Top Banner
PERTAMBANGAN DAN ENERGI
77

PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

Jul 06, 2019

Download

Documents

truongthuy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

PERTAMBANGAN DAN ENERGI

Page 2: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi
Page 3: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

BAB IX

PERTAMBANGAN DAN ENERGI

Page 4: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

A. PERTAMBANGAN

Page 5: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

1. Pendahuluan

Sebagaimana dikemukakan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1988, pembangunan pertambangan bertujuan untuk menyediakan bahan baku bagi industri dalam negeri, me-ningkatkan ekspor dan penerimaan negara serta memperluas ke-sempatan berusaha dan lapangan kerja. Pembangunan ini dilaku-kan dengan penganekaragaman hasil tambang dan pengelolaan usaha pertambangan secara efisien. Sehubungan dengan itu se-jak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventa-risasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam yang berupa sumber daya mineral dan energi dengan memanfaat-kan teknologi yang tepat. Upaya pengembangan teknologi per-tambangan terus dilakukan, antara lain dalam bentuk peneliti-an mengenai endapan bahan-bahan galian dan pengolahan berba-gai macam bahan galian. Untuk mendukung usaha-usaha itu pen-didikan dan pelatihan ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan akan tenaga ahli dan terampil. Pengelolaan pertambangan juga disesuaikan dengan kebijaksanaan umum dalam bidang-bidang energi, pembangunan daerah dan pemeliharaan kelestarian alam serta lingkungan hidup. Usaha pertambangan rakyat terus dibi-na dan ditingkatkan melalui pengaturan dan pembinaan usaha pertambangan serta pengembangan koperasi.

387

Page 6: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

Peranan bidang pertambangan dalam pembangunan ekonomi Indonesia selama ini sangat menonjol. Minyak bumi, meskipun peranannya mulai menurun sejak pertengahan dasawarsa 1980-an, tetap merupakan sumber penerimaan negara dan sumber energi yang sangat penting, Menurunnya peran minyak bumi telah di-imbangi dengan meningkatnya peran gas bumi, yang terus menun-jukkan peningkatan volume ekspor secara mengesankan sejak di-mulainya ekspor LNG dan LPG pada tahun 1977/78. Perkembangan yang mencolok di bidang pertambangan umum adalah peningkatan produksi batu bara secara besar-besaran sebagai upaya peng-anekaragaman sumber energi nasional. Selain itu, peningkatan produksi dan ekspor emas, nikel dan tembaga yang cukup besar dalam tahun-tahun terakhir Repelita IV berperan pula dalam menambah cadangan devisa negara.

Pelaksanaan kebijaksanaan di bidang pertambangan serta perubahan situasi, pasar dunia untuk hasil-hasil tambang me-nentukan perkembangan bidang pertambangan di Indonesia. Per-kembangan produksi beberapa hasil pertambangan penting dapat dilihat pada Tabel IX-1. Perkembangan masing-masing komoditi diuraikan lebih lanjut di bawah ini.

2. Perkembangan Hasil Pertambangan

a. Minyak Bumi

Kegiatan industri minyak dan gas bumi di Indonesia sudah mulai berkembang sejak sebelum Repelita I. Pada tahun 1968, produksi minyak bumi dihasilkan oleh sejumlah perusahaan yang bekerja berdasarkan 27 kontrak, yang terdiri dari 3 Perjanji-an Karya dan 24 Kontrak Bagi Hasil. Bidang industri ini sema-kin berkembang karena adanya kebijaksanaan pemerintah yang memberikan kesempatan bagi penanaman modal asing. Pada tahun 1989/90 telah terdapat 74 kontrak dengan sejumlah perusahaan yang terdiri atas 2 Perjanjian Karya dan 72 Kontrak Bagi Ha-sil.

Pada tahun 1968 produksi minyak mentah berjumlah 219,9 juta barel dan sejak itu terus meningkat sehingga menjadi 508,4 juta barel pada tahun terakhir Repelita I. Dalam Repe-lita II produksi minyak mentah tetap menunjukkan kenaikan yang cukup pesat. Produksi puncak sejak 100.tahun usia indus-tri minyak bumi di Indonesia tercapai pada tahun keempat Re-pelita II, yaitu tahun 1977/78, dengan jumlah produksi seba-nyak 616,5 juta barel.

388

Page 7: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 1PRODUKSI HASIL-HASIL PERTAMBANGAN,

1968 - 1989/90

1) 2) 1973/74 1978/79 1983/84 1988/89 1989/90

Jenis Barang Satuan 1968 (Akhir (Akhir (Akhir (Akhir (Tahun Pertama Repelita I) Repelita II) Repelita III) Repeli ta IV) Repelita V)

1. Minyak Bumi (Mentah) juta barel 219,9 508,4 589,2 517,6 496,1 515,3

2. Gas Bumi mi l iar kakikubik

116,0 186,1 868,2 1.288,2 1.887,0 2.011,6

3. Batu bara ribu ton 159,9 145,8 264,1 614,7 5.175,7 8.756,2

4. Logam Timah ribu ton 14,8 24,3 25,8 29,0 30,0

5. Bijih Nikel ribu ton 261,9 989,9 1.178,0 1.353,3 1.830,3 1.946,2

6. Bauksit ribu ton 879,3 1.204,7 964,9 841,9 514,1 994,2

7. Pasir Besi ribu ton 321,7 120,2 122,1 164,9 140,1

8. Emas kg 129,6 327,3 220,3 265,1 5.096,3 6.466,2

9. Perak kg 9.885,0 8.426,0 2.216,0 1.684,0 64.562,4 71.689,0

10. Konsentrat Tembaga ribu ton 125,9 184,9 199,7 302,7 329,9

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

389

Page 8: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

Dalam Repelita III terjadi penurunan produksi. Penurunan yang, cukup besar terjadi pada tahun 1982/83, yang disebabkan oleh lemahnya harga minyak dunia dan kesulitan pemasaran ka-rena adanya suplai yang berlebihan serta resesi ekonomi dunia yang berkepanjangan. Untuk mengatasi situasi tersebut ne- gara-negara anggota OPEC sepakat untuk membatasi produksinya. Sejak kuartal terakhir 1982/83 tingkat produksi minyak bumi Indonesia dibatasi pada 1,3 juta barel per hari, sedangkan kemampuan produksi pada waktu itu.sekitar 1,6 juta barel per hari. Pembatasan produksi ini terus berlanjut sehingga pro-duksi minyak mentah pada tahun terakhir Repelita IV hanya berjumlah sebanyak 496,9 juta barel, dibandingkan dengan pro-duksi pada tahun terakhir Repelita III yang mencapai 517,6 juta barel.

Produksi minyak mentah pada tahun pertama Repelita V me-ningkat kembali menjadi 515,3 juta barel atau naik 3,7% dari tahun terakhir Repelita IV. Peningkatan itu disebabkan antara lain oleh karena membaiknya pasar minyak mentah di dunia, te-lah berproduksinya beberapa-lapangan minyak baru dan mening-katnya produksi dari proyek-proyek "Enhanched Oil Recovery" (EOR) (Tabel IX-2), dan (Grafik IX-1).

Dari tahun ke tahun kenaikan kebutuhan BBM dalam negeri selalu diimbangi dengan usaha peningkatan produksi BBM dari pengilangan di dalam negeri. Jumlah minyak yang dikilang di dalam negeri telah meningkat dari 72,3 juta barel pada tahun 1968 menjadi 249,5 juta barel pada tahun pertama Repelita V. Karena kapasitas pengolahan kilang di dalam negeri. belum me-madai maka selama Repelita I sampai dengan pertengahan Repe-lita III sebagian minyak mentah Indonesia dikilang di luar negeri. Dalam hubungan ini upaya untuk meningkatkan kapasitas kilang di dalam negeri terus dilakukan hingga pertengahan Re-pelita IV. Pada tahun ketiga Repelita IV perluasan kilang-ki-lang BBM di Balikpapan dain Cilacap serta pembangunan unit hy-drocracker di Dumai telah beroperasi secara penuh. Sejak itu Indonesia tidak lagi tergantung pada pengilangan minyak di luar negeri. Apabila pada tahun 1968 kapasitas kilang dalam negeri hanya mencapai 259.000 barel per hari, maka dewasa ini kapasitas kilang di dalam negeri adalah 830.000 barel minyak per hari atau naik sebesar 220% dibandingkan dengan kapasitas tahun 1968. Pada tahun pertama Repelita V produksi BBM me-ningkat dengan 6,3%, sedangkan produk non BBM, yang terdiri dari wax, lube base, coke, aspal,solvent, LSWR, naphtha dan LPG turun dengan 10,8% dibanding dengan tahun terakhir Repe-lita IV.

390

Page 9: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 2

Tabel ix – 2Produksi, pengilangan dan ekspor minyak bumi,

1968 – 1989/90(juta barel)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Termasuk feedstock4) Termasuk kondensat5) Tidak termasuk LPG

391

Page 10: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

GRAFIK IX - 1PENGILANGAN MINYAK BUMI

1968 - 1989/90

392

Page 11: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

Sejak tahun 1968 volume ekspor minyak dan hasil minyak bumi terus menunjukkan peningkatan. Apabila pada tahun 1968 volume ekspor adalah sebesar 176,7 juta barel, maka pada ta-hun pertama Repelita V ekspornya meningkat menjadi 350,0 juta barel. Namun demikian kenaikan volume ekspor ini bervariasi pada setiap akhir tahun Repelita. Jika pada tahun terakhir Repelita I volume ekspor mencapai 439,2 juta barel, maka pada tahun terakhir Repelita II volume ekspor mencapai 504,9 juta barel. Pada tahun terakhir Repelita III volume ekspor menurun 18,2% menjadi 413,1 juta barel. Penurunan jumlah ekspor terus berlanjut sampai tahun terakhir Repelita IV. Penurunan volume ekspor setelah pertengahan Repelita IV, selain disebabkan oleh lemahnya pasar minyak dunia, juga disebabkan oleh me-ningkatnya jumlah minyak yang diolah di kilang dalam negeri. Dalam tahun pertama Repelita V volume ekspor minyak mencapai 350,0 juta barel atau 4,2% lebih besar dibandingkan dengan ekspor dalam tahun sebelumnya.

Sebagai akibat meningkatnya kegiatan pembangunan di ber-bagai sektor, kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di dalam ne-geri juga semakin meningkat. Pemasaran BBM dalam negeri dari tahun 1968 sampai dengan tahun terakhir Repelita I mengalami kenaikan cukup pesat, yakni dari 34,5 juta barel menjadi 59,8 juta barel. Pada tahun pertama Repelita V penjualan BBM dalam negeri mencapai 190,6 juta barel. Di samping bahan bakar mi-nyak, penjualan produk non BBM, seperti bahan pelumas, LPG, aspal dan wax, juga mengalami peningkatan cukup berarti. Dalam Repelita IV telah mulai dipasarkan produk baru seperti kokas, methanol dan purified terephtalic acid (PTA) (Tabel IX-3).

b. Gas Bumi

Produksi dan pemanfaatan gas bumi dalam Repelita I sampai tahun pertama Repelita V mengalami kenaikan yang tajam. Produksi gas bumi terus meningkat sejalan dengan peningkatan pemanfaatannya. Peningkatan produksi dan pemanfaatan gas bumi tersebut terutama disebabkan oleh semakin meningkatnya peman-faatan gas bumi untuk ekspor LNG dan LPG, bahan baku industri pupuk, bahan bakar kilang BBM, pabrik semen, pabrik baja dan untuk gas kota bagi pemakaian komersial dan rumah tangga. Ke-naikan pemanfaatan gas kota terjadi khususnya di Cirebon, Bo-gor, Jakarta dan Medan. Perkembangan produksi dan pemanfaatan gas bumi dapat dilihat pada Tabel IX-4.

Pada tahun terakhir Repelita I produksi gas bumi terca-tat sebesar 186,1 miliar kaki kubik, atau terjadi kenaikan 60,4% dibanding tahun 1968. Pemanfaatan gas bumi pada tahun

393

Page 12: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABII. IX - 3

REALISASI PEMSARAN HASIL MINYAK BUMI DI DALAM NEGERI,1968 - 1989/90

(ribu barel)

Jeni s 1968 1973/74 (Akhir Repelita I)

1978/79(Akhir

Repeli ta I I )

1983/84(Akhir

Repelita III)1988/89 1)

(AkhirRepeli ta IV)

1989/90 2)

(Tahun Pertama Repelita V)

3)1. Bahan bakar minyak 34.516 59.763 119.888 161.026 179.048 190.617

2. Bahan Pelumas . . 611 800 1.337 1.828 2.015

3. Hasil-hasil khususdan bahan kimia

. . 953 2.220 3.195 7.065 7.975

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Angka-angka BBM adalah penjualan dalam negeri, penjualan dalam valuta asing

untuk bunker kapal dan pesawat terbang serta pemakaian sendiri.

394

Page 13: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 4

PRODUKSI DAN PEMANFAATAN GAS BUMI,1968 - 1989/90

(miliar kaki kubik)

Page 14: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 4

1) Angka gross (termasuk gas yang diinjeksikan kembali ke reservoir)2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

395

395

Page 15: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

terakhir Repelita I mencapai 53,3 miliar kaki kubik. Sejak itu produksi gas bumi meningkat terus sehingga pada tahun pertama Repelita V menjadi 2.011,6 miliar kaki kubik, yaitu lebih dari sepuluh kali produksi tahun terakhir Repelita I; sedangkan pemanfaatannya menjadi 1.855,2 miliar kaki kubik, atau lebih dari tiga puluh empat kali pemanfaatan tahun ter-akhir Repelita I.

Ekspor LNG dan LPG mulai berkembang sejak tahun 1977/78. Dengan jumlah cadangan gas bumi yang besar, Indonesia dikenal sebagai penghasil dan pengekspor LNG dan LPG terbesar di du-nia. Pemakaian LPG sebagai energi rumah tangga sejak tahun 1977/78 di dalam negeri juga terus meningkat, terutama di daerah perkotaan.

Dalam tahun pertama Repelita V produksi LNG adalah sebe-sar 986,7 juta M4M. Angka produksi ini jauh lebih tinggi dibanding dengan angka produksi pada tahun terakhir Repe- lita II sebesar 226,2 juta MMBTU. Produksi LNG berasal dari kilang LNG Arun dan Badak. Sedangkan produksi LPG pada tahun pertama Repelita V berjumlah 2,6 juta ton atau meningkat lima kali dibandingkan dengan produksi tahun terakhir Repelita II. Produksi LPG berasal dari kilang LPG Arjuna, Santan, Rantau,Mundu, Arun dan Badak serta kilang-kilang minyak Ciladap, Ba-likpapan, Dumai dan Musi.

Pada tahun pertama Repelita V ekspor LNG mencapai 971,2 juta MMBTU. Volume ekspor ini lebih dari empat kali lipat di-bandingkan dengan volume ekspor pada tahun terakhir Repe- lita II sebesar 221,7 juta MMBTU. Sementara itu, ekspor LPG tahun pertama Repelita V berjumlah 2,4 juta ton, yaitu 465% lebih tinggi dibanding dengan angka pada tahun terakhir Repelita II. Perkembangan produksi dan ekspor LNG dan LPG dari tahun 1978/79 - 1989/90 dapat dilihat pada Tabel IX-5.

Dalam upaya mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi dilakukan upaya untuk memanfaatkan energi panas bumi. Pemanfaatan sumber daya panas bumi selama ini masih terbatas pada penggunaannya sebagai pembangkit tenaga listrik. Dari hasil survai diketahui bahwa di negara kita terdapat 217 prospek lokasi panas bumi yang tersebar di seluruh Indonesia dengan potensi sebagai keseluruhan sebesar 10.000 MW. Dalam kaitan itu hingga tahun pertama Repelita V telah diselesaikan peta-peta permukaan dan bawah permukaan potensi panas bumi di Jawa, Bengkulu, Sumatera Barat, Jambi dan Aceh. Selain itu juga akan dilakukan usaha pembangunan pembangkit listrik te-

Page 16: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

396

Page 17: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 5

PRODUKSI DAN EKSPOR LNG DAN LPG,

1978/79 - 1989/90

1)

U r a i a n1978/79(Akhir

Repelita II)

1983/84(Akhir

Repelita III)

1988/89 (AkhirRepelita IV)

Produksi:

- LNG (ribu MMBTU) 226.172,2 569.303,7 963.172,1

- LPG (ribu ton)

Ekspor:

491,4 586,0 1.717,4

- LNG (ribu MMBTU) 221.685,0 555.500,0 962.200,0

- LPG (ribu ton) 427,0 438,0 1.431,0

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

397

Page 18: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

naga panas bumi skala kecil di daerah Ciwidey, Lahendong, Ke-rinci, Dieng dan Ulumbu. Pada tahun pertama Repelita V telah dilakukan pemboran eksplorasi di 2 sumur, dan pemboran pe-ngembangan 2 sumur.

c. Batu bara

Pemanfaatan batu bara merupakan salah satu upaya untuk melaksanakan diversifikasi energi guna mengurangi ketergan-tungan pada minyak bumi. Pengembangan produksi batu hara dilakukan dengan meningkatkan eksplorasi, rehabilitasi dan perluasan tambang milik pemerintah, dan membuka kesempatan lebih luas bagi penanaman modal asing dan dalam negeri. Tabel IX-6 menunjukkan bahwa sejak akhir Repelita II produksi batu bara meningkat dengan pesat.

Pada tahun terakhir Repelita I produksi batu bara terca-tat sebesar 145,8 ribu ton. Angka ini meningkat pada awal Re-pelita V menjadi 8,8 juta ton,.atau meningkat lebih dari enam puluh kali produksi tahun terakhir Repelita I. Peningkatan produksi batu bara yang sangat berarti tersebut terutama di-sebabkan oleh adanya peningkatan kapasitas produksi tambang-tambang batu bara lama di Sumatera Selatan dan Sumatera Ba-rat, dan oleh beroperasinya beberapa proyek pertambangan ba-ru. Pertambangan baru terutama terdapat di daerah Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bengkulu, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Dalam pada itu, kegiatan eksplorasi yang dilakukan sampai dengan awal tahun 1990 telah berhasil menemukan ca-dangan baru sebanyak 32 miliar ton; 4,3 miliar ton dari jum-lah itu berupa cadangan terukur.

d. Timah

Penambangan timah terutama dilakukan di daerah Bangka, Belitung, Karimun dan Bengkalis. Selain itu dilakukan juga penambangan yang berdasar cara Kontrak Karya. Produksi timah sejak Repelita I menunjukkan peningkatan secara nyata. Adanya resesi dunia pada awal dasawarsa 1980-an yang bersamaan dengan melimpaihnya persediaan timah dunia, sulitnya mencari pasaran baru, mengakibatkan harganya merosot. Keadaan ini me-ntaksa negara-negara produsen timah yang tergabung dalam Asso-ciation of Tin Producing Countries memberlakukan pembatasan produksi. Pembatasan ini mempengaruhi perkembangan produksi timah Indonesia sebagaimana dapat diTihat pada Tabel IX-7.

Produksi bijih dan logam timah pada tahun terakhir Repe-lita I masing-masing adalah 22,9 ribu ton dan 14,8 ribu ton.

398

Page 19: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 6PRODUKSI BATU BARA,

1968 - 1989/90(ribu ton)

1)

Produksi 1973/74 1978/79 1983/84 1988/89 1989/90Pada Unit 1968 (Akhir (Akhir (Akhir (Akhir (Tahun Pertama

Repelita I) Repelita II) Repelita III) Repelita IV) Repe lita V)

Ombilin 68,9 81,3 86,1 410,5 539,0 671,2

Bukit Asam 91,0 64,5 178,0 204,2 2.101,5 3.463,3

Kontrak Karya - - 1.446,1 3.095,8

Kuasa Pertambangan,Koperasi Unit Desa - - - - 1.089,1 1.526,0

dan lainnya

Jumlah 159,9 145,8 264,1 614,7 5.175,7 8.756,3

1) Angka diperbaiki

399

Page 20: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

1 1973/74 1978/79 1983/84 1988/89 1989/90

U r a i a n 1968 (AkhirRepelita I)

(AkhirRepel i ta I I )

(AkhirRepel i ta I I I )

(AkhirRepelita IV)

(Tahun Repe

Pertamalita V)

Produksi -----------

Bijih Timah 16,9 22,9 27,4 25,4 30,5 31,8

logam Timah

Pemasaran logam timah

14,8 24,3 25,8 29,0 30,0

-----------------------------1)

Ekspor (ribu ton) 16,9 21,0 25,6 25,0 23,3 25,8

Penjualandalam negeri (ton)

1) Angka diperbaiki

400

TABEL IX – 7PRODUKSI DAN PEMASARAN TIMAH,

1968 – 1989/90(ribu ton)

Page 21: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

Jumlah produksi ini terus berkembang dan mencapai produksi tertinggi pada tahun pertama Repelita IV. Pada tahun pertama Repelita V produksi bijih timah tercatat sebesar 31,8 ribu ton dan produksi logam timah 30 ribu ton, meskipun harga ti-mah di pasaran dunia masih mengalami kemerosotan.

e. Nikel

Penambangan nikel dilakukan di daerah Pomalaa, Sulawesi Tenggara dan di pulau Gebe Maluku Utara serta di daerah.So-roako, Sulawesi Selatan. Sebagian dari bijih nikel hasil penambangan ini diolah menjadi feronikel dan nikel kasar.

Produksi bijih nikel sejak Repelita I sampai tahun per-tama Repelita V terus menunjukkan kenaikan. Dalam tiga tahun pertama Repelita IV harga nikel di pasaran dunia kurang meng-gembirakan, tetapi dengan penerapan kebijaksanaan harga yang luwes, produksi bijih nikel masih dapat ditingkatkan secara berarti. Produksi pada tahun terakhir Repelita I adalah 989,9 ribu ton, meningkat menjadi 1.946,2 ribu ton pada tahun per-tama Repelita V, atau telah meningkat lebili tujuh kali lipat. Produksi nikel dalam bentuk feronikel dan nikel matte dimu- lai dalam Repelita II. Pada tahun terakhir Repelita II pro-duksi feronikel adalah 4,4 ribu ton, dalam tahun pertama Re-pelita V menjadi 5,0 ribu ton. Produksi nikel matte dalam ta-hun pertama Repelita V meningkat lima kali dibanding produksi pada tahun terakhir Repelita II, yaitu dari 5,7 ribu ton men-jadi 30,0 ribu ton. Pada tahun 1987/88 nilai ekspor produk-produk nikel sebesar US$ 173,0 juta telah melampaui nilai ekspor timah sebesar US$ 144,7 juta yang sebelumnya merupakan primadona komoditi tambang non migas, dan kecenderungan ini berlanjut sampai tahun pertama Repelita V. Perkembangan pro-duksi dan ekspor bijih nikel, nikel dalam feronikel dan ni- kel matte dapat dilihat pada Tabel IX-8.

f. Tembaga

Penambangan tembaga di Indonesia dilakukan di daerah Gu-nung Bijih, Irian Jaya. Seluruh hasil produksi konsentrat tembaga ditujukan untuk ekspor. Di samping tembaga, penam-bangan ini juga menghasilkan emas dan perak.

Pada tahun 1987 produksi dan ekspor konsentrat tembaga meningkat kembali berkat naiknya harga tembaga di pasar du-nia. Kadar tembaga yang tinggi serta adanya kandungan emas dan perak dalam konsentrat tembaga memperkuat daya saing tem-baga Indonesia di pasar dunia. Sejak permulaan produksinya

401

Page 22: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 8

PRODUKSI DAN EKSPOR BIJIH NIKEL, FERRONIKEL DAN NIKELMATTE,

1968 - 1989/90

(ribu ton)

1973/74 1978/79 1983/84 1988/89 1) 1989/90U r a i a n 1968 (Akhir

Repelita I)(Akhir

Repelita II) (Akhir

Repelita III) (Akhir Repelita IV)

(Tahun PertamaRepelita V)

Bijih Nikel ----------------

Produksi 261,9 989,9 1.178,0 1.353,3 1.830,3 1.946,2

Ekspor 240,5 830,4 887,6 788,7 1.648,2 1.582,3

Feronikel -------------

Produksi - -

4.403,8 4.935,1 4.833,7 5.001,1.

Ekspor - - 5.112,0 5.014,1 4.258,0 4.580,4

Nikel Matte ----------------

Produksi - - 5.705,0 21.048,0 29.956,0 30.015,0

- -

7.420,0 22.443,0 28.621,0 31.898,0

1) Angka diperbaiki402

Page 23: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

perkembangan produksi komoditi logam lainnya berfluktuasi, namun selama itu produksi konsentrat tembaga terus memperli-hatkan kenaikan. Kenaikan produksi terutama terjadi pada masa Repelita IV. Harga tembaga yang meningkat tajam dan jatuhnya harga timah sejak tahun 1985 menyebabkan nilai ekspor tembaga Indonesia melampaui nilai ekspor timah sejak tahun 1987. Da-lam Tabel IX-9 terlihat bahwa produksi dan ekspor konsentrat tembaga yang pada tahun terakhir Repelita I masing-masing berjumlah 125,9 ribu ton dan 114,2 ribu ton pada tahun perta-ma Repelita V meningkat masing-masing menjadi 329,9 ribu ton dan 353,1 ribu ton.

g. Emas dan Perak

Sebelum Repelita IV kegiatan penambangan dan pengolahan emas dan perak tidak menunjukkan pertumbuhan yang berarti. Emas dan perak pada saat itu dihasilkan oleh PT Aneka Tambang di Cikotok serta kegiatan pertambangan rakyat. Jumlah seluruh produksi masih relatif sedikit. Produksi emas pada tahun 1968 adalah sebesar 129,6 kg.

Meningkatnya harga emas di pasar dunia dalam masa Repe-lita IV telah mendorong investasi pertambangan emas. Sebagai akibatnya, selain jumlah perusahaan Kontrak Karya bertambah, kegiatan penambangan emas yang dilakukan rakyat dan penam-bang-penambang tanpa izin berkembang dengan pesat. Penambang-an emas tersebar di berbagai daerah di Kalimantan, Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Sulawesi Utara. Produksi emas yang tercatat resmi dihasilkan oleh PT Aneka Tambang, 2 buah per-usahaan di Bengkulu dan Kalimantan Tengah, dan oleh perusaha-an tembaga di Irian Jaya.

Dalam Repelita IV produksi emas meningkat dengan pesat sehingga menjadi hampir 6,5 ton pada tahun pertama Repe- lita V, atau meningkat hampir lima puluh kali dibandingkan produksi tahun 1968. Produksi perak yang pada tahun 1968 ha-nya sebanyak 9,9 ton, meningkat menjadi 71,7 ton pada tahun pertama Repelita V. Perkembangan produksi dan penjualan emas dan perak dapat dilihat pada Tabel IX-10.

h. Bauksit

Pengusahaan bauksit dilakukan oleh PT Aneka Tambang di pulau Bintan dan pulau-pulau sekitarnya yaitu pulau-pulau Tembiling, Kelong dan Dendang. Penambangan bauksit di pulau Angkut sudah dihentikan karena cadangannya telah menipis.

403

Page 24: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 9

PRODUKSI DAN EKSPOR KONSENTRAT TEMBAGA,1973/74 - 1989/90(ribu ton kering)

U r a i a n1973/74(Akhir

Repelita I)

1978/79(Akhir

Repelita II)

1983/84(AkhirRepelita III)

1) 1988/89 (AkhirRepelita IV)

1989/90(Tahun Pertama

Repelita V)

Produksi 125,9 184,9 199,7 302,7 329,9

404

Page 25: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 10

PRODUKSI DAN PENJUALAN EMAS DAN PERAK, 1968 - 1989/90 (kilogram)

Page 26: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

1973/74 1978/79 1983/84 1988/89 1989/90Uraian 1968 (Akhir (Akhir (Akhir (Akhir (Tahun Pertama

Repelita I) Repelita II) Repelita III) Repelite IV) Repelita V)

Emas ----

Produksi 129,6 327,3 220,3 265,1 5.096,3 6.466,2

Penjualan - 324,0 250,9 261,0 313,8 143.287,0

dalam negeri

2)

Ekspor - - - - 22.261,0 13.752,0

Perak ------

3) 3)Produksi 9.885,0 8.426,0 2.216,0 1.684,0 64.562,4 71.689,0

Penjualan 8.743,0 3.800,0 2.397,0 1.700,0 3.319,4 2.329,1

dalam negeri

1) Angka diperbaiki2) Tidak termasuk ekspor emas yang terkandung dalam konsentrat tembaga. 3) Termasuk perak dalam konsentrat tembaga405

Page 27: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

Produksi dan ekspor bauksit mengalami penurunan sejak pertengahan Repelita I. Adanya restrukturisasi industri alu-mina di negara pengimpor bauksit, terutama Jepang, mengaki-batkan permintaan bauksit menurun. Menurunnya permintaan bauksit ini menyebabkan produksi bauksit di Indonesia juga menurun.

Apabila produksi bauksit pada tahun terakhir Repelita I mencapai 1.204,7 ribu ton, maka produksinya turun menjadi 514,1 ribu ton pada tahun terakhir Repelita IV. Pada tahun pertama Repelita V produksi bauksit meningkat kembali karena .meningkatnya permintaan dari negara produsen alumina. Pada tahun itu produksi tercatat sebesar 994,2 ribu ton dengan ekspor sebesar 1.044,5 ribu ton.

i. Pasir besi

Unit Pertambangan Pasir Besi PT Aneka Tambang mengusaha-kan penambangan pasir besi di daerah Cilacap, Kutoarjo dan daerah sekitarnya. Sejak tahun 1982 penambangan di daerah Pe-labuhan Ratu sudah dihentikan karena cadangannya telah habis. Dengan terhentinya ekspor sejak tahun 1987, maka produksi pa-sir besi sangat dipengaruhi oleh produksi semen, karena pasir besi dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produksi semen. Sehubungan dengan itu produksi pasir besi, yang pada tahun terakhir Repelita I mencapai 321,7 ribu ton, turun menjadi 164,9 ribu ton pada tahun terakhir Repelita IV. Produksi me-nuruft lagi pada tahun pertama Repelita V menjadi 140,1 ribu ton karena adanya bahan substitusi yang dihasilkan sebagai hasil samping pabrik baja (Tabel IX-11).

j. Batu Granit

Batu granit dihasilkan di daerah sekitar pulau Karimun (Riau), pulau Bangka, Belitung dan di daratan Kalimantan Ba-rat. Batu granit yang dihasilkan di daerah tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu batu granit untuk bahan bangunan dan batu granit untuk poles.

Produksi batu granit mengalami kenaikan selama Repelita I hingga Repelita III. Namun demikian dalam Repelita IV produksi mengalami penurunan sebagai akibat adanya saingan dari Malaysia. Selanjutnya pada tahun pertama Repelita V produksi batu granit sedikit meningkat. Penggunaan batu granit di dalam negeri menunjukkan kenaikan sesuai dengan kebutuhan akan bahan bangunan.

406

Page 28: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 11

PRODUKSI DAN EKSPOR BAUKSIT DAN PASIR BESI, 1968 - 1989/90

(ton)

U r a i an 19681973/74(Akhir

Repelita I)

1978/79(Akhir

Repelita II)

1983/84(Akhir

Repelita III)

1988/89 1)

(AkhirRepelita IV)

1989/90(Tahun PertamaRepelita V)

Bauksit

Produksi 879,3 1.204,7 964,9 841,9 514,1 994,2

Ekspor 847,7 1.266,4 981,6 861,2 703,0 1.044,S

Pasir besi

Produksi - 321,7 120,2 122,1 164,9 140,1

Ekspor - 283,6 66,5 12,0 160,8 147,4

1) Angka diperbaiki

407

Page 29: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

Apabila pada tahun terakhir Repelita I produksi batu granit adalah 415 ribu ton, maka pada tahun pertama Repeli- ta V produksinya meningkat empat kali menjadi 1,7 juta ton. Penggunaan batu granit di dalam negeri meningkat dari 138,8 ribu ton pada tahun terakhir Repelita I menjadi 472,0 ribu ton pada tahun terakhir Repelita IV dan kemudian menurun menjadi 218,8 ribu ton pada tahun pertama Repelita V. Volume ekspor naik dari 148,6 ribu ton pada akhir Repelita I menjadi 1,3 juta ton pada tahun pertama Repelita V atau meningkat dengan 874,8 %.

Perkembangan produksi dan penjualan batu granit dapat dilihat pada Tabel IX-12.

k. Bahan-bahan Tambang Lainnya

Bahan-bahan tambang lainnya yang digolongkan dalam bahan galian golongan C meliputi aspal, asbes, belerang, batu gam-ping, bentonit, fosfat, felspar, pasir kuarsa, kaolin dan yo-dium. Pengelolaan bahan galian golongan C tersebut pada umum-nya diusahakan oleh Perusahaan Daerah, Badan Usaha Milik Ne-gara, perusahaan swasta nasional, pertambangan rakyat dan ko-perasi. Pengembangan pertambangan bahan galian golongan C mempunyai peranan cukup besar dalam menunjang pembangunan di daerah dan dalam menyediakan lapangan kerja.

Berbeda dengan mineral logam pada umumnya, produksi ba-han galian golongan C pada umumnya menunjukkan kenaikan sejak Repelita I hingga tahun pertama Repelita V. Kenaikan produksi ini disebabkan oleh meningkatnya kegiatan-kegiatan pembangunan fisik dan sektor industri yang membutuhkan bahan baku yang berasal dari bahan galian. Tabel IX-13 memperlihatkan perkem-bangan produksi bahan tambang yang diusahakan oleh swasta na-sional, perusahaan daerah dan usaha lainnya.

1. Kegiatan Penunjang

Kegiatan penunjang di bidang geologi dan sumber daya mi-neral meliputi pemetaan geologi bersistem, inventarisasi dan eksploras.i sumber daya mineral, penyelidikan geologi tata lingkungan, pengamatan gunung api dan penyelidikan geologi kelautan.

Sejak sebelum Repelita I.sampai saat ini telah dilaksa-nakan program-program pemetaan geologi pulau Jawa - Madura dengan skala 1:100.000, pemetaan geologi pulau-pulau luar

408

Page 30: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 12

PRODUKSI DAN PENJUALAN DALAM NEGERI BAN GRANIT,1973/74 - 1989/90

(ribu ton)

Uraian1973/74

(AkhirRepelita I)

1978/79 (AkhirRepelita II)

1983/84(Akhir

Repelita III)

1988/89 1)

(AkhirRepelita IV)

1989/90(Tahun Pertama Repelita V)

Produksi 415,0 491,1 2.190,7 1.259,3 1.700,6

PenjualanDalam Negeri

138,8 239,3 334,7 472,0 218,8

Ekspor 148,6 252,1 1.390,4 776,0 1.336,2

1) Angka diperbaiki

409

Page 31: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 13

PRODUKSI BAHAN TAMBANG USAHA SWASTA NASIONALPERUSAHAAN DAERAH DAN LAINNYA,

1968 - 1989/90

Jenis 1973/74 1978/79 1983/84 1988/89 1989/90Bahan Tambang Satuan 1968 (Akhir (Akhir (Akhir (Akhir. (Tahun Pertama

PertamaRepelita I) Repelita II) Repelita III) . Repelita IV) Repelita V)

1. Mangan ton 2.584 12.186 5.889 8.318 12.435 9.873

2. Aspal ton 31.315 95.149 162.000 725.752 - -3. Yodium kg 1.084 19.357 7.253 25.139 9.753 16.330

4. Belerang ton . . 1.951 204 3.647 4.321 3.939

5. Fosfat ton . . 819 6.071 5.763 441 10.549

6. Asbes ton - - 12 74 - -7. Kaolin ton 8.950 29.055 37.400 60.146 147.109 157.122

8. Pasir Kwarsa ton 1.823 52.805 307.480 362.973 422.488 310.996

9. Marmer m2 slabs 13.272 12.233 33.496 24.374 1.343.620 1.438.287

10. Gamping (bahan semen) ton - 995.898 4.698.957 11.856.786 13.429.920 16.681.020

11. Lempung (bahan semen) ton - 164.287 1.030.406 2.182.988 2.222.420 2.387.224

12. Feldspar ton - - 6.166 11.939 11.388 13.025

13. Kalsit ton - - 3.485 - - -14. Yorosit ton - - 273 - - -15. Bentonit ton - - 4.190 10.006 8.266 9.300

16. Gips ton - - - 658 1.591 345

Page 32: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

1) Angka diperbaiki410

Page 33: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

Jawa - Madura dengan skala 1:250.000 dan kompilasi peta geo-logi Indonesia dengan skala 1:1.000.000. Selama ini telah di-selesaikan 58 lembar peta geologi untuk pulau Jawa - Madura dan 148 lembar peta geologi untuk luar Jawa - Madura. Khusus-nya untuk memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang sum-ber daya mineral di bumi, dilakukan pemetaan gaya berat. Sam-pai dengan tahun pertama Repelita V juga telah diselesaikan 49 lembar peta gaya berat untuk pulau Jawa - Madura dan 58 lembar peta gaya berat untuk luar pulau.Jawa - Madura.

Inventarisasi dan eksplorasi sumber daya mineral telah dilaksanakan di pelbagai tempat di seluruh Indonesia. Kegiat-an ini terutama ditujukan untuk mengetahui potensi bahan ga-lian logam yang dapat menunjang industri dalam negeri dan un-tuk ekspor. Komoditi yang menjadi sasaran penyelidikan meli-puti kelompok logam dasar (timbal, seng dan tembaga, kelom-pok logam mulia (emas, perak dan platina) dan kelompok logam langka (titanium, vanadium).

Penyelidikan geologi tata lingkungan yang ditujukan un-tuk mengetahui kemampuan dukung bagi pengembangan suatu wila-yah telah pula dilakukan di pelbagai tempat di Indonesia. Ke-giatan ini mencakup penyelidikan hidrogeologi, penyelidikan daerah rawan geologi, serta penyelidikan gerakan tanah dan perusakan lingkungan karena penambangan yang tak terkendali. Sementara itu, dalam rangka pengawasan bahaya gunung api, di-lakukan juga penyelidikan kegunungapian yang ditekankan pada pemantauan terhadap 129 gunung api aktif melalui pos-pos pengamatan. Di samping itu juga dilakukan penelitian untuk menunjang perkiraan dan peramalan kemungkinan letusan gunung api, serta penyelidikan potensi panas bumi.

Sejak Repelita IV telah disurvai lautan seluas 100.000 km persegi di perairan dalam, zona ekonomi ekslusif, daerah pantai dan lepas pantai melalui penyelidikan geologi kelaut-an. Pelbagai sumber daya mineral berhasil ditemukan di per-airan lepas pantai. Sumber daya mineral yang ditemukan terdi-ri dari timah di pulau-pulau sebelah timur laut Sumatera dan emas di sebelah selatan Kalimantan. Tabel IX-14 memperlihat-kan hasil yang dicapai dalam kegiatan pemetaan di bidang geo-logi dan sumber daya mineral.

Kegiatan pengembangan mineral regional telah menghasil-kan pengkajian mengenai pola alokasi pemanfaatan sumber daya mineral dalam rangka pengembangan wilayah, pola distribusi, optimasi penambangan emas, penyusunan tabel input-output re-

411

Page 34: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 14

HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, 1983/84 - 1989/90

Nama/SasaranKegiatan Pemetaan

1983/84(Akhir

Re pe l i t a I I I )

1988/89(AkhirRepelita IV)

1989/90 (Tahun Pertama Repelita V)

1. Pemetaan geologi bersistem

pulau Jawa, 1 : 100.000(58 lembar)

94,10% 96,55% 100%

2. Pemetaan geologi bersistemluar pulau Jawa, 1 : 250.000(181 lembar)

56,60% 75,69% 82,32%

3. Pemetaan geologi Indonesia1 : 1.000.000(16 lembar)

10,62% 15,62% 87,50%

4. Pemetaan gaya berat pulau Jawa

1 : 100.000(58 lembar)

62,9% 79,30% 84%

5. Pemetaan gaya berat luar

Pulau Jawa 1 : 250.000(181 lembar)

22,9% 30,69% 32%

6. Pemetaan gaya berat Indonesial : 1.000.000(16 lembar) -

37,5% 44%

7. Pemetaan geologi gunung api1 : 100.000(128 lembar)

12,5% 78,75% 20%

8. Pemetaan daerah bahaya gunung api

1 : 10.000(128 lembar)

67,18% 78,12% 80%

9. Pemetaan topografi puncakgunung api 1 : 10.000(128 lembar)

29,68% 62,50% 66%

10. Pemetaan geologi teknikpulau Jawa 1: 100.000(58 lembar) -

27,50% 30%

11. Pemetaan hidrogeologi1 : 250.000(181 lembar) -

35,91% 37%

12. Pemetaan hidrogeologi Indonesia1 : 2.500.000(1 lembar) -

50% 55%

13. Pemetaan sumber daya mineral1 : 2.500.000(1 lembar) -

24% 27%

14. Pemetaan geokimia1 : 250.000(181 lembar) -

16,57% 18%

15. 7emetaan batu bara dan gambut

1 : 250.000(50 lembar) -

30% 32%

412

Page 35: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

gional dan penyiapan model transmigrasi pertambangan. Peneli-tian teknologi pertambangan terus dilakukan terhadap berbagai bahan tambang terutama batu bara. Sehubungan dengan itu terus diusahakan terbentuknya sistem informasi mineral yang terpadu sebagai dasar perencanaan pertambangan yang lebih tepat.

B. ENERGI

1. Pendahuluan

Sesuai arahan Garis-garis Besar Haluan Negara, pengem-bangan dan pemanfaatan energi didasarkan pada kebijaksanaan energi yang menyeluruh dan terpadu. Kebijaksanaan energi mem-perhitungkan peningkatan kebutuhan baik untuk ekspor maupun untuk pemakaian di dalam negeri, dan kemampuan penyediaan energi secara strategis dalam jangka panjang. Berdasarkan ke-bijaksanaan tersebut, dilaksanakan kegiatan-kegiatan survai dan eksplorasi sumber daya energi. Kebijaksanaan tersebut ju-ga mengarah pada penganekaragaman (diversifikasi) penggunaan energi dan penghematan penggunaan energi.

Dalam pada itu pengembangan tenaga listrik terutama di-tujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota dan desa serta untuk mendorong kegiatan ekonomi, khususnya di sektor industri. Upaya ini dilakukan dengan meningkatkan sa-rana penyediaan tenaga listrik, yang meliputi pembangkit te-naga listrik, jaringan transmisi, gardu induk serta jaringan distribusi. Pelayanan kepada para pemakai tenaga listrik te-rus diusahakan untuk ditingkatkan.

2. Pengembangan Energi

Sejalan dengan semakin meningkatnya pembangunan nasio-nal, konsumsi energi dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Apabila pada tahun 1968 konsumsi energi adalah sebesar 40,7 juta Setara Barel Minyak (SBM), pada tahun terakhir Repe- lita IV konsumsi ini meningkat menjadi 292,9 juta SBM. Angka konsumsi energi ini meningkat lagi menjadi 319,9 juta SBM pada tahun pertama Repelita V atau lebih dari tujuh kali di-banding dengan tahun 1968 (lihat Tabel IX-15 dan Grafik IX-2).

Penggunaan sumber energi selama ini masih tergantung pa-da minyak bumi. Padahal, selain cadangannya terbatas, minyak bumi juga merupakan sumber devisa dan penerimaan negara untuk membiayai pembangunan nasional. Demikianlah maka dilakukan

413

Page 36: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 15KONSUMSI SUMBER ENERGI,

1968 - 1989/90

Keterangan :SBM = Setara Barel Minyak

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

414

Page 37: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

GRAFIK IX – 2KONSUMSI SUMBER ENERGI

1968 – 1989/90

berbagai upaya untuk meningkatkan penggunaan sumber energi

Page 38: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

lainnya agar dapat mengurangi penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi di dalam negeri.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan penyediaan minyak bumi terus diusahakan agar cadangan nyata (terbukti) minyak bumi meningkat. Dalam hubungan itu dalam tahun 1989/90 dilan-jutkan kegiatan survai dan eksplorasi minyak bumi di samping eksplorasi sumber daya energi lainnya. Indonesia juga mempu-nyai sumber energi non minyak yang potensinya besar, seperti energi gas bumi, batu bara, panas bumi, tenaga air, dan tenaga surya.

Dengan berhasilnya kegiatan-kegiatan survai dan eksplo-rasi sumber daya energi non minyak t6rsebut, maka kegiatan diversifikasi penggunaan sumber daya energi telah dapat di-kembangkan. Pada tahun 1968 pangsa minyak bumi sebagai sumber energi dalam negeri adalah 84,9% dari seluruh sumber energi.

415

Page 39: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

Pada tahun terakhir Repelita IV pangsa minyak bumi sebagai sumber energi telah turun menjadi 64,3%. Dan pada tahun per-tama Repelita V pangsa minyak bumi ini menurun lagi menjadi 62,6%.

Selama dua puluh tahun terakhir telah berlangsung pe-ningkatan penggunaan sumber energi non minyak, terutama batu bara dan air. Pangsa penggunaan batu bara sebagai sumber energi meningkat dari 1,8% pada tahun 1968 menjadi 9,6% pada tahun pertama Repelita V. Peningkatan penggunaan batu bara ini terutama dimungkinkan oleh beroperasinya pusat listrik tenaga uap (PLTU) Suralaya unit 1, 2, 3, 4 (4 x 400 MW) dan PLTU Bukit Asam unit 1 dan 2 (2 x 65 MW). Sedangkan pengguna-an tenaga air yang semakin meningkat dimungkinkan dengan te-lah beroperasinya sejumlah pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di beberapa daerah. Dalam Repelita I dibangun PLTA Riam Kanan dengan kapasitas 2 x 10 MW, PLTA Tonsea Lama dengan kapasitas 1 x 4,5 MW, PLTA Karangkates dengan kapasi-tas 2 x 35 MW dan sejumlah PLTA lain yang berkapasitas kecil. Dalam Repelita II selesai dibangun PLTA Batang Agam dengan kapasitas 2 x 3,5 MW dan PLTA Karangkates unit 3 dengan kapa-sitas 1 x 35 MW serta sejumlah pusat listrik tenaga mikrohi-dro (PLTM) yang tersebar di beberapa lokasi dengan jumlah kapasitas 3,81 MW.

Selama Repelita III telah dibangun sejumlah PLTA dengan kapasitas 296,5 MW. Sejumlah PLTA tersebut antara lain ialah PLTA Maninjau (4 x 17 MW), PLTA Wlingi (2 x 27 MW), PLTA Ja-tiluhur unit 6 (1 x 25 MW), PLTA Garung (2 x 13,2 MW), PLTA Riam Kanan unit 3 (1 x 10 MW) dan PLTPc Wonogiri (2 x 6,2 MW). Selama Repelita IV penggunaan tenaga air terus meningkat dengan telah beroperasinya, PLTA Sengguruh dengan kapasitas 2 x 13,5 MW, PLTA Saguling dengan kapasitas 4 x 175 MW dan PLTA Cirata dengan kapasitas 4 x 125 MW. Pada tahun pertama Repe-lita V penggunaan tenaga air sebagai sumber energi meningkatlagi dengan selesainya sejumlah pusat listrik tenaga mikrohi-dro di beberapa lokasi dan peningkatan pemanfaatan dari PLTA yang ada.

Pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi dimulai da-lam Repelita III, yaitu dengan beroperasinya pusat listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Kamojang yang berkapasitas 1 x 30 MW. Pemanfaatan ini meningkat sekitar lima kali lipat pada akhir Repelita IV dengan diperluasnya PLTP Kamojang dengan unit 2 dan 3 dengan kapasitas 2 x 55 MW.

416

Page 40: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

Pangsa penggunaan gas bumi sebagai sumber energi juga menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini disebabkan karena semakin berkembangnya penggunaan gas bumi untuk bahan bakar pada sektor industri dan pembangkit tenaga listrik sebagai pengganti BBM. Penggunaan gas bumi pada tahun terakhir Repe-lita II telah meningkat 292,3% dibandingkan dengan penggunaan pada tahttn terakhir Repelita I, pada tahun terakhir Repe-lita III meningkat 93,0% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita II, pada tahun terakhir Repelita IV meningkat 42,9% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III. Penggunaan gas bumi pada tahun pertama Repelita V meningkat 4,2% diban-dingkan dengan tahun terakhir, Repelita IV dan meningkat 1.026,9% dibanding dengan tahun terakhir Repelita I.

Di daerah pedesaan banyak dikembangkan pembangkit tenaga listrik berkapasitas kecil melalui pengembangan tenaga air mikro. Upaya pengembangan ini dilakukan baik oleh pemerintah sendiri dalam hal ini Perum Listrik Negara, maupun oleh peme-rintah bersama masyarakat. Dalam upaya pengembangan pemanfa-atan tenaga surya untuk pembangkit tenaga listrik banyak di-lakukan kegiatan-kegiatan percontohan dengan maksud merang-sang peran serta masyarakat. Selanjutnya penggunaan energi baru dan terbarukan lainnya juga telah dilakukan di pedesaan dalam bentuk percontohan. Dalam pada itu, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, kegiatan dalam rangka penghematan energi dilakukan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan kampanye, pe-nyuluhan, pengkajian dan pengaturan. Kegiatan ini dilakukan baik di sektor swasta terutama industri, maupun dalam peme-rintahan, seperti kampanye dan penyuluhan penghematan energi di gedung perkantoran pemerintah.

3. Tenaga Listrik

Program pengembangan tenaga listrik dilaksanakan dengan membangun sejumlah pembangkit tenaga listrik. Selaras dengan kebijaksanaan umum di bidang energi, pembangunan pembangkit tenaga listrik diarahkan kepada penggunaan sumber energi non minyak yang makin besar. Selain pembangkit tenaga listrik ju-ga dibangun jaringan transmisi dan distribusi. Khusus untuk daerah Jawa, dalam Repelita III mulai dikembangkan sistem in-terkoneksi melalui sistem jaringan transmisi 150 kV. Selan-jutnya dalam Repelita IV sistem interkoneksi dilakukan dengan sistem jaringan transmisi 500 kV di Jawa. Sistem interkoneksi dengan jaringan 150 kV juga dilaksanakan di daerah-daerah la-in, seperti Medan, Padang, Sulawesi Selatan, dan Bali. Sistem

417

Page 41: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

ini akan terus dikembangkan dalam rangka meningkatkan efi-siensi dan keandalan sistem kelistrikan.

Pada tahun 1968/69 kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik mencapai 661,6 MW. Pada tahun pertama Repelita V ka-pasitas tersebut telah meningkat menjadi 9.088,4 MW, atau meningkat hampir empat belas kali dibandingkan tahun 1968/69. Pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik yang telah di-laksanakan sejak permulaan Repelita I telah berhasil mening-katkan produksi tenaga listrik sebesar delapan belas kali le-bih, yaitu dari 1,8 juta MWh pada tahun 1968/69 menjadi 32,9 juta MWh pada tahun pertama Repelita V. Peningkatan produksi tenaga listrik yang lebih besar daripada peningkatan kapasi-tas daya terpasang menunjukkan bahwa selain dilakukan pem-bangunan sarana pembangkitan juga dilakukan upaya meningkat-kan efisiensi pengoperasiannya. Sedangkan jumlah pelanggan listrik telah meningkat lebih dari sepuluh kali, dari 874,7 ribu pelanggan pada tahun 1968/69 menjadi 10,3 juta pelanggan pada tahun pertama Repelita V. Hal ini menunjukkan bertambah-nya jumlah masyarakat yang dapat menikmati listrik baik untuk keperluan rumah tangga, sosial, komersial maupun industri.

Pada tahun pertama Repelita V telah selesai dibangun pembangkit tenaga listrik untuk daerah perkotaan dan daerah pedesaan sebesar 537,3,MW. Dengan tambahan ini maka pada akhir tahun 1989/90 kapasitas terpasang meningkat menjadi 9.088,4 MW, atau naik menjadi sebelas kali dibandingkan dengan kapasitas terpasang tahun terakhir Repelita I atau hampir empat belas kali kapasitas terpasang tahun 1968. Se-mentara itu, untuk meningkatkan upaya penyaluran tenaga lis-trik telah dibangun jaringan transmisi sepanjang 580,6 kms, gardu induk dengan kapasitas 819 MVA, jaringan tegangan mene-ngah sepanjang 7.875,4 kms, gardu distribusi dengan kapasitas 573,2 MVA dan jaringan tegangan rendah sepanjang 9.133,5 kms. Dalam tahun yang sama, program listrik masuk desa telah mem-berikan fasilitas listrik kepada 1.896 desa dengan 731.591 konsumen. Dengan tambahan fasilitas ini pada akhir tahun per-tama Repelita V jumlah desa yang sudah mendapat aliran lis-trik menjadi 20.690 desa, sedangkan jumlah pelanggan ter- catat sebanyak 5.440.217 konsumen, yang berarti peningkatan ma-sing-masing sebesar 822% dan 1.842,5% dibandingkan tahun ter-akhir Repelita II saat dimulainya program listrik pedesaan. Peningkatan yang besar dari jumlah desa yang dilistriki ter-sebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa serta mendorong kegiatan ekonomi, terutama sektor indus-

418

Page 42: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

tri di daerah pedesaan. Tabel IX-16 memperlihatkan hasil pe-laksanaan pembangunan tenaga listrik dari tahun 1968/69 sam-pai dengan tahun 1989/90. Tabel IX-17 menggambarkan perkem-bangan pengusahaan tenaga listrik, sedangkan Tabel IX-18 mem-perlihatkan perkembangan produksi dan daya terpasang tenaga listrik menurut wilayah.

Hasil-hasil pembangunan di bidang ketenagalistrikan da-lam tahun pertama Repelita V secara regional dapat diuraikan di bawah ini. Pembangunan tenaga listrik di Daerah Istimewa Aceh dalam tahun 1989/90 meliputi pembangunan PLTM dengan ka-pasitas 378 kW dan jaringan distribusi yang terdiri dari ja-ringan tegangan menengah sepanjang 152,4 kms, jaringan te-gangan rendah sepanjang 229,4 kms dan gardu distribusi seba-nyak 87 buah dengan kapasitas sebesar 3.470 kVA. Sedangkan jumlah desa yang dapat dialiri listrik melalui program lis-trik masuk desa adalah 371 desa dengan jumlah pelanggan seba-nyak 13.310 konsumen, sehingga jumlah desa yang telah memper-oleh listrik menjadi 1.619 desa dan jumlah pelanggan menjadi 99.795 konsumen.

Untuk memenuhi permintaan akan tenaga listrik di propin-si Sumatera Utara yang terus meningkat, telah diselesaikan pembangunan PLTU dengan kapasitas 130 MW, PLTM dengan kapasi-tas 1.500 kW serta jaringan transmisi sepanjang 193 kms dan gardu induk sebanyak 2 buah dengan kapasitas 110 MVA. Pem-bangunan jaringan distribusi meliputi daerah perkotaan dan pedesaan terdiri atas jaringan tegangan menengah sepanjang 999,6 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 1.031,5 kms dan .gardu distribusi sebanyak 644 buah dengan kapasitas 53.140 kVA. Sementara itu, jumlah desa yang mendapat aliran listrik bertambah dengan 11 desa sehingga menjadi 988 desa dan jumlah pelanggan meningkat sebanyak 9.301 konsumen sehingga seluruh-nya menjadi 226.329 konsumen.

Di daerah Sumatera Barat dan Riau, telah diselesaikan pembangunan jaringan transmisi sepanjang 42 kms, sebuah gardu induk berkapasitas 20 MVA, jaringan tegangan menengah sepan-jang 65,4 kms, gardu distribusi sebanyak 39 buah dengan kapa-sitas 3.660 kVA dan jaringan tegangan rendah sepanjang 118,1 kms. Selain itu, juga telah berhasil dibangun PLTD dengan ka-pasitas 420 kW untuk daerah pedesaan yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik, sehingga jumlah desa yang memperoleh aliran listrik bertambah 12 desa yang mencakup 9.195 konsu-men. Tambahan tersebut menjadikan jumlah desa yang dialiri

419

Page 43: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 16

PR0DUKSI DAN DAYA TERPASANG TENAGA LISTRIK MENURUT WILAYAH,1968/69 - 1989/90

1973/7 1978/79 1983/84 1988/89 1)

(Akhi r Repel i ta I ) (Akhir Repelita II) (Akhir Repelita III) (Akhir Repelita IV)Kode Lokasi Daerah Tingkat I/

Propinsi1968/69 1989/90 2)

(Tahun Pertama Repelita V)Produksi Daya Terpa- Produksi Daya Terpa- Produksi Daya Terpa- Produksi Daya Terpa-

(MWh) sang (kW) (MWh) sang (kW) (MWh) sang (kW) (MWh) sang (kW)

Page 44: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

Wilayah IWilayah IIWilayah I I I

Wilayah IV

Wilayah VWilayah-VI

Wilayah VIIWilayah VII IWilayah IXWilayah XWilayah XI

Wilayah XII

Wilayah XII IKit.J.J/Dis. Jabar/Dis. Jaya

Daerah Istimewa AcehSumatera UtaraSumatera Barat, Riau, Jambi(Daerah Kerinci)Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung,JambiKalimantan BaratKalimantan Selatan, Kalimantan Timur,Kalimantan TengahSulawesi Utara, Sulawesi TengahSulawesi Selatan, Sulawesi TenggaraM a 1 u k uIrian JayaNusa Tenggara Barat, NusaTenggara Timor, Timor TimurJawa Timur

Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta

Jawa Barat, DKI Jakarta Raya

9.100 74.244

37.957

86.914 15.599

15.836 23.477 34.664 6.634 18.400

13.873 307.932

243.535

832.295

3.88239.884

15.447

38.666 5.390

10.289 7.72814.693 3.340 9.200

6.593 15.439

77.893

313.128

17.926127.055

51.109

111.04025.299

38.54733.720

51.05013.32623.083

35.050569.713

322.484

1.586.S75

7.85041.942

18.961

42.2338.390

32.90116.68446.0365.32S10.683

11.202187.027

89.718

257.126

36.511260.542

103.189

227.54750.117

145.66082.654145.32826.64739.642

92.911 1.015.252

519.377

977.440

19.521 161.000

61.032

107.389 24.336

97.092 37.174 70.987 11.832 19.187

46.692 413.505

253.732

965.224

84.731715.949

319.145

454.296104.827

318.984169.128299.17952.48660.905

238.185

2.741.241 3)

7.832.777

42.900 213.100

205.117

184.230 34.683

133.923 75.560 114.262 27.685 24.867

108.845

658-871 3)

2.110.948

173.7451.352.936

633.245

1.096.427 208.620

636.021 251.651 540.444 96.408 104.475

463.420

4.487.580 3)

15.577.782

150.500506.300

285.500

518.100119.600

265.400159.500248.30068.40069.100

152.600

1.201.800 3)

4.784.800

208.9161.631.891

683.126

1.223.447 243.894

748.911 269.035 614.228 104.125 110.861

527.611

6.096.993 3)

20.441.367

150.670635.961

287.485

519.456120.023

267.932160.152274.09867.81973.941

153.097

1.200.232 3)

5.177.489

Jumlah 1.780.460 b61.S72 776.077 5.722.817 2.288.703 13.391.831 3.934.991 25.622.7S4 8.529.900 32.904.405 9.088.355

Keterangan: ---------------

Kit.J.J.Dis. Jabar - Distribusi Jawa Barat Dis. Jaya - Distribusi Jakarta Raya

1) Angka diperbaiki2) Angka diperbaiki3) Total KJT + Dis. Jatim + Dis. Jateng

Produksi Daya Terpa(P h) sang (kw)

Produksi Daya Terpa-(MWh) sang (kW)

420

Page 45: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX - 17

PENGUSAHAAN TENAGA LISIRIK,

1968/69 - 1989/90

1) 2) 1973/74 1978/79 1978/79 1983/84 1989/90

U r a i a n Satuan 1968/69 (Akhir (Akhir (Akhir (Akhir (Tahun PertamaPertamaRepelita I) Repelita II) Repelita III) Repelita IV) Repelita V)

1. Produksi Tenaga Listrik MWh 1.780.460 3.005.977 5.722.817 13.391.833 25.622.754 32.904.405

2. Penjualan Tenaga Listrik MWh 1.204.382 2.215.500 4.286.900 9.999.700 19.992.800 23.434.477

3. Daya Tersambung kVA 594.483 1.060.459 2.459.052 6.126.669 12.655.200 13.966.061

4. Jumlah Langganan konsumen 874.656 1.023.459 1.783.247 4.406.077 9.402.580 10.316.935

Keterangan:

hbYh : Mega Watt Hour kVA : Kilo Volt Ampere kW : Kilo Watt

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

421

Page 46: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

listrik menjadi 1.279 desa dan jumlah pelanggan menjadi 137.211 konsumen.

Di Sumatera Selatan, Jambi, Lampung dan Bengkulu, telah dibangun jaringan tegangan menengah sepanjang 392,1 kms, di-bangun gardu distribusi sebanyak 179 buah dengan jumlah ka-pasitas 15.665 kVA serta jaringan tegangan rendah 385,5 kms. Sejalan dengan pembangunan tersebut, jumlah desa yang dapat dialiri listrik bertambah 83 desa dengan tambahan konsumen sebanyak 14.358 konsumen sehingga seluruhnya menjadi 1.325 desa dengan 209.451 konsumen.

Di daerah Kalimantan Barat telah dilaksanakan perluasan 7aringan tegangan menengah sepanjang 84,5 kms, gardu distribusi sebanyak 43 buah dengan kapasitas sebesar 2.425 kVA dan jaringan tegangan rendah sepanjang 68 kms. Sementara itu, jumlah desa yang dapat dialiri listrik bertambah 8 desa dengan tambahan pelanggan sebanyak 5.805 konsumen; dengan de-mikian jumlah desa yang memperoleh aliran listrik menjadi 291 desa mencakup 45.895 konsumen.

Di daerah Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Ka-limantan Timur, pembangunan kelistrikan di daerah perkotaan dan pedesaan dalam tahun 1989/90 meliputi perluasan jaringan distribusi yang terdiri dari jaringan tegangan menengah se-panjang 226,5 kms, jaringan tegangan rendah 336,6 kms dan 169 buah gardu distribusi dengan jumlah kapasitas 14.985 kVA. Da-lam pada itu, tambahan desa yang mendapat aliran listrik ber-jumlah 74 desa yang mencakup 23.148 konsumen. Tambahan ini meningkatkan jumlah desa yang dapat dialiri listrik menjadi 892 desa dengan 120.779 konsumen.

Di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, pembangunan ke-listrikan meliputi perluasan jaringan tegangan menengah se-panjang 598,3 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 444,4 kms serta 469 buah gardu distribusi dengan kapasitas keselu-ruhannya 25.870 kVA. Sementara itu, juga telah dapat disele-saikan pembangunan PLTD yang tersebar di beberapa lokasi pe-desaan dengan jumlah kapasitas 420 kW, sehingga desa yang memperoleh aliran listrik bertambah sebanyak 38 desa dengan tambahan pelanggan sebanyak 5.016 konsumen. Secara keseluruhan jumlah desa yang memperoleh aliran listrik menjadi 887 desa dan jumlah pelanggan menjadi 147.959 konsumen.

Pembangunan di daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, selama tahun 1989/90 adalah melanjutkan pembangunan

422

Page 47: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

PLTD Ujung Pandang dengan kapasitas 2 x 12,5 MW dan PLTA Ba-karu dengan kapasitas 2 x 63 MW serta perluasan jaringan distribusi di daerah perkotaan dan pedesaan yang meliputi jaringan tegangan menengah dan jaringan tegangan rendah ma-sing-masing sepanjang 394,8 kms dan 416,0 kms, serta tambahan gardu distribusi sebanyak 356 buah dengan kapasitas 13.755 kVA. Program listrik masuk desa telah berhasil menambah desa yang mendapat aliran listrik sebanyak 69 desa mencakup 3.226 konsumen, sehingga jumlah desa yang dialiri listrik menjadi 628 desa dengan 232.697 konsumen.

Di daerah maluku telah diselesaikan pembangunan jaringan distribusi untuk daerah perkotaan dan pedesaan berupa perlu-asan jaringan tegangan menengah sepanjang 190,7 kms, tegangan rendah sepanjang 90,8 kms dan gardu distribusi sebanyak 88 buah dengan kapasitas 5.690 kVA. Dalam pada itu, jumlah desa yang dapat dialiri listrik bertambah 29 desa mencakup 12.529 konsumen, dengan demikian jumlah desa yang memperoleh aliran listrik menjadi 334 desa dan jumlah pelanggan menjadi 54.775 konsumen.

Di Irian Jaya, kegiatan pembangunan meliputi pembangunan PLTD dengan kapasitas 3,28 MW, jaringan tegangan menengah se-panjang 30,8 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 42,9 kms, serta gardu distribusi sebanyak 18 buah dengan kapasitas 1.060 kVA. Dalam rangka program listrik masuk desa, jumlah desa yang dapat dialiri listrik bertambah 5 desa dengan tam-bahan pelanggan sebanyak 798 konsumen, sehingga seluruhnya menjadi 53' desa dengan jumlah pelanggan sebanyak 13.824 kon-sumen.

Di daerah Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur, dilakukan perluasan jaringan distribusi di daerah perkotaan dan pedesaan yang terdiri dari jaringan te-gangan menengah sepanjang 28,7 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 48,2 kms, serta gardu distribusi sebanyak 100 buah dengan kapasitas 12.510 kVA. Sementara itu, jumlah desa yang dapat dialiri listrik bertambah sebanyak 60 desa yang menca-kup 44.270 konsumen. Tambahan ini meningkatkan jumlah desa yang dapat dialiri listrik menjadi 868 desa dan jumlah pe-langgan menjadi 285.126 konsumen.

Selaras dengan semakin meningkatnya kebutuhan tenaga listrik di Jawa Timur serta upaya meningkatkan keandalan sis-tem interkoneksi se-Jawa, dalam tahun 1989/90 t e l a h d i s e l e -

423

Page 48: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

saikan pembangunan jaringan transmisi sepanjang 44,3 kms dan gardu induk sebanyak 5 buah dengan kapasitas sebesar 101 MVA. Selain itu, telah diselesaikan pula jaringan distribusi yang terdiri dari jaringan tegangan menengah sepanjang 1.280,6 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 1.858,2 kms serta 986 buah gardu distribusi dengan kapasitas sebesar 105.720 kVA. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di masa yang akan da-tang, khususnya di daerah Jawa Timur dan sistem Jawa pada umumnya, sedang dilaksanakan persiapan pekerjaan utama PLTU dengan bahan bakar batu bara di Paiton yang berkapasitas 2 x 400 MW serta persiapan,pembangunan PLTGU Gresik dengan kapa-sitas 3 x 500 MW yang mempergunakan bahan bakar gas bumi.

Jumlah desa yang dapat dialiri listrik melalui program listrik masuk desa di Jawa Timur meningkat sebanyak 387 desa, dengan tambahan pelanggan sebanyak 162.734 konsumen. Secara keseluruhan, jumlah desa yang dapat dialiri listrik menjadi 3.659 desa dan jumlah pelanggan menjadi 1.055.687 konsumen.

Di daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta da-pat diselesaikan jaringan distribusi di daerah perkotaan dan pedesaan berupa jaringan tegangan menengah sepanjang 1.188,9 kms dan jaringan tegangan rendah 1.404,5 kms beserta gardu distribusi sebanyak 2.278 buah dengan kapasitas 95.875 kVA. Selanjutnya, pelaksanaan program listrik masuk desa telah berhasil menambah jumlah desa yang dapat dialiri listrik se-banyak 187 desa dengan pelanggan sebanyak 92.509 konsumen, sehingga seluruhnya menjadi 4.215 desa dengan 1.143.243 kon-sumen.

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Jawa Barat dan DKI Jakarta Raya khususnya dan di Jawa umumnya, dalam ta-hun 1989/90 telah diselesaikan pembangunan PLTU Suralaya unit 4 dengan kapasitas 1 x 400 MW. Sejalan dengan itu, dalam rangka perluasan pemasaran pada industri-industri besar, te-lah diselesaikan pula pembangunan jaringan transmisi sepan-jang 301,3 kms berikut 12 buah gardu induk dengan kapasitas 588 MVA. Di samping itu, perluasan jaringan distribusi yang dilaksanakan baik di kota maupun di desa adalah berupa ja-ringan tegangan menengah sepanjang 2.242,2 kms dan jaringan tegangan rendah sepanjang 2.659,3 kms berikut 1.536 buah gar-du distribusi dengan jumlah kapasitas 219.335 kVA. Sementara itu, disain PLTU Suralaya unit 5,6,7 dengan rencana kapasitas 3 x 600 MW dan pembangunan PLTP Gunung Salak unit 1 dan 2 dengan kapasitas 2 x 55 MW sedang dalam tahap persiapan. Pe-laksanaan listrik masuk desa telah dapat menambah jumlah desa

424

Page 49: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

memperoleh aliran listrik sebanyak 562 desa yang meliputi se-banyak 335.392 konsumen. Tambahan ini meningkatkan jumlah de-sa yang dialiri,.listrik menjadi 3.652 desa dengan jumlah pe-langgan sebanyak 1.667.446 konsumen (Tabel IX-18).

4. Tenaga Gas

Kegiatan pengembangan tenaga gas diarahkan pada upaya lebih meningkatkan peranannya sebagai sumber energi untuk ke-perluan industri, pembangkit tenaga listrik, bahan bakar ken-daraan bermotor dan ke erluan rumah tangga. Tenaga gas yang disalurkan oleh Perum Gas Negara berupa gas buatan yang meng-gunakan minyak bumi dan batu bara sebagai bahan bakunya, serta gas bumi. Sejalan dengan kebijaksanaan diversifikasi energi dan konservasi minyak bumi, kegiatan pengembangan tenaga gas dilakukan dengan meningkatkan sarana penyaluran gas bumi yang meliputi jaringan transmisi gas (tekanan tinggi) dan jaringan distribusi gas (tekanan menengah).

Dalam pada itu, kapasitas terpasang prasarana gas me-ningkat dengan tajam dari tahun ke tahun. Apabila pada tahun 1968 kapasitas terpasang adalah 193,1 ribu m3/hari, maka pada tahun pertama Repelita V tercatat kapasitas terpasang naik menjadi 6,8 juta m3/hari, meningkat tiga puluh lima kali di-banding tahun 1968.

Sementara itu, sarana penyalur tenaga gas juga telah da-pat ditingkatkan. Pada tahun terakhir Repelita I panjang ja-ringan distribusi gas dan jaringan transmisi gas masing-ma-sing 922,0 km dan 27,4 km, pada tahun pertama Repelita V pan-jang jaringan distribusi gas meningkat menjadi 1.071,0 km dan jaringan transmisi gas meningkat menjadi 384,6 km. Perkem-bangan kapasitas terpasang dan jaringan tenaga gas dari tahun 1968 sampai tahun pertama Repelita V dapat dilihat pada Tabel IX-19.

Sejalan dengan meningkatnya pembangunan fisik jaringan pipa gas, hasil pengusahaan tenaga gas juga mengalami pening-katan. Penjualan gas yang pada tahun 1968 hanya mencapai se-besar 27.826 ribu m3 meningkat menjadi 293.759 ribu m3 pada tahun pertama Repelita V, atau lebih dari sepuluh kali diban-dingkan tahun 1968. Sedangkan jumlah konsumen meningkat dari 24,3 ribu pelanggan menjadi 25,2 ribu pada kurun waktu yang sama. Peningkatan penjualan gas yang jauh lebih besar dari peningkatan jumlah konsumen disebabkan karena pemakai gas pa-da sektor industri dan komersial semakin meningkat.

425

Page 50: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX – 18HASIL PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TENAGA LISTRIK,

1968/69 – 1989/90 1)

1) Data kumulatif limatahunan, kecuali tahun 1989/90 angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

Page 51: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

426

Page 52: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX – 19KAPASITAS TERPASANG DAN JARINGAN TENAGA GAS,

1968 – 1989/90

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

427

1) Angka sementara

Page 53: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

TABEL IX – 20PENGUSAHAAN TENAGA GAS

1968 – 1989/90

Page 54: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

1) Angka sementara

429

1) Angka sementara

Page 55: PERTAMBANGAN DAN ENERGI - Kementerian … · Web viewSehubungan dengan itu sejak permulaan Repelita I terus dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi

Dalam Repelita IV, selain gas buatan dan gas bumi, Perum Gas Negara juga telah menyalurkan LPG melalui jaringan gas dan dengan tabung. Penjualan LPG dilakukan di kota Surabaya, Semarang, Bandung dan Ujung Pandang untuk mengurangi kerugian yang terjadi pada pengusahaan gas buatan serta menunggu disa-lurkannya gas bumi ke kota-kota tersebut. Di samping itu, da-lam Repelita IV juga telah mulai disalurkan bahan bakar gas (BBG) untuk kendaraan bermotor.

Dalam tahun pertama Repelita V, penyaluran gas adalah sebesar 302,1 juta m3 atau meningkat 30,4% jika dibandingkan dengan penyaluran gas pada tahun terakhir Repelita IV. Se-dangkan penjualan LPG dalam bentuk tabung mencapai 565 ribu kg, atau meningkat 717,7%. Namun demikian, penyaluran bahan bakar gas (BBG) untuk kendaraan bermotor pada tahun pertama Repelita V mengalami gangguan dengan rusaknya beberapa stasiun pompa, sehingga volume penyalurannya mengalami penurunan.

Sementara itu, jumlah penjualan gas telah mengalami pe-ningkatan, terutama selama Repelita IV. Apabila pada tahun terakhir Repelita III jumlah penjualan adalah 67,2 juta m3, maka pada tahun terakhir Repelita IV telah mencapai 223,9 ju ta m3 atau meningkat menjadi lebih dari tiga kali lipat. Dalam tahun pertama Repelita V, penjualan gas adalah sebesar 293,8 juta m3, meningkat 31,2% dari penjualan pada tahun ter-akhir Repelita IV. Apabila dibandingkan dengan tahun 1968, penjualan gas dalam tahun pertama Repelita V itu telah me-ningkat dengan sembilan kali.

Selain usaha meningkatkan penyaluran dan penjualan gas, telah diusahakan pula upaya untuk menekan kehilangan gas pada saat penyaluran. Kehilangan gas yang cukup besar terjadi pada tahun terakhir Repelita III, yaitu sebesar 29,1%. Kehilangan gas ini disebabkan oleh banyaknya jaringan pipa yang sudah tua dan mengalami kebocoran ketika dialiri gas bumi yang mem punyai tekanan lebih besar dari gas buatan. Penggantian ja ringan pipa yang sudah tua selama Repelita IV telah menurunkan kebocoran menjadi 9,5% pada tahun terakhir Repelita IV dan menjadi 6,4% pada tahun pertama Repelita V. Perkembangan pengusahaan tenaga gas dari tahun 1968 sampai tahun pertama Repelita V dapat dilihat pada Tabel IX-20

429