I. Pendahuluan Pertumbuhan janin terhambat adalah masalah obstetrik yang sering dijumpai dan kompleks. Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dicatat dialami oleh 10-15% wanita hamil. Diagnosis PJT pada umumnya ditegakkan saat pemeriksaan antenatal, akan tetapi beberapa dari janin tersebut tidak terskrining selama kehamilan sehingga ditemukan ketika bayi telah dilahirkan. Hal ini sangat penting bagi ahli kebidanan dan perinatologi untuk mengenali PJT karena kondisi janin seperti ini memiliki hubungan yang signifikan dengan morbiditas dan mortalitas kelahiran. 1 Pertumbuhan janin terhambat (PJT) kini merupakan suatu penyakit yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas, mengingat dampak yang ditimbulkan jangka pendek berupa resiko kematian 6-10 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi normal. Dalam jangka panjang terdapat dampak berupa hipertensi, arteriosklerosis, stroke, diabetes, resistensi insulin, kanker dan sebagainya. Hal tersebut terkenal dengan barker hipotesis yaitu penyakit pada orang dewasa telah terprogram sejak dalam uterus. 2 II. Definisi Pertumbuhan janin terhambat (PJT) didefinisikan sebagai janin yang gagal untuk mencapai potensi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. Pendahuluan
Pertumbuhan janin terhambat adalah masalah
obstetrik yang sering dijumpai dan kompleks.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dicatat dialami oleh
10-15% wanita hamil. Diagnosis PJT pada umumnya
ditegakkan saat pemeriksaan antenatal, akan tetapi
beberapa dari janin tersebut tidak terskrining selama
kehamilan sehingga ditemukan ketika bayi telah
dilahirkan. Hal ini sangat penting bagi ahli kebidanan
dan perinatologi untuk mengenali PJT karena kondisi
janin seperti ini memiliki hubungan yang signifikan
dengan morbiditas dan mortalitas kelahiran. 1
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) kini merupakan
suatu penyakit yang membutuhkan perhatian bagi
kalangan luas, mengingat dampak yang ditimbulkan
jangka pendek berupa resiko kematian 6-10 kali lebih
tinggi jika dibandingkan dengan bayi normal. Dalam
jangka panjang terdapat dampak berupa hipertensi,
arteriosklerosis, stroke, diabetes, resistensi
insulin, kanker dan sebagainya. Hal tersebut terkenal
dengan barker hipotesis yaitu penyakit pada orang
dewasa telah terprogram sejak dalam uterus. 2
II. Definisi
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) didefinisikan
sebagai janin yang gagal untuk mencapai potensi
1
pertumbuhan dengan tingkat morbiditas yang merugikan
dan dapat menyebabkan kematian. American College of
Obstetricians dan Gynecologists (ACOG) mendefinisikan
pertumbuhan janin terhambat sebagai janin dengan berat
diperkirakan di bawah persentil ke-10 . Tidak semua
janin berukuran kurang dari persentil 10 beresiko
untuk hasil perinatal yang merugikan, hanya sebagian
kecil. Pertumbuhan janin terhambat mengacu pada janin
yang kecil usia kehamilan dan menampilkan tanda-tanda
lain dari hipoksia kronis atau kekurangan gizi. Kecil
masa kehamilan (KMK) di sini didefinisikan sebagai
janin yang berat badannya kurang dari persentil 10
untuk usia kehamilannya, yang dapat terjadi akibat
pertumbuhannya terhambat (PJT) atau keadaan lainnya.3
Berat bayi lahir rendah yang berukuran kecil pada
usia kehamilan tertentu dianggap mengalami PJT. Pada
tahun 1963, Lubchenco mempublikasi perbandingan yang
spesifik antara usia kehamilan dan berat janin untuk
memperoleh ukuran janin yang sesuai dengan usia
kehamilan. Battaglia dan Lubchenco (1967) kemudian
mengklasifikasikan janin yang mengalami small for
gestasional age (SGA) yaitu janin dengan berat badan dibawah
persentil 10 untuk usia kehamilannya.4
2
Gambar 1 : kurva pertumbuhan janin 4
Gambar 1 memperlihatkan berat badan , panjang
badan dan lingkar kepala bayi pada usia kehamilan
tertentu. Pada setiap kurva, terdpat garis persentil
90%, 50% dan 10%. Misalnya jika bayi verada pada
persentil 10 untuk berat badan, hal ini berarti berat
badan bayi kurang 10% dari normal. Bayi yang berada
dibawah 25% untuk berat lahir dan panjang dianggap
mengalami PJT.5
Terdapat 2 jenis PJT, yaitu moderate dan severe.
Moderate adalah PJT yang berada pada persentil 3 hingga
persentil 10 sementara severe adalah PJT yang berada
dibawah persentil 3. 6
Banyak bayi dengan berat badan di bawah persentil
10 sebenarnya tidak mengalami pertumbuhan janin yang
patologis karena hal tersebut disebabkan oleh faktor
biologis. Sebanyak 25-60% bayi dengan SGA dianggap
telah tumbuh sesuai dengan etnis, paritas, berat dan
3
tinggiya. Mereka berukuran kecil tetapi normal dan
tidak memperlihatkan kelaian metabolik pasca kelahiran
seperti yang biasanya terjadi pada PJT. 4
III. Epidemiologi
Insiden terjadinya PJT bervariasi di setiap
negara, populasi dan ras. 14 hingga 20 juta bayi
mengalami PJT di Negara berkembang setiap tahunnya.
Prevalensi PJT di Negara berkembang biasanya terjadi
pada bayi yang dilahirkan di rumah. 6
Pertambahan kasus PJT di Negara berkembang dapat
diakibatkan oleh bayi yang dilahirkan di rumah dengan
BBLR (BB<2500gram). Untuk BBLR dan PJT-BBLR, insiden
tertinggi ditemukan di Asia Selatan (28%) dan Asia
Tengah (33%), Negara yang memiliki insiden tinggi
untuk BBLR dan PJT-BBLR adalah Bangladesh (50%, 39%),
India (28%, 21%) dan Pakistan (25%, 18%). Untuk Negara
Asia lainnya presentasinya , Sri Lanka (19%, 13%);
Cambodia (18%, 12%); Vietnam dan Filipina (11%, 6%);
Indonesia dan Malaysia (8%, 4%); Thailand (8%, 3%),
dan Republik Rakyat Cina (RRC) (6%, 2%) [2]. 6
Sekitar 20% dari hampir 4 juta bayi di USA
dilahirkan mengalami pertumbuhan janin terhambat dan
sangat terhambat setiap tahunnya. Pada tahun 2010,
8,2% bayi dengan berat <2500 gram dilahirkan dan 7,6%
bayi dilahirkan dengan berat >4000 gram serta meskipun
mayoritas bayi berat lahir rendah dilahirkan secara
4
prematur, sekitar 3% merupakan bayi cukup bulan.
Jumlah bayi yang dilahirkan dengan berat <2500 gram
telah meningkat sebesar 20% sejak 1984 dan pada waktu
yang sama, insiden bayi yang dilahirkan dengan berat
>4000 gram menunjukkan penurunan.4
Kini WHO menganjurkan agar kita memperhatikan
masalah ini karena akan memberikan beban ganda. Di
Jakarta dalam suatu survey ditemukan bahwa pada
golongan ekonomi rendah, prevalensi PJT lebih tinggi
(14%) jika dibandingkan dengan golongan ekonomi
menengah atas (5%). 2
IV. Etiologi
PJT dapat diakibatkan oleh beberapa kondisi seperti
infeksi, penyakit maternal, dan kelainan kromosom,
tapi kebanyakan berhubungan dengan gangguan
pertumbuhan plasenta yang terjadi pada awal kehamilan.7
Oksigenasi plasenta yang rendah dipercaya mempunyai
peranan penting terhadap terjadinya PJT berdasarkan
hasil observasi yang mengindikasikan gen pada plasenta
yang mengalami hipoksia terhadap kehamilan dengan PJT.
Hipoksia fetus dapat terjadi akibat kegagalan tumbuh
atau yang berhubungan dengan itu, sehingga terjadi
5
invasi tropoblast di desidual dan myometrium dan
kegagalan arteri spiralis, yang menjaga keseimbangan
sirkulasi uteroplasenta. Oksigenasi plasenta yang
rendah berhubungan dengan keadaan patologis plasenta
seperti preeklamsia. 7
Maternal - Riwayat kehamilan dengan PJT
- Ibu yang bertubuh kecil atau berat
badan yang rendah sebelum kehamilan
- Berat badan yang rendah selama
kehamilan atau asupan nutrisi yang
tidak adekuat (<1500 kalori/hari)
- Status sosio-ekonomi yang buruk
- Merokok, alkohol atau penggunaan obat-
obatan
- Usia pada saat kehamilan yang
ekstrim : <16 tahun atau >35 tahun
- Teknologi reproduksi
- Pasangan baru setelah kehamilan
selanjutnya
- Teratogen, antikonvulsan, metotrexat,
warfarin
- Penyakit vaskular, hipertensi kronik,
diabetes pre-gestasional, sindrom
antiphospolipid antibodi, collagen
vascular disease seperti ( SLE,
thrombophilia, penyakit ginjal, chron’s
disease, colitis ulseratif),
6
- Hipoksia pada dataran tinggi (>10.000
kaki)
- Anemia seperti hemoglobinopathiesJanin - Infeksi kongenital seperti
cytomegalovirus, syphilis, rubelaa,
varicella, toxoplasois, tuberculosis,
HIV, malaria kongenital
- Aneuploidies : triploidy, trisomy 13,
18, 21
- Microleteions : 4p-
- Russell silver syndrome
- Sindrom genetik atau anomal janinPlasenta - Insufisiensi pembuluh darah
uteroplasenta
- Chorionic separaton (hematoma, partial
abruption}
- Extensive villous infarction
- Marginal atau velamentous cord insertion
(regresi chrion)
- Malformasi uterin (unicornuate uterus)
- Confined placental mosaicism
- Advanced placental maturation
Tabel 1 : Etiologi terjadinya PJT 8
a.Faktor ibu
Beberapa data demografik menunjukkan faktor ibu
memiliki hubungan dengan PJT. Perempuan dengan usia
7
reproduksi yang ekstrim, khususnya ibu hamil dengan
usia muda memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
mengalami PJT. Hal yang sama juga terjadi pada ibu
hamil dengan usia tua. Studi yang dilakukan oleh
Strobino dkk tidak menemukan hubungan antara usia dan
berat bayi lahir rendah dan melaporkan adanya faktor
independen yang dipengaruhi oleh faktor sosial seperti
etnis, status ekonomi, usia saat menarche, tinggi ibu,
dan kebiasaan merokok saat kehamilan.1
Ras, status sosio-ekonomi yang rendah dan tinggal
pada Negara berkembang adalah faktor resiko untuk PJT.
Wanita dengan status sosio-ekonomi yang rendah dan
tinggal di Negara berkembang pada umumnya memiliki
asupan nutrisi yang buruk, mengalami anemia dan
pemeriksaan antenatal care yang jarang serta masalah
kekerasan dalam rumah tangga mempengaruhi pertumbuhan
janin. Berat ibu saat melahirkan, berat ibu saat
sebelum hamil, dan berat badan yang rendah selama
kehamilan memiliki hubungan yang positif dengan PJT.
Asupan kalori dan defisiensi nutrisi tertentu (seperti
glukosa, zinc, folat) masih belum jelas memiliki
hubungan dengan PJT. 1
Beberapa kebiasaan dan kondisi lingkungan
diketahui merupakan faktor resiko PJT. Wanita yang
tinggal di dataran tinggi biasanya terpapar dengan
hipoksia kronis dan menyebabkan berat badan lahir
rendah. Studi yang dilaksanakan di Colorado, Peru dan
Tibet menunjukkan hubungan yang langsung antara
8
dataran tinggi dan berat badan lahir rendah. Merokok
saat kehamilan juga memiliki resiko 3,5 kali lebih
untuk mengalami PJT dibandingkan dengan wanita yang
tidak merokok. 1
Faktor ibu yang lainnya seperti faktor uterin
(seperti fibroid, anomali mullerian), penyakit
periodontal dan kondisi genetik seperti mutasi gen
angiotensin. Riwayat melahirkan bayi PJT meningkatkan
rekurensi PJT hingga melebihi 25%. Wanita yang
memiliki riwayat melahirkan bayi PJT memiliki resiko
dua kali lebih besar untuk mengalami PJT. 1
b.Faktor Janin
Faktor janin dapat bervariasi mulai dari genetik,
malformasi kongenital, infeksi janin atau penyebab
lainnya seperti kehamilan kembar. Genetik berkontribusi
menyebabkan 5-20% terjadinya PJT, khususnya pada fase
awal pertumbuhan janin. Genetik selanjutnya
menyebabkan abnormalitas seperti abnormalitas kromosom
misalnya trisomy 21,18,13 dan 16. Trisomi 18
dihubungkan dengan kejadian PJT yang lebih berat
dibandingkan dengan trisomy 21 atau 13. 1
Malformasi kongenital termasuk kelainan jantun
kongenital, hernia diaphragmatikus, defek pada dinding
abdomen (omphalocele, gastroschisis), agenesis atau
dysplasia renal, anencephaly dan single umbilical artery juga
dihubungkan dengan PJT. 1
Infeksi menyebabkan <5% terjadinya PJT. Infeksi
9
yang tersering adalah virus (rubella, CMV, herpes,
varicella, herpes zoster, HIV), dan infeksi parasit
Trial at Term) telah dirancang untuk mempelajari waktu
yang tepat untuk melakukan persalinan bagi siapapun
yang kandungannya sudah masuk pada usia kehamilan 36
minggu ataupun lebih. Dari sebuah penelitian acak yang
meilibatkan 321 wanita dengan PJT dan dengan usia
kehamilan paling kurang 36 minggu, hasilnya
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan diantara
wanita yang diinduksi dengan wanita yang mendapatkan
terapi yang sesuai. Analisis kedua mencakup dugaan
dari perkembangan saraf dan akibat dari tingkah laku
yang tidak berbeda dari umur 2 tahun. 4
Seperti yang terlihat pada gambar 3, persalinan
yang dicurigai PJT dengan hasil pemeriksaan umbilical
artery Doppler velocimetry yang normal, volume cairan
amniotik yang normal dan jantung janin yang normal
maka akan dicoba untuk menunda sampai usia kehamilan
38 minggu. Dengan kata lain, ketidakpastian diagnosa
seharusnya menghalangi intervensi sampai kematangan
paru paru janin dapat dipastikan. Meskipun demikian,
persalinan yang direkomendasikan dari 34 minggu dan
seterusnya jika ada perawatan dengan oligohidramnion
yang signifikan, pernyataan konsensus dari Society of
Maternal-Fetal Medicine dan American College of Obstetricians and
25
Gynecologists (2013) adalah sama. Di rekomendasikan untuk
melakukan persalinan diantara usia kehamilan 34 dan 37
minggu jika ada kondisi tertentu seperti
oligohidramnion. Dengan pola denyut jantung janin yang
baik, persalinan pervaginam dapat dilakukan. Akan
tetapi, beberapa janin tidak mentoleransi persalinan
normal sehingga diharuskan secara sectio cesarea. 4
IX. Prognosis
Pertumbuhan setelah kelahiran dengan PJT
tergantung pada penghambat pertumbuhan, asupan nutrisi
postnatal, dan kehidupan sosial. Bayi dengan PJT
asimetris dan yang mengalami pernghambatan pertumbuhan
di trimester pertama akan tetap kecil untuk seumur
hidupnya. Akan tetapi, jika bayi PJT asimetris
mengalami keterhambatan di akhir usia kehamilannya,
bayi tersebut dapat mencapai pertumbuhan normal dan
potensi pertumbuhan yang sesuai dengan orang tuanya
jika bayi tersebut berada di lingkungan yang optimal
dan diberikan asupan kalori yang cukup. 6
Kelainan perkembangan kognitif dan saraf adalah
masalah yang paling sering dialami oleh bayi dengan
PJT dan bayi yang berat badannya sesuai dan dilahirkan
diumur kehamilan yang sama. Daya intelektual dan
fungsi neurologis pada bayi tersebut bergantung pada
kondisi perinatal dan sensitasi dari penyebab spesifik
PJT. Kekurangan nutrisi sebelum usia kehamilan 26
26
minggu memiliki efek pada ukuran lingkar kepala (PJT
simetris) serta memiliki dampak yang lebih banyakpada
fungsi neurologis dibandingkan dengan PJT asimetris.
Perkembangan saraf akan menjadi lebih buruk pada bayi
PJT dengan hipoiskemik ensefalopati dan hipoglikemia. 6
Beberapa dampak dari PJT adalah : 6
- Mendapat nilai yang rendah di tes kognitifnya
- Merasakan kesulitan dalam bersekolah atau menerima
pendidikan khusus
- Gross motor dan minor neurologic dysfunction
- Memiliki masalah dalam sopan santun (attention deficit
hyperactivity syndrome)
- Pertumbuhan terhambat menurunkan daya tahan dalam
bekerja
- Long-term outcome - Most congenitally normal IUGR babies will go on to grow
normally in infancy and childhood, but there may be more subtle long-term conse- quences, including up to 1/3 of children not reaching their predicted adult height, and having childhood attention and performance deficits.
- The effects appear to last into adulthood, with a stimulus or insult at a critical, sensitive period of early life having permanent effects on structure, physiology, and metabolism. People who were small or disproportionate (thin or short) at birth have been foundto have higher rates of coronary heart disease, high blood pressure, high cholesterol concentrations, and abnormal glucose-insulin metabolism (Barker hypothesis).
oxford
X. Preventif
Langka preventif untuk mencegah terjadinya PJT
idealnya dilakukan sebelum konsepsi dengan
27
optimalisasi kondisi kesehatan ibu, pemberiaan obat
dan perbaikan nutrisi. Menghentikan kebiasaan merokok
sangatlah penting. Ibu harus dihindarkan dari faktor
resiko lainnya seperti pemberian profilaksis
antimalaria untuk wanita yang tinggal di daerah
endemik dan memperbaiki defisiensi nutrisi. Studi
telah menununjukkan bahwa pengobatan terhadap
hipertensi ringan dan moderat tidak mengurangi insiden
terjadinya PJT. 4
Peningkatan insiden PJT di Negara berkembang
biasanya disebabkan oleh faktor sosial dan tidak
memperlihatkan penurunan dengan intervensi selama
kehamilan. Nutrisi yang adekuat, berat badan pra
kehamilan, kemiskinan dan interval kehamilan adalah
faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan janin di
Negara miskin dan berkembang. Beberapa intervensi
nutrisi memperlihatkan pengurangan angka PJT di
Negara-negara berkembang, intervensi tersebut terdiri
dari : 6
a. Energi dan protein yang seimbang
Kramer dkk pada review sistemik dan studi kuesioner
eksperimental menunjukkan bahawa suplementasi energy
dan protein pada wanita hamil dilaporkan dapat
menurunan insiden SGA dan dapat meningkatkan berat
badan lahir. 6
b. Suplementasi kalsium
28
Imdad dkk melakukan review sistemik pada suplementasi
kalsium pada wanita hamil di Negara maju dan
berkembang melaporkan efek yang signifikan pada pre-
eklampsia dan kelahiran preterm. Akan tetapi, tidak
ada efek yang signifikan pada kematian perinatal, BBLR
dan kematian neonatal. 6
c. Suplementasi mutipel mikronutrien
Cochrane dkk melakukan sistemik review pada
suplementasi multiple micronutrient untuk wanita hamil dan
dibandingkan dengan dua atau lebih sedikit
mikronutrien menunjukkan efek yang signifikan pada
angka terjadinya BBLR. 6
d. Strategi pencegahan malaria dalam kehamilan
Cochrane dkk melakukan review sistemik yang
membandingkan pemberian obat anti malaria dengan tanpa
pemberian obat anti malaria untuk pencegahan malaria
pada wanita hamil yang hidup di daerah endemik malaria
menunjukkan efek pada pengurangan parasitemia
antenatal, meningkatkan berat badan lahir, dan
menurunkan insidensi BBLR dan anemia antenatal berat.
Akan tetapi, tidak ada efek yang signifikan pada
kematian perinatal. 6
Wanita yang melahirkan bayi PJT pada kehamilan
pertama memiliki resiko yang signifkan untuk
terjadinya rekurensi pada kehamilan selanjutnya.
29
Infromasi ini adalah hal yang krusial bagi pasien
ketika melakukan konseling dan antenatal care pada
kehamilan berikutnya. Penelitian prospektif dengan
skala besar yaitu melibatkan 259.481 pasien menunjukan
bahwa resiko mengalami rekurensi adalah dua kali lebih
besar. Pada studi ini, insiden PJT adalah 5% (dengan
definisi PJT dibawah persentil 5) dan resiko mengalami
rekurensi PJT adalah 23% serta angka ini menunjukkan
peningkatan yang sangat signifikan karena wanita yang
memiliki riwayat melahirkan dengan bayi berberat badan
normal pada kehamilan pertamanya hanya 3,4% yang
melahirkan dengan PJT pada kehamilan selanjutnya. 11
30
DAFTAR PUSTAKA
1.Suhag A, Berghella V. Intrauterine growth restriction
(IUGR) : etiology and diagnosis. In : intrauterine
growth restriction : identification and management
(Porto M. section editor). Curr obstet Gynecol Rep
(2013) 2:102-111. Springer Science 2013:1-7. New York.
2.Wiknjosastro G. Pertumbuhan janin terhambat. In : Ilmu
kebidanan. Saifuddin A, Rachimhadhi T, Wiknjosastro G.
Jakarta: Yayasan bina pustaka sarwono prahardjo. 2014.
p. 696-7.
3. Harkeness U, Mari G. Diagnosis and management ofintrauterine growth restriction. Elsevier ; 2004.p. 745.