PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328 PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 220 PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN GAYO LUES PROVINSI ACEH Jusmaleara Senja Email : [email protected]Jl. T.M. Hanafiah No. 1 Program Studi Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara Diterima 30 Agustus 2013/ Disetujui 13 September 2013 ABSTRACT This study aims to analyze and determine the Government’s role of the GayoLues District whilw realizing The Farmers Society Movement Welfare Programme (GEMASIH) in order to improve the welfare of farmers and the obstacles encountered in the effort to improve the welfare of the farming community.The type of this research is descriptive. The results clarify that the government’s role in the development of the welfare GayoLues farmers are realized through the implementation of the tasks and work associated with the development of the agricultural sector in the district of Gayo been implemented. Nevertheless there are still some side action effectiveness and quality of human resources that need more intensive attention in the future Keywords : Roles, Government of Gayo Lues, Movement, Farmers. ABSTRAKS Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui peran Pemerintah Kabupaten Gayo Lues mewujudkan Program Gerakan Masyarakat Petani Sejahtera (GEMASIH) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani serta hambatan- hambatan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa peran pemerintahan Kabupaten Gayo Lues dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat petani yang diwujudkan melalui pelaksanaan tugas dan pekerjaan yang terkait dengan dalam pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Gayo sudah dilaksanakan dengan baik. Meski demikian masih terdapat beberapa sisi efektivitas tindakan serta kualitas sumber daya manusia yang perlu mendapatkan perhatian lebih intensif lagi di masa yang akan datang. Kata Kunci :Peran, Pemerintahan Kabupaten Gayo Lues, Gerakan, Petani. PENDAHULUAN Petani merupakan sosok yang sangat pokok di negara ini, bahwa Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bercocok tanam. Data memperlihatkan bahwa kesejahteraan petani sangatlah rendah, ini disebabkan biaya produksi yang sangat tinggi dan ini tidak diimbangi dengan produksi yang tidak menentu serta faktor hama dan cuaca yang sangat berpengaruh dalam kegagalan panen. Lebih dari 70% petani di Indonesia adalah petani kecil/ gurem. Dapat dikatakan petani gurem ialah : petani yang pendapatanya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per kapita per tahun Petani yang memilki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 hektar lahan di Jawa atau 0,5 hektar di luar jawa. Bila petani tersebut juga mempunyai lahan tegal, maka luasnya 0,5 hektar dijawa dan 1,0 hektar diluar jawa, petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas, Petani yang memiliki pengetahuan terbatas adan kurang dinamik. Hasil sensus dari BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2010 bahwa rata-rata penduduk di Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan adalah petani angka kemiskinan masih di atas 10 persen. Sejak tahun 2005 hingga kini, angka kemiskinan secara umum memang terus menurun secara konsisten, namun sanyangnya, penurunan ini
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 220
PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI
1. Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh masyarakat petani. Kualitas hidup yang dimaksud dapat dalam arti luas yang meliputi kualitas pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan aspek sosial lainnya. Acuan yang digunakan pada kajian ini adalah kualitas SDM yang berkaitan langsung dengan tingkat produktivitas dan
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 229
kualitas hasil kerja yang dipunyai. Hal yang terakhir ini berkaitan langsung dengan keterampilan yang dimiliki kelompok masyarakat petani tersebut.
2. Keterbatasan daya jangkau pemasaran hasil produksi sumber daya hasil pertanian yang dipunyai oleh para petani. Keterbatasan daya jangkau pemasaran dapat berkaitan erat dengan masalah dasar sebelumnya yang berakibat pada mutu hasil produksi yang rendah, skala produksi yang tidak ekonomis, dan ketepatan distribusi. Kelompok petani, disamping memiliki keterbatasan sumber daya manusia, juga memiliki keterbatasan aset produksi, serta kekuatan organisasi dan manajemen yang lemah.
3. Keterbatasan akses kelompok masyarakat petani terhadap sumber daya finasial, teknologi, dan informasi, melengkapi kedua masalah dasar sebelumnya. Kelambatan adaptasi teknologi kelompok masyarakat petani bukan merupakan keterbatasan melekat pada diri petani, melainkan terbatasnya kemudahan yang diberikan untuk beradaptasi.
4. Keterbatasan kualitas kelembagaan yang dimiliki. Keterbatasan kelembagaan bukan hanya bersumber dari sisi internal kalangan petani, melainkan juga berasal dari faktor eksternal, seperti perangkat hukum melindungi, pengembangan organisasi, tingkat kemajuan koperasi petani, dan atau lingkungan yang menempatkan kelembagaan petani khsusnya pada saat berhadapan dengan kekuatan kelembagaan swasta nasional dan asing, pada kondisi yang tidak berimbang.
Keluarga merupakan kelompok primer
yang terpenting dalam masyarakat. Secara
historis keluarga terbentuk paling tidak dari
satuan yang merupakan organisasi terbatas dan
mempunyai ukuran yang minimum, terutama
pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan
suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap
merupakan bagian dari masyarakat lokal yang
lahir dan berada didalamnya, yang secara
berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri
tersebut karena tumbuhnya mereka kearah
pendewasaan (Khairuddin, 1985:10).
Istilah ekonomi berasal dari bahasa
Yunani yang berarti tata pelaksanaan rumah
tangga yang berupa kegiatan unutk memenuhi
kebutuhan pokok yaitu makanan,peralatan
rumah tangga, pakaian, dan perumahan.
Berbicara mengenai ekonomi selalu dikaitkan
dengan manajemen serta pola pengambilan
keputusan dalam keluarga serta upaya
pemenuhan ekonomi untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
Manajemen di dalam sebuah keluarga
akan melibatkan suami maupun istri sebagai
pengendali dalam keluarga. Aktivitas dalam
sebuah keluarga tidak akan berjalan lancar
tanpa adanya kerja sama diantara anggota
keluarga di bawah pimpinan suami selaku
pencari nafkah dan bekerja sama dengan istri.
Peran perempuan dalam ekonomi petani tidak
terbatas pada aspek sumbangan tunai saja,
tetapi juga pada aspek manajemen dalam
keluarga. Di dalam sebuah manajemen
keuangan ekonomi keluarga petani sebahagian
besar berada ditangan perempuan atau istri
khususnya, dan kemudian suami pada
umumnya tidak ikut campur tangan dalam
urusan rumah tangga. Sebagai seorang petani
selalu tergantung dari anugerah alam yang
kemungkinan besar mengalami banyak
rintangan. Banyak tidaknya hasil panen yang
diperoleh sangat tergantung pada kondisi alam.
Mely G. Tan mengemukakan bahwa
kehidupan sosial ekonomi dalam ilmu
kemasyarakatan sudah lazim mencakup tiga
unsur yaitu pekerjaan, pendidikan dan
kesehatan. Sedangkan kehidupan sosial
ekonomi dalam pengertian umum menyangkut
beberapa aspek yaitu pendidikan, kepercayaan,
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 230
status perkawinan, keadaan rumah tangga,
kesehatan, status pekerjaan dan penghasilan.
Adapun pendapat lain yang
menambahkan unsur kehidupan sosial yaitu
yang dikemukakanoleh Koelleb(dalam
Dahriani 1985). Unsur tersebut yaitu aspek
kesejahteraan sosial. Dimana ukuran-ukuran
yang dinyatakan bahwa adanya kesejahteraan
sosial adalah sebagai berikut :
1. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi seperti : keadaan rumah, bahan rumah tangga, bahan pangan dan sebagainya.
2. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisikseperti : kesehatan tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya.
3. Dengan melihat kualitas dari segi spritiual seperti : moral, etika keserasian, penyusaian dan sebagainya.
Kesejahteraan sosial dalam kehidupan
masyarakat pada dasarnya diliputi oleh rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketatakramaan
lahir batin yang memungkinkan bagi setiap
warga masyarakat untuk menjalani usaha-
usaha pemenuhan jasmani, rohani dan
sosialnya yang sebaik-baiknya bagi diri
sendiri, keluarga serta masyarakatdengan
menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.
Dalam undang-undang Nomor 11
Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial
bahwa : Kesejahteraan sosial adalah suatu
tatanan kehidupan dan penghidupan sosial
materil maupun spritual yang diliputi oleh rasa
keselamatan, kesusilaan, dan keterampilan
lahir batin yang memungkinkan bagi sitiap
warga negara untuk mengadakan usaha
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani,
rohania dan sosialnya dengan sebaik-baiknya
bagi diri sendiri, keluarga serta masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi
manusia sesuai dengan pancasila.
PEMBAHASAN
Mencermati berbagai hasil analisis
deskriptif terhadap seluruh rangkaian
pertanyaan yang diajukan kepada sumber
informasi penelitian, selanjutnya perlu
dijelaskan mengenai kondisi peran pemerintah
Kabupaten Gayo Lues saat ini.Hasil analisis
terhadap informasi penelitian menunjukkan
gambaran bahwa secara keseluruhan peran
pemerintah daerah Kabupaten Gayo Lues
sebagaimana terfokus pada wujud pelaksanaan
Program Gemasih sudah cukup baik. Meski
demikian masih terdapat beberapa sisi
efektivitas tindakan serta kualitas sumber daya
manusia yang perlu mendapatkan perhatian
lebih intensif lagi di masa yang akan datang.
Sebagaimana pemahaman yang telah
ibangun sebelumnya bahwa pembangunan
kesejahteraan masyarakat petani di Kabupaten
Gayo Lues merupakan suatu rangkaian
kegiatan masyarakat petani yang termasuk di
dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan,
perikanan dan juga kehutanan.Sehingga
keberadaan sustainibilitas program Gemasih
ini menjadi sangat penting mengingat wilayah
tempat penelitian ini berlangsung sarat akan
warna aktivitas agraris tersebut.
Peran pemerintah dan segala
aparaturnya sangat penting dalam mendukung
program Gerakan Masyarakat Petani Sejahtera
(Gemasih) yang dicanangkan oleh Bupati
Gayo Lues sebagai program unggulan di
samping tanaman pertanian yang lain,
terutama dalam pembentukan konsep dan
strategi pemerintah melalui Dinas Pertanian
dan Tanaman pangan kabupaten gayo Lues,
mengadakan beberapa kegiatan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan petani yaitu
dengan cara memanfaatkan atau
mengoktimalkan lahan-lahan tidur sebagai
lahan pertanian seiring bibit jagung dari APBD
I dan II serta pusat.dengan banyaknya bantuan
dan pembiayaan diharafkan petani bisa lebih
meningkatkan produksi pertaniannya dengan
menjadikan pasca tanam 1 tahun 2 kali masa
tanam.
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 231
Kemudian juga untuk meningkatkan
hasil dari pertanian pemerintah juga harus
membina kelompok tani dengan mengadakan
pelatihan/penyuluhan dan workshop atau
sistem dalam pengelolaan keuangan dalam
program Gerakan Masyarakat Petani Sejahtera
(gemasih) sebagai program Bupati Gayo Lues
dengan para muspida Plus yang terlibat
langsung dalam mengelola program tersebut
guna menjadikan masyarakat petani terampil,
profesional dan mandiri dengan demikian
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat
melalui pertanian khususnya petani jagung
dapat meningkatkan kesejahteraan petani,
namun hal ini akan sia-sia apabila terdapat
kebijakan-kebijakan lain dalam dalam
pelaksanaan keuangan dalam mengelola
program tersebut.
Terdapat beberapa hambatan yang
dihadapi dalam rangka pelaksanaan Program
Gerakan Petani Sejahtera (Gemasih) di
kabupaten Gayo Lues baik dari Pemerintah
Daerah maupun pihak petani itu sendiri yang
dijelaskan sebagai berikut : pada pihak
pemerintah, Pemerintah merasa kesulitan
dalam pengadaan alat-alat/mesin pertanian
disamping harga dipasaran mahal dan
minimnya pengetahuan petani dalam
mengoprasionalkan alat-alat pertanian
tersebut,pemerintah juga terkendala dalam
merealisasikan bantuan-bantuan bibit, pupuk,
obat-obatan, untuk di distribusukan ke
masyarakat-masyarakat yang ada di 11
kecamatan dalam kabupaten Gayo Lues yang
mana jarak tempuh dan inpra struktur yang
payah karna kabupaten Gayo Lues masih
dalam pembenahan mengingat kabupaten
Masih berusia dini dari Kabupaten Induk
Kotacane (AcehTenggara).
Pada Pihak petan, masih minimnya
pengetahuan masyarakat tentang bertani
khususnya tanaman jagung hibrida,terdapat
pemikiran dari pada bertani bahwa lebih
mengutamakan bekerja sebagi buruh di kota
daripada bertani di kampung atau di desa
tempat mereka tinggal.
Disamping itu partisipasi
stakeholderpembangunan sektor pertanian
yang ada di Kabupaten Gayo Lues juga
menunjukkan perannya melalui penciptaan
lapangan usaha tani baru yang seiring dengan
upaya optimalisasi lahan tidur sebagaimana
gambaran penelitian ini. Sehingga akses serta
pembentukan modal akan meningkat dan
tentunya akan memperkuat pelaksanaan
program Gemasih atau program pembangunan
kesejahteraan masyarakat petani lainnya di
Kabupaten Gayo Lues.
Dengan hasil pemikiran ini baik
pemerintah, stakeholder sektor pertanian serta
masyarakat petani maka pemerintah daerah
membuat langkah-langkah penting dalam
pembentukan program pemerintah yaitu
Gerakan Masyarakat Petani
Sejahtera(Gemasih) untuk meningkatkan
kesejahteraan petani di samping bertani padi
yang selama ini telah terlaksana dan
menunjukkan manfaat yang sangat berarti.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dideskripsikan dengan jelas pada
bahagian penelitin ini sebelumnya, selanjutnya
dapat dirumuskan beberapa kesimpulan
penelitianini yakni sebagai berikut :
1. Peran pemerintah Kabupaten Gayo Lues dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat petani yang diwujudkan melalui pelaksanaan tugas dan pekerjaan yang terkait dengan dalam pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Gayo sudah dilaksanakan dengan baik. Meski demikian masih terdapat beberapa sisi efektivitas tindakan serta kualitas sumber daya manusia yang perlu mendapatkan perhatian lebih intensif lagi di masa yang akan datang.
2. Bebagai hambatan dalam perwujudan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani di Kabupaten Gayo Lues
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 232
mencakup beberapa hal yakni; (1) Penguasaan dan Pengusahaan Lahan yang mengarah kepada kepemilikan petani atas lahan semakin sempit. Kondisi tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya konversi atau alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian baik untuk pemukiman maupun fasilitas umum, (2) Degradasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, (3) Masalah Perubahan Iklim, (4) Keterbatasan Infrastruktur yang merupakan komponen yang sangat penting baik dalam pembangunan desa-desa pertanian di kabupaten Gayo Lues secara umum maupun dalam usaha tani secara khusus, (5) Keterbatasan Akses Permodalan sebagaimana adanya kesulitan petani umumnya untuk memperoleh akses permodalan dari sektor perbankan, serta (6) Faktor-faktor non pertanian. mempunyai dampak tersendiri bagi upaya peningkatan kesejahteraan petani dimana harga barang-barang konsumsi keluarga yang pada gilirannya juga berdampak pada peningkatan harga barang-barang yang dibayar oleh masyarakat petani.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta
kesimpulan di atas perlu dilakukan perbaikan
sekaligus menjadi saran dari pelaksanaan
penelitian ini yang mencakup:
1. Pihak Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dapat lebih meningkatkan perannya secara khusus terfokus pada upaya peningkatan kualitas dan Kuantitas SDM Aparatur yang terkait langsung dengan pengelolaan sumber daya yang dibutuhkan dalam upaya mewujudkan masyarakat petani Gayo Lues yang sejahtera. Disamping itu upaya peningkatan tersebut tidak hanya sebatas hardware belaka melainkan juga mencakup peningkatan brainware selayaknya tingkat kesadaran dan disiplin yang
senantiasa mewarnai segala bentuk program pembangunan kesejahtaraan masyarakat petani.
2. Sinergisitas antara Pemerintah, masyarakat petani di Kabupaten Gayo Luwes serta stakeholder khususnya dalam rangkaian pembangunan setor pertanian harus dapat dijaga dinamikanya secara harmoni sehingga menghasilkan nilai dan kekuatan kerjasama yang solid dalam pembangunan dari sisi pertanian tersebut. Hal ini dapat dilaksanakan dengan penguatan terhadap forum komunikasi bersama yang dapat menghasilkan pelbagai gagasan perbaikan secara fungsional di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Bustanul, 2005, Pembangunan
Pertanian: Paradigma Kebijakan dan
StrategiRevitalisasi, Grazido, Jakarta.
Harjono, joan.1990.Tanah, Pekerjaan dan
Nafkah di pedesaan di Jawa
Barat.jogjakarta:gajah Mada
University Press
Hernanto, f. 1984.Petani Kecil, Potensi dan
Tantangan Pembangunan. Ganesia.
Jakarta.
Kuswardhani, A.H. 1998. Hubungan
Antara Status Sosial dan Partisipasi
Anggota KUD (Studi Kasus di KUD
Sawit Kabupaten Boyolali Skripsi
Sarjana. Fakultas Pertanian. UNS.
Surakarta.
Novi, Y.S. 2003.Hubungan Faktor-Faktor
Sosial Ekonomi Petani Dengan Partisipasi Petani Dalam Proyek
Percontohan Hutan Rakyat
Tanaman Jati Unggul di Kecamatan
Bringin Kabupaten
Semarang.Skripsi Sarjana. Fakultas
Pertanian. UNS. Surakarta. Suharto, Edi, 1997, Analisis Kebijakan