Top Banner
PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN SECARA BERKELANJUTAN Disusun Oleh : Solihah Pratiwi 11111069 Management UNIVERSITAS TRILOGI
22

PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

Mar 29, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI

ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

SECARA BERKELANJUTAN

Disusun Oleh :

Solihah Pratiwi 11111069

Management

UNIVERSITAS TRILOGI

Page 2: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

JAKARTA

2014

ABSTRAK

Karya Tulis ini dilatarbelakangi dengan adanya pemanfatan

lahan yang kurang optimal dan kurang produktif untuk

ditanami tanaman kebutuhan pangan oleh petani. Hingga

munculnya konsep agroekologi sebagai pengembangan dari

pertanian berkelanjutan yang merupakan bagian dari

pembangunan berkelanjutan dalam aspek penyediaan

kebutuhan pangan. Tujuan dari karya tulis ini adalah

untuk memberikan konsep agroekologi serta pertanian

berkelanjutan bagi para petani Indonesia untuk memberikan

nilai tambah dalam mendukung program ketahanan pangan dan

sebagai alternatif penyedia kebutuhan pangan. Hasil karya

tulis ini menunjukan bahwa konsep agroekologi dapat

dimanfaatkan secara optimal untuk menyediakan bahan

pangan manusia.

Kata Kunci : agroekologi, pertanian berkelanjutan

Page 3: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang sangat

pesat oleh karena itu kebutuhan masyarakat akan pangan

kian meningkat pula. Namun pertanian di Indonesia sedang

mengalami masalah sulit karena pengelolaan lahan yang

kurang optimal dan banyak lahan yang tidak produktif

sehingga sulit untuk bisa menanam berbagai bahan pangan.

Kecenderungan adanya eksploitasi sumber daya yang tidak

Page 4: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

memperhatikan prinsip konservasi dan preservasi telah

terjadi di berbagai belahan dunia, khususnya di negara

berkembang termasuk di dalamnya adalah Indonesia. Untuk

kasus sumberdaya hutan yang terjadi pada tahun 1990-1995

hutan yang rusak telah mencapai 425,6 ribu km2. Kerusakan

hutan terbesar terjadi di Brazil dengan 127.700 km2,

kemudian diikuti oleh Indonesia dengan 54,2 ribu km2,

Zaire, Meksiko, Venezuela, dan Malaysia dengan 20,0-37,0

ribu km2, Myanmar, Sudan, Thailand, Paraguay, Tanzania,

Zambia, Philipina, Columbia, dan Peru dengan 10,0-10,8

ribu km2. Dan akibat dari penurunan sumber daya hutan

adalah peurunannya ketersediaan air.

Kerusakan hutan tersebut tentu akan merubah

karakteristik fisik yang pada nantinya akan mempengaruhi

pula siklus hidrologis dan biologis kearah degradasi

lahan. Data yang ada di Idonesia tercatat bahwa degradasi

lahan pada hutan produktif telah mencapai 625 ribu ha per

tahun. Sedangkan luas lahan kritis di Indonesia telah

mencapai 11,01 juta ha yang tersebar di 39 Satuan Wilayah

Sungai (SWS). Adanya degradasi lahan akan mengakibatkan

banjir dan erosi serta penurunan produktivitas lahan,

sedangkan erosi sendiri dibeberapa sungai juga sudah

menunnjukkan angka yang cukup memprihatinkan. Eksploitasi

sumberdaya alam sangat erat kaitannya dengan dengan

Page 5: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

proses bio-produksi dan membawa dampak yang cukup

signifikan dalam keberlangsungan kehidupan.

Pembanguan berkelanjutan yang berlandaskan pada

konsep agroekologi memang sudah saatnya dikembangkan.

Dikaitkan dengan eksploitasi sumber daya alam yang

cenderung terpusat di negara negara berkembang seperti

yang telah disinggung diatas, kecenderungan tersebut

terlihat adanya korelasi yang erat pada masalah keamanan

pangan. Dengan adanya indikasi tersebut, perlu adanya

pengembangan konsep pembanguan pertanian berkelanjutan

(sustainable agriculture development) yang dilandasi pada

pendekatan agro-ekologi. Pemikiran pembangunan pertanian

yang berkelanjutan pada dasarnya diawali dengan adanya

pemikiran pembanguan berkelanjutan (sustainable development)

pada tahun 1987. Pengembangan kearah konsep pertanian

yang berkelanjutan pada dasarnya merupakan salah satu

penjabaran yang lebih spesifik dari konsep pembangunan

berkelanjutan (the concept of sustainable development).

Dalam konteks pembanguan berkelanjutan, pembangunan

sektor pertanian pada dasarnya merupakan pembangunan

sektor lainnya. Dengan demikian, kondisi ekologi dapat

berlanjut apabila ada keseimbangan pembangunan antar

sektor. Penyeimbangan ini hanya mungkin dapat dilakukan

oleh pusat kekuasaan (nucleus of power) yang mempunyai

Page 6: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

kekuatan politis. Oleh karena permasalahan diatas penulis

membuat karya tulis yang berjudul “PERTANIAN AGROEKOLOGI

SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN SECARA BERKELANJUTAN”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang

dapat diambil adalah :

1. Mengapa agroekologi dapat dikatakan sebagai alternatif

dalam penyediaan pangan.

2. Apa hubungan antara agroekologi dengan pertanian

berkelanjutan.

1.3 Tujuan dan manfaat

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dan manfaat

penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui bahwa agroekologi merupakan

alternatif dalam persediaan pangan

Page 7: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

2. Untuk mengetahui hubungan antara agroekologi dengan

pertanian berkelanjutan

BAB 2

KONSEP TEORI

2.1 Agrekologi

Page 8: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

Agroekologi merupakan ilmu yang menerapkan prinsip –

prinsip ekologi untuk pertanian. Penjelasan mengenai

ekologi menurut Waren et al (2008: 3) adalah “Ecologi as a

science is about understanding why species occur where they do and why

they are absent from other area”. Sedangkan penjelasan pertanian

menurut Warren et al (2008: 2) pertanian adalah sebuah

proses domestifikasi yang merubah habitat alami dari

spesies tanaman atau hewan tertentu, sehingga dapat

dimanfaatkan untuk kebutuhan makanan manusia. Proses

domestifikasi dapat berupa modifikasi ataupun seleksi.

2.2 Pertanian Berkelanjutan

Konseptual pertanian berkelanjutan di Indonesia

tercantum pada UU No. 12 Tahun 1992, akan tetapi

pengertian pertanian berkelanjutan sendiri secara

implementasi masih belum begitu jelas. Secara umum

prinsip dari pertanian berkelanjutan adalah praktek

pertanian yang menggunakan prinsip dasar ekologi serta

ilmu tentang hubungan antara organisme dengan

lingkungannya. Hal ini sama dengan penjelasan dari

wikipedia bahwa Sustainable agriculture is the practice of farming using

principles of ecology, the study relationship between organism and their

environment. Pertanian berkelanjutan juga telah

didefinisikan sebagai sistem pertanian yang terintegrasi

Page 9: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

dari praktek produksi tumbuhan dan hewan yang secara

spesifik akan bertahan dalam waktu yang lama.

Aspek – aspek pertanian berkelanjutan menurut

wikipedia salah satunya adalah meningkatkan kualitas

lingkungan dan sumberdaya alam dengan mengacu kepada

kebutuhan ekonomi pertanian. Menurut Serageldin disebut

sebagai pertanian berkelanjutan karena dalam pertanian

tersebut memiliki kegiatan yang secara ekonomis,

ekologis, dan sosial bersifat berkelanjutan.

2.3 Konsep pertanian organik

Pertanian organik merupakan salah satu bagian

pendekatan pertanian berkelanjutan, yang didalamnya

meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti

tumpangsari (intercropping), penanganan tanaman dan pasca

panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum

dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik,

serta pemeliharaan produktivitas tanah. The International

Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) menyatakan bahwa

pertanian organik bertujuan untuk:

a. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan

kuantitas memadai.

b. Membudidayakan tanaman secara alami.

Page 10: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

c. Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam

ekosistem pertanian.

d. Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka

panjang.

e. Menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan

penerapan teknik pertanian.

f. Memelihara keragaman genetik sistem pertanian

penerapan teknik pertanian dan sekitarnya.

g. Mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih

luas dalam pertanian.

Menurut Kasumbogo Untung (1997), Pertanian organik

merupakan sistem pertanian yang bertujuan untuk tetap

menjaga keselarasan (harmoni) dengan sistem alami dengan

memanfaatkan dan mengembangkan semaksimal mungkin proses-

proses alami dalam pengelolaan usaha tani.

2.4 Ketahanan pangan

Ketahanan pangan menurut FAO (2009), adalah bahwa

“Ketahanan pangan akan bisa tercapai ketika semua orang

di setiap saat secara fisik, sosial, dan ekonomi punya

akses untuk memperoleh makanan bernutrisi yang cukup,

aman, dan bernutrisi demi memenuhi kebutuhan pola makan

Page 11: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

dengan makanan yang bervariasi untuk tercapainya hidup

sehat dan aktif.”

Ketahanan pangan menurut UU Nomor 41 Tahun 2009

tentang Perlindungan Pertanian Pangan Berkelanjutan

(PLPPB) adalah kondisi terpenuhinya baik pangan bagi

rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang

cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan

terjangkau.

Gambar 1 : Pola Pikir Penyelenggaraan Pangan

.

Sumber : BKPP provinsi Kalimantan Timur

Menurut Dr. Bayu Krisnamurthi dalam kuliah umum di

Universitas Trilogi (2014), ada indikator yang harus

diperhatikan untuk mewujudkan ketahanan pangan secara

terintegrasi yang disebut dengan “Lima Angka 5”. Isi dari

lima angka lima tersebut yaitu :

Page 12: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

1. Angka 5 pertama : 50 juta rakyat Indonesia berada

ditingkat menengah. Hal ini dapat dilihat dari pola

konsumsi masyarakat yang cenderung lebih memilih

makanan siap saji untuk memenuhi kebutuhannya dalam

kesibukan bekerja.

2. Angka 5 Kedua : Ada 50 kota besar di Indonesia. Ini

menjadi tantangan bagi pengusaha untuk mencari solusi

bagaimana cara pendistribusian produknya agar sampai

ketangan konsumen secara merata.

3. Angka 5 Ketiga : Ada 5 Produk yang aka menentukan

keberhasilan pertanian. Lima produk tersebut yaitu :

Food (Pangan), Obat-obatan dan kosmetik, material,

Bio energy, dan Bio tourism (pariwisata).

4. Angka 5 Keempat : Akan ada 5 wilayah yang menentukan

kedepan. Kelima wilayah tersebut akan menentukan

perekonomian dunia, diantaranya yaitu : Asia Timur

(China, Korea, Jepang), ASEAN (terutama Myanmar,

Laos, Kamboja, Vietnam), Asia Tengah (Pakistan,

Afghanistan, Uzbekistan,dll), Timur Tengah, dan

Afrika.

5. Angka 5 Kelima : Ada lima faktor yang dapat membuat

kedaulatan pangan di Indonesia, yaitu : teknologi dan

SDM (Manusia yang bersumber daya), nilai dari Produk,

Design Produk, Informasi, diplomasi dan promosi.

Page 13: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

BAB 3

METODOLOGI PENULISAN

Metode penulisan dalam karya tulis ilmiah ini adalah

metode penulisan kualitatif dimana riset bersifat

deskriptif dan menggunakan analisis dengan pendekatan

induktif. Dalam proses dan makna (perspektif subjek)

lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Selain

itu, dalam menganalisis data juga dilandaskan dengan

teori-teori pendukung yang terpercaya. Teknik pengumpulan

data-data sebagai teori pendukung yang dibahas dalam

telaah pustaka karya tulis ilmiah ini diperoleh dengan

cara mencari informasi pendukung melalui buku-buku yang

Page 14: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas serta

media internet dari sumber yang terpercaya sebagai

tambahan informasi terkini yang terkait dengan

permasalahan yang sedang dibahas. Sehingga penelitian

kami menjadi penelitian yang benar dan tepat.

Dalam menganalisis pertanian agroekologi sebagai

alternatif dalam penyedia pangan secara berkelanjutan,

penulis menggunakan telaah pustaka sebagai pemandu dalam

fokus penelitian sesuai dengan fakta yang terjadi. Selain

itu, telaah pustaka digunakan sebagai bahan pembahasan

hasil penelitian.

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pengelolaan konsep agroekologi

Page 15: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

Agroekologi merupakan gabungan tiga kata, yaitu Agro

(pertanian), Eko / Eco (lingkungan), dan Logi / Logos

(ilmu). Secara sederhana agroekologi dimaknai sebagai

ilmu lingkungan pertanian, secra lebih luas agroekologi

adalah ilmu yang mempelajari hubungan anasir (faktor)

biotik dan abiotik di bidang pertanian. Pengertian biotik

dan abiotik di bidang pertanian agak berbeda dengan

pemahaman terdahulu, terutama pada anggapan bahwa Tanah,

Air, dan Udara yang dahulu dianggap sebgai benda mati saat

ini dipandang sebagai faktor yang hidup, hidup disini

dikarenakan di dalam tanah, air, dan udara berlangsung

sistem kehidupan yang saling mempengaruhi. Hal ini dapat

dibuktikan dengan sifat dinamis yang dimiliki oleh tanah,

air, dan udara. Tanah dapat berubah dari subur menjadi

tandus, air tidak selalu dianggap sebagai sumber daya

yang tidak terbatas dan dapat diperbaharui. Kedudukan air

yang berkualitas tinggi saat ini sudah sangat

menghawatirkan karena banyaknya sumber – sumber pencemar

yang dibuang ke badan – badan air. Saat ini udarapun

bukanlah sebuah benda yang gratis lagi, terutama di

daerah kota – kota besar dan kawasan industri dimana

udara sudah semakin menurun kualitasnya.

Agroekologi lebih menekankan pada pentingnya

memperhatikan faktor lingkungan didalam bududaya

pertanian, sehingga pertanian tidak hanya sekedar

Page 16: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

interaksi antara petani dengan tanamannya. Aktivitas

pertanian secara kompleks melibatkan banyak faktor, yaitu

manusia, hewan, lahan, dan iklim. Maksudnya adalah pada

faktor manusia didominasi oleh kondisi sosial dan

ekonominya, faktor pada hewan terdiri dari hewan makro

(yaitu ternak, ikan) dan hewan mikro (yaitu mikrobia),

pada faktor lahan meliputi kodisi fisiografi (kelerengan

dan ketinggian tempat), tanah, air, dan tanaman,

sedangkan pada faktor iklim terdiri dari sinar matahari,

suhu, kelembapan, angin, dan curah hujan. Masing – masing

komponen tersebut dikaji lebih mendalam lagi mengenai

sifat dan karakteristiknya, kemudian interaksi antar

komponen dengan pola manajemen yang tepat dalam

mengendalikan kondisi agroekologi di suatu tempat. Konsep

agroekologi mengenal model pengelolaan berdasr kondisi

agroekologi yang bersifat spesifik, masing – masing

lokasi dapat berbeda agroekologinya sehingga memerlukan

pengelolaan yang berbeda, konsep pengelompokkan

agroekologi ini sering disebut sebagai Zone Agroekologi

(Agroecological Zone).

Pengelolaan lahan berdasarkan kondisi agroekologi

sangatlah penting untuk dilakukan terutama pada

pengembangan wilayah yang terkait dengan bidang pertanian

secara luas, seperti budidaya tanaman pangan dan

hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan

Page 17: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

perikanan. Pengelolaan lahan yang berdasar pada kondisi

agroekologi dapat dilihat pada penerapan:

1. Agroforestry / Wanatani dan

2. Agrocomplex / Biocyclofarming

Bentuk aplikasi yang lainnya juga dapat dilihat pada

penerapan kebijakan dalam pengembangan wilayah, seperti

lahan yang subur tetap dipertahankan untuk pertanian,

perkebunan, dan kehutanan, pengembangan komoditas tanaman

berdasrkan tingkat kesesuaiaan lahan (land suitability),dll.

Dan juga aktifitas bisnis di bidang pertanian

(agribisnis) juga perlu mendasarkan pada kondisi

agroekologi setempat yang berbasis pada kearifan lokal.

Ingatkah kita pada penyempitan lahan atau alih

fungsi lahan dari hutan menjadi hutan produksi, kemudian

hutan produksi berubah menjadi lahan perkebunan atau

pertanian, dan kemudian lahan pertanian beralih fungsi

menjadi lahan industri non pangan dan property. Hal ini

dapat terlihat karena adanya keterkaitan antara kondisi

lahan dengan kualitas produk pertanian dan juga kondisi

lahan dengan jalur transportasi ke pasar. Penyusutan

hutan selama 50 tahun terakhir sangat luar biasa dari 240

juta hektar menjadi 130 juta hektar, sehingga alih fungsi

dan deforestry sangat mempengaruhi lingkungan dan

kebijakan baik pusat maupun daerah. Buffer Zone dan Run

Page 18: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

Off adalah sebgai penyangga yang banyak memberikan

pengaruh terhadap agroekologi, dan aplikasi ini masih

dipertahankan oleh masyarakat adat yang menganut tiga

zone tentang hutan, yaitu hutan tutupan, hutan larangan,

dan hutan titipan. Dan tumpang tindih dalam regulasi

tentang pengelohan hasil hutan non kayu sudah ada dalam

masyarakat adat dalam pengelolaan agroekologi.

4.2 Hubungan antara agroekologi dengan pertanian

berkelanjutan

Kegiatan pertanian selalu berhubungan dengan faktor

– faktor ekologi yang meliputi komponen – komponen biotik

dan juga abiotik yang saling berhubungan dan berinteraksi

dalam agroekosistem. Agroekosistem merupakan interaksi

dan keterkaitan komponen biotik dan abiotik khususnya

hubungan tanaman pertanian dengan komponen tanah,

kelembapan udara, presipitasi, dan cahaya matahari

dibutuhkan sebuah disiplin ilmu yang bernama agroekologi.

Waren mengatakan (2008: 17) mengatakan bahwa dalam banyak

sistem pertanian yang dikelola oleh manusia, tanaman

budidaya yang ditanam akan berinteraksi dengan ekologi

yang ada disekitarnya. Mekanisme ekologi ditentukan oleh

komposisi tanaman pertanian dan juga ditentukan oleh

faktor abiotik seperti kima tanah, iklim, dan juga

Page 19: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

pengelolaan pertanian. Sehingga jelas terdapat

keterkaitan antara agroekologi dengan pertanian

berkelanjutan terlebih lagi pada pertanian modern.

Hal tersebut dikarenakan prinsip agroekologi

berkaitan erat dengan masalah pertanian. Adanya pertanian

modern menimbulkan masalah baru, salah satunya adalah

kurangnya lahan pertanian yang cocok untuk produksi

pertanian (agriculture production). Menurut Waren (2008: 42)

lahan yang cocok untuk pertanian memiliki ciri – ciri

ketersediaan air tanah, kesuburan alami tanah, serta

jenis – jenis penyakit yang ada. Produksi pertanian yang

insentif dapat ditandai dengan adanya perubahan manajemen

pertanian dari low-intensive farming system menuju high-intensive

farming system. High-intensif farming system ditandai dengan

bertambahnya produksi, namun disisi lain meningkatnya

jumlah pestisida dan pupuk buatan telah memberkan dampak

negatif yang besar, yang antara lain berubahnya pola

panen, berkurangnya populasi mamalia, burung,

invertabrata, dan spesies tumbuhan lain (Waren, 2008:

48). Pertanian dimasa mendatang membutuhkan pendekatan

yang berbeda yaitu sebuah pendekatan yang menekankan pada

penyediaan suplai bahan pangan yang mencukupi sekaligus

meningkatkan konservasi lingkungan pertanian dengan

lingkungan sekitar. Oleh karena itu, beberapa dekade

terkhir muncullah sebuah istilah sistem pertanian

Page 20: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

berkelanjutanatau lebih dikenal dengan sustainable agriculture.

Menurut FOA pada dasarnya pertanian berkelanjutan adalah

proses keterlibatan pengaturan sumber daya pertanian

untuk memuaskan kebutuhan manusia yang terus berubah

serta tetap menjaga dan meningkatan kualitas lingkungan

dan konservasi sumber daya alam (ASA,1995).

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 21: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

5.1 Kesimpulan

Penggunaan lahan hutan dan kerusakan terhadap hutan

membuat para petani mengalami kesulitan

5.2 Saran

Page 22: PERTANIAN AGROEKOLOGI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYEDIA PANGAN

DAFTAR PUSTAKA

Bayu Krisnamurthi. 2014. Membangun Sistem Kemandirian

Pangan secara Terintegrasi”. Kuliah Umum Dies Natalis

Universitas Trilogi. Jakarta.

Dewan Ketahanan Pangan. 2011. Kebijakan Umum Ketahanan

Pangan 2010-2014. Dewan Ketahanan Pangan, Jakarta

Kasumbogo Untung. 1997. Pertanian Organik Sebagai

Alternatif Teknologi dalam Pembangunan Pertanian.

Diskusi Panel Tentang Pertanian Organik. DPD HKTI

Jawa Barat, Lembang 1996

http://jewushka.wordpress.com/2011/09/10/solusi-baru-

bagi-ketahanan-pangan-menyorot-peningkatan-kebutuhan-

beras-dari-perspektif-kesehatan/

http://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2012/02/tulisan-

hukum-ketahanan-pangan.pdf

http://candranopitasari.blogspot.com/2013/01/pengertian-

tujuan-dan-prinsip-prinsip_12.html