1 RINGKASAN SEMINAR SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanasan global adalah peristiwa meningkatnya suhu bumi yang berkaitan langsung dengan gas-gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan akibat aktifitas manusia antara lain kegiatan industry, pembabatan hutan secara terus menerus, kendaraan bermotor, kegiatan peternakan dan rumah tangga (Hanapiah 2011). Peningkatan suhu ini dianggap sebagai ancaman bagi kehidupan manusia, yaitu berupa gangguan kesehatan, kekurangan pangan dan kerusakan lingkungan (Fischer et al. 2002). Ancaman ini sudah menjadi perhatian masyarakat internasional yang kemudian diimplementasikan dalam Protokol Kyoto. Di dalam protocol ini terdapat isi penting dalam menghadapi perubahan lingkungan yaitu kesepakatan Negara- negara maju untuk menurunkan emisi gas rumah (GRK) pada tingkat emisi tahun 1990 pada perioda 2008-2012 nanti (Murdiyarso 2003). Penurunan GRK terutama CO 2 tidak hanya dapat menurunkan emisi, tetapi perlu diiringi dengan meningkatkan penyerapan GRK. Meningkatkan cadangan karbon dan mengurangi emisi GRK hasil aktifitas manusia merupakan solusi efektif dalam menekan perubahan iklim (Bakhtiar et al. 2008). Sehingga menghitung jumlah biomassa dan stok karbon adalah salah satu komponen penting untuk mengupayakan pengurangan emisi dari pembabatan dan penurunan fungsi hutan (Gibbs et al. 2007). Dalam menduga perubahan cadangan karbon suatu bentang alam yang memiliki tipe penggunaan lahan yang berbeda, teknologi penginderaan jarak jauh merupakan suatu cara efektif untuk melakukan pemantauan penutupan lahan. Penelitian ini menggunakan kombinasi teknologi penginderaan jauh dengan pengukuran langsung di lapang. Keterkaitan data penutupan lahan dengan data hasil cadangan karbon pada skala plot dapat memberikan pendugaan perubahan cadangan karbon pada skala lanskap. Pendugaan cadangan karbon secara time series dapat menduga cadangan karbon dari tahun-tahun sebelumnya. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menduga perubahan cadangan karbon dan emisi CO 2 yang dihasilkan di Kabupaten Lamandau dan Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah pada periode 1990-2000 dan 2000-2013. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari kajian ini diharapkan dapat menjadi data dasar serta bahan masukan bagi instansi daerah, instansi pusat serta pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan Judul : Pendugaan Perubahan Cadangan Karbon di Kabupaten Lamandau dan Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah Nama : Luvia Arlenlilia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M. Agr Moderator : Ir. Ahmad Hadjib, MS Hari/Tanggal : Senin, 15 September 2014 Waktu/Tempat : 11.00-12.00 WIB/ Ruang Seminar ABT 2 Fakultas Kehutanan IPB
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
RINGKASAN SEMINAR SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global adalah peristiwa meningkatnya suhu bumi yang berkaitan langsung
dengan gas-gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan akibat aktifitas manusia antara lain
kegiatan industry, pembabatan hutan secara terus menerus, kendaraan bermotor, kegiatan
peternakan dan rumah tangga (Hanapiah 2011). Peningkatan suhu ini dianggap sebagai
ancaman bagi kehidupan manusia, yaitu berupa gangguan kesehatan, kekurangan pangan dan
kerusakan lingkungan (Fischer et al. 2002). Ancaman ini sudah menjadi perhatian masyarakat
internasional yang kemudian diimplementasikan dalam Protokol Kyoto. Di dalam protocol ini
terdapat isi penting dalam menghadapi perubahan lingkungan yaitu kesepakatan Negara-
negara maju untuk menurunkan emisi gas rumah (GRK) pada tingkat emisi tahun 1990 pada
perioda 2008-2012 nanti (Murdiyarso 2003).
Penurunan GRK terutama CO2 tidak hanya dapat menurunkan emisi, tetapi perlu
diiringi dengan meningkatkan penyerapan GRK. Meningkatkan cadangan karbon dan
mengurangi emisi GRK hasil aktifitas manusia merupakan solusi efektif dalam menekan
perubahan iklim (Bakhtiar et al. 2008). Sehingga menghitung jumlah biomassa dan stok
karbon adalah salah satu komponen penting untuk mengupayakan pengurangan emisi dari
pembabatan dan penurunan fungsi hutan (Gibbs et al. 2007).
Dalam menduga perubahan cadangan karbon suatu bentang alam yang memiliki tipe
penggunaan lahan yang berbeda, teknologi penginderaan jarak jauh merupakan suatu cara
efektif untuk melakukan pemantauan penutupan lahan. Penelitian ini menggunakan kombinasi
teknologi penginderaan jauh dengan pengukuran langsung di lapang. Keterkaitan data
penutupan lahan dengan data hasil cadangan karbon pada skala plot dapat memberikan
pendugaan perubahan cadangan karbon pada skala lanskap. Pendugaan cadangan karbon
secara time series dapat menduga cadangan karbon dari tahun-tahun sebelumnya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menduga perubahan cadangan karbon dan emisi CO2
yang dihasilkan di Kabupaten Lamandau dan Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah pada
periode 1990-2000 dan 2000-2013.
Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari kajian ini diharapkan dapat menjadi data dasar serta bahan
masukan bagi instansi daerah, instansi pusat serta pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan
Judul : Pendugaan Perubahan Cadangan Karbon di Kabupaten Lamandau dan
Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah
Nama : Luvia Arlenlilia
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M. Agr
Moderator : Ir. Ahmad Hadjib, MS
Hari/Tanggal : Senin, 15 September 2014
Waktu/Tempat : 11.00-12.00 WIB/ Ruang Seminar ABT 2 Fakultas Kehutanan IPB
2
bentang alam Kabupaten Lamandau dan Kotawaringin Barat yang berhubungan dengan
cadangan karbon tersimpan dalam mengambil suatu kebijakan.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data lapangan dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan PKL pada tanggal
24 Februari 2014 hingga 10 Maret 2014 yang bertempat di areal IUPHHK-HA PT. Trisetia
Intiga, Kabupaten Lamandau, dan Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Barat. Secara
geografis lokasi penelitian terletak antara 1o20’-3
o20’ Lintang Selatan dan 111
o00’-112
o10’
Bujur Timur (Lihat Gambar 1). Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium
Remote Sensing dan GIS Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor pada bulan Mei 2014 sampai dengan bulan Agustus 2014.
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian
Alat, Software, Hardware, dan Data
Alat bantu untuk pengambilan data lapangan yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain : kompas untuk membidik arah mata angin, phi band untuk mengukur diameter pohon,
walking stick dan hagameter untuk mengukur tinggi pohon, tali tambang untuk pembuatan
plot pengamatan, kamera untuk dokumentasi, timbangan untuk mengukur berat basa dan berat
kering contoh, oven untuk mengeringkan contoh, GPS untuk penandaan lokasi plot
pengamatan, dan tallysheet. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan kompoter desktop
yang dilengkapi piranti lunak Microsoft Excel 2010, ArcGIS 9.3, dan ERDAS Imagine
Software version 9.1. Data pendukung yang digunakan dalam penelitian adalah citra Landsat
path/raw 119/62, 120/61, dan 120/62 liputan tahun 1990, 1999, 2000, 2013, dan 2014 serta
batas administrasi Kabupaten Lamandau dan Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan
Barat.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil langsung di lapangan pada saat
penelitian, sedangkan data sekunder merupakan berbagai kumpulan data yang telah tersedia
atau telah dikaji sebelumnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini ditabulasikan pada
Tabel 1.
3
Tabel 1 Data penelitian
No Data primer Data sekunder
1
2
3
4
5
6
7
Citra Landsat TM 5, Citra Landsat 7 ETM+, dan
Citra Landsat 8 OLI
Data berat basah (BB) tumbuhan bawah, semai
dan serasah
Data berat kering (BK) tumbuhan bawah, semai
dan serasah
Data dbh pada kelas pancang, tiang, nekromasa,
dan pohon pada ekosistem tutupan lahan hutan
lahan kering primer, hutan lahan kering
sekunder, hutan tanaman, kebun campuran
Tinggi sawit pada perkebunan
Data nama jenis tumbuhan teridentifikasi
Koordinat plot di lapangan
Data berat jenis
Data administrasi Kabupaten
Lamandau dan Kabupaten
Kotawaringin Barat
Nilai Cadangan Karbon pada
kelas tutupan lahan hutan rawa
primer, hutan rawa sekunder,
hutan mangrove primer, hutan
mangrove sekunder, pertanian
lahan kering
Tahapan Penelitian
Secara umum penelitian dilakukan dengan tahapan pra pengolahan cintra, pengambilan
data lapangan, interpretasi visual citra satelit, dan pengolahan citra digital.
Pra-Pengolahan Citra
Citra Landsat Multitemporal yang digunakan terdiri dari Landsat TM 5, Landsat 7
ETM+, dan Landsat 8 OLI masih berbentuk format TIFF sehingga perlu dikonversi ke format
imagine melalui proses layer stack terhadap masing-masing band. Berdasarkan karakteristik
spasial citra Landsat, band/saluran yang digunakan dalam proses layer stack untuk Landsat 5
dan Landsat 7 ETM+ adalah band 1-5 dan 7 karena memiliki resolusi spasial yang sama yaitu
30 meter x 30 meter. Serta band 1-7 dan 9 untuk Landsat 8 OLI.
Analisis Pengolahan Citra
Analisis pengolahan citra dilakukan identifikasi kelas tutupan hutan dan lahan dan
interpretasi citra dengan mengklasifikasikan tutupan hutan dan lahan menggunakan data citra
Landsat Multitemporal di Provinsi Kalimantan Tengah. Citra Landsat yang digunakan yaitu
tahun perekaman 1990, 2000, dan 2013. Adapun klasifikasi kelas tutupan hutan dan lahan
merujuk pada kriteria tutupan hutan dan lahan yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan.
Terdapat 23 kelas tutupan hutan dan lahan yang terdiri dari 7 kelas hutan (hutan primer, hutan
sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder, hutan mangrove primer, hutan mangrove
sekunder, dan hutan tanaman) dan 15 kelas bukan hutan (semak belukar, belukar rawa,
Keterangan : AIR = badan air HRS = hutan rawa sekunder PLK = pertanian lahan kering TNT = tanah terbuka
HLKP = hutan lahan kering primer HT = hutan tanaman RW = rawa ( ) = nilai – (negatif)
HLKS = hutan lahan kering sekunder KC = kebun campuran PR = rumput karbon : Mg.ha-1 x1000
HMP = hutan mangrove primer PAU = pelabuhan air/udara SW = sawah HMS = hutan mangrove sekunder PMK = pemukiman SBLK = semak belukar
HRP = hutan rawa primer PKBN = perkebunan TBK = tambak
Tabel 6 Matrik Transisi Perubahan Cadangan Karbon dari Tahun 2000 ke Tahun 2013 di Kabupaten Lamandau dan Kotawaringin Barat Tahun 2000
KODE
Tahun 2013 Jumlah %
AIR HLKP HLKS HMP HMS HRP HRS HT KC PAU PMK PKBN PLK RW PR SW SBLK TBK TNT
AIR -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
HLKP
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
(42.4)
(70.3)
(257.4)
-
-
-
(24.1)
-
(6.2)
(400.3)
1.8
HLKS -
-
-
-
-
-
-
(2309.1)
-
-
(1279.4)
(2736.0)
(5918.5)
-
-
(7.8)
(2792.1)
(4.9)
(2951.7)
(17999.6)
81.8
HMP -
-
-
-
(32.0)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
(0.8)
(32.8)
0.1
HMS -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
(5.8)
-
-
-
-
(7.6)
(1.0)
(0.1)
(14.6)
0.1
HRP
-
-
-
-
-
-
(579.4)
(12.0)
-
-
(0.3)
(69.3)
(28.8)
-
-
-
(52.9)
-
(26.9)
(769.7)
3.5
12
Tahun
2000 KODE
Tahun 2013 Jumlah %
AIR HLKP HLKS HMP HMS HRP HRS HT KC PAU PMK PKBN PLK RW PR SW SBLK TBK TNT
HRS -
-
-
-
-
-
-
(290.1)
(17.9)
-
(764.3)
(6784.5)
(300.5)
(167.3)
(34.0)
-
(4183.7)
(11.7)
(754.2)
(13308.3)
60.5
HT -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
(0.7)
-
-
-
-
-
(0.3)
-
(3.4)
(4.4)
0.0
KC
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
PAU -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
PMK -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
PKBN -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
(16.6)
-
-
-
-
-
(18.5)
-
(86.2)
(121.3)
0.6
PLK -
-
-
-
-
-
-
19.2
55.3
-
(81.2)
2164.4
-
-
(0.0)
(0.7)
(39.3)
(0.1)
(97.0)
2020.7
(9.2)
RW -
-
-
-
-
-
225.6
-
-
-
-
36.6
-
-
-
-
17.6
-
-
279.8
(1.3)
PR -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
SW -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0.4
-
-
-
-
-
-
-
0.4
(0.0)
SBLK -
-
211.0
-
7.2
-
3655.7
334.2
119.9
-
(5.5)
1790.3
37.1
(0.4)
(0.0)
0.0
-
(0.4)
(4.7)
6144.3
(27.9)
TBK -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
TNT -
-
15.9
-
4.1
-
305.2
80.5
66.7
-
1.5
1709.0
10.1
-
-
0.0
14.7
-
-
2207.8
(10.0)
Jumlah -
-
226.9
-
(20.7)
-
3607.2
(2177.4)
224.0
-
(2188.8)
(3965.3)
(6458.1)
(167.7)
(34.0)
(8.5)
(7086.3)
(18.2)
(3931.1)
(21998.0)
100.0
-
-
(1.0)
-
0.1
-
(16.4)
9.9
(1.0)
-
10.0
18.0
29.4
0.8
0.2
0.0
32.2
0.1
17.9
100.0
Keterangan : ( ) = nilai – (negatif)
karbon : Mg.ha-1 x1000
13
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Total cadangan karbon pada tahun 1990 adalah sebesar 214 267 702.2 Mg sedangkan pada
tahun 2000 adalah sebesar 172 276 455.1 dan pada tahun 2013 sebesar 150 278 455.7
2. Total perubahan cadangan karbon pada periode 1990-2000 mengalami penurunan sebesar 41
991 200.00 Mg (19.60%) atau berkurang 4 199 200.00 (1.96%) setiap tahunnya, kehilangan
cadangan karbon ini setara dengan pelepasan CO2 ke udara sebesar 153 981 730.40 Mg atau
setiap 15 398 173.04 Mg tahunnya dan pada periode 2000-2013 mengalami penurunan
sebesar 21 998 000.00 Mg (12.77%) atau berkurang 2 199 800.00 Mg (1.28%) setiap
tahunnya, kehilangan cadangan karbon ini setara dengan pelepasan CO2 ke udara sebesar 80
666 666.00 Mg atau 8 066 666.60 Mg setiap tahunnya.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan di lokasi yang sama dengan mengkaji factor pendorong
deforestasi (Driving forces) untuk dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA
[ANONIM]. 2010. Indonesia Energy Outlook 2010. Jakarta (ID): Pusat Data dan Informasi
Energi dan Sumber Daya Mineral KESDM.
[BAPLAN] Badan Planologi Kehutanan, Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Hutan, Bapan
Planologi Kehutanan, Kementrian Kehutanan.2008a. Pemantauan Sumber Daya Hutan.
Jakarta (ID): Badan Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bakhtiar I, Santoso H, Hafild E, Novira R. editor. 2008. Perubahan Iklim, Hutan, dan REDD:
Peluang atau Tantangan?. Civil Society Organization Network on Forestry Governance and
Climate Change, The Partnership for Governance Reform. Bogor.
Gibbs, H.K., Brown, S., Niles, J.O. and Foley, J.A., 2007. Monitoring and Estimating Tropical
Forest Carbon Stocks:Making REDD a Reality.Environmental Research Letter. 2: 1–13
Hairiah K, Subekti R. 2007. Pengukuran ‘Karbon Tersimpan’ di Berbagai Macam Penggunaan
Lahan. Bogor (ID): World Agroforestry Centre – ICRAF.
Tim Badan Litbang Kehutanan, ITTO. 2011. Review tentang Illegal Logging sebagai Ancaman
terhadap Sumberdaya Hutan dan Implementasi Kegiatan Pengurangan Emisi dari
Deforestasi dan Defradasi (REDD) di Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan.
14
Ketterings QM, Richard C, Meine VN, Yakub A, Cheryl AP. 2001. Reducing uncertainty in the
use of allometric biomass equations for predicting above-ground tree biomass in mixed
secondary forests. Forest Ecology and Management. 146 : 199-209. Murdiyarso, D. 2003. Protokol Kyoto, Implikasinya Bagi Negara Berkembang. Jakarta (ID): Penerbit
buku Kompas.
Saragih, J.G. 2010. Implementasi REDD dan Persoalan Kebun Sawit Di Indonesia. Sawit Watch
Official Web Site; http://www.sawitwatch.or.id Generated: 1September, 2014.
Sunderlin WD, Resosudarmi I. 1997. Laju dan Penyebab Deforestasi di Indonesia: Penelaahan
Kerancuan dan Penyelesaiannya. Occasional Paper. No. 9.
Sutaryo D. 2009. Perhitungan Biomassa : Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan
Perdagangan Karbon. Bogor (ID) : Wetlands International Indonesia Programme.
Von Mirbach. 2000. Carbon Budget Accounting at the Forest Management Unit Level: an
Overview of Issues and Methods. Ottawa. Canada’s Model Forest Program. Natural Resoruces