PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN WORTEL (Daucus carota L.) YANG DITANAM TUMPANG SARI DENGAN TANAMAN APEL (Malus sylvestris MILL) DENGAN ARAH BEDENGAN BERBEDA DI LAHAN MIRING Oleh: HENRI SATRIO DWIPOYONO UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN MALANG 2011
70
Embed
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN WORTEL (Daucus carota …repository.ub.ac.id/128755/1/051104614.pdf · miring untuk usaha tani adalah erosi pada saat musim hujan dan kekeringan pada
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN WORTEL (Daucus
carota L.) YANG DITANAM TUMPANG SARI DENGAN
TANAMAN APEL (Malus sylvestris MILL) DENGAN ARAH
BEDENGAN BERBEDA DI LAHAN MIRING
Oleh:
HENRI SATRIO DWIPOYONO
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2011
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN WORTEL (Daucus
carota L.) YANG DITANAM TUMPANG SARI DENGAN
TANAMAN APEL (Malus sylvestris MILL) DENGAN ARAH
BEDENGAN BERBEDA DI LAHAN MIRING
Oleh:
HENRI SATRIO DWIPOYONO
0410410018 - 41
SKRIPSI
Disampaikan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2011
Judul : Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Wortel (Daucus carota
L.) Yang Ditanam Tumpang Sari dengan Tanaman Apel
(Malus sylvestris MILL) Dengan Arah Bedengan Berbeda
Di Lahan Miring
Nama Mahasiswa : Henri Satrio Dwipoyono
NIM : 0410410018-41
Program Studi : Agronomi
Jurusan : Budidaya Pertanian
Menyetujui Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua, Dr. Ir. Setyono Yudo Tyasmoro, MS. Dr. Ir. Agung Nugroho,MS NIP. 19600512 198601 1 002 NIP. 19580412 198503 1 003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
Dr. Ir. Agus Suryanto, MS NIP. 19550818 198103 1 008
Tanggal Persetujuan :
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Penguji I Penguji II
Dr. Ir. Dawam Maghfoer, MS Dr. Ir. Setyono Yudo Tyasmoro,M.S NIP. 19570714 198103 1 001 NIP. 19600512 198601 1 002
Penguji III Ketua Majelis Penguji
Dr. Ir. Agung Nugroho, MS Dr. Ir. Nurul Aini MS NIP. 19580412 198503 1 003 NIP. 19601012 198601 2 001
Tanggal Lulus :
RINGKASAN
HENRI SATRIO D., 0410410018-41. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Wortel (Daucus Carota L.) Yang Ditanam Tumpang Sari dengan Tanaman Apel (Malus Sylvestris MILL) Dengan Arah Bedengan Di Lahan Miring. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Setyono Yudo Tyasmoro, MS selaku pembimbing pertama dan Dr. Ir. Agung Nugroho, MS selaku pembimbing kedua
Petani di Indonesia khususnya banyak sekali yang memanfaatkan lahan miring untuk menanam tanaman semusim. Tanaman semusim yang akan ditanam ialah tanaman wortel. Wortel (Daucus carota L.) adalah tumbuhan sayur yang ditanam sepanjang tahun. Terutama di daerah pegunungan yang memiliki suhu udara dingin dan lembab, kurang lebih pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan wortel mernbutuhkan sinar matahari dan dapat turnbuh pada semua musim. Wortel mempunyai batang daun basah yang berupa sekumpulan pelepah (tangkai daun) yang muncul dari pangkal buah bagian atas (umbi akar), mirip daun seledri. Wortel menyukai tanah yang gembur dan subur. Penggunaan lahan miring untuk usaha tani yang intensif, dapat menimbulkan beberapa masalah. Masalah utama yang sering terjadi pada penggunaan lahan miring untuk usaha tani adalah erosi pada saat musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Maka dari itu untuk menanggulangi masalah ini, perlu dilakukan tindakan-tindakan konservasi tanah. Tindakan konservasi tanah contohnya dengan menggunakan metode konservasi mekanik ialah dengan pembuatan guludan pada lahan miring, guludan tersebut searah dengan kontur tanah atau memotong lereng. Bedengan ialah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah kontur atau memotong lereng. Bedengan yang memotong lereng mampu menurunkan aliran permukaan atau memperlambat aliran permukaan dan terjadinya erosi. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui pengaruh arah bedengan terhadap aliran permukaan dan erosi pada lahan miring yang ditanami wortel dan apel muda. Serta mengetahui produktivitas tanaman wortel dengan sistem penanaman tumpang sari dengan tanaman apel muda pada lahan miring yang menggunakan guludan searah lereng dan searah kontur. Hipotesis penelitian ini ialah lahan dengan bedengan searah kontur yang telah ditanami apel muda memiliki tingkat erosi lebih rendah daripada lahan yang memiliki bedengan yang searah lereng.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sumber Brantas, jenis tanah Andisol, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu pada bulan November hingga Januari 2011. Lokasi berada di sebelah barat daya gunung Arjuno dengan ketinggian tempat sekitar 1300 m dpl. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ialah: petak erosi, apron, chinometer, selang, jirigen, ombrometer, klinometer, timbangan analitik, meteran, oven, gelas ukur, corong dan kertas. Bahan yang digunakan ialah tanaman wortel dan apel. Pupuk yang digunakan ialah pupuk kandang, urea dan ZA. Metode penelitian ini menggunakan metode grid (petak) dimana kondisi lingkungan dianggap homogen. Dalam penelitian ini dibuat 4 buah plot erosi yang berjajar pada kemiringan tanah yang sama, yang berisi tanaman antara lain plot erosi dengan bedengan searah lereng dengan tanaman wortel (P1), plot erosi dengan bedengan searah kontur dengan tanaman wortel (P2), plot erosi dengan
bedengan searah lereng dengan tanaman apel dan wortel (P3), plot erosi dengan bedengan searah kontur dengan tanaman apel dan wortel (P4). Pengamatan yang dilakukan ialah pengamatan komponen pertumbuhan tanaman wortel (tinggi tanaman, bobot basah dan bobot kering tanaman) dan komponen ekologis (curah hujan, limpasan permukaan dan erosi) diamati setiap ada kejadian hujan. Data yang diperoleh dilakukan pengujian menggunakan analisis (uji T) dengan taraf nyata p = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan curah hujan tertinggi pada bulan Desember (243,96 mm), sedangkan curah hujan terendah pada bulan November 2010 (100 mm). sedangkan perlakuan plot 1 memiliki rata-rata limpasan permukaan yang paling tinggi (1,31 mm) dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pada perlakuan plot 1, plot 2, plot 3, plot 4 masing-masing memiliki rata-rata limpasan permukaan yang berbeda nyata. Untuk rata-rata tingkat erosi aktual pada petak plot 1 (0, 12 ton ha-1) lebih tinggi dibandingkan dengan petak plot 2 (0,03 ton ha-
1) dan plot 3 (0,07 ton ha-1 ) lebih tinggi dibandingkan plot 4 (0,02 ton ha-1). Hal ini menunjukkan bahwa petak konservasi memberikan pengaruh positif untuk mengurangi erosi aktual. Tanaman tahunan yang terdapat pada petak konservasi dapat membantu menahan laju air hujan turun langsung ke tanah, sehingga dapat mengurangi limpasan permukaan dan erosi aktual. Pengaruh penerapan sistem konservasi dibandingkan sistem non konservasi terhadap tinggi tanaman menunjukkan tidak beda nyata dari awal pengamatan dan pada tengah pengamatan menunjukkan tidak nyata dan pada akhir pengamatan menunjukkan beda nyata. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata bobot segar dan kering tanaman wortel pada perlakuan konservasi dan non konservasi berbeda nyata.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi berjudul “Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Wortel (Daucus carota L.)
Yang Ditanam Tumpang Sari Dengan Tanaman Apel (Malus sylvestris MILL)
Dengan Arah Bedengan Berbeda Di Lahan Miring.”. Skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian.
Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar- besarnya
2. Bapak Dr. Ir. Agung Nugroho selaku pembimbing kedua.
3. Ayahanda dan Ibunda atas doa dan restunya.
4. Keluarga Besar HMI Komisariat Pertanian UB , “ D’Agronomers 2004 “,
dan teman-teman di jurusan BP atas dukungan serta motivasinya.
5. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan Skripsi ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.
Malang, Agustus 2011
Penulis
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 8 Agustus 1985, putra kedua
dari dua bersaudara pasangan Bapak Heru Priyo Sanyoto dan Ibu Endang Rini
Budiningtyas. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN
Tunjungsekar I pada tahun 1997, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri 8 Malang pada tahun 2000 dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di
SMU Islam Malang pada tahun 2003. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan ke
pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang melalui jalur SPMB
(Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Penulis pernah aktif sebagai anggota
Medis Pekan Orientasi Siswa Terpadu (POSTER) Fakultas Pertanian selama 5
tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2005-2009.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ....................................................................................... i RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2 1.3 Hipotesis .................................................................................................... 2 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3 2.1 Konservasi tanah ....................................................................................... 3 2.2 Bedengan ................................................................................................... 4 2.3 Pengaruh bedengan pada kesuburan tanah ................................................ 5 2.4 Iklim .......................................................................................................... 6 2.5 Kondisi tanah ............................................................................................ 6 2.6 Topografi ................................................................................................... 7 2.6.1 Tanaman penutup permukaan tanah................................................. 8 2.7 Pengaruh gangguan tanah oleh aktifitas manusia ..................................... 8 2.8 Infiltrasi ..................................................................................................... 8 2.8.1 Proses terjadinya infiltrasi ................................................................ 10 2.8.2 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Infiltrasi Tanah ...................... 11 2.9 Wortel ........................................................................................................ 16 2.10 Apel ......................................................................................................... 17 3. METODE DAN PELAKSANAAN .............................................................. 21 3.1 Tempat dan Waktu .................................................................................... 21 3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................... 21 3.3 Rancangan Percobaan ............................................................................... 21 3.4 Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 22
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 26 4.1 Hasil .......................................................................................................... 26
4.1.1 Kemiringan Lahan ............................................................................ 26 4.1.2 Curah Hujan ...................................................................................... 27 4.1.3 Limpasan Permukaan ....................................................................... 28 4.1.4 Erosi .................................................................................................. 29 4.1.5 Tinggi Tanaman ................................................................................ 30 4.1.6 Bobot Segar dan Bobot Kering ......................................................... 30
4.2 Pembahasan .............................................................................................. 31 4.2.1 Limpasan Permukaan ....................................................................... 31 4.2.2 Erosi .................................................................................................. 32 4.2.3 Tinggi Tanaman ................................................................................ 33 4.2.4 Bobot Segar dan Bobot Kering ......................................................... 33
Anonymous, 2011a. Erosi dan Faktor-Faktor Penyebab Erosi. http://www.scribd.com/doc/50633305/faktor2-penyebab-erosi Arsanti, I.W. dan M. Boehme. 2006. Sistem Usaha Tani Tanaman Sayuran di
Indonesia: Apresiasi Multifungsi Pertanian, Ekonomi dan Eksternalitas Lingkungan. Seminar Multifungsi Pertanian.lido 26-27 Juni 2006. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Edisi ke-3. IPB Press. Bogor Dariah, A dan E. Husen. 2004. Optimalisasi Multifungsi Pertanian pada Usaha
Tani Berasis Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Tanah. Indonesia Dariah, A, U Haryati dan T Budhyastoro. 2011. Teknologi Konservasi Tanah
Departemen Pertanian. 2004. Statistik Pertanian. Pusat Data dan Statistik, Departemen Pertanian. Jakarta
Effendi, S. 2003. Pengendalian Erosi Tanah. Bumi Aksara. Jakarta Erfandi, D., U. Kurnia dan O. Sopandi. 2002. Pengendalian Erosi dan Perubahan
Sifat Fisik Tanah pada Lahan Sayuran Berlereng. Hlm. 277-286 dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Pupuk,
36
Cisarua-Bogor, 30-31 Oktober 2001.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Buku II.
FAO(Food Agriculture Organization). 2004. Statistical Database. New York,
USA. Farida. 2001. Analisis Limpasan Permukaan. Jurusan Geofisika dan Meteorologi.
IPB. Bogor Hardiyatmo, Christady, Hary. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi.
Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta Haryati, U. dan U. Kurnia. 2001. Pengaruh Teknik Konservasi Terhadap Erosi
dan Hasil Kentang (Solanum tuberosum) pada Lahan Budidaya Sayuran. Hlm. 207-219 dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Pupuk. Cisarua-Bogor, 30-31 Oktober 2001. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Buku II
Ispriyanto, Rudi., N. M. Arifjaya dan Hendayanto. 2001. Aliran Permukaan dan
Erosi di Areal Tumpangsari Tanaman Pinus Merkusii Jung. Et De Vriese. IPB. Bogor
Nurida L.N. dan A. Dariah. 2006. Beberapa Tipe Penggunaan Lahan Kering.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian
Subekti. 2004. Efektifitas Guludan dalam Mengendalikan Laju Erosi Lahan.
Universitas Diponegoro. Semarang Suripin. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Universitas Diponegoro. Semarang
37
Lampiran 1. Uji t rata-rata limpasan permukaan tiap perlakuan (plot).
a. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata limpasan permukaan plot 1 dan plot 2.
plot 1 plot 2 Mean 1,307247 0,703767Variance 4,572495 1,605664Observations 41 41Pearson Correlation 0,92497Hypothesized Mean Difference 0df 40t Stat 3,579184P(T<=t) one-tail 0,000461t Critical one-tail 1,683851P(T<=t) two-tail 0,000922t Critical two-tail 2,021075
t Stat > t critical Two – tail (3,579184 > 2,021075), maka ada perbedaan antara rata – rata limpasan permukaan antara plot 1 dengan plot 2.
b. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata limpasan permukaan plot 1 dan plot 3.
plot 1 plot 3 Mean 1,307247 1,03973Variance 4,572495 3,48037Observations 41 41Pearson Correlation 0,973687Hypothesized Mean Difference 0df 40t Stat 3,212355P(T<=t) one-tail 0,0013t Critical one-tail 1,683851P(T<=t) two-tail 0,002601t Critical two-tail 2,021075
t Stat > t critical Two – tail (3,212355 > 2,021075), maka ada perbedaan antara rata – rata limpasan permukaan antara plot 1 dengan plot 3.
38
c. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata limpasan permukaan plot 1 dan plot 4.
plot 1 plot 4 Mean 1,307247 0,529239Variance 4,572495 0,928417Observations 41 41Pearson Correlation 0,93451Hypothesized Mean Difference 0df 40t Stat 3,878217P(T<=t) one-tail 0,000192t Critical one-tail 1,683851P(T<=t) two-tail 0,000383t Critical two-tail 2,021075
t Stat > t critical Two – tail (3,878217 > 2,021075), maka ada perbedaan antara rata – rata limpasan permukaan antara plot 1 dengan plot 4. d. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata limpasan permukaan plot 2 dan plot 3.
plot 2 plot 3 Mean 0,703767 1,03973Variance 1,605664 3,48037Observations 41 41Pearson Correlation 0,951745Hypothesized Mean Difference 0df 40t Stat -2,80956P(T<=t) one-tail 0,00382t Critical one-tail 1,683851P(T<=t) two-tail 0,00764t Critical two-tail 2,021075
t Stat > t critical Two – tail (2,80956 > 2,021075), maka ada perbedaan antara rata – rata limpasan permukaan antara plot 2 dengan plot 3.
39
e. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata limpasan permukaan plot 2 dan plot 4.
plot 2 plot 4 Mean 0,703767 0,529239Variance 1,605664 0,928417Observations 41 41Pearson Correlation 0,975407Hypothesized Mean Difference 0df 40t Stat 2,864228P(T<=t) one-tail 0,003314t Critical one-tail 1,683851P(T<=t) two-tail 0,006628t Critical two-tail 2,021075
t Stat > t critical Two – tail (2,864228 > 2,021075), maka ada perbedaan antara rata – rata limpasan permukaan antara plot 2 dengan plot 4. f. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata limpasan permukaan plot 3 dan plot 4.
plot 3 plot 4 Mean 1,03973 0,529239Variance 3,48037 0,928417Observations 41 41Pearson Correlation 0,957442Hypothesized Mean Difference 0df 40t Stat 3,32462P(T<=t) one-tail 0,000952t Critical one-tail 1,683851P(T<=t) two-tail 0,001903t Critical two-tail 2,021075
t Stat > t critical Two – tail (3,32462 > 2,021075), maka ada perbedaan antara rata – rata limpasan permukaan antara plot 3 dengan plot 4.
40
Lampiran 2. Uji t rata-rata erosi tiap perlakuan (plot).
a. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata erosi plot 1 dan plot 2.
plot 1 plot 2 Mean 0,113306 0,029888Variance 0,041129 0,003788Observations 41 41Pearson Correlation 0,932457Hypothesized Mean Difference 0df 40t Stat 3,631078P(T<=t) one-tail 0,000397t Critical one-tail 1,683851P(T<=t) two-tail 0,000793t Critical two-tail 2,021075
t Stat > t critical Two – tail (3,631078 > 2,021075), maka ada perbedaan antara rata – rata erosi antara plot 1 dengan plot 2.
b. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata erosi plot 1 dan plot 3.
plot 1 plot 3 Mean 0,113306 0,069603Variance 0,041129 0,019793Observations 41 41Pearson Correlation 0,942128Hypothesized Mean Difference 0df 40t Stat 3,306989P(T<=t) one-tail 0,001t Critical one-tail 1,683851P(T<=t) two-tail 0,001999t Critical two-tail 2,021075
t Stat > t critical Two – tail (3,306989 > 2,021075), maka ada perbedaan antara rata – rata erosi antara plot 1 dengan plot 3.
41
c. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata erosi plot 1 dan plot 4.
plot 1 plot 4 Mean 0,113306 0,021413Variance 0,041129 0,001927Observations 41 41Pearson Correlation 0,901822Hypothesized Mean Difference 0df 40t Stat 3,580952P(T<=t) one-tail 0,000459t Critical one-tail 1,683851P(T<=t) two-tail 0,000917t Critical two-tail 2,021075
t Stat > t critical Two – tail (3,580952 > 2,021075), maka ada perbedaan antara rata – rata erosi antara plot 1 dengan plot 4. d.Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata erosi plot 2 dan plot 3.
plot 2 plot 3 Mean 0,029888 0,069603Variance 0,003788 0,019793Observations 41 41Pearson Correlation 0,978904Hypothesized Mean Difference 0df 40t Stat -3,12349P(T<=t) one-tail 0,001659t Critical one-tail 1,683851P(T<=t) two-tail 0,003318t Critical two-tail 2,021075
t Stat > t critical Two – tail (3,12349 > 2,021075), maka ada perbedaan antara rata – rata erosi antara plot 2 dengan plot 3. e.Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata erosi plot 2 dan plot 4.
plot 2 plot 4 Mean 0,029888 0,021413Variance 0,003788 0,001927Observations 41 41Pearson Correlation 0,989198Hypothesized Mean Difference 0df 40t Stat 2,821226P(T<=t) one-tail 0,003706t Critical one-tail 1,683851P(T<=t) two-tail 0,007413t Critical two-tail 2,021075
t Stat > t critical Two – tail (2,821226 > 2,021075), maka ada perbedaan antara rata – rata erosi antara plot 2 dengan plot 4.
42
f.Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata erosi plot 3 dan plot 4.
plot 3 plot 4 Mean 0,069603 0,021413Variance 0,019793 0,001927Observations 41 41Pearson Correlation 0,967019Hypothesized Mean Difference 0df 40t Stat 3,120791P(T<=t) one-tail 0,001671t Critical one-tail 1,683851P(T<=t) two-tail 0,003343t Critical two-tail 2,021075
t Stat > t critical Two – tail (3,120791 > 2,021075), maka ada perbedaan antara rata – rata erosi antara plot 3 dengan plot 4.
Lampiran 3. Uji t rata-rata tinggi tanaman 1 bst tiap perlakuan (plot).
a. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 1 bst plot 1 dan plot 2.
plot 1 plot 2 Mean 6,866667 7,7Variance 0,053333 0,13Observations 3 3Pearson Correlation -0,24019Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -3,05424P(T<=t) one-tail 0,046279t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,092557t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-3,05424 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 1 bst plot 1 dan plot 2.
43
b. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 1 bst plot 1 dan plot 3.
plot 1 plot 3 Mean 6,866667 7,666667Variance 0,053333 0,173333Observations 3 3Pearson Correlation -0,69338Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -2,3094P(T<=t) one-tail 0,073599t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,147197t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-2,3094 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 1 bst plot 1 dan plot 3. c. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 1 bst plot 1 dan plot 4.
plot 1 plot 4 Mean 6,866667 7,433333Variance 0,053333 0,023333Observations 3 3Pearson Correlation 0,188982Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -3,90007P(T<=t) one-tail 0,029949t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,059898t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-3,90007 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 1 bst plot 1 dan plot 4.
44
d. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 1 bst plot 2 dan plot 3.
plot 2 plot 3 Mean 7,7 7,666667Variance 0,13 0,173333Observations 3 3Pearson Correlation 0,866025Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat 0,27735P(T<=t) one-tail 0,403775t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,80755t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (0,27735 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 1 bst plot 2 dan plot 3. e. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 1 bst plot 2 dan plot 4.
plot 2 plot 4 Mean 7,7 7,433333Variance 0,13 0,023333Observations 3 3Pearson Correlation 0,907841Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat 2P(T<=t) one-tail 0,091752t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,183503t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (0,091752 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 1 bst plot 2 dan plot 4.
45
f. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 1 bst plot 3 dan plot 4.
plot 3 plot 4 Mean 7,666667 7,433333Variance 0,173333 0,023333Observations 3 3Pearson Correlation 0,576557Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat 1,150793P(T<=t) one-tail 0,184416t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,368831t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (1,150793 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 1 bst plot 3 dan plot 4. Lampiran 4. Uji t rata-rata tinggi tanaman 2 bst tiap perlakuan (plot).
a. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 2 bst plot 1 dan plot 2.
plot 1 plot 2 Mean 12,96667 12,86667Variance 0,363333 1,053333Observations 3 3Pearson Correlation 0,748959Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat 0,247436P(T<=t) one-tail 0,413827t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,827655t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (0,247436 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 2 bst plot 1 dan plot 2.
46
b. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 2 bst plot 1 dan plot 3.
plot 1 plot 3 Mean 12,96667 13,3Variance 0,363333 0,37Observations 3 3Pearson Correlation -0,85913Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -0,49447P(T<=t) one-tail 0,334975t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,669951t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-0,49447 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 2 bst plot 1 dan plot 3.
c. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 2 bst plot 1 dan plot 4.
plot 1 plot 4 Mean 12,96667 13,56667Variance 0,363333 1,263333Observations 3 3Pearson Correlation 0,993845Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -1,96396P(T<=t) one-tail 0,094249t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,188497t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-1,96396 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 2 bst plot 1 dan plot 4.
47
d. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 2 bst plot 2 dan plot 3.
plot 2 plot 3 Mean 12,86667 13,3Variance 1,053333 0,37Observations 3 3Pearson Correlation -0,30435Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -0,55891P(T<=t) one-tail 0,316226t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,632451t Critical two-tail 4,302653
.t Stat < t critical Two – tail (-0,55891< 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 2 bst plot 2 dan plot 3.
e. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 2 bst plot 2 dan plot 4.
plot 2 plot 4 Mean 12,86667 13,56667Variance 1,053333 1,263333Observations 3 3Pearson Correlation 0,817755Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -1,84895P(T<=t) one-tail 0,102854t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,205707t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-1,84895 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 2 bst plot 2 dan plot 4.
48
f. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 2 bst plot 3 dan plot 4.
plot 3 plot 4 Mean 13,3 13,56667Variance 0,37 1,263333Observations 3 3Pearson Correlation -0,79714Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -0,27988P(T<=t) one-tail 0,402929t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,805857t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-0,27988 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 2 bst plot 3 dan plot 4. Lampiran 5. Uji t rata-rata tinggi tanaman 3 bst tiap perlakuan (plot).
a. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 3 bst plot 1 dan plot 2.
plot 1 plot 2 Mean 16,9 17,76667Variance 0,36 0,093333Observations 3 3Pearson Correlation 0,327327Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -2,6P(T<=t) one-tail 0,060771t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,121541t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-0,060771 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 3 bst plot 1 dan plot 2.
49
b. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 3 bst plot 1 dan plot 3.
plot 1 plot 3 Mean 16,9 17,96667Variance 0,36 0,123333Observations 3 3Pearson Correlation 0,996616Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -7,3413P(T<=t) one-tail 0,009027t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,018054t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-7,3413 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 3 bst plot 1 dan plot 3.
c. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 3 bst plot 1 dan plot 4.
plot 1 plot 4 Mean 16,9 18,7Variance 0,36 0,19Observations 3 3Pearson Correlation 0,802955Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -8,64692P(T<=t) one-tail 0,006556t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,013112t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-8,64692 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 3 bst plot 1 dan plot 4.
50
d. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 3 bst plot 2 dan plot 3.
plot 2 plot 3 Mean 17,76667 17,96667Variance 0,093333 0,123333Observations 3 3Pearson Correlation 0,40389Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -0,96077P(T<=t) one-tail 0,219024t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,438049t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-0,96077 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 3 bst plot 2 dan plot 3. e. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 3 bst plot 2 dan plot 4.
plot 2 plot 4 Mean 17,76667 18,7Variance 0,093333 0,19Observations 3 3Pearson Correlation 0,826033Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -6,42364P(T<=t) one-tail 0,011694t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,023388t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-6,42364 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 3 bst plot 2 dan plot 4.
51
f. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata tinggi tanaman 3 bst plot 2 dan plot 4.
plot 3 plot 4 Mean 17,96667 18,7Variance 0,123333 0,19Observations 3 3Pearson Correlation 0,849232Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -5,5P(T<=t) one-tail 0,015752t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,031504t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (0,015752 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata tinggi tanaman 3 bst plot 3 dan plot 4.
Lampiran 6. Uji t rata-rata tinggi tanaman bobot segar wortel tiap perlakuan (plot).
a. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata bobot segar wortel plot 1 dan plot 2.
plot 1 plot 2 Mean 189,6333 197,4Variance 22,66333 232,69Observations 3 3Pearson Correlation 0,675718Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -1,07288P(T<=t) one-tail 0,197802t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,395604t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-1,07288 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata bobot segar wortel plot 1 dan plot 2.
52
b. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata bobot segar wortel plot 1 dan plot 3.
plot 1 plot 3 Mean 189,6333 199,0333Variance 22,66333 3,543333Observations 3 3Pearson Correlation -0,52188Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -2,73028P(T<=t) one-tail 0,056024t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,112048t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-2,73028 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata bobot segar wortel plot 1 dan plot 3.
c. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata bobot segar wortel plot 1 dan plot 4.
plot 1 plot 4 Mean 189,6333 199,1333Variance 22,66333 42,49333Observations 3 3Pearson Correlation -0,15392Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -1,90368P(T<=t) one-tail 0,098633t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,197266t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-1,90368 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata bobot segar wortel plot 1 dan plot 4.
53
d. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata bobot segar wortel plot 2 dan plot 3.
plot 2 plot 3 Mean 197,4 199,0333Variance 232,69 3,543333Observations 3 3Pearson Correlation 0,276171Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -0,19057P(T<=t) one-tail 0,433227t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,866453t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-0,19057 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata bobot segar wortel plot 2 dan plot 3.
e. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata bobot segar wortel plot 2 dan plot 4.
plot 2 plot 4 Mean 197,4 199,1333Variance 232,69 42,49333Observations 3 3Pearson Correlation -0,83238Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -0,14301P(T<=t) one-tail 0,449696t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,899391t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-0,14301 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata bobot segar wortel plot 2 dan plot 4.
54
f. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata bobot segar wortel plot 3 dan plot 4.
plot 3 plot 4 Mean 199,0333 199,1333Variance 3,543333 42,49333Observations 3 3Pearson Correlation -0,76253Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -0,02152P(T<=t) one-tail 0,492391t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,984781t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-0,02152 < 4,302653), maka tidak ada perbedaan antara rata – rata bobot segar wortel plot 3 dan plot 4.
Lampiran 7. Uji t rata-rata tinggi tanaman bobot kering wortel tiap perlakuan (plot).
a. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata bobot kering wortel plot 1 dan plot 2.
plot 1 plot 2 Mean 37,85333 39,48Variance 0,682133 9,3076Observations 3 3Pearson Correlation 0,663723Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -1,09298P(T<=t) one-tail 0,194244t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,388488t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-1,09298 < 4,302653), maka ada perbedaan antara rata – rata bobot kering wortel plot 1 dan plot 2.
55
b. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata bobot kering wortel plot 1 dan plot 3.
plot 1 plot 3 Mean 37,85333 40,1Variance 0,682133 0,2356Observations 3 3Pearson Correlation 0,623617Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -6,02074P(T<=t) one-tail 0,013248t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,026495t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-6,02074 < 4,302653), maka ada perbedaan antara rata – rata bobot kering wortel plot 1 dan plot 3.
c. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata bobot kering wortel plot 1 dan plot 4.
plot 1 plot 4 Mean 37,85333 39,81333Variance 0,682133 1,715733Observations 3 3Pearson Correlation -0,1548Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -2,05359P(T<=t) one-tail 0,088201t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,176403t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-2,05359 < 4,302653), maka ada perbedaan antara rata – rata bobot kering wortel plot 1 dan plot 4.
56
d. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata bobot kering wortel plot 2 dan plot 3.
plot 2 plot 3 Mean 39,48 40,1Variance 9,3076 0,2356Observations 3 3Pearson Correlation 0,998626Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -0,41846P(T<=t) one-tail 0,358132t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,716264t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-0,41846 < 4,302653), maka ada perbedaan antara rata – rata bobot kering wortel plot 2 dan plot 3.
e. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata bobot kering wortel plot 2 dan plot 4.
plot 2 plot 4 Mean 39,48 39,81333Variance 9,3076 1,715733Observations 3 3Pearson Correlation -0,84171Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat -0,13704P(T<=t) one-tail 0,451776t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,903553t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (-0,13704 < 4,302653), maka ada perbedaan antara rata – rata bobot kering wortel plot 2 dan plot 4.
57
f. Hasil Analisis Statistik Uji t (α = 0,05) rata-rata bobot kering wortel plot 3 dan plot 4.
plot 3 plot 4 Mean 40,1 39,81333Variance 0,2356 1,715733Observations 3 3Pearson Correlation -0,86884Hypothesized Mean Difference 0df 2t Stat 0,284022P(T<=t) one-tail 0,401549t Critical one-tail 2,919986P(T<=t) two-tail 0,803098t Critical two-tail 4,302653
t Stat < t critical Two – tail (0,284022 < 4,302653), maka ada perbedaan antara rata – rata bobot kering wortel plot 3 dan plot 4.
58
Lampiran 8. Gambar Denah Pengambilan Sampel Tanaman