1 Permasalahan Hukum Hak Cipta pada Cover Version terhadap Lagu yang Dikomersialisasikan Safina Meida Baqo dan Ranggalawe Suryasaladin Fakultas Hukum, Universitas Indonesia [email protected]Abstrak Kreativitas manusia yang tidak mengenal batas telah melahirkan fenomena baru yang merambah dunia musik, yaitu cover version terhadap lagu. Pencipta maupun pemegang Hak Cipta memiliki hak ekslusif atas suatu lagu ciptaan. Oleh karena itu, apabila terdapat pihak-pihak yang ingin mengkomersialisasikan lagu tersebut dengan membuat cover version, pihak tersebut membutuhkan izin atau lisensi dari pencipta atau pemegang Hak Cipta. Dengan metode studi pustaka, skripsi ini membahas mengenai lisensi apa saja yang dibutuhkan agar suatu cover version terhadap lagu yang dikomersialisasikan tidak menjadi pelanggaran Hak Cipta. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa cover version terhadap lagu yang dikomersialisasikan tidak akan melanggar Hak Cipta apabila terdapat lisensi atas hak mekanikal, hak mengumumkan, atau hak sinkronisasi, dimana pemenuhan lisensi tersebut tergantung dari bentuk cover version yang dilakukan. Kata kunci : Cover version; lagu; lisensi; penggunaan secara komersial Copyright Law Issues on Commercialized Cover Version Of Songs Abstract Human unlimited creativity has lead to a new phenomenon that comes into music industry, namely the cover version of songs. The author or copyright owner has the exclusive right over his work. Therefore, if there is anyone who wants to commercialize a song by making a cover version of it, that party needs the permission or license from the author of the work or from the copyright owner. Using the method of literature study, this thesis discusses about which licenses are needed so that commercialized cover version of songs will not be a copyright infringement. The research concluded that a commercialized cover version of song would not be a copyright infringement if there were a mechanical license, a performing license, or a synchronization license, in which the fulfillment of the license depends on the form of the cover version made by the party concerned. Keywords: Cover version; song; license; commercial utilization Pendahuluan Permasalahan Hukum..., Safina Meida Baqo, FH UI, 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Permasalahan Hukum Hak Cipta pada Cover Version terhadap Lagu yang Dikomersialisasikan
Kreativitas manusia yang tidak mengenal batas telah melahirkan fenomena baru yang merambah dunia musik, yaitu cover version terhadap lagu. Pencipta maupun pemegang Hak Cipta memiliki hak ekslusif atas suatu lagu ciptaan. Oleh karena itu, apabila terdapat pihak-pihak yang ingin mengkomersialisasikan lagu tersebut dengan membuat cover version, pihak tersebut membutuhkan izin atau lisensi dari pencipta atau pemegang Hak Cipta. Dengan metode studi pustaka, skripsi ini membahas mengenai lisensi apa saja yang dibutuhkan agar suatu cover version terhadap lagu yang dikomersialisasikan tidak menjadi pelanggaran Hak Cipta. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa cover version terhadap lagu yang dikomersialisasikan tidak akan melanggar Hak Cipta apabila terdapat lisensi atas hak mekanikal, hak mengumumkan, atau hak sinkronisasi, dimana pemenuhan lisensi tersebut tergantung dari bentuk cover version yang dilakukan. Kata kunci : Cover version; lagu; lisensi; penggunaan secara komersial
Copyright Law Issues on Commercialized Cover Version Of Songs
Abstract
Human unlimited creativity has lead to a new phenomenon that comes into music industry, namely the cover version of songs. The author or copyright owner has the exclusive right over his work. Therefore, if there is anyone who wants to commercialize a song by making a cover version of it, that party needs the permission or license from the author of the work or from the copyright owner. Using the method of literature study, this thesis discusses about which licenses are needed so that commercialized cover version of songs will not be a copyright infringement. The research concluded that a commercialized cover version of song would not be a copyright infringement if there were a mechanical license, a performing license, or a synchronization license, in which the fulfillment of the license depends on the form of the cover version made by the party concerned. Keywords: Cover version; song; license; commercial utilization
Anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia, yaitu akal dan budi,
memberikan kemampuan kepada manusia untuk berkarya cipta tentang suatu yang
dikehendakinya. Ia mampu menciptakan ilmu pengetahuan, mampu menciptakan teknologi,
dan juga mampu menciptakan seni yang sangat bernilai dan bermanfaat untuk kehidupan
manusia.1 Dalam perkembangannya, karya cipta yang bersumber dari hasil kreasi akal dan
budi manusia tersebut telah melahirkan suatu hak yang disebut dengan Hak Cipta. Hak Cipta
tersebut melekat pada diri seseorang pencipta atau pemegang Hak Cipta, sehingga lahirlah
dari Hak Cipta tersebut hak-hak ekonomi (economic rights) dan hak-hak moral (moral rights).
Dalam usaha untuk mengeksploitasi karya cipta musik, pencipta, pelaku (dalam hal ini
adalah penyanyi) dan produser rekaman suara yang ciptaannya, pertunjukkannya ataupun
rekaman suaranya dapat mengunggah ciptaan ke internet untuk dipublikasikan dan diperoleh
manfaat ekonomi darinya. Hal ini, di satu sisi memiliki dampak positif yaitu masyarakat luas
dapat mengakses karya tersebut dan menikmatinya. Meskipun begitu, di sisi lain dampak
negatif yang dapat muncul adalah penikmat-penikmat lagu tersebut dapat mengumumkan
kembali kepada publik suatu lagu yang telah diubah sedemikian rupa oleh mereka menjadi
suatu karya yang baru. Hal ini yang dimaksud dengan kegiatan memproduksi cover version
dari suatu lagu. Cover sendiri dipahami sebagai versi kedua, dan seluruh versi sesudahnya,
dari sebuah lagu, yang dipertunjukkan selain oleh pihak yang secara orisinil merekamnya atau
oleh siapapun terkecuali penulis lagu.2
Kebebasan berekspresi seakan-akan berada pada satu titik dimana keberadaannya telah
mengusik Hak Cipta, meskipun terdapat pendapat bahwa Hak Cipta dan kebebasan
berekspresi dapat menyatu dalam harmoni dikarenakan perlindungan Hak Cipta hanya
mencakup kepada “ekspresi” pencipta, dan bukan kepada “ide” atau informasi yang didapat
dari suatu ciptaan.3 Hal ini berdampak kepada pencipta maupun pelaku lain memiliki
kebebasan untuk mengekspresikan ide yang sama atau menggunakan kembali informasi yang
1 Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, ed. 1, cet. 2,
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 187.
2 Jon Pareles dan Patricia Romanowski dalam The Rolling Stone Encyclopedia of Rock and Roll, sebagaimana dikutip oleh Paolo Prato, “Selling Italy by the Sound : Cross-cultural Interchanges through Cover Records,” Popular Music Volume 26 Number 3 Cambridge University Press (Oktober 2007):444. The term cover refers to the second version, and all subsequent versions, of a song, performed by either another act than the one that originally recorded it or by anyone except its writer.
3 Pamela Samuelson, “Copyright, Commodification, and Censorship : Past as Prologue – But to What Future?,” (Makalah disampaikan dalam Conference on the Commodification of Information yang diadakan di Universitas Haifa pada bulan Mei 1999, http://people.ischool.berkeley.edu/~pam/papers/haifa_priv_cens.pdf), hlm. 1.
diperoleh dari ciptaan atau karya yang dilindungi kedalam karya sesudahnya selama pencipta
maupun pelaku tersebut mengekspresikan ide atau informasi tersebut dalam cara yang
berbeda.4 Hal ini lah yang terjadi pada fenomena lagu yang terhadapnya dilakukan kegiatan
cover. Meskipun begitu, sengketa mengenai pelanggaran Hak Cipta lagu dalam konteks lagu
yang terhadapnya dilakukan kegiatan cover tetap muncul. Pelaku lain yang melakukan
kegiatan cover tersebut mengekspresikan ide yang sama dari sebuah lagu atau menggunakan
kembali informasi yang diperoleh dari lagu atau karya yang dilindungi kemudian
mengekspresikan lagu tersebut kedalam karya sesudahnya dengan cara yang berbeda dan apa
yang dilakukannya tersebut merupakan sebuah pelanggaran Hak Cipta bagi pihak tertentu
yang memiliki kepentingan.
Untuk penulisan ini, yang menjadi pokok permasalahan adalah :
1. Apakah pembuatan dan pengumuman cover version merupakan pelanggaran Hak
Cipta?
2. Bagaimanakah lisensi yang dibutuhkan agar cover version terhadap lagu untuk tujuan
komersial tidak menjadi suatu pelanggaran Hak Cipta?
3. Dalam hal terjadinya kegiatan cover terhadap suatu lagu untuk tujuan komersial,
pihak-pihak mana saja yang berhak menerima dan memungut royalti dari pemanfaatan
lagu yang terhadapnya dibuat cover version?
Tinjauan Teoritis
Hak Cipta atas suatu karya cipta musik atau lagu memberikan kepada pencipta
maupun penerima haknya salah satu hak eksklusif, yaitu hak untuk memberi izin melakukan
adaptasi, atau perbuatan lain untuk mengadakan perubahan terhadap suatu karya. Dalam
kaitannya dengan karya cipta musik atau lagu, adaptasi berarti “aransemen apapun dari suatu
karya”. Hal ini dilakukan dengan menambah unsur-unsur tertentu sebagai tambahan, misalnya
menambah harmoni dan irama baru, termasuk menuliskan maupun menerjemahkannya
kembali dalam gaya musik yang berbeda.5 Tindakan seperti memilih dan mengatur ulang
4 Ibid.
5 Nawneet Vibhaw dan Abishek Venkataraman, “Recording that Different Version – An Indian Raga,” Journal of Intellectual Property Rights Volume 12 (September 2007) : 481. In relation to musical works, adaptation means ‘any arrangement or transcription of the work’. This is done by adding accompaniments, new harmonies, and new rhythm including transcribing it for different musical forces.
cover version suatu musik atau lagu namun tidak menambahkan kontribusi kreatifnya
sehingga karya orang lain yang digunakannya tidak diwarnai dimensi yang khas dan bersifat
pribadi sang arranger, maka cover version yang dibuatnya bukan merupakan suatu bentuk
adaptasi.
Cover adalah sebuah pertunjukkan oleh pelaku (penyanyi dan musisi) yang bukan
merupakan pencipta dari suatu karya musik.11 Cover record adalah sebuah rekaman oleh
pelaku yang bukan merupakan pencipta dari karya musik yang terkandung dalam rekaman
tersebut.12 Di India, cover version yang juga dipahami sebagai version recording adalah
rekaman suara yang dibuat dari lagu yang sudah dipublikasikan sebelumnya dengan
menggunakan suara yang berbeda, biasanya oleh musisi dan penata musik yang berbeda.13
Sebuah version recording mengacu pada adaptasi apapun yang dibuat terhadap sesuatu
rekaman suara dan mengandung dua komponen, yaitu penyanyi yang berbeda dan orkestra
yang berbeda.14
Meskipun membuat aransemen dari komposisi musik yang sudah ada yang merupakan
bentuk adaptasi terhadap karya cipta musik atau lagu dapat melahirkan Hak Ciptanya sendiri
selain Hak Cipta yang telah ada di karya musik yang mendasari aransemen tersebut, tentu saja
seseorang dapat dianggap telah melakukan pelanggaran Hak Cipta dari karya musik yang
mendasari aransemen tersebut jika arranger dari suatu aransemen membuat aransemen
dengan tanpa izin dari pencipta atau pemegang Hak Cipta.15
Metode Penelitian
Dalam menggambarkan permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini penulis
menggunakan bentuk penelitian yuridis normatif, sehingga data yang diperoleh dan
11 World Intellectual Property Organization, How to Make a Living from Music, ed. 2, WIPO Publication
Number 939(E), hlm. 115.
12 Ibid.
13 Satarupa Guha, “Version Recording Rights – an Overview [PDF]“, http://www.csripr.org/uploads/1/3/3/1/13313802/version_recording_rights-an_overview_satarupa_guha_nlu_jodhpur.pdf hlm. 1, Diunduh pada 16 Januari 2015.
14 Nawneet Vibhaw dan Abishek Venkataraman, op.cit., hlm. 483.
Metode analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis data secara
kualitatif yang menghasilkan data deskriptif analitis, dimana apa yang dinyatakan oleh
sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata.22
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga kasus yang dijadikan pisau analisis terkait kegiatan
cover terhadap lagu yang dikomersialisasikan dan kaitannya dengan pelanggaran Hak Cipta.
Kasus pertama adalah kasus antara Warner/Chappel Music Inc. melawan Fullscreen. Kasus
yang diajukan di Pengadilan Negara Bagian New York ini adalah kasus yang diajukan oleh
National Music Publishers Association23 atas nama enam belas penerbit musik dimana
Fullscreen24 dituduh secara illegal telah meraih keuntungan atas lagu yang terhadapnya
dilakukan kegiatan cover tanpa memiliki lisensi dan tanpa membayar royalti kepada pencipta
lagu maupun penerbit musik. Kasus kedua adalah kasus antara Gramophone Co. of India Ltd.
v. Mars Recording Pvt. Ltd dimana Mars Recording Pvt. Ltd dituduh telah melakukan
pelanggaran Hak Cipta karena telah membuat cover version dari tiga buah lagu yang Hak
Ciptanya dipegang oleh Gramophone Co. of India Ltd dan mengedarkannya ke pasaran tanpa
adanya izin atau lisensi dari pemegang Hak Cipta. Kasus ketiga adalah kasus pelanggaran
Hak Cipta atas lagu dengan judul “Oplosan,” dimana sang penyanyi yaitu Eny Sagita
dianggap telah menyerobot lagu ciptaan Nur Bayan, baik saat menyanyikannya di panggung
maupun menggandakannya dalam bentuk cakram padat. Eny Sagita didakwa telah melanggar
Pasal 72 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
(selanjutnya disebut dengan “UUHC 2002”).
Kasus Posisi National Music Publishers Association v. Fullscreen
22 Ibid., hlm 67.
23 National Music Publishers Association (NMPA) adalah asosiasi yang merepresentasikan penerbit musik di Amerika Serikat dan rekan penulis lagu mereka. Mandat yang diberikan kepada NMPA adalah untuk melindungi dan meningkatkan perlindungan terhadap kepentingan penerbit musik dan penulis lagu terkait dengan perlindungan Hak Cipta terhadap lagu secara domestik maupun global.
24 Fullscreen adalah sebuah perusahaan media next-generation yang menawarkan teknologi inovatif dan layanan premium untuk para kreator konten dan merek terkemuka di dunia untuk berkembang di YouTube. Jaringan global Fullscreen ini menghasilkan lebih dari 3 miliar penayangan video bulanan dan mencapai lebih dari 300 juta pelanggan. Berkantor pusat di Culver City, California, Fullscreen didirikan pada Januari 2011 oleh CEO George Strompolos, co-creator dari Program Mitra YouTube.
Gramophone Co. of India Ltd menolak memberikan izin pembuatan cover version
oleh Mars Recording Pvt. Ltd. Terlepas dari penolakan ini, Mars Recording Pvt. Ltd tetap
membuat cover version atas ketiga lagu tersebut dan memasarkannya ke seluruh wilayah
Karnataka, India. Gramophone Co. of India Ltd pun akhirnya mengklaim bahwa Mars
Recording Pvt.Ltd melakukan pelanggaran Hak Cipta.
Analisa Kasus Gramophone Co. of India Ltd v. Mars Recording Pvt. Ltd
Pada pemeriksaan kasus di tingkat pengadilan tinggi yang diperiksa oleh majelis
hakim pada Pengadilan Tinggi Karnataka, isu hukum pokok kasus ini adalah apakah
termohon kasasi/termohon banding yaitu Mars Recording Pvt Ltd seharusnya menunggu izin
yang diberikan oleh pemohon banding yaitu Gramophone Co., of India Ltd terkait rekaman
atas tiga lagu yang Hak Ciptanya dipegang oleh pemohon banding meskipun termohon
banding telah mematuhi dan melaksanakan aturan sebagaimana termaktub dalam Section 52
sub-section (1) klausul (j) sub-klausul (ii) Undang-Undang Hak Cipta India Amandemen
199427 (selanjutnya disebut dengan “UUHC India”).
Apabila melihat section 52 sub-section (1) klausul (j) UUHC India, dapat diketahui
bahwa section ini mengatur mengenai statutory license. Berbeda dengan section 30 UUHC
India yang mengatur mengenai voluntary license. Izin dari pemegang Hak Cipta dalam
konteks pembuatan rekaman suara berdasarkan section 52 sub-section (1) klausul (j) UUHC
India amandemen 1994 tidak diperlukan, hal ini dikarenakan apabila izin dari pemegang Hak
27 Indian Copyright Law 1994 Amendment, Section 52 sub-section (1) clause j.
“The following acts shall not constitute an infringement of copyright, namely: (j) the making of sound recordings in respect of any literary, dramatic or musical work, if : (i). Sound recordings of that work have been made by or with the license or consent of the owner of the right in the work; (ii). The person making the sound recordings has given a notice of his intention to make the sound recordings, has provided copies of all covers or labels with which the sound recordings are to be sold, and has paid in the prescribed manner to the owner of rights in the work royalties in respect of all such sound recordings to be made by him, at the rate fixed by the Copyright Board in this behalf: Provided that- (i). No alterations shall be made which have not been made previously by or with the consent of the owner of rights, or which are not reasonably necessasry for the adaptation of the work for the purpose of making the sound recordings; (ii). The sound recordings shall not be issued in any form of packaging or with any label which is likely to mislead or confuse the public as to their identity; (iii). No such sound recording shall be made until the expiration of two calendar years after the end of the year in which the first sound recording of the work was made; and (iv). The person making such sound recordings shall allow the owner of rights or his duly authorised agent or representative to inspect all records and books of account relating to such sound recording”
Colston, Catherine. Principles of Intellectual Property Law. London : Cavendish Publishing Limited, 1999.
Guha, Satarupa. “Version Recording Rights – an Overview [PDF]” http://www.csripr.org/uploads/1/3/3/1/13313802/version_recording_rights-an_overview_satarupa_guha_nlu_jodhpur.pdf. Diunduh 16 Januari 2015.
Indian Copyright Act of 1957 and Indian Copyright Act 1994 Amendment.
Indian Copyright Rules 1958.
Krishnamurthy, Nikhil. “The Statutory Mechanical License in India.” Manupatra Intellectual Property Reports Volume 1 http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1306226 Diunduh 16 Januari 2015.
Mamudji, Sri. Et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Prato, Paolo. “Selling Italy by the Sound : Cross-cultural Interchanges through Cover Records.” Popular Music Volume 26 Number 3 Cambridge University Press (Oktober 2007).
Riswandi, Budi Agus dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum., ed. 1, cet. 2. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Samuelson, Pamela. “Copyright, Commodification, and Censorship : Past as Prologue – But to What Future?.” Makalah disampaikan pada Conference on the Commodification of Information yang diadakan di Universitas Haifa, Haifa, Mei 1999.
Setiawati, Lucky. “Apakah Menyanyikan Ulang Lagu Orang Lain Melanggar Hak Cipta?” http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt506ec90e47d25/apakah-menyanyikan-ulang-lagu-orang-lain-melanggar-hak-cipta Diunduh 16 Januari 2015.
The American Society of Composers, Authors and Publishers. “How You Can Clear Cover Songs, Samples, and Handle Public Domain Works” http://www.ascap.com/playback/2011/01/features/limelight.aspx Diunduh 1 Desember 2014.
Vibhaw, Nawneet dan Abishek Venkataraman. “Recording that Different Version – An Indian Raga.” Journal of Intellectual Property Rights Volume 12 (September 2007).
World Intellectual Property Organization. How to Make a Living from Music, ed. 2. WIPO Publication Number 939(E).