PERSEPSI PEMIRSA TENTANG TAYANGAN INFOTAINMENT DI TELEVISI (Kasus Pemirsa Di Bojong Gede, Bogor) SUKARELAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
104
PERSEPSI PEMIRSA TENTANG TAYANGAN INFOTAINMENT DI TELEVISI
(Kasus Pemirsa Di Bojong Gede, Bogor)
SUKARELAWATI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
92
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Persepsi Pemirsa tentang
Tayangan Infotainment Di Televisi: Kasus Pemirsa Di Bojong Gede, Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2009
Sukarelawati
NIM I353060091
103
©Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
ABSTRACT
SUKARELAWATI 2009. The Audiences Perception towards the Infotainment Program on Television (Audiences Case in Bojong Gede, Bogor). Counsellor by AIDA VITAYALA S. HUBEIS and RICHARD W.E. LUMINTANG. This research purposes to know and study the characteristic and perception of the audiences towards the infotainment program on television and the relation between them. The research is conducted in Perumahan Gaperi, Bojong Gede, since November 2008 until 26 January 2009. The research design uses correlation descriptive survey with questioner as a primary instrument data collection. Sampling of this research uses simple random sampling procedure. The amount samples are 80 citizens of Perumahan Gaperi Bojong Gede. The data are analyzed descriptively such as the distribution of frequency and inferential analyze uses Rank Spearman correlation analyze and Chi-Square. The results indicate that the characteristic of the audiences, such as sex does not have correlation to the information value, and the attractiveness of the program format, the age does not have correlation to the information value, but there has negative correlation to the attractiveness of program format, the audiences exposure does not have correlation to the information value and the attractiveness of the program format, there has positive correlation between the audiences frequency watching the program to the information value, but does not have correlation to the attractiveness of the program format, only the occupation and the past experience of the audiences have correlation to the information value and the attractiveness of the program format. The infotainment is inclined to having negative attention or uneducated from some others, so it is normally if the program is reviewed by the television producer. The attractiveness of the program format tends having not correlation to the audiences, according to the result above it should be better if the producer of the television increases the more interesting to the program format, such as increasing the consistency and objectivity of the information in order to the infotainment has a bright value for the audiences. Key words: characteristic, perception, infotainment, television.
RINGKASAN
SUKARELAWATI 2009. Persepsi Pemirsa tentang Tayangan Infotainment di Televisi (Kasus Pemirsa di Bojong Gede, Bogor). Dibimbing oleh AIDA VITAYALA S. HUBEIS dan RICHARD W.E. LUMINTANG.
Indonesia sebagai negara terbuka, maka keterbukaan informasi dapat dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat. Ada kecenderungan penyajian informasi lewat media massa yang sulit dibendung seperti tayangan infotainment oleh hampir seluruh stasiun televisi swasta, selama 15 jam dalam sehari, dimungkinkan akan memberi dampak bagi kalangan tertentu, khususnya anak didik yang masih perlu dilindungi. Hal ini terkait dengan persoalan penyiaran di Indonesia bahwa masalah “ frekuensi” sebagai milik publik. Masih ditemukan tayangan infotainment televisi yang hanya mengejar selera masyarakat dengan mengabaikan nilai-nilai moral yang seharusnya diutamakan atau dijunjung tinggi, sehingga eksisnya tayangan infotainment dalam persaingan siaran televisi di Indonesia menuai pro-kontra dari berbagai kalangan pemirsa, yang cenderung memperdebatkan objektivitas informasi sebagai nilai kebenaran dalam memperjuangkan nilai moral keinformasian, perlu dipertanggungjawabkan oleh berbagai kalangan terkait dan industri media. Mengarah pada fenomena tersebut maka penelitian tentang persepsi pemirsa terhadap tayangan infotainment di televisi perlu dilakukan, guna memberi kontribusi bagi seluruh kalangan masyarakat dan pemerhati media.
Penelitian ini didesain sebagai penelitian Deskriptif Korelasional. Tujuan penelitian adalah untuk: mengkaji karakteristik pemirsa infotainment televisi, mengkaji persepsi pemirsa tentang tayangan infotainment televisi, mengkaji hubungan antara karakteristik dan persepsi pemirsa infotainment televisi.
Analisis data penelitian ini adalah analisis uji kebebasan antar kategori Chi Square dan analisis korelasi Rank Spearman. Responden berjumlah 80 orang yang tinggal di Perumahan Gaperi, Genteng Biru, Bojong Gede Indah Rt 01 dan Rt 02, Rw 18 Bojong Gede, Bogor, sebagai bagian dari masyarakat di wilayah desakota yang cukup rentan terhadap terpaan informasi dari berbagai media, khususnya infotainment televisi. Hasil Analisis menunjukkan bahwa: ada korelasi nyata antara dayatarik format tayangan (dialog, narasi dan wawancara) dengan nilai informasi yang mencerahkan. Keragaman format dan penamaan infotainment televisi swasta pun menunjukkan persaingan yang kuat merebut rating tertinggi dari pemirsanya. Sebagian besar pemirsa atau responden (37 dari 59 orang) perempuan cenderung sebagai ibu rumah tangga berumur lebih dari 40 tahun dengan pendidikan SD – SMA. Pemirsa cenderung terdedah infotainment dari televisi dengan materi yang disenangi berkisar tentang karir, selebihnya tentang aksi sosial, perceraian atau perselingkuhan, narkoba dan pembunuhan. Pemirsa cenderung menonton infotainment setiap hari dalam seminggu dan cenderung selalu menonton tayangan Silet RCTI, kadang-kadang melihat Cek and Ricek RCTI dan tidak pernah melihat Sindang Laya TPI. Ibu rumah tangga yang memiliki kedekatan dengan infotainment menganggap infotainment memiliki nilai informasi yang didukung oleh dayatarik format tayangan sebagai objektivitas informasi. Persepsi pemirsa terhadap ada tidaknya nilai informasi dan dayatarik format tayangan infotainment tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Ada korelasi negatif antara umur dan peubah dayatarik format tayangan. Ada korelasi negatif antara pendidikan pemirsa dan nilai informasi infotainment. Terdapat asosiasi antara pekerjaan pemirsa dan nilai informasi dan
dayatarik format tayangan infotainment. Ada korelasi nyata antara frekuensi pemirsa menonton infotainment dan nilai informasi. Ada korelasi nyata antara pengalaman masa lalu pemirsa terhadap nilai informasi dan korelasi positif terhadap dayatarik format tayangan infotainment.
Ada korelasi nyata antara nilai informasi yang mencerahkan dan dayatarik format tayangan, hal ini menunjukkan bahwa objektivitas informasi yang sebagian masih diabaikan oleh televisi swasta dalam menayangkan infotainment perlu dipertegas dan dipertanggungjawabkan, sebagai upaya nyata dalam memperjuangkan kebenaran informasi sebagai nilai moral yang harus dijunjung tinggi dalam menyiarkan infotainment. Pemirsa yang memiliki kedekatan dengan infotainment menganggap infotainment memiliki nilai informasi dan dayatarik format tayangan. Kebenaran suatu infotainment sebagaimana yang dinarasikan didukung oleh pernyataan atau pengakuan selebritis atau orang ternama sebagai hasil wawancara pihak media, dimaksudkan agar kebenaran suatu persoalan yang diinformasikan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini masih diabaikan oleh sebagian televisi dalam menyajikan tayangan infotainment
Kata Kunci: persepsi, infotainment, televisi
93
PERSEPSI PEMIRSA TENTANG TAYANGAN
INFOTAINMENT DI TELEVISI
(Kasus Pemirsa Di Bojong Gede, Bogor)
SUKARELAWATI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
94
Judul Tesis : Persepsi Pemirsa tentang Tayangan Infotainment di Televisi (Kasus Pemirsa di Bojong Gede, Bogor)
Nama : Sukarelawati
NIM : I 353060091
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hj. Aida Vitayala S. Hubeis Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA Ketua Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Prof.Dr.Ir.H. Sumardjo, M.S. Prof.Dr.Ir.H.Khairil A. Notodiputro, M.S Tanggal Ujian : 29 Juli 2009 Tanggal Lulus :
95
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah puteri ke 8 dari sepuluh bersaudara, pasangan Bapak
Rachmat Hasyim (alm), mantan Mayor Purnawirawan TNI angkatan 45 dan Ibu
Supiat (alm) mantan guru, lahir di Cirebon pada Tanggal 2 Agustus 1964. Penulis
telah menikah dengan Zainuddin, Drs. Pada 16 juli 1989 dengan dikaruniai tiga
orang anak yaitu Wahyu Perdana Putera (28 Maret 1990), Dinawati Ekaputri ( 30
Juli 1994) dan Dani Rachmanto Syarief (1 Juni 1998).
Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas di tanah kelahiran Cirebon dan selesai
menempuh sarjana Strata 1 di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta
Fakultas Ilmu Komunikasi pada Tahun 1988. Selama 17 tahun bekerja sebagai
pengajar di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta hingga Tahun 2006 dan
melanjutkan kuliah di Program Magister pada program studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Institut Pertanian Bogor. Saat ini penulis
mengajar di perguruan tinggi swasta Bogor.
96
PRAKATA
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan hidayah yang
tidak pernah putus kepada penulis hingga pada penyelesaian tesis ini. Walau pun
agak tertatih-tatih langkah penulis dalam menyelesaikan tesis, Alhamdulillah
masih punya semangat untuk menyelesaikannya berkat dorongan dari keluarga,
suami dan anak-anak, juga orang tua, pembimbing dan kerabat penulis.
Tesis dengan judul: Persepsi Pemirsa tentang Tayangan Infotainment di
Televisi (Kasus Pemirsa di Bojong Gede, Bogor), disusun guna memenuhi syarat
mencapai gelar Magister Sains Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada Ibu Prof.Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S. Hubeis selaku Ketua Komisi
Pembimbing dan Bapak Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA selaku Anggota
Komisi Pembimbing, yang dengan sabar dan selalu memberi motivasi, arahan
serta saran kepada penulis hingga menyelesaikan tesis ini dalam segala prosesnya.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Ketua
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan,
Pengelola S-2 beserta staf pengajar Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas kepada penulis.
2. Teman-teman kuliah angkatan 2006, Riska, Melati, Meri, Mbak Masnah,
Bang Marwan, Tini, Mbak Wiwin, Avia Tahoba, Mas Irianus Rohi, Mas
Yusuf, Mas Wawan Toligi, Mas David Nugroho, Mas Haryo, Mbak Nia,
Mba ita dan Mas Ali Irfan walau hanya satu semester kebersamaan kita di
KMP, terimakasih atas motivasi dan suka-dukanya ketika kita bersama.
3. Orang tua penulis yang selalu mendoakan untuk kelancaran pendidikan
dan keluarga penulis, serta Mama dan Mamih yang selama hidupnya selalu
berdoa ingin serta selalu memperjuangkan perkembangan karier dan masa
depan penulis.
97
4. Kakak, adik dan keluarga lainnya yang selalu menanyakan penyelesaian
tesis penulis.
Kepada suamiku Zainuddin dan anak-anakku Wahyu Perdana Putera,
Dinawati Ekaputri dan Dani Rachmanto Syarief, terimakasih atas bantuan
materiil, moril dan spiritual dari kalian yang selalu menyertai langkah penulis
dalam menyelesaikan tesis ini. Suami dan anak-anakku, dorongan dan semangat
yang kalian berikan tak pernah putus membangkitkanku ketika jatuh bangun
menyelesaikan kuliah hingga ke jenjang tesis ini, itu pun merupakan pengorbanan
kalian yang tidak akan pernah tergantikan oleh apapun. Terimakasih pula kepada
semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tesis ini, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu. Insyaallah Tuhan akan membalas kebaikan
kalian.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah, namun dengan kritik dan saran
pembaca serta semua pihak, terhadap permasalahan dan hasil penelitian penulis,
merupakan masukan yang sangat berarti bagi penulis dalam usaha
menyempurnakannya. Harapan penulis semoga hasil penelitian ini bisa
memperkaya khasanah bagi ajang komunikasi dalam pembangunan pertanian dan
pedesaan, terutama pembangunan sumberdaya manusia dalam menghadapi
pengaruh dan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi khususnya
media massa.
Bogor, Juli 2009
Sukarelawati
98
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang Masalah...................................................................... 1 Perumusan Masalah.............................................................................. 5 Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 Kegunaan Penelitian .............................................................................. 6
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
Televisi Swasta Indonesia ........................................................................ 7 Infotainment Televisi ............................................................................... 9 Format Tayangan Infotainment Televisi ............................................... 11 Persepsi Pemirsa tentang Acara Infotainment ....................................... 13 Karakteristik Pemirsa ............................................................................... 18
KARANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ......................................... 24
Kerangka pemikiran ............................................................................... 24 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 26
METODE PENELITIAN ........................................................................... 27
Desain Penelitian ....................................................................... ........... 27 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 27 Lokasi Penelitian ............................................................................ 27 Waktu Penelitian ........................................................................... 28 Populasi dan Sampel ................................................................................ 28 Populasi Penelitian.......................................................................... 28 Sampel Penelitian ......................................................................... 28 Data dan Instrumentasi ........................................................................... 28 Data ............................................................................................... 28 Instrumentasi .................................................................................. 29 Definisi Operasional ................................................................................ 29 Karakteristik demografis Responden ......................................... 29 Karakteristik Psikografis Responden ........................................... 30 Persepsi Pemirsa (responden) Infotainment ................................ 30 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................................................... 33 Validitas ........................................................................................ 33
99
Reliabilitas ...................................................................................... 34 Analisis Data .......................................................................................... 35
HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 36
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 36 Kondisi Geografis dan Demografis ............................................. 36 Potensi Desa Bojong Gede ........................................................... 37 Karakteristik Pemirsa Infotainment ......................................................... 37 Karakteristik Demografis ............................................................. 37 Karakteristik Psikografis............................................................... 40 Persepsi Pemirsa Infotainment .................................................................... 42
SIMPULAN SARAN ...................................................................................... 58
Simpulan .................................................................................................. 58 Saran ........................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 60
LAMPIRAN .................................................................................................. 63
100
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Ragam acara infotainment di televisi .......................................................... 2
2. Karakteristik demografis pemirsa infotainment .......................................... 40
3. Keterdedahan dan materi infotainment yang disenangi pemirsa ................ 41
4. Frekuensi pemirsa menonton infotainment dalam seminggu ..................... 41
5. Pengalaman masa lalu pemirsa pada infotainment ..................................... 42
6. Materi infotainment yang disenangi pemirsa berdasarkan jenis kelamin ... 43
7. Materi infotainment yang disenangi pemirsa laki-laki berdasarkan umur .. 44
8. Materi infotainment yang disenangi pemirsa perempuan berdasarkan umur 44
9. Materi infotainment yang disenangi pemirsa laki-laki berdasarkan
pendidikan .................................................................................................... 45
10. Materi infotainment yang disenangi pemirsa perempaun berdasarkan
pendidikan .................................................................................................... 45
11. Materi infotainment yang disenangi pemirsa laki-laki berdasarkan ............
Pekerjaan ...................................................................................................... 46
12. Materi infotainment yang disenangi pemirsa perempuan berdasarkan .......
Pekerjaan ..................................................................................................... 47
13. Korelasi peubah umur, pendidikan, frekuensi, pengalaman, materi, ..........
keterdedahan dan persepsi pemirsa tentang nilai informasi dan dayatarik
format tayangan infotainment ..................................................................... 48
14. Jenis kelamin pemirsa infotainment dan nilai informasi ........................... 49
15. Jenis pekerjaan pemirsa infotainment dan nilai informasi ........................ 53
16. Jenis kelamin pemirsa infotainment dan dayatarik format tayangan .......... 54
17. Jenis pekerjaan pemirsa infotainment dan dayatarik format tayangan ....... 56
101
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Pemirsa pada
Dimensi Demografis dan dimensi Psikografisnya dengan Persepsi
Pemirsa tentang acara Infotainment Televisi …………………….. 26
102
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Wilayah Desa Bojong Gede, Bogor…………………………………. 64
2. Peta Wilayah Kecamatan Bojong Gede, Bogor…………………………… 65
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas………………………………………… 66
4. Rekapitulasi Variabel Penelitian…………………………………………… 69
- Karakteristik Demografis Pemirsa Infotainment di Bojong Gede……….. 69
- Karakteristis Psikografis Pemirsa Infotainment di Bojong Gede ………. 69
5. Korelasi Peubah Karakteristik dengan Peubah Persepsi…………………… 71
6. Rundown Program Reality *103 (Program KISS Indosiar 2008)…………. 72
7. Kuesioner Penelitian……………………………………………………….. 78
8. Surat Izin Penelitian……………………………………………………….. 85
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal pokok yang dilakukan manusia dalam
keseharian, untuk mengetahui dan mengungkap berbagai gejala sosial dalam suatu
interaksi sosial. Salah satu saluran yang digunakan manusia dalam berinteraksi
dengan lingkungannya, yaitu menggunakan media massa seperti televisi.
Televisi sebagai ruang publik yang menyoroti dan menyikapi berbagai
stimuli disajikan melalui berbagai program berita (news), program pendidikan dan
hiburan, seperti infotainment yang dikemas dalam bentuk berita. Hal tersebut
dimungkinkan karena televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar
yang dapat sekaligus menggabungkan penayangan yang bersifat informatif,
hiburan maupun pendidikan. Selain itu, infotainment terkait dengan informasi
selebritis, sehingga memungkinkan pula menonjolkan unsur hiburan dengan
memperkecil nilai berita yang lain (nilai informasi yang mendidik atau
mencerahkan) pemirsa. Menurut Skomis (1985) diacu dalam Syahputra (2006),
jika dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, suratkabar, majalah dan
buku), maka televisi mempunyai sifat istimewa yang dapat menggabungkan
tayangan informatif, hiburan maupun pendidikan.
Infotainment televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1993 diawali dengan
munculnya tayangan Bulletin Sinetron, disusul Kabar-Kabari (1996) dan Cek &
Ricek (1997) dan bermunculan sejenis. Dengan demikian, termasuk pelopor utama
dalam tayangan tersebut adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Pada
saat ini sudah ada antara lain tujuh stasiun televisi yang menayangkan
infotainment dengan ragam kemasan dan penamaan masing-masing, sebagai
berikut:
2
Tabel 1. Ragam acara infotainment di televisi
No. Nama Acara Stasiun Televisi
1.
Go Spot Kabar-Kabari Cek & Ricek Silet Peri Gosip
RCTI
2. Was-Was Gosip Apa Gosip OTISTA Kasak-Kusuk Hot Shot Hallo Selebriti Bibir Plus Sketsa Selebritis
SCTV
3. Kassel Go Show KIPAS-KIPAS SINDANGLAIA
TPI
4. BETIS TOP GOSIP MATA-MATA BUKAN GOSIP
Antv
5. KISS Sensor
Indosiar
6. Star 7 Kabar Idola Blow Up Klise
TRANS 7
7. Insert Insert pagi Insert Sore Kroscek BEBI (Bebas Bicara)
Trans TV
Infotainment yang ditayangkan tujuh stasiun televisi tersebut memiliki
durasi tayangan antara 30-60 menit dengan jam tayang pagi, siang atau malam
hari. Materi yang disampaikan dalam infotainment berkisar seputar kehidupan
selebritis atau public figure, mulai dari karier sampai hal-hal yang bersifat pribadi,
seperti perceraian dan perselingkuhan.
Pantauan Komisi Penyiaran Indonesia, hingga Agustus 2005 menunjukkan
bahwa dalam satu hari penayangan televisi menyajikan program infotainment
selama 13 jam. Selama kurun waktu 2002 hingga 2005, jumlah program
3
infotainment di tv swasta selalu meningkat. Gumilar (2008) menyatakan, petunjuk
yang dijadikan patokan program acara oleh stasiun televisi di antaranya adalah
acara harus utuh: Pembahasan materi terjaga, tidak keluar dari konsep yang telah
ditetapkan, mulai dari pengantar, permasalahan, pembahasan dan penyelesaian
masalah secara sistematis. Dengan demikian sistematika dan kesinambungan
acara tetap terjaga.
Ragam, format dan nama infotainment bisa mengingatkan pemirsanya pada
tayangan televisi tertentu, terkait dengan keyakinan pemirsa pada nilai
informasinya. Departemen Komunikasi dan Informatika 2006 menyatakan,
Infotainment awalnya dikemas melalui bincang-bincang gosip yang menyajikan
rangkaian informasi. Kemasan berikutnya berupa bentuk liputan khusus
investigasi. Setiap episode difokuskan untuk membahas isu tertentu. Ada pula
kemasan dalam bentuk news round-up, semacam kompilasi informasi selama
periode waktu tertentu (seminggu), seperti “Espresso Weekend” Satu dua program
infotainment mengambil format bincang-bincang di antara dua penyiar (host)
sehingga nuansa “gosip” lebih terasa. Ragam tayangan infotainment televisi
cenderung didominasi oleh kehadiran sosok perempuan sebagai pelaku
perbincangan (penyiar atau presenter) dengan label bawel/suka bicara atau
bincang-bincang gosip.
Hasil observasi dari Depkominfo (2006) menunjukkan adanya
kecenderungan perbedaan waktu menonton tayangan infotainment antara pemirsa
laki-laki dan perempuan. Sebanyak 74,83% pemirsa perempuan menonton
infotainment di siang hari pada pukul 12.00-15.59. Sedangkan 42,86% pemirsa
laki-laki menonton pada pagi hari pukul 05.00-11.59. Berdasar kategori usia,
sebanyak 85,71% pemirsa berusia 35-50 tahun, 35,76 % berusia 25-34 tahun dan
33,77% berusia 15-24 tahun. Persentase terbanyak 66,23% pemirsa berada pada
rentang waktu menonton di siang hari. Inilah saat infotainment gencar-gencarnya
ditayangkan kepada kelas sosial menengah ke bawah, yaitu sebagian besar kepada
perempuan (ibu-ibu berusia di atas 35 tahun), sebuah kelas yang secara tidak adil
acap diidentikkan dengan kebiasaan ngerumpi. Infotainment di Indonesia sebagai
urusan informasi tapi santai dan berhubung khalayak Indonesia kesulitan
mencerna Plain Serious Information maka wajah pertelevisian Indonesia
4
berdasarkan pemetaan infotainment ini tampak tidak lebih dari sekedar ajang
gosip belaka yang tidak mencerdaskan dan memberdayakan penontonnya.
Menurut Wardhana diacu dalam Pikiran Rakyat (2006), bahwa enam
karakteristik sosok infotainment Indonesia, yaitu mengarang realitas,
menggelapkan fakta, memaksa bertanya persoalan selebritis yang mestinya punya
hak bungkam, banyak istilah yang disalahkaprahkan, wawancara eksklusif
bersama sumber sebagai kesempatan mempromosikan diri dan cenderung
prestatif. Dalam hal ini persepsi pemirsa juga menunjukkan adanya keragaman
dalam melihat infotainment. Hasil penelitian Lestari (2005) menunjukkan,
penonton tayangan infotainment terbanyak 56% adalah wanita. Wanita lebih
menyukai tayangan yang bersifat emosional, seperti acara infotainment, karena
dalam acara tersebut menyuguhkan kasus-kasus atau masalah realita yang
dihadapi orang ternama (selebritis). Wanita akan membicarakan kembali tayangan
ini dengan teman wanita dan cenderung meniru perilaku selebritis tersebut.
Bahkan bukan tidak mungkin bila mereka ditimpa masalah yang sama, maka akan
menyelesaikan dengan cara seperti selebritis yang mereka idolakan, sedangkan
pria cenderung berpikir realistis.
Dari beberapa penelitian tersebut maka tampak adanya perbedaan antara
pemirsa dalam memahami realitas sosial yang ditayangkan di tiap acara
infotainment. Dengan demikian penelitian untuk memahami persepsi pemirsa
terhadap tayangan infotainment dianggap perlu untuk dilakukan.
5
Perumusan Masalah
Istilah infotainment bagi penggemarnya, bukan lagi hal yang asing untuk
mencirikan penamaan masing-masing suatu program di acara televisi tertentu di
setiap jam tayang. Ciri tersebut memberikan gambaran bagi pemirsa untuk
menonton tayangan infotainment tertentu guna memenuhi kebutuhan suatu
informasi atau hanya sekedar mengisi waktu luang. Menurut Wardana diacu
dalam Fajar.co.id (2006), sebutan infotainment mengindikasikan format dan
kemasan tayangan program televisi dalam menyajikan informasi. Ciri yang paling
menonjol adalah infotainment menyajikan informasi yang dikemas dalam bentuk
hiburan. Informasi yang ditampilkan adalah seputar kehidupan selebritis. Format
tayangan infotainment dimaksudkan agar informasi yang cenderung kaku dan
formal diolah menjadi lebih luwes dan informal.
Ragam kemasan dan penamaan dalam format tayangan infotaiment yang
beragam antara lain di tujuh stasiun televisi swasta, memungkinkan persepsi
pemirsa yang juga beragam terhadap tiap tayangan infotainment. Karakteristik
pemirsa juga cenderung beragam dilihat dari latar belakang sosial budaya.
Panjaitan (2006) menyatakan, klasifikasi baku karakteristik secara demografis
dibagi menjadi beberapa area, seperti jenis kelamin, umur, pekerjaan, terutama
status sosial ekonomi yang dapat membedakan pengaruh suatu informasi bagi
seseorang berdasarkan kepemilikan atau penggunaan media seperti televisi.
Berdasarkan pemikiran tersebut, pertanyaan penelitian yang diajukan
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik pemirsa infotainment?
2. Bagaimana persepsi pemirsa tentang tayangan infotainment?
3. Bagaimana hubungan karakteristik dengan persepsi pemirsa tentang
infotainment?
6
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji karakteristik pemirsa infotainment televisi
2. Mengkaji persepsi pemirsa tentang tayangan infotainment televisi
3. Mengkaji hubungan karakteristik dengan persepsi pemirsa infotainment
televisi.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian, sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat pemirsa diharapkan dapat memfilter tayangan infotainment,
terutama para orang tua dalam mengarahkan keluarga, dalam memenuhi
kebutuhan informasi dan hiburan.
2. Hasil penelitian diharapkan berguna bagi stasiun televisi dalam mengemas
infotainment yang menarik dan memberikan nilai pencerahan bagi pemirsa.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Televisi Swasta Indonesia
Informasi yang ditayangkan televisi sebagai media massa sampai diterima
pemirsa terjadi melalui sebuah proses. Littleljohn (1996) mengulas model
transmisi dasar yang dikembangkan Shannon dan Weaver bahwa sumber
memformulasi atau menyeleksi suatu pesan dalam bentuk tanda-tanda yang akan
dikirim. Transmiter mengkonversi pesan tersebut ke dalam suatu perangkat sinyal
yang dikirim melalui saluran ke suatu penerima yang kemudian mengkonversi
sinyal-sinyal tersebut ke dalam suatu pesan. Dalam arena elektronik, suatu pesan
televisi adalah suatu contoh yang baik mengenai proses transmisi pesan. Sebagai
contoh, produser, sutradara (pengarah acara) dan penyiar adalah sumber pesan
yang kemudian mengirim pesan tersebut melalui gelombang udara (saluran) ke
pesawat televisi. Gelombang-gelombang elektro magnetik dikonversikan kembali
ke dalam suatu impresi visual (kesan gambar) kepada pemirsa dalam bentuk
motion picture.
Menurut Gilang (2005), televisi mempunyai pengaruh yang cukup ampuh
dibanding media massa lainnya seperti suratkabar, majalah, tabloid dalam
mempengaruhi perilaku pemirsa. Motion picture di televisi dapat membuat
informasi yang disampaikan sedemikian menarik dan menyenangkan sehingga
penonton dapat terlena dengan tayangan-tayangan yang disajikan. Sadar atau tidak
setiap hari pemirsa diterpa dengan pesan-pesan yang belum tentu sesuai dengan
konsumsi mereka. Menurut Nitibaskara (1994) dalam Gilang (2005), televisi
berpotensi mempengaruhi 75% pemirsa, radio tidak lebih dari 25% dan suratkabar
hanya mempengaruhi 13% pembaca.
Kuatnya pesan televisi mempengaruhi pemirsa dimungkinkan oleh adanya
daya tarik dari suatu tayangan program acara yang terkait dengan informasi yang
dibutuhkan pemirsa. Departemen Komunikasi dan Informatika 2006 menyatakan,
televisi sebagai media massa memiliki empat fungsi, yaitu menyampaikan
informasi, pendidikan, hiburan dan mempengaruhi.
Komisi Penyiaran Indonesia mempunyai kewajiban membantu pemerintah
dalam pengaturan infrastruktur tentang penggunaan frekuensi seperti televisi
untuk mengatur iklim persaingan yang sehat antara lembaga penyiaran dan
8
industri terkait (Depkominfo, 2006). Dewan Pers dalam makalah seminarnya
tentang Standar Perusahaan Pers (2008), antara lain menyebutkan bahwa untuk
mewujudkan kemerdekaan pers yang profesional maka disusunlah Standar
Pedoman Perusahaan Pers agar pers mampu menjalankan fungsi sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial.
Departemen komunikasi dan Informatika (2006) dalam kaitan itu pula
menjelaskan bahwa sebagai pilar demokrasi maka televisi memiliki fungsi:
pertama, sebagai penyambung lidah dan penyampai informasi bagi masyarakat.
Kedua, menjadi dinamisator bagi Indonesia. Ketiga, dituntut untuk menyajikan
informasi yang benar, akurat, valid dan kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik. Keempat, sebagai pengawasan terhadap
kritik, koreksi. Kelima, menjadi kontrol bagi tiap usaha-usaha pengaburan
kebenaran dan praktik-praktik “pandang bulu”.
Pernyataan ini mengasumsikan bahwa fungsi televisi adalah harus sesuai
dengan koridor kebebasan yang bertanggungjawab sehingga dalam
menyampaikan informasi dapat menjadi saluran komunikasi timbal-balik antara
sumber dan penerima. Berbagai ide maupun gagasan dari sumber termasuk dari
pihak media di dalam mengungkap peristiwa-peristiwa sosial yang perlu diketahui
oleh publik dilakukan secara timbal-balik. Fungsi televisi sebagai media
pendidikan, diharapkan dapat menanamkan pesan informasi yang memberi
pencerahan bagi pemirsa. Pemirsa dimotivasi untuk melakukan kegiatan yang
bermanfaat bagi dirinya sebagai warga negara maupun peranannya dalam
kehidupan bermasyarakat. Televisi layaknya menyajikan informasi yang benar,
akurat, valid antara pernyataan atau pesan yang diinformasikan dengan bukti atau
keadaan yang sebenarnya, sekaligus terbuka terhadap setiap kritik dan koreksi
yang dapat dipertangungjawabkan pada kepentingan publik. Fungsi televisi
sebagai media penghibur, pada dasarnya merupakan faktor penting sebagai
pendukung fungsi utama, yaitu menyampaikan informasi dan fungsi pendidikan.
Dengan nilai hiburan, diharapkan televisi memiliki nilai tambah bagi kecerdasan
dan kesejahteraan lahir batin pemirsa, dalam memenuhi kebutuhan hidup dari
suatu informasi. Pada tahap tertentu, televisi diharapkan pula memiliki kekuatan
dalam mempengaruhi pemirsa kalangan tertentu yang perlu didorong dan
9
diarahkan pada suatu kepentingan, antara lain bagaimana mengadopsi suatu
temuan yang bermanfaat bagi kepentingannya.
Infotainment Televisi
Infotainment di televisi swasta cenderung merupakan bisnis yang
menjanjikan. Tayangan ini ada yang diproduksi oleh Production House, di luar
kelembagaan pers. Hasil penelitian Nielsen Media Research, menyatakan dari
jumlah belanja iklan di televisi sebesar 70% atau Rp. 16,22 Triliun, sebagian dari
jumlah itu diperoleh dari infotainment. Program infotainment tetap dinilai
kompetitif dengan program lain dalam hal meraih penonton, meskipun ditaruh
pada pukul 07.00, 09.00, 15.00 dan 16.00. Harga jual bervariasi, dari Rp. 15 juta
hingga Rp. 60 juta per episode. Rata-rata sekitar Rp 25 juta per episode. Nahwi
Rasul diacu dalam Fajar 2006 menjelaskan, Fatwa NU tentang pengharaman
infotainment merupakan penguatan gerakan Civil Society yang resisten terhadap
kebijakan publik yang distorsi akibat kepentingan ekonomi dan politik di industri
media. Hal ini merupakan wujud kejengkelan masyarakat terhadap kebijakan di
bidang penyiaran yang berpihak kepada industri dan mengorbankan hak-hak
publik. Tayangan infotainment tidak semuanya dipandang negatif, karena masih
banyak ditemukan pihak media yang masih memegang teguh nilai moral atau
nilai-nilai jurnalistik infotainment, sebagai kategori produk pemberitaan atau
informasi. Pemaparan pesan tersebut disajikan secara faktual dan objektif.
Pemirsa dapat memperoleh gambaran bahkan sekaligus pelajaran lewat tayangan
infotainment tersebut (Depkominfo 2006). Sebagai contoh, ada acara infotainment
yang mengungkap sisi positif artis dalam hal mengajak berbuat kebaikan demi
kemaslahatan rakyat secara luas yang patut ditiru oleh pemirsa televisi berupa
publikasi dari artis yang rajin beribadah, menolong orang kesusahan,
menyelenggarakan buka puasa bersama anak yatim dan mengadakan pengajian
akbar di rumahnya.
Departemen Komunikasi dan Informatika (2006) menjelaskan bahwa acara
infotainment hampir seluruhnya bernuansa hiburan dan menceritakan aib
selebritas. Unsur pendidikan hampir tidak ada. Pihak televisi tidak melakukan
fungsi media secara proporsional, yaitu fungsi informasi, pendidikan dan hiburan.
10
Infotainment lazim disajikan di berbagai negara yang dilindungi oleh
prinsip kemerdekaan berekspresi. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat
menyatakan bahwa acara infotainment berisi tontonan dan tuntutan. Jadi suatu
lembaga penyiaran dapat menyajikan suatu acara infotainment selama tunduk
pada Undang-Undang penyiaran, Undang-Undang Pers, Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran (P3-SPS) yang dikeluarkan oleh KPI dan Kode Etik Wartawan Indonesia
(KEWI).
McQuail (1992) dalam Depkominfo (2006), menjelaskan bahwa suatu
informasi, pertama, mengandung factualness untuk mengukur tingkat
korespondensi antara informasi dan fakta. Indikatornya main point, nilai
informasi, readability dan checkability. Kedua, accuracy sebagai kualitas
informasi yang juga penting bagi reputasi sumber informasi. Dimensi akurasi
meliputi verifikasi terhadap fakta, relevansi sumber informasi dan akurasi sumber
penyajian, seperti konfirmasi terhadap sumber informasi, pencantuman sumber
informasi dan tidak ada kesalahan pengutipan data, nara sumber, tanggal, nama
dan alamat. Ketiga, completeness seperti memenuhi unsur 5W+1H. Keempat,
balance dan kelima, netrality atau ketidakberpihakan dalam keinformasian. Nilai informasi yang diharapkan dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik (pemirsa), bahwa suatu informasi selayaknya mengandung kebenaran
antara yang disampaikan dengan kejadian atau peristiwa yang sebenarnya. Hal
tersebut menyangkut relevansi sumber, apakah informasi tersebut disampaikan
oleh seseorang yang sesuai bidangnya. Informasi bersifat akurat. Informasi yang
disajikan mencantumkan sumber informasi. Informasi sebagai hasil konfirmasi
dengan sumber beserta alamat dan tanggal kejadian. Informasi pun selayaknya
bersifat komplit, memenuhi berbagai unsur, antara lain memenuhi harapan
pemirsa terkait dengan jawaban apa dan siapa, dimana dan kapan, mengapa dan
bagaimana sesuatu hal yang diinformasikan, serta seimbang dan netral.
Mengacu pada pendapat McQuail tentang unsur suatu berita atau informasi
yang dapat dipertanggungjawabkan, maka dapat diasumsikan bahwa dalam
kategori infotainment, isi tayangan diharapkan memberikan solusi terhadap suatu
persoalan sebagai berikut:
11
1. Sumbernya relevan, sesuai bidangnya, sehingga informasi akurat dengan
mencantumkan sumbernya.
2. Informasi merupakan hasil konfirmasi dengan sumber beserta alamat dan
tanggal kejadian.
3. Infotainment komplit, mengandung hal penting yang perlu diketahui oleh
pemirsa, terkait dengan jawaban mengenai apa dan siapa, dimana dan kapan,
serta mengapa dan bagaimana sesuatu hal yang diinformasikan.
4. Infotainment bersifat seimbang, antara lain mengungkap sesuatu hal yang
terkait dengan sumber “A dan B’ (yang menjadi topik informasi). Sehingga
diharapkan informasi netral, tidak timpang atau berat sebelah (memihak
kepada salah satu sumber informasi).
Format Tayangan Infotainment Televisi
Acara infotainment televisi menggambarkan suatu proses komunikasi
berupa rangkaian informasi tertentu yang disajikan dalam bentuk bincang-
bincang “gosip” yang menggambarkan dialog antara beberapa orang atau sumber
pembicara. Selain itu, bisa dalam bentuk liputan khusus (investigasi). Hal ini
menggambarkan adanya proses wawancara antara sumber atau pewawancara
(investigator) dan pihak yang diwawancarai, terkait dengan isu tertentu yang
menjadi topik informasi. Bentuk lainnya, berupa kompilasi informasi dari
beberapa periode waktu tertentu (penggabungan informasi) yang menggambarkan
adanya penyampaian informasi dari beberapa topik yang diungkap dan dipandu
oleh dua orang penyiar.
Indosiar (2008), memaparkan salah satu “Rundown” program REALITY
# 103 (terlampir). “Rundown program Reality Indosiar” salah satu contoh proses
komunikasi dalam format tayangan infotainment, sebagai salah satu pendekatan
yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan permasalahan penelitian. Karena
dimungkinkan ada kemiripan dengan format tayangan infotainment televisi lain,
dengan asumsi, pada dasarnya keragaman tayangan infotainment televisi merujuk
pada aturan umum yang menjadi dasar dari suatu program acara televisi. Dalam
hal ini seperti yang telah disebutkan dalam latar belakang, patokan program acara
televisi adalah selayaknya utuh, mulai dari pengantar, permasalahan, pembahasan
12
dan penyelesaian masalah secara sistematis, sehingga sistematika dan
kesinambungan terjaga. (Gumilar 2008).
Berdasarkan gambaran rundown tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
tiga kategori dalam format tayangan infotainment televisi yang dimungkinkan
cenderung terkait dengan nilai informasi dan bobot muatan pesan infotainment,
yaitu dialog, narasi dan wawancara. Runtut format tayangan infotainment yang
berisi dialog interaktif, narasi dan wawancara sebagai satu proses komunikasi
memperlihatkan, apakah nilai keutuhan suatu acara sebagai patokan suatu
program televisi sudah terpenuhi atau belum.
Penjelasan tiga kategori format penayangan infotainment yaitu dialog,
narasi dan wawancara sebagai berikut:
1) Dialog (Interaktif) merupakan input manusia dan tanggapan langsung yang
membentuk percakapan antara komputer interaktif dan orang yang
memakainya (Febrian, 2004).
Input manusia, terkait dengan komunikasi timbal-balik, antara lain berupa
dialog antara sumber yang terlibat (sumber yang diinformasikan, saling
mendukung atau membantah), atau saat pihak tertentu saling berdialog
mengomentari sumber yang diinformasikan, secara langsung tatap muka atau
tidak langsung (menggunakan media/tanpa tatap muka), tersaji dalam
tayangan tersebut.
2) Narasi, terkait dengan penyajian infotainment tv dalam bentuk/tipe narasi.
Fisher diacuh dalam Littlejohn (1996) menyimpulkan bahwa narasi adalah
proses komunikasi. Hal ini berupa penyampaian pesan dari sumber kepada
sasaran. Pesan tersebut disampaikan dalam hal ini lewat media massa. Isi
cerita bersifat fiksi maupun non fiksi, berupa segala kejadian yang
disampaikan secara verbal dan non verbal, yang memiliki sederet peristiwa
yang diberi arti oleh khalayak sasarannya. Sisi penyampaiannya memerlukan
keutuhan dan ketepatan.
Keutuhan dan ketepatan, dengan demikian minimal merupakan dua unsur
yang terarah ada dalam suatu narasi. Keutuhan bisa terkait dengan ulasan
narasi oleh narator yang disertai dengan ungkapan selebritis atau tokoh yang
13
diberitakan, sedangkan ketepatan dapat terkait dengan konsistensi atau
objektivitas antara ulasan narator dan ungkapan tohoh atau selebritis.
3) Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang Interviewee untuk
mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang sesuatu hal atau masalah.
Wawancara dapat dilakukan oleh pihak (interviewer) untuk keperluan,
misalnya penelitian atau penerimaan pegawai, maupun pekerjaan jurnalis.
Perbedaan penting antara wawancara dengan percakapan biasa, wawancara
bertujuan pasti (sehingga terstruktur atau terencana), menggali permasalahan
yang ingin diketahui untuk disampaikan kepada khalayak pemirsa (televisi),
namun berbeda dengan penyidik perkara atau interogator. Sehingga wartawan
atau interviewer tidak memaksa, tetapi membujuk orang agar bersedia
memberikan keterangan yang diperlukan, sehingga perlu meredam emosi.
(Arismunandar, 2006).
Persepsi Pemirsa tentang Acara Infotainment
Menurut Desiderato (1976), dalam Rachmat (1985), persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah pemberian makna
pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah
jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walau demikian, menafsirkan makna
informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi,
motivasi, dan memori.
Secara sederhana, persepsi pemirsa infotainment tv dapat disebut sebagai
suatu penafsiran seseorang tentang sesuatu hal, setelah memaknai sesuatu stimuli
atau rangsangan tentang sesuatu objek yang diperolehnya melalui panca indera.
Sesuatu objek tadi dapat berupa informasi yang diperoleh dari media massa
seperti televisi. Informasi yang dimaksudkan disebut sensasi. Tetapi, seseorang
menafsirkan makna suatu informasi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga
melibatkan faktor lain, seperti atensi (perhatian), motivasi (dorongan) dan memori
(ingatan atau pengalaman). Dalam hal tayangan infotainment di televisi, pemirsa
melakukan selektivitas (pemilihan) informasi sesuai yang dikehendakinya dan
memungkinkannya untuk mendekatkan diri (proximity) dengan informasi yang
dimaksud. Caranya adalah dengan melakukan perhatian penuh pada informasi
14
tersebut dan mengabaikan perhatian pada informasi yang lain. Semakin dekat
pemirsa dengan informasi yang dikehendakinya maka semakin cermat atau
sempurna pemirsa menafsirkan (mempersepsi) makna pesan infotainment dari
televisi tersebut.
Faktor fakta, selektivitas, motivasi, memori atau pengalaman, kedekatan
dan kecermatan atau kesempurnaan pemaknaan pesan atau informasi, merupakan
unsur dalam proses pemirsa menafsirkan atau mempersepsi tayangan
infotainment. Faktor awal yang sangat berpengaruh dalam proses tersebut dimulai
dari unsur perhatian pemirsa terhadap stimuli pesan pada acara infotainment.
Andersen (1972), dalam Rachmat 1985) mempertegas apa yang dimaksud dengan
perhatian, sebagai faktor yang sangat mempengaruhi persepsi. Perhatian
(attention) adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi
menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya merendah. Perhatian terjadi
bila mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra dan menyampingkan
masukan-masukan melalui indra yang lain.
Persepsi merupakan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu dan
penafsiran pada stimuli indrawi yang dimulai dari perhatian pemirsa pada stimuli
berupa acara infotainment televisi. Pemirsa memperhatikan infotainment karena
memiliki motivasi atau dorongan untuk mengetahui sesuatu hal dan masuk ke
dalam memori (ingatan atau pengalamannya) sehingga memungkinkan pemirsa
melakukan selektivitas pada tayangan infotainment terkait, sesuai apa yang
diharapkannya. Pengalaman pemirsa sebelumnya tentang pesan pada acara
infotainment akan menentukan proximity (kedekatan) pemirsa pada informasi
yang lebih mendalam tentang hal tersebut. Pemirsa bisa mengabaikan pesan
infotainment dari saluran televisi yang lain. Semakin dekat pemirsa dengan acara
infotainment televisi tertentu, dimungkinkan pemirsa akan semakin cermat
memaknai informasi tersebut.
Andersen dalam Rakhmat (1985), mengemukakan bahwa sesuatu yang
diperhatikan pemirsa akan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal.
Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat
eksternal atau penarik perhatian (attention getter) dan faktor personal sebagai
determinan internal.
15
Empat sifat stimuli yang mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain
adalah gerakan, intensitas, kebaruan dan perulangan. Uraian ringkas dari sifat
stimuli adalah sebagai berikut:
1) Gerakan; manusia tertarik pada objek-objek yang bergerak.
2) Intensitas; manusia akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol
dibanding stimuli yang lain. Dengan demikian, menguatkan pemahaman
pemirsa terhadap isi pesan dalam tayangan infotainment dan sekaligus
memperkuat perhatiannya tentang sesuatu hal.
3) Kebaruan, (novelty); manusia akan tertarik perhatiannya pada hal-hal yang
baru, yang luar biasa dan yang berbeda dari sebelumnya, tidak hanya pada isi
pesan tetapi juga dari metode atau cara penyampaian tokoh atau sumber pesan
dalam tayangan infotainment.
4) Perulangan; hal-hal yang disajikan berkali-kali disertai dengan sedikit variasi
atau hal yang sudah dikenal sebelumnya, berpadu dengan unsur yang baru,
termasuk unsur sugesti (mempengaruhi bawah sadar pemirsa), akan dapat
menarik perhatian pemirsa terhadap acara infotainment yang ditayangkan
televisi. Pemirsa menjadi mungkin untuk melakukan seleksi di dalam
menonton tayangan infotainment sesuai dengan yang diharapkannya.
Menurut Rakhmat (1985), faktor internal penaruh perhatian adalah
menjelaskan kemampuan indera manusia untuk menunjukkan perhatian yang
selektif (selective attention), yang bisa lolos dari perhatian orang lain. Faktor
tersebut terkait dengan faktor biologis, meliputi kebutuhan terpenting seseorang
dalam memenuhi pencapaian tujuan atau keinginan yang diharapkan. Hal ini
dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaan, pengalaman dan pendidikannya.
Persepsi pemirsa terhadap tayangan infotainment televisi, dengan demikian
diasumsikan dapat dilihat dari; apakah isi pesannya memiliki nilai informasi yang
mendidik dan menghibur (nilai pencerahan bagi pemirsa) dan apakah format
tayangan infotainment memiliki daya tarik bagi pemirsa. Faktor selektivitas
penaruh perhatian yang membentuk persepsi pemirsa terhadap nilai pencerahan
suatu informasi (infotainment), terkait dengan daya tarik kemasan pesan dalam
format tayangan infotainment, sebagai berikut.
16
1. Nilai Pencerahan
Munthe dalam Gumilar 2008 menggambarkan tentang patokan program
acara televisi, antara lain adalah acara harus disajikan dengan kualitas baik.
Menurut Munthe dalam Gumilar (2008), penonton televisi selalu menuntut hasil
yang prima tanpa gangguan, karena mereka sangat mendambakan kenyamanan
pada saat menonton acara. Penyelenggara program acara televisi dengan demikian
memiliki kewajiban untuk memberikan yang terbaik kepada penonton, sehingga
acara disajikan dengan kualitas baik. Seseorang dapat mencapai pencerahan
(kesempurnaa pemikiran dan perbaikan tindakan yang terarah dan transparan)
antara lain dapat dicapai melalui arena dialog atau pertukaran pendapat.
Biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki jiwa moderen. “Modern dalam
berpikir dan bertingkahlaku ke arah yang lebih baik”, antara lain karena memiliki
pengalaman atau tingkat pendidikan yang memadai dalam memandang sesuatu hal
(pesan komunikasi). Hal tersebut sebagaimana disinggung Salim (2002), dinamika
sosial dalam masyarakat moderen bisa membimbing orang mencapai pencerahan
(kesempurnaan pikiran dan perbaikan tindakan secara sistematis dan transparan)
melalui arena debat-transformasi pernyataan.
Pengalaman atau tingkat pendidikan seseorang dengan demikian
memungkinkannya untuk dapat membedakan persepsinya terhadap nilai dari suatu
informasi (media massa televisi) yang memberi nilai pendidikan dan atau nilai
hiburan (nilai pencerahan). Terkait dengan infotainment televisi, Effendy (1993)
dalam Desti (2004), menyinggung fungsi media massa televisi sebagai berikut:
a) Fungsi Penerangan (The Information function) media yang mampu
menyiarkan informasi yang amat memuaskan yang disebabkan dua
faktor yang terdapat pada media massa audio visual. Dua faktor tersebut
adalah (a) immediacy (langsung, dekat); peristiwa yang disiarkan oleh
stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat
peristiwa itu berlangsung, dan (b) realism (fakta, nyata); stasiun televisi
menyiarkan informasinya secara audio visual dengan perantaraan
mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan. Jadi para pemirsa
melihat dan mendengar sendiri. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai
sarana penerangan, selain menyiarkan informasi dalam bentuk siaran
17
pandangan mata atau berita yang dibacakan maka seorang penyiar juga
dilengkapi dengan gambar-gambar yang faktual.
b) Fungsi pendidikan (The Educational Function); televisi merupakan
sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak
yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Televisi juga dapat
meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat dengan
menyiarkan acara-acara tertentu secara teratur.
c) Fungsi hiburan; fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran tampak
dominan, karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup
beserta suaranya, sehingga dapat dinikmati oleh seluruh anggota
masyarakat termasuk khalayak yang tidak mengerti bahasa asing, bahkan
yang tuna aksara.
Hasil penelitian Desti (2004) menjelaskan bahwa sebanyak 51% penonton
berita kriminal televisi menganggap tidak hanya sebagai informasi semata, tetapi
juga sebagai salah satu acara yang dapat menghibur dalam upaya melepaskan diri
dari permasalahan, melepas kelelahan dan kepenatan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Effendy (1993) yang menyatakan bahwa fungsi hiburan yang melekat
pada televisi siaran tampak dominan karena pada layar televisi dapat ditampilkan
gambar hidup beserta suaranya sehingga dapat dinikmati secara utuh. Dengan
demikian, infotainment sebagai informasi yang dikemas dalam bentuk berita,
merupakan tuntutan bagi pemirsa dalam memberi nuansa hiburan, pendidikan dan
penerangan.
2. Daya Tarik Format tayangan
Hanafiah (2007) menjelaskan bahwa daya tarik televisi di mata pemirsa
bukan pada kotak (bentuk) fisiknya, tetapi pada menu program yang telah
disuguhkan oleh televisi secara beragam. Atas alasan itu, televisi menjadi magnet
yang menyeret siapa saja sampai menjadi kebutuhan akan kehadirannya. Begitu
besar daya pikat televisi sehingga mampu mempengaruhi watak dan karakter
bahkan pola hidup (waktu) seseorang (pemirsa). Sains dan Televisi diacu dalam
Hanafiah (2007), menggambarkan televisi sebagai medium yang sangat bagus
untuk membagi informasi dan prinsip-prinsip ilmu kepada masyarakat secara luas.
18
Melalui program-program televisi yang mendidik sambil menghibur kita dapat
meningkatkan daya tarik masyarakat untuk belajar ilmu atau pengetahuan.
Dayatarik bobot muatan pesan infotainment dalam bentuk dialog, narasi
dan wawancara, dengan demikian merupakan daya tarik dari format tayangan
infotainment. Keseluruhan bobot muatan ini dapat membentuk persepsi pemirsa
tentang tayangan infotainment televisi swasta tertentu, sehingga dimungkinkan
pula akan membentuk daya pikat terhadap pemirsa untuk selalu menonton atau
menerima pesan infotainment televisi tertentu atau bahkan sebaliknya
mengabaikannya karena terdedah tayangan infotainment dari media infotainment
lainnya seperti dari radio, media cetak atau media elektronik lainnya.
Karakteristik Pemirsa
Setiadi ( 2003) menjelaskan, variabel utama yang dapat digunakan sebagai
dasar pengelompokkan sasaran, yaitu demografi, geografi, psikografi dan
perilaku. Segmentasi geografi terkait dengan beberapa unit, seperti negara, kota
atau komplek perumahan. Segmentasi demografi antara lain terkait dengan umur,
jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan dan pendidikan. Segmentasi psikografi
terkait dengan cara-cara atau kebiasaan seseorang dalam bertingkahlaku.
Segmentasi perilaku terkait dengan tindakan atau tingkah laku seseorang sebagai
realisasi dari suatu keputusan.
Sampson dalam Rakhmat (1985) menggambarkan karakteristik individu
sebagai sifat atau ciri yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua
aspek kehidupan dan lingkungannya. Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor
biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis mencakup genetik, sistem
syaraf dan sistem hormonal. Sedangkan faktor sosiopsikologis terdiri dari
komponen-komponen kognitif (intelektual) yang berhubungan dengan kebiasaan
dan afektif (faktor emosional).
Krech and Crutchfield dalam Rakhmat (1985) antara lain menjelaskan
bahwa faktor yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi
karakteristik orang, seperti umur, pendidikan, status sosial ekonomi dan
pengalaman masa lalu. Faktor-faktor inilah yang memberi respons pada suatu
stimuli dan berhubungan nyata dengan persepsi seseorang tentang suatu stimuli.
19
Berkaitan dengan pengalaman masa lalu seseorang (pemirsa) tentang
sesuatu informasi (infotainment) yang terdedah dari media infotainment dan
frekuensi menonton atau menerima infotainment tersebut, bisa memperkuat
kedekatannya dengan informasi tersebut. Dengan demikian dimungkinkan dapat
memperkuat pemaknaan pemirsa pada informasi (infotainment) tersebut sehingga
dapat menentukan aktivitasnya di masa yang akan datang antara lain bagaimana
mempersepsi infotainment dalam usaha memenuhi kebutuhan suatu informasi.
Menurut Setiadi (2003), pengalaman masa lalu mempengaruhi sikap seseorang
terhadap sesuatu hal. Pengalaman pengguna suatu produk pada masa lalu
misalnya, akan memberikan evaluasi atas hal tersebut tergantung apakah hal
tersebut menyenangkan atau tidak. Jika menyenangkan, maka sikapnya di masa
mendatang akan positif, jika tidak menyenangkan maka sikapnya di masa
mendatang pun akan negatif. Cara-cara atau kebiasaan seseorang dalam bertingkahlaku sebagai
segmentasi psikografi sebagaimana disinggung setiadi tersebut diasumsikan
karena adanya faktor keterdedahan atau terpaan infotainment pada seseorang dari
media infotainment yang membuka ingatannya sebagai pengalaman masa lalu
pemirsa menonton atau menerima infotainment. Frekuensi seseorang menonton
atau menerima infotainment, akan memperlihatkan persepsinya tentang tayangan
infotainment. Khairil (1994) menjelaskan bahwa keterdedahan pada siaran melalui
radio dan televisi dipakai sebagai panduan kata “media exposure” yang
merupakan perilaku penggunaan media komunikasi. Keterdedahan media massa
tersebut merupakan aktivitas dalam mendengarkan radio dan menonton televisi.
Menyadur pendapat Blumer dalam Rakhmat (1985) yang mengemukakan
beberapa jenis kebutuhan akan informasi dan eksplorasi, yaitu kebutuhan untuk
melepaskan ketegangan dan untuk mencari hiburan serta kebutuhan akan identitas
diri.
Keterdedahan seseorang terhadap sesuatu informasi dari media massa radio
dan televisi, memungkinkan pula seseorang akan terdedah infotainment dari
beberapa media selain televisi dan radio yaitu seperti suratkabar, majalah atau
bulletin, internet, Handphone atau media lainnya. Menurut Jahi (1988) bahwa
akibat media exposure, dalam keadaan normal orang akan berperilaku atau
20
berpartisipasi setelah memahami dan bersikap setuju terhadap isi pesan dari
media tersebut. Asmira (2006), menjelaskan bahwa frekuensi keterdedahan adalah
jumlah intensitas responden menonton informasi setiap hari dalam rentang waktu
seminggu, dikategorikan dengan jumlah frekuensi jarang, kurang sering dan
sering. Frekuensi keterdedahan diasumsikan sebagai frekuensi seseorang
menonton atau menerima infotainment yang terdedah dari media tertentu seperti
televisi swasta, radio, suratkabar, majalah atau bulletin, Handphone maupun
media lainnya. Frekuensi tersebut dihitung berdasarkan jumlah intensitas
seseorang menerima informasi tersebut setiap hari dalam seminggu.
Berdasarkan tinjauan di atas, karakteristik individu (pemirsa) infotainment
merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat individual yang berhubungan dengan semua
aspek kehidupan dan lingkungan seseorang. Hal ini terkait dengan bagaimana
pemirsa terstimuli infotainment dari televisi swasta tertentu yang berisi dialog
interaktif, narasi dan wawancara. Proses ini akan membentuk persepsi pemirsa
tentang tayangan suatu infotainment, mencakup kategori nilai informasi yang
mendidik dan menghibur (nilai pencerahan yang bermanfaat bagi kepentingan
publik) dan kategori dayatarik format tayangannya. Penelitian ini menetapkan
beberapa karakteristik dalam dimensi demografi yang diamati, yakni meliputi
jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan. Pada dimensi psikografi yang
diamati terkait dengan keterdedahan pemirsa pada infotainment dari media
infotainment seperti televisi swasta, pengalaman masa lalu pemirsa atau
seseorang menonton atau menerima infotainment dan frekuensi menonton atau
menerima infotainment. Masing-masing dimensi demografi dapat dijelaskan,
sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin (laki dan perempuan) seseorang (pemirsa infotainment) yang
berbeda, dimungkinkan akan mempersepsi infotainment yang berbeda pula.
Banyak didapat bukti pria dan wanita berbeda untuk beberapa hal penting
tertentu, misalnya wanita dapat memproses informasi secara berbeda-beda
daripada pria, dan tampaknya lebih sabar, telaten dan kurang begitu dominan
seperti pria. Atau wanita sebaliknya, cenderung menilai tinggi barang milik yang
dapat memperkuat hubungan personal dan sosial.
21
Departemen Komunikasi dan Informatika (2006) menjelaskan bahwa tidak
hanya wanita yang cenderung menonton tayangan infotainment, akan tetapi
sebanyak 42,86% menunjukkan bahwa pemirsa infotainment adalah laki-laki.
Laki-laki dan perempuan dengan demikian memiliki kecenderungan perbedaan
secara emosional, mental dan fisik yang dimungkinkan akan bisa memperkuat
persepsinya terhadap sesuatu hal termasuk infotainment. Yuniati (2008),
menjelaskan bahwa wanita dan pria memiliki kondisi yang berbeda secara fisik
biologis maupun psikologis sebagai sumber dari perbedaan fungsi dan peran yang
diemban oleh pria dan wanita, sehingga mempengaruhi pola hubungan sosial yang
terbentuk di masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, wanita dihadapkan pada
kewajiban untuk melaksanakan dan menyelenggarakan tiga fungsi atau peran
(Bamberger diacu dalam Yuniati 2008) yaitu:
a) Fungsi reproduksi, seperti mengurus anak dan mengatur atau mengelola
urusan rumah tangga.
b) Fungsi produksi, terkait dengan aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh wanita
dalam rangka membantu perekonomian keluarga.
c) Fungsi manajemen kemasyarakatan, terkait dengan pengaruh pola dan tata
cara wanita dalam pengelolaan lingkungan dan pemeliharaan infrastruktur
komunitas.
Sonny (2008) menjelaskan tentang perbedaan secara mental atau
emosional bahwa wanita cenderung lebih bersifat pribadi dibandingkan pria.
Wanita memiliki minat yang lebih dalam terhadap orang dan perasaan, sementara
pria lebih berminat terhadap hal-hal praktis yang dapat dipahami dengan logika.
Osborne dalam Sonny 2008 menyatakan bahwa wanita cenderung menjadi
“bagian intim” dari orang-orang yang mereka kenal dalam hal-hal di sekelilingnya
dan menyatu dengan lingkungannya. Seorang pria berhubungan dengan orang dan
situasi, namun biasanya tidak membiarkan identitasnya dijalin bersama orang lain.
Emosi wanita berkaitan erat dengan orang dan tempat disekelilingnya, maka
wanita membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan dibandingkan pria. Seorang pria dapat menyimpulkan manfaat dari
suatu perubahan dengan logis dan menjiwainya dalam beberapa menit. Wanita
memusatkan perhatian pada akibat yang bisa muncul dari perubahan tersebut dan
22
kesulitan-kesulitan yang mungkin akan melibatkan dirinya dan keluarganya. Ia
memerlukan waktu untuk melakukan penyesuaian awal sebelum dapat mulai
melihat keuntungan-keuntungan dari perubahan yang terjadi.
2. Umur
Umur atau usia dapat dihitung sejak awal kelahiran seseorang hingga batas
kehidupan atau kematian. Usia seseorang dapat pula dikategorikan sebagai masa
anak-anak, masa remaja, masa dewasa dan masa tua (manula). Tiap kelompok
usia memiliki nilai dan perilaku yang berbeda. Setiadi (2003) menjelaskan bahwa
terkadang seseorang yang dewasa mengaku usianya masih muda atau sebaliknya
remaja menganggap dirinya sudah dewasa. Usia subjektif atau usia kognitif adalah
usia yang sebenarnya dapat dianggap sebagai usia yang tepat bagi diri pribadi
seseorang. Namun realita di masyarakat lebih mengutamakan usia kronologis atau
usia nyata. Kategori responden penelitian dalam hal ini dibatasi yaitu individu
yang sudah dewasa berusia 17 tahun ke atas.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses pengetahuan, yang dapat diperoleh
seseorang melalui jenjang formal resmi seperti SD, SLTP, SLTA atau Perguruan
Tinggi. Sedangkan non formal atau jenjang tidak resmi, seperti penataran atau
pelatihan secara langsung atau tatap muka atau tidak langsung lewat media seperti
televisi. Setiadi (2003) menjelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang
merupakan unsur dari kepribadian orang yang bersangkutan. Semakin tinggi
tingkat pengetahuan yang dimiliki, seseorang semakin mantap serta lebih berhati-
hati dalam menentukan keputusan. Badan Pusat Statistik (2008), menjelaskan
bahwa pendidikan yang dicapai merupakan salah satu indikator kualitas hidup
manusia serta menunjukkan status sosial dan status kesejahteraan seseorang.
Semakin tinggi pendidikan yang dicapai oleh seseorang maka dapat diharapkan
semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan orang yang bersangkutan maupun
anggota rumah tangganya. Jenjang pendidikan yang dicapai oleh kepala rumah
tangga dapat digunakan untuk melihat gambaran kasar kualitas sosial maupun
tingkat ekonomi dari rumah tangga yang bersangkutan.
4. Pekerjaan
23
Pekerjaan merupakan indikator aktivitas seseorang yang bisa menentukan
status sosial dan gengsi seseorang dalam keluarga yang berorientasi pada status
ekonomi atau sumber keuangan. Menurut Desti (2004), aktivitas yaitu kegiatan
khalayak penonton yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan diri atau
keluarganya, antara lain ditandai dengan mendapatkan imbalan, dengan kategori
pelajar atau mahasiswa, karyawan swasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara
Nasional Indonesia (TNI) atau Polisi Republik Indonesia (Polri), ibu rumah
tangga, wiraswasta, dan tidak bekerja. Setiadi (2003) menjelaskan, pekerjaan
merupakan status seseorang sebagai indikator tunggal terbaik mengenai kelas
sosial dan merupakan satu-satunya basis terpenting untuk menyampaikan prestise
dan kehormatan. Status seseorang dapat pula dipengaruhi oleh keberhasilan yang
berhubungan dengan status orang lain di dalam pekerjaan. Asmira (2006)
menjelaskan bahwa jenis pekerjaan adalah kegiatan ekonomis yang dilakukan
oleh responden setiap hari.
24
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kerangka Pemikiran
Pemirsa infotainment televisi swasta, memiliki karakteristik secara
demografik, yaitu berdasarkan kategori jenis kelamin, umur, pendidikan dan
pekerjaan. Bobot muatan pesan infotainment sebagai stimuli yang disajikan oleh
televisi tertentu melalui keragaman format tayangan dimungkinkan akan
memperlihatkan keragaman persepsi pemirsa tentang tayangan infotainment
tersebut berdasarkan keragaman karakteristik pemirsanya. Pada dimensi
psikografik menggambarkan ciri-ciri atau identitas pemirsa berdasarkan
keterdedahan pemirsa pada infotainment dari media infotainment antara lain
televisi swasta, pengalaman masa lalu pemirsa menonton atau menerima
infotainment dan frekuensi pemirsa menonton atau menerima infotainment.
Kemasan format tayangan infotainment dalam bentuk dialog interaktif,
yaitu menggambarkan adanya percakapan atau komunikasi timbal balik antara
tokoh atau selebritis yang diinformasikan, antara selebritis dan pihak tertentu, atau
antara pihak lain, secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (tanpa tatap
muka). Biasanya dialog interaktif disisipkan pada proses narasi. Percakapan
tersebut dapat berupa pernyataan saling mendukung atau saling bertentangan.
Kemasan dalam bentuk narasi, yaitu menggambarkan ulasan pesan oleh narator
tentang peristiwa atau kejadian yang terkait dengan tokoh atau selebritis yang
diinformasikan, disertai dengan sisipan dialog atau wawancara atau hasil
wawancara pihak terkait, serta rekaman kejadian atau peristiwa. Sehingga akan
bisa memperlihatkan keutuhan dan ketepatan informasi. Sedangkan kemasan
dalam bentuk wawancara atau hasil wawancara, yaitu berupa tanya jawab pihak
televisi dengan tokoh yang diberitakan atau pihak tertentu, secara terstruktur atau
terencana dan sistematis, guna menggali permasalahan yang terkait dengan topik
yang dibahas. Kemasan tersebut bisa disajikan secara langsung atau dalam bentuk
rekaman. Biasanya disisipkan dalam proses narasi. Hal ini dimungkinkan bisa
mencerminkan daya tarik format tayangan infotainment bagi pemirsa, sehingga
persepsi pemirsa sebagai nilai yang berarti diharapkan bisa memberikan masukan
bagi beberapa kalangan dalam perkembangan pertelevisian di Indonesia. Dari
format tayangan infotainment berupa dialog interaktif, narasi dan wawancara
25
(rekaman hasil wawancara pihak televisi) tersebut, juga akan dapat diketahui,
dalam format yang mana cenderung bisa memperkuat bobot muatan pesan suatu
tayangan.
Pemirsa infotainment televisi, pada dasarnya membutuhkan suatu
informasi, dimulai dari perhatiannya secara selektif pada stimuli (infotainment)
yang ditayangkan televisi dan lamanya perhatian tersebut, karena adanya motivasi
atau dorongan untuk mengetahui sesuatu dari suatu informasi (infotainment).
Pengalaman atau ingatannya tentang hal tertentu dan menentukan kedekatan
pemirsa pada informasi tersebut, sehingga akan memperkuat pemahaman atau
pemaknaan dan penafsiran, sebagai persepsi pemirsa terhadap infotainment
tersebut. Hal itu menyangkut nilai informasi maupun dayatarik format tayangan
infotainment. Pemirsa akan bisa mempertahankan pilihannya pada pesan
infotainment televisi tertentu jika pemirsa menganggap pesan pada acara tersebut
berkesan baginya. Antara lain, apakah baru isi pesannya atau baru dalam hal
penyajian tayangannya, apakah informasinya dianggap objektif dan faktual atau
hanya gosip belaka, sebagai dayatarik infotainment bagi pemirsa. Pesan dalam
acara infotainment tersebut dimungkinkan bisa sebagai dasar bagi pemirsa dalam
membantu mencari jalan ke luar atas persoalan yang dihadapi. Pemirsa pun
berharap televisi tertentu tetap memenuhi harapan-harapan pemirsa pada sesuatu
hal yang dibutuhkannya, jika tidak, dimungkinkan pemirsa berpaling pada
infotainment televisi yang lain, maupun dari media lain atau sumber lain secara
selektif, sebagai peneguhan atau kepercayaan atau keyakinan pada acara
infotainment yang bisa memenuhi kebutuhannya, sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada dalam diri pemirsa.
26
PERSEPSI
Y (Pemahaman atau Pemaknaan dan penafsiran)
- Nilai Informasi yang men-didik dan menghibur (Nilai Pencerahan).
- Daya Tarik format tayangan infotainment.
Hubungan antar variabel tersebut bila divisualisasikan pada Gambar 2.
Peubah bebas Peubah terikat
D
Gambar 1 Kerangka Pemikiran hubungan karakteristik pemirsa pada dimensi demografi dan
dimensi psikografinya dengan persepsi pemirsa tentang acara Infotainment televisi.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Terdapat hubungan nyata antara karakteristik pemirsa pada dimensi
demografi dan dimensi psikografinya dengan persepsi pemirsa tentang acara
infotainment televisi swasta.
KARAKTERISTIK Demografis: X1 Jenis Kelamin X2 Umur X3 Pendidikan X4 Pekerjaan
Psikografis : X5 Keterdedahan pemirsa Menonton/ menerima infotainment X6 Pengalaman masa lalu X7 Frekuensi menonton atau menerima infotainment
27
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian menggunakan metode survei deskriptif korelasional, yaitu
mendeskripsikan secara sistematis karakteristik populasi secara faktual dan
cermat. Langkah ini untuk menghimpun data, menyusun data secara statistik dan
mencari hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti. Hubungan dapat
bersifat positif atau negatif. Tujuannya meneliti sejauh mana variasi pada satu
faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Menurut Nazir (2003), metode
deskriptif yaitu membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta serta menjelaskan hubungan antara fenomena yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan korelasi sederhana (Simple Corelation), yaitu
membahas tentang peubah X (Karakteristik demografi), meliputi jenis kelamin,
umur, pendidikan dan pekerjaan, serta pada dimensi psikografi meliputi
Keterdedahan pemirsa pada infotainment, pengalaman masa lalu pemirsa dan
Frekuensi menonton infotainment.
Ciri peubah X tersebut hubungannya dengan peubah Y (persepsi) pemirsa
infotainment televisi swasta pada dimensi pemahaman atau pemaknaan dan
penafsiran dilihat dari nilai informasi yang mendidik dan menghibur (nilai
pencerahan) dan dayatarik format tayangan, apakah pada dialog interaktif, narasi
atau wawancara. Peubah X (karakteristik pemirsa secara demografis dan pada
dimensi psikografisnya) diduga akan memperlihatkan korelasi dengan peubah Y
(persepsi pemirsa). Karakteristik pemirsa di perumahan Gaperi Bojong Depok
Baru, RT 01 dan RT 02, RW 18, Bojong Gede, Bogor, memperlihatkan Kondisi
bauran karakteristik dari berbagai latar belakang masyarakat dari wilayah
nusantara, yang memiliki ciri berbeda sebagai bentuk karakteristik masyarakat
wilayah desa-kota.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian
Penelitian diadakan di Perumahan Gaperi Rt 01 dan Rt 02, Rw 18, Desa
Bojong Gede, Kecamatan Bojong Gede, Bogor.
28
Waktu penelitian
Penelitian mencapai target waktu dua bulan setengah dari tanggal 10
Nopember 2008 sampai dengan 26 Januari 2009 untuk mengumpulkan data
primer dan data sekunder di lapangan serta pengolahan data, dengan harapan pula
pencapaian anggaran sekaligus kualitas dapat dipertahankan secara efisien dan
efektif.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah pemirsa infotainment televisi swasta yang sudah
dewasa terdiri dari laki-laki dan perempuan yaitu berusia 17 tahun ke atas.
Bingkai sampel (frame sampling) sampel diambil dari seluruh warga Gaperi Rt 01
dan Rt 02 Rw 18. Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah warga penghuni rumah Rt 01 dan Rt 02 Rw 18
yang sudah dewasa berusia 17 tahun ke atas, terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Responden adalah penghuni rumah di perumahan Gaperi tersebut yang menonton
acara infotainment pada pagi hingga petang hari mulai pukul 05.00-18.00, dengan
unit analisis individu. Penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana
ditentukan 50% (80 orang) dari jumlah populasi 160 orang, dengan pertimbangan
sebagai berikut: secara geografis responden ada dalam satu wilayah pemukiman,
sehingga peneliti lebih mudah mengumpulkan data; biaya penelitian relatif kecil;
waktu penelitian relatif singkat; secara metodologi 50% besar sampel diharapkan
akan mencapai hasil yang sempurna atau mendekati presisi yang tinggi.
Data dan Instrumentasi
Data
Data penelitian diperoleh dari informasi berbagai pihak yang terkait,
meliputi data primer dan data sekunder, sebagai berikut:
1. Data primer, didapat dari wawancara langsung dengan responden melalui
kuesioner yang dibagikan kepadanya untuk diisi.
2. Observasi lapangan untuk mengamati kondisi responden secara psikologis
terkait dengan karakteristik sosial budaya secara langsung dan aktivitas
29
pemirsa menonton acara infotainment di stasiun televisi swasta tertentu
dengan persepsinya tentang tayangan infotainmen tersebut. Data sekunder diperoleh melalui sumber-sumber terkait, yaitu: (1) data
atau dokumen dari petugas Kantor Desa Bojong Gede, (2) RW 18, (3) RT 01 dan
(4) RT 02 dan dokumen program acara televisi tentang format tayangan
infotainment dan studi kepustakaan.
Instrumentasi
Instrumentasi data primer dibangun dalam bentuk kuesioner. Kuesioner
dikelompokkan menjadi dua bagian:
(1) berkaitan dengan pendataan karakteristik responden secara demografik dan
pada dimensi psikografiknya.
(2) pertanyaan kepada responden mengenai persepsinya tentang tayangan
infotainment televisi swasta.
Definisi Operasional
Peubah penelitian terdiri dari Karakteristik demografi pemirsa (jenis
kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan) serta pada dimensi psikografi yaitu
keterdedahan pemirsa pada infotainment, pengalaman masa lalu pemirsa pada
infotainment dan frekuensi pemirsa menonton infotainment dengan persepsinya
tentang infotainment televisi swasta. Perlu terlebih dahulu diberi batasan (definisi
operasional) untuk memudahkan pengukuran indikator dan menganalisis data
penelitian.
Karakteristik Demografis Responden
X1 Jenis kelamin, merupakan perbedaan seks responden, dengan kategori (1) laki-
laki dan (2) perempuan, dengan skala nominal.
X2 Umur, diukur berdasarkan usia responden sejak lahir hingga saat penelitian
berlangsung, dihitung dalam satuan tahun, yaitu responden yang beusia 17
tahun ke atas, dengan menggunakan skala rasio.
X3 Pendidikan responden, merupakan jenjang pendidikan formal yang telah
ditempuh responden berdasarkan satuan tahun, menggunakan skala ordinal
dengan kategori (1) tamat SD, (2) tamat SMP, (3) tamat SMA, (4) Diploma
(5) Sarjana.
30
X4 Pekerjaan, merupakan kedudukan responden yang melakukan aktivitas
tertentu. Kategori pekerjaan: (1) pelajar atau mahasiswa (2) karyawan
swasta (3) PNS (4) TNI atau Polri (5) Ibu rumah tangga (6) wiraswasta
(7) tidak bekerja atau menganggur, diukur dengan skala nominal.
Karakteristik Psikografis Responden
X5 Keterdedahan responden pada infotainment, merupakan keterdedahan
seseorang pada infotainment dari media massa infotainment seperti (1)
televisi swasta (2) radio (3) suratkabar (4) majalah atau bulletin (5) internet
(6) handphone maupun (7) media lainnya, digunakan skala nominal.
X6 Pengalaman masa lalu, merupakan pengalaman (memory) responden pada
tayangan infotainment. Jika pengalamannya menyenangkan maka kesannya
bisa positif atau mendukung, seperti untuk mengetahui apakah responden
(3) selalu menonton (2) kadang-kadang menonton atau (1) tidak pernah
menonton, diukur dengan skala ordinal.
X7 Frekuensi responden menonton atau menerima infotainment, merupakan
frekuensi seseorang menonton atau menerima infotainment yang terdedah
dari media infotainment televisi. Frekuensi tersebut dihitung berdasarkan
jumlah intensitas seseorang menonton infotainment tersebut setiap hari dalam
seminggu, diukur dengan skala ordinal (1) jarang (2) kurang sering (3) sering.
Persepsi Pemirsa (Responden) Infotainment
Persepsi pemirsa (responden) tentang acara infotainment televisi swasta
merupakan pandangan dan penilaian responden tentang tayangan infotainment di
media televisi swasta meliputi dimensi pemahaman atau pemaknaan dan
penafsirannya, apakah mengandung nilai informasi yang mendidik sekaligus
memberikan penjelasan tertentu pada sesuatu hal dan menghibur (melepaskan diri
dari permasalahan, kelelahan dan kepenatan). Dimensi ini diukur dengan Skala
Likert dengan kategori responden (1) sangat tidak setuju (2) tidak setuju (3)
kurang setuju (4) setuju (5) sangat setuju (dari indikator nilai informasi). Dimensi
itu pun terkait pada daya tarik format tayangan infotainment bagi pemirsa apakah
pada format dialog interaktifnya, narasi atau pada wawancaranya (rekaman hasil
wawancara pihak televisi) dalam insert atau sisipan pada tayangan infotainment,
diukur menggunakan skala ordinal (Skala Likert), dengan kategori (1) tidak
31
pernah ada muatan daya tarik format tayangan (2) jarang (3) kadang-kadang (4)
sering (5) sangat sering.
Kategori nilai informasi yang mendidik dan menghibur serta dayatarik
format tayangan infotainment bagi pemirsa, dioperasionalkan sebagai berikut:
Pilihan pemirsa pada acara infotainment tv tertentu dimungkinkan karena
pemirsa memiliki kepentingan atau kebutuhan maupun keinginan yang diharapkan
dari informasi tersebut. Tayangan infotainment memenuhi harapan tersebut dapat
dilihat melalui proses verbal dan non-verbal untuk mengetahui bagaimana muatan
nilai informasi yang mendidik dan menghibur serta format tayangan yang
dimungkinkan memberi kekuatan pada proses tayangan, apakah pada dialog
interaktifnya, narasi atau pada wawancaranya yang ditayangkan melalui insert
atau sisipan.
Nilai informasi yang mendidik dan menghibur dengan sendirinya pesan
memberikan penjelasan pada sesuatu hal yang diyakini atau bisa dipercaya oleh
pemirsa. Hal tersebut dimaksudkan, isi pesan bersifat dinamis (mengandung
kebenaran dan dapat dibuktikan oleh siapa saja dan kapan saja). Tulus dan jujur
(mengungkap fakta apa adanya) bukan terkesan hasil rekayasa. Tanggap pada hal-
hal baru. Mengajarkan atau mengarahkan pemirsa untuk dapat menerima pesan
tanpa kesan menggurui dan meyakinkan pula bahwa pesan tersebut untuk tujuan
pemirsa. Pesan bersifat persuasif (membujuk pemirsa pada sesuatu hal yang
penting) dan pesan mengarahkan terjadinya dialog timbal-balik antara sumber
yang diberitakan. Dengan kata lain, pesan peduli pada kepentingan sumber terkait
atau pemirsa. Pesan cocok atau kongruen dengan sistem nilai yang dimiliki tokoh
yang diberitakan (cocok antara yang diberitakan dengan ungkapan sumber),
(objektif) artinya apa adanya atau tidak melebihkan sehingga pesan berguna untuk
memecahkan masalah bagi diri tokoh maupun pihak lain. Televisi pun dianggap
berpengalaman menayangkan acara tersebut sehingga pemirsa memiliki
pengalaman menonton acara dari televisi tersebut. Dengan kata lain, pemirsa
percaya pada acara infotainment televisi tertentu antara lain karena dianggap
komplit menyajikan informasi yang dibutuhkan. Pesan bersifat etis (mengandung
norma kesopanan atau etika moral) dalam mengungkap suatu peristiwa secara
32
bertanggungjawab, sehingga merupakan hal yang bersifat melindungi untuk
dipertontonkan.
Dayatarik format tayangan pada acara infotainment televisi swasta meliputi
dayatarik format dialog interaktif antara sumber yang diberitakan atau dengan
pihak tertentu dalam suatu tayangan. Sedangkan format narasi, terkait dengan
ulasan dari narator menyangkut topik yang dibahas, terkait dengan unsur
keutuhan (ada pemberitaan atau informasi tentang sumber dan ada komentar dari
sumber tentang topik yang dibahas) dan unsur ketepatan (konsistensi atau
objektivitas antara yang diinformasikan dengan ungkapan sumber). Format
wawancara merupakan tanya-jawab secara terstruktur dan langsung tatap muka
antara pihak media atau pewawancara dengan artis atau tokoh yang
diinformasikan maupun kepada pihak tertentu, atau tidak langsung merupakan
rekaman komentar artis atau pihak tertentu sebagai hasil wawancara pihak
televisi.
Ketiga hal tersebut ditayangkan secara runtut. Kekuatan nilai informasi
bagi pemirsa dimungkinkan bisa diperkuat melalui pesan verbal (kata-kata) yang
diucapkan dan pesan non-verbal (simbol atau bahasa isyarat) oleh selebritis atau
pihak tertentu saat proses komunikasi terjadi, seperti:
• Tipe kinestetik (aktivitas tubuh), seperti mimik, gerak-gerik, ekspresi
wajah, tokoh atau pihak tertentu yang menjadi topik pembicaraan.
Proksemik atau penggunaan ruang, seperti lamanya pemberitaan atau
ungkapan tokoh, atau tata ruang (lingkungan) saat komunikasi terjadi.
Penampilan fisik, seperti penggunaan presenter laki-laki atau perempuan,
dua orang atau satu orang, cantik atau ganteng, gaya rambut dan
sensualitas.
Haptik (penggunaan sentuhan), seperti terjadi sentuhan dalam
berkomunikasi antara pelaku yang diberitakan atau antara presenter yang
menandakan keakraban maupun memperlihatkan sifat damai berupa
sentuhan tangan atau belaian. Sentuhan lainnya bisa menyangkut tata
ruang atau lingkungan saat terjadi komunikasi seperti mengepalkan tangan
ke atas menyertai teriakan atau gerakan tayangan ke atas tanda ajakan
atau dukungan.
33
Vokalik, seperti artikulasi suara tokoh yang jelas dan intonasi yang lantang
serta tata bahasa yang baik.
Kronemik (penggunaan waktu), dapat berupa pemotongan atau penggalan
kata-kata tokoh atau pihak tertentu yang tidak tepat waktu, bisa
mengurangi pemaknaan pesan.
Artifak atau penggunaan objek, seperti terkait dengan benda-benda atau
lingkungan pendukung berupa penggunaan teks atau catatan saat selebritis
atau pihak tertentu berbicara, maupun penggunaan accesoris yang tidak
mendukung eksisnya pelaku komunikasi. Hal tersebut bisa memberi kesan
prima atau tidaknya pihak tersebut dalam berbicara.
Kontak pandang dengan lawan komunikasi guna meyakinkan pembicara
maupun topik yang dibahas.
Suara atau pembicaraan yang bermakna, merupakan artikulasi dan intonasi
yang jelas dan lantang, guna meyakinkan kepribadian pembicara. Pemirsa
bisa menilai prima tidaknya pihak pembicara, dan menandakan kepedulian
pembicara pada topik yang dibicarakan.
Olah visual, seperti pelaku komunikasi berbicara dengan kepribadian,
yaitu dengan wajah, tangan dan tubuh untuk meyakinkan lawan komunikasi atau
pihak lain guna menanamkan kesan yang mendalam pada suatu persoalan.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas instrumen
Validitas instrumen menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut mengukur
apa yang ingin diukur. Dengan demikian kuesioner perlu diperkuat validitasnya
agar mampu mewakili indikator peubah penelitian yaitu melalui penyusunan
daftar pertanyaan yang dibangun dengan cara (1) mencari definisi-definisi para
ahli tentang konsep yang ada di literatur; (2) mendiskusikan konsep tersebut
dengan para ahli yang kompeten sebagai dasar untuk menyusun pertanyaan sesuai
indikator peubah yang diukur; (3) menanyakan definisi konsep yang diukur
kepada calon responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama
dengan responden (Singarimbun & Effendy 2006).
34
Reliabilitas instrumen
Alat ukur dikatakan mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika
bersifat mantap atau stabil, dapat diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan
(predictability). Suatu alat ukur dikatakan mantap atau tidak berubah-ubah
pengukurannya apabila alat ukur tersebut digunakan berkali-kali mampu
memberikan hasil yang tidak bervariasi. (Neuman dalam Suryadi 2000).
Uji Validitas dan Reliabilitas instrumen dilakukan melalui uji coba
kuesioner pada pemirsa infotainment yang memiliki karakteristik relatif sama
dengan calon responden. Uji Coba dilakukan kepada 20 pemirsa infotainment di
perumahan Gaperi, Desa Kedung Waringin, Bojong Gede Bogor. Hasil Uji coba
instrumen dengan Cronbach Alpha menunjukkan, hasil uji reliabilitas setiap
variabel penelitian untuk 85 items pertanyaan didapat nilai sebesar 0,965
(α=0,05;db=18) bila dibandingkan dengan nilai untuk responden (n) 20 sebesar
0,956 (α=0,05;db=18) maka kuesioner baik peubah bebas (X) maupun peubah tak
bebas (Y) dinyatakan sangat valid dan sangat reliabel.
Pengumpulan Data
Data penelitian digunakan sumber dari:
1. Data primer, yaitu kuesioner yang diberikan kepada responden untuk diisi.
2. Wawancara langsung dengan responden, terkait dengan pertanyaan yang ada
dalam kuesioner.
Prosedur pelaksanaan penelitian, sebagai berikut:
1. Observasi lapangan untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan
dengan penelitian, sehingga peneliti yakin bahwa penelitian perlu dan dapat
dilakukan.
2. Menyebarkan kuesioner berupa beberapa pertanyaan sesuai indikator peubah
penelitian dan wawancara dengan responden terkait dengan pertanyaan yang
ada dalam kuesioner.
3. Data sekunder melalui observasi langsung dan dokumen yang terkait dengan
penelitian, yaitu ketua Rt 01 dan Rt 02 Rw 18, Perumahan Gaperi
Bojong Gede, Kantor Desa Bojong Gede, Kecamatan Bojong Gede, Bogor.
35
Analisis Data
Data yang diperoleh secara deskriptif menggunakan analisis statistik
deskriptif berupa: frekuensi, prosentase, rataan, rataan skor dan total rataan skor.
Untuk menganalisis hubungan antara peubah X dan Y, yang meliputi
hubungan karakteristik demografis individu dengan persepsi dan karakteristik
psikografis dengan persepsi, yang menggunakan skala ordinal, dianalisis dengan
menggunakan uji korelasi rank Spearman (Singarimbun & Effendi 2006).
Sedangkan yang menggunakan skala nominal meliputi karakteristik jenis kelamin
dan pekerjaan, dianalisis dengan menggunakan Chi Square serta menggunakan
program SPSS Versi 13,0 for Windows (Uyanto 2006).
36
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kondisi Geografis dan Demografis
Wilayah Desa Bojong Gede ada pada ketinggian tanah dari permukaan
laut + 40 m. Curah hujan 300 mm per thn dengan suhu udara rata-rata 32 0C.
Desa Bojong Gede merupakan wilayah pemukiman atau perumahan seluas
167,325 Ha, wilayah pertokoan atau perdagangan 2,76 Ha, perkantoran 0,45 Ha,
pasar desa 0,25 ha dan tanah wakaf 0,74 ha.
Berdasarkan SK Bupati Bogor Nomor 141/16/KPTS/HUK/2003, tanggal
16 Januari 2003, secara administratif, Desa Bojong Gede masuk dalam wilayah
Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten/Kota Dati II Bogor. Luas wilayah 275.499
Ha dan dengan batas wilayah terdiri dari:
1. Sebelah utara: Desa Bojong Baru.
2. Sebelah Selatan: Desa Kedung Waringin.
3. Sebelah Barat: Desa Susukan atau Desa Sukmajaya.
4. Sebelah Timur: Kecamatan Cibinong.
Berdasarkan pendataan penduduk hingga Tahun 2008, Desa Bojong Gede
memilikiki 5.699 Kepala Keluarga (KK) terdiri dari 109 Rukun Tangga (RT) dan
24 Rukun Warga (RW). Dua Rukun Tetangga diantaranya adalah RT 01 dan RT
02 RW 18 Bojong Gede Indah, letaknya bersebelahan dengan Dusun atau
Kampung Kelapa Dua RT 01 RW 02.
Berdasarkan data kewarganegaraan, penduduk Desa Bojong Gede
berjumlah 28.284 orang terdiri dari laki-laki 17.631 orang dan perempuan 10.653
orang. Mayoritas penduduk beragama Islam yaitu 27.717 orang, Kristen 365
orang dan selebihnya menganut atau beragama lain, dengan bidang pembangunan
sarana peribadatan: 13 Masjid dan dua Mushollah.
Kelompok tenaga kerja cenderung berusia antara 27-56 tahun. Tingkat
pendidikan warga terdiri dari TK 2,34%, SD-SMA 87,03%, Diploma 7,37% dan
Sarjana 3,26%. Mata pencaharian penduduk cenderung berkisar sebagai karyawan
swasta atau wiraswasta, seperti pedagang, petani, buruh tani dan pertukangan.
Selebihnya sebagai pegawai pemerintah, seperti PNS, POLRI atau TNI dan
pensiunan.
37
Potensi Desa Bojong Gede dan Karakteristik Masyarakat Bojong Gede
Bojong Gede merupakan salah satu wilayah pusat perhatian developer
dalam bisnis perumahan dan menjadi incaran pihak tertentu dalam mencari hunian
tempat bermukim. Relatif mudahnya sarana transportasi, karena dekat dengan
stasiun kereta api, sehingga hal ini menjadi salahsatu alasan pula bagi para
developer mengiklankan bisnis tersebut antara lain lewat Billboard yang
terpancang di pinggir jalan atau pusat keramaian kota. Bojong Gede relatif lebih
dekat ke wilayah Bogor, secara geografis mendukung sebagai wilayah yang cukup
sejuk dan nyaman untuk beristirahat, belajar atau berkonsentrasi maupun
beraktivitas lainnya karena cukup jauh dari keramaian kota. Dua hal tersebut
cukup beralasan sebagaimana disampaikan oleh Bapak Zamhor, Sekretaris Desa
Bojong Gede bahwa Bojong Gede merupakan wilayah desa-kota karena semakin
padat penghuni perumahan juga dengan adanya lintasan kereta api Bogor, Depok
dan Jakarta Kota yang seakan memperdekat wilayah desa dan kota. Berbagai
peluang lainnya terbuka lebar seperti pebisnis mini market, agen suratkabar atau
media lainnya. Media massa pun eksis di tengah kehidupan masyarakat Desa
Bojong Gede sebagai alat komunikasi dan informasi, sehingga tidak tertutup
kemungkinan Infotainment merupakan informasi yang dapat menempati posisi
tertentu di hati penggemarnya.
Karakteristik Pemirsa Infotainment
Karakteristik demografis
Karakteristik merupakan kondisi atau keadaan pemirsa sebagai unit
analisis, meliputi karakteristik demografis terdiri dari jenis kelamin, umur,
pendidikan dan pekerjaan, serta karakteristik psikografis meliputi keterdedahan
pemirsa pada infotainment, pengalaman masa lalu dan frekuensi menonton atau
menerima infotainment. Karakteristik demografi dan psikografi ada
kecenderungan memiliki korelasi dengan persepsi pemirsa tentang infotainment
pada nilai informasi (mendidik dan menghibur atau memberikan pencerahan) dan
dayatarik format tayangan (dialog, narasi dan wawancara). Hasil analisis
menunjukkan, hanya jenis kelamin yang tidak terdapat asosiasi terhadap nilai
informasi dan dayatarik format tayangan infotainment. Data ini menunjukkan,
38
baik pemirsa pria maupun wanita pada dasarnya cenderung menganggap
infotainment sebagai informasi hiburan dan relatif menganggap setuju atau tidak
setuju infotainment memiliki nilai informasi dan tayangannya memuat atau tidak
memuat dayatarik format tayangan. Hal tersebut berhubungan dengan kedekatan
pemirsa dalam memaknai dan menafsirkan atau menginterpretasikan
(mempersepsi) sejauh mana memiliki kepentingan dan usaha dalam memenuhi
kebutuhan suatu informasi dari tayangan infotainment.
Sejalan dengan perkembangan media massa terutama pertelevisian di
Indonesia yang marak menayangkan infotainment dengan ragam format dan
penamaan masing-masing, memberi nuansa temuan hasil penelitian mengenai
persepsi pemirsa tentang tayangan infotainment di televisi, tidak terkecuali bagi
penghuni di perumahan Gaperi Bojong Gede Indah Rt 01 dan RT 02 RW 18 Desa
Bojong Gede, 200 meter ke arah Stasiun Kereta Api, Bojong Gede, Bogor.
Responden penelitian adalah warga perumahan Gaperi “Genteng Biru”
Bojong Gede Indah Rt 01 dan RT 02, Rw 18, letaknya berbatasan dengan warga
Kampung Kelapa Dua, Bojong Gede yang mayoritas warga betawi dan beragama
Islam. Kondisi ini memperlihatkan bauran karakteristik dari berbagai latar
belakang masyarakat dari wilayah nusantara, sebagai wilayah desa kota. Menurut
Koestoer (1997), di wilayah desa kota estimasi pertumbuhan penduduk yang
berasal dari migrasi dan permintaan kebutuhan perumahan perlu diperhatikan,
antara lain kepedulian masyarakat menuju lingkungan bersih terhadap harkat
hidup bersama melalui kesadaran perbaikan taraf hidup dalam memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Kondisi umum warga daerah perumahan wilayah desa
kota yang mengerti akan kualitas lingkungan yang baik sebagai pendorong
pembangunan yang positif terhadap dampak dan “tetesan” bagi wilayah
tetangganya.
Perumahan warga “Gaperi” merupakan lintas wilayah Bogor, Depok
hingga Kota Jakarta, sehingga merupakan bauran wilayah yang menguntungkan.
Untuk menjangkau wilayah ini, dalam kondisi stabil, dari arah Stasiun Kota dapat
ditempuh sekitar 30 menit menggunakan kereta api ekspres atau satu jam
menggunakan kereta api ekonomi. Sedangkan dari arah Bogor dapat ditempuh
sekitar 15 menit menggunakan kereta api ekonomi atau 45 menit menggunakan
39
mobil angkutan kota. Karakteristik masyarakat memperlihatkan logat bahasa serta
pergaulan sebagai bauran dari budaya Betawi, Sunda, Jawa, bahkan mewakili
provinsi wilayah Indonesia.
Hal yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat salah satunya terkait
dengan kebutuhan informasi yang terbuka yang sebagian diperjualbelikan lewat
media cetak pada transportasi kereta api lintas Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang
dan Bekasi (Jabodetabek). Penyebaran informasi dari media cetak maupun
elektronik seperti televisi di wilayah desa-kota yang heterogen, cukup rentan dan
diharapkan tetap terealisasi dan terkontrol oleh sumber media maupun pihak yang
terkait, sehingga setiap informasi dalam jaringan sosial diharapkan tetap dapat
memberikan dampak yang positif, seperti pengaruh berita infotainment yang
marak disajikan di televisi swasta.
Infotainment yang marak disajikan antara lain oleh tujuh stasiun televisi
swasta, kini makin gencar bersaing, hingga tahun 2009 tercatat ada lebih dari 17
televisi yang ada di Indonesia, di antaranya menyajikan tayangan infotainment
selama 15 jam atau dalam satu minggu lebih dari 210 episode (Silvana, 2008).
Keragaman format dan penamaan infotainment pun menunjukkan persaingan yang
kuat merebut rating tertinggi dari pemirsanya (Irianto 2009). Hal ini ditandai
dengan adanya beberapa tayangan yang dihentikan dan diganti dengan format dan
penamaan yang baru. Contoh, RCTI menyajikan infotainment dengan nama
“SILET JERITAN “ yang relatif tergolong tayangan baru. Isi pesannya antara lain
menggambarkan suka duka artis dalam mendidik dan merawat perkembangan
anaknya yang “autis” atau memiliki keterbelakangan fisik maupun mental.
Latar belakang pemirsa dari faktor umur, pendidikan, pekerjaan,
keterdedahan pada infotainment, pengalaman masa lalu pemirsa tentang
infotainment serta frekuensi pemirsa menonton atau menerima infotainment
memperlihatkan korelasi yang relatif bervariasi.
40
Tabel 2. Karakteristik Demografis Pemirsa Infotainment di Bojong Gede, Bogor, 2009
No.
Karakteristik Pemirsa
Kategori
Jumlah Jiwa Persen
1. Jenis Kelamin Laki-laki 21 26,25% Perempuan 59 73,75%
2. Umur > 20 tahun 17 21,25% > 30 tahun 21 26,25% >40 tahun 25 31,25% > 50 tahun 10 12,5% > 60 tahun 7 8,75% 3. Pendidikan Tamat SD 1 1,25% Tamat SMP 1 1,25% Tamat SMA 28 35% Diploma 20 25% Sarjana 30 37,5% 4. Pekerjaan Tidak Bekerja/Menganggur 4 5% Pelajar/Mahasiswa 5 6,25% Ibu Rumah Tangga 37 46,25% Karyawan Swasta/Wiraswasta 26 32,5% PNS/POLRI/TNI 8 10%
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan pemirsa
infotainment adalah ibu rumah tangga (37 dari 59 orang). Pendidikan ibu-ibu
rumah tangga ini terbesar adalah berkisar pada pendidikan SD-SMA (54,05%) dan
sarjana (16,22%) sisanya berpendidikan diploma (29,73%).
Karakteristik psikografis
Tabel 3 menunjukkan, bahwa sebanyak 80 pemirsa infotainment terdedah
dari media televisi. Beberapa pemirsa ada pula yang terdedah infotainment dari
media lain, di antara keterdedahannya dari media televisi tersebut yaitu dua orang
dari Radio, 33 orang dari Surat Kabar, 27 orang dari Majalah atau Tabloid, tujuh
orang dari Internet dan tidak ada yang terdedah dari Handphone.
Tujuh stasiun televisi swasta, yaitu RCTI, SCTV, TPI, ANTV, Indosiar,
Trans7 dan TransTV menyajikan 32 program infotainment dengan penamaan yang
berbeda dan enam kategori pilihan pada materi infotainment yang disenangi
pemirsa, yaitu perceraian atau perselingkuhan, pembunuhan, narkoba, karier, aksi
sosial dan materi lain-lain. Data menunjukkan bahwa sebanyak 26 pemirsa
menentukan pilihan materi yang disenangi adalah tentang perceraian atau
41
perselingkuhan. Beberapa pemirsa ada yang menyenangi beberapa materi
infotainment yang bervariasi di antara pilihan tersebut, yaitu 18 orang tentang
pembunuhan, 22 orang tentang narkoba, 45 orang tentang karier, 37 orang tentang
aksi sosial dan empat orang masing-masing pada pilihan materi lain-lain, yaitu
tentang politik, perkawinan, keluarga dan informasi yang utuh, yaitu berita tanpa
mengandung unsur hiburan.
Tabel 3. Keterdedahan dan Materi Infotainment yang Disenangi Pemirsa, Bojong Gede, 2009
Jumlah Pilihan Pemirsa Infotainment dan Media Massa
Jumlah Pilihan Pemirsa Pada Kesenangan Materi Infotainment
TV R SK M/T NET HP PC PB NKB Kr AS LL 80 2 33 27 7 _ 26 18 22 45 37 4
Ket: TV (televisi), R (radio), SK (Surat Kabar), M/T (Majalah/Tabloid, NET (Internet), HP (Handphone), PC (Perceraian/Perselingkuhan), PB (Pembunuhan), NKB (Narkoba), Kr (Karier), AS (Aksi Sosial), LL (Lain-lain)
Hubungan antara keterdedahan pemirsa pada infotainment 7 stasiun
televisi yang menyangkut enam kategori materi yang disenangi pemirsa tersebut
di atas, dengan frekuensi pemirsa menonton infotainment dalam seminggu (Tabel
4) dan pengalaman masa lalunya tentang infotainment, terkait dengan 32
penamaan tayangan (Tabel 5), menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4 menunjukkan bahwa kecenderungan dari 80 pemirsa menonton
infotainment televisi selama tujuh hari atau setiap hari dalam seminggu, yaitu
sebanyak 26 orang ibu rumah tangga (32,5%). Tabel 4. Frekuensi Pemirsa Menonton Infotainment dalam Seminggu, Bojong Gede, 2009
Hari Jumlah Persen % 1 hari 13 16,25 2 hari 14 17,5 3 hari 16 20 4 hari 6 7,5 5 hari 4 5 6 hari 1 1,25 7 hari 26 32,5
Jumlah 80 100,0% Dari tujuh stasiun televisi yang dipelajari ada sebanyak 32 penamaan
tayangan. Masing-masing penamaan dari tiap stasiun televisi tersebut adalah:
(1) RCTI: memiliki lima acara infotainment yaitu Go Spot, Kabar-Kabari, Cek &
Ricek , Silet dan Peri Gosip.
42
(2) SCTV: memiliki delapan acara infotainment yaitu Was-Was, Gosip Apa
Gosip, Otista, Kasak-Kusuk, Hot Shot, Hallo Selebriti, Bibir Plus dan Sketsa
Selebritis.
(3) TPI memiliki empat acara infotainment yaitu Kassel,Go Show, Kipas-Kipas
dan Sindanglaia.
(4) Antv memiliki empat acara infotainment yaitu Betis, Top Gosip, Mata-Mata
dan Bukan Gosip.
(5) Indosiar memiliki dua acara infotainment yaitu Kiss dan Sensor.
(6) Trans7 memiliki empat acara infotainment yaitu Star 7, Kabar Idola, Blow Up
dan
Klise.
(7) Trans TV memiliki lima acara infotainment yaitu Insert, Insert pagi, Insert
Sore,
Kroscek dan BEBI (Bebas Bicara).
Tabel 5 menunjukkan hasil studi bahwa sebanyak 10 pemirsa yang selalu
menonton Cek & Ricek dan 14 pemirsa selalu menonton Silet dari RCTI serta 10
pemirsa selalu menonton Insert Trans TV. Kecenderungan 61 pemirsa kadang-
kadang menonton Insert Trans TV dan 62 pemirsa kadang-kadang menonton
Cek&Ricek RCTI serta 60 pemirsa kadang-kadang menonton KISS dari Indosiar.
77 orang tidak pernah menonton Sindanglaia TPI, 76 orang tidak pernah
menonton Blow Up Trans 7, serta 75 orang tidak pernah menonton Kipas-Kipas
TPI dan 75 orang tidak pernah menonton BEBI (Bebas Bicara) Trans TV.
Tabel 5. Pengalaman Masa Lalu Pemirsa Pada Infotainment, Bojon Gede, 2009 Acara Infotainment
Televisi Pengalaman Masa Lalu
Selalu Kadang-Kadang Tidak Pernah 1. Cek & Ricek 10 62 2. Silet 14 3. Insert 10 61 3. Kiss 60 4. Sindanglaia 77 5. Blow up 76 6. Kipas-Kipas 75 7. Bebi (Bebas Bicara) 75
Persepsi Pemirsa Infotainment
Keterdedahan pemirsa pada infotainment televisi menunjukkan bahwa
setiap pemirsa secara bervariasi ada yang menyenangi infotainment tidak hanya
43
pada satu pilihan materi infotainment saja dari enam kategori pilihan materi
(Pc/Psl, PB, NKB, KR, AS, LL). Dilihat dari perbedaan karakteristik jenis
kelamin laki-laki dan perempuan yang menyenangi materi infotainment, secara
random diambil sampel 50% dari jumlah pemirsa laki-laki dan perempuan (10
orang dari 21 pemirsa laki-laki dan 30 orang dari 59 pemirsa perempuan),
menunjukkan hasil sebagai berikut:
Dari 10 pemirsa laki-laki dan 30 pemirsa perempuan, persentase 18 pilihan
pemirsa laki-laki yang menyenangi materi infotainment dari enam kategori pilihan
materi (Tabel 6), yaitu terbesar pada pilihan materi tentang karier dan aksi sosial,
masing-masing sebanyak lima pilihan (27,8%) dan sisanya tentang narkoba tiga
pilihan (16,6%), perceraian dan pembunuhan, masing-masing dua pilihan (11,1%)
dan satu pilihan materi lain-lain tentang perkawinan (5,6%). Sebanyak 64 Pilihan
pemirsa perempuan yang menyenangi materi infotainment, terbanyak adalah 22
pilihan (34,4%) berkisar tentang karier, selebihnya tentang aksi sosial 15 pilihan
(23,5%), perceraian 10 pilihan (15,6%), narkoba delapan pilihan (12,5%),
pembunuhan tujuh pilihan (10,9%) dan dua pilihan materi lain-lain tentang politik
(3,1%). Tabel 6. Materi Infotainment yang Disenangi Pemirsa Berdasarkan Jenis Kelamin, Bojong Gede,
2009 Jenis
Kelamin
Materi tayangan infotainment
Pc/Psl
%
PB
%
NKB
%
KR
%
AS
%
LL
%
Jml
%
Laki2 2 11,1 2 11,1 3 16,6 5 27,8 5 27,8 1 5,6 18 100
Peremp. 10 15,6 7 10,9 8 12,5 22 34,4 15 23,5 2 3,1 64 100
Ket: Pc/Psl (Perceraian/Perselingkuhan), PB (Pembunuhan), NKB (Narkoba), KR (Karier), AS (Aksi Sosial), LL (Lain-lain)
Dilihat dari umur pemirsa, sebanyak 18 pilihan pemirsa laki-laki yang
menyenangi materi infotainment (tabel 7), yang berumur >20 tahun terbanyak
2dua pilihan (66,7%) tentang aksi sosial, selebihnya tentang karier satu pilihan
(33,3%). Pemirsa yang berumur >30 tahun terbanyak dua pilihan (40%) tentang
narkoba, selebihnya tentang karier dan perceraian serta pembunuhan, masing-
masing satu pilihan (20%). Pemirsa yang berumur >40 tahun yaitu berkisar
tentang karier, aksi sosial dan materi tentang perkawinan, masing-masing satu
pilihan (33,3%). Pemirsa yang berumur >50 tahun terbanyak tentang karier dua
44
pilihan (33,2%) selebihnya aksi sosial, perceraian, pembunuhan dan narkoba,
masing-masing satu pilihan (16,7%). Pemirsa yang berumur >60 tahun hanya satu
pilihan (100%) materi tentang aksi sosial. Tabel 7. Materi Infotainment yang Disenangi Pemirsa Laki-Laki Berdasarkan Umur, Bojong Gede,
2009 Umur Materi tayangan infotainment
Pc/Psl %
PB %
NKB %
KR %
AS %
LL %
Jml %
>20 - - - - - - 1 33,3 2 66,7 - - 3 100>30 1 20 1 20 2 40 1 20 - - - - 5 100 >40 - - - - - - 1 33,3 1 33,3 1 33,3 3 100 >50 1 16,7 1 16,7 1 16,7 2 33,2 1 16,7 0 - 6 100 >60 0 - 0 - 0 - 0 - 1 100 0 - 1 100 Jumlah 2 11,1 2 11,1 3 16,7 5 27,8 5 27,8 1 5,5 18 100
Ket: Pc/ Psl (Perceraian/Perselingkuhan), PB (Pembunuhan), NKB (Narkoba), KR (Karier), AS (Aksi Sosial), LL (Lain-lain)
Sebanyak 63 pilihan pemirsa perempuan yang menyenangi materi
infotainment (Tabel 8), yang berumur >20 tahun yaitu terbesar enam pilihan
(37,5%) tentang karier, selebihnya tentang aksi sosial empat pilihan (25%),
perceraian tiga pilihan (18,75%), narkoba dua pilihan (12,5%) dan pembunuhan
satu pilihan (6,25%). Pemirsa yang berumur >30 tahun yaitu terbanyak tujuh
pilihan (31,8%) tentang karier, selebihnya tentang aksi sosial lima pilihan
(22,7%), perceraian empat pilihan (18,2%), pembunuhan tiga pilihan (13,6%),
narkoba dua pilihan (9,1%) dan materi lain-lain tentang politik satu pilihan
(4,6%). Pemirsa yang berumur >40 tahun yaitu terbanyak enam pilihan (37,5%)
tentang karier, sisanya tentang aksi sosial empat pilihan (25%), pembunuhan dan
narkoba masing-masing dua pilihan (12,5%), perceraian dan materi lain-lain yaitu
tentang politik masing-masing satu pilihan (6,25.%). Pemirsa yang berumur >50
tahun yaitu terbanyak tentang perceraian dan narkoba, masing-masing dua pilihan
(28,55%), selebihnya pembunuhan, karier dan aksi sosial, masing-masing satu
pilihan (14,3%). Pemirsa yang berumur >60 tahun hanya pada materi tentang aksi
sosial dan karier, masing-masing satu pilihan (50%).
45
Tabel 8. Materi Infotainment yang Disenangi Pemirsa Perempuan Berdasarkan Umur, Bojong Gede, 2009
Umur Materi tayangan infotainment Pc/Psl
% PB
%NKB
%KR
%AS
%LL
% Jml
%>20 3 18,75 1 6,25 2 12,5 6 37,5 4 25 - - 16 100 >30 4 18,2 3 13,6 2 9,1 7 31,8 5 22,7 1 4,6 22 100 >40 1 6,25 2 12,5 2 12,5 6 37,5 4 25 1 6,25 16 100 >50 2 28,55 1 14,3 2 28,55 1 14,3 1 14,3 - - 7 100 >60 - - - - - - 1 50 1 50 - - 2 100Jumlah 10 15,9 7 11,1 8 12,7 21 33,3 15 23,8 2 3,2 63 100
Ket: Pc/Psl (Perceraian/Perselingkuhan), PB (Pembunuhan), NKB (Narkoba), KR (Karier), AS (Aksi Sosial), LL (Lain-lain)
Sebanyak 18 pilihan pemirsa laki-laki yang menyenangi materi
infotainment (Tabel 9), yang berpendidikan SD-SMA yaitu terbanyak dua pilihan
(33,2.%) tentang narkoba, selebihnya tentang karier, aksi sosial, perceraian dan
pembunuhan, masing-masing satu pilihan (16,7%). Pemirsa yang berpendidikan
Diploma yaitu hanya satu pilihan (100%) pada materi karier. Pemirsa yang
berpendidikan Sarjana terbanyak empat pilihan (36,3%) yaitu tentang aksi sosial,
selebihnya tentang karier tiga pilihan (27,3%), perceraian, Pembunuhan, narkoba
dan materi lain-lain yaitu tentang perkawinan, masing-masing satu pilihan (9,1%). Tabel 9.. Materi Infotainment yang Disenangi Pemirsa Laki-Laki Berdasarkan Pendidikan, Bojong
Gede, 2009 Umur Materi tayangan infotainment
Pc/Psl %
PB %
NKB %
KR %
AS %
LL %
Jml %
SD-SMA 1 16,7 1 16,7 2 33,2 1 16,7 1 16,7 - - 6 100 DIPLOMA - - - - - - 1 100 - 0 - 0 1 100SARJANA 1 9,1 1 9,1 1 9,1 3 27,3 4 36,3 1 9,1 11 100Jumlah 2 11,1 2 11,1 3 16,6 5 27,8 5 27,8 1 5,6 18 100
Ket: Pc/Psl (Perceraian/Perselingkuhan), PB (Pembunuhan), NKB (Narkoba), KR (Karier), AS (Aksi Sosial), LL (Lain-lain)
Sebanyak 63 pilihan pemirsa perempuan yang menyenangi materi
infotainment (Tabel 10), yang berpendidikan SD-SMA yaitu terbanyak empat
pilihan (40%) tentang aksi sosial , selebihnya tentang karier tiga pilihan (30%),
narkoba, perceraian dan pembunuhan, masing-masing satu pilihan (10%).
Pemirsa yang berpendidikan Diploma terbanyak tujuh pilihan (29,1%) tentang
karier, selebihnya tentang perceraian, pembunuhan narkoba dan aksi sosial,
masing-masing empat pilihan (16,7%) dan materi lain-lain tentang politik satu
pilihan (4,1%) . Pemirsa yang berpendidikan Sarjana yaitu terbanyak sembilan
pilihan (31,1%) tentang karier, selebihnya tentang aksi sosial dan perceraian,
46
masing-masing tujuh pilihan (24,1%), narkoba tiga pilihan (10,3%), pembunuhan
dua pilihan (6,9%) dan materi lain-lain yaitu tentang politik satu pilihan (3,5%). Tabel 10. Materi Infotainment yang Disenangi Pemirsa Perempuan Berdasarkan Pendidikan,
Bojong Gede, 2009
Umur Materi tayangan infotainment
Pc/Psl %
PB %
NKB %
KR %
AS %
LL %
Jml %
SD-SMA 1 10 1 10 1 10 3 30 4 40 - - 10 100 DIPLOMA 4 16,7 4 16,7 4 16,7 7 29,1 4 16,7 1 4,1 24 100 SARJANA 7 24,1 2 6,9 3 10,3 9 31,1 7 24,1 1 3,5 29 100 Jumlah 12 19,1 7 11,1 8 12,7 19 30,2 15 23,8 2 3,1 63 100
Ket: Pc/Psl (Perceraian/Perselingkuhan), PB (Pembunuhan), NKB (Narkoba), KR (Karier), AS (Aksi Sosial), LL (Lain-lain)
Begitu juga berdasarkan pekerjaan pemirsa, sebagai berikut:
Sebanyak 18 pilihan pemirsa laki-laki yang menyenangi materi
infotainment (Tabel 11), yang tidak bekerja yaitu terbanyak dua pilihan (50%)
tentang narkoba, selebihnya tentang perceraian dan pembunuhan, masing-masing
satu pilihan (25%). Pemirsa pelajar atau mahasiswa dan ibu rumah tangga tidak
ada pilihan. Pemirsa karyawan swasta atau wiraswasta cenderung pada pilihan
materi tentang karier dan aksi sosial, masing-masing empat pilihan (33,4%),
selebihnya tentang pembunuhan, narkoba, perceraian dan materi lain-lain yaitu
tentang perkawinan, masing-masing satu pilihan (8,33%). Pemirsa pegawai negeri
sipil atau Polri maupun TNI hanya menyenangi materi pada pilihan tentang karier
dan aksi sosial, masing-masing satu pilihan (50%). Tabel 11. Materi Infotainment yang Disenangi Pemirsa Laki-Laki Berdasarkan Pekerjaan,
Bojong Gede, 2009
Umur Materi tayangan infotainment
Pc/Psl %
PB %
NKB %
KR %
AS %
LL %
Jml %
TB 1 25 1 25 2 50 - - - - - - 4 100 Pljr/Mhs - - - - - - - - - - - - - - IBU RT - - - - - - - - - - - - - - KSW/WRS 1 8,33 1 8,33 1 8,33 4 33,4 4 33,4 1 8,33 12 100 PNS/POLRI/TNI - - - - - - 1 50 1 50 0 - 2 100 Jumlah 2 11,1 2 11,1 3 16,7 5 27,8 5 27,8 1 5,5 18 100
Ket:TB (Tidak Bekerja), Pljr/Mhs (pelajar atau Mahasiswa), IBU RT (Ibu Rumah Tangga), KSW/WRS (Karyawan Swasta atau Wiraswasta), PNS/POLRI/TNI (Pegawai Negeri Sipil atau Polisi Republik Indonesia atau Tentara Nasional Indonesia), Pc/Psl (Perceraian atau Perselingkuhan), PB (Pembunuhan), NKB (Narkoba), KR (Karier), AS (Aksi Sosial), LL (Lain-lain)
Sebanyak 62 Pilihan pemirsa perempuan yang menyenangi materi
infotainment (Tabel 12), pemirsa yang tidak bekerja tidak memiliki pilihan.
Pemirsa pelajar atau mahasiswa cenderung pada pilihan materi tentang karier dan
47
aksi sosial, masing-masing tiga pilihan (30%), sisanya tentang pembunuhan dua
pilihan (20%), perceraian dan narkoba masing-masing satu pilihan (10%). Pemirsa
Ibu rumah tangga terbanyak delapan pilihan (28,6%) tentang karier, selebihnya
tentang perceraian enam pilihan (21,4%), aksi sosial lima pilihan (17,8%),
pembunuhan empat pilihan (14,3%), narkoba 3 pilihan (10,7%) dan materi lain-
lain tentang politik dua pilihan (7,2%). Pemirsa karyawan swasta atau wiraswasta
terbanyak delapan pilihan (42,1%) tentang karier, selebihnya tentang materi aksi
sosial enam pilihan (31,6%), pembunuhan dan narkoba masing-masing dua
pilihan (10,5%) dan perceraian satu pilihan (5,3%). Pemirsa Pegawai Negeri Sipil
atau Polri maupun TNI cenderung pada pilihan materi tentang narkoba dua pilihan
(40%), selebihnya tentang perceraian, pembunuhan dan aksi sosial, masing-
masing satu pilihan (20%). Tabel 12. Materi Infotainment yang Disenangi Pemirsa Perempuan Berdasarkan Pekerjaan,
Bojong Gede, 2009
Umur Materi tayangan infotainment
Pc/Psl %
PB %
NKB %
KR %
AS %
LL %
Jml %
TB - - - - - - - - - - - - - - Pljr/Mhs 1 10 2 20 1 10 3 30 3 30 - - 10 100 IBU RT 6 21,4 4 14,3 3 10,7 8 28,6 5 17,8 2 7,2 28 100 KSW/WRS 1 5,3 2 10,5 2 10,5 8 42,1 6 31,6 - - 19 100 PNS/POLRI/TNI 1 20 1 20 2 40 - - 1 20 - - 5 100 Jumlah 9 14,5 9 14,5 8 12,9 19 30,6 15 24,2 2 3,3 62 100 Ket: TB (Tidak Bekerja), Pljr/Mhs (pelajar atau Mahasiswa), IBU RT (Ibu Rumah Tangga),
KSW/WRS (Karyawan Swasta atau Wiraswasta), PNS/POLRI/TNI (Pegawai Negeri Sipil atau Polisi Republik Indonesia atau Tentara Nasional Indonesia), Pc/Psl (Perceraian atau Perselingkuhan), PB (Pembunuhan), NKB (Narkoba), Kr) (Karier), AS (Aks Sosial), LL (Lain-lain)
Hasil analisis korelasi rank Spearman (Tabel 13) menunjukkan bahwa
nilai koefisien korelasi yang terkait dengan materi dan peubah nilai informasi
bernilai positif (+), sementara dengan peubah dayatarik bernilai negatif (-). Hasil
pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai-p (0,008) untuk korelasi antara materi
dan nilai informasi lebih kecil dari (α=0,05) serta nilai-p (0,367) untuk korelasi
antara materi dan dayatarik lebih besar dari (α=0,05). Kesimpulan yang dapat
diambil adalah terdapat korelasi positif antara materi dan persepsi pemirsa tentang
nilai informasi suatu infotainment, dimana semakin banyak materi tayangan
infotainment yang ditonton seorang pemirsa, maka ia cenderung akan
menganggap bahwa tayangan infotainment memiliki nilai informasi. Tetapi, tidak
48
terdapat korelasi antara materi dan persepsi pemirsa tentang dayatarik format
tayangan infotainment.
Kecenderungan pemirsa (ibu rumah tangga) sejumlah 52,2% menganggap
infotainment memiliki nilai yang mendidik dan menghibur atau memberikan
pencerahan dan pemirsa karyawan swasta (53,8%) yang menganggap infotainment
tidak mendidik dan menghibur atau tidak mencerahkan pemirsa. Ada korelasi
nyata antara materi dan nilai informasi sebesar 0,268. Artinya, materi infotainment
seputar perceraian atau perselingkuhan, pembunuhan, narkoba, karier, aksi sosial
atau materi lainnya sebagai pilihan yang disenangi pemirsa menentukan nilai
suatu informasi infotainment, dengan demikian tentang materi tidak termasuk
peubah yang berdiri sendiri tetapi sudah menyatu dalam pembahasan tentang
peubah nilai informasi. Konsistensi atau objektivitas informasi menentukan
infotainment memiliki nilai informasi, sebagaimana hasil analisis pada Tabel 13
(lampiran) yang menunjukkan ada korelasi nyata antara peubah nilai informasi
dengan peubah dayatarik format tayangan infotainment sebesar 0,264. Artinya,
infotainment yang menyajikan materi tentang perceraian atau perselingkuhan,
pembunuhan, narkoba, karier, aksi sosial dan lain-lain, memiliki nilai informasi
yang mendidik dan menghibur atau memberikan nilai pencerahan dapat didukung
oleh objektivitas informasi, antara lain lewat narasinya dan pernyataan artis yang
bersangkutan lewat dialog atau hasil wawancara dengan pihak televisi
(wartawan). Materi yang disenangi pemirsa biasanya menentukan kedekatan
pemirsa dengan tayangan tersebut, sehingga bisa menentukan kekuatan
pemaknaan dan penafsiran atau interpretasi (persepsi) pemirsa tentang informasi
tersebut.
49
Tabel 13. Korelasi Peubah Umur, Pendidikan, Frekuensi, Pengalaman, Materi, Keterdedahan dan Persepsi Pemirsa tentang Nilai Informasi dan Daya Tarik Format Tayangan Infotainment, Bojong Gede, 2009
n=80 X
Y
Umur
Pendidikan
Keterdedahan
Frekuensi
Pengalaman
Materi
Y1 rho
sig
-0.131
0.123
-0.223*
0.023
0.158
0.081
0.456**
0.000
0.916**
0.000
0.268**
0.008
Y2 rho
sig
-0.389**
0.000
-0.059
0.301
-0.044
0.350
0.124
0.137
0.214*
0.028
-0.038
0.367
Uji satu sisi (one tailed), level 0.01** (korelasi sangat nyata-sangat kuat), level 0.05* (korelasi nyata-kuat) Ket: X= Karakteristik Responden, Y= Persepsi Pemirsa Infotainment, X1= nilai informasi,Yi=
dayatarik format tayangan, Rho=koefisien korelasi, sig=signifikansi
Kecenderungan korelasi selanjutnya antara peubah karakteristik
demografis dan psikografis pemirsa dengan persepsinya tentang nilai informasi
dan dayatarik format tayangan infotainment, dengan uji rank Spearman maupun
uji Chi-Square sebagai berikut:
Berdasarkan Peubah Jenis kelamin Tabel 14. Jenis Kelamin Pemirsa Infotainment dan Nilai Informasi, Bojong Gede, 2009
Jenis Kelamin Nilai Informasi Total Setuju Tidak Setuju
Laki-laki 16 (23,9%)
5 (38,5%)
21 (26,4%)
Perempuan 51 (76,1%)
8 (61,5%)
59 (73,6%)
Total 67 (100,0%)
13 (100,0%)
80 (100,0%)
Tabel 14 menunjukkan, hasil Uji Chi-Square nilai-p untuk pengujian
hipotesis adanya korelasi antara jenis kelamin pemirsa dan nilai informasi adalah
0,274 yang lebih besar dari α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi
pemirsa tentang ada atau tidaknya nilai informasi suatu tayangan infotainment
tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Pemirsa yang menganggap bahwa tayangan
infotainment memiliki nilai informasi mayoritas berjenis kelamin perempuan
(76,1%), demikian juga dengan pemirsa yang menganggap bahwa tayangan
Infotainment tidak memiliki nilai informasi didominasi oleh perempuan (61,5%).
50
Berkaitan dengan hasil penelitian, maka temuan ini menunjukkan adanya
kecenderungan, bahwa 37 orang pemirsa ibu rumah tangga dari 59 pemirsa
perempuan di Perumahan Gaperi Genteng Biru Rt 01 dan 02, Rw 18 memiliki
kedekatan dengan infotainment sehingga pemaknaan dan penafsiran (persepsi)
pemirsa tersebut lebih kuat tentang nilai informasi dibanding pemirsa lainnya.
Ada kecenderungan ibu rumah tangga menyenangi infotainment seputar gosip
selebritis atau public figure dan ada kecenderungan satu pemikiran untuk
“bergosip” dengan teman di sekitarnya. Bahan gosip terkait dengan topik yang
sedang hangat dibicarakan masyarakat atau yang diulas media seperti seputar
hubungan atau kehidupan artis, tetapi jarang membicarakan acara-acara yang
berjenis pendidikan. Hasil analisis menunjukkan, materi tentang karir cenderung
disenangi pemirsa perempuan yang mayoritas ibu rumah tangga, yaitu sebanyak
45 orang dan di antara pilihan tersebut ada yang juga menyenangi materi lain,
seperti 37 orang senang materi tentang aksi sosial, 26 orang tentang materi
perceraian atau perselingkuhan, 22 orang tentang narkoba, dan 4 orang masing
masing menyenangi materi tentang politik, pernikahan, keluarga dan materi yang
murni hanya mengandung nilai berita dan tidak mengandung nilai hiburan.
Berdasarkan Peubah Umur
Hasil analisis korelasi Rank Spearman (Tabel 13) menunjukkan bahwa
nilai koefisien korelasi peubah umur dan peubah nilai informasi bernilai negatif
(-) tetapi dari hasil pengujian hipotesis diperoleh hanya nilai-p (0,123) lebih besar
dari (α=0,05). Kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terdapat korelasi
antara umur penonton dan persepsi penonton tentang nilai informasi suatu
tayangan infotainment.
Dari hasil analisis di atas dapat diasumsikan, bahwa umur pemirsa
infotainment dari 20 tahun hingga di atas 60 tahun.Tujuh orang pemirsa (8,75.%)
berusia 60 tahun ke atas, terdiri dari laki-laki yang tidak bekerja dan ibu rumah
tangga. Pemirsa tersebut tergolong usia yang tidak produktif. Secara fisik maupun
psikis pemirsa memiliki keterbatasan pada kemampuan melihat, mendengarkan
maupun memahami tayangan infotainment. Kecenderungan 25 orang pemirsa
(31,25%) berusia 40 tahun ke atas, masih tergolong usia produktif. Sebagian
besar terdiri dari ibu rumah tangga. Kecenderungan ini memberikan gambaran
51
bahwa tidak adanya korelasi antara peubah umur dan peubah nilai informasi
dikarenakan kemampuan fisik maupun psikis sebagian pemirsa berkurang dalam
memahami nilai informasi infotainment karena kurang memiliki kedekatan
dengan infotainment tersebut sehingga tidak secara optimal bisa mempersepsi
nilai informasi. Kecenderungan pemirsa setuju infotainment sebagai hiburan atau
pemirsa kadang-kadang saja menonton infotainment hanya sekedar mengisi waktu
luang di antara pilihan tayangan informasi lainnya.
Berdasarkan Peubah Pendidikan
Hasil analisis korelasi Rank Spearman (Tabel 13) menunjukkan bahwa
nilai koefisien korelasi peubah pendidikan dan peubah nilai informasi bernilai
negatif (-) tetapi dari hasil pengujian hipotesis diperoleh hanya nilai-p (0,023)
untuk korelasi antara pendidikan dan nilai informasi yang lebih kecil dari
(α=0,05). Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat korelasi negatif antara
pendidikan penonton dan persepsi tentang ada tidaknya nilai informasi suatu
infotainment, dimana semakin tinggi pendidikan seorang penonton, maka ia
cenderung akan menganggap bahwa tayangan infotainment tidak memiliki nilai
informasi.
Sebanyak 30 orang (37,5%) dari 59 pemirsa perempuan berpendidikan
cenderung sarjana. Hasil analisis menunjukkan, dari 59 pemirsa perempuan
tersebut ditemukan 37 pemirsa ibu rumah tangga yang relatif memiliki waktu
luang untuk menonton infotainment, sedangkan sisanya 22 pemirsa merupakan
karyawan atau pegawai di lembaga (instansi tertentu) dan wiraswasta yang
kadang-kadang menonton infotainment. Keadaan ini menggambarkan bahwa
pemirsa tidak fokus menonton infotainment karena keterbatasan waktu dan
kedisiplinan kerja. Dari 37 pemirsa ibu rumah tangga, enam orang (16,22%)
berpendidikan sarjana dan 11 orang (29,73%) berpendidikan Diploma, sedangkan
kecenderungan 20 pemirsa lainnya (54,05%) berpendidikan SD sampai dengan
SMA. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi atau banyak memiliki
pengalaman dalam bidang tertentu biasanya memiliki tingkat kecerdasan yang
relatif lebih baik dalam menyerap atau menyeleksi suatu informasi secara objektif
dan terbuka dengan mempertimbangkan benar salah, baik-buruk, penting atau
tidak penting tentang sesuatu hal, sehingga bisa mempersepsi dan menempatkan
52
hal tersebut (infotainment) pada porsi yang sebenarnya. Bila melihat
kecenderungan 20 orang (54,05%) pemirsa ibu rumah tangga berpendidikan SD
sampai dengan SMA, dapat diasumsikan merupakan pemirsa yang tergolong
memiliki kedekatan dengan infotainment, sedangkan 6 orang ibu rumah tangga
sarjana dan 11 orang ibu rumah tangga berpendidikan diploma, merupakan
pemirsa yang tergolong relatif lebih objektif dan terbuka dalam mempersepsi
tayangan infotainment pada porsi yang sebenarnya, menyangkut nilai informasi
dan dayatarik format tayangan infotainment.
Berdasarkan hasil analisis ada korelasi nyata antara pendidikan dan nilai
informasi (korelasi negatif). Semakin tinggi pendidikan pemirsa semakin
mempersepsi infotainment tidak memiliki nilai informasi yaitu sebesar -0,223.
Dari temuan ini dapat diasumsikan, bahwa infotainment di 7 stasiun televisi
swasta cenderung dianggap pemirsa tidak memberikan nilai pendidikan dan
hiburan atau tidak mencerahkan pemirsa. Pemirsa menonton infotainment sekilas
atau sepintas atau tidak fokus sehingga tidak memiliki kedekatan dengan
infotainment, walau demikian pemirsa masih dapat menilai atau mempersepsi
nilai informasi infotainment.
Hasil analisis Tabel 13 (lampiran) menunjukkan bahwa ada korelasi nyata
antara nilai informasi dan dayatarik format tayangan sebesar 0,264. Sebagai
contoh; objektivitas nilai informasi infotainment didukung oleh dayatarik format
tayangannya (objektif tidaknya informasi tentang artis atau public figure tertentu
sebagaimana yang dinarasikan didukung oleh pernyataan artis tersebut lewat
dialog atau wawancara pihak televisi). Pemirsa infotainment yang cenderung
berpendidikan tinggi mempersepsi bahwa infotainment tidak memiliki nilai
informasi (tidak mencerahkan). Pemirsa golongan ini kurang kedekatannya
dengan infotainment. Pemirsa menonton tayangan infotainment kadang-kadang
saja, sekilas atau sepintas atau perhatian tidak fokus, sehingga dapat
menyampingkan dayatarik format tayangan. Perhatian pemirsa terpusat pada
informasi lain, dikarenakan pemirsa kurang atau tidak memiliki kepentingan atau
kebutuhan terhadap infotainment.
Putubuku (2008), memaparkan bahwa seseorang berperilaku karena
terdorong oleh kebutuhan. Fokusnya pada apa yang difikirkan, dilakukan dan
53
dirasakan oleh seseorang ketika mencari, menemukan dan menggunakan
informasi. Berkaitan dengan hal ini, maka pemirsa (ibu rumah tangga) berperilaku
menonton infotainment karena terdorong oleh kebutuhan informasi tentang
sesuatu hal. Pemirsa berdasarkan pengalamannya mencari atau memilih dan
menggunakan infotainment dari program televisi tertentu karena berfikir, bahwa
dari televisi tersebut bisa memenuhi kebutuhannya, sehingga ibu rumah tangga
berusaha melakukan segala sesuatunya, seperti melakukan perhatian terpusat pada
informasi seputar kehidupan artis atau publik figur yang sedang menjadi sorotan
televisi tersebut. Ibu rumah tangga mencari dukungan kepercayaan atau keyakinan
terhadap kebenaran informasi antara lain lewat pernyataan artis atau pihak lainnya
dalam dialog atau wawancara pihak televisi, sehingga mereka akan menilai suatu
informasi bagi dirinya maupun orang lain yang memiliki kepentingan dengan
informasi tersebut. Ibu rumah tangga memiliki kedekatan dengan informasi
tersebut dan merasa eksis di antara perbincangan pemirsa lainnya, bahkan meniru
sikap maupun perilaku artis yang diidolakan bila menghadapi hal yang sama.
Berdasarkan Peubah Pekerjaan Tabel 15. Jenis Pekerjaan Pemirsa Infotainment dan Nilai Informasi, Bojong Gede, 2009
Pekerjaan Nilai Informasi Total Setuju Tidak Setuju
Ibu rumah tangga 35 (52,2%)
2 (15,4%)
37 (46,3%)
Karyawan swasta 12 (17,9%)
7 (53,8%)
19 (23,7%)
Pelajar/Mahasiswa 4 (6,0%)
1 (7,7%)
5 (6,3%)
PNS 7 (10,4%)
1 (7,7%)
8 (10,0%)
Tidak bekerja/menganggur
5 (7,5%)
0 (0.0%)
5 (6,2%)
Wiraswasta 4 (6,0%)
2 (15,4%)
6 (7,5%)
Total 67 (100,0%)
13 (100,0%)
80 (100,0%)
Uji Chi-Square (Tabel 15) menunjukkan hasil bahwa nilai-p untuk
pengujian hipotesis di atas adalah 0,042 yang lebih kecil dari α (0,05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa persepsi penonton tentang ada atau tidak adanya nilai
informasi dalam tayangan infotainment dipengaruhi oleh jenis pekerjaan
penonton. Penonton yang menganggap bahwa tayangan infotainment memiliki
nilai informasi mayoritas merupakan ibu rumah tangga (52,2%), sementara
54
penonton yang menganggap bahwa tayangan Infotainment tidak memiliki nilai
informasi didominasi oleh penonton yang merupakan Karyawan Swasta (53,8%).
Telah disinggung sebelumnya, hasil observasi Depkominfo (2006)
menunjukkan bahwa persentase terbanyak (66,23%) pemirsa infotainment berada
pada rentang waktu menonton di siang hari, yaitu pada pukul 12.00-15.59 saat
gencar-gencarnya infotainment ditayangkan kepada kelas sosial menengah ke
bawah yang sebagian besar adalah ibu-ibu berusia di atas 35 tahun dan acap
diidentikkan dengan kebiasaan ngerumpi. Sedangkan pemirsa pria menonton pada
pagi hari yaitu di rentang waktu pukul 05.00-11.59.
Merujuk pada rentang waktu tersebut, responden ibu rumah tangga dalam
rentang waktu siang hari (12.00-15.59) acap kali sudah berada di rumah, setelah
melakukan aktivitasnya antara lain mengantar anak sekolah, sehingga bisa
menonton infotainment sambil memasak maupun membenahi rumah. Ibu rumah
tangga bisa lebih leluasa atau lebih memiliki waktu luang untuk menonton
infotainment dibanding pemirsa yang bekerja. Pria cenderung menonton
infotainment dalam rentang waktu pagi hari (05.00-11.59) sambil beranjak ke
tempat kerja.
Persepsi tentang daya tarik format tayangan Berdasarkan Peubah Jenis
kelamin
Hasil Uji Chi-Square (Tabel 16) menunjukkan bahwa nilai-p untuk
pengujian hipotesis di atas adalah 0,167 yang lebih besar dari α (0,05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa persepsi pemirsa tentang ada/tidaknya dayatarik format
tayangan pada infotainment tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin pemirsa. Pemirsa
yang menganggap bahwa tayangan infotainment memiliki atau memuat dayatarik
format tayangan mayoritas berjenis kelamin perempuan (81,1%). Tetapi, pemirsa
yang menganggap bahwa tayangan Infotainment tidak memiliki dayatarik format
tayangan juga didominasi oleh pemirsa yang berjenis kelamin perempuan
(67,4%).
Dari hasil analisis tersebut dapat diasumsikan, bahwa sebagian pemirsa
perempuan menganggap infotainment memiliki nilai informasi. Sehingga dalam
keseharian aktivitasnya mereka cenderung mencari informasi melalui infotainment
televisi dalam memenuhi kebutuhan suatu informasi. Akan tetapi sebagian dari
55
pemirsa perempuan tersebut menyampingkan perhatiannya pada dayatarik format
tayangan, sehingga mereka tidak bisa mempersepsi infotainment secara mendalam
yang terkait dengan format tayangan, meliputi dialog, narasi dan wawancara.
Telah disinggung sebelumnya bahwa hasil analisis menunjukkan ada
korelasi nyata antara peubah nilai informasi dan peubah dayatarik format
tayangan sebesar 0,264. Artinya, infotainment memiliki nilai informasi yang
nendidik dan menghibur atau memberikan nilai pencerahan dapat didukung oleh
objektivitas informasi antara lain lewat narasinya dan pernyataan artis tersebut
lewat dialog atau hasil wawancara pihak televisi. Tabel 16. Jenis Kelamin Pemirsa Infotainment dan Daya Tarik Format Tayangan, Bojong Gede
2009 Jenis Kelamin Daya Tarik Total
Setuju Tidak SetujuLaki-laki
7 (18,9%)
14 (32,6%)
21 (26,3%) Perempuan
30 (81,1%)
29 (67,4%)
59 (73,7%) Total
37 (100,0%)
43 (100,0%)
80 (100,0%) Berdasarkan Peubah Umur
Hasil analisis korelasi Rank Spearman (tabel 13) menunjukkan bahwa
nilai koefisien korelasi peubah umur dengan peubah dayatarik bernilai negatif,
tetapi dari hasil pengujian hipotesis diperoleh hanya nilai-p (0,000) untuk korelasi
antara umur dan dayatarik yang lebih kecil dari (α=0,05). Kesimpulan yang dapat
diambil adalah terdapat korelasi negatif antara umur penonton dan persepsinya
tentang ada tidaknya dayatarik suatu infotainment, dimana semakin tua seorang
penonton, maka ia cenderung akan menganggap bahwa tayangan infotainment
tidak memiliki atau memuat dayatarik format tayangan.
Temuan tersebut mempertegas kecenderungan pemirsa ibu rumah tangga
yang memiliki waktu luang menonton infotainment dan usia tergolong produktif
serta menyenangi infotainment, bisa lebih fokus memperhatikan atau memahami
dayatarik format tayangan seperti pada dialog atau wawancara yang memuat
pernyataan selebritis atau tokoh yang diidolakan. Pemirsa dapat lebih percaya
bahkan bisa mengikuti jejak tokoh, sebagai solusi bagi pemirsa bila menghadapi
hal yang sama (meniru jejak selebritis yang diidolakan). Hasil analisis
56
menunjukkan ada korelasi nyata antara umur pemirsa dan dayatarik format
tayangan. Tetapi korelasi tersebut bersifat negatif yaitu sebesar -0,389.
Telah disinggung sebelumnya, Lestari (2005) menyatakan, 56% penonton
wanita lebih menyukai tayangan yang bersifat emosional, seperti acara
infotainment yang menyuguhkan kasus-kasus atau masalah realita yang dihadapi
orang ternama atau selebritis. Wanita akan membicarakan kembali tayangan ini
dengan wanita dan bukan tidak mungkin bila mengalami masalah yang sama,
pemirsa akan menyelesaikan dengan cara yang dilakukan oleh selebritis yang
diidolakan.
Temuan tersebut mempertegas hasil analisis yang menunjukkan adanya
korelasi negatif antara umur pemirsa dan dayatarik format tayangan infotainment.
Semakin tinggi usia seseorang menganggap atau mempersepsi tayangan
infotainment tidak memiliki atau tidak memuat dayatarik format tayangan.
Kecenderungan pemirsa ibu rumah tangga yang memiliki waktu luang menonton
infotainment dan usia tergolong produktif serta menyenangi infotainment, bisa
lebih fokus memperhatikan atau memahami dayatarik format tayangan seperti
pada dialog atau wawancara yang memuat pernyataan selebritis atau tokoh yang
diidolakan. Pemirsa dapat lebih percaya bahkan bisa mengikuti jejak tokoh,
sebagai solusi bagi pemirsa bila menghadapi hal yang sama (meniru jejak
selebritis yang diidolakan).
Berdasarkan Peubah Pendidikan
Hasil analisis korelasi rank Spearman Tabel 13 (lampiran) menunjukkan
bahwa nilai koefisien korelasi peubah pendidikan dengan peubah dayatarik
bernilai negatif (-) tetapi dari hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai-p (0,301)
lebih besar dari (α=0,05). Kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terdapat
korelasi antara pendidikan penonton dan persepsi penonton tentang dayatarik
format tayangan infotainment.
Berdasarkan hasil analisis tidak ada korelasi antara pendidikan pemirsa
dengan dayatarik format tayangan. Dari temuan ini dapat diasumsikan, bahwa
pemirsa masih dapat menilai atau mempersepsi nilai informasi infotainment,
tetapi dapat terjadi pemirsa mengabaikan dayatarik format tayangan infotainment.
Selanjutnya, dari hasil penelitian ditemukan, tidak ada korelasi antara pendidikan
57
pemirsa dan dayatarik format tayangan infotainment yang menyangkut dialog,
narasi dan wawancara.
Berdasarkan Peubah Pekerjaan Tabel 17. Jenis Pekerjaan Pemirsa Infotainment dan Daya Tarik Format Tayangan, Bojong
Gede, 2009
Pekerjaan Daya Tarik Total Setuju Tidak Setuju
Ibu Rumah Tangga 16 (43,2%)
21 (48,8%)
37 (46,2%)
Karyawan Swasta 8 (21,6%)
11 (25,6%)
19 (23,7%)
Pelajar/Mahasiswa 4 (10,8%)
1 (2,2%)
5 (6,3%)
PNS 2 (5,4%)
6 (14,0%)
8 (10,0%)
Tidak Bekerja/Menganggur 3 (8,2%)
2 (4,7%)
5 (6,3%)
Wiraswasta 4 (10,8%)
2 (4,7%)
6 (7,5%)
Total 37 (100,0%)
43 (100,0%)
80 (100,0%)
Uji Chi-Square (Tabel 17) menunjukkan hasil bahwa nilai-p untuk
pengujian hipotesis di atas adalah 0,369 yang lebih besar dari (α=0,05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa persepsi penonton tentang ada atau tidak adanya
dayatarik format tayangan infotainment tidak dipengaruhi oleh jenis pekerjaan
penonton. Hasil analisis menunjukkan, 16 ibu rumah tangga (43,2%) menganggap
atau mempersepsi tayangan infotainment memiliki atau memuat dayatarik format
tayangan yang meliputi dialog narasi dan wawancara. Kecenderungan tujuh orang
karyawan swasta (53,8%) menganggap infotainment tidak memiliki nilai
informasi dan menyampingkan dayatarik format tayangan atau hanya 11 orang
(25,6%) dari 19 orang (23,8%) menganggap infotainment tidak memiliki dayatarik
format tayangan. Sisanya delapan pemirsa karyawan swasta (21,6%) menganggap
infotainment memiliki dayatarik format tayangan.
Perhatian pemirsa yang terfokus pada infotainment, terlebih pemirsa yang
menyenangi tayangan tersebut bisa memperkuat kedekatan atau persepsinya
terhadap infotainment baik menyangkut nilai informasi maupun dayatarik format
tayangan. Peluang laki-laki menonton infotainment lebih sempit karena terbatas
waktu dan pekerjaan, seperti karyawan swasta yang terikat pada disiplin kerja,
sehingga perhatian pada infotainment bisa terbagi bahkan menonton hanya sekilas
58
atau sepintas atau hanya untuk mengisi waktu luang. Hal tersebut mempengaruhi
persepsinya atau kedekatan pemirsa tersebut dengan infotainment baik
menyangkut nilai informasi maupun dayatarik format tayangan.
59
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat ditarik simpulan
sebagai berikut:
1. Karakteristik pemirsa infotainment adalah sebagian besar (73,75%) perempuan
yang berstatus ibu rumah tangga, berusia 40 tahun, rata-rata berpendidikan SD
dan tertinggi SMA, menonton infotainment setiap hari dalam satu minggu.
Dari tujuh stasiun televisi swasta, tayangan yang paling sering ditonton
pemirsa tersebut adalah Silet dan Cek & Ricek dari RCTI serta Insert dari
Trans tv.
2. Pemirsa ibu rumah tangga yang memiliki kedekatan dengan infotainment
menganggap tayangan infotainment memiliki nilai informasi yang
mencerahkan, yang didukung oleh konsistensi atau objektivitas informasi
melalui dialog, narasi dan wawancara, sebagai daya tarik format tayangan,
sehingga pemirsa menghendaki infotainment memiliki nilai informasi dan
memuat dayatarik format tayangan, karena masih ditemukan televisi swasta
menayangkan infotainment yang menyampingkan dayatarik format tayangan.
3. Karakteristik pemirsa; yaitu jenis kelamin tidak berkorelasi dengan nilai
informasi dan dayatarik format tayangan, umur pemirsa tidak berkorelasi
dengan nilai informasi, tetapi ada korelasi negatif dengan dayatarik format
tayangan, pendidikan pemirsa berkorelasi negatif dengan nilai informasi,
tetapi tidak berkorelasi dengan dayatarik format tayangan, keterdedahan
pemirsa tidak berkorelasi dengan nilai informasi dan dayatarik format
tayangan. Ada korelasi positif antara frekuensi pemirsa menonton dan nilai
informasi, tetapi tidak berkorelasi dengan dayatarik format tayangan dan
hanya karakteristik pekerjaan dan pengalaman masa lalu pemirsa yang
memiliki korelasi dengan nilai informasi dan dayatarik format tayangan.
Saran
1. Infotainment cenderung mendapat sorotan negatif dari beberapa kalangan
pemirsa, maka sewajarnya tayangan infotainment di televisi dibenahi atau
ditinjau ulang oleh berbagai pihak yang terkait.
60
2. Dayatarik format tayangan cenderung tidak berkorelasi dengan karakteristik
pemirsa infotainment, dengan demikian pihak televisi sebaiknya
meningkatkan format tayangan yang lebih menarik, antara lain dengan
meningkatkan nilai konsistensi atau objektivitas informasi agar infotainment
memiliki nilai pencerahan bagi pemirsa.
61
DAFTAR PUSTAKA
Asmira, D. 2006. Keterdedahan Iklan Di Televisi dan Perilaku Khalayak (tesis). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2008. Karakteristik Pendidikan. Jakarta. http://www.
datastatistik-indonesia.Com/content/view/607/607/. [19 Mei 2008]. Departemen Komunikasi dan Informatika. 2006. Menggugat Infotainment.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Dewan Pers. 2008. Standar Perusahaan Pers (makalah seminar). Jakarta: Dewan
Pers. Elia PM. 2008. Pengaruh Tayangan Televisi. Jakarta.
http://pepak.sabda.org/pustaka/071341/. [19 September 2008]. Febrian J. 2004. Komputer dan Teknologi Informasi. Jakarta: Penerbit
Informatika. Firdaus H. 2007. Memahami Lawan jenis Kita. Sukoharjo. http://rumahmimpi.blogspot.com/2007/04/memahami-lawan-jenis-kita.html.
[17 April 2007]. Gilang OA. 2005. Pengaruh Tayangan Kekerasan di Televisi terhadap Tawuran
Pelajar Jakarta, Analisi Mengenai Determinan Tawuran Pelajar (hasil penelitian). Jakarta: Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta.
Gumilar G. 2008. Menyikapi Tayangan di Televisi Indonesia.
http://www.gumilarcenter.com/makalah/tayangan%20di%20televisi.pdy.html. [19 Mei 2008].
Hanafiah M. 2007. Aktivitas Masyarakat. Jakarta. Kedaikopiserambinews.com. [7 Juni 2004]. Indosiar. 2008. Ramai-Ramai Artis Jadi Penyanyi (rundown program reality
#103). Jakarta: Indosiar. Irianto AM. 2009. Tayangan Infotainment 210 Episode Per Minggu. Depok.
http://forum.detik.com/showthread.php?t=17116. [ 17 April 2008]. Ishadi SK. 2006. Infotainment atau Acara tentang Gosip Seputar Artis maupun
Orang Terkenal (Makalah). Jawa Tengah: Komisi Penyiaran Indonesia. Jahi A. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara
Dunia Ke Tiga, Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.
62
Khairil. 1994. Hubungan Keterdedahan Petani Anggota Kelompencapir pada Siaran Pedesaan dari Radio dan Televisi dengan Pengetahuan Mereka tentang Diversifikasi Usahatani Di Kabupaten Bengkulu Utara (tesis). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Koestoer RH. 1997. Perspektif Lingkungan Desa-Kota. Teori dan Kasus. Jakarta:
Universitas Indonesia. (KPI) Komisi Penyiaran Indonesia. 2009. Dasar Pembentukan.
http: //www. kpi. go.id/index.php?lang=&etats=detailmenu&nid=13. [24 Februari 2009].
Lestari D. 2005. Pemenuhan Kebutuhan dan Penilaian Mahasiswa IISIP Jakarta
Yang Menonton Tayangan Infotainment Pada Televisi Swasta di Jakarta (skripsi). Jakarta: Fakultas Ilmu Komunikasi, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta.
Littlejohn SW. 1996. Theories Of Human Communication (terjemahan). Bandung:
UNPAD. Miler JS. 2008. Potensi Televisi Membawa Ilmu Sains ke Semua Masyarakat.
sains dan televisi.com. [23 Juni 2007]. Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Panjaitan E.L. 2006. Matinya Rating Televisi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Purwatiningsih, S.D. 2004. Motif Menonton Berita Kriminal Di Televisi dan
Pemenuhan Kebutuhan Informasi Audiens (tesis). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Putubuku. 2008. Informasi Dibutuhkan, Diinginkan, Diperlukan. Jakarta. http://iperpin.wordpress.com/tag/kebutuhan-informasi/. [11 Oktober 2008]. Rakhmat, J. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya CV. Rampes, C. 2009. Pojok Sekre Kere. Jakarta. http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=3765.0. [11 Agustus 2008]. Rasul, N. 2006. Fatwa Nahdatul Ulama tentang Pengharaman Infotainment. http://www.fajar.co.id.news.php?newsid=25920. [September 2006]. Ruri. 2009. Infotainment Dicari-Cari.
html:file://ben100\c\My Documents\The Unstopable Me INFOTAINMENT DICARI_CARI, DICARI.mht. [2 Januari 2009].
Salim A. 2002. Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.
63
Setiadi NJ. 2003. Perilaku Konsumen, Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Prenada Media.
Silvana TR. 2008. Aplikasi Filsafat dalam Ilmu Komunikasi. Bandung: Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Singarimbun M, Effendy S. 2006. Metode penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Sonny F. 2008. Perbedaan Mendasar Pria dan Wanita.
http://winningfamily.blogspot.com.html. [3 Juli 2008]. Soraya. 2008. Gosip, gosip, gosip.
http://soraya87.blogspot.com/2008/02/gosipgosipgosip.html. [Februari 2008].
Suryadi R. 2000. Hubungan Karakteristik dengan Persepsi dari Penyuluh dan
Petani Kecil tentang Kendala Berkomunikasi (tesis). Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Syahputra I. 2006. Jurnalistik Infotainment, Kancah Baru Jurnalistik dalam
Industri Televisi. Yogyakarta: Pilar Media. Unstopable M. 2008. Infotainment Dicari-cari.
http://rurumon.multiply.com/journal/item/27. [Januari 2009]. Uyanto SS. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wardana. 2006. Infotainment perbincangan Khususnya Ibu Rumah Tangga,
Seputar Masalah Perceraian Selebritis. Pikiran Rakyat. Bandung: Fakultas Ilmu Komunikasi, Unisba.
Yuniati V. 2008. Identifikasi Perbedaan Pola Gerakan Wanita dan Pria
Berumahtangga. http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbph-gdl-sl.
[16 Mei 2008].
64
LAMPIRAN
65
Lampiran 1. Peta Wilayah Desa Bojong Gede, Bogor
66
Lampiran 2. Peta Wilayah Kecamatan Bojong Gede, Bogor
67
Lampiran 3. HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Uji Validitas
( )( )( )[ ] ( )[ ]22222 ∑∑∑∑
∑∑∑−−
−=
YYnXXn
YXXYnri
ri = validitas item ke-i
n = banyaknya sampel
∑ X = total item ke-i
∑Y = total keseluruhan skor
Uji validitas Frekuensi, Keterdedahan dan Pengalaman Masa Lalu. Frekuensi dan Keterdedahan
Item Nilai r Keterangan
Keterdedahan 0.750 Valid
Frekuensi 0.864 Valid
Pengalaman Masa Lalu
Item No. Nilai r Keterangan Item No. Nilai r Keterangan
1 0.600 Valid 17 0.634 Valid
2 0.800 Valid 18 0.659 Valid
3 0.625 Valid 19 0.602 Valid
4 0.669 Valid 20 0.657 Valid
5 0.643 Valid 21 0.530 Valid
6 0.585 Valid 22 0.634 Valid
7 0.643 Valid 23 0.522 Valid
8 0.636 Valid 24 0.687 Valid
9 0.678 Valid 25 0.585 Valid
10 0.720 Valid 26 0.646 Valid
11 0.748 Valid 27 0.588 Valid
12 0.714 Valid 28 0.656 Valid
13 0.575 Valid 29 0.617 Valid
14 0.547 Valid 30 0.724 Valid
15 0.634 Valid 31 0.622 Valid
16 0.522 Valid 32 0.538 Valid
68
Lanjutan Lampiran 3
Uji Reliabilitas
⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
−⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−=
∑=
21
2
11 11 T
k
ii
s
s
kkr
r11 = reliabilitas kuesioner
k = banyaknya item 2is = variansi item ke-i
2Ts = variansi total skor
Reliability Statistics
.956 .965 85
Cronbach'sAlpha
Cronbach'sAlpha Based
onStandardized
Items N of Items
Descriptive Statistics
80 20.00 74.00 40.3125 12.02170 144.52180 1.00 7.00 4.1625 2.39432 5.73380
UmurFrekuensiValid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
69
Lanjutan Lampiran 3 Persepsi Penonton
Item No. Nilai r Keterangan Item No. Nilai r Keterangan
1 0.704 Valid 24 0.619 Valid
2 0.861 Valid 25 0.667 Valid
3 0.625 Valid 26 0.709 Valid
4 0.765 Valid 27 0.672 Valid
5 0.648 Valid 28 0.637 Valid
6 0.688 Valid 29 0.751 Valid
7 0.656 Valid 30 0.679 Valid
8 0.616 Valid 31 0.736 Valid
9 0.680 Valid 32 0.641 Valid
10 0.672 Valid 33 0.645 Valid
11 0.738 Valid 34 0.706 Valid
12 0.630 Valid 35 0.682 Valid
13 0.655 Valid 36 0.624 Valid
14 0.670 Valid 37 0.642 Valid
15 0.636 Valid 38 0.697 Valid
16 0.730 Valid 39 0.611 Valid
17 0.780 Valid 40 0.709 Valid
18 0.718 Valid 41 0.700 Valid
19 0.657 Valid 42 0.625 Valid
20 0.628 Valid 43 0.787 Valid
21 0.714 Valid 44 0.617 Valid
22 0.632 Valid 45 0.641 Valid
23 0.634 Valid
Daya Tarik Format Tayangan
Item No. Nilai r Keterangan
1 0.761 Valid
2 0.843 Valid
3 0.649 Valid
4 0.775 Valid
5 0.727 Valid
6 0.649 Valid
70
Lampiran 4. Rekapitulasi Variabel Penelitian
Tabel 2. Karakteristik demografis Pemirsa Infotainment di Bojong Gede, Bogor, 2009
No.
Karakteristik
Pemirsa
Kategori
Jumlah
Jiwa Persen
1. Jenis Kelamin Laki-laki 21 26,25%
Perempuan 59 73,75%
2. Umur > 20 tahun 17 21,25%
> 30 tahun 21 26,25%
>40 tahun 25 31,25%
> 50 tahun 10 12,5%
> 60 tahun 7 8,75%
3. Pendidikan Tamat SD 1 1,25%
Tamat SMP 1 1,25%
Tamat SMA 28 35%
Diploma 20 25%
Sarjana 30 37,5%
4. Pekerjaan Tidak Bekerja/Menganggur 4 5%
Pelajar/Mahasiswa 5 6,25%
Ibu Rumah Tangga 37 46,25%
Karyawan Swasta/Wiraswasta 26 32,5%
PNS/POLRI/TNI 8 10%
Karakteristik psikografis Tabel 3. Keterdedahan dan Materi Infotainment yang Disenangi Pemirsa, Bojong Gede, 2009.
Jumlah Pilihan Pemirsa Infotainment
dan Media Massa
Jumlah Pilihan Pemirsa Pada
Kesenangan Materi Infotainment
TV R SK M/T NET HP PC PB NKB Kr AS LL
80 2 33 27 7 _ 26 18 22 45 37 4
Ket : TV (televisi), R (radio), SK (Surat Kabar), M/T (Majalah/Tabloid, NET (Internet), HP (Handphone), PC (Perceraian/Perselingkuhan), PB (Pembunuhan), NKB (Narkoba), Kr (Karier), AS (Aksi Sosial),LL (Lain- lain).
71
Lanjutan Lampiran 4
Tabel 4. Frekuensi Pemirsa Menonton Infotainment Dalam Seminggu, Bojong
Gede, 2009. Hari Jumlah %
1 hari 13 16,25
2 hari 14 17,5
3 hari 16 20
4 hari 6 7,5
5 hari 4 5
6 hari 1 1,25
7 hari 26 32,5
Jumlah 80 100%
Tabel 5. Pengalaman Masa Lalu Pemirsa Pada Infotainment, Bojong Gede, 2009.
Acara Infotainment
Televisi
Pengalaman Masa Lalu pemirsa
Selalu Kadang-Kadang Tidak Pernah 1. Cek & Ricek 10 62 2. Silet 14 3. Insert 10 61 3. Kiss 60 4. Sindanglaia 77 5. Blow up 76 6. Kipas-Kipas 75 7. Bebi (Bebas Bicara) 75
72
Lanjutan Lampiran 4
Tabel 13. Korelasi Peubah Karakteristik dengan Peubah Persepsi
Correlations
1.000 -.064 .073 -.126 .145 .104 -.131 -.389**. .287 .261 .133 .100 .179 .123 .000
80 80 80 80 80 80 80 80-.064 1.000 -.369** -.186* -.268** .199* -.223* -.059.287 . .000 .049 .008 .038 .023 .301
80 80 80 80 80 80 80 80.073 -.369** 1.000 .478** .327** .076 .456** .124.261 .000 . .000 .002 .252 .000 .137
80 80 80 80 80 80 80 80-.126 -.186* .478** 1.000 .237* .188* .916** .214*.133 .049 .000 . .017 .047 .000 .028
80 80 80 80 80 80 80 80.145 -.268** .327** .237* 1.000 .201* .268** -.038.100 .008 .002 .017 . .037 .008 .367
80 80 80 80 80 80 80 80.104 .199* .076 .188* .201* 1.000 .158 -.044.179 .038 .252 .047 .037 . .081 .350
80 80 80 80 80 80 80 80-.131 -.223* .456** .916** .268** .158 1.000 .264**.123 .023 .000 .000 .008 .081 . .009
80 80 80 80 80 80 80 80-.389** -.059 .124 .214* -.038 -.044 .264** 1.000.000 .301 .137 .028 .367 .350 .009 .
80 80 80 80 80 80 80 80
Correlation CoefficienSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficienSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficienSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficienSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficienSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficienSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficienSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficienSig. (1-tailed)N
Umur
Pendidikan
Frekuensi
Pengalaman
Materi
Keterdedahan
Y1
Y2
Spearman's rhoUmur Pendidikan Frekuensi Pengalaman Materi Keterdedahan Y1 Y2
Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).**.
Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).*.
73
Lampiran 5. “Rundown” program REALITY # 103 (Program KISS Indosiar
(2008).
REALITY # 103 – Ramai-ramai artis jadi penyanyi PART I
1. HIGHLIGHT GEMPITA DUNIA HIBURAN/ KINI DIHIASI OLEH FENOMENA BARU// BERAMAI-RAMAI ARTIS SINETRON MENCOBA BIDANG BARU YAKNI MENJADI SEORANG PENYANYI// TIDAK MAIN-MAIN/ SEJUMLAH ARTIS BAHKAN SERIUS MENGGARAPNYA MENJADI SEBUAH ALBUM// SEBUT SAJA INTAN NURAINI// DENGAN PERCAYA DIRI/ INTAN BERANI MENGELUARKAN ALBUM PERTAMANYA “PENGUASA LELAKI”// BAHKAN DIKABARKAN PULA/ ADRIE SUBONO TERTANTANG SEBAGAI PRODUSER UNTUK MENGORBITKAN NAMA BINTANG SINETRON CANTIK/ USSY SULISTIOWATI// SEBELUMNYA BUNGA CITRA LESTARI TERBUKTI BERHASIL MERAMBAH DUNIA MENYANYI DENGAN MENELURKAN ALBUM SOUNDTRACK “CINTA PERTAMA”// BAHKAN FILM PERTAMA SEKALIGUS ALBUM PERTAMA “HEART” MENGGIRING IRWANSYAH DAN ACHA SEPTRIASA LANGSUNG SUKSES// SEDERET BINTANG MUDA PUN SEPERTI LATAH UNTUK MENERUSKAN KESUKSESAN ACHA DAN IRWANSYAH// MELLY GOESLAW TERBUKTI MAMPU MEMPOPULERKAN SEBUAH LAGU SEDERET BINTANG AKTING SEPERTI LAUDYA CHYNTIA BELLA/ AYUSHITA/ RAFFI AHMAD/ CHELSEA OLIVIA DAN DIMAS BECK DALAM “BUKAN BINTANG BIASA” SEBELUM DILUNCURKAN FILMYA// BENARKAH ADA BENANG MERAH ANTARA POPULARITAS SEORANG BINTANG DENGAN MENCOBA BIDANG BARU DI DUNIA HIBURAN YAKNI TARIK SUARA ?/ SEHINGGA DAPAT MENJAMIN SEBUAH KESUKSESAN ? // BENARKAH SETIAP MANUSIA MEMANG HARUS BERBUAT NEKAT/ JIKA IA MEMILIKI BAKAT TERPENDAM ? // DAN APAKAH BAGI SEORANG PRODUSER INI BISA DIKATAKAN SEBAGAI PROYEK PERTARUHAN ? //
2. OPENING TEASER
3. OPENING MC SELAMAT SORE/ PEMIRSA/ KEMBALI BERSAMA SAYA ARI WERDHANIE/ MENYUGUHKAN KISAH DIBALIK BERITA SELEBRITI YANG TERSAJI SECARA CERDAS DALAM REALITY// SEPERTI APA SEORANG SELEBRITI DIAKUI SEBAGAI SEORANG BINTANG ?/ TAMPAKNYA JAWABANNYA BAGI SEBAGIAN ORANG TIDAK SEBATAS MEREKA MEMILIKI SATU KEMAMPUAN// KINI/ SEBUAH FENOMENA KEMBALI MUNCUL/ DALAM RENTANG WAKTU YANG BERDEKATAN/ SELALU ADA SAJA SEORANG BINTANG AKTING MENCOBA DUNIA TARIK SUARA/ BAHKAN DIALBUMKAN// BUNGA CITRA LESTARI TERBUKTI BERHASIL MENUNJUKKAN KEMAMPUAN VOKALNYA/ SEBAGAI SISI LAINNYA SEBAGAI BINTANG AKTING// MASIH BANYAK SEDERET BINTANG LAGI YANG MENCOBA KEBERUNTUNGAN INI// TERMASUK INTAN NURAINI//
4. VT # 1 SEBUAH FENOMENA BARU MUNCUL DI DUNIA HIBURAN// KINI BUKANLAH SATU HAL YANG LANGKA JIKA DALAM RENTANG WAKTU YANG TIDAK LAMA/ SELALU ADA
74
Lanjutan Lampiran 5 SELEBRITI YANG DIKENAL BIASA BERAKTING/ MELUNCURKAN SEBUAH ALBUM TARIK SUARA// SEBUT SAJA INTAN NURAINI/ YANG MINGGU LALU/ MENGELUARKAN SEBUAH ALBUM SOLO BERTAJUK “PENGUASA LELAKI”/ DIMANA EMPAT LAGUNYA MERUPAKAN CIPTAANNYA SENDIRI// INTAN TAMPAKNYA SANGAT PERCAYA DIRI BAHWA BAKATNYA SELAIN BERAKTING INI/ AKAN MENOREHKAN SEBUAH NILAI TAMBAH DI MATA PENGGEMARNYA DI DUNIA HIBURAN// Stat. Intan Nuraini : 00:20 : MDV 4818 : Kalo buat aku nyanyi itu benar2 hal baru krn dr dulu utk nyanyi paling pas kumpul…karaoke bareng Stat. Intan Nuraini : 00:48 : MDV 4818 : Aku jd tahu klu ternyata utk nyanyi sendiri bs, lebih dr nyanyi di kamar mandi lho. Stat. Intan Nuraini : 02:05 : MDV 4818 : Krn slama ini aku mengerjakan album….dari mulai tenaga, waktu, uang jg. Stat. Intan Nuraini : 07:25 : MDV 4818 : Aku lg benar2 merangkak …agar musik aku disukai semua org. KENYATAAN YANG TERJADI/ TERJUN KE DUNIA TARIK SUARA BUKAN MENJADI SEBUAH AJANG COBA-COBA// SEORANG PRODUSER HARUS RELA MEMBIAYAI PROSES REKAMAN/ MEMPRODUKSI ALBUM BAHKAN SAMPAI PROMO UNTUK MEMPERKENALKAN PENYANYI BARUNYA TERSEBUT// LANGKAH BERANI INI TERBUKTI BERHASIL DIRAIH OLEH BUNGA CITRA LESTARI// NAMA BESARNYA DI DUNIA AKTING JUSTRU MENJADI FAKTOR KESEKIAN UNTUK MENUNJANG KESUKSESAN DI DUNIA TARIK SUARA// KESUKSESAN SEBAGAI PENYANYI YANG DIDAPATKAN BUNGA SEKARANG INI/ TAMPAKNYA SEBUAH PENILAIAN MURNI// BAHWA PENIKMAT MUSIK MEMANG MENGHAYATI SETIAP ALUNAN LAGUNYA DALAM ALBUM SOUNDTRACK “CINTA PERTAMA”// DAN GAUNG BUNGA SEBAGAI PENYANYI PUN SAMPAI MELANGLANG KE TELINGA WARGA INDONESIA YANG BERADA DI PERTH/ AUSTRALIA// Stat. Bunga Citra : 25:43:00: MDV 4750 : Apapun yg kita jalani berat…nyanyi dunia baru…rasa pengen tahu…semangat ada. Stat. Bunga Citra : 24:21:00 : MDV 4750 : fokusnya di nyanyi …org melihat aku…bagi-bagi seperti itu. Stat. Bunga Citra : 23:47:00 : MDV 4750 : Org lebih mengenal aku sbg Shanny…dikenal sbg apapun sbg masalah…nggak masalah.
5.HOOKER : AJI MUMPUNG ATAU TIDAK/ YANG JELAS TERJUN KE DUNIA TARIK SUARA BUKANLAH SEBUAH AJANG COBA-COBA// DARI SEDERET BINTANG AKTING YANG TERJUN KE DUNIA TARIK SUARA/ KEBANYAKAN DARI MEREKA MENGAKU TIDAK MAIN-MAIN DENGAN PROYEK BARUNYA TERSEBUT// KARENA INI MENYANGKUT SEBUAH PERTARUHAN//
6.ID OUT ==================================================== Part II
7. ID OUT 8. VT 2
75
Lanjutan Lampiran 5
POPULARITAS MEMANG TIDAK BISA DITAMPIK SEBAGAI AJI MUMPUNG SEORANG BINTANG SINETRON MENJAJAL DUNIA TARIK SUARA// KARENA MEREKA TIDAK PERLU REPOT-REPOT MEMPERKENALKAN DIRI// TOH/ WAJAH-WAJAH MEREKA SUDAH TIDAK ASING LAGI DI LAYAR KACA// NAMUN BISA JADI/ BEBAN JUSTRU SEMAKIN BERAT// KARENA PASTINYA MEREKA TIDAK INGIN PUBLIK HANYA MELIRIK BAKATNYA SEBELAH MATA// Stat. Intan : 01:23 : MDV 4818 : Klu menurut aku dibilang aji mumpung atau gak ya itu tergantung dr opini org. Cuma memang krn aku dari awal…itu gak maen2 juga Stat. Intan : 13 :00 : MDV 4818 : Semuanya pasti ada resikonya. Itu harus sudah diperhitungkan begitu memulai hal yg baru….krn menurut aku semuanya ada manfaatnya krn kita ngelakuin. Stat. Bunga Citra : 18:04 : MDV 4657 : Masalah fisik…first impression…melihat dulu…berapa lama sih bertahan…tapi yg diperlihatkan dari dalam dikenalin. APA YANG DIUNGKAPKAN OLEH BUNGA/ TAMPAKNYA BENAR// BAHWA PESONA FISIK/ HANYALAH SEDIKIT DARI FAKTOR KEBERUNTUNGAN PARA BINTANG AKTING TURUN KE DUNIA TARIK SUARA// YANG TERPENTING BAGAIMANA BAKAT BERNYANYI YANG SUDAH DIMILIKI TERASAH// NAMUN BAGI MUSISI MELLY GOESLAW/ POPULARITAS DIANGGAP BISA DIJADIKAN NILAI TERSENDIRI// IA YANG SEDANG MEMPRODUSERI SEBUAH FILM MUSIKAL YAKIN BISA MEMBENTUK SOSOK LAUDYA CHYNTIA BELLA/ RAFFI AHMAD/ DIMAS BECK/ AYUSHITA DAN CHELSEA OLIVIA MENJADI BUKAN BINTANG BIASA// BISA BERAKTING SEKALIGUS BERNYANYI// Stat. Melly : MDV 4728 : 10:00:00 : BBB obsesi saya dari tiga tahun yg lalu…sangat banyak amat kekurangan…sy pengen…kenapa sih gak ada di Indonesia…ini bukan jual tampang. Stat. Melly : MDV 4728 : 10 :53:00 : Awalnya sama pas2…ada …gimana nyanyi, tari…pemirsa gitu. Stat. Melly : MDV 4728 : 11:38:00 : Sebuah langkah besar jadi bintang besar jd bintang besar…mereka harus punya sesuatu…memilihnya. Stat. Laudya : MDV 3373 : 11:37:00 : Saya benar 2 dr nol…dan orang2 di belakang…jd bermotivasi…gw jg harus bisa. Stat. Dimas Beck : MDV 3373 : 24:15:00 : Kita baru coba itu…tetap kita terusin. AJI MUMPUNG ATAU TIDAK/ TAMPAKNYA SEBUAH KEBERUNTUNGAN LAIN DI INDUSTRI HIBURAN SEDANG DIRAIH KARENA POPULARITAS NAMA// SELAIN NAMA BUNGA CITRA LESTARI/ ACHA DAN IRWANSYAH ADALAH NAMA LAIN YANG TERBUKTI SUKSES DI DUNIA TARIK SUARA// KEMAMPUAN VOKAL DISESUAIKAN DENGAN LAGU// ENTAH MENGEKOR ATAU TIDAK/ DWI ANDHIKA/ VICKY NITINEGORO/ ROGER DANUARTA DAN SEDERET BINTANG SINETRON LAINNYA PUN SEDANG MENGGODOK SEBUAH ALBUM KOMPILASI// PADAHAL SEBELUMNYA DWI ANDHIKA PERNAH GAGAL MEWUJUDKAN PROYEK ALBUM TRIO// Stat. Dwi Andika : 28:18:00 : MDV 4291 : Sebelumnya ada proyek nyanyi bertiga…gagal…mencoba lagi. Stat. Dwi Andika : MDV 4291 : 28:50:00 : Punya bakat…narsisnya pengen punya bakat di nyanyi. Stat. Roger : 16:10:00 : MDV 4291 : Awal2nya baru mengenal. (Just it)
76
Lanjutan Lampiran 5 Stat. Roger : 15:11:00 : MDV 4291 : Yg buat gw tertarik jd pengalaman berharga…pembuat lagu…guru vokal…bagus2…pengalaman. Stat. Roger : 17:13:00 : MDV 4291 : Dari dulu gak pedean…tp mereka tertarik…berlatih intensif…bagus. Stat. Dwi Andika : MDV 4291 : Tudingan aji mumpung…ada kesempatan kenapa harus diabaikan…mencoba2 bertanggung jawab. 42:11:00 : Dwi Andhika nyanyi JIKA DWI ANDHIKA MERASA PERCAYA DIRI BAHWA IA MEMANG SUDAH MEMILIKI BAKAT MENYANYI/ SEHINGGA AJI MUMPUNG DIANGGAPNYA SEBAGAI SESUATU YANG HARUS DIPERTANGGUNGJAWABKAN// ANDHIKA PRATAMA/ BINTANG AKTING YANG MENYUMBANGKAN SUARANYA DALAM ALBUM SOUNDTRACK “LOVE IS CINTA” ADALAH SOSOK YANG JUGA PATUT DIPERHITUNGKAN// SEBELUM TERJUN DI AKTING/ COWOK INI ADALAH SEORANG PENYANYI KAFE// SEHINGGA DUNIA TARIK SUARA BUKANLAH SESUATU YANG BARU BAGINYA// Stat. Andhika Pratama : MDV 4818 : 23:18 : prinsip aku menerima apa yg dikasih..nyanyi banyak aku syukuri..skrg berlipat2 dr nyanyi..aku mikir masa dpn aku Stat. Andhika Pratama : MDV 4818 : 25:32 : aku ga mau banggain diri aku bisa nyanyi..aku tau potensi aku..aku bisa tekunin selain akting.. Stat. Andhika Pratama : MDV 4818 : 26:17 : mgkin waktu promo aku disuruh nyanyi..sama ga rekaman dg live..nunjukkin aku bisa nyanyi..(dicut aja klu over) Stat. Andhika Pratama : MDV 4818 : 32:02 : ga papa..aji mumpung..kl didengerin trs kpn kita maju..jk pny mental kuat bersaing..kl org bilang aji mumpng terserah.. Andhika Pratama nyanyi… 9. Hooker PESONA FISIK DIAKUI SEBAGAI POIN AWAL YANG SUDAH DIMILIKI SEORANG BINTANG AKTING MENJADI PENYANYI// BAGAI HUKUM ALAM/ TINGGAL BAGAIMANA PUBLIK MENILAI/ APAKAH MEREKA BETUL-BETUL MEMILIKI POTENSI SUARA ? ATAU PUBLIK HANYA SEKEDAR MENYUKAI LAGUNYA// BENARKAH PROYEK ALBUM SEORANG BINTANG AKTING DIHADAPKAN PADA SEBUAH RESIKO DI MATA SEORANG PRODUSER ?// DAN APAKAH MANUSIA SENDIRI HARUS MENYALURKAN BAKATNYA JIKA MERASA MAMPU ? //
10. 1D OUT
================================================
PART III
11. ID IN 12. VT
DARI MASA KE MASA/ DIAKUI SELALU ADA SAJA BINTANG AKTING YANG MENCOBA KEBERUNTUNGAN DI DUNIA TARIK SUARA// ADA YANG BERHASIL/ ADA YANG
77
Lanjutan Lampiran 5 KESANNYA LEWAT BEGITU SAJA// JIKA DULU KITA MENGENAL MERIEM BELLINA/ SEBAGAI BINTANG AKTING BERBAKAT YANG JUGA CUKUP SUKSES DI DUNIA TARIK SUARA/ JUGA DEASY RATNASARI YANG BOOMING DENGAN LAGU ‘TENDA BIRUNYA”/ MUNGKIN KITA TERLEWATKAN DENGAN SOSOK HAPPY SALMA DAN LYRA VIRNA// DUA PEREMPUAN CANTIK INI PERNAH IKUT MENYUMBANG SUARANYA DALAM ALBUM KOMPILASI SUKMA AYU// SAAT ITU/ APAKAH MEREKA MENGANGGAP SUKSES DI DUNIA TARIK SUARA ? / ATAUKAH HANYA SEKEDAR UNTUK KEPUASAN SEMATA ? // BAGAIMANA PULA PANDANGAN IBU TIGA ANAK/ VENNA MELINDA/ YANG JUGA AKAN MELUNCURKAN ALBUM KEDUANYA ? // Stat. Venna Melinda : 04:10: MDV 4832 : Kalo2 tiba2 ingin nyanyi….selalu dgn lagu org. Stat. Venna Melinda : 07:49 : MDV 4832 : Yg paling nggak bisa awalnya nyanyi. Yg bisa menari & acting….les sana-sn\ini…krn memang bukan penyanyi. Stat. Venna Melinda : 09:39 : MDV 4832 : Org yg bingung/ underestimate ma aku…kalo saya bego…ya ajari aku Stat. Venna Melinda : 08:23 : MDV 4832 : Aku punya prinsip, lebih baik org rajin meskipun bakatnya sedikit. Stat. Happy Salma : 15:27 : MDV 4857 : Kesannya setengah2 memang…jadi aku belum mampu punya album sendiri. Klo kompilasi tanggungjawabnya jg blum begitu aku berikan. Stat. Happy Salma : 19:38 : MDV 4857 : Akhirnya bs diterima apa gak ya seleksi alam. Selama memang banyak mewarnai dunia hiburan kita kenapa gak ?. DAN SEPERTINYA/ HARUS ADA PERTIMBANGAN KHUSUS BAGI SEORANG PRODUSER UNTUK MENCETAK SEORANG PENYANYI DARI SEORANG BINTANG AKTING// JANGAN SAMPAI PROYEK ALBUM HANYA SEKEDAR COBA-COBA/ KARENA SUDAH YAKIN BAHWA FISIK MENARIK BISA DIJUAL// LALU APA PANDANGAN YOVIE TENTANG FENOMENA BINTANG AKTING MENCOBA DUNIA TARIK SUARA BAHKAN DIALBUMKAN ? // APAKAH MENURUTNYA HAL ITU MERUPAKAN PROYEK PERTARUHAN ? // Stat. Yovie : 18:09 : MDV 4808 : Yg bermasalah ketika sebenarnya klu penyanyi2 tdk potensial trus ketika membohongi diri untuk kita produksi…klu industrinya sih sah2 aja ketika seorang yg tdk terlalu bisa menyanyi dibuat. Krn setiap org punya hak asasi utk menyanyi. Stat. Yovie : 18:43 : MDV 4808 : Saya contohkan. Ada penyanyi yg memang harus ditingkatkan lg. Tapi dia punya karakter seperti bunga + agnes…walaupun dia mau sinetron/film…kalo bagus ya…bagus. Stat. Rhenal Khasali : 00:59: MDV 4844 : Pasar kita memang membeli org. Stat. Rhenald Khasali : 01:08 : MDV 4844 : Pasar itu sendiri memang menyukai org dan yg paling penting org itu punya cerita….org2 itu dreamer. Stat. Rhenald Khasali : 04:29 : MDV 4844 : Dua2nya nilai plus dan aji mumpung….krn produk lifecycle skrg sanagt pendek.
13. CLOSING MC DUNIA HIBURAN IBARAT PUTARAN RODA// TIDAK SELAMANYA DUNIA AKTING MEMBAWA KEBERUNTUNGAN// DAN TIDAK ADA YANG SALAH/ JIKA BAGI BEBERAPA SELEBRITI/ KEBERUNTUNGAN DI DUNIA TARIK SUARA DICOBANYA// PERTARUHANNYA/ BISA JADI ADA YANG SUKSES DI KEDUA-DUANYA// AKTING DAN NYANYI// ATAU SALAH SATUNYA/ TETAP TENAR DI
78
Lanjutan Lampiran 5 AKTING ATAU MENYANYI// ATAU MUNGKIN SAJA/ KARENA SEMUA DIANGGAP COBA-COBA/ TIDAK ADA SATUPUN BIDANG YANG SUKSES DIRAIHNYA// ANDA BISA MENGIKUTI KUIS DENGAN MENJAWAB PERTANYAAN :
SIAPAKAH MANTAN KEKASIH SAHRUL GUNAWAN YANG SEDANG MENCOBA DUNIA TARIK SUARA ? A. INTAN NURAINI B. ACHA SEPTRIASA C. BUNGA CITRA LESTARI
KAMI TUNGGU JAWABAN ANDA HARI INI LEWAT NO. FAX (021) 565-8095// HADIAH 500 RIBU RUPIAH UNTUK DUA ORANG PEMENANG DIPERSEMBAHKAN OLEH// VT OBH TROPICA PLUS DAN INILAH PEMENANG KUIS MINGGU LALU VT PEMENANG SMS POLLING SAYA ARIE WERDHANI MOHON DIRI/ TERIMAKASIH ATAS PERHATIAN ANDA//
REALITY/ AKAN HADIR BERSAMA ANDA SETIAP SABTU/ PUKUL 16.00 WIB/
MENYIMAK KISAH DIBALIK BERITA SELEBRITI/ HANYA DI INDOSIAR //
79
Lampiran 6
Kuesioner Penelitian
Tanggal : ……………….
No. Responden : ……………….
PERSEPSI PEMIRSA TENTANG TAYANGAN INFOTAINMENT DI TELEVISI
(Kasus Pemirsa di Bojong Gede, Bogor)
Petunjuk Pengisian Kuesioner : 1. Berilah tanda silang (x) pada setiap jawaban yang menurut
bapak/ibu/saudara paling tepat. 2. Isilah titik-titik kosong (………) dan beri tanda √ pada jawaban anda
dalam tabel yang paling sesuai dengan pendapat anda. 3. Kejujuran bapak/ibu/saudara dalam mengisi kuesioner sangat mendukung
penelitian ini. Atas kesediaan bapak/ibu/saudara mengisi kuesioner ini diucapkan terimakasih.
Identitas Pemirsa/Responden
Nama Responden : ........................................................................ Jenis Kelamin : L/P Alamat : ................................................................................................. RT/Rw ................................ Desa ........................................... Kecamatan ................................. Kab/Kota ............................
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
80
Lanjutan Lampiran 6
BAGIAN I
Karakteristik Demografis 1. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan 2. Umur : ………………………. Thn. 3. Pendidikan responden 1. tamat SD 2. Tamat SMP 3. Tamat SMA 4. Diploma 5. Sarjana 4. Pekerjaan : 1. Pelajar atau Mahasiswa 5. Ibu Rumah Tangga 2. Karyawan Swasta 6. Wiraswasta 3. PNS 7. Tidak bekerja atau menganggur 4. TNI atau Polri
BAGIAN II
Karakteristik Psikografis Bapak/ibu/saudara menerima infotainment (informasi seputar kehidupan selebritis atau public figure) dari media apa saja ? .…………………………………………………………………………………… Jika Bapak/Ibu/saudara menonton infotainment dari televisi, berapa hari kecenderungan menonton tayangan tersebut dalam seminggu ? ………………….. Materi tentang apa saja yang bapak/ibu/saudara senangi dari tayangan infotainment ? (boleh lebih dari satu): (1) Perceraian; (2) Pembunuhan; (3) narkoba; (4) karier; (5) aksi sosial atau lainnya (…………………………………). Apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah melihat tayangan infotainment berikut ini ? (beri tanda √ pada jawaban yang dipilih). No. Acara Infotainment selalu kadang-kadang tdk. pernah
1. RCTI : Go Spot 2. Kabar-Kabari 3. Cek & Ricek 4. Silet 5. Peri Gosip 6. SCTV : Was-Was 7. Gosip Apa Gosip 8. OTISTA 9. Kasak-Kusuk
10. Hot Shot 11. Hallo Selebriti 12. Bibir Plus 13. Sketsa Selebritis 14. TPI : Kassel 15. Go Show 16. KIPAS-KIPAS 17. SINDANGLAIA
81
No Acara Infotainment selalu kadang-kadang Tdk. pernah 18. ANTV : BETIS 19. TOP GOSIP 20. MATA-MATA 21. BUKAN GOSIP 22. Indosiar : KISS
23. Sensor 24. Trans 7 : Star 7 25. Kabar Idola 26. Blow Up 27. Klise
28. Trans TV : Insert 29. Insert pagi 30. Insert Sore 31. Kroscek 32. BEBI (Bebas Bicara)
BAGIAN III
Persepsi Responden Nilai informasi Beri tanda √ pada jawaban yang anda pilih. No Pernyataan 5 4 3 2 1 1. Isi tayangan Go Spot di acara RCTI
sudah baik.
2. Isi tayangan Kabar-Kabari di acara RCTI sudah baik.
3. Isi tayangan Cek&Ricek di acara RCTI tidak baik.
4. Isi tayangan Silet di acara RCTI sudah baik.
5. Isi tayangan Peri Gosip di acara RCTI sudah baik.
6. Isi tayangan Was-Was di acara SCTV sudah baik.
7. Isi tayangan Gosip apa Gosip di acara SCTV sudah baik.
8. Isi tayangan OTISTA di acara SCTV sudah baik.
9. Isi tayangan Kasak-Kusuk di acara SCTV tidak baik.
10. Isi tayangan Hot Shot di acara SCTV sudah baik.
Keterangan : 5 = sangat setuju; 4 = setuju; 3 = kurang setuju; 2 = tidak setuju; 1 = sangat tidak setuju.
82
No Pernyataan 5 4 3 2 1 11. Isi tayangan Hallo Selebriti di acara
SCTV sudah baik.
12. Isi tayangan Bibir Plus di acara SCTV sudah baik.
13. Isi tayangan Sketsa Selebritis di acara SCTV sudah baik.
14. Isi tayangan Kassel di acara TPI sudah baik.
15. Isi tayangan Go Show di acara TPI sudah baik.
16. Isi tayangan Kipas-Kipas di acara TPI sudah baik.
17. Isi tayangan Sindanglaia di acara TPI sudah baik.
18. Isi tayangan BETIS di acara Antv sudah baik.
19. Isi tayangan TOP Gosip di acara Antv sudah baik.
20. Isi tayangan Mata-Mata di acara Antv sudah baik.
21. Isi tayangan Bukan Gosip di acara Antv sudah baik.
22. Isi tayangan KISS di acara Indosiar sudah baik.
23. Isi tayangan Sensor di acara Indosiar sudah baik.
24. Isi tayangan Star 7 di acara TRANS 7 sudah baik.
25. Isi tayangan Kabar Idola di acara TRANS 7 sudah baik.
26. Isi tayangan Blow Up di acara TRANS 7 sudah baik.
27. Isi tayangan Klise di acara TRANS 7 sudah baik.
28. Isi tayangan Insert di acara Trans TV sudah baik.
29. Isi tayangan Insert pagi di acara Trans TV sudah baik.
30. Isi tayangan Insert Sore di acara Trans TV tidak baik.
31. Isi tayangan Kroscek di acara Trans TV sudah baik.
32. Isi tayangan BEBI (Bebas Bicara), di acara Trans TV sudah baik.
Keterangan : 5 = sangat setuju; 4 = setuju; 3 = kurang setuju; 2 = tidak setuju; 1 = sangat tidak setuju.
83
No Pernyataan 5 4 3 2 1 33. Isi tayangan infotainment di televisi
swasta bersifat dinamis, mengandung kebenaran dan dapat dibuktikan oleh siapa saja dan kapan saja.
34. Isi tayangan infotainment di televisi swasta bersifat tulus dan jujur, mengungkap fakta apa adanya bukan hasil rekayasa pihak televisi atau kalangan tertentu.
35. Isi tayangan infotainment di televisi swasta tanggap pada hal-hal yang baru..
36. Isi tayangan infotainment di televisi swasta meyakinkan pemirsa (responden) tentang sesuatu yang diinformasikan untuk tujuan responden.
37. Isi tayangan infotainment di televisi swasta membujuk responden pada sesuatu hal yang penting untuk kepentingan responden dan sumber atau tokoh yang diinformasikan.
38. Isi tayangan infotainment di televisi swasta mengarahkan terjadinya dialog timbal balik antara tokoh yang diinformasikan.
39. Isi tayangan infotainment di televisi swasta cocok dengan nilai-nilai yang dimiliki sumber atau tokoh yang diinformasikan atau cocok antara yang diberitakan dengan ungkapan sumber.
40. Isi tayangan infotainment televisi swasta bersifat objektif, tidak melebih-lebihkan sehingga berguna untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi tokoh atau pihak lainnya.
41. Isi tayangan infotainment televisi swasta bersifat komplit (menjawab unsur apa, siapa, di mana, kapan, mengapa dan bagaimana) tentang sesuatu hal, sehingga bisa memenuhi kebutuhan responden tentang sesuatu informasi.
Keterangan : 5 = sangat setuju; 4 = setuju; 3 = kurang setuju; 2 = tidak setuju; 1 = sangat tidak setuju.
84
No Pernyataan 5 4 3 2 1 42. Isi tayangan infotainment televisi
swasta bersifat etis dan bertanggungjawab dalam mengungkap peristiwa tertentu, sehingga melindungi responden dari pengaruh buruk suatu informasi.
43. Isi tayangan infotainment televisi swasta dapat memberikan hiburan bagi responden.
44. Isi tayangan infotainment televisi swasta digunakan responden sebagai upaya untuk bisa melepaskan diri atau mengurangi beban permasalahan yang sedang dihadapi.
45. Isi tayangan infotainment televisi swasta digunakan oleh responden sebagai salah satu upaya untuk bisa melepaskan rasa lelah atau penat setelah melakukan aktifitas sehari-hari.
Keterangan : 5 = sangat setuju; 4 = setuju; 3 = kurang setuju; 2 = tidak setuju; 1 = sangat tidak setuju. Daya Tarik Format Tayangan Beri tanda √ pada jawaban yang anda pilih. No Pernyataan 5 4 3 2 1 1. Format tayangan infotainment televisi
swasta memuat dialog antara sumber atau tokoh yang diinformasikan.
2. Format tayangan infotainment televisi swasta memuat dialog antara tokoh atau sumber yang diinfomasikan dengan pihak lain.
3. Format tayangan infotainment televisi swasta memuat ulasan informasi atau narasi yang dibacakan oleh narator. Tayangan tersebut bersifat utuh yaitu ada pemberitaan juga komentar dari tokoh selebritisnya.
4. Format tayangan infotainment televisi swasta bersifat objektif (konsisten) antara yang diinformasikan dengan pengakuan atau komentar artisnya.
Keterangan : 5 = sangat sering; 4 = sering; 3 = kadang-kadang; 2 = jarang;1=tidak pernah.
85
No Pernyataan 5 4 3 2 1 5. Format tayangan infotainment televisi
swasta memuat wawancara langsung tatap muka dan terstruktur antara pewawancara atau pihak televisi dengan artis atau tokoh yang diberitakan.
6. Format tayangan infotainment televisi swasta memuat wawancara, tetapi cenderung berupa rekaman hasil wawancara pihak televisi dengan artis atau tokoh yang diinformasikan atau dengan pihak tertentu.
Keterangan : 5 = sangat sering; 4 = sering; 3 = kadang-kadang; 2 = jarang; 1 = tidak pernah. Saran bapak/ibu/saudara untuk perbaikan tayangan infotainment di masa yang akan datang: ………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
86
Lampiran 7: Surat Izin Penelitian
87
Lanjutan Lampiran 7