PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN SECARA BERKELANJUTAN Disusun Oleh : Solihah Pratiwi 11111069 Management UNIVERSITAS TRILOGI
PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI
ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN
SECARA BERKELANJUTAN
Disusun Oleh :
Solihah Pratiwi 11111069
Management
UNIVERSITAS TRILOGI
JAKARTA
2014
ABSTRAK
Karya Tulis ini dilatarbelakangi dengan adanya pemanfatan
lahan yang kurang optimal dan kurang produktif untuk
ditanami tanaman kebutuhan pangan oleh petani. Hingga
munculnya konsep agroekologi sebagai pengembangan dari
pertanian berkelanjutan yang merupakan bagian dari
pembangunan berkelanjutan dalam aspek penyediaan
kebutuhan pangan. Tujuan dari karya tulis ini adalah
untuk memberikan konsep agroekologi serta pertanian
berkelanjutan bagi para petani Indonesia untuk memberikan
nilai tambah dalam mendukung program ketahanan pangan dan
sebagai alternatif penyedia kebutuhan pangan. Hasil karya
tulis ini menunjukan bahwa konsep agroekologi dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk menyediakan bahan
pangan manusia.
Kata Kunci : agroekologi, pertanian berkelanjutan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang sangat
pesat oleh karena itu kebutuhan masyarakat akan pangan
kian meningkat pula. Namun pertanian di Indonesia sedang
mengalami masalah sulit karena pengelolaan lahan yang
kurang optimal dan banyak lahan yang tidak produktif
sehingga sulit untuk bisa menanam berbagai bahan pangan.
Kecenderungan adanya eksploitasi sumber daya yang tidak
memperhatikan prinsip konservasi dan preservasi telah
terjadi di berbagai belahan dunia, khususnya di negara
berkembang termasuk di dalamnya adalah Indonesia. Untuk
kasus sumberdaya hutan yang terjadi pada tahun 1990-1995
hutan yang rusak telah mencapai 425,6 ribu km2. Kerusakan
hutan terbesar terjadi di Brazil dengan 127.700 km2,
kemudian diikuti oleh Indonesia dengan 54,2 ribu km2,
Zaire, Meksiko, Venezuela, dan Malaysia dengan 20,0-37,0
ribu km2, Myanmar, Sudan, Thailand, Paraguay, Tanzania,
Zambia, Philipina, Columbia, dan Peru dengan 10,0-10,8
ribu km2. Dan akibat dari penurunan sumber daya hutan
adalah peurunannya ketersediaan air.
Kerusakan hutan tersebut tentu akan merubah
karakteristik fisik yang pada nantinya akan mempengaruhi
pula siklus hidrologis dan biologis kearah degradasi
lahan. Data yang ada di Idonesia tercatat bahwa degradasi
lahan pada hutan produktif telah mencapai 625 ribu ha per
tahun. Sedangkan luas lahan kritis di Indonesia telah
mencapai 11,01 juta ha yang tersebar di 39 Satuan Wilayah
Sungai (SWS). Adanya degradasi lahan akan mengakibatkan
banjir dan erosi serta penurunan produktivitas lahan,
sedangkan erosi sendiri dibeberapa sungai juga sudah
menunnjukkan angka yang cukup memprihatinkan. Eksploitasi
sumberdaya alam sangat erat kaitannya dengan dengan
proses bio-produksi dan membawa dampak yang cukup
signifikan dalam keberlangsungan kehidupan.
Pembanguan berkelanjutan yang berlandaskan pada
konsep agroekologi memang sudah saatnya dikembangkan.
Dikaitkan dengan eksploitasi sumber daya alam yang
cenderung terpusat di negara negara berkembang seperti
yang telah disinggung diatas, kecenderungan tersebut
terlihat adanya korelasi yang erat pada masalah keamanan
pangan. Dengan adanya indikasi tersebut, perlu adanya
pengembangan konsep pembanguan pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture development) yang dilandasi pada
pendekatan agro-ekologi. Pemikiran pembangunan pertanian
yang berkelanjutan pada dasarnya diawali dengan adanya
pemikiran pembanguan berkelanjutan (sustainable development)
pada tahun 1987. Pengembangan kearah konsep pertanian
yang berkelanjutan pada dasarnya merupakan salah satu
penjabaran yang lebih spesifik dari konsep pembangunan
berkelanjutan (the concept of sustainable development).
Dalam konteks pembanguan berkelanjutan, pembangunan
sektor pertanian pada dasarnya merupakan pembangunan
sektor lainnya. Dengan demikian, kondisi ekologi dapat
berlanjut apabila ada keseimbangan pembangunan antar
sektor. Penyeimbangan ini hanya mungkin dapat dilakukan
oleh pusat kekuasaan (nucleus of power) yang mempunyai
kekuatan politis. Oleh karena permasalahan diatas penulis
membuat karya tulis yang berjudul “PERTANIAN AGROEKOLOGI
SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN SECARA BERKELANJUTAN”.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang
dapat diambil adalah :
1. Mengapa agroekologi dapat dikatakan sebagai alternatif
dalam penyediaan pangan.
2. Apa hubungan antara agroekologi dengan pertanian
berkelanjutan.
1.3 Tujuan dan manfaat
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dan manfaat
penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui bahwa agroekologi merupakan
alternatif dalam persediaan pangan
2. Untuk mengetahui hubungan antara agroekologi dengan
pertanian berkelanjutan
BAB 2
KONSEP TEORI
2.1 Agrekologi
Agroekologi merupakan ilmu yang menerapkan prinsip –
prinsip ekologi untuk pertanian. Penjelasan mengenai
ekologi menurut Waren et al (2008: 3) adalah “Ecologi as a
science is about understanding why species occur where they do and why
they are absent from other area”. Sedangkan penjelasan pertanian
menurut Warren et al (2008: 2) pertanian adalah sebuah
proses domestifikasi yang merubah habitat alami dari
spesies tanaman atau hewan tertentu, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan makanan manusia. Proses
domestifikasi dapat berupa modifikasi ataupun seleksi.
2.2 Pertanian Berkelanjutan
Konseptual pertanian berkelanjutan di Indonesia
tercantum pada UU No. 12 Tahun 1992, akan tetapi
pengertian pertanian berkelanjutan sendiri secara
implementasi masih belum begitu jelas. Secara umum
prinsip dari pertanian berkelanjutan adalah praktek
pertanian yang menggunakan prinsip dasar ekologi serta
ilmu tentang hubungan antara organisme dengan
lingkungannya. Hal ini sama dengan penjelasan dari
wikipedia bahwa Sustainable agriculture is the practice of farming using
principles of ecology, the study relationship between organism and their
environment. Pertanian berkelanjutan juga telah
didefinisikan sebagai sistem pertanian yang terintegrasi
dari praktek produksi tumbuhan dan hewan yang secara
spesifik akan bertahan dalam waktu yang lama.
Aspek – aspek pertanian berkelanjutan menurut
wikipedia salah satunya adalah meningkatkan kualitas
lingkungan dan sumberdaya alam dengan mengacu kepada
kebutuhan ekonomi pertanian. Menurut Serageldin disebut
sebagai pertanian berkelanjutan karena dalam pertanian
tersebut memiliki kegiatan yang secara ekonomis,
ekologis, dan sosial bersifat berkelanjutan.
2.3 Konsep pertanian organik
Pertanian organik merupakan salah satu bagian
pendekatan pertanian berkelanjutan, yang didalamnya
meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti
tumpangsari (intercropping), penanganan tanaman dan pasca
panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum
dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik,
serta pemeliharaan produktivitas tanah. The International
Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) menyatakan bahwa
pertanian organik bertujuan untuk:
a. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan
kuantitas memadai.
b. Membudidayakan tanaman secara alami.
c. Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam
ekosistem pertanian.
d. Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka
panjang.
e. Menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan
penerapan teknik pertanian.
f. Memelihara keragaman genetik sistem pertanian
penerapan teknik pertanian dan sekitarnya.
g. Mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih
luas dalam pertanian.
Menurut Kasumbogo Untung (1997), Pertanian organik
merupakan sistem pertanian yang bertujuan untuk tetap
menjaga keselarasan (harmoni) dengan sistem alami dengan
memanfaatkan dan mengembangkan semaksimal mungkin proses-
proses alami dalam pengelolaan usaha tani.
2.4 Ketahanan pangan
Ketahanan pangan menurut FAO (2009), adalah bahwa
“Ketahanan pangan akan bisa tercapai ketika semua orang
di setiap saat secara fisik, sosial, dan ekonomi punya
akses untuk memperoleh makanan bernutrisi yang cukup,
aman, dan bernutrisi demi memenuhi kebutuhan pola makan
dengan makanan yang bervariasi untuk tercapainya hidup
sehat dan aktif.”
Ketahanan pangan menurut UU Nomor 41 Tahun 2009
tentang Perlindungan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(PLPPB) adalah kondisi terpenuhinya baik pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
terjangkau.
Gambar 1 : Pola Pikir Penyelenggaraan Pangan
.
Sumber : BKPP provinsi Kalimantan Timur
Menurut Dr. Bayu Krisnamurthi dalam kuliah umum di
Universitas Trilogi (2014), ada indikator yang harus
diperhatikan untuk mewujudkan ketahanan pangan secara
terintegrasi yang disebut dengan “Lima Angka 5”. Isi dari
lima angka lima tersebut yaitu :
1. Angka 5 pertama : 50 juta rakyat Indonesia berada
ditingkat menengah. Hal ini dapat dilihat dari pola
konsumsi masyarakat yang cenderung lebih memilih
makanan siap saji untuk memenuhi kebutuhannya dalam
kesibukan bekerja.
2. Angka 5 Kedua : Ada 50 kota besar di Indonesia. Ini
menjadi tantangan bagi pengusaha untuk mencari solusi
bagaimana cara pendistribusian produknya agar sampai
ketangan konsumen secara merata.
3. Angka 5 Ketiga : Ada 5 Produk yang aka menentukan
keberhasilan pertanian. Lima produk tersebut yaitu :
Food (Pangan), Obat-obatan dan kosmetik, material,
Bio energy, dan Bio tourism (pariwisata).
4. Angka 5 Keempat : Akan ada 5 wilayah yang menentukan
kedepan. Kelima wilayah tersebut akan menentukan
perekonomian dunia, diantaranya yaitu : Asia Timur
(China, Korea, Jepang), ASEAN (terutama Myanmar,
Laos, Kamboja, Vietnam), Asia Tengah (Pakistan,
Afghanistan, Uzbekistan,dll), Timur Tengah, dan
Afrika.
5. Angka 5 Kelima : Ada lima faktor yang dapat membuat
kedaulatan pangan di Indonesia, yaitu : teknologi dan
SDM (Manusia yang bersumber daya), nilai dari Produk,
Design Produk, Informasi, diplomasi dan promosi.
BAB 3
METODOLOGI PENULISAN
Metode penulisan dalam karya tulis ilmiah ini adalah
metode penulisan kualitatif dimana riset bersifat
deskriptif dan menggunakan analisis dengan pendekatan
induktif. Dalam proses dan makna (perspektif subjek)
lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Selain
itu, dalam menganalisis data juga dilandaskan dengan
teori-teori pendukung yang terpercaya. Teknik pengumpulan
data-data sebagai teori pendukung yang dibahas dalam
telaah pustaka karya tulis ilmiah ini diperoleh dengan
cara mencari informasi pendukung melalui buku-buku yang
berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas serta
media internet dari sumber yang terpercaya sebagai
tambahan informasi terkini yang terkait dengan
permasalahan yang sedang dibahas. Sehingga penelitian
kami menjadi penelitian yang benar dan tepat.
Dalam menganalisis pertanian agroekologi sebagai
alternatif dalam penyedia pangan secara berkelanjutan,
penulis menggunakan telaah pustaka sebagai pemandu dalam
fokus penelitian sesuai dengan fakta yang terjadi. Selain
itu, telaah pustaka digunakan sebagai bahan pembahasan
hasil penelitian.
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengelolaan konsep agroekologi
Agroekologi merupakan gabungan tiga kata, yaitu Agro
(pertanian), Eko / Eco (lingkungan), dan Logi / Logos
(ilmu). Secara sederhana agroekologi dimaknai sebagai
ilmu lingkungan pertanian, secra lebih luas agroekologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan anasir (faktor)
biotik dan abiotik di bidang pertanian. Pengertian biotik
dan abiotik di bidang pertanian agak berbeda dengan
pemahaman terdahulu, terutama pada anggapan bahwa Tanah,
Air, dan Udara yang dahulu dianggap sebgai benda mati saat
ini dipandang sebagai faktor yang hidup, hidup disini
dikarenakan di dalam tanah, air, dan udara berlangsung
sistem kehidupan yang saling mempengaruhi. Hal ini dapat
dibuktikan dengan sifat dinamis yang dimiliki oleh tanah,
air, dan udara. Tanah dapat berubah dari subur menjadi
tandus, air tidak selalu dianggap sebagai sumber daya
yang tidak terbatas dan dapat diperbaharui. Kedudukan air
yang berkualitas tinggi saat ini sudah sangat
menghawatirkan karena banyaknya sumber – sumber pencemar
yang dibuang ke badan – badan air. Saat ini udarapun
bukanlah sebuah benda yang gratis lagi, terutama di
daerah kota – kota besar dan kawasan industri dimana
udara sudah semakin menurun kualitasnya.
Agroekologi lebih menekankan pada pentingnya
memperhatikan faktor lingkungan didalam bududaya
pertanian, sehingga pertanian tidak hanya sekedar
interaksi antara petani dengan tanamannya. Aktivitas
pertanian secara kompleks melibatkan banyak faktor, yaitu
manusia, hewan, lahan, dan iklim. Maksudnya adalah pada
faktor manusia didominasi oleh kondisi sosial dan
ekonominya, faktor pada hewan terdiri dari hewan makro
(yaitu ternak, ikan) dan hewan mikro (yaitu mikrobia),
pada faktor lahan meliputi kodisi fisiografi (kelerengan
dan ketinggian tempat), tanah, air, dan tanaman,
sedangkan pada faktor iklim terdiri dari sinar matahari,
suhu, kelembapan, angin, dan curah hujan. Masing – masing
komponen tersebut dikaji lebih mendalam lagi mengenai
sifat dan karakteristiknya, kemudian interaksi antar
komponen dengan pola manajemen yang tepat dalam
mengendalikan kondisi agroekologi di suatu tempat. Konsep
agroekologi mengenal model pengelolaan berdasr kondisi
agroekologi yang bersifat spesifik, masing – masing
lokasi dapat berbeda agroekologinya sehingga memerlukan
pengelolaan yang berbeda, konsep pengelompokkan
agroekologi ini sering disebut sebagai Zone Agroekologi
(Agroecological Zone).
Pengelolaan lahan berdasarkan kondisi agroekologi
sangatlah penting untuk dilakukan terutama pada
pengembangan wilayah yang terkait dengan bidang pertanian
secara luas, seperti budidaya tanaman pangan dan
hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan
perikanan. Pengelolaan lahan yang berdasar pada kondisi
agroekologi dapat dilihat pada penerapan:
1. Agroforestry / Wanatani dan
2. Agrocomplex / Biocyclofarming
Bentuk aplikasi yang lainnya juga dapat dilihat pada
penerapan kebijakan dalam pengembangan wilayah, seperti
lahan yang subur tetap dipertahankan untuk pertanian,
perkebunan, dan kehutanan, pengembangan komoditas tanaman
berdasrkan tingkat kesesuaiaan lahan (land suitability),dll.
Dan juga aktifitas bisnis di bidang pertanian
(agribisnis) juga perlu mendasarkan pada kondisi
agroekologi setempat yang berbasis pada kearifan lokal.
Ingatkah kita pada penyempitan lahan atau alih
fungsi lahan dari hutan menjadi hutan produksi, kemudian
hutan produksi berubah menjadi lahan perkebunan atau
pertanian, dan kemudian lahan pertanian beralih fungsi
menjadi lahan industri non pangan dan property. Hal ini
dapat terlihat karena adanya keterkaitan antara kondisi
lahan dengan kualitas produk pertanian dan juga kondisi
lahan dengan jalur transportasi ke pasar. Penyusutan
hutan selama 50 tahun terakhir sangat luar biasa dari 240
juta hektar menjadi 130 juta hektar, sehingga alih fungsi
dan deforestry sangat mempengaruhi lingkungan dan
kebijakan baik pusat maupun daerah. Buffer Zone dan Run
Off adalah sebgai penyangga yang banyak memberikan
pengaruh terhadap agroekologi, dan aplikasi ini masih
dipertahankan oleh masyarakat adat yang menganut tiga
zone tentang hutan, yaitu hutan tutupan, hutan larangan,
dan hutan titipan. Dan tumpang tindih dalam regulasi
tentang pengelohan hasil hutan non kayu sudah ada dalam
masyarakat adat dalam pengelolaan agroekologi.
4.2 Hubungan antara agroekologi dengan pertanian
berkelanjutan
Kegiatan pertanian selalu berhubungan dengan faktor
– faktor ekologi yang meliputi komponen – komponen biotik
dan juga abiotik yang saling berhubungan dan berinteraksi
dalam agroekosistem. Agroekosistem merupakan interaksi
dan keterkaitan komponen biotik dan abiotik khususnya
hubungan tanaman pertanian dengan komponen tanah,
kelembapan udara, presipitasi, dan cahaya matahari
dibutuhkan sebuah disiplin ilmu yang bernama agroekologi.
Waren mengatakan (2008: 17) mengatakan bahwa dalam banyak
sistem pertanian yang dikelola oleh manusia, tanaman
budidaya yang ditanam akan berinteraksi dengan ekologi
yang ada disekitarnya. Mekanisme ekologi ditentukan oleh
komposisi tanaman pertanian dan juga ditentukan oleh
faktor abiotik seperti kima tanah, iklim, dan juga
pengelolaan pertanian. Sehingga jelas terdapat
keterkaitan antara agroekologi dengan pertanian
berkelanjutan terlebih lagi pada pertanian modern.
Hal tersebut dikarenakan prinsip agroekologi
berkaitan erat dengan masalah pertanian. Adanya pertanian
modern menimbulkan masalah baru, salah satunya adalah
kurangnya lahan pertanian yang cocok untuk produksi
pertanian (agriculture production). Menurut Waren (2008: 42)
lahan yang cocok untuk pertanian memiliki ciri – ciri
ketersediaan air tanah, kesuburan alami tanah, serta
jenis – jenis penyakit yang ada. Produksi pertanian yang
insentif dapat ditandai dengan adanya perubahan manajemen
pertanian dari low-intensive farming system menuju high-intensive
farming system. High-intensif farming system ditandai dengan
bertambahnya produksi, namun disisi lain meningkatnya
jumlah pestisida dan pupuk buatan telah memberkan dampak
negatif yang besar, yang antara lain berubahnya pola
panen, berkurangnya populasi mamalia, burung,
invertabrata, dan spesies tumbuhan lain (Waren, 2008:
48). Pertanian dimasa mendatang membutuhkan pendekatan
yang berbeda yaitu sebuah pendekatan yang menekankan pada
penyediaan suplai bahan pangan yang mencukupi sekaligus
meningkatkan konservasi lingkungan pertanian dengan
lingkungan sekitar. Oleh karena itu, beberapa dekade
terkhir muncullah sebuah istilah sistem pertanian
berkelanjutanatau lebih dikenal dengan sustainable agriculture.
Menurut FOA pada dasarnya pertanian berkelanjutan adalah
proses keterlibatan pengaturan sumber daya pertanian
untuk memuaskan kebutuhan manusia yang terus berubah
serta tetap menjaga dan meningkatan kualitas lingkungan
dan konservasi sumber daya alam (ASA,1995).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penggunaan lahan hutan dan kerusakan terhadap hutan
membuat para petani mengalami kesulitan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bayu Krisnamurthi. 2014. Membangun Sistem Kemandirian
Pangan secara Terintegrasi”. Kuliah Umum Dies Natalis
Universitas Trilogi. Jakarta.
Dewan Ketahanan Pangan. 2011. Kebijakan Umum Ketahanan
Pangan 2010-2014. Dewan Ketahanan Pangan, Jakarta
Kasumbogo Untung. 1997. Pertanian Organik Sebagai
Alternatif Teknologi dalam Pembangunan Pertanian.
Diskusi Panel Tentang Pertanian Organik. DPD HKTI
Jawa Barat, Lembang 1996
http://jewushka.wordpress.com/2011/09/10/solusi-baru-
bagi-ketahanan-pangan-menyorot-peningkatan-kebutuhan-
beras-dari-perspektif-kesehatan/
http://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2012/02/tulisan-
hukum-ketahanan-pangan.pdf
http://candranopitasari.blogspot.com/2013/01/pengertian-
tujuan-dan-prinsip-prinsip_12.html