalkan satupasien dilakukan suction 30 kali terus habis berapahandscoon?...” (P02)“... jadi kalau pakai prinsip steril tidak memungkinkan karenaterkendala biaya apalagi pasien BPJS...” (P03)
“... kendalanya satu kalau kita maunya steril berarti sekali pakailangsung dibuang padahal nek kita seperti itu kasihan pasien.Biaya untuk suction nanti jadi membengkak, nanti bisa jadibiaya suction dan perawatan lebih besar dibiaya suction tadikarena ya itu tadi misal sekali pakai terus buang...” (P04)
Partisipan 2 mengungkapkan tidak menggunakan prinsip steril karena
terkendala biaya yang akan membebani pasien jika menggunakan
prinsip steril terkait penggunaan handscoon steril saat melakukan
tindakan suction. Partisipan 3 mengungkapkan kendalanya biaya karena
67
pasien di ICU banyak yang menggunakan BPJS. Partisipan 4
mengatakan tidak menggunakan prinsip steril karena biaya suction akan
membengkak jika menggunakan prinsip steril.
4. Akibat Tindakan Suction Perawat Tidak Sesuai SOP
Pada tema Akibat jika tindakan suction perawat tidak sesuai
SOP didapatkan sub tema 1) Infeksi nosokomial 2) Bakteri bertambah
pada kultur sputum
Berikut ungkapan partispan:
“... Kalau dipakai ke yang lain bisa...terus handscoon mu itukalau habis suction terus dipakai ke yang lain juga membawainos... (P02)“... Akibatnya biasanya nanti di hasil kultur sputumnya..mungkin ya bakterinya tambah.. Waktu kita habis suction tempatuntuk kita naruhnya kan juga ndak steril kan? Dia kontakdengan udara luar to mas? Resiko infeksinya juga bertambah...”(P03)“... Pastinya.. semua tindakan invasif dirumah sakit pasti dapatmenyebabkan inos...” (P04)
Ketiga partisipan mengungkapkan bahwa tindakan suction yang tidak
sesuai SOP dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Partisipan 2 juga
mengungkapkan selain resiko infeksi tindakan suction yang tidak sesuai
SOP juga menyebabkan kultur sputum pasien akan banyak bakterinya.
5. Pengertian ETT
Dari tema pengertian ETT didapatkan sub tema 1) Alat jalan
napas definitif 2) Alat untuk manajemen air way. Berikut ungkapan dari
pertisipan :
68
“... ETT itu kan merupakan alat jalan napas definitif, alat bantunapas definitif dalam artian pasien yang mengalami apakah itugagal napas, pasien yang mengalami disaturasi atau pasienyang mengalami apnea pastilah membutuhkan pemasangan alatbantu definitif yaitu ETT...” (P01)
Partisipan 1 mengungkapkan bahwa endotracheal tube merupakan alat
jalan napas definitif yang digunakan pada pasien gagal napas, pasien
yang mengalami desaturasi oksigen dan pasien apnea.
“... ETT itu suatu alat berupa selang ukurannya disesuaikanukuran pasien kalau dewasa ukurannya lebih besar kalau anakkecil, untuk manajemen air way...” (P02)“... ETT itu jadi gunanya untuk pembebasan jalan napas untukair way (P03)“... ETT kan itu alat yang kita gunakan untuk membantu pasienuntuk memanajemen air way nya...” (P04)
Partisipan 2 mengunkapan bahwa pengertian endotracheal tube adalah
suatu selang untuk manajemen air way yang ukurannya disesuaikan
dengan ukuran pasien. Partisipan 3 dan 4 mengungkapkan pengertian
endhotracheal tube adalah alat yang digunakan untuk membantu pasien
untuk manajemen air way.
6. Cara Perawatan Hygiene Pasien yang Terpasang ETT
Dari tema Cara perawatan hygiene pasien yang terpasang ETT
didapatkan sub tema yaitu 1) Oral hygiene, penggantian plester,
pengecekan balon, dan pengecekan pengembangan paru 2) Sekret
dibersihkan. Berikut ini ungkapan dari keempat patisipan :
“... membersihkan oral hygiene terus plesternya itu diganti 3-4hari sekali, plester untuk fiksasi ya... terus pengecekan balon diETT nya itu dicek perhari ataupun pershift dicek untuk
69
kepatenannya, ukuranya, kedalamannya, kedalamannya kan adaukurannya... kalau untuk dewasa itu rata-rata pakai nomor 26,kemudian pengembangan paru kanan kiri dicek mengembangmaksimal atau tidak kalau tidak mengembang maksimal salahsatu ya mungkin ditarik atau dimasukkan lagi lah kedalam agarpengembangan paru kanan kiri sama...” (P01)
Partisipan 1 mengungkapkan cara perawatan endotracheal tube yaitu
dengan membersihkan oral hygiene pasien, plester diganti setiap 3-4
hari, pengecekan balon setiap shift untuk kepatenannya, ukuran,
kedalaman kemudian pengecekan pengecekan pengembangan paru
kanan dan kiri.
“... Setiap jaga tetep debersihkan, jangan sampai ada kotorankalau slemnya banyak dibersihkan...” (P02)“... Kalau sekret banyak dibersihkan...” (P03)“... Jadi paling ndak 7 hari diganti plesternya sekalin perawatanETT, kalau sekret banyak dibersihkan...” (P04)
Partisipan 2 dan 3 mengungkapkan setiap jaga ETT dibersihkan, jangan
sampai ada sekretnya, kemudian jika sekretnya banyak dibersihkan.
Partisipan 4 mengungkapkan plester untuk fiksasi ETT diganti
seminggu sekali, selain itu ETT dibersihkan jika sekret pada ETT sudah
banyak.
7. Waktu Pelaksanaan Tindakan Suction di ICU
Hasil penelitian pada partisipan tentang Waktu pelaksanaan tindakan
suction di ICU didapatkan sub tema 1) Muncul gargling 2) Penumpukan
sekret. Hal ini didapat sesuai dengan ungkapan partisipan :
70
“... dilakukan suction itu kalau muncul gargling saja teruspasien yang sudah terindikasikan terkena VAP itu biasanyasering sekali muncul sekret...” (P01)
Partisipan 1 mengatakan pasien di ICU dilakukan tindakan suction
apabila ada suara gargling dan jika sudah muncul sekretnya. Partisipan 2
mengungkapkan setiap jaga dilakukan suction, saat sekretnya banyak.
Berikut ungkapan partisipan :
“... Setiap jaga dilakukan suction, saat slam atau sekretnyabanyak... (P02)
Sedangkan partisipan 3 dan 4 mengungkapkan pasien yang terpasang
endotracheal tube dilakukan tindakan suction jika sekretnya sudah
berlebih dan jika ada penumpukan sekret. Berikut ungkapan dari
partisipan :
“... pasien dengan yang produksi sekretnya berlebihan kitasuctionnya sekretnya...” (P03)“... kalau disitu sudah ada penumpukan slem...” (P04)
Hasil obeservasi yang dilakukan peneliti terhadap pasien yangterpasang endotracheal tube dilakukan tindakan suction apabila terdapatpenumpukan sekret dan terdengar suara gargling.
8. Akibat Pasien yang Terpasang ETT Tidak Dilakukan Tindakan Suction
Pada pasien yang terpasang ETT jika terjadi penumpukan sekret
dan tidak dilakukan tindakan suction maka akan mengakibatkan 1) CO 2
Gagal napas . Berikut ini adalah ungkapan partisipan :
71
“... tentunya CO2 nya naik, kalau CO2 naik pasti ekspirasi daninspirasinya juga meningkat terus monitor diventilator nantijuga berubah seharusnya napasnya dimonitor 15 nanti bisamuncul hiperventilasi bisa lebih dari 58 atau berapa kemudianhygienenya juga buruk, kalau tidak dibersihkan infeksinya jugabertambah... (P01)“... CO2 nya naik, hygine buruk...” (P03)“... Sekret menumpuk, hygiene buruk, CO2 naik...” (P04)
Dari pernyataan partisipan diatas didapatkan akibat jika tindakan suction
tidak dilakukan maka akan menyebabkan peningkatan CO 2 ,
penumpukan sekret, hygiene buruk, eksipirasi dan inspirasi meningkat
dan dapat menyebabkan hiperventilasi. Menurut pastisipan 2 selain
terjadi penyumbatan jalan napas juga dapat menyebabkan gagal napas
karena tidak bisa ekspirasi dan isnpirasi. Berikut ungkapan dari
partisipan :
“... Terjadi penyumbatan jalan napas, gagal napas, nggak bisaekspirasi inspirasi...”. (P02)
9. Pengertian Saturasi Oksigen
Keempat partisipan mengatakan bahwa pengertian saturasi oksigen
adalah kadar oksigen hal ini sesuai dengan ungkapan partisipan :
“... Saturasi oksigen itu kan kadar oksigen yang ada di plasmadarah...” (P01)“... Saturasi oksigen itu kadar oksigen dalam plasma darah...”(P02)“... Jadi kadar oksigen, jumlah oksigen dalam tubuh mas...”(P03)“... Saturasi oksigen itu kadar oksigen dalam darah pasien...”(P04)
72
Parisipan 1 dan 2 mengungkapkan bahwa saturasi oksigen adalah kadar
oksigen dalam plasma darah. Partisipan 3 mengatakan bahwa pengertian
saturasi oksigen adalah kadar oksigen dalam tubuh dan partisipan 4
menyatakan bahwa saturasi oksigen adalah kadar oksigen dalam darah.
10. Saturasi Oksigen pada Pasien yang Terpasang ETT Sebelum Dilakukan
Tindakan Suction
Hasil penelitian pada partisipan tentang waktu pelaksanaan
tindakan suction di ICU didapatkan sub tema : 1) Diberikan saturasi
100% 2) Sesuai saturasi awal pasien. Berikut ini adalah ungkapan
partisipan :
“... 2 menit sebelum disuction berikan saturasi FiO2 100%, diventilator itu ada setting otomatis kalau mau suction ditekantombol itu nanti akan meberikan FiO2 100% selama 2 menit,baru kamu suction...” (P01)“... biasanya dinaikkan dulu 100% oksigen nya 2 menit sebelumsuction...” (P02)“... sebelum suction yo tetep seuai saturasi awal pasien, misalpasien terpasang ventilator 50% yaudah hanya gitu...” (P03)
“... sebelum kita suction suplai oksigenasi dengan oksigen 100%kurang lebih selama 2 menit...” (P04)
Ketiga partisipan menjawab dengan jawaban yang sama namun ada
satu partisipan yang menjawab dengan jawaban yang berbeda.
Partisipan 1 mengungkapkan sebelum dilakukan tindakan suction
pasien diberikan oksigenasi FiO 2 100% selama 2 menit. Partisipan 2
mengatakan dinaikkan 100% dulu oksigennya 2 menit sebelum
73
suction. Partisipan 3 mengungkapkan sebelum pasien dilakukan
tindakan suction saturasi pasien sesuai saturasi oksigen awal.
Partisipan 4 mengungkapkan sebelum suction pasien disuplai oksigen
100% selama 2 menit.
4.3.2. Saturasi Oksigen pada Pasien Sesudah Dilakukan Tindakan Suction
Hasil penelitian untuk mengetahui saturasi oksigen sesudah
dilakukan tindakan suction pada pasien yang terpasang endotracheal tube
didapatkan 2 tema yaitu : 1) Saturasi oksigen pada pasien yang terpasang
ETT setelah dilakukan tindakan suction 2) Perubahan saturasi oksigen pada
pasien yang terpasang ETT setelah dilakukan tindakan suction. Berikut
ungkapan dari partisipan :
1. Saturasi Oksigen pada Pasien yang Terpasang ETT Setelah Dilakukan
Tindakan Suction
Tema saturasi oksigen pada pasien yang terpasang ETT setelah
dilakukan tindakan suction semua partisipan mengatan terjadi perubahan
saturasi oksigen.
Berikut ungkapan partisipan :
“... pernah, pastilah......” (P01)“... terjadi perubahan saturasi...” (P02)“... yang pasti mengalami perubahan...” (P03)“... iya terjadi perubahan saturasi...” (P04)
74
Partisipan 1,2,3, dan 4 mengatakan terjadi perubahan saturasi oksigen
setelah setelah dilakukan tindakan suction. Tindakan suction dapat
menyebabkan dampak salah satunya terjadi perubahan saturasi oksigen.
2. Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang Terpasang ETT Setelah
Dilakukan Tindakan Suction
Tema perubahan saturasi oksigen pada pasien yang terpasang
ETT setelah dilakukan tindakan suction semua partisipan mengatakan
terjadi perubahan saturasi setelah dilakukan tindakan suction 4-10%.
Berikut ungkapan partisipan :
“... biasanya menurun kurang lebih ya 8-10% ...” (P01)“... kalau gak begitu lama ya paling turunnya dari 98% jadi 94%...” (P02)“... menurun 5-10% mas...” (P03)“...Kalau menurun paling 10% ya... biasanya seperti itu, ndakmungkin lebih.. kemungkinan kalau lebih dari 10% jarangsekali...” (P04)
Patisipan 1 mengatan setelah dilakukan tindakan suction saturasi
pasien turun 8-10%. Partisipan 2 mengatakan kalau suction nya tidak
begitu lama terjadi penurunan saturasi 4%. Partisipan 3 megungkapkan
terjadi penurunan 5-10% dan partisipan 4 mengungkapkan terjadi
penurunan saturasi sebesar 10%.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap perubaha
saturasi oksigen didapatkan hasil pasien pertama nama pasien Tn. M
dengan oedema pulmo. Observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal
1 April 2015 didapatkan saturasi awal sebelum dilakukan suction yaitu
75
100%, tekanan darah 90/60 mmHg, RR 26x/menit, HR 110x/menit.
Sesudah dilakukan tindakan suction saturasi oksigen pasien berubah
menjadi 93%, tekanan darah sama dengan sebelum dilakukan suction
yaitu 90/60 mmHg, HR pasien mengalami peningkatan menjadi 119x/
menit, RR meningkat menjadi 30x/menit. Saat terjadi perubahan saturasi
oksigen respon pasien yaitu mengalami sesak napas tetapi hanya
sebentar.
Observasi yang dilakukan peneliti pada hari kedua didapatkan
data nama pasien Ny. S dengan Decom Cordis. Observasi yang
dilakukan peneliti didapatkan saturasi awal sebelum dilakukan suction
yaitu 100%, tekanan darah 104/58 mmHg, RR 16x/menit, HR
90x/menit. Sesudah dilakukan tindakan suction saturasi oksigen pasien
berubah menjadi 95%, tekanan darah sama dengan sebelum dilakukan
suction yaitu 104/58 mmHg, HR pasien meningkat menjadi 97x/ menit,
RR meningkat menjadi 20x/menit. Saat terjadi perubahan saturasi
oksigen respon pasien sama dengan pasien 1 yaitu mengalami sesak
napas.
Observasi ketiga dilakukan pada tanggal 13 April 2015, nama
pasien Tn. M dengan gagal napas, sebelum dilakukan tindakan suction
saturasi awal pasien yaitu 99%, RR 22x/menit, HR 90x/ menit. Sesudah
dilakukan tindakan suction saturasi pasien berubah menjadi 96%, RR
meningkat menjadi 29x/ menit, HR menurun menjadi 88x/ menit.
76
Respon pasien saat terjadi perubahan saturasi pasien mengalami sesak
napas, terlihat retraksi pada dada pasien.
4.3.3. Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien Kritis Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Tindakan Suction.
Dari tujuan menganalisis perubahan saturasi oksigen pada pasien
kritis sebelum dan sesudah dilakukan tindakan suction didapatkan tema
1) Penyebab perubahan saturasi oksigen pada pasien yang terpasang ETT
saat tindakan suction 2) Cara mencegah perubahan saturasi oksigen pada
pasien yang terpasang ETT saat dilakukan tindakanm suction.
1. Penyebab Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang Terpasang ETT
Saat Tindakan Suction
Dari tema penyebab perubahan saturasi oksigen pada pasien
yang terpasang ETT saat tindakan suction didapatkan sub tema : 1)
Terjadi sumbatan 2) Oksigen yang diberkan ke paru-paru disedot ulang
“... oksigen yang diberikan dari ventilator ke pasien kita sedotulang, kita ambil lagi untuk dikeluarkan lewat ETT tentunyasecara tidak lagsung juga mengambil oksigen yang dimasukkanuntuk dikeluarkan lagi...” (P01)“... karena terjadi hipoksia, pada waktu disuction itu kan terjadisumbatan kan? Kanul suction itu kan masuk walaupun adalubang kecil kan tidak selebar waktu belum disuction karenadimasuki kanul...” (P02)“... suction dia kan sifatnya vakum, dia selain menarik cairandalam ETT... sekret dia juga menarik oksigen dalam paru mas.Otomatis waktu kita melakukan suction jadi oksigen yang adadalam paru itu ikut ketarik pasti saturasinya akan turun...”(P03)
77
“... waktu kita melakukan suction oksigen yang seharusnyaditransfer ke paru-paru malah kesedot alat kita otomatis pasienmengalami desaturasi...” (P04)
Partisipan 1 mengungkapan penyebab terjadinya perubahan saturasi
oksigen karena oksigen yang diberikan ventilator ke paru-paru disedot
ulang saat tindakan suction. Partisipan 2 mengungkapkan terjadi
perubahan saturasi oksigen karena terjadi hipoksia dan saat melakukan
tindakan suction terjadi sumbatan jalan napas karena kanul suction.
Partisipan 3 mengungkapkan karena suction sifatnya vakum, selain
manarik sekret dalam ETT juga menarik oksigen dalam paru-paru.
Partisipan 4 mengungkapkan terjadi perubahan saturasi karena oksigen
yang harusnya ditransfer ke paru-paru disedot oleh suction sehingga
terjadi perubahan saturasi.
2. Cara Mencegah Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang Terpasang
ETT Saat Dilakukan Tindakanm Suction.
Dalam tema cara mencegah perubahan saturasi oksigen pada
pasien yang terpasang ETT saat dilakukan tindakan suction didapatkan
sub tema 1) 2 menit sebelum suction diberikan oksigen 100% 2) setelah
suction diberikan saturasi oksigen 100%. Berikut ungkapan partisipan :
“... 2 menit sebelum disuction berikan saturasi FiO 2 100%...”(P01)“... Caranya ya pemberian terapi oksigen harus sesuai...” (P02)“... kalau bisa pas masuk itu jangan ditekan dulu kanulsuctionnya baru kalau sudah masuk kita tekan dengan caraberputar-putar setelah kita suction kita konekkan ke ventilator.
78
Di mode ventilator itu kan ada pemberian O2 100% jadifungsinya setelah pasien disuction kita kasih O2 100%...” (P03)“... sebelum kita suction suplai oksigenasi dengan oksigen 100%kurang lebih selama 2 menit...” (P04)
Partisipan 1 mengungkapkan agar tidak terjadi perubahan saturasi oksigen
2 menit sebelum suction diberikan saturasi FiO 2 100%. Partisipan 2
mengungkapkan pemberian terapi oksigen harus sesuai sebelum
dilakukan tindakan suction. Partisipan 4 mengungkapkan pemberian
suplai oksigen selama 2 menit sebelum tindakan suction. Berbeda dengan
partisipan 1,2, dan 4 partisipan 3 mengungkapkan setelah suction
diberikan oksigen 100% tujuannya untuk memberikan oksigen oksigen
100% setelah pasien mengalami penurunan saturasi oksigen.
4.3.4. Respon Pasien pada Saat Mengalami Perubahan Saturasi Oksigen.
Dari tujuan mengidentifikasi respon pasien pada saat mengalami
perubahan saturasi oksigen didapatkan tema 1) Respon pasien saat terjadi
perubahan saturasi oksigen.
1. Respon Pasien Saat Terjadi Perubahan Saturasi Oksigen
Dari tema respon pasien saat terjadi perubahan saturasi oksigen
didapatkan sub tema : 1) Sesak napas 2) HR naik 3) PCO 2 meningkat 3)
gelisah 4) Hipoksia 5) Hiperventilasi
“... kadang sesak, tapi ndak sesak banget, hiperventilasi tapicuma sebentar saja...” (P01)“... napasnya cepat, PCO2 nya naik, hipoksia...” (P02)“... saturasi turun HR nya langsung naik. HR naik kan mungkinkompensasi karena sesek kan, kerja napas dia kan mulaitinggi...” (P03)
79
“... nek sesak napasnya jelas karena dia terpaang ventilatorkalau gelisahnya karena dia merasa ndak nyaman...” (P04)
Partisipan 1 mengungkapka respon pasien saat terjadi saturasi oksigen
yaitu sesak napas dan hiperventilasi. Partisipan 2 mengungkapkan
akibatnya napas cepat, PCO 2 meningkat, bisa juga terjadi hipoksia.
Partisipan 3 mengungkapkan terjadi peningkatan HR karena kompensasi
dari sesak napas. Partisipan mengungkapkan terjadi sesak napas dan
pasien akan gelisah karena merasa tidak nyaman.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Saturasi Oksigen pada Pasien Sebelum Dilakukan Tindakan suction.
1. SOP Tindakan Suction pada Pasien yang Terpasang ETT
Dari hasil wawancara keempat partisipan dapat disimpulkan bahwa
SOP tindakan suction di ICU yaitu sebelum melakukan suction sebaiknya
memberikan edukasi terhadap pasiennya atau keluarga pasien terkait
dengan tujuan tindakan yang akan dilakukan, sebelum dan sesudah
tindakan melakukan cuci tangan, persiapkan alat. Alatnya antara lain
handscone, pinset, kanul suction, NaCl, kassa non steril. Kontrak waktu
dengan pasien tindakan yang akan dilakukan kemudian jaga privasi pasien.
Sebelum melakukan suction berikan saturasi oksigen 100% selama
2 menit kemudian observasi vital sign pasien seperti nadi, tensi, terutama
saturasi. Nyalakan mesin suction, lepas tubing ETT dan ventilator,
masukkan kanul suction sampai hampir mentok, tutup suction sambil tarik
dalam waktu kurang dari 10 detik kalau sudah sambungkan lagi ke
ventilator. Bersihkan kanul suction dengan NaCl dan bersihkan dengan
kassa bagian luar kanul suction dari pangkal sampai ujung. Lakukan
sampai bersih dari sekret, setelah suction berikan oksigenasi 100% selama
2 menit.
80
81
Hal ini sesuai dengan Prosedur hisap lendir menurut Kozier & Erb,
(2004) yaitu : Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan,
cuci tangan sebelum melakukan tindakan, menjaga privasi pasien, atur
posisi pasien sesuai kebutuhan, siapkan peralatan, berikan oksigen dengan
aliran oksigen 100 %, pasang pengalas bila perlu, atur tekanan sesuai
penghisap dengan tekanan sekitar 100-120 mm hg untuk orang dewasa,
dan 50-95 untuk bayi dan anak, pakai alat pelindung diri, masker, sarung
tangan steril, Pegang suction catether di tangan dominan, pasang kateter
ke pipa penghisap, suction catether tersebut diberi pelumas, tutup suction
catheter untuk menghisap sekret, bilas suction catether untuk mencegah
sekret menempel ke bagian dalam suction catether, berikan oksigenasi,
amati respon pasien untuk mengetahui kecukupan ventilasi pasien,
bereskan alat dan cuci tangan.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap tindakan suction
yang dilakukan partisipan 1,2,3, dan 4 belum sesuai SOP, ada beberapa
tindakan yang belum dilakukan seperti edukasi kepada pasien terkait
tindakan yang akan dilakukan, mencuci tangan sebelum tindakan, dan
menggunakan sarung tangan steril.
2. Perawat yang Melakukan Tindakan Suction Sesuai SOP
Partisipan 1 mengungkapkan bahwa tindakan suction yang
dilakukan di ICU sudah sesuai SOP yang ada di rumah sakit. Partisipan
2,3, dan 4 mengungkapkan bahwa tindakan suction yang dilakukan di ICU
menggunakan prinsip bersih. Partisipan mengatakan jika menggunakan
82
prinsip steril tidak memungkinkan karena akan membebani pasien terkait
dengan pemakaian handscoon steril dan kanul yang digunakan. Sesudah
suction kanul suction dibersihkan untuk meminimalkan terjadinya infeksi.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap tindakan suction
yang dilakukan saat melakukan tindakan suction partisipan menggunakan
handscoon bersih dan suction catether yang sudah dipakai. Hal ini
menunjukkan bahwa tindakan suction yang dilakukan perawat belum
sesuai SOP. Untuk mencegah terjadinya komplikasi setelah tindakan
suction catether dibilas dengan NaCl kemudian dikembalikan lagi ke
wadah suction. Tidak ada kasus komplikasi saat peneliti melakukan
observasi terhadap pasien yang terpasang endotracheal tube dan dilakukan
tindakan suction dengan handscoon bersih dan suction catether yang
sudah pernah dipakai sebelumnya.
Menurut Budi et al. (2009) prinsip suction adalah steril, tindakan
suctioning endotrakeal merupakan faktor resiko terjadinya VAP jika dalam
pelaksanaan mengabaikan keseterilan dan tidak berdasarkan Standar
Operasional Prosedur (SOP). Menurut Paryanti (2007) dalam jurnalnya
penghisapan lendir/suction harus dilakukan dengan prosedur yang tepat
untuk mencegah terjadinya infeksi, luka, spasme, edema serta perdarahan
jalan napas.
83
3. Alasan Perawat Melakukan Tindakan Suction Tidak Sesuai SOP
Hasil wawancara keempat partisipan mengungkapkan tidak
menggunakan prinsip steril karena terkendala biaya yang akan membebani
pasien jika menggunakan prinsip steril terkait penggunaan handscoon
steril saat melakukan tindakan suction, selain itu pasien di ICU sebagian
besar adalah pasien BPJS kesehatan.
Ini tidak sesuai dengan prosedur hisap lendir menurut Kozier &
Erb, (2004) dalam pelaksanaan prosedur hisap lendir diharapkan sesuai
dengan standar prosedur yang telah ditetapkan agar pasien terhindar dari
komplikasi dengan selalu menjaga kesterilan dan kebersihan. Dalam
pelaksanaan tindakan suction harus menggunakan sarung tangan steril dan
juga menggunakan suction catether steril utuk mencegah terjadinya
komplikasi saat tindakan suction dilakukan.
4. Akibat Jika Tindakan Suction Perawat Tidak Sesuai SOP
Hasil wawancara terhadap partisipan mengungkapkan bahwa
tindakan suction yang tidak sesuai SOP dapat menyebabkan infeksi
nosokomial, Partisipan 2 juga mengungkapkan selain resiko infeksi
tindakan suction yang tidak sesuai SOP juga menyebabkan kultur sputum
pasien akan banyak bakterinya.
Suction merupakan prorsedur penghisapan sekret yang dilakukan
dengan cara memasukan selang kateter suction melalui hidung, mulut, atau
selang ETT. Suction endotrakeal merupakan prosedur penting dan sering
dilakukan untuk pasien yang membutuhkan ventilasi mekanik. Tujuan
84
dilakukan tindakan ini adalah untuk mempertahankan patensi jalan napas,
memudahkan penghilangan sekret jalan napas, merangsang batuk dalam
dan mencegah terjadinya pneumonia (Smeltzer et al, 2002).
VAP merupakan infeksi nosokomial yang sering terjadi di ICU,
sampai sekarang masih menjadi masalah perawatan kesehatan di rumah
sakit seluruh dunia. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya VAP,
diantaranya adalah tindakan suction yang dilakukan dengan tidak benar
serta kurangnya kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan (Fartoukh, 2003).
Menurut teori Kozier & Erb (2002) dalam melakukan tindakan
hisap lendir komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan, antara lain yaitu:
hipoksemia, trauma jalan nafas, infeksi nosokomial, respiratory arrest,
sekret, sambungkan ke ventilator suction, membersihkan kanul suction,
memberikan oksigenasi 100% selama 2 menit setelah suction. Perawat
yang melakukan tindakan suction di ICU belum sesuai SOP karena akan
membebani pasien dan biaya suction membengkak. Akibat Jika Tindakan
Suction Perawat Tidak Sesuai SOP maka akan menyebabkan infeksi
96
97
nosokomial. Endotracheal tube adalah alat jalan napas definitif untuk
manajemen air way.
Cara perawatan hygiene pasien yang terpasang ETT adalah
dengan melakukan Oral hygiene, penggantian plester, pengecekan balon,
pengecekan pengembangan paru dan sekret dibersihkan. Tindakan suction
dilakukan apabila pasien sudah mengalami penumpukan sekret dan
terdengar suara gargling. Jika pasien yang terpasang ETT tidak dilakukan
tindakan suction maka akan mangakibatkan peningkatan CO 2 naik,
hiperventilasi, hygiene buruk, penyumbatan jalan napas dan gagal napas.
Saturasi oksigen adalah kadar oksigen dalam darah. Sebelum tindakan
suction dilakukan 2 menit sebelum tindakan pasien diberikan oksigenasi
100% selama 2 menit.
2. Saturasi Oksigen pada Pasien Sesudah Dilakukan Tindakan suction.
Setelah dilakukan tindakan suction saturasi oksigen pasien
mengalami penurunan, penurunan yang terjadi antara 4-10%.
3. Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien Kritis Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Tindakan Suction.
Penyebab perubahan saturasi oksigen saat dilakukan tindakan
suction karena oksigen yang diberkan ke paru-paru disedot ulang saat
suction. Cara mencegah perubahan saturasi oksigen pada pasien saat
dilakukan tindakan suction yaitu dengan memberikan oksigenasi 100% 2
menit sebelum tindakan.
98
4. Respon Pasien pada Saat Mengalami Perubahan Saturasi Oksigen.
Respon pasien saat terjadi perubahan saturasi oksigen yaitu sesak
napas, HR meningkat, PCO 2 meningkat, gelisah, Hipoksia dan
hiperventilasi.
6.2. Saran
1. Bagi Perawat Ruang ICU
Perawat dalam melakukan tindakan suction sebaiknya sesuai
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada untuk mencegah terjadinya
perubahan saturasi oksigen yang dapat membahayakan nyawa pasien.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebaiknya ada pemantauan saturasi dari pihak rumah sakit
terhadap perawat yang melakukan tindakan suction agar sesuai dengan
SOP yang ada untuk mencegah terjadinya perubahan saturasi oksigen yang
signifikan setelah dilakukan tindakan suction.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan acuhan mata kuliah gawat darurat dalam
meklaksanakan tindakan suction pada pasien yang terpasang endotracheal
tube.
4. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini bisa dijadikan acuhan peneliti lain untuk meneliti
kembali pengaruh tindakan suction terhadap perubahan saturasi oksigen.
Adanya hal-hal yang kurang dalam penelitian ini bisa dijadikan acuhan
untuk meneliti lebih lanjut.
99
5. Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadi koreksi peneliti dalam melakukan tindakan
suction pada pasien dengan endotracheal tube sehingga peneliti lebih hati-
hati dalam melakukan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Berty, Irwin Kitong. 2013. Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir EndotrakealTube (Ett) Terhadap Kadar Saturasi Oksigen Pada Pasien YangDirawat Di Ruang Icu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah, edisi bahasa Indonesia.Jakarta : EGC
Debora, Yusnita, dkk. 2012. Perbedaan Jumlah Bakteri pada Sistem ClosedSuction dan Sistem Open Suction pada Penderita dengan VentilatorMekanik
Direktorat Keperawatan dan Keteknisan Medik, Direktorat Jendral PelayananMedik Departemen Kesehatan RI. 2006.Standar Pelayanan Keperawatandi ICU.
Fartoukh, M, M. (2003). Diagnosing Pneumonia During Mechanical Ventilation.American Journal of Critical Care 168:173-179.
Handayanto, Anton Wuri. 2013. Perbedaan Tekanan Balon Pipa EndotrakealSetelah Perubahan Posisi Supine ke Lateral Decubitus Pada Pasien yangMenjalani Anestesi Umum
Harahap, IkhsanuddinKeperawatan
Ahmad.2005. Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan
Hidayat, A.A.A. 2005. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku 2. Jakarta :Penerbit Salemba Medika
Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2.Jakarta : Salemba Medika.
Ircham, Machfoedz. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.Fitramaya: Yogyakarta.
Kozier, B., & Erb, G. 2002. Kozier and Erb's Techniques in Clinnical Nursing 5thEdition. New Jersey: Pearson Education.
Kozier, B.& Erb, G. 2004. Fundamental of Nursing Concepts, Process andPractice (7th ed.). California : Addison Wesley.
Kvale, P. (2005). Family-centered approach improves communication and care inIntensive Care Unit.
Lynn, D. (2011). AACN procedure manual for critical care 6th edition. St LouisMissouri: Elsevier saunders.
Maggiore et al. 2013. Decreasing the Adverse Effects of Endotracheal SuctioningDuring Mechanical Ventilation by Changing Practice
Menerez, Fernanda de Souza., Heitor Pons Leite., Paulo Cesar Koch Nogueira.2011. Malnutrition as An Independent Predictor Of Clinical Outcome InCritically Ill Children. Journal of Nutrition 28 (2012) 267–270.
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : NuMed
Nurachmah, E., Sudarsono, R.S. 2000. Buku Saku Prosedur KeperawatanMedikal Bedah. Jakarta : EGC.
Nurmiati. 2013. Hubungan antara pengetahuan perawat tentang perawatanPasien dengan ventilator dan sikap perawat Terhadap tindakan suction.
Polit, Denise F & Cheryl Tatano Beck. 2006. Essentials of Nursing Research:Methods, Appraisal, and zutilization 6th ed. Lippincott William &Wilkins, A Wolter Kluwer Company: Philadelphia.
Potter & Perry. 2009. Fundamental of nursing fundamental keperawatan 1, Edisi7. Jakarta: Salemba Medika.
Purnawan. I & Saryono. (2010). Mengelola Pasien Dengan Ventilator mekanik.Jakarta: Rekatama.
Rab, T. 2007. Agenda gawat darurat (critical care) jilid I, Edisi 2. Bandung: PTAlumni
Robson, C. 2011. Real World Reasearch, 3rd ed. West Sussex: Willey.
Sri Paryanti,dkk. 2007. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat DenganKetrampilan Melaksanakan Prosedur Tetap Isap Lendir/Suction DiRuang Icu Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Stars, H.& Trinidad, S.B. 2007. Choose your method: A comparison ofpnenomenology, discourse analysis, and grounded theory. QualitativeHealth Research, 17 (10), 1372-1380
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta:Bandung
Sundana, K. (2008). Ventilator Pendekatan Praktis Di Unit Perawatan Kritis:CICU RSHS.
Sutopo, HB. 2006. Metodologi Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian.Universitas Sebelas Maret: Surakarta
Swidarmoko, Boedi dan Agus Dwi Susanto ,(2010). Pulmonologi Intervensi DanGawat Darurat Napas.Departemen Pulmonologi dan Ilmu KedokteranRespirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tarwoto, Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Taryono, Y. (2008). Prinsip Dasar Memahami Kerja Ventilasi Mekanik.
Timby, B. K. 2009. Fundamental Nursing Skills and Concepts. Philadelphia:Lippincot William & Wilkins.
Welch, J. 2005. Pulse Oximeters. Biomedical Instrumentation and Technology,125-130.
Wiyoto. 2010, April. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang ProsedurSuction Dengan Perilaku Perawat Dalam Melakukan Tindakan Suction