TUGAS TERSTRUKTUR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUN Ditujukan untuk memenuhi tugas pertumbuhan dan perkembangan anak Oleh : Kelompok 6 Kelas B Lies Ratna Juita G1B013010 Rizky Adrian Noer G1B013042 Chendy Prastika Sari G1B013052 Dinda Syifa Al’adila G1B013081 Yesinta Bella Savitri G1B013087 Afaf Dwi Luthfiyah G1B013099 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS TERSTRUKTUR
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUN
Ditujukan untuk memenuhi tugas pertumbuhan dan perkembangan anak
Oleh :Kelompok 6
Kelas BLies Ratna Juita G1B013010Rizky Adrian Noer G1B013042Chendy Prastika Sari G1B013052Dinda Syifa Al’adila G1B013081Yesinta Bella Savitri G1B013087Afaf Dwi Luthfiyah G1B013099
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak merupakan fase-fase
yang sangat kritis dan penting dalam hal tumbuh kembang fisik, mental dan
psikosisal yang berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-
tahun pertama untuk sebagian besar menentukan masa depan anak sebagai
generasi penerus bangsa. Kelainan atau penyimpangan apapun bila tidak
diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya dan tidak terdeteksi secara
nyata mendapatkan perawatan yang bersifat komprehensif yaitu promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak selanjutnya. Dewasa ini tumbuh kembang anak adalah
salah satu aspek yang diperhatikan serius oleh para pakar, karena hal tersebut
merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan individu
secara fisik maupun psikologis pada anak (Sunawari, 2007).
Pertumbuhan merupakan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan
jumlah dan ukuran sel yang akan menghasilkan peningkatan ukuran dan berat
seluruh atau sebagian bagian sel sedangkan perkembangan merupakan
perubahan kualitatif yaitu perubahan fungsi tubuh yang terjadi secara bertahap
dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi melalui proses
kematangan dan belajar. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti
yang berbeda. Pertumbuhan berdampak terhadap aspek fisik sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ dan individu.
Kedua kondisi tersebut saling berkaitan dan berpengaruh pada tumbuh
kembang pada setiap anak (Wong, 2009).
Pengukuran pertumbuhan dapat dilakukan dengan penilaian
antropometri (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, 2011) salah
satunya dengan melihat indeks tunggal berat badan/tinggi badan (BB/TB) atau
TB/BB. Indeks TB/BB ini merupakan indikator yang baik untuk menyatakan
status gizi masa anak. Indeks ini dapat menggambarkan proporsi BB relatif
terhadap TB dan menjadi indikator kekurusan atau yang lebih dikenal dengan
wasting. Indeks ini digunakan untuk mengevaluasi dampak gizi dan untuk
memantau perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek. Pengukuran
perkembangan dapat dilakukan dengn menggunakan DDST (Wong, 2008).
Terdapat empat aspek perkembangan anak melingkupi kepribadian/tingkah
laku sosial (personal social), motorik halus (fine motor adaptive), motorik
kasar (gross motor), dan bahasa (language). Metode skrining ini yang sering
digunakan untuk menilai perkembangan anak mulai usia 0-6 tahun
(Suwariyah, 2013).
Tumbuh kembang pada anak terjadi di sepanjang kehidupan yang
terdiri dari beberapa tahapan, salah satu diantaranya adalah masa toddler.
Masa toddler berada dalam rentang dari masa kanak-kanak mulai berjalan
sendiri sampai mereka berjalan dan berlari dengan mudah, yaitu mendekati
usia 12 sampai 36 bulan. Pada masa ini seorang anak mulai belajar
menentukan arah perkembangan dirinya, suatu fase yang mendasari derajat
kesehatan, perkembangan emosional, derajat pendidikan, kepercayaan diri,
kemampuan bersosialisasi serta kemampuan diri seorang anak di masa
mendatang. Interaksi antara anak dan orang tua dalam proses ini sangat
bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang
tua dapat segera mengenali kelainan proses tumbuh kembang anaknya sedini
mungkin. (Potter & Perry, 2010).
Periode penting dalam proses tumbuh kembang anak adalah masa lima
tahun pertama (Center on the Developing Child Harvard University, 2009),
yang merupakan masa emas kehidupan individu atau disebut dengan the
golden period (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Golden period merupakan
masa dimana kemampuan otak anak untuk menyerap segala bentuk informasi
sangatlah tinggi, karena sekitar 80% otak anak berkembang pada periode
emas tersebut (Ambarwati & Handoko, 2011). Masa ini juga merupakan
jendela kesempatan bagi anak, yang memungkinkan anak untuk mengasah
seluruh aspek perkembangan motorik, penglihatan, kemampuan berpikir,
kemampuan bahasa, perkembangan sosial, serta kecerdasan emosional
(Schiller, 2010). Masa emas ini sekaligus merupakan periode kritis bagi anak
karena pada masa ini lingkungan memiliki dampak yang besar terhadap
perkembangan anak, khususnya lingkungan yang tidak mendukung seperti
asupan gizi yang tidak adekuat, tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang
memadai, serta kurangnya stimulasi, akan berdampak buruk pada
perkembangan anak (Kemenkes RI, 2011). Anak dibawah lima tahun
merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat
namun kelompok ini sering menderita kekurangan gizi (Proverawati, 2009).
Dampak kurang gizi pada anak dapat meningkatkan risiko kematian,
menghambat perkembangan kognitif, dan mempengaruhi status kesehatan
pada usia remaja dan dewasa (Almatsier, Soetardjo & Soekatri, 2011).
World health organitation (WHO) melaporkan bahwa 5-25% anak-
anak usia prasekolah menderita disfungsi otak minor, termasuk gangguan
perkembangan morik halus (Widati,2012). Sedangkan menurut (Kay-
Lambkin, dkk, 2007) secara global dilaporkan anak yang mengalami
gangguan berupa kecemasan sekitar 9% , mudah emosi 11-15%, gangguan
perilaku 9-15%. Maka dari itu perhatian dari orang tua sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini lah yang mendorong
kelompok kami untuk melakukan observasi terhadap anak usia 2-3 tahun
untuk mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi dan gangguan apa saja yang
terdapat pada anak usia 2-3 tahun.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak usia 2-3 tahun
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui perkembangan dan pertumbuhan anak usia 2-3 tahun
b. Mengetahui gangguan perkembangan dan pertumbuhan anak usia 2-3
tahun
c. Mengetahui penanganan gangguan anak usia 2-3 tahun
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tumbuh Kembang Anak
1. Definisi Tumbuh Kembang
Wong (2009) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan perubahan
kuantitatif yaitu peningkatan jumlah dan ukuran sel yang akan menghasilkan
peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian bagian sel sedangkan
perkembangan merupakan perubahan kualitatif yaitu perubahan fungsi tubuh
yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang
paling tinggi melalui proses kematangan dan belajar.
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda.
Pertumbuhan berdampak terhadap aspek fisik sedangkan perkembangan
berkaitan dengan pematangan fungsi organ dan individu. Kedua kondisi
tersebut saling berkaitan dan berpengaruh pada tumbuh kembang pada setiap
anak
Pertumbuhan masa prasekolah pada anak yaitu pada pertumbuhan
fisik, khususnya berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya
adalah 2 kg, kelihatan kurus, akan tetapi aktivitas motoriknya tinggi, dimana
sistem tubuh sudah mencapai kematangan, seperti berjalan, melompat,
dan lain -lain. Sedangkan pada pertumbuhan tinggi badan anak
kenaikannya rata-rata akan mencapai 6,75-7,5 cm setiap tahunnya (Hidayat,
2009, hlm. 25).
Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti. Masa
prasekolah merupakan fase perkembangan individu dapat usia 2-6
tahun, perkembangan pada masa ini merupakan masa perkembangan
yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting (Fikriyanti, 201 3,
hlm.18).
2. Teori-Teori Perkembangan
a. Teori Perkembangan kognitif (Jean Piaget)
Perkembangan kognitif menurut Piaget merupakan perubahan
perubahan yang terkait usia yang terjadi dalam aktifitas mental. Ia juga
menyebutkan bahwa kesuksesan perkembangan kognitif mengikuti
prosses yang urutannya melewati empat fase, yaitu fase sensorimotorik
(0-2 tahun), fase pra-operasional (2-7 tahun), fase operasional (7-11
tahun) dan fase operasional formal (>11 tahun) (Wong, 2008, hlm
118). Dalam teori perkembangan ini anak prasekolah termasuk dalam
fase praoperasional, fase pra-operasional anak belum mampu
mengoperasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam
pikiran anak (Wong, 2008, hlm 119).
b. Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)
Menurut Santrock (2011), Teori perkembangan ini dikemukakan oleh
Erikson yang mengemukakan bahwa perkembangan anak selalu
dipengaruhi oleh motivasi sosial dan mencerminkan suatu keinginan
untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan
kepribadian psikososial anak harus melewati beberapa tahap yaitu :
tahap percaya dan tidak percaya (1-3 tahun), tahap kemandirian versus
malu-malu (2-4 tahun), tahap inisiatif versusrasa bersalah (3-6 tahun),
tahap terampil versus minder (6-12 tahun), tahap identidas versus
kebingungan peran (12-18 tahun) (Wong, 2008, hlm 117). Dalam teori
perkembangan psikososial anak prasekolah termasuk dalam tahap
perkembangan inisiatif versus rasa bersalah. Pada tahap ini anak
mulai mencari pengalaman baru secara aktif. Apabila anak menapat
dukungan dari orang tuanya untuk mengekplorasikan
keingintahuannya maka anak akan mengambil inisiatif untuk suatu
tindakan yang akan dilakukan, tetapi bila dilarang atau dicegah maka
akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak (Wong, 2008, hlm
118).
c. Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud)
Teori perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh
Sigmun Freud, ia menggunakan istilah psikoseksual untuk menjelaskan
segala kesenangan seksual. Selama masa kanak-kanak bagian-bagian
tubuh tertentu memiliki makna psikologik yang menonjol sebagai
sumber kesenangan baru dan konflik baru yang secara bertahap
bergeser dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain pada tahap-
tahap perkembangan tertentu. Dalam perkembangan psikoseksual anak
dapat melalui tahapan yaitu: tahap oral (0-1 tahun), tahap anal (1-3
tahun), tahap falik (3-6 tahun), tahap laten (6-12 tahun), dan tahap genital
(>12 tahun) (Wong, 2008, hlm 117). Dalam teori perkembangan
psikoseksual anak prasekolah termasuk dalam tahap phalilc, dalam
tahap ini genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif anak
mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin dan men jadi ingin tahu
tentang perbedaan tersebut (Wong, 2008, hlm 117).
d. Teori Perkembangan Moral (Kohlberg)
Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Kohlberg dengan
memandang tumbuh kembang anak ditinjau dari segi moralitas anak
dalam menghadapi kehidupan, tahapan perkembangan moral yaitu:
tahap prakonvensional (orientasi pada hukum dan kepatuhan), tahap
prakonvensional (orientasi instrumental bijak), tahap konvensional,
tahap pasca konvensional (orientasi kontak sosial) (Wong, 2008, hlm
119). Dalam teori perkembangan moral anak prasekolah termasuk dalam
tahap prakonvensional, dalam tahap perkembangan ini anak terorientasi
secara budaya dengan label baik atau buruk, anak-anak menetapkan
baik atau buruknya suatu tindakan dari konsekuensi tindakan tersebut.
Dalam tahap ini anak tidak memiliki konsep tatanan moral, mereka
menentukan prilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang memuaskan
kebutuhan mereka sendiri meskipun terkadang kebutuhan orang lain.
Hal tersebut diinterprestasikan dengan cara yang sangat konkrit tanpa
kesetiaan, rasa terimakasih atau keadilan (Wong, 2008, hlm. 120)
3. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut Santrock (2011), Perkembangan dan pertumbuhan mengikuti
prinsip cephalocaudal dan proximodistal. Prinsip cephalocaudal merupakan
rangkaian dimana pertumbuhan yang tercepat selalu terjadi diatas, yaitu
di kepala. Pertumbuhan fisik dan ukuran secara bertahap bekerja dari
atas kebawah, perkembangan sensorik dan motorik juga berkembang
menurut prinsip ini, contohnya bayi biasanya menggunakan tubuh bagian
atas sebelum meeraka menggunakan tubuh bagian bawahnya. Prinsip
proximodistal (dari dalam keluar) yaitu pertumbuhan dan perkembangan
bergerak dari tubuh bagian dalam keluar. Anak-anak belajar mengembangkan
kemampuan tangan dan kaki bagian atas ( yang lebih dekat dengan
bagian tengah tubuh) baru kemudian bagian yang lebih jauh, dilanjutkan
dengan kemampuan menggunakan telapak tangan dan kaki dan akhirnya jari-
jari tangan dan kaki (Papalia, dkk, 2010, hlm 170).
4. Aspek–Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Aspek Pertumbuhan
Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran
antropometri, pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat
badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala. Pengukuran berat
badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan
semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi badan
digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor
genetik sedangkan pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk
menilai pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali)
menunjukkan adanya reterdasi mental, apabila otaknya besar (volume
kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan cairan serebrospinal.
b. Ciri Pertumbuhan Anak 2-3 Tahun
1. Berat Badan
Pada umur 2½ tahun berat badan meningkat 4 x berat badan lahir.
Pertambahan berat badan anak umur 1-2 th : 0,2 kg/bln.
2. Tinggi Badan
Berdasarkan data yang dikeluarkan Direktorat Kesehatan Gizi
Depkes RI untuk anak usia 0-5 tahun tanpa dibedakan jenis
kelaminnya, pada usia tertentu harus memiliki tinggi badan ideal
dengan plus minus 2 standar deviasi.
Tabel 2.1 Standar tinggi dan berat badan untuk anak usia 2-3 tahun
UmurBerat (gram) Tinggi (cm)
Standar 80% standar Standar 80% standar2 tahun 0 Bulan
3 Bulan6 Bulan9 Bulan
12.40012.90013.50014.000
9.90010.50010.80011.200
87.089.592.094.0
69.571.573.575.0
3 tahun 0 bulan3 bulan6 bulan9 bulan
14.50015.00013.50016.000
11.60012.00012.40012.900`
96.098.099.5101.5
77.078.579.581.5
Pengukuran tinggi badan pada anak diatas 2 tahun dilakukan dengan
berdiri. Pada tahun kedua peningkatan tinggi badan lebih banyak
dibandingkan berat badan.
3. Lingkar kepala
Pertambahan ukuran lingkar kepala meliputi:
a) Pada tahun ke-2 menjadi 46,9 - 49,5 cm ( + 2,5 cm)
b) Pada tahun ke-3 menjadi 47,7 - 50,8 cm ( + 1,25 cm)
Berat otak sebesar 1/8 berat total bayi paling pesat berkembang pada
usia 2 tahun. Berat otak kecil sebesar 3x berat badan setelah bayi
berusia 2 tahun. Pengukuran lingkar kepala dipakai untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Pengukuran dilakukan
pada diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali
pengukuran sebagai standar.
4. Pertumbuhan Gigi
Gigi susu yang berjumlah 20 buah biasanya telah tumbuh seluruhnya
pada umur 2,5 th.
c. Aspek perkembangan
1) Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan yang
meliputi aktivitas otot yang besar seperti gerakan lengan dan
berjalan (Santrock, 2011, hlm 210). Perkembangan motorik kasar
pada masa prasekolah, diawali dengan kemampuan untuk berdiri
dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki,
membuat posisi merangkak dan lain-lain (Hidayat, 2009, hlm.25).
2) Motorik halus (fine motor Skills) merupakan keterampilan fisik
yang melibatkan otot kecil dan koordinasi meta dan tangan yang
memerlukan koordinasi yang cermat (Papilia, Old & Feldman,
2010, hlm. 316). Perkembangan motorik halus mulai memiliki
kemampuan menggoyangkan jari -jari kaki, menggambar dua atau
tiga bagian, menggambar orang, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan dan sebagainya (Hidayat, 2009, hlm.26).
3) Bahasa (language) adalah kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, mengkuti perintah dan dan berbicara spontan.
Pada perkembangan bahasa diawali mampu menyebut hingga
empat gambar, menyebut satu hingga dua warna, menyebutkan
kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata, meniru
berbagai bunyi, mengerti larangan dan sebagainya (Hidayat, 2009,
hlm.26).
4) Prilaku sosial (personal social) adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Perkembangan adaptasi sosial pada anak prasekolah
yaitu dapat berrmain dengan permainan sederhana, mengenali
anggota keluarganya, menangis jika dimarahi, membuat
permintaan yang sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan
peningkatan kecemasan terhadapa perpisahan dan sebagainya
(Hidayat, 2009, hlm.26). Untuk menilai perkembangan anak yang
dapat dilakukan adalah dengan wawancara tentang faktor
kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan,
kemudian melakukan tes skrining perkembangan anak (Hidayat,
2009, hlm. 38).
d. Tahap Perkembangan Anak 2-3 Tahun
1) Perkembangan Motorik
Masa ini disebut sebagai masa sangat aktif dari seluruh masa
kehidupannya, karena tingkat aktivitasnya dan perkembangan otot
besar mereka sedang tumbuh. Demikian halnya dengan kemampuan
motorik halus anak, sudah mulai meningkat. Dengan demikian masa
ini disebut juga sebagai masa belajar berbagai kemampuan dan
keterampilan, dengan berbekal rasa ingin tahu yang cukup kuat
dengan seringnya anak mencoba hal-hal baru dan seringnya
pengurangan menyebabkan masa ini menjadi masa yang tepat untuk
mempelajari keterampilan baru. Kemampuan motorik yang dimiliki
anak sbb;
Tabel 2.2 Aspek perkembangan motorik anak usia 2-3 tahun
Usia Motorik Kasar Motorik Halus24-36 bulan(2-3 tahun)
Mulai dapat memanjat dan melompat
Melakukan kegiatan dengan satu lengan, seperti mencorat-coret dengan alat tulis
Mulai kenal irama dan mulai membuat gerakan-gerakan yang berkaitan dengan menari
Menggunakan sendok dan garpu tanpa menumpahkan makanan
Melompat dengan 2 kaki Melepas kancing jepretBerdiri dengan satu kaki selama beberapa saat
Membuka halaman buku berukuran besar satu persatu
Naik turun 4-6 anak tangga tanpa bantuan dan biasanya tidak jatuh
Memegang gunting dan mulai memotong kertas
Menaiki dan mendorong benda keras seperti meja, kursi, dan lain-lain
Memakai dan melepas sepatu berperekat/tanpa tali
Bermain dengan bola (melempar, menangkap dan menggulirkan)
Melepas celana dan baju sederhana
Dapat berjalan jinjit, berjingkat-jingkat mengambil objek dari lantai tanpa terjatuh
Memegang pensil/krayon besar
Melempar bola dengan kedua tangan di atas kepala
Menyikat gigi dan menyisir rambut sendiri
2) Perkembangan Bicara dan Bahasa
Bertambahnya kematangan otak dikombinasikan dengan peluang-
peluang untuk menjelajahi dunia sekelilingnya dan sebagai
penyumbang terbesar untuk lahirnya kemampuan kognitif anak.
Sejumlah kemampuan anak, seperti belajar membaca adalah berkaitan
dengan masukan dari mata anak yang ditransmisikan ke otak anak,
kemudian melalui sistem yang ada di otak, menterjemahkannya
kedalam kode huruf-huruf, kata-kata dan asosiasinya. Akhirnya akan
dikeluarkan dalam bentuk bicara. Bakat bicara anak karena system
otak diorganisasikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak
memproses sebagai bahasa.
Anak mulai pandai berbicara, sejalan dengan perkembangannya
memahami sesuatu. Biasanya anak mulai berbicara sendiri,kemudian
berkembang menjadi kemampuan untuk bertindak tanpa harus
mengucapkannya. Dalam hal ini anak telah menginternalisasikan
pembicaraan yang egosentris dalam bentuk berbicara sendiri menjadi
pemikiran anak. Hal ini merupakan suatu transisi awal untuk dapat
lebih berkomunikasi secara sosial.
Tabel 2.3 Aspek perkembangan bicara dan bahasa anak usia 2-3 tahun
Usia Kemampuan Bicara dan Bahasa24-36 bulan(2-3 tahun)
Bahasa yang dipergunakan dapat dimengerti orang lain, meskipun masih sering membuat kesalahanMenyebutkan tiga buah angka yang berurutanUmumnya kalimat terdiri dari 4 sampai 5 kataMenggunakan kata aku atau saya untuk menunjuk dirinyaDapat menyebutkan namanya sendiriKosa kata berjumlah lebih dari 1000 kataMemberi jawaban yang relevan jika ditanya Dapat melakukan 2 sampai 4 kegiatan dengan instruksi yang berhubunganMengerti arti hubungan jika menggunakan kata “kalau……”, ”kemudian……” dan “karena…..”Mengerti konsep besar dan kecil, panjang dan pendekMulai mengerti kata yang menerangkan waktu seperti : “Besok kita akan ke rumah nenek”
3) Perilaku Sosial dan Kemandirian
Dasar-dasar sosialisasi yang sudah diletakkan pada masa bayi,
maka pada masa ini mulai berkembang. Dalam hal ini hubungan
keluarga, orangtua-anak, antar saudara dan hubungan dengan sanak
keluarga cukup berperan. Pengasuhan pada tahun pertama berpusat
pada perawatan, berubah ke arah kegiatan-kegiatan seperti permainan,
pembicaraan dan pemberian disiplin, akhirnya mengajak anak untuk
menalar terhadap sesuatu. Pada masa ini sebagai masa bermain, anak
mulai melibatkan teman sebayanya, melalui bermain, meski interaksi
yang dibangun dalam permainan bukan bersifat sosial, namun sebagai
kegiatan untuk menyenangkan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu
sendiri. Jenis permainan yang dilakukan bisa berbentuk konstruktif,
permainan pura-pura, permainan sensori motorik, permainan sosial
atau melibatkan orang lain, games atau berkompetisi.
Tabel 2.4 Aspek perkembangan perilaku sosial dan kemandirian anak
usia 2-3 tahun
Usia Kemampuan Bersosialisasi Kemampuan Kemandirian24-36 bulan(2-3 tahun)
Dapat mematuhi perintah sederhana
Makan sendiri tanpa banyak bantuan
Sudah mulai memperlihatkan rasa cemburu/iri terhadap saudaranya
Menuangkan air/pasir dari teko (botol) ke dalam gekas/cangkir/wadah lainnya
Merasa sulit untuk berbagi dengan orang lain dan menunjukkan perasaan bersaing
Mencuci tangan tanpa bantuan
Mencoba memaksakan kehendaknya pada orang lain
Menggunakan toilet sendiri (namun masih memerlukan bantuan untuk membersihkan dan memakai baju kembali)
Ingin mandiri (mengerjakan segala sesuatunya sendiri) tapi masih mencari peneguhan orang dewasa
Bermain dengan anak lain, melakukan interaksi
Dapat mematuhi perintah yang rumit
Menunggu giliran dan berbagi dengan dorongan dari orang lain
Minat bermain ditunjukkan dengan cara memperhatikan temannya ketika bermain dan segera bergabung bila tertarik
Berusaha untuk membantu mengerjakan pekerjaan di rumah seperti menyapu
Sikap kemandirian semakin jelas dengan lebih banyak berbuat untuk diri sendiri tanpa memperdulikan apakah temannya memperhatikan atau justru membelakanginya
Memulai permainan sandiwara (drama) & melakukan tingkah laku menurut peranannya seperti mengurus bayi
Dapat bekerja sama dengan orang dewasa dalam sejumlah aktivitas sederhana
Menyisir rambut sendiri
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Menurut Hidayat (2009) Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh
kembang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
1) Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai
dasar dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor
herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini
dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam
pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap
rangsangan, umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal,
lingkungan postnatal, dan faktor hormonal. Faktor pranatal
merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi
sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin,
pengunaan obat -obatan , alkohol atau kebiasaan merokok. Faktor
lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga. nutrisi,
posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan. Faktor hormonal
yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain.
somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam mempengaruhi
pertumbuhan tinggi badan, dengan menstimulasi terjadinya
poliferasi sel kartigo dan sistem skeletal. Hormon tiroid