PERSEPSI GURU TERHADAP UJIAN NASIONAL Studi Kasus Pada SMU Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Disusun Oleh : DIDIK BINTARA 021334O81 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Embed
PERSEPSI GURU TERHADAP UJIAN NASIONAL - core.ac.uk · pengukuran yang disebut evaluasi. Salah satu bentuk evaluasi adalah Ujian Nasional (UN). UN merupakan alat ukur yang terstandar
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERSEPSI GURU TERHADAP UJIAN NASIONAL
Studi Kasus Pada SMU Negeri dan Swasta
di Kabupaten Gunungkidul
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh :
DIDIK BINTARA
021334O81
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PERSEPSI GURU TERHADAP UJIAN NASIONAL
Studi Kasus Pada SMU Negeri dan Swasta
di Kabupaten Gunungkidul
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh :
DIDIK BINTARA
021334O81
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Motto
Hanya penderitaan hidup yang mengajarkan manusia untuk menghargai
kebahagiaan dan kebaikan serta kebagusan hidup.
Kebaikan tidak bernilai selama hanya diucapkan, kecuali baru bernilai setelah dikerjakan.
Semua amal perbuatan seseorang tergantung pada maksud dan apa yang diniatkanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
¯ Bapak dan Ibu
¯ AdikkU
¯ Keluarga besarku
¯ Sahabat-sahabatku
¯ Hatiku
¯ Alamamater
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 2 November 2007
Didik Bintara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP UJIAN NASIONAL Studi Kasus Pada Guru-Guru SMA Negeri dan Swasta
di Kabupaten Gunungkidul
Didik Bintara Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek pedagogis; (2) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Sosial dan Psikologis; (3) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Yuridis; (4) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Ekonomi.
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri dan Swasta yang ada di Kabupaten Gunungkidul pada bulan Agustus 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah guru di SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul. Sampel penelitian berjumlah 60 guru. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisa data menggunakan uji chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek pedagogis ( Chi square= 15,152 dengan p < 0,05); (2) ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Sosial dan Psikologis ( Chi Square = 6,787 dengan p < 0,05); (3) ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Yurid is ( Chi Square = 7,937 dengan p < 0,05); (4) tidak ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Ekonomi (Chi square= 1,067 dengan p > 0,05).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
The Teachers’ Perceptions toward National Examination A Case Study on State and Private Senior High School Teachers
In GunungKidul Regency
Didik Bintara
Sanata Dharma University Yogyakarta
2007
The aims of this research are to know whether the teachers of state and private senior high schools have different perceptions toward national examination: (1) on pedagogic aspect; (2) on social and psychological aspect; (3) on juridical aspect; (4) on economic aspect.
This research was conducted in state and private senior high schools in
Gunungkidul Regency in August 2007. The data collection techniques were questionnaire and documentation. The populations of this research were the teachers of state and private senior high schools in Gunungkidul regency. The samples of this research were 60 teachers. The sample was taken by using purposive sampling. The data analysis technique was chi square test.
The result of this research shows that there were differences in teacher’s
perception to ward national examination: (1) on pedagogic aspect (15,152 with p < 0); (2) on social and psychological aspect (6,787 with p < 0, 05); (3) on juridical aspect (7, 937 with p<0, 05); (4) on economic aspect (1,067 with p>0, 05).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul” Persepsi
Guru Terhadap Ujian Nasional”. Studi kasus pada Guru Di SMA Negeri dan
SMA Swasta Di Kabupaten Gunungkidul.
Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.
Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai
masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Falkutas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi Universitas Sanata Dharma, yang telah banyak memberikan
petunjuk, dukungan, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd., selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar
selalu memberikan bimbingan, petunjuk, dukungan, dan masukan dalam
penulisan skripsi ini.
5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA., yang telah bersedia menyumbangkan
saran dan masukan yang berarti kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
6. Segenap dosen dan staf Program Studi Pendidikan Akuntansi khususnya, dan
Fakultas KIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta umumnya, yang telah
membimbing, mendidik, dan bekerjasama dengan baik selama penulis belajar
di kampus tercinta ini.
7. Seluruh Kepala Sekolah SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul
yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian guna
kepentingan penulisan skripsi ini.
8. Bapak Ibu guru di SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul yang
telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
9. Kedua orang tuaku Bapak Sarja dan Ibu Supeni yang dengan sabar
memberikan dorongan semangat, biaya, nasehat dan selalu berdoa untuk
penulis.
10. Adikku Vivi trimakasih atas doa dan dan dukunganya, doakan terus ya nok
semoga apa yang kamu harapkan biasa terkabul. Amin.
11. Keluarga besarku, trimakasih atas doa dan dukunganya semoga apa yang
diharapkan pada penulis dapat terkabul. Amin.
12. Sahabat sejatiku Wiwin Andriany trimakasih atas kesetiaanya menemani dan
memberikan dorongan rohani walau lewat telepon. Semoga harapanku sama
Berdasarkan distribusi frekuensi seperti terangkum dalam tabel di atas
terlihat bahwa persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten
Gunungkidul, dari 60 orang guru, 4 (6, 7%) guru persepsinya sangat baik; 43 (71,
7%) guru persepsinya baik; 12 (20,0%) persepsinya cukup baik; dan 1 (1,7%)
guru persepsinya tidak baik; serta tidak ada guru yang persepsinya sangat tidak
baik. Apabila dilihat dari rerata yang diperoleh, yaitu sebesar= 3,684 terletak pada
interval skor 3, 41 s/d 4,20 kategori baik; dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul,
berada pada kategori baik.
Adapun histogram distribusi frekuensi persepsi guru terhadap ujian
nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
04
43
1
12
05
101520253035404550
SangatTidak Baik
Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
Persepsi Guru Terhadap UN
Frek
uens
i
Gambar 1. Histogram Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta
Persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul,
terdiri dari empat aspek. Aspek-aspek tersebut adalah: (1) aspek pedagogis, (2)
aspek sosial, (3) aspek yuridis, dan (4) aspek ekonomis. Berikut ini disajikan
analisis deskripsi pada masing masing aspek
1. Aspek Pedagogis
Aspek pedagogis pada persepsi guru terhadap ujian nasional pada
penelitian ini diukur dengan angket yang berjumlah 9 butir pertanyaan, dengan
interval skor antara 1 sampai dengan 5. Hasil analisis data diperoleh skor
terendah yang dicapai sebesar= 2, 44 dan skor tertinggi= 4, 00; dengan rerata
sebesar= 3,386. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat
berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 7. Distribusi Data Aspek Pedagogis pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta
Frekuensi
No. Kategori Jawaban Rentang Skor Absolut (f)
Persentase (%)
1. Sangat Baik 4,21 s.d. 5,00 0 0,0
2. Baik 3,41 s.d. 4,20 27 45,0
3. Cukup Baik 2,61 s.d. 3,40 31 51,7
4. Tidak Baik 1,81 s.d. 2,60 2 3,3
5. Sangat Tidak Baik 1,00 s.d. 1,80 0 0,0
Jumlah 60 100,0
Berdasarkan distribusi frekuensi seperti terangkum dalam tabel di atas
terlihat bahwa aspek pedagogis pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA
di Kabupaten Gunungkidul, dari 60 orang guru, tidak ada satupun guru (0, 0) yang
persepsinya sangat baik; 27 (45, 0%) guru persepsinya baik; 31 (51,7%)
persepsinya cukup baik; dan 2 (3,3%) guru persepsinya tidak baik; serta tidak ada
guru yang persepsinya sangat tidak baik. Apabila dilihat dari rerata yang
diperoleh, yaitu sebesar= 3,386 terletak pada interval skor 2, 61 s/d 3, 40 kategori
cukup baik; dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek pedagogis pada
persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, berada
pada kategori cukup baik.
Adapun histogram distribusi frekuensi aspek pedagogis pada persepsi
guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
0 0
27
2
31
0
5
10
15
20
25
30
35
SangatTidak Baik
Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
Aspek Pedagogis
Frek
uens
i
Gambar 1. Histogram Aspek Pedagogis pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta
2. Aspek Sosial dan Psikologis
Aspek sosial dan psikologis pada persepsi guru terhadap ujian nasional
pada penelitian ini diukur dengan angket yang berjumlah 5 butir pertanyaan,
dengan interval skor antara 1 sampai dengan 5. Hasil analisis data diperoleh
skor terendah yang dicapai sebesar= 2, 80 dan skor tertinggi= 4, 60; dengan
rerata sebesar= 3,907. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat
dilihat berikut ini.
Tabel 8. Distribusi Data Aspek Sosial dan Psikologis pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta
No. Kategori Jawaban Rentang Skor Frekuensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Absolut (f)
Persentase (%)
1. Sangat Baik 4,21 s.d. 5,00 17 28,3
2. Baik 3,41 s.d. 4,20 33 55,0
3. Cukup Baik 2,61 s.d. 3,40 10 16,7
4. Tidak Baik 1,81 s.d. 2,60 0 0,0
5. Sangat Tidak Baik 1,00 s.d. 1,80 0 0,0
Jumlah 60 100,0
Berdasarkan distribusi frekuensi seperti terangkum dalam tabel di atas
terlihat bahwa aspek sosial dan psikologis pada persepsi guru terhadap ujian
nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, dari 60 orang guru, 17 (28, 3%)
guru persepsinya sangat baik; 33 (55, 0%) guru persepsinya baik; 10 (16, 7%)
persepsinya cukup baik; dan tidak ada guru (0, 0%) yang persepsinya tidak
baik dan sangat tidak baik. Apabila dilihat dari rerata yang diperoleh, yaitu
sebesar= 3,907 terletak pada interval skor 3, 41 s/d 4, 20 kategori baik; dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa aspek sosial dan psikologis pada persepsi
guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, berada pada
kategori baik.
Adapun histogram distribusi frekuensi aspek sosial dan psikologis
pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul
adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
0
17
33
0
10
0
5
10
15
20
25
30
35
SangatTidak Baik
Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
Aspek Sosial dan Psikologis
Frek
uens
i
Gambar 1. Histogram Aspek Sosial dan Psikologis pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta
3. Aspek Yuridis
Aspek yuridis pada persepsi guru terhadap ujian nasional pada
penelitian ini diukur dengan angket yang berjumlah 2 butir pertanyaan, dengan
interval skor antara 1 sampai dengan 5. Hasil analisis data diperoleh skor
terendah yang dicapai sebesar= 2, 00 dan skor tertinggi= 5, 00; dengan rerata
sebesar= 4,058. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat
berikut ini.
Tabel 9. Distribusi Data Aspek Yuridis pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Frekuensi
No. Kategori Jawaban Rentang Skor Absolut (f)
Persentase (%)
1. Sangat Baik 4,21 s.d. 5,00 18 30,0
2. Baik 3,41 s.d. 4,20 34 56,7
3. Cukup Baik 2,61 s.d. 3,40 7 11,7
4. Tidak Baik 1,81 s.d. 2,60 1 1,7
5. Sangat Tidak Baik 1,00 s.d. 1,80 0 0,0
Jumlah 60 100,0
Berdasarkan distribusi frekuensi seperti terangkum dalam tabel di atas
terlihat bahwa aspek yuridis pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA
di Kabupaten Gunungkidul, dari 60 orang guru, 18 (30, 0%) guru persepsinya
sangat baik; 34 (56, 7%) guru persepsinya baik; 7 (11, 7%) persepsinya cukup
baik; dan 1 (1,7%) guru persepsinya tidak baik; serta tidak ada satupun guru
(0,0%) yang persepsinya sangat tidak baik. Apabila dilihat dari rerata yang
diperoleh, yaitu sebesar= 4,058 terletak pada interval skor 3, 41 s/d 4, 20
kategori baik; dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek yuridis pada
persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul,
berada pada kategori baik.
Adapun histogram distribusi frekuensi yuridis pada persepsi guru
terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
0
18
34
1
7
0
5
10
15
20
25
30
35
40
SangatTidak Baik
Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
Aspek Yuridis
Frek
uens
i
Gambar 1. Histogram Aspek Yuridis pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta
4. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi pada persepsi guru terhadap ujian nasional pada
penelitian ini diukur dengan angket yang berjumlah 2 butir pertanyaan, dengan
interval skor antara 1 sampai dengan 5. Hasil analisis data diperoleh skor
terendah yang dicapai sebesar= 2, 00 dan skor tertinggi= 5, 00; dengan rerata
sebesar= 4,092. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat
berikut ini.
Tabel 10. Distribusi Data Aspek Ekonomi pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta
Frekuensi
No. Kategori Jawaban Rentang Skor Absolut (f)
Persentase (%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
1. Sangat Baik 4,21 s.d. 5,00 30 50,0
2. Baik 3,41 s.d. 4,20 19 31,7
3. Cukup Baik 2,61 s.d. 3,40 7 11,7
4. Tidak Baik 1,81 s.d. 2,60 4 6,7
5. Sangat Tidak Baik 1,00 s.d. 1,80 0 0,0
Jumlah 60 100,0
Berdasarkan distribusi frekuensi seperti terangkum dalam tabel di atas
terlihat bahwa aspek ekonomis pada persepsi guru terhadap ujian nasional
SMA di Kabupaten Gunungkidul, dari 60 orang guru, 30 (50, 0%) guru
persepsinya sangat baik; 19 (31, 7%) guru persepsinya baik; 7 (11,7%)
persepsinya cukup baik; dan 4 (6,7%) guru persepsinya tidak baik; serta tidak
ada satupun guru (0,0%) yang persepsinya sangat tidak baik. Apabila dilihat
dari rerata yang diperoleh, yaitu sebesar= 4,092 terletak pada interval skor
3,41 s/d 4,20 kategori baik; dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek
ekonomi pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten
Gunungkidul, berada pada kategori baik.
Adapun histogram distribusi frekuensi ekonomi pada persepsi guru
terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
0
30
19
47
0
5
10
15
20
25
30
35
SangatTidak Baik
Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
Aspek Ekonomi
Frek
uens
i
Gambar 1. Histogram Aspek Ekonomi pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta
B. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji pada bagian ini adalah: “ada perbedaan persepsi
terhadap ujian nasional antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru
yang mengajar di SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul”. Hipotesis tersebut
adalah hipotesis alternatif (Ha), untuk keperluan pengujian hipotesis maka
hipotesis tersebut diubah menjadi hipotesis nihil (Ho) menjadi: “tidak ada
perbedaan persepsi terhadap ujian nasional antara guru yang mengajar di SMA
Negeri dengan guru yang mengajar di SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul”.
Untuk menguji hipotesis tersebut, data dianalisis dengan Chi Square (Chi
Kuadrat).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Hasil analisis data dengan bantuan software komputer, dengan teknik
analisis tabulasi silang dan menghasilkan chi-square, serta contingency
coefficient, disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 11. Perbedaan Persepsi Terhadap Ujian Nasional antara Guru SMA Negeri dengan SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul
Guru Persepsi Guru
Terhadap UN SMA Negeri SMA Swasta Total
Kurang Baik
Baik
3
27
20
10
23
37
Jumlah
30 30 60
Pearson Chi Square = 20,376 p= 0,000 Contingency Coefficient= 0,503
a) Mencari nilai fh per kolom
(1) Responden dengan persepsi kurang baik
SMA Swasta = 60
3023×= 11,5
SMA Negeri = 60
3023×= 11,5
(2) Responden dengan persepsi baik
SMA Swasta = 60
3037 ×= 18,5
SMA Negeri = 60
3037 ×= 18,5
(3) Menghitung nilai 2χ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
)(5,115,1120 2
2 −=χ +
)(5,115,113 2−
+ )(
5,185,1810 2−
+ )(
5,185,1827 2−
2χ = 20,376
Berdasarkan tabel tersebut di atas, diperoleh Chi Square sebesar= 20,376
dengan p < 0,05; karena p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan persepsi terhadap ujian nasional
antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang mengajar di SMA
Swasta di Kabupaten Gunungkidul.
b.) Menghitung koefisien kontingensi C maximum
C maximum = m
m 1−
C maximum = 2
12 −
= 0,707
Menghitung koefisien kontingensi C
C = nX
X+2
2
C = 60376,20
376,20+
= 0,503
Makin dekat harga C kepada Cmaximum makin dekat derajat asosiasi
antara faktor. Dengan kata lain faktor yang satu berkaitan dengan faktor yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Membandingkan C = 0,503 dengan Cmax = 0,707 nampak bahwa derajat
hubungan cukup besar.
Pengujian hipotesis, perbedaan pada masing-masing aspek persepsi guru
terhadap ujian nasional disajikan pada uraian berikut ini.
1. Perbedaan Persepsi Aspek Pedagogis antara Guru SMA Negeri dengan
SMA Swasta
Hipotesis:
Ho = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap ujian nasional aspek
pedagogis antara SMA Negeri dengan SMA Swasta di Kabupaten
Gunungkidul
Ha = Ada perbedaan persepsi guru terhadap ujian nasional aspek
pedagogis antara SMA Negeri dengan SMA Swasta di Kabupaten
Gunungkidul
Hasil analisis data dengan bantuan software komputer, dengan
teknik analisis tabulasi silang dan menghasilkan chi-square, serta
contingency coefficient, disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 12. Perbedaan Persepsi Terhadap Ujian Nasional Aspek Pedagogis antara Guru SMA Negeri dengan SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul
Guru Persepsi Guru
Aspek Pedagogis SMA Negeri SMA Swasta Total
Kurang Baik
9
24
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Baik
21 6 27
Jumlah 30 30 60
Pearson Chi Square = 15,152 p= 0,000 Contingency Coefficient= 0,449
a.). Mencari nilai fh per kolom.
(1) Responden dengan persepsi kurang baik
SMA Swasta = 60
3033 ×= 16,5
SMA Negeri = 60
3033 ×= 16,5
(2) Responden dengan persepsi baik
SMA Swasta = 60
3027 ×= 13,5
SMA Negeri = 60
3027 ×= 13,5
(3) Menghitung nilai 2χ
)(5,165,1624 2
2 −=χ +
)(5,165,169 2−
+ )(
5,135,136 2−
+ )(
5,135,136 2−
2χ = 15,152
Berdasarkan tabel tersebut di atas, diperoleh Chi Square sebesar=
15,152 dengan p < 0,05; karena p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima,
dan disimpulkan ada perbedaan yang signifikan persepsi terhadap ujian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
nasional aspek pedagogis antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan
guru yang mengajar di SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul.
b.) Menghitung koefisien kontingensi C maximum
C maximum = m
m 1−
C maximum = 2
12 −
= 0,707
Menghitung koefisien kontingensi C
C = nX
X+2
2
C = 6015
15+
= 0,449
Makin dekat harga C kepada Cmaximum makin dekat derajat asosiasi
antar faktor. Dengan kata lain faktor yang satu berkaitan dengan faktor yang lain.
Membandingkan C = 0,449 dengan Cmax = 0,707 nampak bahwa derajat
hubungan cukup besar.
2. Perbedaan Persepsi Aspek Sosial dan Psikologis antara Guru SMA
Negeri dengan SMA Swasta
Hipotesis:
Ho = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap ujian nasional aspek
sosial dan psikologis antara SMA Negeri dengan SMA Swasta di
Kabupaten Gunungkidul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Ha = Ada perbedaan persepsi guru terhadap ujian nasional aspek sosial
dan psikologis antara SMA Negeri dengan SMA Swasta di
Kabupaten Gunungkidul
Hasil analisis data dengan bantuan software komputer, dengan
teknik analisis tabulasi silang dan menghasilkan chi-square, serta
contingency coefficient, disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 13. Perbedaan Persepsi Terhadap Ujian Nasional Aspek Sosial dan Psikologis antara Guru SMA Negeri dengan SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul
Guru Persepsi Guru Aspek Pedagogis SMA Negeri SMA Swasta
Total
Kurang Baik
Baik
8
22
18
12
26
34
Jumlah 30 30 60
Pearson Chi Square = 6,787 p= 0,009 Contingency Coefficient= 0,319
a.) Mencari nilai fh per kolom
(1).Responden dengan persepsi kurang baik
SMA Swasta = 60
3026 ×= 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
SMA Negeri = 60
3026 ×= 13
(2). Responden dengan persepsi baik
SMA Swasta = 60
3034 ×= 17
SMA Negeri = 60
3034 ×= 17
(3). Menghitung nilai 2χ
)(131318 2
2 −=χ +
)(13138 2−
+ )(
171712 2−
+ )(
171722 2−
2χ = 6,787
Berdasarkan tabel tersebut di atas, diperoleh Chi Square sebesar=
6,787 dengan p < 0,05; karena p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan persepsi terhadap ujian nasional
aspek sosial dan psikologis antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan
guru yang mengajar di SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul.
b.) Menghitung koefisien kontingensi C maximum
C maximum = m
m 1−
C maximum = 2
12 −
= 0,707
Menghitung koefisien kontingensi C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
C = nX
X+2
2
C = 60787,6
787,6+
= 0,319
Makin dekat harga C kepada Cmaximum makin dekat derajat asosiasi
antar faktor. Dengan kata lain faktor yang satu berkaitan dengan faktor yang lain.
Membandingkan C = 0,319 dengan Cmax = 0,707 nampak bahwa derajat
hubungan cukup besar.
3. Perbedaan Persepsi Aspek Yuridis antara Guru SMA Negeri dengan
SMA Swasta
Hipotesis:
Ho = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap ujian nasional aspek
yuridis antara SMA Negeri dengan SMA Swasta di Kabupaten
Gunungkidul
Ha = Ada perbedaan persepsi guru terhadap ujian nasional aspek sosial
dan yuridis antara SMA Negeri dengan SMA Swasta di Kabupaten
Gunungkidul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Hasil analisis data dengan bantuan software komputer, dengan
teknik analisis tabulasi silang dan menghasilkan chi-square, serta
contingency coefficient, disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 14. Perbedaan Persepsi Terhadap Ujian Nasional Aspek Yuridis antara Guru SMA Negeri dengan SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul
Guru Persepsi Guru
Aspek Pedagogis SMA Negeri SMA Swasta Total
Kurang Baik
Baik
16
14
26
4
42
18
Jumlah
30 30 60
Pearson Chi Square = 7,937 p= 0,005 Contingency Coefficient= 0,342
a.) Mencari nilai fh per kolom
(1). Responden dengan persepsi kurang baik
SMA Swasta = 60
3042 ×= 21
SMA Negeri = 60
3042 ×= 21
(2). Responden dengan persepsi baik
SMA Swasta = 60
3018 ×= 9
SMA Negeri = 60
3018 ×= 9
(3). Menghitung nilai 2χ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
)(212126 2
2 −=χ +
)(212116 2−
+ )(
994 2−
+ )(
9914 2−
2χ = 7,937
Berdasarkan tabel tersebut di atas, diperoleh Chi Square sebesar=
7,937 dengan p < 0,05; karena p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan persepsi terhadap ujian nasional
aspek yuridis antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang
mengajar di SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul.
b.) Menghitung koefisien kontingensi C maximum
C maximum = m
m 1−
C maximum = 2
12 −
= 0,707
Menghitung koefisien kontingensi C
C = nX
X+2
2
C = 60937,7
937,7+
= 0,342
Makin dekat harga C kepada Cmaximum makin dekat derajat asosiasi
antara faktor. Dengan kata lain faktor yang satu berkaitan dengan faktor yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Membandingkan C = 0,342 dengan Cmax = 0,707 nampak bahwa derajat
hubungan cukup besar.
4. Perbedaan Persepsi Aspek Ekonomi antara Guru SMA Negeri dengan
SMA Swasta
Hipotesis:
Ho = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap ujian nasional aspek
ekonomi antara SMA Negeri dengan SMA Swasta di Kabupaten
Gunungkidul
Ha = Ada perbedaan persepsi guru terhadap ujian nasional aspek sosial
dan ekonomi antara SMA Negeri dengan SMA Swasta di
Kabupaten Gunungkidul
Hasil analisis data dengan bantuan software komputer, dengan
teknik analisis tabulasi silang dan menghasilkan chi-square, serta
contingency coefficient, disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 15. Perbedaan Persepsi Terhadap Ujian Nasional Aspek Ekonomi antara Guru SMA Negeri dengan SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul
Guru Persepsi Guru
Aspek Pedagogis SMA Negeri SMA Swasta Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Kurang Baik
Baik
13
17
17
13
30
30
Jumlah 30 30 60
Pearson Chi Square = 1,067 p= 0,302 Contingency Coefficient= 0,132
a.) Mencari nilai fh per kolom
(1). Responden dengan persepsi kurang baik
SMA Swasta = 60
3030 ×= 15
SMA Negeri = 60
3030 ×= 15
(2). Responden dengan persepsi baik
SMA Swasta = 60
3030 ×= 15
SMA Negeri = 60
3030 ×= 15
(3). Menghitung nilai 2χ
)(151517 2
2 −=χ +
)(151513 2−
+ )(
151513 2−
+ )(
151517 2−
2χ = 1,067
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Berdasarkan tabel tersebut di atas, diperoleh Chi Square sebesar=
1,067 dengan p > 0,05; karena p > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan
disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan persepsi terhadap ujian
nasional aspek ekonomis antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan
guru yang mengajar di SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul.
b.) Menghitung koefisien kontingensi C maximum
C maximum = m
m 1−
C maximum = 2
12 −
= 0,707
Menghitung koefisien kontingensi C
C = nX
X+2
2
C = 60067,1
067,1+
= 0,132
Makin dekat harga C kepada Cmaximum makin dekat derajat asosiasi
antara faktor. Dengan kata lain faktor yang satu berkaitan dengan faktor yang lain.
Membandingkan C = 0, 1332 dengan Cmax = 0,707 nampak bahwa derajat
hubungan cukup besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
D. Pembahasan
Dari pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan persepsi terhadap ujian nasional antara guru yang mengajar di
SMA Negeri dengan guru yang mengajar di SMA Swasta di Kabupaten
Gunungkidul. Temuan ini mengindikasikan bahwa guru yang mengajar di SMA
Negeri dengan Guru yang mengajar di SMA Swasta ada perbedaan persepsi
terhadap Ujian Nasional. Secara rinci melalui Uji Chi Square menunjukkan
adanya perbedaan persepsi antara guru yang mengajar di SMU Negeri dan di
SMU Swasta. Hasil tersebut dibuktikan dengan hasil Chi Square (?²) sebesar=
20,376 dengan p < 0, 05. Dilihat dari frekuensinya, persepsi guru terhadap ujian
nasional pada SMA Negeri lebih baik dibandingkan dengan SMA Swasta.
Perbedaan persepsi yang ditunjukkan guru di SMU Negeri dan Swasta terhadap
Ujian Nasional dapat ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek pedagogis, sosial
dan psikoogis, yuridis, kecuali aspek ekonomis.
1. Perbedaan Persepsi Aspek Pedagogis antara Guru SMA Negeri dengan
SMA Swasta
Berdasarkan aspek pedagogis, Guru SMA Swasta berpendapat bahwa
Ujian Nasional tidak dapat mengukur pengetahuan siswa tentang mata
pelajaran yang diujikan yaitu Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia. Ketiga mata pelajaran itu tidak mewakili seluruh pengetahuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
dimiliki siswa. Soal Ujian Nasional belum biasa mengukur aspek afektif dan
psikomotorik kecuali aspek kognitif saja. Sistem penilaian berpusat juga
melanggar Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang
menyatakan bahwa penilaian adalah otoritas guru, tidak memperhatikan situasi
dan kondisi sekolah yang berbeda-beda, dan tidak jelas mekanismenya.
Sebaliknya guru SMA Negeri mendukung ujian nasional. Temuan ini
mengindikasikan bahwa guru yang mengajar di SMA Negeri dengan Guru
yang mengajar di SMA Swasta ada perbedaan persepsi terhadap Ujian
Nasional. Secara rinci melalui Uji Chi Square menunjukkan adanya perbedaan
persepsi antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan Guru di SMA
Swasta. Pengujian hipotesis membuktikan bahwa ada perbedaan yang
signifikan persepsi terhadap ujian nasional aspek pedagogis antara guru yang
mengajar di SMA Negeri dengan guru yang mengajar di SMA Swasta di
Kabupaten Gunungkidul. Hasil ini dibuktikan dengan Chi Square (?²)
sebesar= 15,152 dengan p < 0, 05. Persepsi guru terhadap ujian nasional aspek
pedagogis guru SMA Negeri lebih baik dibandingkan dengan guru SMA
Swasta.
Perbedaan itu diduga disebabkan oleh input siswa pada waktu penerimaan
siswa baru, tingkat kecerdasan siswa, latar belakang siswa, sarana prasarana
yang mendukung kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah. Sekolah
negeri yang memiliki siswa berkualitas, sarana dan prasarana yang memadai
tentu mempunyai persepsi positif dibanding dengan sekolah swasta yang
memiliki kualitas siswa sedang dan sarana prasarana terbatas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Pemerintah dalam hal ini Depdiknas didalam menyikapi perbedaan
persepsi tersebut seharusnya lebih mempertimbangkan dalam membuat
kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan di sekolah, khususnya yang
berkaitan dengan evaluasi, tujuan pendidikan yang menyatakan pendidikan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokrasi serta bertanggung jawab dapat terwujud sesuai yang tertuang dalam
Undang-Undang No 20 tahun 2003. Tujuan ini diuraikan dalam bentuk yang
lebih operasional yaitu peserta didik yang mempunyai kompetensi yang
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan bagi sekolah
perbedaan persepsi ini dapat digunakan untuk meningkatkan persiapan
sekolah dalam hal ini guru dan siswa untuk berusaha lebih keras didalam
menghadapi pelaksanaan Ujian Nasional sehingga dapat berhasil sesuai yang
diharapkan.
2. Perbedaan Persepsi Aspek Sosial dan Psikologis antara Guru SMA
Negeri dengan SMA Swasta
Aspek sosial dan psikologis para guru yang mengajar di SMA Negeri,
tidak merasa kawatir bahwa Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan. Ujian
Nasional ternyata dapat memotifasi siswa untuk belajar. Ujian Nasional dapat
meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas siswa di Indonesia. Guru di
SMA Negeri telah memberikan perhatian yang lebih intensif pada siswa-siswa
yang akan menghadapi Ujian Nasional. Sebaliknya untuk guru yang mengajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
di SMA Swasta menyikapi kenaikan standar nilai kelulusan dari tahun ke
tahun menimbulkan kecemasan bagi peserta didik. Standar kelulusan yang
dari tahun ke tahun naik sangat memberatkan guru dalam mempersiapkannya.
Guru di SMA Swasta merasa khawatir terhadap keberhasilan siswa-siswa
untuk mencapai standar yang ditetapkan. Temuan ini mengindikasikan bahwa
guru yang mengajar di SMA Negeri dengan Guru yang mengajar di SMA
Swasta ada perbedaan persepsi terhadap Ujian Nasional. Secara rinci melalui
Uji Chi Square menunjukkan adanya perbedaan persepsi antara guru yang
mengajar di SMA Negeri dengan Guru di SMA Swasta. Pengujian hipotesis
membuktikan bahwa ada perbedaan yang signifikan persepsi terhadap ujian
nasional aspek sosial dan psikologis antara guru yang mengajar di SMA
Negeri dengan guru yang mengajar di SMA Swasta di Kabupaten
Gunungkidul. Hasil ini dibuktikan dengan Chi Square (?²) sebesar= 6,787
dengan p < 0,05. Persepsi guru terhadap ujian nasional aspek sosial dan
psikologis guru SMA Negeri lebih baik dibandingkan dengan guru SMA
Swasta.
Perbedaan itu diduga disebabkan pemikiran bahwa guru yang mengajar di
sekolah negeri yang didukung siswa yang berkualitas dengan didukung sarana
prasarana yang memadai tentunya akan lebih mudah didalam mempersiapkan
siswanya menghadapi ujian nasional sebaliknya sekolah swasta yang memiliki
kualitas siswa sedang dan sarana prasarana terbatas. Kecemasan psikologis
guru sekolah swasta dalam menghadapi ujian nasional lebih besar dibanding
sekolah negeri karena siswa yang kurang berkualitas dan sarana prasarana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
yang terbatas. Sebaliknya beban psikologis guru sekolah negeri lebih tenang
dalam menghadapi ujian nasional karna kemungkinan gagal lebih kecil.
Pemerintah dalam hal ini Depdiknas didalam menyikapi perbedaan
persepsi tersebut seharusnya lebih mempertimbangkan dalam membuat
kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan di sekolah, khususnya yang
berkaitan dengan evaluasi, tujuan pendidikan yang menyatakan pendidikan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokrasi serta bertanggung jawab dapat terwujud sesuai yang tertuang dalam
Undang-Undang No 20 tahun 2003. Tujuan ini diuraikan dalam bentuk yang
lebih operasional yaitu peserta didik yang mempunyai kompetensi yang
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan bagi sekolah
perbedaan persepsi ini dapat digunakan untuk meningkatkan persiapan
sekolah dalam hal ini guru dan siswa untuk berusaha lebih keras didalam
menghadapi pelaksanaan Ujian Nasional sehingga dapat berhasil sesuai yang
diharapkan
3. Perbedaan Persepsi Aspek Yuridis antara Guru SMA Negeri dengan
SMA Swasta
Persepsi guru SMA Negeri terhadap ujian nasional menunjukkan bahwa
guru setuju ujian nasional sebagai penentu kelulusan. Ini dibuktikan dengan
tanggapan yang setuju dari guru bahwa Ujian Nasional sebagai penentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
kelulusan. Temuan ini berarti mendukung Undang-Undang Sisdiknas Nomor
20 Tahun 2003, pasal 58 ayat 1 bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan
hasil belajar siswa secara berkesinambungan. Sebaliknya guru di SMA Swasta
berpendapat bahwa kelulusan siswa hendaknya tidak hanya ditentukan oleh
Ujian Nasional tetapi ditentukan juga oleh hasil penilaian guru. Penentuan
kelulusan hendaknya melibatkan guru sebagai pengelola pembelajaran di
sekolah. Gurulah yang sangat memahami proses dan hasil belajar di kelas
Temuan ini mengindikasikan bahwa guru yang mengajar di SMA Negeri dan
Guru yang mengajar di SMA Swasta ada perbedaan persepsi terhadap Ujian
Nasional. Secara rinci melalui Uji Chi Square menunjukkan adanya perbedaan
persepsi antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan Guru di SMA
Swasta. Pengujian hipotesis membuktikan bahwa ada perbedaan yang
signifikan persepsi terhadap ujian nasional aspek yuridis antara guru yang
mengajar di SMA Negeri dengan guru yang mengajar di SMA Swasta di
Kabupaten Gunungkidul. Hasil ini dibuktikan dengan Chi Square (?²)
sebesar= 7,937 dengan p < 0, 05. Persepsi guru terhadap ujian nasional aspek
yuridis guru SMA Negeri lebih baik dibandingkan dengan guru SMA Swasta.
Perbedaan itu diduga disebabkan oleh input siswa pada waktu penerimaan
siswa baru, tingkat kecerdasan siswa, latar belakang siswa, sarana prasarana
yang mendukung kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah. Sekolah
negeri yang memiliki siswa berkualitas, sarana dan prasarana yang memadai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
tentu mempunyai persepsi positif dibanding dengan sekolah swasta yang
memiliki kualitas siswa sedang dan sarana prasarana terbatas.
Pemerintah dalam hal ini Depdiknas didalam menyikapi perbedaan
persepsi tersebut seharusnya lebih mempertimbangkan dalam membuat
kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan di sekolah, khususnya yang
berkaitan dengan evaluasi, tujuan pendidikan yang menyatakan pendidikan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokrasi serta bertanggung jawab dapat terwujud sesuai yang tertuang dalam
Undang-Undang No 20 tahun 2003. Tujuan ini diuraikan dalam bentuk yang
lebih operasional yaitu peserta didik yang mempunyai kompetensi yang
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Sedangkan bagi sekolah perbedaan persepsi ini dapat digunakan untuk
meningkatkan persiapan sekolah dalam hal ini guru dan siswa untuk berusaha
lebih keras didalam menghadapi pelaksanaan Ujian Nasional sehingga dapat
berhasil sesuai yang diharapkan.
4. Perbedaan Persepsi Aspek Ekonomi Antara Guru SMA Negeri dengan
SMA Swasta
Secara rinci melalui Uji Chi Square menunjukkan tidak ada perbedaan
persepsi antara guru yang mengajar di SMA Negeri dan di SMA Swasta.
Pengujian hipotesis membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
persepsi terhadap ujian nasional aspek ekonomi antara guru yang mengajar di
SMA Negeri dengan guru yang mengajar di SMA Swasta di Kabupaten
Gunungkidul. Hasil ini dibuktikan dengan Chi Square (?²) sebesar= 1,067
dengan p > 0, 05.
Persepsi guru terhadap ujian nasional aspek ekonomi guru SMA Negeri
tidak lebih baik (tidak berbeda secara signifikan) dibandingkan dengan guru
SMA Swasta. Persepsi guru di SMA Negeri dan SMA Swasta dilihat dari
aspek Ekonomi adalah negatif. Para guru di SMA Negeri dan SMA Swasta
berpendapat bahwa pelaksanaan Ujian Nasional semakin memperbesar
pengeluaran sekolah terutama dalam mempersiapkan siswa-siswa untuk
menghadapi Ujian Nasional. Kenyataan ini membuktikan bahwa biaya Ujian
Nasional yang seharusnya ditanggung oleh pemerintah belum memenuhi
harapan bagi sekolah-sekolah. Guru yang mengajar di SMU Negeri dan
Swasta tersebut tidak mempunyai persepsi berbeda terhadap Ujian Nasional.
Pemerintah dalam hal ini Depdiknas harus mempunyai sistem yang
jelas sehingga mencegah terjadinya penyimpangan finansial dalam
pelaksanaan ujian nasional. Dengan perencanaan yang jelas tentunya biaya
ujian nasional tidak akan banyak membebani sekolah dan siswa. Para guru
sekolah negeri dan swasta berpendapat bahwa ujian nasional semakin
memperbesar pengeluaran sekolah terutama dalam mempersiapkan siswa
menghadapi ujian nasional. Pengeluaran yang besar itu membuat sekolah
harus lebih matang dalam mempersiapkan pelaksanaan ujian nasional tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
hanya mempersapkan siswanya saja tetapi juga mempersiapkan biaya yang
dikeluarkan dalam menghadapi ujian nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis serta pembahasan
yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan yang
signifikan persepsi terhadap ujian nasional antara guru yang mengajar di SMA
Negeri dengan guru yang mengajar di SMA Swasta di Kabupaten
Gunungkidul. Persepsi guru terhadap ujian nasional pada SMA Negeri lebih
baik dibandingkan dengan SMA Swasta. Kesimpulan pada masing-masing
aspek adalah sebagai berikut:
1. Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional dalam
aspek pedagogis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Umum
Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Umum Swasta.
Persepsi guru terhadap ujian nasional aspek pedagogis guru SMA Negeri
lebih baik dibandingkan dengan guru SMA Swasta. Diperoleh Chi Square
( χ 2) sebesar = 15,152 dengan p < 0, 05; karena p < 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima.
2. Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional dalam
aspek sosial dan psikologis antara guru yang mengajar di Sekolah
Menengah Umum Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah
Menengah Umum Swasta Persepsi guru terhadap ujian nasional aspek
sosial dan psikologis guru SMA Negeri lebih baik dibandingkan dengan
guru SMA Swasta. Diperoleh Chi Square ( χ 2 ) sebesar= 6,787 dengan p <
0,05; karena p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
3. Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional dalam
aspek yuridis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Umum
Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Umum Swasta
Persepsi guru terhadap ujian nasional aspek yuridis guru SMA Negeri
lebih baik dibandingkan dengan guru SMA Swasta diperoleh Chi Square
( χ 2 ) sebesar= 7,937 dengan p < 0,05; karena p < 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima.
4. Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional
dalam aspek ekonomis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah
Umum Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Umum
Swasta diperoleh Chi Square ( χ 2 ) sebesar= 1,067 dengan p > 0,05;
karena p > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak..
B. Keterbatasan
1. Ada kemungkinan bahwa responden dalam mengisi atau menjawab
kuesioner yang dibagikan oleh peneliti kurang sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya. Untuk mengungkap persepsi yang sebenarnya dari
responden sangat diharapkan kejujuran dalam mengisi kuesioner.
2. Berkenaan dengan sampel, bahwa sampel tidak diperoleh secara
proporsional karena jumlah guru masing-masing sekolah yaitu guru di
sekolah negeri dan guru di sekolah swasta tidak sama, dan peneliti hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
mengambil 10 guru dari masing-masing sekolah tersebut, jadi tingkat
keterwakilan masing-masing sekolah tidak sama.
C. Saran
Dari kesimpulan penelitian ini, seperti telah diuraikan di atas dapat
disarankan sebagai berikut:
1. Mengenai kejujuran responden, sebaiknya dalam melakukan pengisian
kuesioner para responden dalam hal ini guru hendaknya diawasi secara
intensif. Memang membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak,
namun hal tersebut dapat lebih menghasilkan jawaban yang jujur dari
responden.
2. Pemerintah dalam mengkomunikasikan pelaksanaan ujian nasional kepada
masyarakat harus ditingkatkan sehingga masyarakat lebih siap untuk
melaksanakan ujian nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito. 1991. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset. Badudu dan Sudna M. Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka Sinar Harapan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Undang-undang Republik
Indonesia. No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses 11 Oktober 2005 dari http://www.depdiknas.go.id.
Depth News. Kilas Balik Ujian Akhir Nasional. Majalah Tokoh Indonesia 22. Furqon (2004, 23 Desember). Masih Perlukah Ujian Akhir Nasional. Pikiran
Rakyat. Hiam, Alexander dan Charles D.S. 1994. (Alih Bahasa Agus Maulana). The
Portable MBA: Pemasaran. Jakarta: Bina Rupa Aksara. I Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius. Irwanto, dkk. 1998. Psikolog Umum: Buku Panduan untuk Mahasiswa. Jakarta:
Aptik. Mukarto. 2005. Ujian Nasional: Langkah Menuju Indonesia Cerdas? Dalam Buku
Kumpulan Artikel Berjudul “Pendidikan Manusia Indonesia yang Etis dan Terbuka. Yogyakarta: USD
Ngadirin. Ujian Akhir Nasional (UAN) sebagai Issue Kritis Pendidikan. Diakses 8
Desember 2004 dari http://Artikel. US/art 05 – 75. html. Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Edisi 1. Yogyakarta; BPFE. Rahmat Jallaludin. 1986. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Karya Singggih Santoso. 2005. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12.
Yogyakarta: Elex Media Komputindo. Soenardi. 1998. Pengantar Psikologi. Edisi 2. Jakarta: Erlangga. Suara Merdeka. 2004. “UAN dan Pegendalian Mutu Pendidikan”. 04 Mei 2004. Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara Tempo. 2005. Kontroversi ujian Nasional. 04 Februari 2005
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN I
KUESIONER
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas Responden
Isilah identitas Bapak / Ibu pada titik dan berilah tanda silang pada
pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya!
1. Lama bekerja : …………. Tahun
2. Usia : …………. Tahun
3. Jenis kelamin : a. Pria b. Wanita
4. Pendidikan terakhir : a. Diploma b.SI c. S2/S3
B. Persepsi Guru terhadap Ujian Nasional
Berikut ini adalah pernyataan–pernyataan tentang persepsi guru
terhadap Ujian Nasional (UN). Bapak / Ibu dimohon menjawab
pernyataan–pernyataan ini dengan memberi tanda silang pada salah
satu kotak. Setiap kotak mempunyai arti sebagai berikut :
1 = STS : sangat tidak setuju
2 = TS : tidak setuju
3 = N : Netral
4 = S : Setuju
5 = SS : Sangat setuju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Pernyataan - pernyataan Jawaban
STS TS N S SS
a. Berdasarkan aspek pedagogis
1 Soal- soal ujian nasional dapat mengukur pengetahuan siswa tentang mata
pelajaran yang diujikan 1 2 3 4 5
2 Tiga mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika) yang
diujikan telah mewakili seluruh pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. 1 2 3 4 5
3 Soal- soal ujian nasional dapat mengukur sikap (Nilai- nilai) hidup yang baik yang
harus dimiliki siswa sesuai dengan mata pelajaran yang bapak / ibu ampu. 1 2 3 4 5
4 Tiga mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika)
mampu mengukur seluruh nilai - nilai yang baik yang dimiliki oleh siswa. 1 2 3 4 5
5 Soal - soal ujian Nasional dapat mengukur ketrampilan - ketrampilan yang dimiliki
oleh siswa sesuai dengan kompetensi siswa yang dituntut dalam kelulusan. 1 2 3 4 5
6 Tiga mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika) yang
diujikan mampu mengukur prestasi akademik. 1 2 3 4 5
7 Sisitem penilaian dengan Ujian nasional tidak sesuai dengan kurikulum yang
berlaku saat ini. 1 2 3 4 5
8 Sistim penilaian berpusat ( sentralistik ) melanggar UU. No 20 tahun2003 bahwa
penilaian adalah otoritas guru. 1 2 3 4 5
9 Sisitim penilaian berpusat (sentralistik) dengan ujian nasional telah tidak
memperhatikan situasi dan kondisi sekolah yang berbeda-beda. 1 2 3 4 5
10
Mekanisme penilaian ujian nasional tidak jelas bagi guru. 1 2 3 4 5
b. Berdasarkan aspek sosial dan psikologis
11 Pelaksanaan ujian nasional dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. 1 2 3 4 5
12 Standar kelulusan dengan nilai di atas 4,50 untuk setiap mata pelajaran yang
diujikan sangat memberatkan guru dalam mempersiapkan siswa. 1 2 3 4 5
13 Standar kelulusan dengan nilai diatas 4,50 untuk setiap mata pelajaran yang
diujikan menjamin kualitas siswa. 1 2 3 4 5
14 Standar nilai kelulusan dengan nilai di atas 4,50 untuk setiap mata pelajaran
memotifasi siswa dalam belajar. 1 2 3 4 5
15 Standar kelulus an dengan nilai diatas 4,50 untuk setiap mata pelajaran yang
diujikan membuat guru khawatir terhadap keberhasilan siswa. 1 2 3 4 5
c. Berdasarkan Aspek Yuridis
16 Penentuan kelulusan siswa hendaknya tidak hanya ditentukan oleh Ujian
Nasional tetapi juga hasil penilaian guru di sekolah. 1 2 3 4 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17 Hasil ujian nasional bukan penentu kelulusan tetapi untuk mengevaluasi kondisi
pembelajaran di sekolah. 1 2 3 4 5
d. Berdasarkan aspek ekonomi
18 Apakah anda setuju bahwa penyelenggaraan ujian nas ional membebani orang
tua siswa secara finansial. 1 2 3
4 5
19 Pengeluaran sekolah semakin besar dalam rangka mempersiapkan peserta didik