PERLUKAH BBM DISUBSIDI? ANALISIS DAMPAK SUBSIDI BBM TERHADAP ANGGARAN PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN Tugas Mata Kuliah Ekonomi Publik Nama: Achmad Baihaqi 041111067 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
Peningkatan volume konsumsi BBM ini, pada akhirnya berimbas pada semakin besarnya beban subsidi BBM yang harus di tanggung oleh Pemerintah dalam APBN. Selain faktor meningkatnya volume konsumsi BBM di dalam negeri, tekanan fiskal terkait beban subsidi BBM juga bersumber faktor eksternal yang berada di luar kendali kita, khususnya adanya kecenderungan masih relatif tingginya harga minyak dunia (Indonesian Crude Price, ICP) dan terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap US dollar juga turut memberi kontribusi terhadap meningkatnya beban subsidi BBM. Subsidi BBM selama ini dianggap sebagai akar penyebab dari berbagai permasalahan keuangan dan energi Indonesia. Subsidi Indonesia paling banyak dikeluarkan pada subsidi BBM dibandingkan subsidi non-BBM, disebabkan karena kebutuhan akan BBM Indonesia yang sangat tinggi. Subsidi memang sangat membantu masyarakat kurang mampu untuk menjangkau harga BBM. Tapi kalau dibiarkan terus menerus, subsidi yang diberikan oleh pemerintah akan menggerogoti keuangan negara dalam APBN.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERLUKAH BBM DISUBSIDI?
ANALISIS DAMPAK SUBSIDI BBM TERHADAP ANGGARAN PEMERINTAH
DAN PEREKONOMIAN
Tugas Mata Kuliah Ekonomi Publik
Nama:
Achmad Baihaqi 041111067
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
I. LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya. Salah satu
sumber daya yang dihasilkan Indonesai adalah energi berupa bahan bakar fosil atau BBM.
Bahkan Indonesia pernah menjadi negara pengekspor minyak dan masuk dalam organisasi
negara-negara pengeksor minyak OPEC. Pada tahun 1976, Indonesia pernah mencapai
produksi minyak tertinggi yaitu 1,58 juta barel per hari. Namun seiring berjalanya waktu,
produksi minyak Indonesia terus berkurang.
Dalam beberapa tahun terakhir produksi minyak Indonesia mengalami penurunan.
Data dari BP Migas menunjukkan, penurunan produksi crude oil (minyak mentah) terjadi
sejak tahun 1997. Pada tahun 1996 lifting crude oil Indonesia mencapai 1,580 juta barrel per
hari sedangkan tahun 1997 turun menjadi 1,557 juta barrel. Tahun 2006 lifting harian turun
menjadi 1,071 juta barel. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Migas Departemen ESDM,
produksi minyak mentah Indonesia tahun 2007 mencapai 347,493 juta barel atau sekitar
0,952 juta barrel per hari. Untuk tahun 2008, tiga bulan pertama lifting Indonesia mencapai
84,822 juta barel.
Seiring dengan produksi minyak di Indonesia yang semakin menurun, disisi lain
konsumsi bahan bakar masyarakat Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga
pemerintah harus mengimport Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk memenuhi kebutuhan
bahan bakar minyak masyarakat dan nilai impor tersebut lebih besar dari ekspor minyak
Indonesia ke luar negeri. Sehingga pada tahun 2008 Indonesia menyatakan keluar dari OPEC.
Bahan bakar minyak (BBM) menempati posisi yang sangat strategis dalam
percaturan masalah perekonomian di semua Negara termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan
karena hingga saat ini manusia belum menemukan energy alternative yang bisa diproduksi
dalam skala masal ayng mampu menggantikan fungsi dan kedudukan BBM. Tidaklah
mengherankan jika terjadi perubahan kebijakan pemerintah yang sedidkit saja berkaitan
dengan BBM, hal itu akan memberikan dampak dan reaksi yang sangat besar bagi
masyarakat.
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditi yang sangat berpengaruh
terhadap momoditi lainnya. Perubahan harga BBM akan berdampak secara langsung maupun
tidak langsung terhadap komoditi lainnya termasuk komoditi pokok seperti sandang, pangan,
dan papan, bahkan pada tingkat pendapatan dan kemiskinan. Untuk melindungi masyarakat
miskin dan hamper miskin, pemerintah perlu melakukan intervensi terhadap harga BBM
dengan cara mem berikan subsidi.
Namun, subsidi BBM yang diberikan pemerintah dirasa salah sasaran, karena
ditengarai yang menikmati subsidi BBM tersebut adalah dari golongan ekonomi menengah
atas. Banyak orang yang mengendarai mobil-mobil mewah tapi menggunakan BBM bersusidi
sebagai bahan bakarnya. Adanya disparitas harga BBM yang sangat besar antara pasar
domestic dangan pasar internasional, mendorong terjadinya praktik perdagangan minyak
illegal. Di satu sisi pemerintah harus mengimpor minyak dengan harga dunia dan menjualnya
di pasar domestic dengan harga relatif rendah.
Selain itu meningkatnya masyarkat dengan penghasilan menengah juga
menyebabkan konsumsi BBM meningkat. Dikutip dari www.seputar-indonesia.com bahwa
pada tahun 2010 jumlah penduduk dengan penghasilan menengah mencapai 131 juta jiwa.
Dari jumlah tersebut terjadi peningkatan sebanyak 7 juta penduduk dengan pendapatan
menengah dari pada tahun sebelumnya. Peningkatan pendapatan masyarakat menengah
tersebut menyebabkan jumlah pembelian kendaraan bermotor juga meningkat. Setiap
tahunnya pertumbuhan kendaraan bermotor tercatat sebesar 28%. Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) mencatat angka penjualan kendaraan roda empat pada 2010 mencapai 700.000 unit
dan kendaraan roda dua mencapai 7 juta unit dan diperkirakan menambah setiap tahunnya.
Subsidi memang sangat membantu masyarakat kurang mampu untuk menjangkau
harga BBM. Tapi kalau dibiarkan terus menerus, subsidi yang diberikan oleh pemerintah
akan menggerogoti keuangan negara dalam APBN. Karena subsidi tersebut dirasa salah
sasaran. Masyarakat kelas atas yang sebenarnya mampu membeli BBM yang secara normal
ternyata malah disubsidi. Jika subsidi ini diteruskan rasanya hanya akan menghabiskan uang
dari APBN karena hanya kalangan menengah ke atas saja yang menikmati subsidi ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah dampak subsidi BBM terhadap APBN?
2. Bagaimanakah dampak subsidi BBM terhadap perekonomian Indonesia?