Top Banner
PERSALINAN DENGAN DISTOSIA BAHU DOSEN PEMBIMBING : PUJI ASTUTI, S.ST DISUSUN OLEH : NAMA : ROVIANA NURDA AGUSTIN
36

Persalinan Dengan Distosia Bahu

Jan 22, 2016

Download

Documents

persalinan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Persalinan Dengan Distosia Bahu

PERSALINAN DENGAN DISTOSIA BAHU

DOSEN PEMBIMBING : PUJI ASTUTI, S.ST

DISUSUN OLEH :

NAMA : ROVIANA NURDA AGUSTINNIM : 201310104128KELAS : IV BPRODI : D4 BIDAN PENDIDIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTATAHUN PELAJARAN 2014/2015

Page 2: Persalinan Dengan Distosia Bahu

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhAlhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kita semua. Selanjutnya, shalawat dan salam saya doakan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke jalan yang benar. Saya bersyukur kepada Allah berkat limpahan rahmat-Nya saya dapat menyusun dan menyelesaikan tugas dari mata kuliah Patologi Kebidanan yang saya beri judul “PERSALINAN DENGAN DISTOSIA BAHU”

Dalam penyelesaian makalah ini, saya mencoba menyusunnya dari membaca referensi di berbagai sumber dengan harapan proposal ini memberi manfaat kepada saya sebagai penulis dan bagi orang-orang yang membacanya. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Puji Astuti, S.ST yang telah memberikan tugas dan membimbing saya dan semua pihak yang telah membantu serta mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Akhir kata saya menerima dengan senang hati apabila ada kritikan dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun, karena hal tersebut berguna dalam proses penyempurnaan makalah yang jauh dari sempurna ini.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 04 April 2015

Penulis

Page 3: Persalinan Dengan Distosia Bahu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ iDAFTAR ISI............................................................................................... iiBAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1B. Rumusan Masalah............................................................................ 2C. Tujuan.............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................... 3A. Pengertian Distosia Bahu................................................................. 3B. Penyebab Distosia Bahu................................................................... 3C. Diagnosis Distosia Bahu.................................................................. 4D. Patofisiologi Distosia Bahu.............................................................. 5E. Komplikasi Distosia Bahu............................................................... 5F. Faktor Risiko Distosia Bahu............................................................ 6G. Penatalaksanaan Distosia Bahu........................................................ 6H. Asuhan Bidan pada Distosia Bahu................................................... 11

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................... 12A. Contoh Kasus dan Identifikasi Kasus.............................................. 12

BAB IV PENUTUP.................................................................................... 19A. Kesimpulan....................................................................................... 19B. Saran................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Page 4: Persalinan Dengan Distosia Bahu

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal dapat

digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan

pelayanan kesehatan suatu bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di

suatu negara mencerminkan tingginya resiko kehamilan dan persalinan.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,

AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian

bayi sebesar 34/1000 kelahiran hidup umumnya kematian terjadi pada saat

melahirkan. Namun hasil SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan

sudah mulai turun perlahan bahwa tercatat sebesar 102 per seratus ribu

kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran

hidup.

Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia

bahu saat proses persalinan. Distosia bahu adalah suatu  keadaan

diperlukannya manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang

kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan kepala bayi. Pada persalinan

dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan

dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan

tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan

vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).

Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnosa yang

digunakan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam

persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver

khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi. American College of

Obstetrician and Gynecologist : angka kejadian distosia bahu bervariasi

antara 0.6 – 1.4%.

Penatalaksanaan kejadian distosia ini apabila tidak dilakukan sesuai

dengan prosedur yang sistematis maka dapat menyebabkan hal yang tidak

diinginkan. Sebagai tenaga kesehatan khusunya bidan, kita harus melakukan

Page 5: Persalinan Dengan Distosia Bahu

asuhan kebidanan sesuai dengan kewenangan kita agar tidak menyebabkan

penyimpangan dalam hal melakukan tindakan kepada klien dan tidak

menambah insiden atau kejadian yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, saya

akan mencoba membuat makalah yang khusus membahas tentang hal-hal

yang berkaitan dengan kejadian distosia bahu, hal ini dapat bermanfaat

kepada pembaca agar dapat menambah wawasan atau pengetahuan sebagai

referensi tambahan yang dapat dipelajari dan dapat diterapkan cara

mengaplikasikan atau penatalaksanaannya kepada masyarakat apabila

menemui kejadian ini baik di rumah sakit ataupun klinik kesehatan sehingga

dapat membantu menekan insiden atau kejadian yang tidak diinginkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari  distosia bahu?

2. Apa penyebab distosia bahu?

3. Apa diagnosis dari distosia bahu?

4. Apa saja patofisiologis dari distosia bahu?

5. Apa komplikasi dari distosia bahu?

6. Apa saja faktor risiko dari distosia bahu?

7. Bagaimana penatalaksanaan kasus  distosia bahu?

8. Bagaimana asuhan bidan pada distosia bahu?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari  distosia bahu.

2. Untuk mengetahui penyebab distosia bahu.

3. Untuk mengetahui diagnosis dari distosia bahu.

4. Untuk mengetahui patofisiologis dari distosia bahu.

5. Untuk mengetahui komplikasi dari distosia bahu.

6. Untuk mengetahui faktor risiko dari distosia bahu.

7. Untuk menganalisa penatalaksanaan kasus  distosia bahu.

8. Untuk mengetahui asuhan bidan pada distosia bahu.

Page 6: Persalinan Dengan Distosia Bahu

BAB IITINJAUAN TEORI

A. Pengertian Distosia Bahu

Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet

diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul,

atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari

tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa

dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala

janin dilahirkan. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan

maneuver obstetric oleh karena dengan tarikan biasa kearah belakang pada

kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi (Sarwono Prawirohardjo,

2008). Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet

diatas sacral promontory karena itu tidak bias lewat masuk kedalam panggul,

atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari

tulang sacrum (tulang ekor) (Anik Maryunani, 2013).

B. Penyebab Distosia Bahu

Sebab-sebab distosia bahu dapat dibagi menjadi tiga golongan besar :

1. Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluar.

a.    Karena kelainan his :

1) Inersia Uteri Hipotonik

Inersia Uteri Hipotonik adalah kelainan his dengan kekuatan yang

lemah / tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau

mendorong anak keluar. Kekuatan his lemah dan frekuensinya

jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum

kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya

akibat hidramnion, kehamilan kembar, makrosomia, grande

multipara, primipara, serta penderita dengan keadaan emosi

kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase

laten/aktif, dan kala pengeluaran. Inersia uteri hipotonik terbagi

dua, yaitu :

Page 7: Persalinan Dengan Distosia Bahu

a) Inersia uteri primer

Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi

his yang tidak adekuat (kelemahan his yang timbul sejak dari

permulaan persalinan), sehingga sering sulit untuk

memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan

inpartu atau belum.

b) Inersia uteri sekunder

Terjadi pada fase aktif kala I atau II. Permulaan his baik,

kemudian keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.

b. Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix  baru

pada dinding perut, hernia, diastase musculus rectus abdominis atau

karena sesak nafas.

2.    Distosia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak lintang,

letak dahi, hydrochepalus atau monstrum.

3.    Distosia karena kelainan jalan lahir : panggul sempit, tumor-tumor yang

mempersempit jalan lahir.

4. Penyebab lain dari distosia bahu adalah fase aktif memanjang, yaitu :

a. Malposisi (presentasi selain belakang kepala).

b. Makrosomia (bayi besar) atau disproporsi kepala-panggul (CPD).

c. Intensitas kontraksi yang tidak adekuat.

d. Serviks yang menetap.

e. Kelainan fisik ibu, misalnya pinggang pendek.

f. Kombinasi penyebab atau penyebab yang tidak diketahui.

C. Diagnosis Distosia Bahu

Sebuah kriteria objektif dapat untuk menentukan adanya distosia bahu yaitu

interval waktu antara lain kepala dengan seluruh tubuh.

1. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala persalinan dengan

persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik, pada distosia bahu 79 detik.

2. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval waktu

tersebut lebih dari 60 detik.

Page 8: Persalinan Dengan Distosia Bahu

American College of Obstetrician and Gynocologist menyatakan bahwa

angka kejadian distosia bahu bervariasi antara 0,6-1,4% dari persalinan

normal.

Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya :

1.   Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan.

2.  Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dan kencang.

3.  Dagu tertarik dan menekan perineum.

4.   Tarikan pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di

kranial simfisis pubis.

D. Patofisiologi Distosia Bahu

1. Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang

menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang

bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) dibawah

ramus pubis.

2. Dorongan pada saat ibu meneran akan menyebabkan bahu depan

(anterior) berada dibawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan

putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi

anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan

terhadap simfisis sehingga bahu tidak lahir mengikuti kepala.

E. Komplikasi Distosia Bahu

Komplikasi distosia bahu antara lain sebagai berikut:

1.  Komplikasi pada ibu :

a. Distosia bahu dapat menyebabkan perdarahan postpartum.

b. Perdarahan tersebut biasanya disebabkan oleh atonia uteri, rupture

uteri, atau karena laserasi vagina dan serviks yang merupakan risiko

utama kematian ibu.

2. Komplikasi pada bayi :

a. Distosia bahu dapat disertai morbiditas dan mortalitas janin yang

signifikan.

Page 9: Persalinan Dengan Distosia Bahu

b. Kecacatan pleksus brachialis transien adalah cedera yang paling

sering dijumpai.

c. Selain itu dapat juga terjadi fraktur klavikula, fraktur humerus, dan

kematian neonatal.

F. Faktor Risiko Distosia Bahu

1. Ibu dengan diabetes, 7% insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan

diabetes gestasional.

2. Janin besar (macrossomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi

dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian hampir separuh dari

kelahiran distosia bahu memiliki berat kurang dari 4.000 gram.

3. Multiparitas.

4. Ibu dengan obesitas.

5. Kehamilan posterm, dapat menyebabkan distosia bahu karena janin terus

tumbuh setelah usia 42 minggu.

6. Riwayat obstetrik dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat

distosia bahu, terdapat kasus distosia bahu pada 5 (12%) diantara 42

wanita.

G. Penatalaksanaan Distosia Bahu

Diperlukan seorang asisten untuk membantu, sehingga bersegeralah minta

bantuan. Jangan melakukan penarikan atau dorongan sebelum memastikan

bahwa bahu posterior sudah masuk panggul. Bahu posterior yang belum

melewati PAP akan sulit dilahirkan bila dilakukan tarikan pada kepala. Untuk

mengendorkan ketegangan yang menyulitkan bahu posterior masuk panggul

tersebut, dapat dilakukan episiotomi yang luas, posisi Mc. Robert atau posisi

dada-lutut. Dorongan pada fundus juga tidak dikenakan karena semakin

menyulitkan bahu untuk dilahirkan dan berisiko menimbulkan rupture uteri.

Disamping perlunya asisten dan pemahaman yang baik tentang mekanisme

persalinan, keberhasilan pertolongan persalinan dengan distosia bahu juga

ditentukan oleh waktu. Setelah kepala lahir akan terjadi penurunan pH arteria

Page 10: Persalinan Dengan Distosia Bahu

umbilikalis dengan laju 0,04 unit/menit. Dengan demikian, pada bayi yang

sebelumnya tidak mengalami hipoksia tersedia waktu antara 4-5 menit untuk

melakukan maneuver melahirkan bahu sebelum terjadi cedera hipoksik pada

otak (Prawirohardjo, 2009).

1. Langkah pertama Manuver Mc. Robert

Maneuver Mcrobert dimulai dengan memposisikan ibu dalam posisi Mc

Robert, yaitu ibu telentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut

menjadi sedekat mungkin ke dada dan rotasikan kedua kaki kearah luar

(aduksi). Lakukan episiotomi yang cukup lebar. Gabungan episiotomi

dan posisi Mc. Robert akan mempermudah bahu posterior melewati

promontorium dan masuk ke dalam panggul. Minta assisten menekan

supra pubic kearah posterior menggunakan pangkal tangan untuk

menekan bahu anterior agar mau masuk di bawah simfisis. Sementara

lakukan tarikan pada kepala janin kearah posterokaudal dengan mantap.

Lakukan hingga melahirkan bahu anterior. Hindari tarikan berlebihan

karena akan mencederai pleksus brachialis. Setelah bahu anterior

dilahirkan, langkah selanjutnya sama dengan pertolongan persalinan

persentasi kepala. Maneuver ini cukup sederhana, aman, dan dapat

mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang.

Gambar 1: posisi sebelum dan sesudah McRobert

Page 11: Persalinan Dengan Distosia Bahu

Gambar 2 : Posisi Mc Robert                Gambar 3 : Tekanan Suprapubic

2. Langkah kedua Manuver Rubin

Oleh karena diameter anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit

daripada diameter oblik  atau tranversanya, maka apabila bahu dalam

anteroposterior perlu diubah menjadi posisi oblik atau transversa untuk

memudahkan melahirkannya. Tidak boleh melakukan putaran pada

kepala atau leher bayi untuk mengubah posisi bahu. Kemudian dapat

dilakukan adalah memutar bahu secara langsung atau melakukan tekanan

suprapubik ke arah dorsal. Pada umumnya sulit menjangkau bahu

anterior, sehingga pemutaran bahu lebih mudah dilakukan pada bahu

posterior. Dalam posisi Mc. Robert, masukkan tangan pada bagian

posterior vagina, tekanlah daerah ketiak bayi sehingga bahu berputar

menjadi posisi oblik atau tranversa. Lebih menguntungkan bila

pemutaran itu ke arah yang membuat punggung bayi menghadap ke arah

depan (Maneuver Rubin Anterior) oleh karena kekuatan tarikan yang

diperlukan untuk melahirkannya lebih rendah dibandingkan dengan

posisi bahu anteroposterior atau punggung bayi menghadap ke arah

posterior. Ketika dilakukan penekanan suprapubik pada posisi punggung

janin anterior akan membuat bahu lebih abduksi, sehingga diameternya

mengecil. Dengan bantuan tekan suprasimfisis ke arah posterior, lakukan

tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan

bahu anterior.

Page 12: Persalinan Dengan Distosia Bahu

Gambar 4: Maneuver Rubin

3. Langkah ketiga melahirkan bahu posterior, posisi merangkak, atau

maneuver Wood

Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan

mengidentifikasi dulu posisi punggung bayi. Masukkan tangan penolong

yang berseberangan dengan punggung bayi (punggung kanan berarti

tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) ke vagina. Temukan

bahu posterior, telusuri lengan atas dan buatlah sendi siku menjadi fleksi

(bisa dilakukan dengan menekan fossa cubiti). Pegang lengan bawah dan

buatlah gerakan mengusap ke arah dada bayi. Langkah ini akan membuat

bahu posterior lahir dan memberikan ruang cukup bagi anterior masuk

ke bawah simfisis. Dengan bantuan tekanan suprasimfisis ke arah

posterior, lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap

untuk melahirkan bahu anterior.

Manuver Wood dilakukan dengan menggunakan dua jari dari

tangan yang berseberangan dengan punggung bayi (punggung kanan

berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) yang diletakkan

di bagian depan bahu posterior. Bahu posterior dirotasi 180 derajat.

Dengan demikian, bahu posterior menjadi bahu anterior dan posisinya

berada di bawah arkus pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu

atas panggul dan berubah menjadi bahu posterior. Dalam posisi seperti

itu, bahu anterior akan dengan mudah dapat dilahirkan.

Page 13: Persalinan Dengan Distosia Bahu

Gambar 5: Maneuver Wood Gambar 6: Melahirkan bahu posterior

4. Langkah keempat dengan cara pematahan Klavikula

Dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.

5. Langkah Kelima dengan cara Maneuver Zavanelli

a. Mengembalikan kepala ke dalam jalan lahir dan anak dilahirkan

melalui SC. 

b. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai

dengan PPL yang sudah terjadi.

c. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong

kepala kedalam vagina.

6. Langkah keenam dengan cara Kleidotomi

Dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.

7. Langkah ketujuh dengan cara Simfisiotomi

Hernandez dan Wendell menyarankan untuk melakukan serangkaian

tindakan emergensi berikut ini pada kasus distosia bahu:

a. Minta bantuan asisten, ahli anestesi dan ahli anestesi.

b. Kosongkan vesica urinaria bila penuh.

c. Lakukan episiotomi mediolateral luas.

d. Lakukan tekanan suprapubik bersamaan dengan traksi curam bawah

untuk melahirkan kepala.

e. Lakukan maneuver Mc Robert dengan bantuan 2 asisten.

Sebagian besar kasus distosia bahu dapat diatasi dengan serangkaian tindakan

diatas. Bila tidak, rangkaian tindakan lanjutan berikut ini harus dikerjakan :

1.  Wood corkscrew maneuver

Page 14: Persalinan Dengan Distosia Bahu

2.  Persalinan bahu posterior

3.  Tehnik-tehnik lain yang sudah dikemukakan diatas.

Tidak ada maneuver terbaik diantara maneuver-maneuver yang disebutkan

diatas, namun tindakan dengan Maneuver Mc Robert sebagai pilihan utama

adalah sangat beralasan, karena manuver ini cukup sederhana, aman, dan

dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang.

H. Asuhan Bidan pada Distosia Bahu

Banyak sumber dari ilmu kebidanan dan obstetri berfokus pada bagaimana

mengelola komplikasi tertentu atau masalah. Namun saya lebih suka untuk

menghindari situasi ini daripada mengelola komplikasinya. Meskipun di

beberapa kasus distosia bahu tidak dapat dihindari, namun ada sejumlah cara

untuk mengurangi kesempatan itu terjadi kasus tersebut:

1. Proses Persalinan Alami yang Terganggu

Ketika seorang perempuan dapat melahirkan secara naluriah (tanpa arah)

dan alami atau tanpa intervensi mereka mereka akan lebih lancar saat

bersalin. Dalam kasus terjebaknya bahu di pinggiran tulang panggul

(distosia bahu), gerakan panggul naluriah dapat melepaskan dan

membebaskan bahu bayi tanpa intervensi.

2. Kesabaran

Sebenarnya seorang bayi memerlukan waktu untuk masuk ke dalam posisi

terbaik untuk bergerak melewatkan tubuhnya agar bisa masuk ke panggul

ibunya. Namun ketika kita mencoba untuk terburu-buru melahirkan bayi,

maka bayi tersebut mungkin tidak dapat membuat penyesuaian atau tidak

punya waktu untuk melakukan penyesuaian secara alami.

Page 15: Persalinan Dengan Distosia Bahu

BAB IIIPEMBAHASAN

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA NY.E G1P1A0AH0 DENGAN

PERSALINAN DISTOSIA BAHU DI BPS HASANAH

No rekam medik : 1889

Masuk BPS tanggal : 17 Juni 2006 Jam 22.30 WIB

Ruang Inap : Anggrek 2A

Pengkajian data Oleh : Bidan Rovi Tanggal : 17 Juni 2006 Jam 22.30 WIB

Data Subjektif

1. Identitas      

             Nama Istri : Ny. E                      Nama Suami : Tn. U

              Umur : 28 th Umur            : 29th

             Agama : Islam Agama : Islam

             Suku : Jawa Suku : Jawa

             Pendidikan : SMK Pendidikan : SMU

             Pekerjaan  : IRT Pekerjaan : Swata

             Alamat : Jalan Proklamasi Alamat : Jalan Proklamasi

2.  Keluhan utama

Ibu mengatakan hamil anak ketiga usia kehamilan 9 bulan, mengeluh mulas

dan nyeri dipinggang dan ibu mengatakan sudah mengeluarkan air- air sejak

tanggal 16 Juni 2006 pukul 07.00 WIB

3.  Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir

Ibu mengatakan masih merasakan gerakan janin, gerakan aktif sebanyak 20

kali dalam 24 jam.

4.  Makan dan minum terakhir

Ibu makan terakhir tanggal 17 Juni 2006 pukul 23.30 WIB

Ibu sering minum dan minum terakhir 1 gelas air putih

5.  Eliminasi

BAB terakhir 1 x pada 17 Juni 2006 pukul 05.30 WIB

BAK terakhir 1 x pada 17 Juni 2006 pukul 22.30 WIB

6.  Istirahat

Page 16: Persalinan Dengan Distosia Bahu

Ibu mengatakan tidur malam selama 8 jam, tidur siang 1-2 jam sehari

7.  Psikologis   

Ibu mengatakan merasa cemas menghadapi persalinannya.

B. Data Objektif

1. Keadaan Umum : Baik                Kesadaran : Compos mentis

2. Tanda-tanda vital

TD  : 120/80 mmHg

RR  : 22 x/mnt

S     : 370C

Nadi : 78 x/mnt

3. Inspeksi

a.  Rambut : Bersih, tidak mudah dicabut, warna hitam dan tidak ada

ketombe

b.  Muka : Bersih, tidak ada odema dan tidak ada cloasma gravidarum

c.  Mata : Kanan dan kiri simetris, conjungtiva merah muda dan sklera tidak

ikterik

d.  Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret dan fungsi penciuman

baik

e.  Mulut : Bersih, tidak ada caries, ada gigi yang berlubang dan tidak ada

stomatitis

f.  Telinga : Bersih, tidak ada serumen dan fungsi pendengaran baik

g.  Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis

h.  Mamae : simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, terdapat

hiperpigmentasi pada areola mamae dan kolostrum sudah keluar

i.   Perut : Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, terdapat linea nigra dan

strie gravidarum serta tidak ada luka bekas operasi

j.   Punggung dan pinggang : terdapat tanda michales yang simetris

k.  Ekstremitas atas dan bawah 

Atas : simetris, keadaannya bersih, tidak cacat dan berfungsi dengan baik

Bawah : simetris, keadan bersih, terdapat odema dan berfungsi baik

4.  Palpasi

Page 17: Persalinan Dengan Distosia Bahu

Leopold 1 : TFU pertengahan pusat dan Px, pada fundus teraba 1 bagian

yang lunak, tidak melenting dan kurang bundar yang berarti

bokong

Leopold 2 : Pada perut bagian sebekah kiri teraba ada tahanan yang lebar

yang berarti punggung dan sebelah kanan teraba bagian yang

kecil- kecil yang berarti ekstremitas

Leopold 3 : Bagian terbawah janin teraba bulat, keras dan melenting  yang

berarti kepala

Leopold 4 : Bagian yang terbawah janin sudah masuk PAP (divergen)

Mc Donald : 38 cm

TBJ : (TFU – 11) x 155

        : (38 – 11) x 155

        :4185 gram

5.  Auskultasi

DJJ terdengar 140x/menit, punctum maximum dibawah pusat sebelah kiri

6.  Perkusi

Reflek patela ada (+)

7.  Pemeriksaan Dalam, pukul  24.00 WIB

a. Vulva / Vagina : Blood slym

b. Dinding Vagina : Teraba rugae

c. Promontorium : Tidak teraba

d. Portio : Lunak

e. Serviks : Tipis, pembukaan 9 cm , efficement : 90 %

f. Ketuban : Sudah pecah sejak pukul 01.00 Wib

g. Presentasi : Kepala, UUK kiri depan

h. Penurunan : Hodge III (+), 1/5

i. His : Ada

j. Frekuensi : 3x dalam 10 menit

k. Lamanya : 20 – 40 detik

C. Analisis

Page 18: Persalinan Dengan Distosia Bahu

Ibu G2PIA0 hamil 38 minggu, janin hidup tunggal, intrauterin memanjang,

presentasi kepala, inpartu kala I fase aktif.

D. Penatalaksanaan

1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.

2. Libatkan keluarga dalam memberi dukungan psikologis pada ibu.

3. Lakukan pengawasan kala I dengan partograf.

4. Siapkan ruang bersalin dan alat pertolongan persalinan.

5. Siapkan alat pertolongan  pada bayi baru lahir.

6. Penuhi kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologi ibu.

7. Ajarkan ibu teknik relaksasi dan cara mengedan.

8. Anjurkan ibu mencari posisi yang nyaman.

9. Lakukan tindakan dengan teknik septik dan antiseptik.   

Kala II, pukul 01.50 WIB

S :

1. Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan ingin mengedan.

2. Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama menjalar dari

pinggang ke perut bagian bawah.

3. Ibu mengatakan merasa cemas menghadapi persalinannya.

O :  

1. His 4 x dalam10 menit, teratur lamanya > 40 detik.

2. DJJ 145 x/mnt, teratur.

3. Pengeluaran dari vagina blood slym yang makin banyak.

4. Keadaan kandung kemih kosong.

5. Inspeksi vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol.

6. PD : pukul 09.00 Wib dengan hasil :

a. Dinding vagina tidak ada kelainan.

b. Portio tidak teraba, efficement 100%.

c. Pembukaan serviks 10 cm (lengkap).

d. Ketuban (-).

e. Presentasi kepala UUK kiri depan.

Page 19: Persalinan Dengan Distosia Bahu

f. Penurunan bagian terendah di Hodge IV.

7. Tanda Vital

a. TD                : 120/80 mmHg

b. RR                : 22 x/mnt

c. N                  : 78 x/mnt

d. S                  : 370C

A :  

Ibu G1P1A0 hamil 38 minggu, janin hidup tunggal, intrauterin,

memanjang, presentasi kepala, inpartu kala II.

P :

1. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa pembukaan serviks.

sudah 10 cm (lengkap) dan ibu memasuki proses persalinan untuk

melahirkan bayinya.

2. Berikan dukungan terus menerus : ibu harus semangat dalam menjalani

proses persalinan ini.

3. Pimpin ibu meneran : ibu boleh mengedan pada waktu his, seperti orang.

BAB keras meneran di bawah, kepala melihat ke fundus tangan merangkul

ke -2 pahanya, jangan bersuarat saat meneran sampai his hilang.

4. Anjurkan ibu untuk bernafas yang baik selama persalinan.

5. Saat his hilang anjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dari hidung dan

keluarkan melalui mulut, beri nimum diantara his.

6. Lakukan pertolongan persalinan dengan teknik septik dan antiseptik.

7. Bantu proses kelahiran bayi, bantu kelahiran kepala.

8. Lakukan episiotomi untuk membantu kelahiran bahu besar.

9. Lahirkan bahu dengan manuver corskrew dan lahirkan seluruh tubuh bayi.

Kala III, pukul  02.00 Wib

S :

1. Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya

2. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya.

O :

Page 20: Persalinan Dengan Distosia Bahu

1. Bayi lahir spontan pervaginam pukul 01.50 WIB, letak belakang kepala

jenis kelamin perempuan, BB : 4.100 gram, PB : 46 cm.

2. Ibu tampak senang dan bahagia.

3. Tanda Vital :

TD    : 120/80 mmHg                        Suhu     : 370C

RR    : 20 x/menit                               Nadi     : 78 x/menit

4. Plasenta belum lahir.

5. Pada palpasi didapat : uterus teraba bulan dan keras TFU : sepusat.

6. Pada inspeksi terdapat robekan jalan lahir.

A : Ibu P1A0 partus spontan pervaginam, inpartu Kala III.

P :

1. Periksa fundus dan pastikan tidak ada janin lagi, kandung kemih kosong

dan kontraksi uterus baik.

2. Berikan oksitoksin 10 U IM di 1/3 paha bagian luar.

3. Lakukan peregangan tali pusat terkendali pada saat ada kontraksi.

4. Observasi tanda-tanda pelepasan plasenta.

5. Melahirkan plasenta : periksa apakah plasenta lengkap dan tangan kiri

melakukan masase dengan 4 jari palmar secara sirkuler.

6. Jaga personal hygiene : membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu.

Kala IV, pukul 02.10 Wib

S :

1. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayi perempuannya.

2. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas-mulas.

3. Ibu merasa lega karena plasenta sudah lahir

O :

1. Pemeriksaan Umum

a. KU   : baik                                     Kesadaran : Composmentis

b. TD   : 120/80 mmHg                    N                   : 78 x/mnt

c. RR   : 21 x/mnt                             S                  : 370C

2. TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik.

Page 21: Persalinan Dengan Distosia Bahu

3. Jumlah perdarahan + 150 cc, konsistensi berupa darah segar cair.

4. Placenta lahir lengkap dan spontan pukul 02.00 WIB.

a. Kotiledon dan selaput utuh.

b. Panjang tali pusat                        : 40 cm

c. Diameter plasenta                       : 10 cm

d. Berat plasenta                             : 500 gr

e. Tebal plasenta                             : 3 cm

5. Pada jalan lahir terdapat luka episiotomi derajat 2.

6. Kandung kemih kosong.

A :  P1A0 partus spontan, inpartu Kala IV.

P :  

1. Observasi keadaan umum ibu.

2. Pastikan darah yang keluar berasal dari luka episiotomi.

3. Lakukan heacting jelujur pada bagian dalam dan heacting subkutikuler

pada perinium ibu.

4. Periksa fundus

a. TFU : 1 jari bawah pusat

b. Kontraksi uterus baik 

c. Perdarahan normal

d. Keadaan umum ibu dan tanda – tanda vital

5. Periksa kandung kemih : tekan blasnya, apabila teraba penuh, rangsang

untuk berkemih.

6. Bersihkan tubuh ibu dan lakukan vulva hygiene untuk menghindari infeksi

pada luka jahitan.

7. Ajarkan ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya postpartum.

8. Beritahu keluarga untuk melapor ke bidan jika ada tanda-tanda bahaya,

seperti demam, perdarahan berlebihan, perut tidak mules, dan fundus tidak

ada kontraksi.

9. Lakukan perawatan luka perineum.

10. Anjurkan ibu untuk istirahat serta makan dan minum.

11. Susukan bayi dan lakukan rooming in.

Page 22: Persalinan Dengan Distosia Bahu

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior

macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam

panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat

halangan dari tulang sacrum. Penyebab distosia bahu karena kekuatan his,

kekuatan mengejan, kelainan letak atau kelainan anak, kelainan jalan

lahir, malposisi, makrosomia atau disproporsi kepala-panggul, serviks yang

menetap, kelainan fisik ibu, dan penyebab yang tidak diketahui. Diagnosis

distosia bahu yaitu kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat

dilahirkan, kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dan kencang,

dagu tertarik dan menekan perineum, tarikan pada kepala tidak berhasil

melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial simfisis pubis. Komplikasi

distosia bahu dapat terjadi pada ibu dan bayi. Faktor risiko distosia adalah ibu

dengan diabetes, janin besar, multiparitas, obesitas, kehamilan posterm,

riwayat obstetrik dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat distosia

bahu. Penatalaksanaan distosia bahu dengan Manuver Mc. Robert, Manuver

Rubin, melahirkan bahu posterior, posisi merangkak, maneuver wood,

pematahan klavikula, Maneuver Zavanelli, kleidotomi, dan Simfisiotom. Bidan

dalam memberikan asuhan pada distosia bahu berusaha melahirkan secara

naluriah, alamiah dan penuh kesabaran.

B. Saran

1. Ibu Hamil

Diharapkan kepada ibu selama dalam masa kehamilan agar melakukan

kunjungan/pemeriksaan ANC maksimal 4x selama kehamilan, untuk

mengetahui perubahan berat badan pada ibu dan bayi bertambah atau tidak

sesuai dengan usia kehamilan ataupun ibu yang mengalami riwayat penyakit

sistematik dan berfungsi juga untuk mendeteksi secara dini adanya

Page 23: Persalinan Dengan Distosia Bahu

komplikasi. Sehingga nantinya bisa didiagnosis apakah ibu bisa bersalin

dengan normal atau tidak.

2. Petugas Kesehatan

Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar memiliki kompetensi yang baik

khususnya bidan agar mampu menekan AKI/AKB dengan cara mengurangi

komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu hamil

3. Penulis

Agar dapat meningkatkan pengetahuan maupun wawasan pembelajaran

serta pengalaman dalam praktik asuhan kebidanan, khususnya mengenai

asuhan kebidanan ibu bersalin dengan komplikasi seperti distosia bahu.

4. Institusi pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan kajian maupun referensi dalam menambah

ilmu pengetahuan.

Page 24: Persalinan Dengan Distosia Bahu

DAFTAR PUSTAKA

Lisnawati, Lilis. 2012. Asuhan Kebidanan terkini Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Tasikmalaya : Trans Info Media.

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2005. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstertri Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.

Maryunani, Anik, dkk. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta: Trans Info Media.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Gurewitsch, et.al. 2005. Management of shoulder dystocia. ProQuest Biology Journals (2005) page 1228.