BAB I
PENDAHULUAN
Pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat didefinisikan
sebagai persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir (ACOG,1995). Di negara
berkembang insidennya sekitar 7% dari seluruh persalinan.Persalinan
preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan
kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan berat
lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran
preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya sebaiknya
dicegah karena dampaknya yang negatif; tidak hanya kematian
perinatal tetapi juga morbiditas, potensi generasi akan datang,
kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara
keseluruhan.1,2,3,4,5 Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti
persalinan preterm tidak diketahui. Berbagai sebab dan faktor
demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm, seperti:
solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion,
kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain.
Penyebab persalinan preterm bukan tunggal tetapi multikompleks,
antara lain karena infeksi. Infeksi pada kehamilan akan menyebabkan
suatu respon imunologik spesifik melalui aktifasi sel limfosit B
dan T dengan hasil akhir zat-zat yang menginisiasi kontraksi
uterus. Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa mungkin
sepertiga kasus persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran
korioamnion. Dari penelitian Lettieri dkk. (1993), didapati 38%
persalinan preterm disebabkan akibat infeksi korioamnion. Knox dan
Hoerner (1950) telah mengetahui hubungan antara infeksi jalan lahir
dengan kelahiran prematur. Bobbitt dan Ledger (1977) membuktikan
infeksi amnion subklinis sebagai penyebab kelahiran preterm. Dengan
amniosentesis didapati bakteri patogen pada + 20% ibu yang
mengalami persalinan preterm dengan ketuban utuh dan tanpa gejala
klinis infeksi (Cox dkk.,1996 ; Watts dkk., 1992).10, 11, 12,
13Cara masuknya kuman penyebab infeksi amnion, dapat sebagai
berikut:
1. Melalui jalur transervikal masuk ke dalam selaput amniokorion
dan cairan amnion. E. coli dapat menembus membran korioamnion. (Gyr
dkk ,1994)2. Melalui jalur transervikal ke desidua/chorionic
junction pada segmen bawah rahim.3. Penetrasi langsung ke dalam
jaringan serviks.4. Secara hematogen ke plasenta dan selaputnya. 5.
Secara hematogen ke miometrium Selain itu endotoksin dapat masuk ke
dalam rongga amnion se-cara difusi tanpa kolonisasi bakteri dalam
cairan amnion.Infeksi dan proses inflamasi amnion merupakan salah
satu faktor yang dapat memulai kontraksi uterus dan persalinan
preterm. Menurut Schwarz (1976), partus aterm diinisiasi oleh
aktivasi enzim phospholipase A2 yang dapat melepaskan asam
arakidonat dari membran janin sehingga terbentuk asam arakidonat
bebas yang merupakan bahan dasar sintesis prostaglandin. Bejar dkk
(1981) melaporkan sejumlah mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan enzim phospholipase A2sehingga dapat menginisiasi
terjadinya persalinan preterm. Bennett dan Elder (1992),
menunjukkan bahwa mediator-mediator dapat merangsang timbulnya
kontraksi uterus dan partus preterm melalui pengaruhnya terhadap
biosintesis prostaglandin.7, 8, 9BAB II
PERSALINAN PRETERMDEFINISI1
Persalinan yang berlangsung antara usia kehamilan 20 37 minggu
dengan berat janin kurang dari 2500 gram.
Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan
37 minggu atau kurang,dan merupakan hal yang berbahaya karena
mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perinatal.
Kematian perinatal umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah.
Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh bayi preterm dan
pertumbuhan janin yang terhambat.Keduanya sebaiknya dapat dicegah.
Persalinan preterm penting untuk diketahui dan sebisa mungkin
dicegah karena kehamilan preterm memicu banyak masalah
,diantaranya:
1. Kesulitan utama dalam persalinan preterm adalah perawatan
bayinya,semakin muda usia kehamilan semakin besar morbiditas dan
mortilitas,karena disamping harapan hidup perlu dipikirkan pula
kualitas hidup bayi tersebut.2. Kecil untuk masa kehamilan ( KMK )
adalah bila berat lahirnya kurang dari 10 persentil.Kadang sukar
untuk membedakan preterm dan KMK,bahkan bias juga preterm disertai
dengan KMK.3. Dari sudut medis, secara garis besar 50 % terjadi
spontan, 30% akibat KPD, dan sisanya yang 20% dilahirkan atas
indikasi ibu dan janin.4. Secara keseluruhan penyebab yang paling
sering adalah multifaktorial.
Tabel 1. Penilaian Pertumbuhan Bayi1Disamping itu, persalinan
preterm menimbulkan banyak penyulit pada bayi, diantaranya:
a.Sindrom gawat janin
b.Perdarahan intracranial
c.Trauma persalinan
d.Patent duktus arteriosus
e.Sepsis
f.Gangguan neurologyEPIDEMIOLOGY1Kondisi yang menimbulkan
kontraksi
Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadi kontraksi
spontan; kemungkinan telah terjadi produksi prostaglandin.
1. Kelainan bawaan uterus
Meskipun jarang terjadi tetapi dapat dipertimbangkan hubungan
kejadian partus preterm dengan kelainan uterus yang ada.
2. Ketuban pacah dini
Ketuban pecah mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau
sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti:
serviks inkompeten, hidramnion, kehamilan ganda, infeksi vagina dan
serviks dan lain lain. Infeksi asenden merupakan teori yang cukup
kuat dalam mendukung terjadinya amnionitis dan kemudian ketuban
pecah.
3. Serviks inkompeten
Hal ini mungkin terjadi penyebab abortus selain partus preterm.
Riwayat tindakan terhadap serviks dapat dihubungkan dengan
terjadinya inkompeten.
4. Kehamilan ganda
Sebanyak 10% pasien dengan partus preterm ialah kehamilan ganda
dan secara umum kehamilan ganda mempunyai panjang usia gestasi yang
lebih pendek.
FAKTOR RESIKO PERSALINAN PRETERM1
Persalian preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor
resiko. Faktor resiko persalinan preterm ada dua ,yaitu:
Faktor rasiko minor:
1. Penyakit disertai demam
2. Perdarahan pervaginam pada kehamilan >12 minggu
3. Riwayat pielonefritis
4. Merokok>10 batang /hari
5. Riwayat abortus pada trimester II
6. Riwayat abortus pada trimester I > 2 kaliFactor resiko
mayor:
1. Kehamilan multiple
2. Hidramnion
3. Anomali uterus
4. Serviks terbuka >1cm pada kehamilan 32 minggu
5. Serviks mendatar /memendek pada kehamilan 32 minggu
6. Riwayat abortus pada trimester II >2 kali
7. Riwatar persalinan preterm sebelumnya
8. Operasi abdominal pada kehamilan preterm
9. riwayat operasi konisasi
10. Iritabilitas uterus
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor
resiko mayor atau bila 2 atau lebih faktor resiko minor atau bila
ditemukan keduanya.
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI 1
Etiologi persalinan preterm sering kali tidak diketahui. Ada
beberapa kondisi medik yang mendorong untuk dilakukan tindakan
sehingga terjadi persalinan preterm.
Kondisi yang menimbulkan partus preterm
1. Hipertensi
Tekanan darah tinggi mrnyebabkan penolong cenderung untuk
mengakhiri kehamilan,hal ini menimbulkan prevalensi persalinan
preterm meningkat.2. Perkembangan janin terhambat (intrauterine
growth retardation)
Merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan
oksigen dan makanan mungkin kurang adekuat dan hal ini mendorong
untuk terminasi kehamilan lebih dini.
3. Solutio plasenta
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan
preterm ,meskipun sebagian besar (65%) terjadi pada aterm.pada
pasien dengan riwayat solutio plasenta maka kemungkinan terulang
menjadi lebih besar yaitu 11%.
4. Plasenta previa
Plasenta previa sering kali berhubungan dengan persalinan
preterm akibat harus dilakukan tindakan pada perdarahan yang
banyak.Bila terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi
janin kurang baik karena hipoksia.
5. Kelainan rhesus
Sebelum ditemukan anti D immunoglobulin maka kejadian induksi
menjadi berkurang,meskipun demikian hal ini masih dapat
terjadi.
6. Diabetes
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.Tetapi saat ini dengan
pemberian insulin dan diet yang terprogram,umunya gula dapat
dikendalikan.GEJALA KLINIK, PEMERIKSAAN FISIK DAN
DIAGNOSAPersalinan preterm diandai dengan kontraksi teratur dengan
jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaran lendir kemerahan
atau cairan pervaginam dan diikuti salah satu dari hasil
pemeriksaan berikut:
1. Pada pemeriksaan dalam :
a.Pendataran 50-80% atau lebih
b.Pembukaan 2cm atau lebih
2. Mengukur panjang serviks dengan vaginal probe USG
Panjang serviks