Page 1
JUDUL
.........................................................
KELOMPOK 4
1. ZAKY MUBARAK 1314111230132. EKO YEPPIANTO 1314111230293. C. KETUT SUBIYANTO 1314111230454. OKTAVINA BATUBARA 1314111230625. NABELA NURMA M. 1314111230826. ELLIES RETNOWATI 1314111230157. RACHMAD HANDANI 1314111230318. SONDI ANDIKA S. 1314111230609. I KOMANG LEO T. 13141112307610. HASANAH EKA W.N. 131411123048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015
Page 2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................... 1
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN................................... 3
BAB III PENUTUP................................................................... 16
3.1 SIMPULAN.......................................................... 16
3.2 SARAN................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
ii
Page 3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pola Jenjang Pendidikan Ners.................................... 3
iii
Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam peningkatan profesionalisme, perawat akan memberikan
konstribusi upaya dalam memajukan pelayanan masyarakat akan kesehatan.
Tentunya dalam meningkatkan pelayanan tersebut Profesionalisme seorang tenaga
perawat harus ditingkatkan. Peningkatan profesionalisme dapat dicapai dengan
membentuk suatu Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yang bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas seperti yang
diamanatkan UUD 1945 pasal 28 H. Dalam melaksanakan hal ini tentunya
dibutuhkan sumber daya pelaksana kesehatan termasuk di dalamnya terdapat
tenaga keperawatan yang baik dan memiliki skill, personallity, serta body of
knowledge yang jelas.
Namun pada kenyataannya saat ini, kebanyakan pendidikan Keperawatan
di Indonesia masih merupakan pendidikan yang bersifat vokasional, yang
merupakan pendidikan keterampilan, sedangkan Tenaga keperawatan yang
merupakan jumlah tenaga kesehatan terbesar seyogyanya dapat memberikan
kontribusi essensial dalam keberhasilan pembangunan kesehatan. Untuk itu tenaga
keperawatan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya agar
mampu berperan aktif dalam pembangunan kesehatan khususnya dalam pelayanan
keperawatan.
Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat dipisahkan
dengan pendidikan profesional keperawatan. Pendidikan keperawatan bukan lagi
1
Page 5
merupakan pendidikan vokasional/ kejuruan akan tetapi bertujuan untuk
menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap
dan mempu melaksanakan pelayanan / asuhan keperawatan profesional kepada
masyarakan. Hal ini telah dilakukan oleh Indonesia dengan membentuk sebuah
lembaga Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dimulai sejak tahun 1985, yang
kemudian berjalan berdampingan dengan pendidikan-pendidikan vokasional.
Dalam memnghadapi tuntutan kebutuhan dimasa datang maka langkah
konkrit yang harus dilakukan antara lain adalah penataan standar praktek dan
standar pelayanan/asuhan keperawatan sebagai landasan pengendalian mutu
pelayanan keperawatan secara professional, penataan sistem pemberdayagunaan
tenaga keperawatan sesuai dengan kepakarannya, pengelolaan sistem pendidikan
keperawatan yang mampu menghasilkan keperawatan professional serta penataan
sistem legilasi keperawatan untuk mengatur hak dan batas kewenangan,
kewajiban, tanggung jawab tenaga keperawatan dalam melakukan praktek
keperawatan.
2
Page 6
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam pelayanan kesehatan baik di setting klinik maupun komunitas,
perawat merupakan garda terdepan pelayanan melalui pemberian asuhan
keperawatan. Peran perawat dalam pelayanan kesehatan menjadi sangat
mengingat kualitas pelayanan keperawatan berpengaruh terhadap loyalitas
pelayanan yang diberikan. Perawat di Indonesia memiliki tingkat pendidikan yang
bervariasi, mulai dari Sekolah Perawat (SPK) yang setara pendidikan tingkat
Menengah (program ini telah dihapus secara bertahap), Diploma 3 Keperawatan/
Akademi keperawatan (Akper), Diploma 4 Keperawatan, dan Strata 1 (S1)
Keperawatan dengan gelar Ners-nya. Ilmu keperawatan mengalami kemajuan
yang sangat pesat belakangan ini. dimulai dengan dibukanya Strata 1, Strata 2,
hingga Strata 3 yang memberikan kesempatan bagi perawat untuk
mengembangkan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
(Kurniati dan Efendi, 2012).
Gambar 2.1
3
Page 7
Selain peluang dan tantangan, profesi ini juga dihadapkan pada
permasalahan yang kompleks. Nursalam (2002) melakukan kajian masalah yang
mendapatkan bahwa 1) kualitas sumber daya perawat masih rendah, 2)
malpraktik, 3) isu pendidikan dan belum jelasnya batang tubuh ilmu keperawatan.
Sejak tahun 2000 terjadi euphoria Pendirian Institusi Keperawatan
baik itu tingkat Diploma III (akademi keperawatan) maupun Strata I.
Pertumbuhan institusi keperawatan di Indonesia menjadi tidak terkendali. Seperti
jamur di musim kemarau. Artinya di masa sulitnya lapangan kerja, proses
produksi tenaga perawat justru meningkat pesat. Parahnya lagi, fakta dilapangan
menunjukkan penyelenggara pendidikan tinggi keperawatan berasal dari pelaku
bisnis murni dan dari profesi non keperawatan, sehingga pemahaman tentang
hakikat profesi keperawatan dan arah pengembangan perguruan tinggi
keperawatan kurang dipahami. Belum lagi sarana prasarana cenderung untuk
dipaksakan, kalaupun ada sangat terbatas (Yusuf, 2006). Saat ini di Indonesia
berdiri 32 buah Politeknik kesehatan dan 598 Akademi Perawat yang berstatus
milik daerah,ABRI dan swasta (DAS) yang telah menghasilkan lulusan sekitar
20.000 – 23.000 lulusan tenaga keperawatan setiap tahunnya. Apabila
dibandingkan dengan jumlah kebutuhan untuk menunjang Indonesia sehat 2010
sebanyak 6.130 orang setiap tahun, maka akan terjadi surplus tenaga perawat
sekitar 16.670 setiap tahunnya. (Sugiharto, 2005).
Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggungjawab dan berperan
penting dalam rangka melahirkan generasi perawat yang berkualitas dan
berdedikasi. Pemilik dan pengelola insititusi pendidikan keperawatan yang sama
sekali tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang keperawatan baik secara
4
Page 8
disiplin ilmu atau profesi dapat menjadi penyebab rendahnya mutu lulusan dari
pendidikan keperawatan yang ada.
Berangkat dari fakta diatas pemerintah mengeluaran kebijakan yang
berkaitan dengan sisitem pendidikan keperawatan di Indonesia adalah UU no. 2
tahun 1989 tentang pendidikan nasional, Peraturan pemerintah no. 60 tahun 1999
tentang pendidikan tinggi dan keputusan Mendiknas no. 0686 tahun 1991 tentang
Pedoman Pendirian Pendidikan Tinggi (Munadi, 2006). Pengembangan sistem
pendidikan tinggi keperawatan yang bemutu merupakan cara untuk menghasilkan
tenaga keperawatan yang profesional dan memenuhi standar global.
Terkait dengan peningkatan mutu lulusan pendidikan keperawatan,
Nursalam (2014) menyebutkan bahwa beberapa sikap perlu dimiliki untuk
menghadapi caring di masa depan, yaitu:
1. Peningkatan Jenjang Pendidikan (Perawat)
Memperbaiki kualitas lulusan perawat melalui jenjang pendidikan
Perawat (S1 Keperawatan), bukan hanya menambah jumlah Perawat tetapi
memperbaiki kualitas Perawat melalui perbaikan insitusi pendidikan
penyelenggara program Perawat. Institusi harus memperhatikan PP 19/2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagai tindak lanjut berlakunya
SISDIKNAS th. 2003. Dengan memperhatikan 5M, M1: Man –kualitas tenaga
pengajar; M2: Material–kecukupan sarana prasaran pembelajaran, M3–
Method–Kurikulum dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tekad KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi); M4 –Money –Anggaran untuk proses
belajar mengajar dan penyediaan resources; dan M5 –Mutu/Marketing –
kualitas dan upaya institusi untuk menangkap peluang pasar. Tanggung jawab
5
Page 9
moral institusi untuk lebih mengedepankan profesionalisme, bukan untuk
orientasi keuntungan semata. Bukan hanya untuk menghantarkan lulusan
perawatsampai ke pintu gerbang, tetapi mengantarkan sampai ke gerbang
memasuki dunia kerja.
2. Menata Pendidikan Perawat Secara Profesional
Langkah awal yang perlu ditempuh oleh Perawat profesional adalah
mengembangkan Pendidikan Tinggi Keperawatan dan memberikan
kesempatan kepada para perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi. Sehingga diharapkan pada akhir tahun 2015, semua pendidikan perawat
yang bekerjadi rumah sakit sudah memenuhi kriteria minimal sebagai perawat
profesional (ners).
Pada saat ini berbagai upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan
keperawatan profesional memang sedang dilakukan dengan mengkonversi
pendidikan SPK ke jenjang Akademi Keperawatan dan dari lulusan Akademi
Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan ke jenjang S1 Keperawatan
(Perawat). Namun prinsip asal konversi, asal cepat, asal dapat ijazah 8perawat,
dan asal-asalan menjadi kelabunya masa depan keperawatan. Hal ini menjadi
kendala dalam upaya mempercepat profesionalisme keperawatan. Disana sini
masih ditemukan berbagai penyimpangan dalam penerapan kurikulum, proses
pembelajaran yang tidak sesuai dan tidak mendukung. Perlu juga diadakan
penataan yang mendasar dari Program Pendidikan Keperawatan dengan lebih
menekankan pada upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas lulusan.
Melihat fakta di atas maka dituntut peran dosen/ staf pengajar untuk lebih
memahami relevansi ilmu-ilmu dasar dan ilmu keperawatan dalam mendukung
6
Page 10
pelaksanaan asuhan keperawatan kepada klien. Sejak mahasiswa mendapatkan
ilmu Dasar isi kurikulum sudah diorientasikan dan dikaitkan dengan peran
Caring perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan, yaitu dalam
membantu, mencegah, meningkatkan, dan mengembalikan fungsi yang
terganggu akibat sakit yang dialami klien sehingga klien dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya. Penekanan dan pembekalan kompetensi perawat dengan
AKSI: Attitude, Knowledge, Skill danInsight.
3. Kajian Batang Tubuh Ilmu Keperawatan Dan Standar Kompetensi Perawat
Ketidakjelasan batang tubuh Ilmu Keperawatan menjadi dasarpenilaian
masyarakat tentang Keperawatan (Asrul Azwar, 1999). Pertanyaan yagn sering
timbul adalah apakah keperawatan sebagai ilmu? Meskipun pernyataan
tersebut dibantah oleh Chitty (1997) bahwa “nursing is as a science and
art,separated from medicine science” Ilmu keperawatan adalah sebagai
ilmu(yang terdiri atas ilmu keperawatan dasar, anak, maternitas, medikal
bedah, jiwa, dan komunitas). Aplikasinya menggunakan pendekatan dan
metode penyelesaian masalah secara ilmiah ditujukan untuk mempertahankan,
menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar
manusia.”Tetapi menyimak fakta yang ada di lapangan di Indonesia,
pernyataan tersebut menarik untuk direnungkan. Banyak perawat yang tidak
tahu dan tidak jelas tentang ilmu keperawatan yang dimaksudkan. Dari
pengertian tersebut membawa dampak terhadap isi kurikulum pada program
pendidikan tinggi keperawatan. Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan
belum mampu mengenalkan kejelasan ilmu keperawatan kepada peserta didik.
Sehingga peserta didik mendapatkan orientasi ilmu dasar hampirsama seperti
7
Page 11
yang diajarkan pada program pendidikan kesehatan lain (kedokteran umum,
dokter gigi, dan kesehatan masyarakat). Hal ini berakibat terhadap
ketidakjelasan peran Caring perawat dalam memberikan asuhan kesehatan
kepada klien.Kondisi yang lebih parah adalah sampai dengan saat ini,
manakala profesi lain sudah tinggal landas, perawat masih tertinggal di
landasan. Perawat masih berkutat terhadap belum jelasnya lingkup atau batang
tubuh ilmu keperawatan.
Asrul Azwar (1999) mengatakan bahwa “body of knowledge” ilmu
keperawatan belum diakui dan belum tersosialisasikan dengan baik. Perawat
belum bisa menunjukkan jati dirinya sebagai suatu profesi yang mempunyai
batang tubuh ilmu tersendiri. Sebagian perawat masih belum melaksanakan
risetyang disebabkan;keterbatasan waktu, tidak adanya anggaran dan “policy”
yang tidak menguntungkan profesi perawat. Hal tersebut menjadikan suatu
kontribusi terhadap mendungnya pengembangan kajian ilmu keperawatan saat
ini.Berlandaskan falsafah dan paradigma keperawatan maka nilai/makna yang
dapat dikembangkan dari keperawatan dalam pengembangan keilmuan
meyakini bahwa keperawatan mempunyai 3 nilai utama yang berhubungan satu
dengan yang lainnya, meliputi: (1) seni (art), (2) Ilmu (science) dan (3) profesi
(profession).
a. Keperawatan sebagai suatu seni (art).
Seni (art) merupakan refleksi dari perasaan dan persepsi, sebab inti
dan esensi keperawatan adalah interaksi interpersonal.Seni sebagai bagian
dari keperawatan yang dapat diekspresikan dengan berbagai cara antara
lain; sensitivitas dan responsif/tanggap perasaan perawat kepada klien,
8
Page 12
kemampuan perawat (art) untuk memahami bahasa nonverbal (perilaku)
klien dalam mengungkapkan rasa cemas atau nyeri. Walaupun sebenarnya
perilaku ini dapat dipelajari secara ilmiah (scientifically), perawat juga
dapat belajar melalui penemuan dan praktik intuisi sebagai suatu seni.
Keperawatan bukan hanya suatu tehnik tetapi proses yang
berhubungan dengan berbagai elemen antara lain; jiwa, fikiran dan
imajinasi. Keseluruhan elemen tersebut merupakan bagian yang sangat
penting dalam meningkatkan kreatifitas imajinasi, sensitivitas jiwa, dan
pemahaman / kemampuan berfikir yang merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan (care) yang efektif (Potter & Perry,
1997).
Selanjutnya dinyatakan bahwa “kemampuan dalam memberikan
asuhan keperawatan (Caring) dipengaruhi oleh kemampuan dalam
mengekspresikan diri, ekspresi merupakan bagian / elemen dari pada seni
(art)”.Seni atau kemampuan ekspresi diri merupakan hal yang penting
untuk mengembangkan kemampuan seseorang sebagai sesuatu yang unik.
Intuisi keperawatan harus diidentifikasi dan didukung sebagai seni dalam
keperawatan. Dimasa yang akan datang keperawatan adalah seni
(art)menggabungkan antara perkembangan ilmu keperawatan dan
tehnologi keperawatan (IPTEK Keperawatan)dengan kreativitas seni
keperawatan.
b. Keperawatan sebagai suatu ilmu (science)
Body of Knowledge adalah unsur utama dalam mengembangkan
pendidikan keperawatan. Diawali pernyataan oleh F. Nightingale(1859)
9
Page 13
dalam Tomey & Alligood (2010) sebagai orang pertama yang
mengidentifikasi bahwa keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu yang
terpisah dengan ilmu medis (kedokteran). Untuk membuktikan pernyataan
tersebut, maka beberapa pakar teori keperawatan berupaya untuk
mendifinisikan keperawatan kedalam suatu konsep. Dari konsep-konsep
keperawatan tersebut akan diketahui dan ditentukan bidang ilmu dan
rumpun ilmu keperawatan.
Konsep keperawatan dikembangkan berdasar pada filosofi dan
paradigma keperawatan. Pada filosofi keperawatan ada 3 (tiga) unsur
utama yang menjadi keyakinan dan proses perfikir kritis dalam
mengembangkan ilmu keperawatan yaitu ; humanism, holism and care.
Dari ketiga unsur utama diyakini bahwa manusia “person” merupakan
pusat/sentral asuhan keperawatan dan “care” sebagai dasar/landasan dalam
praktik/asuhan keperawatan. Berdasarkan filosofi keperawatan, maka
dikembangkan empat konsep utama paradigma keperawatan yaitu
manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Manusia dipandang
sebagai individu yang bersifat holistic dan humanistic yang dalam
kehidupannya selalu berinteraksi dengan lingkungan baik internal maupun
eksternal yang akan berpengaruh terhadap status kesehatannya, asuhan
/pelayanan keperawatan merupakan praktik / tindakan keperawatan
mandiri yang diberikan karena adanya ketidak mampuan manusia dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya.
Lingkungan adalah the important people as receivers of the nursing
care in an agreement and harmonic environment. Kesehatan as balance,
10
Page 14
artinyaas what can be assessed, whereas well being is the human
experience ofhealth or wholeness.Well being and being ill are understood
as distinct ways of being in the world.Keperawatan as a need is described
as a Caringrelationship,an “enabling condition of connection and
concern.” (Benner). “Caringis primary because Caringsets up the
possibility of giving and receiving help.” Nursing is viewed as a
Caringpractice whose science is guided by the moral art and ethics of care
and responsibility. Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan
pengakuan masyarakat adalah ilmu kesehatan tentang asuhan/pelayanan
keperawatan(The health science of Caring) (Potter & Perry, 1997).
Caring adalah memberikan perhatian atau penghargaan kepada
seorang manusia.Caring juga dapat diartikan memberikan bantuan kepada
individu atau sebagai advokat pada individu yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya. Keperawatan sebagai ilmu kesehatan tentang
asuhan/pelayanan keperawatan adalah “asuhan/pelayanan keperawatan
sebagai pendukung/bagian dalam ilmu kesehatan”, sama halnya dengan
seni sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu keperawatan.
c. Keperawatan sebagai suatu profesi (profession)
Keperawatan sebagai suatu profesi harus mengacu pada kriteria
profesi antara lain : tubuh pengetahuan (Body of Knowledge) yang
berbatas jelas, pendidikan khusus berbasis “ keahlian” pada jenjang
pendidikan tinggi, memberikan pelayanan pada masyarakat dan praktik
sesuai bidang profesi, memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian,
memberlakukan kode etik keprofesian dan motivasi bersifat “altruistik”.
11
Page 15
Sampai saat ini profesi keperawatan dalam program penataan dan
pemantapan keseluruhan dari kriteria profesi sehingga akuntabilitas dan
otonomi sebagai suatu profesi dapat dilaknakan secara optimal.
Salahsatunya dengan memantapkan tubuh pengetahuan ilmu keperawatan
sesuai dengan filosofi dan paradigma keperawatan, disamping itu juga
menata jenjang studi/pendidikan keperawatan di pendidikan tinggi.
Dan dalam mewujudkan body of knowledge yang jelas, pendidikan
keperawatan di indonesia sejak 2008, PPNI, AIPNI dan dukungan serta
bekerjasama dengan Kemendiknas melalui project Health Profession Educational
Quality (HPEQ), menperbaharui dan menyusun kembali Standar Kompetensi
Perawat Indonesia, Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan Indonesia,
Standar Pendidikan Ners, standar borang akreditasi pendidikan ners Indonesia dan
semua standar tersebut mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan saat ini sudah
diselesaikan menjadi dokumen negara yang berkaitan dengan arah dan kebijakan
tentang pendidikan keperawatan Indonesia.
Standar-standar yang dimaksudkan sebelumnya juga mengacu pada
perkembangan keilmuan keperawatan, perkembangan dunia kerja yang selalu
berubah, dibawah ini sekilas kami sampaikan beberapa hal yang tertulis dalam
dokumen Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan dengan
Jenis, Jenjang, Gelar Akademik dan Level KKNI. Untuk Jenis Pendidikan
Keperawatan Indonesia, meliputi :
1. Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan
penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat,
12
Page 16
2. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada
penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang mencangkup
beberapa program ( Sarjana, Magister, Doktor ),
3. Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai
kompetensi profesi perawat. Dan berikut ini untuk Jenjang Pendidikan Tinggi
Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar antara lain :
a. Pendidikan untuk jenjang DIII ( Diploma Tiga ) keperawatan lulusannya
mendapat sebutan Ahli Madya Keperawatan (AMD.Kep),
b. Pendidikan untuk jenjang Ners (Nurse) yaitu ( Sarjana + Profesi ),
lulusannya mendapat sebutan Ners ( Nurse ), sebutan gelarnya ( Ns. ),
c. Pendidikan untuk jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat
gelar ( M.Kep ),
d. Pendidikan untuk jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:
Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya ( Sp.KMB ),
Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya ( Sp.Kep.Mat ),
Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya ( Sp.Kep.Kom ),
Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya ( Sp.Kep.Anak ),
Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya ( Sp.Kep.Jiwa ).
Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya ( Dr.Kep ).
Untuk meningkatkan mutu pendidikan Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tanggal 1 Maret 2013s
udah menerbitkan surat edaran tentang akreditasi/kewajiban akreditasi bagi
institusi dan program studi (prodi) perguruan tinggi. Badan Akreditasi Nasional
13
Page 17
Perguruan Tinggi (BAN-PT) melansir ada 4.000 kampus dan 20 ribu prodi yang
perlu segera terakreditasi.
Hal-hal lain menurut Yusuf (2006) dan Muhammad (2005) yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan mutu lulusan pendidikan keperawatan adalah :
1. Standarisasi jenjang, kualitas/mutu, kurikulum dari institusi pada pendidikan.
2. Merubah bahasa pengantar dalam pendidikan keperawatan dengan
menggunakan bahasa inggris. Semua Dosen dan staf pengajar di institusi
pendidikan keperawatan harus mampu berbahasa inggris secara aktif
3. Menutup institusi keperawatan yang tidak berkualitas
4. institusi harus dipimpin oleh seorang dengan latar belakang pendidikan
keperawatan
5. Pengelola insttusi hendaknya memberikan warna tersendiri dalam institusi
dalam bentuk muatan lokal,misalnya emergency Nursing, pediatric nursing,
coronary nursing.
6. Standarisasi kurikulum dan evaluasi bertahan terhadap staf pengajar di insitusi
pendidikan keperawatan
7. Departemen Pendidikan, Departemen Kesehatan, dan Organisasi profesi serta
sector lain yang terlibat mulai dari proses perizinan juga memiliki tanggung
jawab moril untuk melakukan pembinaan.
Dalam memnghadapi tuntutan kebutuhan dimasa datang maka langkah
konkrit yang harus dilakukan antara lain adalah penataan standar praktek dan
standar pelayanan/asuhan keperawatan sebagai landasan pengendalian mutu
pelayanan keperawatan secara professional, penataan sistem pemberdayagunaan
tenaga keperawatan sesuai dengan kepakarannya, pengelolaan sistem pendidikan
14
Page 18
keperawatan yang mampu menghasilkan keperawatan professional serta penataan
sistem legilasi keperawatan untuk mengatur hak dan batas kewenangan,
kewajiban, tanggung jawab tenaga keperawatan dalam melakukan praktek
keperawatan.
.
15
Page 19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peran perawat dalam pelayanan kesehatan menjadi sangat mengingat
kualitas pelayanan keperawatan berpengaruh terhadap loyalitas pelayanan yang
diberikan , untuk itu pendidikan keperawatan sangat berperan penting dalam
rangka melahirkan generasi perawat yang berkualitas dan berdedikasi.
Sejak tahun 2000 pertumbuhan institusi keperawatan di Indonesia menjadi
tidak terkendali. fakta dilapangan menunjukkan penyelenggara pendidikan tinggi
keperawatan berasal dari pelaku bisnis murni dan dari profesi non keperawatan,
sehingga pemahaman tentang hakikat profesi keperawatan dan arah
pengembangan perguruan tinggi keperawatan kurang dipahami. Belum lagi sarana
prasarana cenderung untuk dipaksakan, kalaupun ada sangat terbatas.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu perluk melakukan penataan
sistem pendidikan yang berkualitas dengan body knowledge yang jelas serta
kewajiban akreditasi di setiap institusi pendidikan, sehingga dapat menghasilkan
tenaga keperawatan yang profesional dan memenuhi standar global.
3.2 Saran
Setelah melihat dan mempelajari kondisi pendidikan keperawatan di
Indonesia maka diharapkan pemerintah dapat menata sebaik mungkin sistem
pendidikan keperawatan dengan body knowledge yang jelas, serta melaksanakan
kebijakan kebijakan lain yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan
keperawatan di Indonesia.
16
Page 20
DAFTAR PUSTAKA
Kurniati, A. & Efendi F. 2012. Kajian SDM Kesehatan di Indonesia. Jakarta:
Salemba Medika
Muhammad, SM. 2005. Reformasi Keperawatan. Diperoleh tanggal 12 April
2007 dari http://www.inna-ppni.or.id/index.php
Nursalam. 2002. Manajemen keperawatan: Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam & Efendi, F. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Sugiharto 2005. Antisipasi Perencanaan Tenaga Kesehatan Guna Mendukung
Indonesia Sehat 2010, Diperoleh tanggal 14 April 2007 dari
http://www.twnagakesehatan.or.id/artikel_detail
Yusuf, S. (2006). Maraknya Pendirian Institusi Kesehatan. Diperoleh tanggal 14
April 2007 dari http://inna-ppni.or.id/html