i PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU Studi Kasus Pada Guru-Guru SD, SMP, dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh: CICILIA WULAN CAHYANINGSIH NIM: 021334098 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
Embed
PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN … · satuan pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru ( c 2 tabel ... vii ABSTRACT TEACHER S PERCEPTION TOWARD EDUCATION
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU
Studi Kasus Pada Guru-Guru SD, SMP, dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
CICILIA WULAN CAHYANINGSIH
NIM: 021334098
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
‘kujalani hidup seperti air yang mengalir’
Kupersembahkan karya terbaikku untuk: Tuhan Yesus Kristus Kedua orang tuaku Kedua kakakku My soulmate
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU
Studi Kasus Pada Guru-Guru SD, SMP dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta
Cicilia Wulan Cahyaningsih Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status kepegawaian; (3) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru. Penelitian dilaksanakan di sekolah-sekolah milik Yayasan BOPKRI Yogyakarta pada bulan Agustus 2007. Populasi penelitian adalah guru-guru SD, SMP dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Sampel penelitian adalah guru-guru SD, SMP dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Jumlah sample dalam penelitian ini sebanyak 237 guru. Teknik penariakan sample dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik nonparametrik, yaitu dengan uji chi kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan ( 2χ tabel = 3,84 < 2χ hitung = 17,9498706); (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status kepegawaian ( 2χ tabel = 5,99 < 2χ hitung = 7,89236906); (3) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru ( 2χ tabel = 7,81 < 2χ hitung
= 25,8230896).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
TEACHER’S PERCEPTION TOWARD EDUCATION UNIT LEVEL CURRICULUM PERCEIVED FROM EDUCATIONAL LEVEL, EMPLOYEE
STATUS, AND THE TIME TAKEN IN TEACHING PROFESSION
A Case Study on Techers of Elementary Schools, Junior High Schools and Senior High Schools of BOPKRI Institution Yogyakarta
Cicilia Wulan Cahyaningsih Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
The purpose of this research is to know wheter there is any different teacher’s
perception toward Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Education Unit Level Curriculum) viewed from: (1) the educational level; (2) employee status; and (3) the time taken in teaching profession.
The research was carried out in schools by BOPKRI institution in Yogyakarta in August 2007. The population of this research were teachers of Elementary Schools, Junior High Schools and Senior High Schools of BOPKRI intitution. Samples inthis research were 237 teachers. Sample drawing technique was questionnaire. The technique of analysis was nonparametic statistic, that is square chi test.
Research result shows that: (1) there is teacher’s perception toward Educational Unit Level Curriculum viewed from the educational level ( 2χ table = 3,84 < 2χ count= 17,9498706); (2) there is teacher’s perception toward Educational Unit Level Curriculum viewed from the employee status ( 2χ table = 5,99 < 2χ count= 7,89236906); (3) there is teacher’s perception toward Educational Unit Level Curriculum viewed from thetime taken in teching proffesion ( 2χ table = 7,81 < 2χ count
= 25,8230896).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena telah
menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini
mendapatkan berbagai masukan, saran dan kritik dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D. selaku dekan fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M. Si. selaku Ketua Program studi Pendidikan
Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M. Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan , memberikan kritik dan saran
untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
7. Pimpinan Yayasan BOPKRI Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis untuk
melakukan penelitian di sekolah-sekolah milik Yayasan BOPKRI.
8. Bapak/Ibu Kepala Sekolah dan Bapak/ibu Guru SD, SMP dan SMA Yayasan
BOPKRI Yogyakarta yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi
responden dal;am penelitian ini.
9. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Petrus Mukijo dan Ibu Francisca Walupi
Partini yang selalu membimbing, mendidik dan tidak pernah berhenti mendoakan
serta selalu memberikan berbagai fasilitas yang dibutuhkan. Bapak dan Ibu
adalah anugerah terindah dari Tuhan untukku. I love you all.
10. Kedua kakakku tercinta Christina Mutiyas Lupi dan Andreas Mutiyas Toro yang
selalu saying dan tidak pernah meninggalkanku dalam keadaan senang maupun
susah dan selalu memberikan bantuan dalam bentuk apapun yang terbaik untukku
serta selalu memberika semangat dan dorongan untuk cepat lulus.
11. Simbah dan segenap keluarga besarku: Paklek, Bulek, saudara-saudara sepupu
dan keponakan-keponakan yang selalu memberikan semangat, dorongan dan
selalu mendoakanku.
12. Yohanes Don Bosco Yuanto Edi Setiadi, S.H. yang selalu mendampingi dalam
keadaan susah maupun senang dan selalu memberikan inspirasi dan dorongan
untuk cepat lulus kuliah. Thank’s Honey….! I love you so much.
Mmmuaacchhhh!!!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
13. Bapak Yohanes Haryanto Pranata dan Ibu M.M. Emmy Haryanti serta Mas Iwan,
Mas Dhoni, Gitta dan Ditta yang telah banyak sekali membantu mendukung dan
mendoakanku.
14. Teman-teman seperjuangan (kelompok skripsi): Markus Eko Apriyanto, S.Pd.
(titet) dan Anton Nugroho (burket) yang dengan sabar dan ikhlas selalu
membantu dan mengajariku dalam penyusunan skripsi. Akhirnya selesai juga
perjuangan kita.
15. My best friends: Adjie, Silla, Moko, Felly, Adi pals, Ayu, Ebbi, Etha, Mbak Tia ,
a. Tingkat pendidikan guru .................................. 72
b. Status kepegawaian .......................................... 73
c. Lama menjalani profesi guru ............................ 73
2. Persepsi Guru Ditinjau Terhadap........................... 76
B. Analisis Data ……………………………………….. 78
1. Uji Prasyarat Analisis …….…………………….. 78
a. Uji Normalitas .................................................. 78
b. Uji Homogenitas .............................................. 80
2. Pengujian Hipotesis …………………………….. 85
C. Pembahasan …………………………………………. 93
BAB VI PENUTUP ……………………………………………… 104
A. Kesimpulan …………………………………………. 104
B. Keterbatasan Penelitian …………………………….. 104
C. Saran ………………………………………………... 105
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 108
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD/ MI ………………….…………….. 22
Tabel 2.2 Struktur Kurikulum SMP/ MTs …………………………….. 22
Tabel 2.3 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas X………...………….. 23
Tabel 2.4 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII IPA …….. 24
Tabel 2.5 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII IPS …….. 24
Tabel 2.6 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII Bahasa….. 25
Tabel 3.1 Operaionalisasi Variabel Persepsi Terhadap KTSP …….….. 40
Tabel 3.2 Skoring Berdasarkan Skala Likert …………………...….….. 43
Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Validitas ……………………...………….. 47
Tabel 3.4 Uji Bartlett …………………………………………………... 50
Tabel 3.5 Daftar Kontingensi B x K
Untuk Hasil Pengamatan Terdiri Atas Dua Faktor ……....….. 52
Tabel 3.6 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau
Dari Tingkat Pendidikan (Frekuensi Sesungguhnya) ……….. 54
Tabel 3.7 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau
Dari Tingkat Pendidikan …………………………………….. 55
Tabel 3.8 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap
Koefisien Korelasi …………………………………………… 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Tabel 3.9 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau
Dari Status Kepegawaian (Frekuensi Sesungguhnya) …...….. 59
Tabel 3.10 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau
Dari Status Kepegawaian ……………...…………………….. 60
Tabel 3.11 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap
Koefisien Korelasi …………………………………………… 62
Tabel 3.12 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau
Dari Lama Menjalani Profesi Guru
(Frekuensi Sesungguhnya) ……………………………….….. 63
Tabel 3.13 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau
Dari Lama Menjalani Profesi Guru ………………………….. 65
Tabel 3.14 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap
Koefisien Korelasi …………………………………………… 67
Tabel 4.1 Daftar Sekolah-Sekolah Yayasan Pangudi Luhur Cabang
Yogyakarta …………………………………………………... 71
Tabel 5.1 Sebaran Responden Penelitian ………………………………. 73
Tabel 5.2 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan …………. 74
Tabel 5.3 Deskripsi Responden Menurut Status Kepegawaian …...……. 75
Tabel 5.4 Deskripsi Responden Menurut Lama Menjalani Profesi Guru . 76
Tabel 5.5 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 77
Tabel 5.6 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ……………………………. 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel 5.7 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Ditinjau Dari Status Kepegawaian ……………………………. 78
Tabel 5.8 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Ditinjau Dari Lama Menjalani Profesi Guru …………………. 79
Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas
(Variabel Tingkat Pendidikan) ……………..………………... 81
Tabel 5.10 Hasil Pengujian Normalitas
(Variabel Status Kepegawaian) ……………….……………... 81
Tabel 5.11 Hasil Pengujian Normalitas
(Variabel Lama Menjalani Profesi Guru) ……………..……... 81
Tabel 5.12 Harga-Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett
(Variabel Tingkat Pendidikan) ………………...……………... 83
Tabel 5.13 Harga-Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett
(Variabel Status Kepegawaian) ……………….……………... 84
Tabel 5.14 Harga-Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett
(Variabel Lama Menjalani Profesi Guru) ………….………... 86
Tabel 5.15Data Penelitian Tentang Persepsi Guru Terhadap KTSP
Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan …………………...……….. 88
Tabel 5.16 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau
Dari Tingkat Pendidikan …………………………………….. 89
Tabel 5.17 Data Penelitian Tentang Persepsi Guru Terhadap KTSP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Ditinjau Dari Status Kepegawaian ……………………......….. 91
Tabel 5.18 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau
Dari Status Kepegawaian ……………...…………………….. 91
Tabel 5.19 Data Penelitian Tentang Persepsi Guru Terhadap KTSP
Ditinjau Dari Lama Menjalani Profesi Guru …………….….. 93
Tabel 5.20 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau
Dari Lama Menjalani Profesi Guru ………………………….. 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Kategori Kecenderungan Variabel …………………....... 110
Lampiran II Kuesioner Pene litian……………………………………. 114
Lampiran III Data Validitas dan Reliabilitas …………………………. 122
Lampiram IV Uji Validitas dan Reliabilitas …………………………… 129
Lampiran V Data Induk Penelitian …………………………………... 132
Lampiran VI Distribusi Frekuensi (Mean, Median, Modus) …………. 153
Lampiran VII Uji Normalitas dan Homogenitas ……………………..... 155
Lampiran VIII Tabel r dan χ2 …………………………………………... 183
Lampiran IX Surat Ijin Penelitian …………………………………….. 186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu bidang pembangunan yang penting
suatu bangsa. Melalui bidang pendidikan, sumber daya manusia disiapkan
dapat mengikuti perkembangan berbagai bidang kehidupan yang pesat.
Mengingat kebijakan-kebijakan pendidikan sering menimbulkan kontroversi
seyogyanya pemerintah perlu mengkaji ulang kebijakan-kebijakan pendidikan
yang berlaku saat ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah pembaharuan
kurikulum. Hal ini penting oleh sebab kurikulum pendidikan di Indonesia
terus mengalami pembaharuan.
Kurikulum telah mengalami tujuh kali pergantian. Kurikulum yang
pertama adalah kurikulum 1947 yang menggunakan istilah Rencana Pelajaran
1947. Kemudian setelah adanya Undang-Undang Pokok Pendidikan 1950,
Rencana Pelajaran yang digunakan adalah Rencana Pelajaran 1950. Namun
setelah itu, Rencana Pelajaran 1950 tidak dipakai lagi dan diganti dengan
Kurikulum 1968. Kurikulum 1968 hanya berjalan tujuh tahun dan setelah itu
diganti dengan Kurikulum 1975. Kemudian kurikulum 1975 disempurnakan
menjadi Kurikulum 1994 dan pada tahun 1999 kurikulum ini mengalami
penyempurnaan lagi dengan diterbitkannya Suplemen GBPP yang digunakan
mulai tahun pelajaran 1999/2000. Pada tahun 2002, pemerintah menyusun
kurikulum baru dengan istilah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kurikulum 2004. Setelah empat tahun KBK diujicobakan dan dirasakan
kurang berhasil di berbagai sekolah, maka KBK diganti dengan kurikulum
yang lebih baru yang lebih menekankan pada standar isi dan kompetensi
(www.kompas.com, 27 Februari 2006). Kurikulum baru yang menggantikan
KBK adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam KTSP ini, pemerintah memberikan wewenang kepada guru dan
sekolah untuk menyusun kurikulum sendiri dan melaksanakannya di sekolah
masing-masing. Penyusunan KTSP itu sendiri terdiri dari tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, kalender pendidikan dan silabus (Sarkim, 2006:2). Namun
demikian penyusunan kurikulum tersebut harus berdasarkan pada standar isi
dan standar kompetensi yang dikukuhkan oleh peraturan menteri (Sarkim,
2006:1).
KTSP yang diberlakukan mulai akhir Februari 2006 lalu memberikan
keleluasaan bagi guru dan sekolah dalam melaksanakan suatu sistem
pembelajaran. Karenanya, keberhasilan KTSP ini sangat tergantung pada guru
karena guru adalah penyusunan dan pelaksaan KTSP. Guru dituntut untuk
mempersiapkan dan mengeluarkan seluruh potensi dirinya dalam
mengembangkan kurikulum dan memberikan bekal pendidikan yang cukup
bagi peserta didik agar dapat meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut. Mengingat kehadiran kurikulum relatif
baru, sangat mungkin terjadi persepsi antar guru di lapangan sangat beragam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Hal ini disebabkan guru memiliki latar belakang yang berbeda diantaranya:
tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan masa kerjanya.
Guru di sekolah memiliki pendidikan formal yang berbeda-beda.
Perbedaan tingkat pendidikan formal tersebut menyebabkan guru memiliki
wawasan yang berbeda yang menyebabkan mereka mempunyai persepsi yang
berbeda-beda pula. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang guru, maka
akan semakin luas pengetahuan, wawasan, serta tentunya memiliki keahlian
dan kemampuan yang cukup di bidang penyusunan kurikulum. Karenanya
pada guru yang memiliki tingkat pendidikan tinggi diduga akan lebih positif
dibandingkan guru dengan tingkat pendidikan lebih rendah
Cara pandang guru yang berbeda-beda terhadap KTSP diduga juga akan
berbeda pada guru dengan dengan status kepegawaian yang berbeda. Guru
honorer yang mengajar di sekolah yayasan mungkin akan lebih mudah
menerima pergantian kurikulum dan lebih antusias dalam menyikapi KTSP.
Hal ini disebabkan karena guru honorer ingin menunjukkan etos kerja dan
mentalitas kerja mereka dengan tujuan agar yayasan melihat kemampuan dan
prestasi yang dimilikinya sehingga dapat diangkat menjadi guru tetap yayasan.
Sedangkan guru swasta yang telah menjadi guru tetap yayasan mungkin akan
lebih sulit dalam menerima pergantian kurikulum karena mereka sudah
terbiasa dengan penggunaan kurikulum lama. Penggunaan kurikulum lama
lebih mudah karena sudah lama digunakan dan diterapkan di sekolah
sedangkan untuk penggunaan kurikulum baru guru harus menyusun kurikulum
baru dan mengganti kurikulum lama dengan kurikulum baru. Sedangkan guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
berstatus PNS yang bekerja di sekolah diduga akan lebih sulit menerima
pergantian kurikulum dan kurang antusias dalam menyikapi KTSP. Guru
negeri diduga akan kurang optimal dalam menyusun dan melaksanakan KTSP
mengingat status yang dimiliki sudah jelas sebagai pengajar yang dibiayai
negara.
Persepsi guru yang berbeda terhadap KTSP juga dapat dilihat dari lama
lamanya seorang guru menjalani profesinya. Lamanya menjalani profesi guru
menyebabkan guru-guru memiliki kualitas yang berbeda-beda dalam segala
hal. Seorang guru yang sudah lama mengajar akan memiliki kualitas yang
berbeda dengan guru yang baru. Misalnya saja guru yang telah 5 tahun
mengajar tentu akan memiliki cara mengajar dan pengalaman yang berbeda
dibandingkan dengan guru yang baru 2 tahun mengajar atau bahkan guru yang
telah 30 tahun mengajar. Guru yang telah lama menjalani profesi sebagai guru
mungkin akan lebih sulit menerima pergantian kurikulum dibandingkan
dengan guru yang tergolong masih baru dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT
PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN DAN LAMA MENJALANI
PROFESI GURU”. Penelitian dilaksanakan pada guru-guru di sekolah-
sekolah yang berada dalam naungan Yayasan BOPKRI di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Batasan Masalah
Banyak variabel yang berhubungan dengan persepsi guru terhadap
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Penelitian ini akan memfokuskan pada
variabel tingkat pendidikan guru, status kepegawaian guru, dan lama guru
tersebut menjalani profesi guru. Sedangkan faktor-faktor dalam KTSP
mencakup 6 komponen yaitu visi dan misi, tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
kalender pendidikan, silabus, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ditinjau dari status kepegawaian guru?
3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti dengan
diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan
guru.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari status kepegawaian
guru.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi
guru.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan bermanfaat, bagi pihak-pihak berikut:
1. Bagi Pemerintah
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan dan
evaluasi mengenai kebijakan pemerintah akan kurikulum KTSP serta
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah- langkah yang
harus diambil dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan nasional.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemicu guru untuk menyusun
kurikulum sekolah sesuai yang diinginkan pemerintah dan dapat menjadi
masukan dalam menyikapi kebijakan-kebijakan pemerintah berkaitan
dengan kurikulum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Bagi Universitas
Dapat memberi tambahan literatur mengenai penelitian yang berkaitan
dengan dunia keguruan terutama dalam hal kurikulum, serta menambah
jumlah referensi penelitian yang ada di perpustakaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Persepsi
Persepsi pada dasarnya adalah suatu proses penelaahan dan pemahaman
seseorang akan suatu informasi tentang lingkungannya, baik melalui
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Jadi,
persepsi merupakan langkah berikutnya dari suatu proses penginderaan
(Thoha, 2000:146). Dengan kata lain, persepsi dapat menambah dan
mengurangi kejadian yang sesungguhnya diinderakan oleh seseorang.
Menurut Edgar F. Huse dan James L. Bowditch dalam Thoha
(2000:145), cara kebiasaan yang dapat dipergunakan untuk mengenal
penginderaan adalah:
1. Aspek penginderaan yang memiliki kesamaan antara satu orang dengan
yang lain disebut kenyataan. Misalkan ada suatu kejadian yang disaksikan
oleh orang banyak, maka itu disebut sebagai kenyataan dari kejadian itu.
Akan tetapi setiap orang dimungkinkan akan memiliki persepsi yang
berbeda akan penyebab kejadian itu.
2. Penginderaan tersusun dalam cara yang unik bagi kita. Setiap orang
memiliki kekhasan masing-masing, entah dari segi biologis, masa lalu,
pengalaman, nilai-nilai dan sebagainya.
Dalam persepsi, yang menjadi intinya adalah bahwa persepsi merupakan
sebuah penafsiran akan suatu situasi, jadi bukan merupakan pelabelan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
benar terhadap suatu situasi. Persepsi memiliki subproses sebagai berikut
(Thoha, 2000:146):
1. Stimulus
Pada tahap ini, individu memperoleh rangsangan dari suatu sumber.
Rangsangan ini mungkin ditangkap oleh penginderaan individu tersebut.
2. Registrasi
Pada tahap ini, seseorang akan terpengaruh atas apa yang diinderakannya.
Pada tahap registrasi, seseorang akan menerima informasi yang
diinderakannya, kemudian mendata dan mendaftar semua informasi
tersebut.
3. Interpretasi
Interpretasi merupakan penyebab utama dari perbedaan persepsi antar
individu. Interpretasi dipengaruhi oleh cara pendalaman (learning),
motivasi, dan kepribadian seseorang. Interpretasi merupakan subproses
dari persepsi yang sangat penting.
4. Umpan balik (feedback)
Pembentukan persepsi seseorang yang diakibatkan dari adanya suatu
ekspresi atau kejadian atas apa yang telah dilakukan individu tersebut.
Ada banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang.
Menurut Pareek (1984) dalam Desy Arisandy (http://www.journal-
psyche.com), ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya
perbedaan persepsi yaitu:
1. Perhatian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak
semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya
secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek
yang menarik bagi kita.
2. Kebutuhan
Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu
kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat.
3. Kesediaan
Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar
memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga
akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu.
4. Sistem nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan
berpengaruh terhadap persepsi seseorang.
Menurut Thoha (1983:147) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pengembangan persepsi seseorang adalah:
1. Psikologi
Keadaan psikologi setiap individu akan mempengaruhi persepsi individu
tersebut.
2. Famili
Pengaruh yang paling besar terhadap sesorang adalah keluarganya,
mengingat keluarga adalah lingkungan pertama yang membentuk karakter
setiap individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
3. Kebudayaan
Kebudayaan yang berlaku di tempat seorang individu tinggal akan
membentuk dan mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang
memandang dan memahami keadaan di dunia ini.
B. Guru
1. Pengertian Guru
Ujung tombak dalam dunia pendidikan tidak lain adalah seorang
guru. Guru menjadi inspirator, fasilitator, dan pendidik dalam proses
belajar-mengajar. Peran guru menjadi teramat penting dan profesi guru
menuntut profesionalitas serta penguasaan keahlian. Dengan berdasar teori
McCleland, Suyanto (http://www.kompas.com, 8 Agustus 2006)
menuliskan bahwa saat guru tampil di depan kelas, ia akan menjadi sosok
yang menarik sehingga ia bisa menebarkan virus nAch (Needs for
Achievement) atau motivasi berprestasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:337), guru diartikan
sebagai orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya mengajar.
Sedang menurut Muhibbin Syah (2000:256), guru adalah tenaga pendidik
yang tugas utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta,
rasa, dan karsa siswa sebagai implementasi konsep ideal mendidik. Agar
memperoleh mutu dan standar yang sesuai dengan tuntutan jaman, setiap
bidang pekerjaan dan insan yang bekerja di dalamnya haruslah profesional
dan efektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Menurut Suyanto (http://www.kompas.com, 8 Agustus 2006),
sejalan dengan pendapat Houle, ciri-ciri pekerjaan yang profesional, yaitu
meliputi:
a. Harus memiliki landasan yang kuat
b. Harus berdasarkan atas kompetensi individual
c. Memiliki sistem seleksi dan sertifikasi
d. Ada kerjasama dan kompetensi yang sehat antar sejawat
e. Adanya kesadaran profesional yang tinggi
f. Memiliki prinsip-prinsip etik
g. Memiliki sistem sanksi profesi
h. Adanya militansi individual
i. Memiliki organisasi profesi
Dengan merujuk pada hal diatas, guru yang profesional dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas akan melaksanakannya secara efektif.
Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Suyanto
(http://www.kompas.com, 8 Agustus 2006) yang sejalan dengan pendapat
Gary A. Davis dan Margareth A. Thomas, terdapat empat ciri guru yang
efektif, yaitu:
a. Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas
b. Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen
pembelajaran
c. Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik
(feedback) dan penguatan (reinforcement)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
d. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri
Karena guru merupakan seorang fasilitator dan ujung tombak
dalam dunia pendidikan, maka profesionalitas dan efektifitas wajib
dimiliki oleh setiap guru.
2. Hak dan Kewajiban Guru
Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nawawi,
1994:68), guru sebagai pendidik mempunyai hak untuk memperoleh:
a. penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan
memadai
b. penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
c. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas
d. perlindunagn hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual
e. kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nawawi,
1994:68), guru sebagai pendidik mempunyai kewajiban untuk:
a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis.
b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
3. Peranan Guru
Menurut Gagne (Muhibbin Syah, 2000:250), peranan guru adalah
sebagai berikut:
a. Guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran)
Guru diminta untuk mampu dan siap merancang kegiatan belajar
mengajar yang berhasilguna dan berdayaguna.
b. Guru sebagai manager of instruction (pengelola pengajaran)
Guru diminta untuk memiliki kemampuan dalam mengelola
(menyelanggarakan dan mengendalikan) seluruh tahapan proses
belajar mengajar.
c. Guru sebagai evaluator of student learning (penilai prestasi belajar
siswa)
Guru diminta untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf
kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap
kurun waktu pembelajaran.
4. Kode Etik Guru
Kode etik merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam
menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Dalam menjalankan
profesinya guru di Indonesia berpedoman pada kode etik guru yang berisi
sebagai berikut ( Samana,1994:117):
a. Guru berbakti membimbing peserrta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung
jawab bersama terhadap pendidikan
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
g. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial.
h. Guru secara bersama – sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
i. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Sarkim, 2006:1). Setiap negara memiliki dan menetapkan
kurikulumnya masing-masing sesuai dengan karakteristik dan arah yang ingin
dicapai masing-masing negara. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan,
pembelajaran, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan (Surjanto
Budiwalujo, http://www.kompas.com, 13 Maret 2006).
Indonesia mengalami berkali-kali ganti kurikulum. Kurikulum pertama
yang diterapkan dalam dunia pendidikan Indonesia adalah Kurikulum 1947
yang lebih dikenal dengan Rencana Pelajaran 1947. Kemudian disusul dengan
berganti-ganti oleh kurikulum 1950, 1968, 1975, dan 1994. Kurikulum 1994
menjadi tolok ukur kemajuan pendidikan di Indonesia karena telah berprinsip
pada keaktifan siswa dalam proses pembelajarannya. Kurikulum ini semakin
disempurnakan dengan Suplemen GBPP 1999.
Namun pemerintah merasa bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia
masih jauh dari mutu kurikulum-kurikulum bangsa barat. Oleh karena itu,
pemerintah kemudian mencanangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi atau
KBK pada tahun 2004. Kurikulum ini menekankan pada kompetensi belajar
siswa. Setelah berjalan selama kurang lebih tiga tahun, pemerintah melihat
bahwa hasil yang diberikan oleh KBK tidak seperti yang diharapkan. Pada
awal tahun 2006, pemerintah menyusun kurikulum baru yang lebih
menekankan pada isi dan kompetensi. Produk terbaru tersebut kemudian
diberi label Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar
pengembangan kurikulum itu adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan
Standar Isi (SI) hasil rumusan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat pendidikan, kalender pendidikan dan silabus (Sarkim,
2006:1). Sesuai dengan namanya, KTSP memberikan kewenangan dan
tanggung jawab kepada guru dan sekolah untuk mengembangkan
kurikulumnya sendiri. Suyanto (http://www.kompas.com, 8 Agustus 2006)
memaparkan bahwa implementasi KTSP membutuhkan penciptaan iklim
pendidikan yang memungkinkan tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah
bagi setiap guru, mulai dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Ini
berkaitan adanya pergeseran peran guru yang semula lebih sebagai instruktur
kini menjadi fasilitator pembelajaran. KTSP merupakan sebuah bentuk
demokratisasi dan desentralisasi sektor pendidikan dari pemerintah kepada
setiap lembaga pendidikan. Dalam KTSP ini, Peraturan Pemerintah dijadikan
sebagai rambu-rambu dalam penyusunan KTSP agar terdapat konsistensi dan
persamaan dalam memuat suatu materi ke kurikulum.
Menurut Mulyasa (2006:176), terdapat enam komponen KTSP, yaitu:
1. Visi dan Misi Satuan Pendidikan
Visi dan misi satuan pendidkan dapat dikembangkan oleh lembaga
masing-masing dengan memperhatikan potensi dan kelemahan masing-
masing. Sebaiknya visi dan misi satuan pendidikan bukan hanya rumusan
yang hampa makna, tetapi merupakan acuan yang sarat dengan makna,
sehingga mewarnai seluruh kegiatan di satuan pendidikan tersebut.
2. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
a. Tujuan Pendidikan Dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan Pendidikan Menengah
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut sesuai
kejuruannya.
3. Menyusun Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan adalah suatu kesepakatan bersama yang dirumuskan
oleh sekolah atau instans i pendidikan tertentu untuk dilaksanakan dalam
kurun waktu satu tahun. Kalender pendidikan mencakup semua rencana
jangka pendek dan merinci pelaksanaan rencana jangka panjang sekolah
dalam tahun berjalan. Kalender pendidikan juga memuat rancangan dan
rencana proses belajar menagajar, evaluasi, kegiatan-kegiatan sekolah,
libur sekolah, libur keagamaan dan libur nasional yang telah teralokasikan
dalam range waktu satu tahun. Kalender pendidikan menjadi acuan bagi
seluruh komponen sekolah untuk melaksanakan kegiatan dan tugasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Penyususnan kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu
pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak peserta didik. Dalam penyusunan
kelender pendidikan, pengembang kurikulum harus mampu menghitung
jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi peserta didik, dan
menyesuaikannya dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
harus dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikan pada
satuan pendidikan tertentu.
4. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memuat
komponen mengenai mata pelajaran, kelas dan alokasi waktu sesuai
dengan jenjang pendidikannya, yang dispesifikasikan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD/ MI
Kelas dan Alokasi Waktu Komponen
I II III IV, V, dan VI A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 3 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 3. Bahasa Indonesia 5 4. Matematika 5 5. Ilmu Pengetahuan Alam 4 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3 7. Seni Budaya dan Keterampilan 4 8. Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan 4
B. Muatan Lokal 2 C. Pengembangan Diri 2*)
Jumlah 26 27 28 32 2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran • Pembelajaran pada Kelas I sampai dengan Kelas III dilaksanakan
melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV sampai dengan Kelas VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
• 1 jam pelajaran adalah 35 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Tabel 2. 2 Struktur Kurikulum SMP/ MTs
Kelas dan Alokasi Waktu Komponen
VII VIII IX A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4. Bahas Inggris 4 4 4 5. Matematika 4 4 4 6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4 8. Seni Budaya 2 2 2 9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan 2 2 2
10.Keterampilan/ Teknologi Informasi danKomunikasi
2 2 2
B. Muatan Lokal 2 2 2 C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*)
Jumlah 32 32 32 2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran § Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/ MTs merupakan
“IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”. § 1 jam pelajaran adalah 45 menit
Tabel 2.3 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas X
Alokasi Waktu Komponen
Semester I Semester II A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4. Bahas Inggris 4 4 5. Matematika 4 4 6. Fisika 2 2 7. Biologi 2 2 8. Kimia 2 2 9. Sejarah 1 1 10. Geografi 1 1 11. Ekonomi 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
12. Sosiologi 2 2 13. Seni Budaya 2 2 14. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan 2 2
15. Teknologi Informasi dan Komunikasi
2 2
16. Keterampilan/ Bahasa Asing 2 2 B. Muatan Lokal 2 2 C. Pengembangan Diri 2*) 2*)
Jumlah 38 38 2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran § 1 jam pelajaran adalah 45 menit
Tabel 2.4 Struktur Kurikulum SMA/ MA
Kelas XI dan XII IPA
Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII
Komponen
Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2 A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4. Bahas Inggris 4 4 4 4 5. Matematika 4 4 4 4 6. Fisika 4 4 4 4 7. Kimia 4 4 4 4 8. Biologi 4 4 4 4 9. Sejarah 1 1 1 1 10. Seni Budaya 2 2 2 2 11. Pendidikan Jasmani,Olahraga
dan Kesehatan 2 2 2 2
12. Teknologi Informasi dan Komunikasi
2 2 2 2
13. Keterampilan/ Bahasa Asing 2 2 2 2 B. Muatan Lokal 2 2 2 2 C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)
Jumlah 39 39 39 39 2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran § 1 jam pelajaran adalah 45 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Tabel 2.5 Struktur Kurikulum SMA/ MA
Kelas XI dan XII IPS
Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII
Komponen
Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2 A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4. Bahas Inggris 4 4 4 4 5. Matematika 4 4 4 4 6. Sejarah 3 3 3 3 7. Geografi 3 3 3 3 8. Ekonomi 4 4 4 4 9. Sosiologi 3 3 3 3 10. Seni Budaya 2 2 2 2 11. Pendidikan Jasmani,Olahraga
dan Kesehatan 2 2 2 2
12. Teknologi Informasi dan Komunikasi
2 2 2 2
13. Keterampilan/ Bahasa Asing 2 2 2 2 B. Muatan Lokal 2 2 2 2 C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)
Jumlah 39 39 39 39 2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran § 1 jam pelajaran adalah 45 menit
Tabel 2.6 Struktur Kurikulum SMA/ MA
Kelas XI dan XII Bahasa
Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII
Komponen
Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2 A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5 4. Bahas Inggris 5 5 5 5 5. Matematika 3 3 3 3 6. Sastra Indonesia 4 4 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
7. Bahasa Asing 4 4 4 4 8. Antropologi 2 2 2 2 9. Sejarah 2 2 2 2 10. Seni Budaya 2 2 2 2 11. Pendidikan Jasmani,Olahraga
dan Kesehatan 2 2 2 2
12. Teknologi Informasi dan Komunikasi
2 2 2 2
13. Keterampilan 2 2 2 2 B. Muatan Lokal 2 2 2 2 C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)
Jumlah 39 39 39 39 2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran § 1 jam pelajaran adalah 45 menit
Dalam struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
terdapat lima kelompok pelajaran, yaitu:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
5. Silabus
Setiap mata pelajaran yang diajarkan akan memiliki batasan-batasan
tertentu sejauh mana mata pelajaran tersebut akan didalami. Batasan-
batasan tersebut akan dikemas dalam suatu rencana pembelajaran yang
juga mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber, bahan, alat belajar. Perangkat tersebut bernama silabus.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
ke dalam materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
pencapaian kompetensi untuk penilaian (Sarkim, 2006:8).
6. Rencana Pelaksnaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai
satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan
dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan komponen penting dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang pengembangannya
harus dilakukan secara profesional.
Dengan melihat uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan merupakan “perpanjangan tangan” pemerintah
untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Melalui KTSP, pemerintah
menggandeng tangan guru dan sekolah untuk bersama-sama menciptakan
suatu pola pendidikan melalui desentralisai sistem pendidikan. KTSP
memberikan kebebasan untuk menentukan laju pendidikan bagi tiap-tiap
sekolah sesuai dengan kemampuan dan kompetensi mereka, tetapi dengan
batas-batas yang tetap ditentukan pemerintah.
D. Tingkat Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1981:232) adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan adalah keseluruhan proses, metode
belajar mengajar mengalihkan suatu pengetahuaan dari seorang kepada
orang lain sesuai dengan standar yang telah ditentukan (Siagian,
1987:175). Unsur yang penting dalam pendidikan adalah proses
pengembangan kemampuan, pengetahuan, sikap, tingkah laku, kompetensi
sosial serta pribadi optimal.
Mengingat unsur-unsur demikian, Soejono Soekanto (1992:335)
mengatakan bahwa pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi
manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru
tentang bagaimana berpikir secara ilmiah.
2. Ruang Lingkup Pendidikan
Dilihat dari ruang lingkupnya pendidikan dapat dibagi menjadi
(Siagian, 1987:181):
a. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seorang
itu lahir sampai mati di dalam keluarga, dalam pekerjaan, atau
pengalaman sehari-hari.
b. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah pendidikan sekolah yang merupakan sistem
pendidikan yang mengkhususkan diri pada penyelenggaraan
pendidikan generasi muda secara sistematis, berencana, berurutan
dengan tujuan pendidikan yang jelas untuk setiap tingkatan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dilaksanakan dalam situasi belajar antara pendidik dan anak didik serta
dengan sarana dan fasilitas yang direncanakan dan diadakan secara
khusus.
c. Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal adalah pendidikan teratur dengan sadar
dilakukan tetapi tidak selalu mengikuti peraturan yang sangat ketat dan
tetap.
3. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah taraf pendidikan yang diselenggarakan
secara berkelanjutan yang berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik
dan tingkat kerumitan pelajaran. Di Indonesia, jenjang pendidikan dibagi
menjadi (Siagian, 1987:185):
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk
melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta
didik menjadi bagian dari organisasi masyarakat yang memiliki
kemampuan untuk mengadakan hubungan timbal balik.
c. Pendidikan Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Pendidikan tinggi adalah kelanjutan dari pendidikan menegah yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi masyarakat
yang memiliki kemampuan akademik atau profesional.
Untuk meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, khususnya
guru, pemerintah telah mengusahakan berbagai lembaga yang menata
usaha perbaikan mutu guru dengan menetapkan satu pola yaitu pola
pengembangan dari IKIP atau FKIP/FIP yang disebut Lembaga
Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK).
LPTK mempunyai empat macam program pendidikan guru (Piet A.
Sahertian, 1994:68), yaitu:
1. Program non-gelar (program Diploma) dengan rincian sebagai
berikut:
a. Program Diploma (D-1) dengan lama studi 1-2 tahun.
b. Program Diploma 2 (D-2) dengan lama studi 2-3 tahun.
c. Program Diploma 3 (D-3) dengan lama studi 3-5 tahun.
2. Program Gelar yang melalui jenjang Sarjana (S-1), dengan lama
studi 4-7 tahun.
3. Program Pasca Sarjana (S2), dengan lama studi 6-9 tahun.
4. Program Doktor (S3), dengan lama studi 8-11 tahun.
Kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program Akta
mengajar ini terdiri atas (Piet A. Sahertian, 1994:71):
1. Akta I sebanyak 20 SKS selama dua semester.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2. Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang
sudah memperoleh 60 SKS dalam bidang non kependidikan.
3. Akta III sebanyak 20 SKS yang dapat ditempuh selama dua
semester setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non
kependidikan.
4. Akta IV dengan beban kredit 20 SKS dapat ditempuh selama dua
semester setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non
kependidikan.
5. Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah
memiliki 160 SKS bidang studi di luar kependidikan.
E. Status Kepegawaian
Guru meliputi semua orang di sekolah-sekolah yang bertanggung jawab
dalam pendidikan para murid. Status (kedudukan) yang dipergunakan dalam
hubungannya dengan guru-guru berarti martabat atau penghargaan yang
diberikan kepada mereka, sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi
mereka serta atas kemampuan mereka dalam melakukan tugas-tugasnya dan
persyaratan kerja, penggajian serta keuntungan-keuntungan materi lainnya
yang diberikan kepada mereka dibandingkan dengan golongan-golongan karya
lainnya.
Menurut Piet A. Sahertian (1994:10) yang dimaksud dengan status
kepegawaian guru adalah kedudukan guru dilihat dari prototype-nya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
suatu sistem sosial. Di dalam pendidikan, status guru itu terdiri atas (Piet A.
Sahertian, 1994:13):
1. Guru negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu instansi
milik pemerintah, guru yang diperkerjakan di suatu instansi swasta tetapi
tetap digaji oleh negara.
2. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan
digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat
dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti :
a. Guru Honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan
atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut tetapi belum
mengajar penuh atau dapat dikatakan sebagai guru bantu.
b. Guru Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan
sudah berstatus sebagai guru tetap dari yayasan.
c. Guru Tidak Tetap Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh
yayasan tetapi statusnya belum tetap.
F. Lama Menjalani Profesi Guru
Untuk menjadi seorang guru, pendidikan terakhir yang harus dimiliki
minimal adalah lulusan D2 dan memiliki akta mengajar, atau dapat pula
dengan memiliki ijazah D2 FKIP. Untuk menjalani profesi guru, dibutuhkan
jiwa mendidik dan profesional dalam menekuni bidang tersebut. Perjuangan
untuk menjadi pendidik tidak hanya berhenti saat diterima mengajar di suatu
sekolah. Perjuangan berikutnya adalah memperoleh status. Guru yang bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
bernafas lega adalah guru yang merupakan pegawai negeri atau guru negeri
serta guru yang telah diangkat menjadi guru tetap yayasan. Guru tidak tetap
maupun guru honorer adalah guru yang masih harus memperjuangkan
statusnya.
Status kepegawaian mendorong seorang guru untuk mempertahankan
pekerjaannya. Seorang guru honorer atau guru tidak tetap yang dalam kurun
waktu tertentu tidak kunjung diangkat akan memunculkan dorongan bagi
mereka untuk berpindah profesi. Berbeda halnya dengan guru yang telah lama
menjadi guru tetap atau guru negeri. Lama menjalani profesi keguruan juga
akan menyebabkan mereka memiliki kualitas yang berbeda dalam segala hal.
Sebagai contoh, guru tidak tetap akan bekerja sebaik mungkin agar dia
dipertimbangkan untuk dapat diangkat menjadi guru tetap. Guru yang telah 5
tahun mengajar tentu akan memiliki cara mengajar yang berbeda
dibandingkan dengan guru yang baru 2 tahun mengajar atau bahkan guru yang
telah 30 tahun mengajar. Tetapi lama seorang guru dalam menjalani profesi
keguruan tidak seutuhnya menjamin bahwa guru yang lebih lama mengajar
akan memiliki kualitas yang lebih baik. Mungkin guru tersebut lebih unggul
pada pengalaman dibanding dengan guru-guru baru. Tetapi guru yang baru
mungkin memiliki memiliki kemampuan yang juga lebih baik, misalnya
kemampuan dalam memanfaatkan komputer dan penggunaan teknologi dalam
pengajarannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
G. Kerangka Berpikir
1. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau
dari Tingkat Pendidikan.
Dalam menyikapi pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, pandangan guru akan diduga dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikannya. Pandangan guru diduga akan berbeda pada latar belakang
pendidikan formal guru yang berbeda. Secara umum, pendidikan formal
dibagi dalam berbagai jenjang yaitu SD, SMP, SMA, dan Perguruan
Tinggi. Untuk dapat menjalani profesi sebagai seorang pengajar, maka
pendidikan formal minimal yang harus dimiliki adalah D2. Untuk guru
SMP tidak menutup kemungkinan masih adanya guru dengan latar
pendidikan SPG walaupun sekarang memang oleh pemerintah guru-guru
dengan latar pendidikan SPG diberikan kesempatan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan guru maka semakin
tinggi pula keinginan untuk mengembangkan profesi guru, misalnya
melakukan penelitian membuat karya tulis, menulis buku dan sebagainya.
Latar belakang pendid ikan erat kaitannya dengan wawasan dan
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka seorang guru maka akan semakin luas wawasan dan
semakin tini pengetahuannya. Wawasan dan pengetahuan memiliki
hubungan dengan kreatifitas seorang guru dalam memilih dan mengemas
proses pembelajarannya. Paul Suparno (2002:100) menuliskan bahwa
untuk menjadi seorang guru yang baik, maka seorang guru haruslah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
berubah menjadi guru otonom. Guru otonom adalah pemikir dan
perancang bahan pelajaran yang kritis dan analitis, serta memiliki daya
kreativitas tinggi dan berperilaku inovatif. Tingkat pendidikan bagi guru
agar bisa menjadi guru yang otonom adalah minimal berpendidikan S1
untuk guru SD dan SMP, serta S2 untuk guru SMU. Seorang guru dengan
latar pendidikan S1 akan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang
lebih jika dibandingkan dengan guru yang berlatar pendidikan D-2. Dalam
memandang KTSP, guru dengan latar belakang S1 akan memiliki
kemampuan beradaptasi yang lebih baik mengingat pengetahuan yang
dimilikinya lebih daripada guru dengan latar belakang pendidikan yang
lebih rendah. Tingkat pendidikan guru diduga kuat mempengaruhi cara
pandang dan sikap guru terhadap suatu konsep atau ide baru.
Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian sebagai
berikut :
Ha1 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan.
2. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau
dari Status Kepegawaian.
Status kepegawaian merupakan sebuah pengakuan atas keberadaan
seseorang dalam suatu ruang lingkup pekerjaan pada sebuah instansi.
Status kepegawaian menempatkan seorang pekerja pada suatu posisi yang
membedakan hak dan kewajiban antar status yang berbeda. Status
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kepegawaian bagi seorang guru merupakan suatu keadaan yang melabeli
mereka untuk profesionalitas kerja para guru tersebut.
Status kepegawaian berpengaruh terhadap kinerja seseorang. Status
kepegawaian seseorang akan sangat berpengaruh terhadap etos dan
mentalitas kerja (Djohar, 2006:118). Guru honorer akan memiliki totalitas
yang berbeda dalam menghadapi pekerjaannya dibandingkan dengan guru
tidak tetap yayasan. Hal ini muncul karena setiap guru memiliki orientasi
yang berbeda akan pekerjaannya jika ditinjau dari status kepegawaiannya.
Guru honorer akan memiliki mental dan etos kerja yang lebih baik karena
guru honorer sedang berada dalam taraf pembentukan image dan nama
baik agar berkesempatan diangkat menjadi guru tetap. Sedangkan guru
negeri memiliki kecenderungan lebih kaku mengingat status para guru
tersebut sudah jelas. Guru negeri bekerja berdasarkan ikatan kerja dengan
dasar hukum yang jelas berkaitan dengan status kepegawaian mereka,
sehingga dengan kejelasan status tersebut guru negeri diduga memiliki
persepsi yang kurang positif terhadap KTSP. Guru tetap yayasan diduga
akan memiliki pandangan yang lebih baik mengenai KTSP mengingat para
guru tetap yayasan memiliki ikatan batin dan tanggung jawab yang kuat
terhadap yayasan. Berbeda dengan guru negeri yang statusnya sudah jelas
sebagai pengajar yang dibiayai oleh negara. Guru negeri diduga akan
memiliki pandangan yang kurang positif terhadap KTSP. Guru dengan
status kepegawaian yang berbeda akan memiliki paradigma tersendiri akan
sesuatu yang menyangkut profesinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian sebagai
berikut :
Ha2 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ditinjau dari status kepegawaian.
3. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau
dari Lama Menjalani Profesi Guru.
Profesionalitas seorang pekerja dipengaruhi pula oleh lama pekerja
tersebut menjalani profesinya. Semakin lama seseorang menggeluti
pekerjaannya maka semakin terasah pula kemampuannya. Seorang guru
yang telah puluhan tahun mengajar akan memiliki kualitas mengajar yang
berbeda dengan seorang guru yang baru satu tahun mengajar. Guru yang
telah lama menjalani profesi guru akan memiliki pengalaman mengajar,
kemampuan mengelola kelas, maupun mengevaluasi kelas dengan lebih
baik dibanding dengan guru baru. Akan tetapi, mungkin guru yang baru
tersebut memiliki kemampuan lain yang tidak dimiliki oleh guru yang
telah puluhan tahun mengajar, misalnya saja kemampuan mengoperasikan
komputer, pemanfaatan internet, metode penga jaran baru dan sebagainya.
Inti dari semua itu adalah bahwa suatu pengalaman mengajar
ataupun pengetahuan baru dari seseorang yang belum begitu
berpengalaman mengajar, akan menyebabkan perbedaan pandangan
ataupun persepsi akan suatu permasalahan. Perbedaan itu disebabkan oleh
adanya pola berpikir yang berbeda yang disebabkan oleh pembentukan
karakter atas diri guru selama menjalani profesinya. Paul Suparno
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
(2002:42) menguraikan bahwa lama seorang guru menjalani profesinya
akan mempengaruhi cara pandang. Hal ini didukung oleh pernyataan
Anton Sardjono (www.blogspot.com) bahwa masa kerja seorang guru
membentuk interpretasi yang berbeda-beda antar para guru akan suatu hal.
Interpretasi yang berbeda-beda tersebut akan mengakibatkan cara pandang
Seorang guru yang sudah dua puluh lima tahun mengajar akan
memandang KTSP sebagai sebuah kurikulum yang merepotkan
mengingat beratnya tugas seorang guru dalam peran sertanya menyusun
kurikulum, berbeda dengan kurikulum yang biasanya digunakannya.
Seorang guru yang baru satu tahun mengajar dan merupakan produk baru
dari dunia kependidikan akan memandang KTSP sebagai sebuah
kurikulum yang tepat diaplikasikan mengingat dengan KTSP seorang guru
dapat menyusun kurikulum yang sesuai dengan konstruksi pengetahuan
yang akan diberikan kepada peserta didik. Akan tetapi dengan terbatasnya
pengalaman yang dimiliki,guru baru diduga akan berpersepsi kurang
positif mengingat perubahan kurikulum yang terjadi kurang dapat
diadaptasi dengan cepat.
Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian sebagai
berikut :
Ha3 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada guru-guru di sekolah-sekolah milik
Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis.
Kesimpulan penelitian hanya berlaku pada guru-guru di sekolah-sekolah milik
Yayasan BOPKRI Yogyakarta sebagai subyek penelitian ini.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah guru-guru sekolah-sekolah milik Yayasan BOPKRI di
Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi
guru.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Waktu untuk penelitian ini yaitu pada bulan Agustus 2007.
2. Tempat Penelitian
Tempat untuk penelitian ini adalah sekolah-sekolah di bawah naungan Yayasan
BOPKRI di Daerah Istimewa Yogyakarta.
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Persepsi Guru Terhadap KTSP
Persepsi guru terhadap KTSP adalah suatu proses penelaahan dan pemahaman
seseorang akan suatu informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Jadi, persepsi merupakan
langkah berikutnya dari suatu proses penginderaan terhadap kurikulum yang disusun
oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
KTSP mencakup 6 dimensi yaitu visi dan misi, tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kalender
pendidikan, silabus, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Mulyasa,
2006:176). Masing-masing dimensi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk
pernyataan-pernyataan. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel persepsi
guru terhadap KTSP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Persepsi Terhadap KTSP
Pernyataan Dimensi Indikator
Positif Negatif Visi dan Misi
1. Berorientasi ke depan 2. Dikembangkan bersama oleh
seluruh warga sekolah 3. Merupakan perpaduan antara
langkah strategis dan sesuatu yang dicita-citakan
4. Dinyatakan dalam kalimat yang padat bermakna
5. Dapat dijabarkan ke dalam tujuan dan indikator keberhasilanya
6. Berbasis nilai 7. Membumi (Kontekstual)
2 3 4 5 6
1 7
Tujuan pendidikan
8. Kematangan diri anak didik sesuai tiap fase perkembangan
9. Kecerdasan, pengetahuan 10. Ketrampilan hidup mandiri 11. Mengikuti pendidikan lanjut
9
11
8
10
Kalender pendidikan
12. Rencana sekolah 13. Alokasi Waktu 14. Penetapan Kalender
Pendidikan
12 13 14
Struktur dan muatan KTSP
15. Mata pelajaran 16. Muatan lokal 17. Kegiatan Pengembangan diri 18. Pengaturan Beban Belajar 19. Kenaikan Kelas, Penjurusan,
dan Kelulusan 20. Pendidikan Kecakapan Hidup
15 16 17
19,21,22, 24
25
18 20,23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
21. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
31. Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus jelas; makin konkrit kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.
32. Rencana pelaksanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta didik.
33. Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus menunjang, dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diwujudkan.
34. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan
36
37
38
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.
35. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan program sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau dilaksanakan di luar kelas, agar tidak mengganggu jam-jam pelajaran yang lain.
40
Pengukuran variabel persepsi guru terhadap KTSP didasarkan pada indikator-
indikatornya. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert
adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item
instrumen tersaji dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.2 Skoring Berdasarkan Skala Likert
Skor Kriteria Jawaban
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju ( SS ) 4 1
Setuju ( S ) 3 2
Tidak Setuju ( TS ) 2 3
Sangat Tidak Setuju ( STS ) 1 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2. Variabel Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah taraf pendidikan formal terakhir yang diselesaikan guru.
Jenjang pendidikan formal guru diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Program Diploma 1 (D-1) Skor: 1
b. Program Diploma 2 (D-2) Skor: 2
c. Program Diploma 3 (D-3) Skor: 3
d. Program Strata 1 (S1) Skor: 4
e. Program Pasca sarjana (S2) Skor: 5
f. Program Doktor (S3) Skor: 6
3. Variabel Status Kepegawaian
Menurut Piet A. Sahertian (1994:10) yang dimaksud dengan status kepegawaian
guru adalah kedudukan guru dilihat dari prototype-nya dalam suatu sistem sosial.
Pemberian skor untuk variabel status kepegawaian adalah sebagai berikut:
a. Guru Tetap Yayasan Skor 4
b. Guru Negeri Skor 3
c. Guru Tidak Tetap Yayasan Skor 2
d. Guru Honorer Skor 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
4. Variabel Lama Menjalani Profesi Guru
Lama menjalani profesi guru adalah lamanya seorang guru dalam menjalani profesi
keguruan. Pemberian skor untuk variabel lama menjalani profesi guru adalah
sebagai berikut:
a. < 1 tahun Skor 0
b. 1-5 tahun Skor 1
c. 6-10 tahun Skor 2
d. 11-15 tahun Skor 3
e. >15 tahun Skor 4
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Penelitian ini adalah seluruh guru SD, SMP, dan SMA di bawah naungan Yayasan
BOPKRI di Yogyakarta.Menurut sumber dari Yayasan BOPKRI Yogyakarta
jumlah guru SD, SMP dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta adalah 558 dari
45 sekolah.
2. Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah tenaga kependidikan yang
berhubungan dengan kurikulum di sekolah, yaitu guru- guru di sekolah- sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai
kritis/ batas kesalahan (e) 5% dari populasi (N).
Pengambilan sampel menggunakan rumus:
n =Ne
N+1
Keterangan: n = Ukuran sample N = Ukuran populasi E = Nilai kritis/ batas kesalahan yang diinginkan (persen kelonggaran
ketidaktelitian karena pengambilan sampel populasi) Sehingga sampel yang diambil adalah:
n = 2)05,0(5891
558+
3. Teknik Penarikan Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu anggota sampel yang diambil sudah ditentukan
sesuai dengan keperluan penelitian dan mengabaikan peluang anggota populasi yang
tidak terpilih. Sampel yang diambil adalah guru-guru SD, SMP, dan SMA pada
sekolah-sekolah di Yayasan BOPKRI Yogyakarta yang sudah menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Metode ini merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan menggunakan
sejumlah daftar pertanyaan maupun pernyataan yang disusun secara tertulis berkaitan
dengan penelitian yang sedang dilakukan. Dalam penelitian kuesioner ini melibatkan
responden untuk mengisi dengan jawaban yang sesuai keadaan responden yang
sebenarnya. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai persepsi guru
terhadap KTSP, tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi
guru.
G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
1. Pengujian Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin
diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan berdasarkan uji korelasi product
moment dari Karl Pearson dengan rumus (Suharsimi Arikunto,1998:225):
∑ ∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−=
})(}{)({
))(()(2222 YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan : N = Total responden Y = Total item X = Total dari setiap item rxy = Keofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi
rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya hasil koefisien
korelasi ini dibandingkan dengan nilai r korelasi Product Moment pada tabel. Jika
hasil rhitung lebih besar dari pada rtabel maka butir soal tersebut dapat dikatakan
valid, dan begitu pula sebaliknya.
Uji validitas ini dilakukan pada 50 guru di Yayasan Pangudu Luhur Yogyakarta.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS di mana db
= n-2. Derajat kebebasan ini sebesar (50-2) = 48, sehingga rtabel dari 0,05 ; 48 =
0,284. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujjian validitas:
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Alat ukur dikatakan reliabel jika alat ukur
tersebut mampu memberikan hasil yang tetap meskipun digunakan kapanpun. Untuk
mengetahui koefisien reliabilitas instrumen, maka digunakan rumus Alpha (Suharsimi
Arikunto,1998:236).
Rumus : ( )
−
−
= ∑2
2
11 11 t
b
kk
rσ
σ
Dimana : r11 = reliabilitas instrumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
k = banyaknya butir pertanyaan
∑ 2bσ = jumlah varian butir
2tσ = varian total
Reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Jika
nilai koefisien alpha > 0,60 maka instrumen penelitian tersebut reliabel (dapat
dipercaya). Sebaliknya nilai koefisien alpha < 0,60 maka instrumen penelitian
tersebut tidak reliabel (Nunnaly, 1967 dal;am Imam Gozhali, 2001:42).
Hasil pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan komputer program
SPSS. Dari hasil pengujian reliabilitas diperoleh nilai koefisien alpha untuk persepsi
guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu 0,919. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut adalah reliabel
(dapat dipercaya).
H. Teknik Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data masing–masing variabel berdistribusi normal atau
tidak maka dilakukan uji normalitas. Pengujian normalitas yang digunakan adalah
dengan uji Kolmogorov Smirnov. Uji Kolmogorov Smirnov ini digunakan untuk
menguji apakah dua sampel berasal dari populasi-populasi yang mempunyai
distribusi yang sama atau berbeda. Dasar pengujian ini adalah membandingkan dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
distribusi kumulatif dan memfokuskan pada selisih terbesar antara kedua distribusi
tersebut dengan rumus (Wahid Sulaiman,2003:37) :
)}()({ 21 XSnxSnMaxD −=
Keterangan : Sn1 (x) : fungsi jenjang kumulatif observasi salah satu sampel Sn1 (x) : k/n1 , k adalah banyaknya skor sama atau kurang dari X
Pengambilan keputusan :
Jika Asymp. Sig < taraf nyata (0,05) maka Ho ditolak
Jika Asymp. Sig > taraf nyata (0,05) maka Ho diterima
b. Uji Homogenitas
Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan varians populasi yang
berdistribusi normal, berdasarkan sampel yang telah diambil dari setiap populasi.
Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk melakukan pengujian ini.
Pengujian yang dipakai adalah uji Bartlett. Uji Bartlett menggunakan statistik chi
kuadrat dengan rumus :
Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk melakukan pengujian ini seperti
uji Bartlett (Arikunto, 2000:415). Beberapa satuan yang diperlukan untuk
mengerjakan pengujian tes adalah:
1) Disusun daftar seperti yang disajikan dalam tabel berikut:
χ2 = (in 10) {B - ∑ (ni – 1) log Si2}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 3.4 Uji Bartlett
Sampel
ke- Derajat
kebebasan 1/dk Si
2 Log Si2 (dk) Log Si
2
1
2
K
n1 – 1
n2 – 1
nk - 1
1/(n1 – 1)
1/(n2 – 1)
1/(nk– 1)
S12
S22
Sk2
Log S 12
Log S22
Log Sk2
(n1-1)Log S12
(n1-1)Log S22
(n1-1)Log Sk2
Jumlah ( )∑ −11n ∑
−1
1
1n - - ( )∑ − 21 ii LogSn
2) Mencari variansi gabungan dari semua sampel dengan rumus :
( ) ( )∑ −−= 1/1 2ii nSnS
3) Mencari satuan B dengan rumus:
( ) ( )∑ −= 1log 2inSB
4) Menghitung harga Chi-kuadrat ( X ) dengan rumus
( ){ }∑ −−= 22 log1101 ii SnBnx
Dimana 1n10 = 2,3026 merupakan bilangan tetap yang disebut logaritma asli
daripada bilangan 10. Jadi rumus dapat ditulis:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
( ){ }∑ −−= 22 log13026,2 ii SnBx
a) Jika x2 < taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis diterima atau tidak ada
perbedaan variansi antara sampel-sampel yang diambil.
b) Jika x2 > taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis ditolak atau terdapat
perbedaan variansi antara sampel-sampel yang diambil.
2. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian normalitas dengan menggunakan SPSS ternyata
didapatkan hasil bahwa variabel yang diteliti berdistribusi normal. Sedangkan hasil
pengujian homogenitas menunjukkan bahwa varians populasi untuk variabel tingkat
pendidikan dan status kepegawaian adalah homogen, serta varians untuk variabel lama
menjalani profesi guru adalah tidak homogen. Mengingat prasyarat pengujian hipotesis
demikian, maka pengujian hipotesis pertama, kedua, dan ketiga yang semula akan
dilakukan dengan menggunakan One Way Anova tidak dapat dilanjutkan dan diganti
dengan menggunakan statistik nonparametrik, yaitu dengan uji Chi Kuadrat. Chi
Kuadrat yang digunakan adalah uji independen antara dua variabel (Sudjana, 1996:
278). Langkah pertama adalah membuat tabel kontingensi B x K, yang dalam daftar
tersebut, faktor I terbagi atas B taraf dan faktor II terbagi atas K taraf. Banyak
pengamatan yang terjadi karena taraf ke-i faktor ke-I (i= 1,2. …, B) dan taraf ke-j
faktor ke-II (j=1,2,3, …, K) akan dinyatakan dengan Oij. Hasilnya diringkas dalam
tabel kontingensi B x K sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 3.5 Daftar Kontingensi B x K
Untuk Hasil Pengamatan Terdiri Atas Dua Faktor
FAKTOR II (K TARAF) 1 2 K
Jumlah
1 O11
E11
O12
E12
….
O1K
E1K
n10
2 O12
E21
O22
E22
….
O2K
E2K
n20
. .
. .
. .
. .
FAKTOR II (B TARAF)
B OB1
EB1
OB2
EB2
….
OBK
EBK
nBO
Jumlah n01 n02 …. nOK n
Untuk menghitung frekuensi yang diharapkan (Eij) atau frekuensi teoritik setiap
sel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Eij n
n x n ojio=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Keterangan: Eij = frekuensi teoritik yang diharapkan nio = jumlah baris ke-i noj = jumlah kolom ke-j n = jumlah semua frekuensi pengamatan
Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesisnya adalah sebagai berikut:
2χ = ∑∑= =
−B
ji
K
1j ij
2ijij
E
)EO(
Keterangan :
2χ = Chi Kuadrat Oij = frekuensi yang terjadi Eij = frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika 2χ hitung ≤ 2χ tabel pada taraf
signifikansi 5% dan dk untuk distribusi chi kuadrat = (B-1)(K-1) maka Ha1, Ha2, dan
Ha3 ditolak. Sedangkan jika 2χ hitung > 2χ tabel pada taraf signifikansi 5% dan dk untuk
distribusi Chi Kuadrat = (B-1)(K-1) maka Ha1, Ha2, dan Ha3 diterima.
Pengujian terhadap hipotesis pertama, kedua, dan ketiga dilakukan dengan
menggunakan tabel kontingensi dan dengan menggunakan uji Chi Kuadrat sebagai
berikut:
1. Hipotesis I
a. Perumusan hipotesis
Ho1: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Ha1: Ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan
b. Pengujian Hipotesis
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1). Membuat tabel kontingensi dengan frekuensi yang sesungguhnya
Faktor I : Persepsi Guru Terhadap KTSP, kategori : sangat positif,
positif, cukup positif, negatif, sangat negatif
Faktor II : Tingkat Pendidikan, kategori : D1, D2, D3, S1, S2, S3
Tabel 3.6 Tabel Kontingensi Persepsi Guru
Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan
(Frekuensi Sesungguhnya)
Tingkat Pendidikan Persepsi Guru
Terhadap KTSP D1 D2 D3 S1 S2 S3 Total
Sangat Positif a b c d e f ae
Positif g h i j k l af
Cukup Positif m n o p q r ag
Negatif s t u v w x ah
Sangat Negatif y z aa ab ac ad ai
Total aj ak al am an ao ap
2). Menghitung frekuensi teoritik/diharapkan dengan rumus:
Eaap
aeaj×= Eb
apaeak×
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Ecap
aeal×= Ed
apaeam×
=
Eeap
aean×= Ef
apaeao ×
=
Egap
afaj×= Eh
apafak ×
=
Eiap
afal×= Ej
apafam ×
=
Ekap
afan ×= El
apafao ×
=
Emap
agaj×= En
apagak ×
=
Eoap
agal×= Ep
apagam ×
=
Eqap
agan ×= Er
apagao×
=
Esap
ahaj×= Et
apahak ×
=
Euap
ahal ×= Ev
apaham ×
=
Ewap
ahan ×= Ex
apahao×
=
Eyap
aiaj×= Ez
apaiak ×
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Eaaap
aial ×= Eab
apaiam ×
=
Eacap
aian ×= Ead
apaiao×
=
3). Memasukkan frekuensi teoritik/diharapkan ke dalam tabel kontingensi:
Tabel 3.7 Tabel Kontingensi Persepsi Guru
Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Persepsi Guru
Terhadap KTSP
D1 D2 D3 S1 S2 S3 Total
Sangat Positif
a
Ea
b
Eb
c
Ec
d
Ed
e
Ee
f
Ef
ae
Positif g
Eg
h
Eh
i
Ei
j
Ej
k
Ek
l
El
af
Cukup Positif
m
Em
n
En
o
Eo
p
Ep
q
Eq
r
Er
ag
Negatif s
Es
t
Et
u
Eu
v
Ev
w
Ew
x
Ex
ah
Sangat Negatif
y
Ey
z
Ez
aa
Eaa
ab
Eab
ac
Eac
ad
Ead
ai
Total aj ak al am an ao ap
4). Menghitung nilai 2χ dengan menggunakan rumus:
2χ = a
2a
E)E-a(
+ b
2b
E)E-b(
+ c
2c
E)E-c(
+ d
2d
E)Ed( −
+e
2e
E)Ee( −
+
f
2f
E)E-f(
+ g
2g
E
)E-g(+
h
2h
E)E-h(
+ i
2i
E)Ei( −
+j
2j
E
)Ej( −+
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
k
2k
E)E-k(
+ l
2l
E)E-l(
+ m
2m
E)E-m(
+ n
2n
E)En( −
+o
2o
E)Eo( −
+
p
2p
E
)E-p(+
q
2q
E
)E-q(+
r
2r
E)E-r(
+ s
2s
E)Es( −
+t
2t
E)Et( −
+
u
2u
E)E-u(
+ v
2v
E)E-v(
+ w
2w
E)E-w(
+ x
2x
E)Ex( −
+y
2y
E
)Ey( −+
z
2z
E)E-z(
+ aa
2aa
E)E-aa(
+ ab
2ab
E)E-ba(
+ ac
2ac
E)Eac( −
+
ad
2ad
E)Ead( −
c. Penarikan Kesimpulan
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika 2χ hitung ≤ 2χ tabel pada taraf
signifikansi 5% dan dk untuk distribusi Chi Kuadrat = (B-1)(K-1) maka Ha1
ditolak atau tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat
satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan. Sedangkan jika 2χ hitung >
2χ tabel pada taraf signifikansi 5% dan dk untuk distribusi Chi Kuadrat = (B-
1)(K-1) maka Ha1 diterima atau ada perbedaan persepsi guru terhadap
kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan.
d. Mengukur Derajat Hubungan
Rumus yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara tingkat
pendidikan dan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
adalah dengan menggunakan rumus Koefisien Kontingensi C sebagai berikut
(Sudjana, 2000: 282):
nC 2
2
+χχ
=
Agar dapat diketahui derajat hubungannya, maka C harus dibandingkan
dengan Cmaks. yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2000:
282):
m
1mC .maks
−=
Keterangan: m adalah harga minimum antara B dan K (yakni minimum antara banyak baris dan banyak kolom). Penarikan kesimpulan adalah dengan melihat harga C kepada Cmaks. Makin
dekat harga C kepada Cmaks, maka makin besar derajat asosiasinya atau
terdapat hubungan yang cukup besar antara tingkat pendidikan guru dengan
persepsinya terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan
yang tertera pada tabel sebagai berikut (Sugiyono, 2004:183):
Tabel 3.8 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien
Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
2. Hipotesis II
a. Perumusan hipotesis
Ho2: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari status kepegawaian
Ha2: Ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari status kepegawaian
b. Pengujian Hipotesis
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1). Membuat tabel kontingensi dengan frekuensi yang sesungguhnya
Faktor I : Persepsi Guru Terhadap KTSP, kategori : sangat positif,
positif, cukup positif, negatif, sangat negatif
Faktor II : Status Kepegawaian, kategori : GTY, PNS, GTT, GH
Tabel 3.9 Tabel Kontingensi Persepsi Guru
Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Status Kepegawaian
(Frekuensi Sesungguhnya)
Status Kepegawaian Persepsi Guru
Terhadap KTSP GTY PNS GTT GH
Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Sangat Positif a b c d u
Positif e f g h v
Cukup Positif i j k l w
Negatif m n o p x
Sangat Negatif q r s t y
Total z aa ab ac ad
2). Menghitung frekuensi teoritik/diharapkan dengan rumus:
Eaad
uz×= Eb
aduaa ×
=
Ecad
uab ×= Ed
aduac ×
=
Eead
vz×= Ef
advaa ×
=
Egad
vab ×= Eh
advac×
=
Eiad
wz×= Ej
adwaa ×
=
Ekad
wab ×= El
adwac ×
=
Emad
xz×= En
adxaa ×
=
Eoad
xab ×= Ep
adxac ×
=
Eqad
yz×= Er
adyaa ×
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Esad
yab ×= Et
adyac ×
=
3). Memasukkan frekuensi teoritik/diharapkan ke dalam tabel kontingensi:
Tabel 3.10 Tabel Kontingensi Persepsi Guru
Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Status Kepegawaian
Status Kepegawaian Persepsi Guru
Terhadap KTSP GTY PNS GTT GH Total
Sangat Positif
a
Ea
b
Eb
c
Ec
d
Ed
u
Positif e
Ee
f
Ef
g
Eg
h
Eh
v
Cukup Positif
i
Ei
j
Ej
k
Ek
l
El
w
Negatif m
Em
n
En
o
Eo
p
Ep
x
Sangat Negatif
q
Eq
r
Er
s
Es
t
Et
y
Total z aa ab ac ad
4). Menghitung nilai 2χ dengan menggunakan rumus:
2χ = a
2a
E)E-a(
+ b
2b
E)E-b(
+ c
2c
E)E-c(
+ d
2d
E)Ed( −
+e
2e
E)Ee( −
+
f
2f
E)E-f(
+ g
2g
E
)E-g(+
h
2h
E)E-h(
+ i
2i
E)Ei( −
+j
2j
E
)Ej( −+
k
2k
E)E-k(
+ l
2l
E)E-l(
+ m
2m
E)E-m(
+ n
2n
E)En( −
+o
2o
E)Eo( −
+
p
2p
E
)E-p(+
q
2q
E
)E-q(+
r
2r
E)E-r(
+ s
2s
E)Es( −
+t
2t
E)Et( −
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
c. Penarikan Kesimpulan
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika 2χ hitung ≤ 2χ tabel pada taraf
signifikansi 5% dan dk untuk distribusi Chi Kuadrat = (B-1)(K-1) maka Ha2
ditolak atau tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat
satuan pendidikan ditinjau dari status kepegawaian. Sedangkan jika 2χ hitung >
2χ tabel pada taraf signifikansi 5% dan dk untuk distribusi Chi Kuadrat = (B-
1)(K-1) maka Ha2 diterima atau ada perbedaan persepsi guru terhadap
kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status kepegawaian.
d. Mengukur Derajat Hubungan
Rumus yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara status
kepegawaian dan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan
adalah dengan menggunakan rumus Koefisien Kontingensi C sebagai berikut
(Sudjana, 2000: 282):
nC 2
2
+χχ
=
Agar dapat diketahui derajat hubungannya, maka C harus dibandingkan
dengan Cmaks. yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2000:
282):
m
1mC .maks
−=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Keterangan: m adalah harga minimum antara B dan K (yakni minimum antara banyak baris dan banyak kolom). Penarikan kesimpulan adalah dengan melihat harga C kepada Cmaks. Makin
dekat harga C kepada Cmaks, maka makin besar derajat asosiasinya atau
terdapat hubungan yang cukup besar antara status kepegawaian guru dengan
persepsinya terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan
yang tertera pada tabel sebagai berikut (Sugiyono, 2004:183):
Tabel 3.11 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien
Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
3. Hipotesis III
a. Perumusan hipotesis
Ho3: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Ha3: Ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru.
b. Pengujian Hipotesis
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1). Membuat tabel kontingensi dengan frekuensi yang sesungguhnya
Faktor I : Persepsi Guru Terhadap KTSP, kategori : sangat positif,
positif, cukup positif, negatif, sangat negatif
Faktor II : Lama Menjalani Profesi Guru, kategori : < 1 Th, 1 – 5 Th, 6 –
10 Th, 11 – 15 Th, > 15 Th
Tabel 3.12 Tabel Kontingensi Persepsi Guru
Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Lama Menjalani Profesi Guru
2). Menghitung frekuensi teoritik/diharapkan dengan rumus:
Eaaj
zae×= Eb
ajzaf ×
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Ecaj
zag ×= Ed
ajzah ×
=
Eeaj
zai ×= Ef
ajaaae×
=
Egaj
aaaf ×= Eh
ajaaag ×
=
Eiaj
aaah×= Ej
ajaaai ×
=
Ekaj
abae×= El
ajabaf ×
=
Emaj
abag×= En
ajabah×
=
Eoaj
abai×= Ep
ajacae×
=
Eqaj
acaf ×= Er
ajacag×
=
Esaj
acah×= Et
ajacai×
=
Euaj
adae×= Ev
ajadaf ×
=
Ewaj
adag×= Ex
ajadah ×
=
Eyaj
adai ×=
3). Memasukkan frekuensi teoritik/diharapkan ke dalam tabel kontingensi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 3.13
Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Ditinjau Dari Lama Menjalani Profesi Guru
Lama Menjalani Profesi Persepsi Guru Terhadap
KTSP < 1 Th
1-5 Th
6-10 Th
11-15 Th
> 15 Th
Total
Sangat Positif
a
Ea
b
Eb
c
Ec
d
Ed
e
Ee
z
Positif f
Ef
g
Eg
h
Eh
i
Ei
j
Ej
aa
Cukup Positif
k
Ek
l
El
m
Em
n
En
o
Eo
ab
Negatif p
Ep
q
Eq
r
Er
s
Es
t
Et
ac
Sangat Negatif
u
Eu
v
Ev
w
Ew
x
Ex
y
Ey
ad
Total ae af ag ah ai aj
4). Menghitung nilai 2χ dengan menggunakan rumus:
2χ = a
2a
E)E-a(
+ b
2b
E)E-b(
+ c
2c
E)E-c(
+ d
2d
E)Ed( −
+e
2e
E)Ee( −
+
f
2f
E)E-f(
+ g
2g
E
)E-g(+
h
2h
E)E-h(
+ i
2i
E)Ei( −
+j
2j
E
)Ej( −+
k
2k
E)E-k(
+ l
2l
E)E-l(
+ m
2m
E)E-m(
+ n
2n
E)En( −
+o
2o
E)Eo( −
+
p
2p
E
)E-p(+
q
2q
E
)E-q(+
r
2r
E)E-r(
+ s
2s
E)Es( −
+t
2t
E)Et( −
+
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
u
2u
E)E-u(
+ v
2v
E)E-v(
+ w
2w
E)E-w(
+ x
2x
E)Ex( −
+y
2y
E
)Ey( −
c. Penarikan Kesimpulan
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika 2χ hitung ≤ 2χ tabel pada taraf
signifikansi 5% dan dk untuk distribusi Chi Kuadrat = (B-1)(K-1) maka Ha3
ditolak atau tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat
satuan pendidikan ditinjau dari lama menjalani status kepegawaian. Sedangkan
jika 2χ hitung > 2χ tabel pada taraf signifikansi 5% dan dk untuk distribusi Chi
Kuadrat = (B-1)(K-1) maka Ha3 diterima atau ada perbedaan persepsi guru
terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari lama menjalani
profesi guru.
d. Mengukur Derajat Hubungan
Rumus yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara lama
menjalani profesi guru dan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan adalah dengan menggunakan rumus Koefisien Kontingensi C
sebagai berikut (Sudjana, 2000: 282):
nC 2
2
+χχ
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Agar dapat diketahui derajat hubungannya, maka C harus dibandingkan
dengan Cmaks. yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2000:
282):
m
1mC .maks
−=
Keterangan: m adalah harga minimum antara B dan K (yakni minimum antara banyak baris dan banyak kolom). Penarikan kesimpulan adalah dengan melihat harga C kepada Cmaks. Makin
dekat harga C kepada Cmaks, maka makin besar derajat asosiasinya atau
terdapat hubungan yang cukup besar antara lama menjalani profesi guru
dengan persepsinya terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan
yang tertera pada tabel sebagai berikut (Sugiyono, 2004:183):
Tabel 3.14 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien
Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
BAB IV
GAMBARAN UMUM YAYASAN
A. Sejarah Berdirinya Yayasan BOPKRI
Pada saat kolonial Belanda masih menguasai bumi Nusantara
termasuk Yogyakarta, di kota ini sudah terdapat Lembaga Pendidikan
Kristen. Pada tanggal 10 November 1945, Partai Kristen Indonesia
(PARKINDO) berdiri. Dalam konggresnya yang pertama di Surakarta
diputuskan untuk mendirikan lembaga pendidikan dengan nama Badan
Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia (BOPKRI).
Di Yogyakarta sendiri, BOPKRI didirikan pada tanggal 18
Desember 1945, dengan akta notaris tertanggal 11 Mei 1946. Pada awal
berdirinya, karena belum memiliki gedung sekolah sendiri maka
sekolah-sekolah Yayasan BOPKRI menyelenggarakan proses belajar
mengajar pada siang hingga sore hari dengan menumpang di sekolah-
sekolah negeri. Namun kegiatan belajar-mengajar ini tidak bisa
berlangsung lama dan Yayasan BOPKRI harus menutup semua
sekolahnya karena Belanda kembali menduduki Ibukota Yogyakarta.
Pada perkembangan selanjutnya, setelah Belanda keluar dari
Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949, Sri Sultan HB IX
memerintahkan agar sekolah-sekolah di Yogyakarta menyelenggarakan
kembali proses belajar mengajarnya. Selanjutnya pada tanggal 11 Juni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
1950, di sebuah gedung berlokasi di Jalan Jend Sudirman No.57
diadakan rapat dengan peserta S. Subanu sebagai satu-satunya Wakil
Yayasan BOPKRI yang masih ada di Yogyakarta, Ds FI Bakker dan Ds
Rulman dari Sekretaris Vereneging Scholen m/d Bijbel, yang
memutuskan (1) Pembentukan Pengurus BOPKRI baru. (2) Semua
tugas dan tanggung jawab tentang pendidikan di sekolah-sekolah
Kristen diserahkan kepada Yayasan BOPKRI Yogyakarta. (3) Semua
aset Ver. Scholen m/d Bijbel yang berupa tanah, gedung-gedung beserta
isinya dihibahkan kepada Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Hal ini
memiliki makna bahwa secara de jure mulai tanggal 11 Juni 1950,
segala wewenang, tugas dan kewajiban Ver. Scholen m/d Bijbel
berhenti dan dilanjutkan oleh Yayasan BOPKRI.
B. Visi Dan Misi Yayasan BOPKRI
1. Visi Yayasan BOPKRI
Terwujudnya masyarakat pendidikan yang cerdas, bermartabat
dan berwawasan global yang berlandaskan cinta kasih kepada Tuhan dan
sesama
2. Misi Yayasan BOPKRI
Yayasan BOPKRI mempunyai misi:
1. Mengelola lembaga pendidikan yang beroreintasi pada pendidikan
yang professional, bersih, akuntabel, berorientasi ke depan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
mampu bersaing dalam persaingan global.
2. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang memampukan
peserta didik untuk dapat menjadi garam dan terang dunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2007. Responden
penelitian ini adalah guru-guru pada 10 sekolah di Yayasan BOPKRI
Yogyakarta. Sekolah-sekolah tersebut adalah SD BOPKRI Gondolayu
Yogyakarta, SD BOPKRI Sidomulyo I Sleman , SD BOPKRI II Sidomulyo II
Sleman, SMP BOPKRI 1 Yogyakarta, SMP BOPKRI 2 Yogyakarta, SMP
BOPKRI 3 Yogyakarta, SMP BOPKRI 5 Yogyakarta, SMP BOPKRI Rewulu
Sleman, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, dan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.
Jumlah responden penelitian adalah 237 guru. Dari jumlah responden tersebut
sebanyak 197 guru di Yayasan BOPKRI mengisi semua butir pertanyaan/
pernyataan kuesioner secara lengkap sehingga data yang diperoleh dari
penelitian ini dapat memenuhi syarat penelitian. Berikut ini disajikan tabel
sebaran responden dari masing- masing sekolah.
Tabel 5.1 Sebaran Responden Penelitian
Nama Sekolah Sampel Tidak Kembali Rusak Gagal Responden
http://www.kompas.com Debby. 2001. Gaya Belajar. http://www.balita-anda.indoglobal.com/ Djohar, M.S. 2006. Guru: Pendidikan dan Pembinaannya. Yogyakarta: C.V.
Grafika Indah Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP Masidjo,Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar di Sekolah. Yogyakarta:
Kanisius. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Hadari, Nawawi. 1994. Kebijakan Pendidikan di Indonesia Ditinjau dari Sudut
Hukum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Poerwadarminta, W.J.S. 1981. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai
Pustaka. Sahertian, Piet. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta:Andi Offset. Samana, A. 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius Sanusi, Achmad, Prof. Dr. H. 2006. Kata Kuncinya Guru Harus Mandiri.
http://www.pikiran-rakyat.com/ Sarkim, T., 2006. Handout KTSP untuk Pertemuan Guru-Guru Yayasan
Tarakanita Wilayah Yogyakarta. Shalahuddin, Mahfudh.1991. Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: Bina Ilmu
Offset, PT. Siagian, S. P. 1987. Pengembangan Sumber Daya Insani. Jakarta: Gunung Agung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito. Suhesti, Endang A., 2006. Sang Guru. Yogyakarta : Ekspresi Buku. Suparno, Paul. 2002. Reformasi Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Suyanto. 2006. Guru Yang Profesional dan Efektif. http://www.kompas.com Suyanto. 2006. Persoalan Implementasi Kurikulum Berbasisi Kompetensi.
http://www.kompas.com Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. Thoha, Miftah. 2000. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Usman, M., Uzer. 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja
Rosdakarya Winkel.1986. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia,PT. Winkel.1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia,PT. Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan : Teori –
Aplikasi. Bandung: Bumi Aksara. --------, Majalah Bianglala Pangudi Luhur, Edisi 035/ Th VI, Maret 2007. --------, Majalah Plus SMA Pangudi Luhur Sedayu, Edisi 6, Desember 2006. --------. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
--------. 2006. Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Balai
Penerbit Dharma Bhakti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN I
KATEGORI KECENDERUNGAN
VARIABEL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
KATEGORI KECENDERUNGAN VARIABEL
Penulis mengelompokkan persepsi ke dalam kategori sangat positif, positif,
cukup positif, negatif, dan sangat negatif, yang didasarkan dari skor yang ada
dalam data penelitian. Untuk menilai skor yang ada penulis menggunakan
Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II.
Kategori kecenderungan menurut Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II
untuk penilaian persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
adalah sebagai berikut.
Tingkat Pemahaman KTSP Kategori Kecenderungan Variabel 81% - 100% Sangat Tinggi 66% - 80% Tinggi 56% - 65% Cukup 46% - 55% Rendah
< 46% Sangat Rendah Berdasarkan kategori di atas, maka dilakukan analisis sebagai berikut:
Skor tertinggi yang diharapkan 4 x 40 = 160
Skor terendah yang diharapkan 1 x 40 = 40
Penilaian persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II, dapat ditentukan sebagai
berikut :
Skor = nilai terendah + % (nilai tertinggi – nilai terendah)
Hal: Pengisian Kuesioner Kepada Yth: Bapak/Ibu Guru SD/SMP/SMA BOPKRI di Yogyakarta Dengan hormat, Saya adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Saya bermaksud mengadakan kegiatan penelitian dengan judul “Persepsi Guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Kepegawaian, dan Lama Menjalani Profesi Guru” dalam rangka penyusunan skripsi. Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu Guru menjadi responden penelitian ini. Saya berharap Bapak/Ibu Guru berkenan untuk menjawab keseluruhan pertanyaan sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Sejalan dengan etika penelitian, saya akan menjamin kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu Guru dan memastikan bahwa jawaban Bapak/Ibu Guru hanyalah semata-mata untuk mencapai tujuan penelitian ilmiah ini. Saya menyadari bahwa pengisian kuesioner ini sedikit banyak mengganggu aktivitas Bapak/Ibu Guru. Oleh sebab itu, saya mohon maaf sebelumnya. Demikian permohonan saya. Atas perhatian dan kerja sama Bapak/Ibu Guru, saya mengucapkan terima kasih. Yogyakarta, Juli 2007 Hormat saya,
Cicilia Wulan Cahyaningsih Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Kuesioner ini terdiri dari 2 (dua) bagian: Bagian I Identitas Responden Bagian II Persepsi Guru terhadap KTSP 2. Berilah tanda silang (X) untuk jawaban yang paling Bapak/Ibu Guru anggap
sesuai dengan keadaan pada kotak yang disediakan di sebelah kanan setiap pernyataan
3. Untuk kuesioner bagian II pilihlah : SS jika Saudara sangat setuju dengan pernyataan S jika Saudara setuju dengan pernyataan TS jika Saudara tidak setuju dengan pernyataan STS jika Saudara sangat tidak setuju dengan pernyataan 4. Selesai mengerjakan telitilah kembali dan pastikan bahwa setiap pernyataan dalam
kuesioner ini telah semuanya dijawab.
BAGIAN I Identitas Responden
1. Nama : ______________________________
2. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan (coret salah satu)_
3. Pendidikan formal terakhir :
Diploma 1 (D1) Strata 1 (S1)
Diploma 2 (D2) Strata 2 (S2)
Diploma 3 (D3) Strata 3 (S3)
4. Status Kepegawaian :
Guru Tetap Yayasan Guru Tidak Tetap
Guru Negeri Guru Honorer
5. Masa kerja guru : ……… tahun, …….. bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
BAGIAN II
No PERNYATAAN PENDAPAT
1/ Kurikulum idealnya menjawab kebutuhan-kebutuhan saat ini, agar lebih realistis.
2/ Penyusunan kurikulum dengan memadukan kepentingan warga sekolah akan lebih meningkatkan partisipasi warga sekolah.
3/ Kurikulum idealnya disusun dengan langkah-langkah yang jelas sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
4/ Sekolah memiliki visi yang jelas agar memudahkan dalam penyusunan KTSP.
5/ Sekolah harus menetapkan tujuan dan indikator berdasarkan visi sekolah.
6/ Visi sekolah harus memuat nilai-nilai luhur yang terus menerus diperjuangkan agar terealisasi.
7/ Visi sekolah tidak harus dijabarkan secara terperinci.
8/ Menurut saya, usaha pematangan peserta didik tidak harus sesuai dengan fase perkembangan.
9/
Peningkatan kecerdasan dan pengetahuan peserta didik lebih mudah dicapai dengan KTSP.
10/ Dalam KTSP, peserta didik dituntut untuk lebih bergantung pada orang lain.
11/ Menurut saya, KTSP dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melanjutkan pendidikan lebih lanjut.
12/ Dalam kalender pendidikan dapat dilihat hari belajar efekif yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran, termasuk hari libur dan lain-lain dalam satu tahun pelajaran sesuai dengan rencana sekolah
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
13/ Penyusunan kalender pendidikan dalam KTSP mengharuskan pengembang kurikulum mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi dasar peserta didik, dan menyesuaikannya dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
14/ Penetapan kalender pendidikan dalam KTSP harus sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, serta kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
15/ Pelaksanaan kurikulum pada dasarnya memberikan kebebasan sekolah untuk menentukan mata pelajaran beserta alokasi waktu dan berpedoman Standar Isi.
16/ Kebebasan sekolah menyelenggarakan mata pelajaran muatan lokal merupakan kebijakan yang ideal.
17/ KTSP membantu siswa dalam mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan potensi, kebutuhan, bakat, minat, dan karakteristik peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah
18/ Beban belajar di sekolah seharusnya ditetapkan oleh pusat.
19/ Menurut saya, guru memberikan penugasan berupa tes, karya ilmiah dan laporan kegiatan untuk mengetahui hasil belajar siswa.
20/ Menurut saya, acuan penilaian dalam KTSP tidak harus berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses belajar.
21/ Menurut saya, sistem penilaian dalam KTSP harus sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh peserta didik secara terus-menerus.
22/ Menurut saya, penilaian dalam KTSP diarahkan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensinya.
23/ Menurut saya, dalam KTSP hasil penilaian belajar tidak dianalisa lebih lanjut.
24/ KTSP memberikan kebijakan lebih besar pada guru dan kepala sekolah untuk menentukan kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan peserta didik.
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
25/ Dengan menggunakan KTSP, siswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan akademik serta berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat
26/ Sekolah idealnya mengarahkan peserta didik memiliki ketrampilan yang mendukung keunggulan lokal dan global.
27/ Menurut saya, silabus dalam KTSP harus memuat keseluruhan materi kegiatan serta dapat diupertanggungjawabkan secara keilmuan.
28/ Menurut saya, silabus harus dikembangkan relevan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
29/ Menurut saya, komponen silabus dapat mengakomodasikan keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
30/ Silabus dalam KTSP mengemas program pembelajaran yang memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik.
31/ Menurut saya, dalam KTSP tidak ada hubungan yang konsisten dalam pengembangan silabus.
32/ Menurut saya, cakupan dalam silabus harus memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar
33/ Menurut saya, cakupan silabus harus memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa saat ini.
34/ Silabus dalam KTSP yang mengharuskan penyusunan dengan memperhatikan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran.
35/ Guru dituntut dapat mengembangkan silabus sehemat mungkin tanpa mengurangi kualitas pencapaian dan pembentukan kompetensi
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
STS ss TS S SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
36/ Dalam KTSP, guru membuat jenis soal berdasarkan kompetensi dasar yang telah dirumuskan.
37/ Dengan menggunakan KTSP, guru perlu memberikan latihan sesuai dengan kemampuan siswa sehingga siswa berperan aktif untuk mencapai kompetensi.
38/ Dalam KTSP, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang baik sangat membantu pelaksanaan pembelajaran, karena baik guru maupun peserta didik mengeahui dengan pasti tujuan yang ingin dicapai dan cara mencapainya.
39/ Guru harus mampu mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik logis dan sistematis sehingga guru dapat mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya.
40/ Dengan menggunakan KTSP guru perlu membuat team teaching dan melakukan rapat rutin untuk menyempurnakan proses pembelajaran.
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN VII
HASIL PENGUJIAN NORMALITAS
DAN HOMOGENITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Uji Normalitas
Tingkat Pendidikan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
D1 D2 D3 S1_S2_S3 N 15 10 14 158 Normal Parameters(a,b) Mean 122.75 120.80 123.62 126.31 Std.Deviation 8.004 12.951 7.478 9.152 Most Extreme Differences
Absolute .212 .245 .193 .112
Positive .212 .245 .193 .112 Negative -.151 -.143 -.149 -.051 Kolmogorov-Smirnov Z .846 .773 .696 1.411 Asymp. Sig. (2-tailed) .471 .588 .718 .037 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Status Kepegawaian One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
GH GTT PNS GTY N 15 31 109 42 Normal Parameters(a,b) Mean 127.56 126.77 125.44 124.33 Std. Deviation 9.581 8.733 10.347 5.915 Most Extreme Differences