Top Banner
i PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK HIPERAKTIF KELAS II DI SD KASIH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh : Markus Andika Nurcahya NIM : 121134198 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121

PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

Nov 05, 2019

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

i

PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI

ANAK HIPERAKTIF KELAS II DI SD KASIH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Markus Andika Nurcahya

NIM : 121134198

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi yang peneliti lakukan ini dipersembahakan untuk:

1. Tuhan Allah di surga yang selalu menyertaiku dengan limpahan berkat-Nya.

2. Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menjadi perantaraku dan

membimbingku untuk selalu berjalan lurus kepada Tuhan.

3. Kedua orangtuaku, Bapak Paulus Kartana dan Ibu Maryam Kristyani

Suharsi yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa yang selalu

menyertai perjalanan hidupku ini demi menuju kesuksesan.

4. Novie Lita Istiqomah yang selalu menjadi motivator dan inspirasiku

sehingga membuatku lebih termotivasi dalam menyelesaikan skripsi.

5. Lorensius Dede Setiawan yang telah menjadi pedoman dan motivasiku

untuk terus menjalani kehidupan ini.

6. Dosen-dosenku khususnya dosen pembimbing skripsi yang selalu

membimbingku sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

7. Cagur Family yang menjadi teman-teman seperjuanganku dari semester

awal hingga akhir.

8. Kepala Sekolah dan seluruh staff SD Kasih yang bersedia memberikan izin

kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

9. Orangtua siswa yang senantiasa bersedia memberikan informasi.

10. Universitas Sanata Dharma yang telah mendidikku menjadi seorang calon

pendidik yang berkualitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

v

MOTTO

Orang yang kuat itu bukanlah orang yang tidak pernah menangis,

melainkan orang yang selalu dapat berdiri tegak pada saat orang lain

menyakitinya.

(Markus Andika Nurcahya)

Menowo duwe kekarepan utawa niat iku kudu “Mantep Madep Marep”

(Mbah Cermo Parjono)

Berpikirlah efisien, maka kesuksesan akan ada di belakangmu

(Bapa Ranchodas)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Februari 2016

Penulis,

Markus Andika Nurcahya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

vii

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,

Nama : Markus Andika Nurcahya

NIM : 121134198

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK

HIPERAKTIF

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain

untuk kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis dan penelitinya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta, 18 Februari 2016

Penulis,

Markus Andika Nurcahya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

viii

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK

HIPERAKTIF KELAS II DI SD KASIH

Markus Andika Nurcahya

NIM : 121134198

Tidak setiap anak mengalami perkembangan secara normal. Anak

berkebutuhan khusus adalah seorang anak yang mengalami gangguan untuk

mencapai perkembangan yang optimal. Berdasarkan hasil observasi peneliti di SD

Kasih terdapat satu anak yang terindikasi mengalami hiperaktif di kelas II.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi

guru terhadap anak hiperaktif kelas II SD Kasih dan perkembangan emosi anak

hiperaktif kelas II di SD Kasih.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitin ini adalah wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh peneliti berasal dari lima

partisipan. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen utama

dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone

sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam

penelitian ini menggunakan triangulasi sumber.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi yang peneliti lakukan di SD Kasih,

terdapat tiga orang guru memiliki persepsi sama mengenai anak hiperaktif kelas

II. Tingkah laku yang ditunjukkan siswa yang mengalami hiperaktif tampak

berbeda dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Tingkah laku tersebut meliputi

susah untuk diajak konsentrasi, banyak bergerak, keluar masuk kelas tanpaizin

dan sebagainya. Selain itu, perkembangan emosi siswa tersebut juga tampak

berbeda dibandingkan dengan anak lainnya karena siswa tersebut masih sering

menunjukkan emosi yang tidak terkontrol sehingga dia sering membentak guru

saat ditegur.

Kata Kunci: Persepsi guru, Perkembangan Emosi, Hiperaktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

ix

ABSTRACT

TEACHERS PERCEPTION TOWARD EMOTIONAL DEVELOPMENT OF

SECOND GRADE HYPERACTIVE STUDENT IN KASIH ELEMENTARY

SCHOOL

Markus Andika Nurcahya

NIM: 121134198

Not every chlid experiences normal development. Children with special

needs are those who experience troubles to reach optimal development. Based on

the reseacher‟s observation result in primary school Kasih, one student in the

second grade is indicated to possess hyperactivity. Based on the bacground, this

research aims to investigate teachers‟ perception toward second grade

hyperactive students in primary school Kasih and their emotional development.

This research is a type of qualitative research in the form of description.

The data gathering techniques used in this research were interview, observation,

and documention. The data gathered were from five participants. The instrument

of this research was the researcher as the main instrument with the help of

interview guidelines, observation guidelines, a phone as a recoder device, and

anectdot. The data validity checking in this research used source triangulation.

Based on the research‟s result and discussion done through obesrvation,

interview, and documentation that the researcher did in primary school Kasih,

there were three teacher who had the same perception toward the second grade

hyperactive student. Behaviour shown by the student who possessed hyperactivity

seemed to be different than other students. The behaviour incuded difficult to

concentrate, to much mobility, entering and going out of the class without

permission, and etc. Apart from above, the student‟s emotional development also

seemed to be different than other students because he often showed uncontrolable

emotion so that he often shouted back at the teacher when being reminded.

Keywords: Perception of teachers, Emotional, Hyperactivity

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala mukjuzat dan berkat yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis mampu

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Terhadap

Perkembangan Emosi Anak Hiperaktif Kelas II di SD Kasih” dengan lancar

dan tepat waktu.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

kelulusan program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma. Penulis

menyadari dalam pembuatan skripsi ini, penulis masih banyak menemui

hambatan keterbatasan waktu, kesempatan, pengetahuan, dan pengalaman.

Namun dengan adanya pemberian semangat dan motivasi dari berbagai pihak,

pada akhirnya penyusunan skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Rohandi,

Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma. Ucapan terima kasih juga peneliti ucapkan kepada Christiyanti

Aprinastuti, S.Si, M. Pd. selaku ketua program studi PGSD Universitas Sanata

Dharma serta seluruh dosen yang telah membimbing penulis agar menjadi calon

guru yang berkualitas. Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada

kedua dosen pembimbing yaitu Ibu Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D., selaku

dosen pembimbing I dan Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi., selaku

dosen pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini hingga selesai dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

xi

Peneliti juga berterima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah SD Kasih

atasizin yang diberikan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas IIA

SD Kasih. Peneliti juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada guru kelas

IIA, guru kelas IA, dan guru olahraga yang telah bersedia untuk menjadi

partisipan dalam penelitian ini dengan memberikan informasi yang berguna bagi

peneliti. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua siswa yang

bersedia melakukan wawancara dengan peneliti dalam penelitian ini.

Terima kasih peneliti ucapakan kepada orangtua yaitu Bapak Paulus

Kartana dan Ibu Maryam Kristiyani Suharsi yang selalu memberikan kasih sayang

dan cinta kasih, semangat, dukungan, dan doa selama peneliti mulai menempuh

pendidikan. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Novie Lita Istiqomah

yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan selalu menjadi inspirasi bagi

peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Tak

lupa peneliti juga ucapkan terima kasih kepada Lorensius Dede Setiawan yang

selalu menjadi pedoman dan motivasiku untuk terus menjalani kehidupan ini.

Terima kasih peneliti ucapakan juga kepada Cagur Family yang telah

menjadi teman-teman seperjuangan di PGSD sejak peneliti memulai pendidikan

di Universitas Sanata Dharma ini. Peneliti juga tak lupa mengucapkan terima

kasih kepada Universitas Sanata Dharma atas bimbingan yang telah diberikan

selama ini danizin untuk menjadi mahasiswa di PGSD.

Dengan kerendahan hati peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu berbagai kritik, saran, serta masukan akan

sangat bermanfaat bagi peneliti untuk melakukan perbaikan dalam skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

xii

Demikian yang dapat peneliti sampaikan, peneliti berharap agar penelitian ini

dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan.

Penulis

Markus Andika Nurcahya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................iv

MOTTO ..................................................................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vii

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

ABSTRACT ........................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvi

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xvii

DAFTAR TABEL.............................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 4

1.3 Pembatasan Masalah ................................................................................ 4

1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 4

1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

1.7 Definisi Operasional ................................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................7

2.1 Kajian Pustaka .......................................................................................... 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

xiv

2.1.1 Deskripsi Partisipan Penelitian ......................................................... 7

2.1.2 Persepsi Guru .................................................................................. 10

2.1.3 Perkembangan Emosi ...................................................................... 12

2.1.4 Hiperaktif ........................................................................................ 16

2.2 Penelitian yang Relevan ......................................................................... 22

2.3 Kerangka Teori ....................................................................................... 27

2.4 Pernyataan Penelitian ............................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................30

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 30

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 31

3.2.1 Waktu Penelitian ................................................................................... 31

3.2.2 Tempat Penelitian ................................................................................. 31

3.3 Partisipan Penelitian .................................................................................... 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 33

3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................... 35

3.6 Teknik Keabsahan Data............................................................................... 38

3.6.1 Uji Kredibilitas ..................................................................................... 38

3.6.1.1 Perpanjangan Pengamatan ................................................................. 39

3.6.1.2 Triangulasi ......................................................................................... 39

3.6.2 Uji Transferabilitas ............................................................................... 41

3.6.3 Uji Dependabilitas ................................................................................ 41

3.6.4 Uji Konfirmabilitas ............................................................................... 42

3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................... 42

3.7.1 Reduksi Data ......................................................................................... 43

3.7.2 Display Data ......................................................................................... 43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

xv

3.7.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi .................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................45

4.1 Hasil Penelitian....................................................................................... 45

4.1.1 Partisipan Penelitian dan Setting Penelitian ......................................... 45

4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian ............................................................. 46

4.1.2.1 Partisipan I (guru kelas IIA) .............................................................. 46

4.1.2.2 Partisipan II (guru kelas IA) .............................................................. 50

4.1.2.3 Partisipan III (guru Olahraga) ............................................................ 54

4.1.2.4 Partisipan IV (Orangtua siswa) .......................................................... 59

4.2 Pembahasan ............................................................................................ 68

4.3 Temuan Lain dalam Penelitian ............................................................... 77

BAB V PENUTUP ................................................................................................81

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 81

5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 82

5.3 Saran ............................................................................................................ 82

DAFTAR REFERENSI .......................................................................................84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Teks Anekdot ..................................................................................87

Lampiran 2.1 Hasil Triangulasi ............................................................................91

Lampiran 3.1 Pemetaan ........................................................................................99

Lampiran 4.1 Memo Tertulis ..............................................................................101

Lampiran 5.1 Riwayat Peneliti ............................................................................103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perbedaan Ciri-Ciri Emosi Anak Dengan Orang Dewasa .................14

Gambar 2.2 Literature Map Penelitian Yang Relevan ..........................................27

Gambar 3.3 Bagan Triangulasi Teknik ..................................................................40

Gambar 3.4 Bagan Triangulasi Sumber .................................................................40

Gambar 3.5 Teknik Analisis Data ..........................................................................44

Gambar 4.1 Temuan Lain Penelitian.....................................................................80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

xviii

DAFTAR TABEL

Gambar 3.1 Tabel Waktu Penelitian ......................................................................31

Gambar 3.2 Tabel Alur Instrumen Penelitian ........................................................38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh dan bantuan yang diberikan

kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup

baik melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang

dewasa (yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, dan

sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa. Pada jaman ini

sudah banyak anak yang bisa mendapat pendidikannya sejak mereka masih

dini dalam pembelajaran-pembelajaran yang diberikan melalui sekolah formal

yang tersebar di setiap wilayah di dunia ini. Pembelajaran di Indonesia dapat

dimulai dari anak usia dini lalu melanjutkan ke TK, SD, SMP, SMA/SMK,

dan bisa langsung bekerja atau bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Tidak

hanya sekolah-sekolah tersebut yang tersebar di Indonesia namun juga ada

sekolah khusus seperti SLB (Sekolah Luar Biasa) yang diselenggarakan

negara bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan.

Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal. Anak

berkebutuhan khusus adalah mereka yang dalam perkembangannya

mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor

resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan

penanganan atau intervensi khusus. Anak berkebutuhan khusus tidak hanya

mencakup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen

akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), tetapi juga anak

berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Anak berkebutuhan khusus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

2

temporer juga biasa disebut dengan anak dengan faktor resiko, yaitu individu-

individu memiliki problem dalam perkembangannya yang dapat berpengaruh

terhadap kemampuan belajar selanjutnya, atau memiliki kerawanan atau

kerentanan atau resiko tinggi terhadap munculnya hambatan atau gangguan

dalam belajar atau perkembangan selanjutnya. Bahkan, dipercayai bahwa anak

berkebutuhan khusus yang bersifat temporer apabila tidak mendapatkan

intervensi secara tepat sesuai kebutuhan khususnya, dapat berkembang

menjadi permanen.

Salah satu anak berkebutuhan khusus yang biasanya banyak terdapat di

sekolah adalah anak hiperaktif. Zaviera (2014:11) menjelaskan anak hiperaktif

adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan

hiperaktivitas. Hiperaktif juga biasa disebut dengan hiperkinetik. Hiperkinetik

adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini

(sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan

perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Anak hiperaktif tentunya memiliki

perbedaan dalam perkembangan emosi dibandingkan dengan anak-anak

normal lainnya. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan

(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang

teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini

menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,

organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga

masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan

emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

3

lingkungannya (Soetjiningsih, 1995). Istilah emosi berasal dari kata emotus

atau emovere atau mencerca (to stir up) yang berarti sesuatu yang mendorong

terhadap sesuatu, misal emosi gembira mendorong untuk tertawa, atau dengan

perkataan lain emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian

diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu

(Sujiono, 2005). Dari pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa perkembangan emosi adalah perubahan yang progresif dan kontinyu

(berkesinambungan) mengenai perasaan/pikiran dalam diri individu dari mulai

lahir sampai mati yang muncul dari perilakunya. Persepsi adalah proses

diterimanya rangsangan melalui panca indra yang didahului oleh perhatian

sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang

hal yang diamati baik yang berasal dari dalam maupun luar individu (Sunaryo,

2013:96).

Hasil observasi peneliti di SD Kasih terdapat satu anak yang

terindikasi mengalami hiperaktif di kelas II dan terlihat anak tersebut memiliki

perbedaan dalam aspek perkembangan emosi dengan anak yang lain.

Perbedaan perkembangan emosi tersebut yaitu terlihat pada perilaku anak

yang sering meledak-ledak emosinya saat dia ditegur oleh guru. Hasil

observasi tersebut membuat peneliti untuk melakukan penelitian mengenai

persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif. Selain itu, alasan

peneliti melakukan penelitian ini karena peneliti memang tertarik menghadapi

anak yang susah untuk dikendalikan. Penelitian ini diharapkan dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

4

menjelaskan dan menggambarkan dalam masalah pendidikan formal

mengenai perkembangan emosi anak hiperaktif dari segi pandangan guru.

1.2 Identifikasi Masalah

Ditemukan siswa yang mengalami hiperaktif di SD Kasih dan belum

diketahui tentang persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa yang

mengalami hiperaktif.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada di latar belakang, maka peneliti

akan membatasi masalah tersebut oleh persepsi guru terhadap perkembangan

emosi siswa yang mengalami hiperaktif kelas II di SD Kasih.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagaimana persepsi guru terhadap anak hiperaktif kelas II di SD Kasih?

1.4.2 Bagaimana persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak yang

mengalami hiperaktif di SD Kasih?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk sebagai berikut:

1.5.1 Untuk mengetahui persepsi guru terhadap anak yang mengalami hiperaktif

1.5.2 Untuk mengetahui persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak yang

mengalami hiperaktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

5

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan pada

dunia pendidikan tentang memahami anak hiperaktif, serta untuk

menambah pengetahuan mengenai penanganan yang yang tepat untuk

menangani anak hiperaktif, dan untuk menambah pengetahuan tentang

persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif.

1.6.2 Manfaat Praktis

1.6.2.1 Bagi Peneliti

Hasil dan proses penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

tentang persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa hiperaktif.

1.6.2.2 Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberi

pembelajaran, pembinaan, bimbingan, dan pertimbangan dalam

membangun perkembangan belajar anak hiperaktif di kelas.

1.6.2.3 Bagi Orangtua yang Memiliki Anak Hiperaktif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk orangtua

yang memiliki anak hiperaktif agar dapat selalu memperhatikan,

membimbing, dan mengembangkan emosi anaknya ketika di rumah.

1.6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk melakukan

studi lanjutan tentang persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa

hiperaktif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

6

1.7 Definisi Operasional

a. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevalusi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

b. Persepsi adalah proses memahami, menerima, mengkoordinasi,

menginterpretasikan rangsangan di lingkungan sekitar melalui panca

indera sehingga menyadari dan mengerti apa yang diinderakan.

c. Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan

perubahan sikap dari suatu aktivitas yang dilakukan.

d. Perkembangan emosi adalah perubahan yang progresif dan kontinyu

(berkesinambungan) mengenai perasaan/pikiran dalam diri individu

dari mulai lahir sampai mati yang muncul dari perilakunya.

e. Hiperaktif adalah disfungsi neurologis dengan gejala gangguan

pemusatan perhatian terhadap suatu hal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini, peneliti memaparkan empat topik yaitu kajian pustaka,

penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pernyataan penelitian. Pada kajian

teori, peneliti membahas tentang teori-teori yang masih berkaitan dengan persepsi

guru terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif. Pada penelitian yang relevan,

peneliti memaparkan hasil penelitian yang pernah dilakukan dan penelitian

tersebut masih berkaitan dengan judul penelitian ini. Sedangkan pada kerangka

teori, peneliti menunjukkan kepada para pembaca agar dapat memahami

penelitian yang dilakukan, serta pernyataan penelitian yang masih memiliki kaitan

dengan rumusan masalah dalam penelitian ini.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Deskripsi Partisipan Penelitian

Partisipan awal dalam penelitian ini adalah seorang siswa laki-laki kelas II

di SD Kasih bernama M.F.S yang biasa dipanggil dengan nama Marka (nama

disamarkan). Peneliti menggunakan siswa tersebut karena sesuai hasil

pengamatan dan wawancara, anak tersebut mengalami hiperaktif. Marka lahir

pada tanggal 23 Mei 2008 dan menurut guru wali kelas IIA yang setiap harinya

mengajar, anak ini masih memiliki keturunan dari suku Batak. Marka tinggal

bersama dengan kedua orang tuanya yang masih utuh serta dengan satu kakak

kandungnya yang saat ini juga masih berstatus sebagai siswa di SD Kasih

tepatnya di kelas IV. Marka merupakan anak kedua dari pasangan suami istri

H.M.S dan F.H.P. Marka tinggal bersama keluarganya di salah satu daerah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

8

wilayah Kabupaten Bantul. Kondisi perekonomian keluarga Marka termasuk ke

dalam golongan menengah ke atas. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil

observasi peneliti dari data sekolah yang menyatakan bahwa Ayah Marka bekerja

sebagai wiraswasta, dan ibunya tidak bekerja. Data mengenai tanggal lahir dan

kondisi perekonomian Marka tersebut peneliti dapatkan dari hasil observasi data

sekolah.

Peneliti sebelumnya sudah mengetahui bahwa Marka adalah seorang anak

yang mengalami hiperaktif pada saat peneliti melaksanakan kegiatan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Kasih selama kurang lebih tiga bulan. Peneliti

tidak membuat jadwal untuk melakukan wawancara dengan Marka karena peneliti

karena peneliti tidak melakukan wawancara terhadapnya. Peneliti melakukan

penelitian ini dengan melakukan pengamatan atau observasi langsung dan

mewawancarai beberapa guru mengenai Marka saat melakukan pembelajaran di

kelas maupun di luar kelas. Pada awal kegiatan PPL peneliti mengobservasi

tingkah laku Marka yang tidak bisa duduk diam di kelas bahkan sampai lari-lari di

saat pembelajaran berlangsung, bermain-main saat di dalam kelas dengan barang-

barang yang ada di sekitarnya, dan menganggu temannya saat pelajaran

berlangsung sehingga Marka memiliki kesan sebagai anak nakal di kelas.

Peneliti sempat masuk di kelas Marka untuk memberikan pembelajaran

sebagai tugas peneliti juga untuk mengajar dalam melaksanakan PPL. Selama

peneliti melakukan proses pembelajaran, Marka susah untuk bisa diajak diam dan

bahkan saat ditegur dia lari meninggalkan kelas. Saat peneliti mengajak siswa

secara klasikal untuk memperhatikan dan mencoba mengerjakan tugas-tugas dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

9

peneliti, terlihat Marka sedang asyik bermain-main dengan barang yang ada di

sekitarnya seperti pensil atau penghapus. Dengan kejadian tersebut dapat

dikatakan bahwa Marka sangat sulit untuk memusatkan perhatian terutama pada

saat diajak untuk melakukan sesuatu hal yang berkaitan dengan berpikir atau

dengan hal yang tidak disukainya. Selama peneliti mengamati, terlihat bahwa

Marka lebih cenderung menyukai bermain dan aktivitas-aktivitas fisik karena

peneliti telah mencoba untuk menggunakan sebuah media untuk mengajak siswa

kelas IIA untuk bermain sambil belajar. Saat itulah Marka terlihat dapat mengikuti

pembelajaran dengan baik.

Selama peneliti melakukan observasi terhadap Marka, memang perilaku

Marka terlihat berbeda dengan anak-anak yang lainnya. Tingkah laku Marka

cenderung sulit untuk diatur karena seringkali Marka terlihat mengganggu

temannya pada saat pembelajaran berlangsung. Peneliti juga melihat bahwa

Marka ternyata memiliki emosi yang cukup tinggi karena peneliti pernah melihat

saat pembelajaran di kelas berlangsung, Marka malah berkelahi dengan teman

sebangkunya hanya karena Marka mengganggu teman sebangkunya dan

temannyapun membalas dengan menganggunya. Setelah Marka diganggu dengan

temannya, Marka langsung marah dan malah berkelahi dengan temannya tersebut.

Sewaktu kegiatan pembelajaran di kelas Marka terlihat selalu keluar kelas

tanpa izin dan tanpa alasan sama sekali. Selain itu, Marka juga sering terlihat

tidak rapi dalam mengenakan seragamnya dan sering terlihat berkeringat karena

aktivitas-aktivitas fisik yang dia lakukan. Bedasar hasil pengamatan dengan

partisipan, Marka kemungkinan mengalami hiperaktif. Gangguan yang dialami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

10

Marka secara tidak langsung berpengaruh pada perilaku Marka di sekolah,

perubahan emosi, dan interaksinya.

Kesimpulan peneliti mengenai Marka ternyata didukung oleh guru kelas

IIA sebagai wali kelas Marka serta didukung oleh guru-guru lain. Saat peneliti

melakukan wawancara dengan guru kelas, guru kelas menjelaskan bahwa Marka

memang sangat sulit diatur, mudah marah, sering keluar masuk kelas tanpa izin

dan alasan yang jelas, sering mengganggu teman-temannya sampai dianggap

sebagai anak nakal.

2.1.2 Persepsi Guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (KBBI, 2005: 863)

persepsi adalah tanggapan (penerima) langsung dari sesuatu. Menurut Dakir

(dalam Moedjanto, dkk 1987:15) persepsi adalah suatu proses untuk memberi arti

pada tanda-tanda dari objek atau fakta objektif yang diterima oleh individu setelah

ia memperoleh stimulasi lewat indera-inderanya. Thoha (2005: 141-142)

mengemukakan bahwa persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang

dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya,

baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Walgito (dalam Sunaryo, 2013:95) mendefinisikan bahwa persepsi sebagai

proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima

oleh organisme atau individu sehingga menghasilkan sesuatu yang berarti dan

merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Persepsi merupakan

proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses

diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

11

diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang

dinamakan persepsi. Dengan persepsi, individu menyadari dapat mengerti tentang

keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam

diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004 : 93). Ada 2 macam persepsi

menurut Sunaryo (2004 : 94) yaitu:

1) Eksternal perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya

rangsangan yang datang dari luar diri individu.

2) Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan

yang berasal dari diri sendiri. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah

individu itu sendiri.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan persepsi adalah

tanggapan dari penerima secara langsung dengan proses memahami pada suatu

objek melalui indera penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan

penciuman terhadap suatu informasi yang diperoleh sehingga dapat mengerti dan

menyadari apa yang diinderakan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa persepsi

bersifat individu karena persepsi setiap orang terhadap suatu objek belum tentu

sama dengan orang atau individu lain. Dengan adanya persepsi, individu

menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya

maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.

Guru adalah salah satu dari bagian dalam sebuah kegiatan pembelajaran

yang bertugas untuk memberikan pembelajaran dan memiliki posisi untuk

menentukan suatu pembelajaran. Fungsi utama guru adalah marancang,

mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

12

2.1.3 Perkembangan Emosi

Sarwono (dalam Yusuf, 2011: 115) berpendapat emosi adalah setiap

keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah

maupun pada tingkat yang luas. Menurut Beaty (2013: 92), perkembangan

emosional anak agak berbeda dari aspek perkembangan lainnya. Meskipun

pertumbuhan emosional terjadi serentak dengan perkembangan fisik, sosial,

kognitif, bahasa, dan kreatif dan saling bergantung di antara mereka, sepertinya

seolah-olah anak–anak belum terlihat mantap. Seperti yang LeDoux (dalam Beaty

, 2013: 92) jelaskan: “ Sebuah emosi merupakan pengalaman subjektif, invasi

kesadaran yang bersemangat, sebuah perasaan adalah respons terhadap perasaan

ini yang mungkin berubah pada anak kecil sejalan waktu karena kedewasaannya,

lingkungan, reaksi orang lain disekitarnya, atau pembimbingan yang diterima”.

Beaty (2013: 92) juga menjelaskan bahwa perkembangan emosional

memang memiliki dasar fisik dan kognitif bagi perkembangannya, tetapi begitu

kemampuan dasar manusia terbentuk, emosi jauh lebih situasional. Menurut

pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi adalah setiap

keadaan pada diri anak yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah

maupun pada tingkat yang luas mempunyai perkembangan fisik, sosial, kognitif,

bahasa, dan kreatif yang berbeda. Perkembangan emosi juga memiliki dasar fisik

dan kognitif bagi perkembangannya, tetapi begitu kemampuan dasar manusia

terbentuk, emosi jauh lebih situasional. Izard (dalam Beaty , 2013: 92)

berpendapat emosi memiliki tiga dimensi yang saling berinteraksi internal yaitu:

a. Perasaan sadar atau pengalaman emosional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

13

b. Proses di otak dan sistem saraf

c. Pola atau reaksi ekspresif yang bisa diamati

Beaty (2013: 94) juga memaparkan bagaimana cara membantu anak-anak

mengelola reaksi emosional tidak sesuai, diantaranya:

a. Singkirkan atau kurang penyebab emosi

b. Redakan respons negatif anak dengan membiarkannya “mengeluarkannya”

melalui tangisan, bicara, atau memindahkan perasaannya menjadi tindakan

nondestruktif

c. Tawarkan dukungan, kenyamanan, dan ide untuk kontrol diri

d. Contohkan sendiri perilaku terkendali

e. Beri anak kesempatan untuk membicarakan perasaan negatif secara sesuai

Yusuf (2011: 115) memaparkan ada beberapa contoh tentang pengaruh

emosi terhadap perilaku individu diantaranya sebagai berikut:

a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil

yang telah dicapai

b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan

sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi)

c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang

mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup

(nervous) dan gagap dalam berbicara

d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

14

e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan

mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri

maupun terhadap orang lain

Yusuf (2011: 116) juga memaparkan ciri-ciri emosi, diantaranya:

a. Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya seperti

pengamatan dan berpikir

b. Bersifat fluktuatif (tidak tetap)

c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera

Ada tiga ciri-ciri emosi yang telah diungkapkan oleh ahli seperti di atas.

Namun untuk mengenal lebih jauh mengenai ciri-ciri emosi, emosi juga dapat

dibedakan menjadi emosi anak dengan emosi orang dewasa. Perbedaan tersebut

dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut.

EMOSI ANAK EMOSI ORANG DEWASA

1. Berlangsung singkat dan

berakhir tiba-tiba

2. Terlihat hebat/kuat

3. Bersifat sementara/dangkal

4. Lebih sering terjadi

5. Dapat diketahui dengan jelas

dari tingkah lakunya

1. Berlangsung lebih lama dan

berakhir lambat

2. Tidak terlihat hebat/kuat

3. Lebih mendalam dan lama

4. Jarang terjadi

5. Sulit diketahui karena lebih

pandai menyembunyikannya

Yusuf (2011: 117) menjelaskan bahwa emosi dapat dikelompokkan ke

dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan (psikis).

a. Emosi Sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar

terhadap tubuh, seperti: rasa dingin, sakit, lelah, kenyang, dan lapar

Tabel 2.1 Perbedaan ciri-ciri emosi anak dengan orang dewasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

15

b. Emosi Psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan. Yang

termasuk emosi ini diantaranya adalah:

1) Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang

lingkup kebenaran.

2) Perasaan Sosial, yaitu perasan yang menyangkut hubungan dengan orang

lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok.

3) Perasaan Susila, yaitu perasan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik

dan buruk atau etika (moral).

4) Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasan yang berkaitan erat dengan

keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan maupun kerohanian.

5) Perasaan Ketuhanan, manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama)

kemudian manusia dijuluki sebagai “Homo Divinans” dan “Homo

Religius” yang berarti sebagai makhluk yang berke-Tuhan-an atau

makhluk beragama.

James dan Lange (dalam Yusuf, 2011: 118) menyatakan bahwa, emosi itu

timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Menurut

Lindsley (dalam Yusuf, 2011: 118) menyatakan bahwa emosi disebabkan oleh

pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak. Sedangkan

Waston (dalam Yusuf, 2011: 118) mengemukakan bahwa ada tiga pola dasar

emosi yaitu takut, marah, dan cinta. Ketiga jenis emosi tersebut menunjukkan

respons tertentu pada stimulus tertentu juga, tetapi kemungkinan terjadi juga

perubahan. Menurut pendapat para ahli tersebut emosi muncul disebabkan

kegiatan individu yang terlampau keras dari susunan syaraf otak dan rasa takut,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

16

marah serta cinta menunjukkan respons tertentu sehingga terjadi sebuah

perubahan.

2.1.4 Hiperaktif

Marlina (2008: 2) berpendapat istilah ADHD diadaptasi dari bahasa

inggris yaitu Attention Deficit/Hiperactifity Disorder. Seorang ADHD akan

mengalami kesulitan dalam perilaku, kesulitan bersosial, dan kesulitan lain yang

berkaitan. Zaviera (2014:11), anak hiperaktif adalah anak yang mengalami

gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas. Hiperaktif juga biasa

disebut dengan hiperkinetik. Hiperkenitik adalah gangguan pada anak yang timbul

pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak

mampu memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Hermawan (dalam

Zaviera, 2014:14) menjelaskan ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah

gangguan tingkah laku yang tidak normal. Disebabkan disfungsi neurologis

dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Dari beberapa pendapat

tersebut dapat dikatakan bahwa hiperaktif adalah perilaku yang berkembang

secara tidak sempurna dan timbul pada anak-anak dan orang dewasa yang

disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan

perhatian.

Barkley (dalam Martin, 2008:21) mengungkapkan ciri-ciri anak yang

mengalami gangguan hiperaktif adalah sulit memusatkan perhatian pada yang

dilakukannya, tidak berhasil menyelesaikan tugas, sulit mempertahankan

perhatian ketika bermain, konsentrasi mudah terganggu, impulsivitas, sulit antri,

ingin menguasai interaksi sosial dan suka menyela pembicaraan orang, tidak dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

17

duduk diam, kadang memanjat, selalu bergerak, sulit mematuhi peraturan dan

instruksi.

2.1.3.1 Ciri-ciri Hiperaktif

Zaviera (2014:15) menjelaskan ciri-ciri hiperaktif:

1. Tidak fokus

Anak dengan gangguan hiperaktivitas tidak bisa berkonsentrasi

lebih dari lima menit. Dengan kata lain, ia tidak bisa diam dalam

waktu lama dan mudah teralihkan perhatiannya kepada hal lain. Tidak

hanya itu, anak dengan gangguan hiperaktvitas tidak memliki fokus

yang jelas. dia berbicara semaunya berdasarkan apa yang ingin

diutarakan tanpa ada maksud jelas sehingga kalimatnya sering sulit

dipahami. Biasanya anak selalu cuek ketika dipanggil.

2. Menentang

Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap

menentang atau tidak mau dinasehati. Penolakannya juga bisa

ditujukan dengan sikap cuek.

3. Destruktif

Perilaku anak hiperaktivitas bersifat destruktif atau merusak,

biasanya merusak barang yang ada disekitarnya. Oleh karena itu,

anakhiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah

dipegang dan dirusak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

18

4. Tidak kenal lelah

Anak dengan gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukkan

sikap lelah. Sepanjang hari dia akan selalu bergerak kesana kemari,

lompat, lari, berguling, dan sebagainya.

5. Tanpa tujuan

Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan yang jelas.

6. Tidak sabar dan usil

Anak dengan gangguan hiperaktivitas memiliki sifat yang tidak

sabar. Selain itu anak dengan gangguan hiperaktivitas sering mengusili

teman-temannya tanpa alasan yang jelas.

7. Intelektualitas rendah

Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas

berada dibawah rata-rata anak normal. Mungkin karena secara

psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa

menunjukkan kemampuan kreatifnya.

Dari pernyataan di atas dapat lihat bahwa ada banyak ciri-ciri hiperaktif

yaitu tidak fokus, menentang, destruktif, tidak kenal lelah, tanpa tujuan, tidak

sabar dan usil, dan intelektualitas rendah.

2.1.3.2 Tipe Hiperaktif

Zaviera (2014:12) juga menyebutkan tipe hiperaktif adalah:

2. Tipe sulit berkonsentrasi

Berikut adalah ciri anak hiperaktif tipe sulit berkonsentrasi:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

19

a. Sering melakukan kecerobohan atau gagal menyimak hal yang

teperinci dan sering membuat kesalahan karena tidak cermat

b. Sering sulit memusatkan perhatian secara terus-menerus dalam

suatu aktivitas

c. Sering tampak tidak mendengar kalau diajak bicara

d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas

e. Sering sulit mengatur kegiatan maupun tugas

f. Sering menghindar, tidak menyukai, atau enggan melakukan

tugas yang butuh pemikiran yang cukup lama

g. Sering kehilangan barang yang dibutuhkan untuk melakukan

tugas

h. Sering mudah beralih perhatiannya oleh rangsangan dari luar

i. Sering lupa dalam mengerjakan kegiatam sehari-hari

3. Tipe hiperaktif-impulsif

Berikut adalah ciri anak hiperaktif tipe hiperaktif-impulsif:

a. Sering menggerak-gerakan tangan atau kaki ketika duduk atau

sering menggeliat.

b. Seing meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia

duduk manis

c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada

keadaan yang tidak selayaknya

d. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan

tenang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

20

e. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin.

Tenaganya juga tidak habis

f. Sering terlalu banyak bicara

g. Sering terlalu cepat memberi jawaban ketika ditanya, padahal

pertanyaan belum selesai

h. Sering sulit meninggu giliran

i. Sering memotong atau menyela pembicaraan

4. Tipe kombinasi

Ciri anak hiperaktif tipe kombinasi mencakup kedua ciri dari tipe sulit

berkonsentrasi dan tipe hiperaktif-impulsif.

2.1.3.3 Kriteria Diagnosis ADHD

Berdasarkan karakteristik anak hiperaktif, ada tiga tipe kriteria

anak hiperaktif, yaitu tipe inatensi, tipe hiperaktif-implusif, dan tipe

kombinasi berlebihan dibandingkan anak-anak lain yang sebaya (Wood,

2003). DSM-IV® - TR (2003) menjelaskan tiga tipe kriteria anak

hiperaktif:

1. Tipe Inatensi; Perilaku yang muncul pada anak, diantaranya (1) anak

sulit memberikan perhatian pada setiap detail pekerjaan, tugas

sekolah, atau aktivitas lain (ceroboh), (2) sulit berkonsentrasi saat

mengerjakan tugas atau bermain, (3) tampak tidak mendengarkan

jika diajak berbicara, (4) sering tidak mengikuti perintah dan gagal

dalam menyelesaikan tugas, (5) tidak teratur dalam mengerjakan

tugas, (6) menghindari aktivitas mental (berpikir), (7) sering

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

21

kehilangan barang milik pribadi, seperti buku, pensil, mainan, dan

sebagainya, (8) perhatiannya mudah teralih, dan (9) sering lupa.

2. Tipe Hiperaktif dan Impulsif; Perilaku yang muncul pada hiperaktif

(1) sering gelisah (selalu menggerak-gerakkan tangan atau

menggoyang-goyangkan badan), (2) sering meninggalkan tempat

duduk, (3) berlari dan memanjat secara berlebihan dalam situasi

yang tidak tepat, (4) sulit bermain dengan tenang saat waktu luang,

(5) melakukan aktivitas motorik secara berlebihan, (6) sering

berbicara berlebihan, dan perilaku yang muncul pada impulsif (7)

sering menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai

diberikan, (8) sulit menunggu giliran, dan (9) sering menyela

pembicaraan orang lain.

3. Tipe kombinasi; Perilaku yang muncul pada anak dengan tipe

kombinasi mencakup kedua karakteristik anak hiperaktif dari tipe

inatensi dan tipe hiperaktif-implusif.

Beberapa kriteria tipe anak hiperaktif yang dikemukakan oleh DSM-IV® -

TR dijadikan pedoman secara umum untuk menentukan seseorang mengalami

hiperaktif. Seseorang dinyatakan mengalami hiperaktif apabila memenuhi

minimal 6 kriteria diagnosis selama tiga bulan terakhir.

Delphie (2006: 74) mengemukakan bahwa kesulitan belajar anak

hiperaktif disebabkan juga adanya kontrol diri yang kurang dan sering impulsif

dalam setiap kegiatan yang dia lakukan, sangat mudah untuk marah dan seringkali

suka berkelahi. Penyebab hiperaktif telah banyak diteliti dan dipelajari, tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

22

belum ada satu pun penyebab pasti yang tampak berlaku bagi semua gangguan

yang ada. Berbagai virus, zat-zat kimia berbahaya yang banyak dijumpai di

lingkungan sekitar, faktor genetika, masalah selama kehamilan atau kelahiran,

atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan otak berperan

penting sebagai faktor penyebab hiperaktif (Zaviera, 2014:52-53).

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Amin

tahun 2009 pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program

pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun dalam bentuk jurnal penelitian. Judul

yang penulis ambil dalam jurnal penelitiannya adalah “Perilaku Hiperaktif dan

Upaya Penanganannya”. Penelitian dilakukan karena perilaku buruk pada masa

kanak-kanak apabila tidak diatasi cenderung bermasalah pada saat dewasa,

sehingga dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam lingkungan sekolah,

lingkungan pekerjaan dan keluarga mereka menghadapi banyak masalah. Dari

latar belakang di atas, penulis memaparkan hasil penelitian terhadap dua orang

anak yang berperilaku hiperaktif dan upaya yang dilakukan guru dalam membantu

kedua anak tersebut, dimana kedua anak secara umum memiliki karakteristik dan

perilaku yang hampir sama dan sangat mengganggu proses pembelajaran di kelas

dan bertujuan agar para guru TK/Pendidik anak usia dini lainnya memahami

bentuk perilaku anak hiperaktif serta memahami upaya yang seharusnya

dilakukan dalam membantu anak yang berperilaku hiperaktif.

Hasil penelitian yang penulis dapat adalah perilaku anak yang hiperaktif

tampak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian penulis dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

23

mempertahankan konsentrasinya paling lama lima menit, tidak dapat duduk

tenang, berpindah dari satu tempat ketempat lain, tidak dapat menyelesaikan

tugas-tugas, dalam interaksi sosial cenderung memonopoli kegiatan, impulsif,

kadang menyela pembicaraan orang dan agresif. Merubah perilaku anak yang

mengalami hiperaktif dituntut kesabaran, keikhlasan dan keterampilan, dengan

penanganan kognitif behavioral yaitu menggabungkan modifikasi perilaku yang

didasarkan pada pemberian pujian atas keberhasilan yang dicapai dan modifikasi

kognitif dengan melatih anak untuk mewarnai atap rumah dan berhasil

melakukannya.

Penelitian kedua adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zaezara

pada tahun 2014 di SD Bercahaya. Peneliti ini mengambil judul “Persepsi dan

Cara Penanganan Guru Terhadap Kemampuan Belajar Siswa dengan Gangguan

Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Kelas II di SD Bercahaya”.

Penelitian ini dilakukan atas dasar masing-masing guru mempunyai pandangan

yang berbeda-beda terhadap ABK, karena guru tidak memahami betul apa yang

dialami anak. Ada sebagian guru yang tidak peduli terhadap perubahan emosi,

tingkah laku dan permasalahan lain yang terjadi pada N, namun ada pula guru

yang membantu anak dengan memberikan pendekatan-pendekatan, seperti

mendekati anak, kemudian menanyakan apa yang menyebabkan anak melakukan

perilaku yang tidak baik ketika proses pembelajaran.

Hasil penelitian yang didapat adalah persepsi guru terhadap kemampuan

belajar siswa yang mengalami GPPH, berdasarkan penelitian yang dilakukan

diperoleh data bahwa setiap guru yang mengampu di kelas II SD Bercahaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

24

memiliki kesamaan dengan teori tentang anak GPPH, namun persepsi guru terkait

dengan kondisi siswa yang mengalami GPPH tidak memiliki kesamaan dengan

teori anak GPPH. Terkait dengan pola perilaku yang ditunjukan N, maka

pemberian treatment telah guru lakukan dengan cara sendiri tanpa adanya

pelatihan khusus, seperti membiarkan siswa melakukan hal yang ingin dilakukan.

Membiarkan atau mendiamkan siswa yang mengalami GPPH itu menunjukan

perilakunya yang tidak biasa merupakan bentuk motivasi yang diberikan guru

sebagai langkah awal dalam penanganan. Kurangnya pemahaman guru tentang

anak GPPH disebabkan karena guru belum pernah mengikuti pelatihan khusus

tentang cara terbaik menangani anak berkebutuhan khusus terutama cara

penanganan bagi anak yang mengalami GPPH.

Penelitian ketiga adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hidayati

pada tahun 2013 dalam sebuah jurnal penelitian. Judul penelitian yang dia ambil

adalah “Peran Pendampingan Regulasi Emosi Terhadap Perilaku Maltreatment

pada Ibu dari Anak GPPH”. Penelitian ini dilakukan atas dasar data yang

diperoleh dari hasil preliminary study yang dilakukan, menunjukkan bahwa hasil

dari wawancara dengan ibu yang memiliki anak terdiagnosa GPPH menunjukkan

bahwa ibu sering tidak sabar dan jengkel menghadapi perilaku anak yang tidak

pernah dapat tenang, suka memporak porandakan mainan atau barangbarang yang

ada di rumah, berguling-guling ketika keinginannya tidak terpenuhi. Sikap ibu

menjadi lebih kasar dan terkadang berbuat kasar, mencubit dan memukul,

menyeret ketika anak tidak segera melakukan instruksi yang diberikan, ibu merasa

anak merepotkannya. Sikap keras yang dilakukan oleh ibu dalam upaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

25

mengendalikan perilaku anak, namun kenyataan justru sebaliknya, anak menjadi

marah dan menunjukkan sikap melawan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang

memiliki anak dengan GPPH merasa tertekan dan sering mengalami kesulitan

ketika menghadapi perilaku dan emosi anaknya, dan terkadang ibu harus menahan

emosinya sendiri ketika menghadapi perilaku anaknya.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis berpikir perlu ada upaya yang

dapat memberikan manfaat praktis dan segera dirasakan agar ibu tidak merasa

tertekan sehingga menjadi lebih tenang dan sabar dalam menghadapi anak dengan

GPPH. Upaya yang bisa dilakukan oleh penulis antara lain dengan pendampingan

pada ibu yang memiliki anak dengan GPPH untuk mengatur emosinya atau

melakukan regulasi emosi. Menurut penulis regulasi emosi perlu dilakukan ibu

agar dapat melatih dan mengendalikan emosinya terutama selama berinteraksi

dengan anak dengan GPPH. Ibu dengan kemampuan regulasi emosi yang baik,

diharapkan memiliki reaksi emosional yang positif.

Pendampingan dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan

informasi mengenai GPPH dan kedua model proses regulasi emosi melalui kelima

aspeknya (pemilihan situasi, modifikasi situasi, penyebaran perhatian, perubahan

kognitif dan modulasi respon). Hal ini bertujuan untuk mengetahui informasi

mengenai GPPH dan beberapa cara regulasi emosi secara jelas, ibu lebih bisa

mengelola emosi secara baik karena persepsi ibu yang semula negatif terhadap

perilaku anak dengan GPPH berubah lebih positif, ibu lebih memahami dinamika

perilaku anak dengan GPPH, lebih bisa menerima kondisi anak dan dapat

memberikan pengasuhan yang lebih positif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

26

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, diperoleh

kesimpulan bahwa pendampingan regulasi emosi dapat menurunkan perilaku

maltreatment fisik yaitu perilaku mencubit pada kedua subjek. Kedua subjek

dalam penelitian ini menggunakan kedua model strategi regulasi emosi yaitu

strategi reappraisal (antecedent-focused) dan strategi Response-Focused

(Expressive Suppression) tergantung situasi, namun lebih sering menggunakan

strategi Response-Focused (Expressive Suppression). Hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa kedua subjek dalam melakukan regulasi emosi, tanpa

melalui seluruh proses atau tahap dari kelima model proses regulasi emosi. Kedua

subyek pada saat berada dalam situasi yang akan memunculkan emosi akibat

perilaku anak dengan GPPH yang sulit dikendalikan dapat memilih model yang

memungkinkan dilakukan saat itu.

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, hasil penelitian yang telah

dilakukan memiliki relevansi dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Pada

penelitian pertama dan kedua menyatakan tentang perilaku hiperaktif dan persepsi

guru tehadap anak berkebutuhan khusus. Peneliti akan melakukan penelitian

mengenai persepsi guru terhadap anak hiperaktif dan tentunya peneliti juga

membutuhkan informasi mengenai perilaku serta cara penanganan anak

hiperaktif. Sedangkan penelitian ketiga menerangkan mengenai regulasi emosi

terhadap perilaku maltreatment pada ibu dari anak GPPH. Dari penelitian ketiga

ini juga telah menggambarkan perkembangan emosi yang terjadi pada anak

hiperaktif terkait dengan perilaku maltreatment pada orang tua anak. Hal ini

terlihat pada saat anak menjadi marah dan menunjukkan sikap melawan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

27

Peneliti membuat sebuah literature map atau kerangka berpikir yang

memuat penelitian-penelitian terdahulu sampai dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti. Berdasar pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti

mengenai subjek seorang anak yang tergolong dalam anak yang berkebutuhan

khusus yaitu hiperaktif, peneliti berupaya untuk mengetahui persepsi guru

terhadap perkembangan emosi siswa anak yang mengalami hiperaktif kelas II di

SD Kasih. Kerangka berpikir penelitian yang relevan dapat dilihat pada berikut:

2.2 Literature Map Penelitian yang Relevan

2.3 Kerangka Teori

Pendidikan sekolah dasar adalah sebuah cabang pendidikan yang

diselenggarakan untuk mencerdaskan anak bangsa ditingkat awal setelah anak

menyelesaikan pendidikan anak usia dini. Pendidikan sekolah dasar menjadi tempat

untuk anak-anak belajar seusai lulus dari sebuah cabang pendidikan tingkat kanak-

PERILAKU HIPERAKTIF PERKEMBANGAN EMOSI PERSEPSI GURU

Perilaku Hiperaktif dan

Upaya Penanganannya

Persepsi dan Cara Penanganan

Guru Terhadap Kemampuan

Belajar Siswa dengan Gangguan

Pemusatan Perhatian dan

Hiperaktivitas (GPPH) Kelas II di

SD Bercahaya

Peran Pendampingan

Regulasi Emosi

Terhadap Perilaku

Maltreatment pada Ibu

dari Anak GPPH

Persepsi Guru Terhadap Perkembangan Emosi

Anak Hiperaktif Kelas II di SD Kasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

28

kanak. SD Kasih adalah sebuah sekolah dasar yang memiliki cukup banyak siswa. Ada

berbagai karakteristik siswa di SD tersebut, akan tetapi tidak ada perlakuan khusus bagi

siswa yang sekolah di SD tersebut. Di SD Kasih terdapat juga beberapa anak yang dapat

digolongkan dalam anak berkebutuhan khusus bertipe hiperaktif. Objek penelitian yang

digunakan oleh peneliti adalah seorang siswa kelas II di SD Kasih yang bernama Marka.

Selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, seringkali terjadi

permasalahan yang diakibatkan oleh Marka. Dengan adanya permasalahan tersebut

membuat kegiatan pembelajaran menjadi tidak nyaman bahkan membuat hasil

pembelajaran menjadi tidak sesuai dengan yang telah direncanakan oleh guru.

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan, permasalahan yang terjadi ini

terlihat saat seorang siswa dijahili oleh Marka yang tergolong hiperaktif dan saat

ditegur, Marka terbawa emosi sehingga pada akhirnya menjadi sebuah konflik. Saat di

kelas Marka selalu susah untuk diajak konsentrasi, sering meninggalkan tempat

duduknya, sering berlari-lari kesana kemari, sering keluar masuk kelas tanpa izin dan

tanpa alasan yang jelas, dan sering sulit menunggu jawaban. Perbedaan yang Marka

tunjukkan tidak hanya dalam tingkah laku, namun terlihat juga dalam perkembangan

emosionalnya. Perkembangan emosi yang terlihat pada anak-anak seumuran Marka

dapat dikatakan masih labil atau belum stabil, namun mereka masih memiliki

pengendalian pada saat guru mengingatkan mengenai tingkah laku mereka. Berbeda

dengan Marka yang susah sekali untuk dikendalikan karena seringkali Marka meluapkan

emosinya pada saat keinginannya tidak dapat tercapai. Berdasarkan uraian di atas

peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa

hiperaktif di SD tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

29

2.4 Pernyataan Penelitian

Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa pertanyaan penelitian yang

dapat membantu pada saat melakukan penelitian:

- Bagaimana perkembangan emosi anak yang mengalami hiperaktif di SD

Kasih?

- Bagaimana persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak yang

mengalami hiperaktif di SD Kasih?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

30

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III menjelaskan metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian,

tempat penelitian, partisipan penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen

penelitian, keabsahan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Denzin dan Lincoln (dalam Moleong, 208: 5) menyatakan bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan

maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan

melibatkan berbagai metode yang ada. Pendapat ini didukung oleh Moleong

(2008: 5) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang memanfaatkan

wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan,

dan perilaku individu atau sekelompok orang. Mulyatiningsih (2014: 44)

berpendapat data kualitatif berupa sekumpulan hasil wawancara, pengamatan,

catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya

sehingga data penelitian kualitatif memiliki banyak variasi. Arikunto (dalam

Prastowo, 2014: 203) mengatakan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan

untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya”

tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan.

Penelitian yang dilakukan ini, peneliti memilih untuk menggunakan jenis

penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti memilih menggunakan penelitian kualitatif

deskriptif karena peneliti hendak mendeskripsikan dan menarik kesimpulan dari

fenomena sosial yang terjadi secara alami. Fenomena sosial yang peneliti maksud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

31

adalah seperti fenomena sosial yang dialami oleh salah seorang siswa di SD

Kasih. Pada penelitian ini peneliti ingin mendeskripsikan situasi mengenai

partisipan yang diteliti yaitu persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa

hiperaktif.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai dari pertengahan bulan Juli sampai bulan

Desember 2015. Waktu penelitian dapat dilihat pada tabel jadwal penelitian

berikut:

No. Jenis Kegiatan

Waktu Penelitian

(dalam bulan)

06 07 08 09 10 11 12 01 02

1. Observasi Keadaan

Lapangan

2. Pengumpulan Data

3. Menyusun Proposal

4. Pengecekan Data dan

Informasi

5. Pengolahan Data

6. Menyusun Laporan

7. Ujian Skripsi

3.2.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di kelas II SD Kasih. Karena alasan

kerahasiaan, peneliti menggunakan nama SD Kasih sebagai pseudonym. SD Kasih

Gambar 3.1 Tabel Waktu Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

32

terletak di sebuah desa yang tidak terlalu terpencil. Letak geografis SD Kasih

berseberangan dengan sebuah pasar tradisional. SD Kasih juga memiliki letak

geografis yang berdekatan dengan sekolah lain, panti asuhan, dan kantor desa.

Lingkungan SD Kasih ini tidak begitu luas namun cukup maju. SD Kasih ini

memiliki halaman yang cukup luas untuk melakukan olah raga dan memiliki

sebuah taman kecil untuk bermain siswa, bila membutuhkan lapangan yang cukup

luas siswa di ajak ke lapangan luas yang letaknya tidak terlalu jauh dari SD Kasih

ini. SD Kasih memiliki beberapa kelas pararel kecuali kelas III dan IV.

3.3 Partisipan Penelitian

Penelitian kualitatif dikenal dengan adanya partisipan/informan. Ahmadi

(2014:83) menjelaskan informan dalam penelitian kualitatif tidak berfungsi untuk

mewakili populasi, tetapi mewakili informasi. Oleh sebab itu penentuan subyek

penelitian bukan pada besarnya jumlah orang yang diperlukan untuk memberikan

informasi, melainkan siapa saja diantara mereka yang lebih banyak atau paling

banyak terlibat dalam peristiwa atau memiliki informasi penting yang diperlukan

dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan beberapa orang

informan sebagai partisipan yaitu guru kelas IIA, guru kelas IA yang pernah

mengajar siswa hiperaktif tersebut sewaktu kelas I, guru mata pelajaran olahraga,

dan orang tua siswa yang memiliki persepsi terhadap perkembangan emosi anak

hiperaktif. Tidak hanya informan, namun disini dikenal istilah key informan atau

kunci sumber informasi. Key informan disini adalah anak hiperaktif kelas II SD

Kasih yaitu Marka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

33

Peneliti memilih beberapa guru tersebut sebagai partisipan karena peneliti

mencari guru yang pernah terlibat mengajar dan sedang mengajar siswa hiperaktif

tersebut. Alasan peneliti memilih beberapa guru karena mereka yang selama ini

telah mengamati dan mengajar siswa tersebut saat berada di kelasnya. Guru

tersebut yang selalu menghadapi dan menangani siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Sedangkan peneliti melakukan wawancara terhadap

orangtua siswa karena informasi yang didapat dari orangtua, peneliti gunakan

untuk menyeimbangkan informasi dari guru.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah meminta izin kepada kepala

sekolah untuk melakukan penelitian di SD Kasih dan memberikan surat izin

penelitian kepada kepala sekolah. Setelah izin diterima peneliti melakukan

perkenalan kepada guru-guru di SD Kasih dan melakukan wawancara kepada

beberapa guru untuk mencari informasi mengenai anak hiperaktif di SD tersebut.

Setelah mendapat beberapa informasi dari guru ternyata ada tiga anak yang

mengalami hiperaktif di SD tersebut yaitu siswa kelas VI, kelas IV, dan kelas II.

Setelah peneliti melakukan observasi langsung kepada beberapa anak hiperaktif

tersebut secara langsung, peneliti memilih untuk meneliti siswa kelas II yang

bernama Marka. Peneliti memilih siswa kelas II tersebut karena siswa tersebut

memenuhi kriteria anak hiperaktif dibandingkan dengan dua siswa lainnya. Selain

itu, peneliti memilih siswa tersebut karena dia seringkali meluapkan emosinya

pada saat keinginannya tidak dapat dia capai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

34

Untuk memperoleh data tentang persepsi guru terhadap perkembangan

emosi siswa yang mengalami hiperaktif, maka teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Kartono (dalam

Gunawan, 2013: 171) menjelaskan bahwa wawancara adalah suatu percakapan

yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab

lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Wawancara

pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan

didahului dengan beberapa pertanyaan informal. Jenis wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstuktur. Wawancara tidak

terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya (Sugiyono, 2014:228).

Selanjutnya teknik untuk mengumpulkan data yang digunakan adalah

observasi. Observasi merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian apa pun, termasuk penelitian kualitatif.

Arikunto (dalam Gunawan, 2013:143) menjelaskan bahwa observasi adalah suatu

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian

secara teliti serta mencatat secara sistematis. Patton (dalam Ahmadi, 2014: 161)

menjelaskan tujuan observasi untuk mendeskripsikan latar yang diobservasi;

kegiatan-kegiatan yang terjadi di latar itu; orang-orang yang berpartisipasi dalam

kegiatan-kegiatan; makna latar, kegiatan-kegiatan, dan partisipasi mereka dalam

orang-orangnya. Observasi yang digunakan adalah observasi partisipan. Observasi

partisipan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

35

data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan di mana observer atau

peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden (Noor, 2011: 140).

3.5 Instrumen Penelitian

Sugiyono (2014: 372-373) mengemukakan instrumen penelitian dalam

sebuah penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti

sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap

melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap

peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode

kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti

untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.

Sedangkan Nasution (dalam Sugiyono, 2014: 373-374) mengemukakan bahwa

dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia

sebagai instrumen penelitian utama. Selain peneliti, instrumen penelitian yang

digunakan antara lain wawancara tidak terstruktur, perekam, alat tulis, dan catatan

pengamatan langsung ketika observasi.

Peneliti sebagai instrumen harus memiliki kemampuan dalam melakukan

pengumpulan data. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan

menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti dulunya adalah

tipe orang yang cukup sulit untuk berkomunikasi di depan umum karena rasa

malu. Beberapa pengalaman telah membuat peneliti untuk terus berusaha

membiasakan diri menyampaikan pendapat yaitu ketika peneliti di semester 1

hingga semester 7. Ketika di semester 6 peneliti menjadi seorang koordinator

perlengkapan dalam kegiatan Fakultas yaitu Dekan Cup 2014. Melalui kegiatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

36

tersebut peneliti diminta untuk sering memimpin rapat divisi perlengkapan

sehingga peneliti mulai terbiasa untuk menyampaikan pendapat.

Pada semester 6 peneliti juga dihadapkan dengan beberapa mata kuliah

yang membuat peneliti harus melawan rasa malu yaitu dalam mata kuliah seni

drama, seni musik, dan seni tari. Setiap mata kuliah tersebut menuntut untuk

mempersembahkan sebuah karya yang ditampilkan di depan umum. Dimulai dari

kegiatan perkuliahan tersebut peneliti mulai mencoba keberanian dengan

mengikuti sendra tari reog wayang yang diselenggarakan di desa untuk

menyambut dinas pertanian yan hendak melakukan penilaian lomba hasil tani

desa tingkat nasional. Melalui pengalaman yang peneliti tersebut, peneliti dapat

memiliki cukup keberanian untuk melawan rasa malu.

Pada saat peneliti memasuki perkuliahan di semester 7, peneliti melakukan

kegiatan PPL yang diselenggarakan oleh kampus untuk mempertajam

kemampuan peneliti dalam menjadi seorang guru. Selama kegiatan PPL

berlangsung, peneliti merasakan bahwa adanya lingkungan baru sehingga

membuat peneliti untuk lebih pandai beradaptasi dan menjalin hubungan di

sekitar melalui komunikasi dengan siswa dan pihak sekolah yaitu Kepala Sekolah

serta guru. Melalui pengalaman yang dilalui tersebut membuat peneliti untuk

lebih siap dalam melakukan pengumpulan data dalam melakukan penelitian ini.

Kesulitan yang peneliti rasakan dalam melakukan pengumpulan data ini

adalah pada saat melakukan wawancara dengan guru maupun orangtua. Pada

awalnya peneliti merasa bingung dengan apa yang harus dilakukan dan hendak

ditanyakan pada saat wawancara karena dalam penelitian ini, peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

37

menggunakan metode wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara secara

improvisasi. Selain itu, peneliti merasa gugup untuk melakukan wawancara

dengan orangtua menurut peneliti melakukan wawancara dengan orangtua siswa

merupakan hal yang tidak biasa. Peneliti berpikir mengenai cara untuk melakukan

pendekatan yang tepat dengan orangtua siswa.

Pada awalnya, peneliti berniat untuk berkunjung ke rumah siswa untuk

bertemu orangtua siswa yang mengalami hiperaktif tersebut. Pertemuan peneliti

dengan orangtua siswa berlangsung cukup lama dan membuat peneliti lebih

merasa akrab untuk melakukan pembicaraan dengan orangtua mengenai penelitian

yang hendak peneliti lakukan. Akhirnya peneliti dapat memveranikan diri untuk

meminta izin kepada orangtua bahwa menjadikan anaknya untuk menjadi objek

penelitian. Setelah peneliti mendapat izin, peneliti mencoba untuk membuat janji

melakukan wawancara di hari lain. Peneliti merasa belajar sebuah hal yang baru

dalam melakukan pengumpulan data ini yaitu menjalin hubungan dengan orang

lain. Selain itu pembelajaran bagi peneliti yang lain adalah peneliti mengetahui

bahwa persepsi setiap orang memang berbeda.

Pengumpulan data yang peneliti lakukan dari awal hingga akhir yaitu

pertama kali peneliti melakukan observasi terhadap tingkah laku dan

perkembangan emosi siswa yang mengalami hiperaktif. Setelah itu peneliti

melakukan wawancara dengan beberapa guru yang telah peneliti pilih untuk

menjadi partisipan. Pada akhir pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara

dengan orangtua siswa. Berikut adalah alur wawancara dan observasi yang akan

dilakukan oleh peneliti:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

38

No Partisipan Aspek yang diteliti Teknik pengumpulan

data Sumber data

1. Anak hiperaktif Perkembangan emosi

siswa. Observasi Siswa hiperaktif

2. Wali kelas siswa

hiperaktif

Persepsi perkembangan

emosi siswa hiperaktif

Wawancara tidak

terstruktur dan observasi

Wali kelas siswa

hiperaktif

3

Guru kelas I yang

pernah mengajar

siswa hiperaktif

saat kelas I

Persepsi perkembangan

emosi siswa hiperaktif

Wawancara tidak

terstruktur dan observasi

Guru kelas 1 yang

pernah mengajar

siswa saat kelas 1

4 Guru Penjaskes Persepsi perkembangan

emosi siswa hiperaktif

Wawancara tidak

terstruktur dan observasi Guru Penjaskes

5

Orangtua anak

yang mengalami

hiperaktif (ibu

siswa)

Persepsi perkembangan

emosi siswa hiperaktif

Wawancara tidak

terstruktur dan observasi

Orangtua siswa

anak yang

mengalami

hiperaktif (ibu

siswa)

3.6 Teknik Keabsahan Data

3.6.1 Uji Kredibilitas

Mahdi, dkk (2014:140) menjelaskan bahwa sebuah penelitian bisa

dikatakan kredibel apabila hasil penelitiannya sudah akurat dari sudut pandang

peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum. Uji kredibilitas data hasil

penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,

peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, menggunakan bahan

referensi, analisis kasus negatif, dan member check. Pada penelitian ini tidak

digunakan uji validitas dan reliabilitas karena keabsahan data dilihat dari

keakuratan data yang berupa data deskriptif dari partisipan dan peneliti sendiri.

Gambar 3.2 Tabel Alur Instrumen Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

39

3.6.1.1 Perpanjangan Pengamatan

Sugiyono (2014: 436) menyatakan dengan perpanjangan pengamatan

berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi

dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan

perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan

semakin terbentuk dan semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai

sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Perpenjangan pengamatan

ini digunakan untuk menguji kembali data yang diperoleh benar atau tidak.

Apabila data yang diperoleh sudah benar dan kredibel, perpanjangan pengamatan

dapat diakhiri. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan beberapa kali

terhadap Marka untuk memperoleh kebenaran data yang telah diperoleh. Selain

melakukan pengamatan terhadap Marka, peneliti juga melakukan wawancara

dengan beberapa partisipan seperti yang telah direncanakan sebelumnya.

3.6.1.2 Triangulasi

Moleong (2008: 330) berpendapat bahwa, triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data

itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui

sumber lainnya. Triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-

perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu

mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dari berbagai pandangan.

Triangulasi yang dilakukan oleh peneliti adalah triangulasi teknik dan triangulasi

sumber. Triangulasi teknik adalah teknik untuk menguji kredibilitas data yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

40

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda (Sugiyono, 2010: 373). Pada triangulasi teknik peneliti

menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi

untuk sumber data yang sama. Pertama kali data diperoleh dari dokumentasi lalu

dicek dengan cara observasi partisipatif dan wawancara. Data yang diperoleh

dapat dikatakan kredibel apabila pengujian dari ketiga teknik tersebut memiliki

hasil yang sama. Berikut adalah bagan mengenai triangulasi teknik:

Gambar 3.3 Bagan Triangulasi Teknik

Sedangkan triangulasi sumber adalah teknik untuk menguji kredibilitas

data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber

(Sugiyono, 2010: 373). Peneliti melakukan wawancara yang mendalam kepada

tiga guru di SD Kasih untuk dijadikan triangulasi sumber. Berikut peneliti

paparkan bagan triangulasi sumber yang peneliti lakukan:

Observasi Partisipatif

Wawancara

Dokumentasi Sumber Data

Sama

Guru Kelas IIA

Wawancara

mendalam Guru Kelas IA

Guru Olahraga

Gambar 3.4 Bagan Triangulasi Sumber

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

41

3.6.2 Uji Transferabilitas

Sugiyono (2014: 443) berpendapat bahwa transferabilitas dalam penelitian

kualitatif, adalah derajat keterpakaian hasil penelitian untuk diterapkan di situasi

yang baru dengan orang-orang yang baru. Peneliti membuat sebuah hasil

penelitian yang berupa uraian rinci. Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini

dapat menjadi daya transfer bagi pembaca dalam berpersepsi mengenai anak yang

mengalami hiperaktif. Kemampuan daya transfer ini juga memiliki tujuan agar

pembaca dapat mengerti dan memahami ketika menemui anak hiperaktif dengan

perkembangan emosi yang berbeda. Peneliti dapat membuat laporan dengan

memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya, sehingga

peneliti juga dapat memberi referensi yang berarti bagi peneliti lain yang hendak

melakukan penelitian yang sama.

3.6.3 Uji Dependabilitas

Sugiyono (2014:444) menjelaskan uji dependabilitas dilakukan dengan

melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Cara melakukan uji

dependabilitas dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk

mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian

dinilai dependabilitas apabila pendekatan yang digunakan konsisten dan dapat

diterapkan oleh peneliti-peneliti lain (Mahdi, dkk, 2014: 141). Langkah yang

dilakukan peneliti dalam melakukan pengujian dependabilitas, yaitu peneliti

menentukan fokus masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, dan

membuat kesimpulan berdasar hasil penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

42

3.6.4 Uji Konfirmabilitas

Sugiyono (2014: 445) menyatakan dalam penelitian kualitatif, uji

konfirmabilitas mirip dengan uji dependabilitas, sehingga pengujiannya dapat

dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil

penelitian, dikaitkan dengan proses penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini,

peneliti melakukan pengujian kesesuaian antara hasil penelitian dengan proses

penelitian yang sudah dilakukan.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan, pemodelan,

dan transformasi data dengan tujuan untuk menyoroti dan memperoleh informasi

yang bermanfaat, memberikan saran, kesimpulan, dan mendukung pembuatan

keputusan (Widi, 2010:253). Menurut Gunawan (2013:209), analisis data adalah

sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan

kode/tanda, dan mengkategorikan sehingga diperoleh temuan berdasarkan fokus

atau masalah yang ingin dijawab. Menurut Taylor (dalam Mulyatiningsih, 2014:

43), analisis data adalah cara atau usaha untuk menemukan jawaban dari masalah

yang telah dirumuskan berdasarkan data penelitian. Dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa analisis data adalah sebuah proses atau kegiatan pengumpulan

data, pemodelan, transformasi, mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,

memberikan kode/tanda, dan mengkategorikan secara sistematis sehingga mudah

dipahami dan mudah diinformasikan kepada orang lain. Menurut Noor (2011:

163), teknik analisis data merupakan cara menganalisis data penelitian, termasuk

alat-alat statistik yang relevan untuk digunakan dalam penelitian. Proses analisis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

43

data menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 337) dilakukan melaui tiga

tahap yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi.

3.7.1 Reduksi Data

Sugiyono (2010: 338) mengungkapkan bahwa reduksi data adalah proses

dimana dilakukannya pemilihan data pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data untuk

disimpulkan dan diverifikasi. Pada penelitian ini, peneliti membuat sebuah

rangkuman kemudian disusun secara sistematis untuk mempermudah apabila

dilakukan pengecekan kembali jika suatu ketika data diperlukan kembali. Pada

proses reduksi data ini peneliti mencari data hingga peneliti mendapatkan data

yang penting dan valid untuk digunakan.

3.7.2 Display Data

Display data atau penyajian data ini dilakukan dengan tujuan memudahkan

untuk memahami dan mempermudah peneliti dalam melihat keseluruhan hasil

penelitian. Penyajian data ini dilakukan dengan menyusun informasi mengenai

persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif kelas II di SD Kasih.

Pada proses display data ini setelah peneliti mendapatkan data yang penting

sesudah proses reduksi data, peneliti mengkategorikan masing-masing data

berdasarkan kategori atau tema masing-masing. Proses ini dilakukan oleh peneliti

agar memudahkan untuk mencari, membaca, dan menarik kesimpulan dari data

yang diperoleh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

44

3.7.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Miles and Huberman (Sugiyono, 2010: 345) menjelaskan langkah dalam

analisis data yang ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

awal yang dikemukan penelitian masih bersifat sementara dan dapat mengalami

perubahan jika tidak memiliki bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Pada proses ini peneliti melakukan tahap akhir

yaitu penarikan kesimpulan atas data yang telah dikumpulkan, didisplay, dan

direduksi. Berdasarkan uraian diatas, teknik analisis data dapat dipaparkan dalam

bagan di bawah ini:

Pengumpulan Data

Display Data Reduksi Data

Verifikasi

Gambar 3.5 Teknik Analisis Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas dua topik yaitu mengenai penelitian dan

pembahasan. Hasil penelitian berisikan tentang partisipan penelitian, setting

penelitian dan deskripsi partisipan penelitian. Deskripsi penelitian terdiri dari latar

belakang informan yang disebut partisipan (ada empat partisipan) dan

problematika anak yang mengalami gangguan hiperaktif. Pembahasan dalam

penelitian ini berisi tentang kesimpulan dari kegiatan yang telah peneliti lakukan

selama penelitian dan sesuai dengan hasil triangulasi data.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Partisipan Penelitian dan Setting Penelitian

SD Kasih terletak di sebuah desa yang tidak terlalu terpencil. Letak

geografis SD Kasih berseberangan dengan sebuah pasar tradisional. SD Kasih

juga memiliki letak geografis yang berdekatan dengan sekolah lain, panti asuhan,

dan kantor desa. SD Kasih ini memiliki halaman yang cukup luas untuk

melakukan olah raga dan memiliki sebuah taman kecil untuk bermain siswa, bila

membutuhkan lapangan yang cukup luas siswa di ajak ke lapangan luas yang

letaknya tidak terlalu jauh dari SD Kasih ini. SD Kasih memiliki beberapa kelas

pararel kecuali kelas III dan IV.

Peneliti melaksanakan penelitian ini di kelas IIA dengan jumlah siswa

sebanyak 27 siswa terdiri dari 12 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas IIA, ada beberapa siswa

yang terindikasi mengalami kebutuhan khusus ini, namun peneliti hanyafokus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

46

pada salah satu siswa saja. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa yang

mengalami hiperaktif, guru kelas IIA, guru kelas IA yang sudah pernah mengajar

si anak yang mengalami hiperaktif ini, dan guru olahraga. Partisipan awal dalam

penelitian ini adalah Marka (nama disamarkan), Marka merupakan siswa kelas

IIA yang mengalami hiperaktif. Partisipan lainnya yang ada dalam penelitian ini

adalah guru olahraga, guru yang pernah mengajar anak tersebut dikelas

sebelummya yakni guru kelas IA, serta orangtua Marka.

4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian

4.1.2.1 Partisipan I (guru kelas IIA)

Latar Belakang Partisipan I

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan I sebanyak satu kali

yang dilakukan pada 14 November 2015 pukul 08.50-09.24 dengan guru kelas IIA

di dapur sekolah. Guru kelas IIA SD Kasih ini adalah seorang perempuan yang

bernama A.K.W yang biasa dipanggil dengan nama Bu Agni dan saat ini berusia

24 tahun. Bu Agni mengajar di SD Kasih baru selama 4 bulan karena baru mulai

masuk di SD Kasih pada tahun ajaran baru ini. Sebelumnya Bu Agni mengajar di

suatu SD Negeri di daerah Bantul dan karena suatu alasan tertentu beliau pindah

ke SD Kasih ini. Saat beliau masuk sebagai guru baru di SD Kasih ini, Bu Agni

langsung ditempatkan untuk langsung mengajar dan menjadi wali kelas IIA.

Selama beberapa bulan ini Bu Agni telah menemukan beberapa siswanya yang

mengalami hiperaktif, namun peneliti dalam melakukan penelitian ini hanya

terfokus pada salah satu siswa saja yang bernama Marka yang saat ini baru

berusia 7 tahun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

47

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Agni yang peneliti dapatkan, Bu

Agni memang berpendapat sama dengan peneliti bahwa Marka memang berbeda

dengan murid yang lainnya. Perbedaan ini beliau lihat dari kesehariannya setiap

hari yang sulit untuk diajak konsentrasi dalam belajar, sering keluar masuk kelas

tanpa izin, sering mengganggu teman sekelasnya, dan sering asyik dengan

dunianya sendiri. Bu Agni juga berpendapat bahwa Marka memiliki emosi yang

tinggi dan ini terlihat dalam pernyataan yang telah Bu Agni sampaikan dalam

wawancara bersama peneliti yaitu, “Ee kalo dengan guru lainnyapun seperti saat

dia bersama saya. Yaa dia berani membantah, dia berani ee ngeyel gitu ya kalau

dalam bahasa jawa, dengan temen-temen yang lainnya pun dia memiliki emosi

yang tinggi ketika ada anak yang tidak sengaja mengganggunya dia itu langsung

emosinya naik dan cenderung untuk marah-marah”.

Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan guru kelas IIA

yaitu Bu Agni tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa Bu Agni benar-benar

sudah memahami mengenai si Marka. Dalam menemui anak hiperaktif seperti ini

sempat peneliti bertanya mengenai persepsi guru mengenai perkembangan emosi

anak hiperaktif yang terlihat dalam pertanyaan dari peneliti, “Ee untuk

perkembangan emosi anak yang mengalami hiperaktif tersebut bagaimana bu?”,

lalu guru menjawab, “Mungkin dari segi tingkah laku, dari segi kegiatan sehari-

hari memang susah ya mengendalikan dirinya sendiri, dia lebih asyik untuk. .

.untuk menikmati dirinya sendiri apa yang dia suka tetapi dari segi. . .ee. .

.membantu care terhadap temennya itu dia berkembang, Dia selalu membantu

temennya atau gurunya saat mengalami kesusahan”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

48

Problematika anak yang mengalami Hiperaktif

Pada saat di sekolah anak selalu menunjukkan perilaku yang tidak biasa

seperti sulit untuk diajak konsentrasi dalam belajar, sering keluar masuk kelas

tanpa izin, sering mengganggu teman sekelasnya, dan sering asyik dengan

dunianya sendiri. Perilaku tersebut secara tidak langsung telah mengganggu

proses pembelajaran di dalam kelas. Perilaku yang tidak biasa itu selalu saja

terulang setiap harinya, sehingga guru menemui permasalahan yang sama setiap

harinya dengan tingkah yang dilakukan Marka tersebut.

Berdasarkan cerita dan problematika yang ditemui guru tersebut peneliti

bertanya kepada guru, “Apakah ibu pernah melakukan penanganan terhadap

anak-anak tersebut?”, lalu guru menjawab, “Beberapa hal pernah saya coba ee

untuk selalu mee. . . .selalu. . . .Nyelelek ki boso indonesiane. . .Memusatkan

perhatiannya kepada pembelajaran yang sedang berlangsung tetapi hanya

berlaku untuk beberapa menit saja selebihnya pusat perhatian mereka terpecah

dan susah untuk konsentrasi terhadap pelajaran”. Hasil wawancara dengan guru

kelas IIA tersebut cukup menjelaskan bahwa guru belum bisa yakin 100% untuk

dapat menanganinya.

Kurangnya keyakinan guru ini terlihat dalam pernyataan yang diberikan

dari peneliti setelah peneliti bertanya, “Lalu dengan penanganan yang telah ibu

lakukan seperti itu apakah sudah membuahkan hasil?”,lalu guru menjawab,

“Belum 100%”. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan setelah peneliti

bertanya, “Eee lalu bagaimana perubahan anak tersebut setelah ibu melakukan

penanganan tersebut?”, lalu guru menjawab, “Yaa hanya berubah sesaat saja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

49

setelah saya melakukan penanganan tersebut tapi setelahnya ketika saya

melakukan hal yang lain mungkin menerangkan atau. . .Eee. . .Menerangkan ke

murid yang lain itu Marka tersebut yaa. . .anu lagi ee rame lagi, jalan-jalan

lagi”.

Dalam segi perkembangan emosi, Bu Agni berpendapat bahwa Marka

emosinya berkembang dan ini terlihat dalam pernyataan yang telah diberikan Bu

Agni yaitu, “Ya pasti berkembang tapi hanya untuk beberapa hal saja. Yaa. . .

.Mungkin dari segi tingkah laku, dari segi kegiatan sehari-hari memang susah ya

mengendalikan dirinya sendiri, dia lebih asyik untuk. . .untuk menikmati dirinya

sendiri apa yang dia suka tetapi dari segi. . .ee. . .membantu care terhadap

temennya itu dia berkembang. Dia selalu membantu temennya atau gurunya saat

mengalami kesusahan”. Menurut beliau anak ini emosinya terlihat ada yang

belum berkembang seperti susah mengendalikan dirinya sendiri dan

perberkembangannya terlihat saat anak ini selalu membantu teman dan guru saat

mengalami kesusahan. Bu Agni juga mengutarakan bahwa perkembangan emosi

anak hiperaktif berbeda dengan anak yang lainya. Pendapat tersebut terlihat dalam

pernyataan yang diungkapkan oleh beliau yaitu, “Tidak, karena ya itu tadi,

emosinya kan berbeda-beda jadi ya tetep aja beda perkembangannya dengan

anak-anak yang lainnya”.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru kelas IIA yaitu

Bu Agni, dapat disimpulkan bahwa memang Marka selalu menunjukkan perilaku

yang tidak biasa seperti sulit untuk diajak konsentrasi dalam belajar, sering keluar

masuk kelas tanpa izin, sering mengganggu teman sekelasnya, dan sering asyik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

50

dengan dunianya sendiri. Perkembangan emosinya cukup berkembang, meskipun

terlihat sering susah dikendalikan tapi Marka sudah terlihat dapat

mengimbanginya dengan sering membantu temannya yang sering kesusahan.

4.1.2.2 Partisipan II (guru kelas IA)

Latar Belakang Partisipan II

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan II sebanyak satu kali

yang dilakukan pada 17 November 2015 pukul 08.35-08.49 dengan guru kelas IA

di perpustakaan sekolah. Guru kelas IA SD Kasih ini adalah seorang perempuan

yang bernama Y.F.B.U yang biasa dipanggil dengan nama Bu Tamtam dan saat

ini berusia 53 tahun. Bu Tamtam mengajar di SD Kasih selama 8 tahun dan Bu

Tamtam adalah guru kelas Marka saat Marka masih berada di kelas I dulu.

Sebelum mengajar di SD Kasih ini, Bu Tamtam mengajar di sebuah TK yang

tempatnya tidak jauh dengan SD Kasih.

Bu Tamtam sudah mengenal Marka sejak Marka masih kelas I dan

tentunya Bu Tamtam memiliki pengalaman lebih mengenai si Marka. Tidak hanya

dengan Marka, tapi Bu Tamtam juga sudah cukup berpengalaman dalam hal

mengajar karena sudah 8 tahun beliau mengajar di SD Kasih ini. Hasil wawancara

yang peneliti dapat adalah memang diperlukan pendekatan khusus untuk

menangani Marka karena tingkah anak yang sangat berbeda dengan anak lain.

Problematika anak yang mengalami Hiperaktif

Hasil wawancara yang saya dapat dengan Bu Tamtam sedikit berbeda

dengan Bu Agni mengenai cara pandangnya tentang si Marka. Bu Tamtam

perpendapat bahwa beliau kurang yakin Marka mengalami hiperaktif atau tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

51

namun beliau mengatakan bahwa Marka memang terlihat berbeda dengan anak

yang lain. Pernyataan yang menunjukkan pendapat Bu Tamtam terlihat dalam

pernyataannya yaitu, “Saya sendiri kurang yakin tapi ee saya sendiri kurang

begitu yakin apakah itu termasuk dalam hiperaktif atau tidak tapi ee Marka itu. .

.M itu. . . .eee anaknya lebih dari yang lain dalam arti ee dia agak sulit

dikendalikan ee bahkan orang lain akan mengecap dia nakal. Gitu. . .Dia sulit

konsentrasi. . .Hanya itu setau saya ya tapi kalau yang hiperaktif murni hiperaktif

saya belum pernah melihat hanya dia ee lain daripada teman-temannya ee tidak

biasa gitu”. Namun dalam menyatakan definisi hiperaktif Bu Tamtam memiliki

pendapat yang sama dengan Bu Agni yang terlihat dalam pernyataannya, “Yaa

sedikit tau kalau hiperaktif itu ee itu semacam gangguan kejiwaan pada anak

yang eee keaktifannya berelebihan gitu ya. Jadi hiperaktif itu aktif yang lebih”.

Beliau memiliki pendapat sama dengan Bu Agni juga mengenai apakah Marka

dapat duduk diam di dalam kelas.

Bu Tamtam berpendapat Marka memang susah duduk diam di dalam

kelas. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang dikatakan guru

secara langsung dalam wawancara yang dilakukan dengan peneliti yaitu, “Eeee

pertama kali saya lihat memang dia tidak bisa duduk diam di diam, jadi dia selalu

jalan-jalan kemana saja, selalu melakukan aktivitas misalnya disuruh

memperhatikan dia itu pasti ada-ada aja main-main bolpen, mainan setip semuaa

bisa dimainkan dan itu kan nggak bisa konsentrasi belajar. Yang dia lakukan

pokoknya dia harus obah, harus bergerak nggak tau apakah itu yang digerakkan

jarinya atau tangannya kalau duduk sudah bisa tapi masih aja melakukan hal-hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

52

yang sebetulnya mengganggu konsentrasi dia”. Pernyataan yang diutarakan Bu

Tamtam tersebut terlihat bahwa Marka memang sulit untuk duduk diam di dalam

kelas, selalu saja bermain-main dengan benda di sekitarnya dan beliau

berpendapat bahwa Marka harus terus bergerak entah itu yang digerakkan jari

atau tangannya sehingga mengganggu konsentrasinya.

Dengan ditemukannya problem seperti itu Bu Tamtam memberikan sedikit

penanganan seperti yang ada dalam pernyataannya, “Iya, hampir setiap hari saya

sewaktu saya mengajar dia selalu Marka itu saya tangani secara khusus. Jadi,

eee ya apa misalnya mau belajar saya selalu menyiapkan kamu harus perhatikan

bahkan secara klasikal supaya dia konsentrasi setiap kali absen saya selalu pakek

password, jadi misalnya hari ini passwordnya, Ok Bu! Kalau dipanggil namanya,

Ok Bu! Jadi setiap hari ganti, supaya pada saat anak itu dipanggil tapi kalau dia

nggak konsentrasi berarti njawabnya salah. Kalau salah pasti akan ditertawakan

oleh temannya. Jadi sebelum saya absen saya katakan passwordnya hari ini, Ok

Bu! Lain hari, hari ini passwordnya, Siap Ibu! Ya itu sebetulnya saya hanya ingin

mengajak Marka khususnya supaya latihan konsentrasi, gitu. Jadi cara apapun

saya tempuh supaya dia ikut gitu karena pada awal-awalnya dia nggak pernah

berhasil untuk menjawab panggilan saya. Jadi pernah suatu kali hanya itu saya

panggil Marka dia jawab, Ada bu, lho rak nggak tau to. Jadi berkali-kali saya

bilang, itu kalau kamu nggak konsentrasi, makanya kalau ibu ngomong

diperhatikan! Dan kamu harus siap itu, kamu akibatnya ditertawakan oleh temen-

temen kamu kan? Karena kamu lain. Beda. Yang lain mengatakan Ok Ibu! Siap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

53

Ibu! Kamu ada Gitu, salah satu cara yang saya tempuh sebelum belajar melatih

konsentrasi”

Dengan penanganan Bu Tamtam yang telah dilakukan ternyata telah

membuahkan sedikit hasil sedikit demi sedikit. Hasil yang beliau berikan ini

terlihat dalam pernyatannya, “Ee prubahannya ya lama-lama bisa konsentrasi

terus nilainya semakin membaik. Dulu pas UTS pertama itu remidi semua, saya

bilang, Nah ini kalau, seperti ini kalau kamu nggak perhatikan. Nilainya jelek,

kamu kalau nilainya seperti ini ya nanti nggak naik. Kamu pilih naik atau nggak?

tanya Bu Tamtam Saya pengen naik bu, jawab si Marka. Kalau kamu mau naik

berubah kamu! Harus berubah nggak boleh seperti ini! Kalau nanti temennya

naik ke kelas 2, kamu tetep mbegogok kelas 1, malu kan? Dan itu saya upayakan,

bekerjasama dengan orangtuanya”. Penanganan yang telah Bu Tamtam terlihat

dapat membuahkan hasil berupa sebuah perkembangan dalam pengendalian diri

anak.

Dalam wawancara yang peneliti lakukan dengan guru, peneliti juga

menanyakan mengenai bagaimana perkembangan emosi Marka menurut Bu T. Bu

Tamtam berpendapat sama dengan Bu Agni bahwa ternyata Marka emosinya

sudah berkembang dan pernyataan ini terlihat dalam hasil wawancara yang telah

peneliti lakukan yaitu, “Kalau saya lihat, saat saya tangani dulu itu menurut saya

ada perkembangan”. Namun Bu Tamtam juga menjelaskan bahwa perkembangan

emosinya memang berbeda dengan anak-anak lain dan ini terlihat dalam

pernyataannya yaitu, “Bedanya ya itu terkadang dia masih meledak-ledak, setau

yang pernah saya lihat di kelas 2 ini pernah ngamuk itu dia”.Bu Tamtam juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

54

mengutarakan persepsinya mengenai perkembangan emosi anak hiperaktif sesuai

dalam pernyataannya yaitu, “Agak berbeda ya. Ho.oh. Bedanya ya itu terkadang

dia masih meledak-ledak, setau yang pernah saya lihat di kelas 2 ini pernah

ngamuk itu dia. Iya sampai teman-temannya dikejar-kejar”.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang beliau utarakan tersebut dapat

disimpulkan bahwa Marka memang mengalami hiperaktif. Marka memang susah

dikendalikan dan memang susah untuk duduk diam di kelas. Menurut Bu

Tamtam, Marka memang memiliki perkembangan emosi yang berbeda dengan

teman-temannya yang lain karena Marka masih meledak-ledak emosinya saat dia

marah.

4.1.2.3 Partisipan III (guru Olahraga)

Latar Belakang Partisipan III

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan III sebanyak satu kali

yang dilakukan pada 21 November 2015 pukul 10.06-10.39 dengan guru mata

pelajaran olahraga di perpustakaan sekolah. Guru olahraga SD Kasih ini adalah

seorang perempuan yang bernama Y.E.S yang biasa dipanggil dengan nama Bu

Enen. Bu Enen mengajar di SD Kasih sudah selama 7 tahun dan Bu Enen adalah

guru mata pelajaran olahraga yang mengajar dari kelas I-VI di SD Kasih sehingga

beliau juga memiliki pengalaman mengajar Marka. Sebelum mengajar di SD

Kasih ini, Bu Enen mengajar di sebuah SMP yang tempatnya tidak jauh dengan

SD Kasih.

Sama seperti Bu Tamtam, Bu Enen juga sudah mengenal Marka sejak dia

masih kelas I meskipun tidak setiap hari Bu Enen mengajar karena beliau hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

55

mengajar pada mata pelajaran olahraga saja di SD Kasih. Bu Enen juga

mempunyai pengalaman yang cukup karena sudah 7 tahun beliau mengajar di SD

Kasih sehingga ada bermacam-macam karakter siswa yang telah beliau lihat

seperti pendiam hingga yang selalu memiliki aktivitas. Hasil wawancara yang

telah peneliti lakukan adalah memang diperlukan sebuah penanganan khusus

untuk menghadapi Marka karena setiap guru tidak mungkin akan terfokus hanya

pada salah satu siswa saja agar siswa yang lain tidak tertinggal dalam menerima

pembelajaran.

Problematika Anak yang Mengalami Hiperaktif

Sudah selama 7 tahun, Bu Enen mengajar sebagai guru olahraga di SD

Kasih. Beliau cukup memahami karakteristik Marka setiap kali mengajar

olahraga. Saat peneliti bertanya mengenai apakah Marka mengalami hiperaktif

beliau berpendapat, “Untuk Marka itu ya memang ada kecenderungan hiperaktif

karna dia tidak bisa diam. Upacara pun, pada saat upacara hari senin itu juga

dia itu nggak bisa sikapnya sikap siap itu nggak bisa jadi dia ngganggoni teman-

temannya ada yang njewer, ada yang itu sampek-sampek itu yang jaga di

belakang, kakak kelas yang jaga di belakang itu sampek lapor ke guru “itu Marka

nggak bisa diam” sampek-sampek aku juga apa memberi apa ancaman, ya bukan

ancaman ya tapi untuk biar tidak banyak gerak itu “nanti tak, kakinya tak taleni

lho” sampek saya bilang gitu “kalo kamu nggak bisa diam” gitu. Dia ya bilang “

Ya ya” tapi nanti kalo sudah ditinggal udah anu lagi”. Jadi menurut Bu Enen

Marka memang memiliki kecenderungan hiperaktif karena diam bahkan saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

56

upacara bendera berlangsung. Marka tidak pernah menurut saat Bu Enen

memberikan teguran kepada anak tersebut.

Bu Enen mengatakan Marka mengalami hiperaktif juga terlihat dari

jawaban beliau yaitu, “Yaa kalo untuk keyakinan itu ya sedikit memang anak itu

eee kalo dilihat dari ciri-ciri atau gejalanya memang ada kayak kecenderungan

ke hiperaktif”. Ciri-ciri anak hiperaktif yang dimaksudkan beliau adalah,

“Menurut saya banyak bergerak, kemudian susah diatur, kemudian tidak bisa

konsentrasi dalam hal apa saja misalnya dalam belajar, kemudian sering

menggangu ketenangan orang lain, setiap kali berbuat masalah misalnya apa

megang temennya nggak disengaja tetapi itu hal yang mungkin dari temennya itu

seperti apa ya? Anak itu nggak bisa diem” dan mengganggu ketenangan yang

dimaksudkan adalah, “Ee mengganggu ketenangan misalnya dalam hal olahraga

ya ini karena saya mengajar olahraga. Anak-anak semuanya sudah ee berbaris,

sudah mau mulai ee pendahuluan materi, sudah mau berdoa tapi anak tersebut

masih lari-lari. Setelah lari kemudian apa, tau-tau temennya itu digoda dengan

cara meninju atau dengan cara kakinya ditendang.”

Sampai saat ini Bu Enen belum pernah memberikan penanganan secara

khusus untuk Marka akan tetapi saat Marka sedang mengalami masalah, beliau

mencoba memberikan penanganan dengan cara menegurnya. Penanganan yang

beliau sampaikan terlihat dalam hasil wawancara yang peneliti lakukan yaitu,

“Ya, pernah misalnya contohnya Marka itu berkelahi, berkelahi dengan

temannya kemudian saya apa panggil anak tersebut itupun kalo dinasehati anak

tersebut itu maunya menangnya sendiri jadi nggak mau apa ini masukan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

57

“kenapa kamu harus berkelahi? Alesane opo?” bilang gitu, dia cuman “ha aku

cuman main-main kok buk” jawab si Marka. Lha itu lho kayaknya itu jawabannya

itu nggak, nggak apa ya. Nggak cuman dibuat-buat itu”.

Dalam melakukan wawancara ini peneliti juga menanyakan mengenai

perkembangan emosi Marka menurut Bu Enen. Menurut beliau Marka belum

dapat dikatakan emosinya berkembang dan pernyataan ini terlihat dalam hasil

wawancara yang telah peneliti lakukan yaitu, “Kalau menurut saya, dia masih

belum bisa dikatakan berkembang karena masih belum ada perubahan. Ya

maksudnya masih itu tadi, maunya sendiri tetapi kemungkinan kalo apa. . .eee kan

juga proses to mas itu untuk perkembangan emosi itu, itu ya stiap kali dia diberi

opo. . .tanggung jawab agar supaya dia bisa tau dan kalo diberi tanggung jawab

maka dia akan bisa mengontrol emosinya misalnya contohnya saja sebagai

pemimpin upacara dalam upacara di sekolah itu dia diberi tanggung jawab

seperti itu mungkin dia merasa “wah aku kok diberi tugas, saya harus bisa dan

harus tanggung jawab” lha ini dengan cara seperti ini anak dari sedikit ya

memang proses mas nggak sekali jadi itu ber. . .ulang-ulang”.

Bu Enen berpendapat bahwa perkembangan emosi antara anak hiperaktif

dengan anak-anak lain memang berbeda karena menurutnya, “Nggak sama, lebih

cepat berkembang yang anak-anak biasa dibandingkan yang Marka itu”. Bu

Enen juga mengutarakan persepsinya mengenai perkembangan emosi anak

hiperaktif sesuai dalam pernyataannya yaitu, “Menurut saya persepsi dalam

perkembangan emosi pada siswa yang mengalami hiperaktif itu jelas emosinya

tidak stabil, kemudian selalu mau menangnya sendiri, kalau berbicara selalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

58

ngotot dan keras. Misalkan dengan contoh ya eee pas waktu pemanasan, dalam

pemanasan Marka tersebut tidak melakukan gerakan yang dilakukan yang sama

dilakukan dengan teman-temannya tetapi dia sendiri justru malah bermain

sendiri lha kan ditegur sama gurunya “Marka kenapa kamu tidak melakukan

gerakan?”, “aaaa nggak mau, capek!” seperti itu kalo ditegur”.

Selain itu persepsi Bu Enen mengenai perkembangan emosi anak

hiperaktif juga terlihat dalam pernyataan sebelumnya yaitu, “Ya yang jelas yang

anak biasa itu siswa, bisa mengontrol emosinya sendiri dan bisa berteman, tetapi

kalo yang emosinya opo tidak bisa dikontrol ya itu tadi sering marah-marah yang

nggak ada opo. . .nggak ada sebabnya tau-tau dia marah padahal eee kalo anak

itu sudah marah biasanya sulit untuk emosi tersebut dikontrol. Karena emosi itu

tidak stabil to, iyaa dan biasanya anak itu selalu ngotot kalau berbicara dan

keras, dan mau menangnya sendiri”. Melalui pernyataan yang diutarakan oleh Bu

Enen tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi Marka dengan

anak yang lain berbeda karena emosinya masih belum dapat terkontrol dan masih

sering marah-marah tanpa sebab.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan

partisipan IV dapat disimpulkan bahwa Marka memang cenderung mengalami

hiperaktif karena dia banyak bergerak, susah diatur, susah konsentrasi, sering

mengganggu ketenangan, dan setiap kali berbuat masalah dengan temannya.

Perkembangan emosi Marka juga belum dapat dikatakan berkembang. Emosi

Marka masih susah untuk dikontrol dan mengakibatkan seringnya marah-marah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

59

4.1.2.4 Partisipan IV (Orangtua siswa)

Latar Belakang Partisipan IV

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan IV sebanyak satu kali

yang dilakukan pada 19 November 2015 pukul 10.28-10.58 WIB dengan orangtua

siswa khususnya dengan ibu siswa. Wawancara yang peneliti lakukan bertempat

di sebuah ruangan yang digunakan untuk memproduksi sebuah tas untuk dijual

yang berada di dalam rumah beliau. Ibu Marka adalah seorang perempuan yang

bernama F.H.P. yang biasa dipanggil dengan nama ibu Hati yang saat ini berumur

38 tahun. Beliau merupakan seorang ibu rumah tangga yang membantu ayah

Marka menjual dagangan berupa tas perempuan di rumahnya. Sebelum menjadi

ibu rumah tangga sekaligus pengusaha bersama suaminya, beliau bekerja di

sebuah bank di daerah Jakarta lalu pindah di Yogyakarta lalu setelah memiliki

anak kedua yaitu Marka beliau memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga saja.

Bu Hati adalah ibu dari Marka, jadi tentunya beliau lebih kenal dan

memahami betul bagaimana sifat Marka sejak dia masih kecil. Sejak Marka lahir

bu Hati memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga agar dapat sambil

mengasuh Marka. Bu Hati tentunya juga lebih berpengalaman dalam menghadapi

Marka. Hasil wawancara yang telah peneliti lakukan adalah bu Hati memiliki

pendapat bahwa Marka memang berbeda dengan anak-anak lain karena Marka

tidak dapat duduk diam, banyak sekali bergerak, dan emosinya mudah meluap-

luap saat terbawa suasana. Namun pada akhir wawancara beliau mengurtarakan

bahwa setelah beliau mengamati Marka dari TK hingga sekarang, memang Marka

telah lumayan mengalami perkembangan dalam hal emosionalnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

60

Problematika Anak yang Mengalami Hiperaktif

Bu Hati memutuskan menjadi seorang ibu rumah tangga sejak memiliki

anak kedua yaitu Marka saat dia masuk SD. Dalam wawancara yang peneliti

lakukan, peneliti bertanya kepada bu Hati mengenai tingkah laku sehari-hari

Marka saat di rumah dan beliau menjawab, “Anaknya aktif kalo di rumah,

memang anaknya tidak bisa diem. Jadi tu dia selalu aktif, tapi justru kreatif

banyak hal yang dikerjakan, terus rajin kalau dimintain tolong pasti cepet

melakukannya. Itu kalo Marka”. Bu Hati menjelaskan bahwa memang Marka

adalah tipe anak yang aktif saat di rumah dan tidak bisa diam. Beliau berpendapat

Marka anak yang selalu aktif tapi kreatif.

Kreatif yang bu Hati maksud adalah anak ini suka membantu ayahnya saat

ayahnya sedang melakukan sesuatu karena apabila Marka tidak diberi aktivitas dia

cenderung lari-larian atau melakukan aktivitas lain yang tidak terkontrol.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan saat

bertanya kreatifnya seperti apa yaitu, “Kreatifnya tu misalnya seneng misalkan

papahnya itu ngutak atik mobil dia ikutan, papahnya misalkan mberesin apa dia

slalu bantuin anaknya karena dia nggak bisa diem, ya dia memang harus

beraktivitas kalau tidak dikasih aktivitas dia cenderung mungkin lari-larian atau

apa yang tidak terkontrol untuk Marka karena anaknya susah untuk diam, kita

slalu kasih aktivitas bantu ini atau bantu ini gitu”.

Tingkah Marka yang tidak bisa diam tersebut telah bu Hati temui sejak

Marka masih kecil. Peneliti dapat berkata begitu karena peneliti juga sempat

bertanya dengan beliau mengenai apakah Marka sudah seperti itu sejak masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

61

kecil dan beliau menjawab, “Memang dari kecil kalo dibanding sama kakaknya

jauh, Marka lebih banyak bergerak. Kalau kakaknya kan dia lebih banyak diem,

dia bisa duduk manis, dan mainan anteng kalo Marka nggak bisa. Dia cepet

bosen main ini nanti pindah mainan apa. Tergantung permainannya kalo seperti

sepak bola dia bakal, apa namanya? Betah lama karna memang butuh aktif, tapi

kalo mainan yang main game atau ini dia justru nggak bertahan lama”. Sejak

Marka kecil memang dia lebih banyak bergerak menurut bu Hati berbeda dengan

kakaknya yang dapat diam dan serius. Marka juga cepat sekali merasa bosan saat

melakukan permainan yang dalam permainan itu tidak melibatkan dirinya secara

langsung.

Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan, bu Hati menyangkal

bahwa Marka adalah seorang anak yang hiperaktif meskipun peneliti hanya

bertanya sebatas persepsi beliau mengenai tingkah Marka yang tidak bisa diam

itu. Menurut bu Hati, “Kalau menurut saya dibilang hiperaktif juga tidak karna

dia masih bisa mengikuti aturan. Saya bilang misalnya suruh tunggu duduk dia

tidak kemana-mana juga dia bisa, kalo anak hiperaktif yang setau saya misalnya

saya sedang mungkin pas lagi kemana kemudian misalnya di Mall. Saya kalo

anak hiperaktif kadang-kadang tau-tau dah nggak kliatan dimana. Kalau Marka

masih bisa, masih bisa dikasih ini saya dipesen ”tunggu di sini nggak boleh

kemana-mana!” dia masih tetap disitu. Atau misalnya mainan ndak boleh lebih

dari jangkauan pandangan mata mama dia masih bisa ngikutin, jadi hanya

seputar mana gitu. Misalnya pas kita lagi ketemu mungkin ada ketemu sama apa

namanya, biasanya reseller atau yang lain dia masih tetap terlihat tidak sampai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

62

kemana-mana. Di rumah pun misalnya bersepeda, kalau main sepeda atau keluar

itu hanya masih bisa dijangkau jadi tidak di luar yang saya tidak tau. Itu nggak

susah nyarinya”. Bu hati berpendapat bahwa Marka tidak mengalami hiperaktif

karena Marka masih dapat mengikuti aturan yang beliau berikan. pernyataan yang

beliau sampaikan tersebut, beliau berpendapat bahwa Marka dapat mengikuti

setiap aturan yang bu Hati berikan kepada Marka seperti bu Hati meminta Marka

untuk menunggu beliau saat sedang di mall maupun saat Marka sedang bermain

bersepeda di sekitar rumahnya.

Bu Hati memiliki pendapat tersendiri mengenai anak hiperaktif. Sesuai

hasil wawancara yang peneliti dapatkan mengenai pendapat yang diungkapkan bu

Hati mengenai anak hiperaktif adalah, “Setau saya anak hiperaktif bener-bener

yang nggak bisa diem, yang nggak bisa diem yang tidak bisa dikendalikan susah

dikendalikan, kalau Marka masih bisa dikendalikan saya bisa mengendalikan

Marka. Untuk awal saya memang agak susah tapi saya mempelajari tipe-tipenya

Marka. Kalau saya marahin dia saya bentak dia, dia pasti marah jadi anak itu

tidak bisa dibentak. Setelah saya coba ohh saya pakek cara lain untuk

menghadapi Marka saya pake cara lain. Saya ajak bicara baik-baik, saya ajak

halus-halus, ternyata dia bisa. Seperti itu”. Beliau berpendapat bahwa anak

hiperaktif adalah anak yang benar-benar tidak bisa diam dan susah untuk

dikendalikan. Pendapat yang beliau ungkapkan tersebut mengatakan bahwa

memang Marka pada awalnya susah untuk dikendalikan, namun setelah beliau

mencoba mengatasi cara lain akhirnya Marka dapat dikendalikan. Hal ini

membuat beliau memiliki persepsi bahwa Marka bukanlah anak hiperaktif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

63

Perilaku Marka yang setiap saat tidak bisa diam ini membuat bu Hati

berpikir untuk menangani agar tingkah lakunya tersebut dapat berjalan seperti

biasa namun memiliki manfaat tersendiri. Penanganan yang beliau lakukan dapat

dilihat dalam hasil wawancara yang peneliti lakukan yaitu, “Kalo membatasi

tingkahnya justru saya alihkan. Dia susah kalo suruh diem. Saya mengalihkan

dengan hal kain, misalnya saya lagi beresin kamar “Dek bantuin mama!” gitu,

karena memang harus dialihkan nggak bisa kalo langsung diem nggak bisa dia,

harus dialihkan tapi untuk hal yang misalnya ya memang ada manfaatnya

daripada dia lari-lari capek sama-sama ini, saya minta bantuannya dia aja mau

kok dia”. Pernyataan yang beliau ungkapkan di atas adalah cara untuk

mengalihkan aktivitas Marka agar aktivitas yang dilakukannya dapat bermanfaat.

Pengalihan aktivitas yang beliau lakukan adalah dengan cara meminta Marka

untuk membantu beliau melakukan sesuatu. Penanganan ini dilakukan untuk

menghindari aktivitas-aktivitas Marka seperti lari-larian yanng tidak ada

manfaatnya bagi diri Marka.

Pengalihan perhatian lain yang bu Hati berikan apabila bu Hati hendak

pergi menjemput kakak Marka adalah dengan cara memberikan tanggung jawab.

Bu Hati berpendapat, “Makanya sampe waktu di.. . .saya sering BBMan sama Bu

Agni, ee maksudnya untuk ngatasin Marka gimana saya coba “Bu kalo misalnya

dia rame nggak bisa diem, coba dia dikasih tanggung jawab nyatetin temen-

temennya yang rame! Dengan begitu mungkin dia akan justru merasa „oh aku

dikasih tanggung jawab, jadi aku nggak boleh seperti ini‟ seperti itu”, karna di

rumah saya selalu begitu. Kalo apa dia “Mama pesen sama adek nanti mama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

64

mau kasih tanggung jawab tolong adek bisa tanggung jawab!” seperti itu kalo

misalnya saya mau kemana saya nitip pesen nanti tolong ini ini ini bisa. Dia bisa

kok dikasih tanggung jawab. “Saya mau jemput abang dulu, adek coba kerjain

PR sebisa adek dulu! Mama pulang sudah harus selesai, sebisa adek nanti setelah

itu baru kita bahas lagi yang gak bisa yang mana” gitu”. Beliau memberikan

tanggung jawab bagi Marka agar mengerjakan PR sebisanya dan harus dapat

selesai. Pesan yang diberikan beliau tersebut bersifat mutlak untuk Marka agar dia

dapat melakukan aktivitas lain selain bermain dan agar dapat belajar mandiri

untuk menyelesaikan tugas yang dia dapatkan dari sekolah.

Wawancara yang peneliti lakukan ini juga dilakukan untuk mendapatkan

informasi mengenai pendapat orangtua mengenai emosi dan perkembangan emosi

Marka. Peneliti bertanya kepada bu Hati mengenai definisi emosi secara umum

dan pendapat beliau adalah “Emosi itu kalo menurut saya itu luapan perasaan

kayak termasuk sedih itu juga emosi, seneng itu juga emosi, ee kalo menurut saya

itu sih emosi itu luapan perasaan. Jadi bukan berarti emosi itu marah-marah,

bukan itu luapan perasaan menurut saya seperti itu. Sedih itu juga emosional

kita, jadi kita bagaimana mengekspresikan sedih kita, seneng kita, marah kita

seperti apa gitu”. Pendapat yang beliau utarakan mengenai emosi adalah sebuah

luapan perasaan seseorang berupa sedih, senang, maupun marah. Sedangkan

perkembangan emosi menurut beliau adalah seseorang yang dapat mengendalikan

emosinya. Pendapat tersebut dapat dilihat dalam hasil wawancara berikut, “Kalo

emosi yang berkembang ya, kalo menurut saya eee bisa mengekspresikan artinya

ada luapan perasaan ketika dia sedih ya dia bisa ekspresi sedih kalo memang ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

65

ekspresi sedihnya. Kalo misalnya dia lagi seneng ya seperti apa kelihatan. Iya,

mengendalikan diri saat dia sedih harus bagaimana, saat dia seneng harus

bagaimana”.

Marka memiliki pengendalian emosi yang cukup susah dikontrol. Susah

dikontrol yang peneliti maksud disini adalah disaat Marka merasa diganggu atau

terganggu. Pendapat tersebut adalah pernyataan yang bu Hati sampaikan dalam

wawancara yang dilakukan dengan peneliti yaitu, “Iya nggak suka diganggu, itu

Marka. Dia main asyik kalo selama ndak ada yang mengganggu dia bisa bermain

dengan asik, temennya juga kayaknya malah lebih banyak dia lebih cepet

berteman”. Pendapat bu Hati dalam mengutarakan Marka susah mengontrol

emosinya saat merasa terganggu juga dapat dilihat dalam pernyataannya yang lain

yaitu, “Kalo Marka saya lihat lebih ini kok, mungkin ya itu awalnya saya belum

menemukan cara. Memang dari TK, memang mudah sekali marah. Artinya dia

kalo misalkan ada yang ganggu itu dia cepet emosi cepet marah gitu”.

Bu Hati juga berpendapat mengenai perbedaan perkembangan emosi yang

Marka alami dengan kakaknya yang tidak mengalami hiperaktif. Pendapat beliau

terlihat dalam pernyataan yang telah disampaikan yaitu, “Tidak sama, beda. Kalo

Alva itu ya sampek dari mulai TK sampek sekarangpun saya tidak pernah ya

mendengar yang namanya Alva itu berantem sama temennya itu nggak pernah.

Makanya saya kalo sampe dia berantem sama temennya mesti ada yang mulai

karna saya tau Alva itu orangnya bagaimana. Sampek dia saking terlalu hati-

hatinya, saking antengnya kadang-kadang ada temennya main dia tidak ikut

terlibat tapi dia, seneng melihat temennya main. Dia ikut heboh tapi jarang dia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

66

ikut main kalo Alva. Jadi sebenarnya Alva itu justru kalo ada permainan yang

seru-seru itu justru sama adeknya”. Beliau berpendapat perbedaan dalam

perkembangan emosi yang Marka dan Alva yaitu kakaknya saat kakaknya berusia

sama dengannya saat ini memang berbeda. Perbedaan tersebut terlihat pada

pernyataan beliau yang menyatakan bahwa beliau tidak pernah mendapat laporan

bahwa Alva tidak pernah berantem dengan temannya sejak TK hingga saat ini.

Apabila Alva berantem beliau menyimpulkan kalau temannya yang memulai lebih

dulu karena Alva memiliki sifat pendiam dan jarang mengikuti permainan saat

teman-temannya sedang bermain.

Marka memiliki sifat yang susah sekali mengontrol emosinya terutama

saat merasa diganggu sehingga terkadang emosinya meluap-luap. Disaat

emosinya meluap-luap, perlu dilakukan penanganan untuk mengatasi dan

meredam emosi Marka. Penanganan yang bu Hati lakukan dapat dilihat dalam

hasil wawancara yaitu, “Saya lebih banyak ngajak dia berbicara. Sering ajak

ngobrol berdua”. Apabila bu Hati menemui Marka emosinya meluap-luap

penanganan yang beliau lakukan adalah dengan mengajaknya berbicara berdua.

Penanganan lain yang beliau lakukan dapat dilihat juga dalam hasil wawancara

yaitu, “Untuk awal pada saat dia seperti itu dulu biasanya itu karena saya

marahin dia seperti itu. Misalnya saya larang dia apa, dia masih asyik main dia

nggak mau denger akhirnya dia marah. Marah sama marah pada akhirnya tidak

ketemu. Akhirnya saya pakek cara lain, saya coba pada saat dia emosinya sedang

naik pada saat dia marah saya coba ajak bicara dia baik-baik. Atau saya “sini

dek sini dek!” saya pangku saya elus-elus dulu baru ngomongnya belakangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

67

Saya gitu”. Penanganan yang pertama kali beliau lakukan adalah dengan cara

memarahi marka. Namun beliau menyadari bahwa dengan memarahi tidak dapat

menyelesaikan dan meredam emosi Marka sehingga beliau menggunakan cara

lain yaitu diajak berbicara, diberi pangkuan, dan ditenangkan. Pada saat Marka

terlihat tenang, saat itu beliau menasehati Marka.

Penanganan dalam mengatasi emosi tidak cukup karena bu Hati adalah

orangtua Marka. Dengan demikian sebagai orangtua, bu Hati harus dapat

mengembangkan emosional Marka agar lebih berkembang dan terkontrol.

Penaganan yang dilakukan bu Hati sesuai pernyataannya adalah “Pelan,

maksudnya jadi harus pelan. Tapi sebenernya Marka itu anaknya asik. Justru dia

lebih banyak bisa mengikuti aturan daripada kakaknya. Ikutin jam-jamnya saya

kasih jam, jam segini harus begini jam segini harus begini. Dia itu malah justru

Marka itu bisa mengikuti daripada kakaknya. Kalo kakaknya ada aja alasannya”.

Pernyataan yang beliau sampaikan tersebut menjelaskan bahwa untuk

mengembangkan emosi anak adalah dengan pelan-pelan dan memberikan aturan-

aturan seperti pada jam tertentu untuk melakukan aktivitas yang telah ditentukan.

Penaganan ini dilakukan agar Marka dapat belajar mengikuti aturan yang telah

dibuat oleh orangtua dan agar dia juga dapat mengendalikan emosinya. Bu Hati

memiliki persepsi bahwa Marka emosinya sudah lumayan membaik sejak TK

hingga saat ini. Persepsi yang beliau ungkapkan tersebut dapat dilihat dalam hasil

wawancara yang telah dilakukan yaitu, “Perkembangannya kalo dibandingkan

dengan TK dan kelas I sama kelas II semester awal ini sudah agak lumayan.

Sudah ada, grafiknya sudah lumayan naik lah. Saya lihat kalo mulai dari TK ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

68

SD itu belum terlalu signifikan, maksudnya memang agak-agak ini tapi yaa masih

mungkin masih terbawa suasana waktu masih di TK kan banyak bermain jadinya

dia istilahnya kalo dulu dia sambil bermain lompat-lompat atau apa memang dia

menikmati waktu di TK karna itu memang banyak menggunakan gerak banyak

bermainnya. Kalo sekarang kan dia lebih banyak belajar gimana caranya aku

harus fokus duduk manis”. Pendapat bu Hati adalah Marka saat ini dapat banyak

belajar mengenai bagaimana caranya untuk fokus dan duduk diam karena sudah

masuk kelas II SD semester 2.

4.2 Pembahasan

Peneliti melakukan penelitian di SD Kasih tepatnya di kelas IIA yang

terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Pada saat peneliti

melakukan observasi dan wawancara dengan guru kelas IIA di kelas tersebut,

peneliti menemukan ada beberapa anak yang mengalami hiperaktif. Namun

peneliti disini dalam melakukan penelitian hanya fokus pada salah satu anak laki-

laki berusia 7 tahun. Anak tersebut bernama Marka (pseudonym). Peneliti memilih

Marka karena dia memiliki tingkah laku yang berbeda dengan siswa lain. Dia

terlihat tidak bisa diam, lari-larian saat pembelajaran berlangsung dan sulit

berkonsentrasi saat pembelajaran. Dia juga mengganggu temannya dan bermain-

main dengan benda di sekitarnya.

Peneliti sebelumnya sudah mengetahui bahwa Marka adalah seorang anak

yang mengalami hiperaktif pada saat peneliti melaksanakan kegiatan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Kasih selama kurang lebih tiga bulan. Peneliti

tidak membuat jadwal untuk melakukan wawancara dengan Marka karena peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

69

dalam melakukan penelitian ini tidak melakukan wawancara kepada si Marka.

Peneliti melakukan penelitian ini dengan melakukan pengamatan atau observasi

langsung dan mewawancarai beberapa guru mengenai Marka saat melakukan

pembelajaran di kelas atau saat di luar kelas. Pada awal kegiatan PPL peneliti

mengobservasi tingkah laku Marka yang tidak bisa duduk diam di kelas bahkan

sampai lari-lari di saat pembelajaran berlangsung, bermain-main saat di dalam

kelas dengan barang-barang yang ada di sekitarnya, dan menganggu temannya

saat pelajaran berlangsung sehingga Marka memiliki kesan sebagai anak nakal di

kelas.

Interaksi sosial Marka dengan teman-temannya sangat baik karena setiap

orang yang ditemuinya, dia selalu dapat berteman dengan orang yang ditemuinya

tersebut. Menurut pengamatan peneliti anak tersebut tidak memiliki kesulitan

dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dilihat dalam aspek

emosionalnya, anak ini belum dapat dikatakan berkembang emosinya karena

masih sering meledak-ledak atau tidak terkontrol saat dia sedang emosi.

Berdasarkan pada perkembangan motorik halusnya, Marka terlihat berkembang

seperti anak pada umumnya. Perkembangan ini terlihat saat Marka dapat

mengerjakan tugas di sekolah seperti saat diberi soal oleh peneliti, namun

memang perlu pendampingan khusus untuk melihat perkembangan motorik

halusnya karena Marka terlalu banyak bergerak dan selalu asyik dengan bermain-

main. Berdasarkan aspek kognitifnya, Marka mendapat nilai yang cukup.

Mendapat nilai yang cukup maksudnya adalah seringkali nilai yang didapat Marka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

70

tidak dibawah KKM. Informasi tersebut peneliti dapat melalui pengamatan saat

peneliti memberikan pembelajaran di kelas.

Kebiasaan Marka terlihat hampir sama saat di sekolah yaitu dia terlihat

berbeda dengan teman-teman di kelasnya. Marka terlihat tidak bisa diam dan

maunya bermain saja sehingga sulit untuk diajak berkonsentrasi mengikuti

pelajaran yang sedang berlangsung. Kebiasaan-kebiasaan lain yang ditunjukkan

Marka adalah seringkali dia keluar kelas tanpa izin dan bermain-main di depan

pintu. Saat bermain di luar kelas susah sekali untuk diatur dan diajak kembali di

dalam kelas untuk mengikuti pembelajaran kembali. Marka selalu berbicara

dengan nada yang lantang dan keras saat percakapan biasa maupun saat ditegur.

Informasi yang peneliti dapat tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan

guru yang pernah mengajar Marka.

Melihat karakteristik Marka, maka peneliti menyimpulkan bahwa Marka

memang anak yang mengalami hiperaktif sesuai dengan teori yang diungkapkan

oleh Barkley (dalam Martin, 2008:21). Barkley mengatakan bahwa ciri-ciri anak

yang mengalami gangguan hiperaktif adalah sulit memusatkan perhatian pada

yang dilakukannya, tidak berhasil menyelesaikan tugas, sulit mempertahankan

perhatian ketika bermain, konsentrasi mudah terganggu, impulsivitas, sulit antri,

ingin menguasai interaksi sosial dan suka menyela pembicaraan orang, tidak dapat

duduk diam, kadang memanjat, selalu bergerak, sulit mematuhi peraturan dan

instruksi.

Peneliti menyimpulkan bahwa Marka menunjukkan hampir seluruh ciri-

ciri yang disebutkan di atas. Ciri-ciri yang terlihat dari tingkah laku Marka di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

71

sekolah adalah sulit memusatkan perhatian pada yang dilakukannya, sulit

mempertahankan perhatian ketika bermain, konsentrasi mudah terganggu,

impulsivitas, sulit antri, tidak dapat duduk diam, kadang memanjat, selalu

bergerak, sulit mematuhi peraturan dan instruksi, destruktif, tidak kenal lelah,

tanpa tujuan, dan usil. Sudah selama 3 bulan peneliti mengamati Marka dalam

kegiatan PPL yang dilaksanakan sehingga peneliti benar-benar yakin bahwa

Marka memang anak yang mengalami hiperaktif. Pernyataan ini diperkuat oleh

pernyataan yang diungkapkan Zaviera (2014:15). Zaviera berpendapat ciri-ciri

hiperaktif adalah (1) tidak fokus, (2) menentang, (3) destruktif, (4) tidak kenal

lelah, (5) tanpa tujuan, (6) tidak sabar dan usil, dan (7) intelektualitas rendah.

Seorang anak yang dapat dikatakan hiperaktif adalah anak yang menunjukkan

hampir dan bahkan semua ciri-ciri yang telah disebutkan di atas.

Setiap manusia memiliki cara pandang tersendiri dan perbedaan

pandangan ini terlihat dari hasil wawancara terhadap tiga orang guru yang

memiliki persepsi berbeda mengenai perilaku dan perkembangan emosi anak.

Dengan persepsi, individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan

yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang

bersangkutan. Menurut Sunaryo (2004 : 93) persepsi merupakan proses akhir dari

pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya

stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak,

dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi.

Data yang diperoleh dari peneliti yang berupa persepsi guru kelas IIA adalah jenis

persepsi eksternal perception. Peneliti menggunakan eksternal perception karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

72

persepsi guru muncul terhadap rangsangan yang datang dari luar individu dan itu

terlihat dari pengamatan yang dilakukan guru kelas IIA pada saat mengajar

sampai sekarang. Menurut Sunaryo (2004 : 94) eksternal perception adalah

persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri

individu. Pengamatan yang didapat oleh guru adalah terlihat Marka selalu tidak

bisa duduk diam di kelas, sulit diajak berkonsentrasi, selalu asyik dengan

dunianya sendiri, kadang memanjat pohon, destruktif, tidak kenal lelah, tanpa

tujuan, dan usil.

Guru kelas IIA memiliki pandangan bahwa Marka memang memiliki

sikap yang berbeda dengan teman-temannya di kelas. Perbedaan yang dimaksud

oleh guru kelas adalah Marka memiliki emosi yang lebih dari anak-anak lain dan

dia masih susah mengontrol emosinya. Di kelas IIA terlihat anak-anak lain dapat

duduk diam, namun berbeda dengan Marka yang tidak dapat duduk diam saat di

kelas. Peneliti mendapatkan informasi tersebut saat melakukan wawancara dengan

guru kelas IIA. Pada saat wawancara berlangsung peneliti bertanya, “Apakah

Marka dapat duduk diam di dalam kelas?” dan guru kelas IIA menjawab, “Untuk

beberapa saat bisa tetapi Marka lebih banyak menghabiskan waktu di kelas untuk

jalan-jalan, untuk bermain-main bersama teman-temannya atau menganggu

temen-temen yang lain”.

Guru kelas IIA memiliki perbedaan persepsi mengenai anak hiperaktif

dengan guru kelas IA dan guru mata pelajaran olahraga. Guru kelas IIA memiliki

pandangan bahwa hiperaktif adalah sebuah kekurangan atau kelebihan dari anak

tersebut. Persepsi tersebut terlihat dari pernyataan yang diungkapkan oleh guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

73

yaitu, “Menurut saya stiap anak memang memiliki kekurangan dan kelebihannya

masing-masing mungkin itu bisa dikatakan kekurangan atau kelebihan ya yang

namanya hiperaktif”. Menurut guru mata pelajaran olahraga anak hiperaktif

memang perlu sebuah penanganan khusus. Persepsi tersebut terlihat dari

pernyataan guru yang diungkapkan yaitu, “Yaa kalo menurut saya itu memang

ada penanganan khusus ya untuk anak tersebut karena kan ndak mungkin 1 guru

menangani seluruh anak”. Sedangkan menurut guruu kelas IA berpendapat

bahwa anak hiperaktif secara emosional terkadang sulit untuk dikendalikan.

Beliau menyatakan bahwa, “Emmm menurut saya ya. . .anak hiperaktif itu anak

yang. . .ee. . .secara emosional kadang-kadang sulit untuk dikendalikan”.

Menurut guru kelas IIA Marka hanya dapat duduk diam untuk beberapa

saat saja tetapi setelah itu Marka menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan,

bermain dengan teman-temannya atau akan mengganggu teman-temannya yang

lain. Guru kelas IIA juga berpendapat bahwa Marka memang termasuk anak yang

mengalami hiperaktif tapi dia memiliki interaksi yang bagus saat berkomunikasi

dengan beliau. Pernyataan ini ditunjukkan pada jawaban yang guru berikan saat

wawancara yaitu, “Ee sebenernya interaksinya bagus kita sering ngobrol saya

sering bertanya-tanya tentang dirinya tentang keluarganya”.

Peneliti menduga bahwa Marka memiliki kemungkinan mengalami

hiperaktif karena dia seringkali terlihat menunjukkan ciri-ciri hiperaktif yang

sesuai dengan ciri-ciri tipe hiperaktif-impulsif yaitu sering menggerak-gerakan

tangan atau kaki ketika duduk atau sering menggeliat, sering meninggalkan

tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis, sering berlari-lari atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

74

memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya, sering tidak

mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang, selalu bergerak,

seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin, dan tenaganya juga tidak habis.

Kesimpulan peneliti tersebut diperkuat oleh pernyataan DSM-IV® - TR (2003)

mengenai tipe anak hiperaktif-impulsif diantaranya (1) sering gelisah (selalu

menggerak-gerakkan tangan atau menggoyang-goyangkan badan), (2) sering

meninggalkan tempat duduk, (3) berlari dan memanjat secara berlebihan dalam

situasi yang tidak tepat, (4) sulit bermain dengan tenang saat waktu luang, (5)

melakukan aktivitas motorik secara berlebihan, (6) sering berbicara berlebihan,

dan perilaku yang muncul pada impulsif (7) sering menjawab tanpa berpikir

sebelum pertanyaan selesai diberikan, (8) sulit menunggu giliran, dan (9) sering

menyela pembicaraan orang lain. Seseorang dinyatakan mengalami hiperaktivitas

apabila memenuhi minimal 6 kriteria diagnosis selama tiga bulan terakhir.

Sebagai seorang anak hiperaktif, secara fisik Marka terlihat seperti anak

pada umumnya. Perbedaan dengan anak lain yang peneliti lihat adalah dalam

aspek tingkah lakunya. Tingkah laku Marka saat di kelas selalu tidak bisa diam,

berlari-larian di dalam kelas sampai keluar kelas, sering mengganggu teman-

temannya, suka memainkan barang-barang yang ada di sekitarnya, terkadang

memanjat pohon, dan tidak mudah lelah. Peneliti melakukan pengamatan pada

saat peneliti melakukan observasi di dalam kelas dan melakukan praktek mengajar

di kelas. Saat peneliti mengamati terlihat Marka sangat sulit untuk memusatkan

perhatian karena merasa bosan sehingga peneliti mencoba untuk mengajaknya

bermain menggunakan media yang sudah peneliti siapkan. Saat diberikan sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

75

permainan dengan menggunakan media tersebut terlihat Marka dapat

berkonsentrasi dengan media yang peneliti berikan. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Marka memang sulit diajak berkonsentrasi terlebih dalam

aspek kognitifnya sehingga harus dapat menarik minatnya untuk belajar melalui

aspek motoriknya dengan media yang tepat untuk digunakan.

Berdasarkan informasi yang peneliti dapat dari guru kelas, Marka lebih

memiliki keterampilan dalam bidang non akademik seperti olahraga terutama

pada saat materi sepak bola. Selain mata pelajaran olahraga Marka seringkali

terlihat bosan dan saat Marka merasa bosan, dia akan bermain atau berlari-larian

di dalam maupun di luar kelas. Perubahan ini terjadi karena aspek emosinya yang

secara tiba-tiba berubah dan membuatnya menjadi ingin bermain, berlari kesana

kemari, dan mengganggu temannya. Saat Marka menjadi tidak bisa diam saat itu

juga suasana kelas akan menjadi lebih tidak kondusif.

Hasil wawancara yang peneliti dapat dengan guru kelas, perkembangan

emosi Marka sudah dapat dikatakan berkembang untuk beberapa hal saja. Beliau

mengungkapkan emosi Marka berkembang dalam segi tingkah laku dan dari segi

kegiatan sehari-hari. Guru kelas juga berpendapat bahwa perkembangan emosi

Marka tidak sama dengan perkembangan emosi anak lain. Perkembangan

emosional memang memiliki dasar fisik dan kognitif bagi perkembangannya,

tetapi begitu kemampuan dasar manusia terbentuk, emosi jauh lebih situasional

(Beaty , 2013: 92). Informasi yang peneliti dapatkan tersebut, peneliti peroleh dari

hasil wawancara dengan guru kelas IIA dan hasil pengamatan yang peneliti

lakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

76

Menghadapi tingkah laku dan emosi Marka, guru kelas pernah mencoba

memberikan penanganan dengan cara menegurnya dan memusatkan perhatiannya

meskipun itu hanya berlaku untuk beberapa menit saja. Guru kelas juga memiliki

cara tersendiri untuk mengembangkan emosi anak yang mengalami hiperaktif

apabila emosinya belum berkembang. Cara yang guru kelas gunakan adalah

dengan selalu berusaha menjadi keluarganya dan memantau perkembangan emosi

anak tersebut. Mencari cara yang terbaik untuk mengembangkan emosinya.

Selama observasi yang peneliti lakukan berlangsung, peneliti mengamati

perilaku, konsentrasi, dan perkembangan emosi anak selama pembelajaran

berlangsung di kelas. Peneliti melihat bahwa Marka memiliki tingkat konsentrasi

yang masih kurang serta perubahan perilaku yang selalu berubah. Terlihat saat

diberikan tugas anak ini sedang asyik bermain dengan barang-barang di sekitarnya

dan berjalan atau berlari kesana kemari sehingga dia tertinggal dalam

mengerjakan tugas. Pada saat teman-temannya selesai mengerjakan, anak ini baru

akan memulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Faktanya, pada saat

guru memberikan penjelasan dan tugas saat itu Marka langsung keluar kelas.

Apabila guru melarang Marka untuk tidak keluar kelas dia akan langsung marah-

marah dan terkadang membentak guru. Saat dia hendak masuk kelas, guru pernah

mencoba mengunci dari dalam dan yang terjadi adalah Marka berteriak di luar

kelas dan menggedor-gedor pintu agar pintu dibuka.

Perbedaan tingkah laku Marka dengan teman-teman lainnya yang

ditunjukkan saat di kelas membuat guru untuk memberikan penanganan dan

pendampingan khusus kepadanya. Beliau selalu memberikan motivasi kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

77

Marka agar dia dapat berkembang emosinya. Informasi ini peneliti peroleh dari

hasil wawancara dengan guru kelas saat peneliti menanyakan penanganan yang

pernah dilakukan oleh guru kepada Marka. Guru kelas tidak hanya berjuang

sendiri karena beliau juga sering berkomunikasi dengan orang tua Marka agar

selalu dipantau sat di rumah dan di bimbing. Segala upaya sudah beliau tempuh

untuk kebaikan Marka agar ada perkembangan lebih baik lagi terhadap Marka

seperti perkembangan emosinya.

Guru berpendapat bahwa perkembangan emosi pada Marka memang susah

untuk dikendalikan. Dia lebih asyik untuk menikmati dunianya sendiri. Namun

Marka memiliki perkembangan dalam emosinya yang terlihat melalui beberpa hal

salah satunya dia lebih peduli dengan orang lain dan selalu tergerak untuk

membantu teman-teman atau gurunya yang sedang mengalami kesulitan. Guru

kelas juga berpendapat bahwa perkembangan emosi anak hiperaktif memang

berbeda dengan anak lainnya yang tidak mengalami hiperaktif. Guru hanya

berharap agar setiap siswa emosinya dapat berkembang karena emosi dapat

mempengaruhi dirinya sendiri dan masa depannya.

4.3 Temuan Lain dalam Penelitian

Peneliti menemukan temuan lain dari orangtua Marka yang bernama Bu

Hati. Peneliti mendapatkan informasi mengenai pendekatan dan penanganan

khusus dalam menangani perilaku Marka. Marka adalah seorang anak yang selalu

dimanja oleh neneknya saat di rumah. Saat Marka dimarahi oleh Bu Hati,

neneknya selalu melindungi Marka dengan cara memberikan apa yang Marka

inginkan atau memberikan sesuatu yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

78

Tidak hanya nenek Marka, tapi ayah Marka juga terkadang memberikan

perilaku yang sama dengan neneknya yaitu memanjakannya. Namun, Bu Hati

melakukan tindakan antisipasi untuk mencegah ayah Marka memanjakannya. Bu

Hati berpikir bahwa apabila Marka terlalu dimanjakan akan berdampak bagi masa

depannya. Pada saat Marka menginginkan sesuatu dengan cara menangis dan Bu

Hati tetap tidak memberikannya, dia akan cenderung lari ke ayah atau neneknya.

Oleh karena itu, Bu Hati melakukan antisipasi dengan cara menegur ayahnya agar

tidak selalu mewujudkan keinginan Marka.

Temuan lain yang peneliti temukan adalah adanya pendekatan khusus

yang dilakukan oleh Bu Hati. Pendekatan khusus yang Bu Hati lakukan adalah

dengan cara mendekati anak dan memahami sifat anak. Adanya pendekatan ini

membuat Bu Hati untuk lebih mengerti dan memahami sifat Marka. Selain itu,

pendekatan ini juga berguna untuk melihat perkembangan emosi yang dialami

Marka dan dapat berguna untuk menentukan penanganan yang tepat untuk

menanganai tingkah laku anak.

Penanganan yang Bu Hati lakukan adalah dengan cara memberikan

beberapa peraturan kepada Marka yang harus ditaati setiap harinya. Peraturan

yang diberikan Bu Hati diantaranya tidak boleh minum es, bermain game, dan

bermain-main selain di hari sabtu. Tidak hanya itu, Bu Hati juga selalu

mengingatkan Marka untuk selalu tidur siang dan belajar selama 30 menit efektif

selain di hari sabtu. Masih ada banyak peraturan yang diberikan Bu Hati kepada

Marka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

79

Peraturan yang diberikan ini dilakukan Bu Hati untuk mengontrol tingkah

laku yang dilakukan Marka setiap harinya agar dia tidak beraktivitas secara

berlebihan. Selain itu Bu Hati memberikan peraturan ini karena mengingat Marka

adalah seorang siswa, maka beliau harus selalu memantau aktivitas-akitivtasnya.

Penanganan yang beliau berikan ini juga berguna untuk mengembangkan

emosional anak agar anak dapat melakukan pengendalian diri pada saat emosinya

sedang meluap-luap.

Peraturan yang diberikan oleh Bu Hati membuat Marka memiliki

kebiasaan baru yaitu dengan menjalankan peraturan tersebut setiap hari di rumah.

Kebiasaan tersebut juga Marka lakukan setiap hari di sekolah. Marka tidak pernah

membeli jajanan pada saat di sekolah karena mengingat peraturan yang diberikan

oleh ibunya. Namun, Bu Hati juga memberikan antisipasi untuk menghindarkan

Marka dari jajanan di sekolah dengan cara tidak pernah memberi uang saku. Bu

Hati berkata, “Saya nggak pernah ngasih sangu, saya kalo ngasih uang untuk

ditabung”. Bu Hati menanamkan kebiasaan pada Marka untuk menabung pada

saat memiliki uang.

Pemberian penanganan yang diberikan orangtua memiliki perbedaan

dengan penanganan yang guru lakukan di sekolah. Pada saat di sekolah, Bu Agni

seringkali hanya sebatas menegur kepada Marka sehingga dia melakukan

aktivitas-aktivitas tanpa ada pengendalian diri. Perbedaan penanganan ini

membuat Marka memiliki kebiasaan yang sedikit berbeda dengan kebiasaannya di

rumah. Saat di rumah Marka seringkali dapat mengontrol diri, sedangkan saat di

sekolah Marka cenderung susah untuk melakukan pengendalian diri. Namun, Bu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

80

Agni juga memiliki penanganan lain untuk Marka setiap harinya, yaitu

memberikan masukan dan motivasi kepada Marka untuk selalu berusaha

melakukan pengendalian diri.

Penanganan yang Bu Agni berikan berbeda dengan guru lain yaitu Bu

Tamtam dan Bu Enen. Pada saat Marka kelas I dan diajar oleh Bu Tamtam

sebagai guru kelas, Bu Tamtam seringkali memberikan penanganan yang sama

dengan orangtua siswa yaitu meberikan aturan kepada seluruh siswa di kelas.

Sedangkan penanganan yang diberikan Bu Enen berbeda dengan penanganan

yang diberikan oleh Bu Tamtam. Bu Enen cenderung menegur dan

mendiamkannya setiap kali Marka berbuat ulah. Namun, Bu Enen seringkali

memberikan Marka sebuah tanggung jawab untuk mengontrol tingkah laku

Marka. Seluruh penanganan tersebut dilakukan guru dan orangtua agar adanya

perkembangan dalam pengendalian diri Marka.

Berikut peneliti paparkan bagan temuan lain dari orangtua dan guru:

Tingkah Laku Anak di Sekolah

Penanganan

Perkembangan Emosi

Penanganan Khusus

Guru Orangtua

Pendekatan khusus

dengan anak

Penanganan khusus

mengontrol anak

Perkembangan Emosi

Gambar 4.1 Temuan lain dalam penelitian

Tingkah Laku Anak di Rumah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

81

BAB V

PENUTUP

Bab V ini berisi tentang kesimpulan secara keseluruhan dari kegiatan

penelitian yang dilakukan peneliti, keterbatasan penelitian, dan saran. Kesimpulan

berisi tentang rangkuman hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

keterbatasan penelitian berisi mengenai keterbatasan yang dihadapi dalam

penelitian yang dilakukan ini, dan saran berisi tentang masukan untuk pembaca,

peneliti selanjutnya, guru yang memiliki siswa hiperaktif, ataupun orang tua yang

memiliki anak hiperaktif.

5.1 Kesimpulan

Guru berpersepsi bahwa Marka memiliki tingkah laku yang berbeda

dengan anak lain. Beliau berpendapat bahwa ada kemungkinan Marka mengalami

hiperaktif karena seringkali dia terlihat menunjukkan ciri hiperaktif-impulsif yaitu

sering menggerak-gerakan tangan atau kaki ketika duduk atau sering menggeliat,

sering meninggalkan tempat duduknya, sering berlari kesana kemari, selalu

bergerak, sering keluar masuk kelas tanpa alasan yang jelas, dan tenaganya juga

tidak habis. Guru juga memiliki persepsi bahwa perkembangan emosi Marka

memang berbeda dengan anak lain karena dia masih susah untuk dikendalikan.

Tanpa adanya pelatihan khusus atau guru pendamping khusus membuat

guru kelas memberikan perlakuan dengan caranya sendiri yaitu dengan cara

membiarkan atau mendiamkan siswa terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit guru

mencoba memberikan teguran dan motivasi untuk mengajak anak lebih

konsentrasi dalam belajar di kelas serta agar emosinya sedikit demi sedikit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

82

berkembang. Treatment yang guru berikan memperlihatkan bahwa masih

kurangnya pengetahuan guru mengenai anak hiperaktif dan cara penanganannya.

Temuan batu dalam penelitian ini menjadikan cerminan bagi peneliti

sebagai calon guru. Jika peneliti yang nantinya menjadi guru perlu untuk lebih

mengenal dan memahami secara mendalam mengenai anak yang mengalami

hiperaktif serta cara penanganannya. Selain itu, peneliti perlu untuk memperdalam

mengenai faktor-faktor yang membuat anak hiperaktif mengalami kesulitan untuk

berkonsentrasi saat melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan pengetahuan yang

dimiliki peneliti sebagai calon guru, dapat menjadi acuan untuk melakukan

sebuah pembelajaran bagi anak hiperaktif secara lebih optimal.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang peneliti temui adalah peneliti mengalami kesulitan

dalam mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Keterbatasan lain yang

peneliti temukan dalam melakukan penelitian ini yaitu peneliti hanya dapat

melakukan wawancara dengan salah satu orangtua. Kesulitan ini terkait dengan

kesesuaian jadwal antara peneliti dan kedua orang tua Marka. Selain itu,

keterbatasan dalam penelitian ini juga tidak adanya dokumen dari diagnosis

psikologi bahwa anak tersebut hiperaktif. Artinya, secara legal, Marka belum

teridentifikasi sebagai anak hiperaktif.

5.3 Saran

Mengingat penelitian ini masih sangat terbatas baik sumber maupun

partisipannya, maka dalam penelitian ini masih perlu dikembangkan baik

mengenai anak yang sama oleh peneliti yang berbeda atau peneliti yang sama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

83

terhadap anak yang berbeda dengan kondisi yang sejenis. Keterbatasan penelitian

ini hendaknya dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, peneliti selanjutnya perlu

untuk menggali pengetahuan dan informasi yang mendalam tentang anak

hiperaktif. Peneliti juga perlu meluangkan waktu yang seluas-luasnya sehingga

waktu berinteraksi dengan partisipan yang bersangkutan juga menjadi lebih

intensif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

84

DAFTAR REFERENSI

Ahmadi, R. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: AR. Ruzz

Media.

Allen, D. 2003. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder fourth

Edition. Washington DC: The American Pshychiatric Associantion.

Amin, R. 2013. Perilaku Hiperaktif dan Upaya Penanganannya.

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd

=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwifm47EuJDLAhXOCY4KHfm6

AD8QFggaMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.lpmpsulsel.net%2Fv2%

2Fattachments%2F196_PERILAKU%2520HIPERAKTIF.pdf&usg=A

FQjCNFYRkFcprC1k7yaQbIRDET6_ur5-

g&sig2=masccoPsNJ4nI14sqTlEkQ (diakses pada tanggal 15

November 2015)

Beaty, J. J. 2013. Observasi Perkembangan Anak Usia Dini Edisi Ketujuh.

Jakarta: Kencana

Delphie, B. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT

Refika Aditama

Gunawan, I. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT.

Bumi Aksara

Hidayati, E. 2013. Peran Pendampingan Regulasi Emosi Terhadap Perilaku

Maltreatment pada Ibu dari Anak GPPH.

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd

=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjf7pPvuJDLAhVQjo4KHcbyDZ

YQFggaMAA&url=http%3A%2F%2Fjournal.uad.ac.id%2Findex.php

%2FHUMANITAS%2Farticle%2Fdownload%2F337%2F227&usg=AF

QjCNH4jZdnJWszo7N9r8V90ZPNocJ7HQ&sig2=LmNSH_9rGLyWs

03d_xuzVA (diakses pada tanggal 15 November 2015)

Mahdi, dkk. 2014. Panduan Penelitian Praktis, Untuk Menyusun Skripsi, Tesis,

dan Disertasi. Bandung: Penerbit Alfabeta

Marlina. 2008. Gangguan Pemusatan Pehatian dan Hiperaktivitas Pada Anak.

Padang: Universitas Negeri Padang

Martin, G. 2008. Terapi Untuk Anak ADHD, Anak Hiperaktif, Sulit Konsentrasi,

Tidak Aktif, Kurang Perhatian dll. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Moedjanto, G., dkk. 1987. Laporan Penelitian Persepsi Mahasiswa IKIP Sanata

Dharma Terhadap Penataran P-4 Tahun 1986/1987. Yogyakarta: IKIP

Sanata Dharma

Moleong, L. J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Mulyatiningsih, E. 2014. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.

Bandung: Penerbit Alfabeta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

85

Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.

Jakarta: Kencana

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Prastowo, A. 2014. Memahami Metode-Metode Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Kedokteran EGC.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Penerbit Alfabeta

Sujiono, B. 2005. Menu Pembelajaran Anak Usia Dini . Jakarta: Yayasan Citra

Pendidikan Indonesia.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC Jakarta : 93-98

Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk Keperawatan. Ed 2. Jakarta: Kedokteran EGC.

Thoha, M. 2005. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:

Raja Grafindo Persada UNP Press.

Widi, R.K. 2010. Asas Metode Penelitian. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wood, D. 2007. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Jogjakarta: Kata Hati

Yusuf, H. S. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya Offset

Zaviera, F. 2014. Anak Hiperaktif. Yogyakarta: Kata Hati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

86

LAMPIRAN 1

TEKS ANEKDOT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

87

LAMPIRAN 1.1

TEKS ANEKDOT

Nama : Marka

Umur : 7 tahun

Lokasi : Ruang kelas IIA SD Kasih

Observer : Markus Andika Nurcahya

Aspek yang diamati : Fisik, Psokomotorik, dan afektif

Peneliti melakukan obseravasi secara langsung di dalam kelas IIA SD Kasih yang

dilaksanakan dari bulan Agustus sampai Oktober 2014. Pertama kali yang dilakukan

peneliti dalam melakukan penelitian ini, yaitu memberikan suratizin penelitian kepada

Kepala Sekolah SD Kasih. Setelah memberikan suratizin penelitian, peneliti menemui

guru kelas IIA, guru kelas IA, guru olahraga, dan orangtua siswa untuk memintaizin

melakukan observasi. Peneliti melakukan observasi terhadap partisipan yang telah

peneliti rencanakan karena aspek yang hendak peneliti amati adalah aspek

perkembangan emosi anak yang mengalami hiperaktif. Hasil penelitian secara

keseluruhan akan peneliti deskripsikan sebagai berikut.

Peneliti melakukan observasi di dalam ruang kelas IIA pada awalnya untuk

mengamati proses pembelajaran di kelas, karena pada saat itu peneliti sedang

melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dari Universitas. Pertama

kali masuk ruangan kelas, peneliti melihat ada seorang anak laki-laki yang terlihat

bermain-main pada saat pembelajaran berlangsung. Anak tersebut bernama Marka.

Tidak hanya Marka, namun ada beberapa siswa lain yang terlihat susah untuk diam dan

berkonsentrasi mengikuti pembelajaran. Saat Marka ramai di dalam kelas, guru

mencoba untuk menegurnya dan pada akhirnya terlihat Marka tidak mau menuruti kata-

kata guru kelasnya. Marka juga sering keluar masuk kelas tanpa alasan yang jelas

sehingga guru mencoba mengunci pintu dari dalam agar dia tidak dapat masuk ke dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

88

kelas. Usaha yang guru lakukan malah membuat Marka marah dan dia pun menggedor-

gedorkan pintu sampai guru membukakan pintunya. Akhirnya, peneliti memilih Marka

untuk menjadikannya sebagai objek penelitian karena perkembangan emosi dan tingkah

lakunya yang terlihat berbeda dengan siswa lain.

Setelah peneliti melihat tingkah laku Marka, peneliti mencoba untuk melakukan

wawancara dengan guru kelas. Peneliti juga mencoba untuk melakukan wawancara

dengan guru lain yaitu guru kelas IA yang dulu pernah mengajar Marka saat kelas I dan

guru olahraga. Hasil wawancara dengan ketiga guru yang peneliti lakukan pada saat

peneliti menanyakan mengenai anak hiperaktif, ketiga guru mengatakan bahwa ada

beberapa anak yang tidak bisa diam di kelas IIA salah satunya adalah Marka. Ketiga guru

yang peneliti wawancara juga menyebutkan perkembangan emosi Marka berbeda

dengan siswa lain karena emosinya masih sering meledak-ledak.

Peneliti juga mencoba melakukan pendekatan dengan Marka untuk melihat

tingkah laku dan perkembangan emosinya. Saat peneliti melakukan pendekatan kepada

Marka, peneliti diajak untuk menemani Marka bermain sepakbola dengannya. Marka

sangat menyukai permainan sepakbola, namun peneliti tidak dapat menghadapi stamina

Marka sepenuhnya karena terlihat dia memang memiliki stamina yang luar biasa dalam

bermain. Peneliti juga mencoba untuk mengajak Marka bermain puzzle, namun dia

mudah sekali bosan saat diajak bermain yang melibatkan aspek kognitifnya. Setelah

peneliti melakukan beberapa kali pendekatan, akhirnya peneliti mencoba

memberanikan diri untuk berkunjung ke rumahnya. Sesampai di rumahnya, pertama kali

peneliti bertemu dengan ibu Marka yang pada saat itu memang sedang di rumah.

Peneliti melakukan perbincangan dengan ibu Marka untuk mendapatkan informasi

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Marka adalah seorang anak yang selalu terlihat tidak pernah susah dan selalu

bersemangat. Dia selalu beraktivitas yang melibatkan psikomotornya untuk selalu

bergerak. Dia selalu susah untuk diajak konsentrasi pada saat pembelajaran berlangsung

di dalam maupun di luar kelas. Perhatian Marka mudah sekali terpecah saat dia merasa

bosan. Saat di kelas, dia juga selalu berjalan atau berlarian kesana kemari. Dia sering

keluar masuk kelas tanpa alasan yang jelas. Dia juga sering mengganggu temannya pada

saat di kelas, namun dia adalah tipe anak yang tidak suka diganggu. Saat dia merasa

terganggu, emosinya langusng naik drastis sehingga menyebabkan dia sering terlibat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

89

konflik dengan temannya. Selain itu, dia juga sering menggerak-gerakkan kakinya pada

saat duduk, tidak bisa tenang saat diberi tugas, memainkan barang yang ada di

sekitarnya dan dia juga merasa ada suatu mesin yang membuatnya tidak dapat berhenti

bergerak. Marka selalu berbicara dengan nada lantang dan keras pada saat diajak

ngobrol dengan teman maupun guru. Marka juga seringkali terlihat berkeringat.

Jam istirahat adalah waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh Marka, karena dia

senang sekali berlarian kesana kemari. Marka tidak pernah jajan di sekolah karena

memang tidak pernah diberi uang saku oleh orangtuanya untuk mengantisipasi

kandungan tidak baik bagi tubuh yang ada dalam jajanan di sekolah. Marka juga diberi

aturan oleh ibunya bahwa dia boleh minum es hanya pada hari sabtu. Kesharian Marka

setelah pulang sekolah adalah makan siang dan dilanjutkan dengan tidur siang. Setelah

menjelang malam, Marka diberi waktu 30 menit efektif untuk belajar bersama ibunya.

Saat Marka hendak tidur, tidak mudah bagi Marka untuk dapat langsung tidur karena dia

memang tipe yang tidak bisa diam. Marka selalu diajak berbincang-bincang oleh ibunya

pada saat hendak tidur mengenai kegiatan yang dilakukannya saat di sekolah. Saat hari

sabtu, Marka diberi waktu bebas untuk tidak tidur siang, main game, minum es,

bermain, dan aktivitas-aktivitas lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

90

LAMPIRAN 2

HASIL TRIANGULASI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

91

LAMPIRAN 2.1

TRIANGULASI TRANSKRIP HASIL WAWANCARA PARTISIPAN

Persepsi Guru Kelas IIA Guru Kelas IA Guru Olahraga Ibu Siswa

Hiperaktif Untuk eeee

hiperaktif itu kan

terdiri dari kata

hiper yang artinya

itu lebih atau

lebih sedangkan

aktif itu sifat atau

kegiatan atau

kelakuan. . . dari

si anak.

Eeee ada

beberapa ciri

yang pertama

anak tersebut

tidak. . .mampu

untuk

berkonsentrasi

atau memusatkan

perhatian, asik

dengan dunianya

sendiri, susah

diatur dan

memiliki aktivitas

jauh lebih tinggi

dari anak-anak. . .

.di sekitarnya.

Yaa sedikit tau

kalau hiperaktif

itu ee itu semacam

gangguan

kejiwaan pada

anak yang eee

keaktifannya

berelebihan gitu

ya.

Jadi hiperaktif itu

aktif yang lebih.

Eee ciri-cirinya

anak itu sulit

untuk fokus,

diajak fokus untuk

melakukan

sesuatu ya

misalnya eee

mengerjakan soal

atau belajar itu

fokusnya sulit

buanget karena

dia ee saya nggak

tau apa yang

dipikirkan dia tapi

dia anunya gerak-

gerak terus gitu

Yaaa. . . kalau

keseluruhan itu

mungkin nggak tau

yang sesungguhnya

tapi cuman sedikit

tau aja, mungkin bisa

untuk apa ya

Ee gambaran aja,

kalau sepengetahuan

saya ya tentang

hiperaktif itu motorik

anak berlebihan

Iya, jadi anak itu

banyak bergerak,

sulit untuk

dikendalikan dan

sulit untuk diarahkan

misalnya suruh

duduk itu anaknya

itu maunya jalaaan

terus. Itu menurut

saya.

Menurut saya banyak

bergerak, kemudian

susah diatur,

kemudian tidak bisa

konsentrasi dalam

hal apa saja

misalnya dalam

belajar, kemudian

sering menggangu

ketenangan orang

lain, setiap kali

berbuat masalah

misalnya apa

megang temennya

nggak disengaja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

92

tetapi itu hal yang

mungkin dari

temennya itu seperti

apa ya? Anak itu

nggak bisa diem

Yaa. . .

Ee mengganggu

ketenangan misalnya

dalam hal olahraga

ya ini karena saya

mengajar olahraga.

Anak-anak semuanya

sudah ee berbaris,

sudah mau mulai ee

pendahuluan materi,

sudah mau berdoa

tapi anak tersebut

masih lari-lari.

Setelah lari

kemudian apa, tau-

tau temennya itu

digoda dengan cara

meninju atau dengan

cara kakinya

ditendang.

Penanganan

Tingkah

Laku Anak

Beberapa hal

pernah saya coba

ee untuk selalu

mee. . . .selalu. . . .

Nyelelek ki boso

indonesiane. . .

Memusatkan

perhatiannya

kepada

pembelajaran

yang sedang

berlangsung

tetapi hanya

berlaku untuk

beberapa menit

saja selebihnya

pusat perhatian

mereka terpecah

Iya, hampir setiap

hari saya sewaktu

saya mengajar dia

selalu Marka itu

saya tangani

secara khusus

Jadi, eee ya apa

misalnya mau

belajar saya

selalu menyiapkan

kamu harus

perhatikan bahkan

secara klasikal

supaya dia

konsentrasi setiap

kali absen saya

selalu pakek

password, jadi

misalnya hari ini

Sampek saat ini

belum pernah

Iya belum pernah

Karena lebih apa

satu kelas itu kan

lebih perlu

penanganan

daripada hanya

menangani satu anak

ya mungkin kalo

untuk menangani ee

di luar jam pelajaran

itu ya misalnya kalo

pas ada masalah

gitu, tapi untuk

menangani khusus

belum pernah

Kalo saya cuma

mesennya eee mainan

tetapi yang tidak

membahayakan.

Hindari listrik,

hindari manjat kalo

saya justru

membiasakan kan

apapun yang bisa

diambil sendiri tidak

boleh minta tolong

harus diambil sendiri

kecuali harus manjat

atau harus colokin

listrik. Saya nggak

biarin memang

Marka harus misale

nyalain kompor atau

apa yang nuang air

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

93

dan susah untuk

konsentrasi

terhadap

pelajaran.

passwordnya “Ok

Bu!”, kalau

dipanggil

namanya “Ok

Bu!” jadi setiap

hari ganti, supaya

pada saat anak itu

dipanggil tapi

kalau dia nggak

konsentrasi

berarti njawabnya

salah. Kalau salah

pasti akan

ditertawakan oleh

temannya. Jadi

sebelum saya

absen saya

katakan

passwordnya hari

ini “Ok Bu!”.

Lain hari, hari ini

passwordnya

“Siap Ibu!”. Ya

itu sebetulnya

saya hanya ingin

mengajak Marka

khususnya supaya

latihan

konsentrasi, gitu.

Jadi cara apapun

saya tempuh

supaya dia ikut

gitu karena pada

awal-awalnya dia

nggak pernah

berhasil untuk

menjawab

panggilan saya.

Jadi pernah suatu

kali hanya itu

saya panggil

Marka dia jawab

“Ada bu” “lho

rak nggak tau to”

Ya, pernah misalnya

contohnya Marka itu

berkelahi, berkelahi

dengan temannya

kemudian saya apa

panggil anak

tersebut itupun kalo

dinasehati anak

tersebut itu maunya

menangnya sendiri

jadi nggak mau apa

ini masukan,

“kenapa kamu harus

berkelahi? Alesane

opo?” bilang gitu,

dia cuman “ha aku

cuman main-main

kok buk” jawab si

Marka. Lha itu lho

kayaknya itu

jawabannya itu

nggak, nggak apa ya.

Nggak cuman dibuat-

buat itu.

panas yang itu

bahaya saya memang

larang. Tapi kalo

saya membiasakan

kalo apapun yang

bisa diambil sendiri,

apapun yang bisa

dilakukan sendiri

harus lakukan sendiri

tidak boleh minta

tolong kecuali

kepepet. Sedang apa,

mungkin sedang

misalnya harus jalan

kakinya sakit atau

gimana itu beda.

Saya selalu biasain

gitu.

Kalo membatasi

tingkahnya justru

saya alihkan. Dia

susah kalo suruh

diem. Saya

mengalihkan dengan

hal kain, misalnya

saya lagi beresin

kamar “Dek bantuin

mama!” gitu, karena

memang harus

dialihkan nggak bisa

kalo langsung diem

nggak bisa dia, harus

dialihkan tapi untuk

hal yang misalnya ya

memang ada

manfaatnya daripada

dia lari-lari capek

sama-sama ini, saya

minta bantuannya dia

aja mau kok dia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

94

Jadi berkali-kali

saya bilang “itu

kalau kamu nggak

konsentrasi,

makanya kalau

ibu ngomong

diperhatikan! Dan

kamu harus siap

itu, kamu

akibatnya

ditertawakan oleh

temen-temen kamu

kan? Karena

kamu lain. Beda.

Yang lain

mengatakan Ok

Ibu! Siap Ibu!

Kamu ada”

Gitu, salah satu

cara yang saya

tempuh sebelum

belajar melatih

konsentrasi

Yak itu

Emosi Emosi itu suatu

perasaan yang

timbul dari dalam

diri siswa

berdasarkan

perasaa....pengala

man yang mereka

alami ya mungkin

bisa sedih,

senang, marah,

dan lain-lainnya

Kalau anak

hiperaktif

biasanya

emosinya kadang-

kadang sih

meluap-leuap jadi

sulit untuk

dikendalikan.

Emosi itu ehem untuk

mengontrol, untuk

mengontrol apakah

dia itu bisa

mengendalikan apa

enggak gitu, tapi

batasan emosi itu

kok. . .

Emosi itu kalo

menurut saya itu

luapan perasaan

kayak termasuk sedih

itu juga emosi,

seneng itu juga

emosi, ee kalo

menurut saya itu sih

emosi itu luapan

perasaan. Jadi bukan

berarti emosi itu

marah-marah, bukan

itu luapan perasaan

menurut saya seperti

itu. Sedih itu juga

emosional kita, jadi

kita bagaimana

mengekspresikan

sedih kita, seneng

kita, marah kita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

95

seperti apa gitu.

Kalo emosional itu ya

mungkin dari sikap,

dari ekspresi wajah.

Iya kliatan di situ.

Perkemban

gan Emosi

Perkembangan

emosi yaa

menurut saya itu

perkembangan

perasaan-

perasaan yang

kuat karena

berbagai kondisi

yang dialaminya.

Ee menurut saya

faktor yang

pertama itu

keadaan anak

disini lebih ke

fisik mungkin

anak tersebut

memiliki cacat

tubuh jadi dia

emm malu dia

tidak percaya diri

pada dirinya

sendiri, faktor

belajar ee dia

memiliki

kekurangan saat

belajar, konflik-

konflik dalam

perkembangan

pada berbagai

masalah-masalah

dalam dia

menjalani proses

perkembangan

yang harusnya dia

alami

Dan faktor

lingkungan

mungkin gaya

Oh begitu, emosi

yang berkembang

itu sebetulnya

emosi yang

perkembangannya

sesuai dengan ee

bertambahnya

umur. Semakin

bertambahnya

usia biasanya

emosinya semakin

matang,

terkendali, tidak

meledak-ledak

menurut saya lho.

Ee faktor

lingkungan, ee

faktor lingkungan

di rumah

lingkungan di

sekolah pergaulan

itu sangat

mempengaruhi

faktor emosional

anak

perkembangan

anak.

Menurut saya

perkembangan emosi

itu adalah dulunya

itu emosi itu belum

bisa di apa ya, masih

sering tidak bisa

terkontrol misalnya

untuk olahraga itu

kalo kalah tidak mau

mengakui

kekalahannya. Tapi

sekarang kalo sudah

di apa beritahukan

ke anak-anak bahwa

yang namanya

bermain itu mesti

ada menang dan

kalah kamu harus

bisa mengakui

kekalahan dan

kemenangan. Yang

menang jangan

sombong, yang kalah

jangan terus tidak

mau mengakui

kekalahannya. Harus

ee lapang dada.

Yaa kalo menurut

saya ya faktor

perkembangan emosi

tu yang jelas adalah

situasi kondisi di

kelas ya. Kemudian

lingkungan,

kemudian lingkungan

itu ya bisa di

lingkungan di

sekolah, bisa di

lingkungan rumah.

Kalo emosi yang

berkembang ya, kalo

menurut saya eee

bisa mengekspresikan

artinya ada luapan

perasaan ketika dia

sedih ya dia bisa

ekspresi sedih kalo

memang ada ekspresi

sedihnya. Kalo

misalnya dia lagi

seneng ya seperti apa

kelihatan.

Iya, mengendalikan

diri saat dia sedih

harus bagaimana,

saat dia seneng harus

bagaimana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

96

pengasuhan dari

orang tuanya

sendiri.

Yang pasti

emosinya

berkembang dari

yang kurang baik,

dari malu menjadi

percaya diri, dari

yang eee mudah

marah menjadi

lebih kalem, dari

yang susah untuk

berkonsentrasi

menjadi lebih

fokus

Berkembang

menjadi lebih

baik.

Mungkin kalo apa, di

rumah itu kan teman

bermain kemudian di

rumah sendiri dalam

keluarga itukan juga

berpengaruh sekali

untuk perkembangan

emosi. Kemudian

sosialisasi dengan

teman-temannya, ini

juga mempengaruhi

perkembangan emosi

Perbedaan

Perkemban

gan Emosi

Tidak

Karena ya itu

tadi, emosinya

kan berbeda-beda

jadi ya tetep aja

beda

perkembangannya

dengan anak-anak

yang lainnya.

Agak berbeda ya

Ho.oh

Bedanya ya itu

terkadang dia

masih meledak-

ledak, setau yang

pernah saya lihat

di kelas 2 ini

pernah ngamuk itu

dia.

Iya sampai teman-

temannya dikejar-

kejar.

Nggak sama, lebih

cepat berkembang

yang anak-anak

biasa dibandingkan

yang Marka itu

Tidak sama, beda.

Kalo Alvi itu ya

sampek dari mulai

TK sampek

sekarangpun saya

tidak pernah ya

mendengar yang

namanya Alvi itu

berantem sama

temennya itu nggak

pernah. Makanya

saya kalo sampe dia

berantem sama

temennya mesti ada

yang mulai karna

saya tau Alvi itu

orangnya bagaimana.

Sampek dia saking

terlalu hati-hatinya,

saking antengnya

kadang-kadang ada

temennya main dia

tidak ikut terlibat tapi

dia, seneng melihat

temennya main. Dia

ikut heboh tapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

97

jarang dia ikut main

kalo Alvi. Jadi

sebenarnya Alvi itu

justru kalo ada

permainan yang seru-

seru itu justru sama

adeknya. Kalo nggak

sama adeknya dia

malah cenderung. .

.Bedanya jauh

Penanganan

Emosi

Ya saya selalu

berusaha untuk

menjadi walaupun

menjadi guru

tetep menjadi

keluarganya

sering memantau

apa yang dia

lakukan,

bagaimana

perkembangan

emosinya.

Ee mencari cara

agar apa sih yang

terbaik buat dia

supaya

kedepannya itu

menjadi lebih baik

dan bisa

mengontrol emosi

yang ada dalam

dirinya.

Mungkin lebih

pada pendekatan

secara pribadi

Ho.oh pendekatan

secara pribadi ee

saya lebih banyak

memberikan

pengarahan

“kalau kamu

seperti ini,

akibatnya seperti

ini. Kalau seperti

itu,

perkembangannya

eh hasilnya seperti

itu. Lha kamu

pilih!” saya

selalu, selalu mee.

. . .menyodorkan

pilihan pada anak.

“Kamu mau apa?

Kalau mau seperti

A nanti akibatnya

ini, kalau mau

seperti B

akibatnya dan

konsekuensinya

ini”

Jadi anak berpikir

“aku mau yang

mana ya?”

Yaa itu tadi, menurut

saya ya anak diberi

tanggung jawab dan

anak tersebut selalu

dikontrol maksudnya

selalu didampingi

dalam hal apa saja

baik itu dalam hal

pelajaran di kelas

maupun

pendampingan

khusus dalam

pelajaran di luar.

Kalo Marka saya

lebih cenderung lebih

baik kalo Marka

diajak ngomong baik-

baik. Dia tidak bisa

dikerasin anaknya.

Pada saat dia marah

kita bentak tambah

jadi.

Pelan, maksudnya

jadi harus pelan. Tapi

sebenernya Marka itu

anaknya asik. Justru

dia lebih banyak bisa

mengikuti aturan

daripada kakaknya.

Ikutin jam-jamnya

saya kasih jam, jam

segini harus begini

jam segini harus

begini. Dia itu malah

justru Marka itu bisa

mengikuti daripada

kakaknya. Kalo

kakaknya ada aja

alasannya.

Positifnya disitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

98

LAMPIRAN 3

PEMETAAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

99

LAMPIRAN 3.1

PEMETAAN

Guru Kelas

IIA

Ibu Siswa Guru

Olahraga

Guru Kelas

IA

Persepsi terhadap Anak Hiperaktif

Penanganan yang diberikan

Perkembangan Emosi Anak

Penanganan agar Emosi Anak Lebih Berkembang

Perilaku Anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

100

LAMPIRAN 4

MEMO TERTULIS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

101

LAMPIRAN 4.1

MEMO TERTULIS

Pada penelitian ini terdapat lima partisipan yaitu Marka, Bu Agni, Bu

Tamtam, Bu Enen, dan Bu Hati (Ibu Marka). Namun peneliti melakukan

wawancara hanya kepada guru dan orangtua saja. Marka tidak diminta informasi

oleh peneliti karena peneliti hanya ingin melihat persepsi guru dan orangtua

terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif. Sedangkan informasi yang didapat

dari orangtua hanya digunakan untuk menyeimbangkan informasi dari guru saja.

Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh persepsi guru mengenai

perkembangan emosi anak hiperaktif yang dalam hal ini adalah Marka. Persepsi

mereka terbentuk oleh pengamatan yang dilakukan sehari-hari selama kegiatan

belajar mengajar di dalam kelas maupun saat di luar kelas. Menurut mereka anak

hiperaktif adalah anak yang memiliki tingkah laku yang berbeda dengan anak lain.

Perbedaan tingkah laku anak hiperaktif menurut mereka cenderung susah untuk

diajak berkonsentrasi, tidak dapat duduk diam, dan selalu bergerak.

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa emosi adalah sebuah perasaan

yang muncul dari diri seseorang melalui pengalaman yang dialami. Mereka juga

mengungkapkan bahwa emosi yang berkembang adalah adanya pengendalian diri

dari diri sendiri pada saat emosi tersebut muncul. Maksudnya adalah pada saat

seseorang menunjukkan luapan perasaannya, pada saat itulah orang tersebut

memiliki pengendalian diri untuk mengontrol luapan perasaannya. Mereka juga

mengungkapkan perkembangan emosi setiap anak berbeda. Adanya perbedaan

perkembangan tersebut menimbulkan adanya persepsi pada setiap partisipan.

Guru mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan emosi diperlukan adanya

pendampingan khusus dan mencoba untuk memberikan tanggung jawab kepada

siswa agar emosi tersebut dapat berkembang meskipun secara perlahan.

Sedangkan orangtua mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan emosi anak,

diperlukan pendekatan khusus dari orangtua. Orangtua tentunya harus dapat

memahami anak sepenuhnya untuk memberikan penanganan yang tepat agar tidak

terjadi maltreatment yang akan berakibat pada sikap anak di masa depannya. Oleh

karena itu peran guru sebagai orangtua di sekolah dan orangtua siswa sangat

berpengaruh dalam pengembangan emosi siswa agar siswa mampu tumbuh dan

berkembang dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

102

LAMPIRAN 5

RIWAYAT PENELITI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK … · dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan

103

RIWAYAT PENELITI

Markus Andika Nurcahya, lahir di kota Bantul Yogyakarta

pada tanggal 23 April 1994. Peneliti telah menempuh

pendidikan formal yang dimulai dari tahun 1999-2001 di TK

Immaculata Ganjuran. Kemudian peneliti melanjutkan ke

jenjang Sekolah Dasar pada tahun 2001-2006 di SD

Kanisius Ganjuran. Setelah peneliti menyelesaikan pendidikan di jenjang Sekolah

Dasar, peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah pertama yaitu SMP

N 3 Bantul pada tahun 2006-2009. Setelah peneliti lulus dari jenjang menengah

pertama, peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah atas yaitu SMA N

3 Bantul pada tahun 2009-2012. Setelah lulus dari jenjang menengah atas, peneliti

melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi lagi di Universitas Sanata Dharma

dan terdaftar sebagai mahasiswa S1 pada program studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar (PGSD) dengan NIM 121134198. Selama peneliti menempuh pendidikan di

Universitas Sanata Dharma, peneliti pernah mengikuti kepanitiaan di sebuah acara

Fakultas yaitu Dekan Cup 2014 sebagai koordinator perlengkapan. Peneliti juga

telah menempuh berbagai kegiatan wajib tingkat Universitas, Fakultas, dan Prodi

seperti Inisiasi, PPKM I dan II, Weekend Moral, Diseminasi Hasil Magang Dosen,

dan masih banyak kegiatan lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI