PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS KARYA SENI BERBENTUK DUA DIMENSI YANG DIPERGUNAKAN SEBAGAI MEREK (STUDI KASUS: PENGGUNAAN GAMBAR SKETSA CIPTAAN ALM. HENK NGANTUNG YANG DIPERGUNAKAN SEBAGAI MEREK) Oleh: Timothy Solomon Zebua (0906520521) ABSTRAK Skripsi ini membahas mengenai perlindungan yang diberikan hak cipta atas sebuah karya seni dua dimensi yang dipergunakan sebagai merek. Diawali dengan pembahasan mengenai karya seni dan pengklasifikasiannya kemudian dibahas mengenai perlindungan Hak Cipta atas karya seni tersebut. Dikarenakan sebuah karya seni telah dapat mendapatkan perlindungan Hak Cipta atasnya maka ketentuan mengenai Hak Cipta akan berlaku atasnya. Terkait dengan penggunaannya sebagai Merek maka perlu dilakukan pengalihan Hak Cipta terlebih dahulu dari Pencipta kepada pihak yang akan mempergunakan karya tersebut. Terkait dengan perlindungannya skripsi ini akan membahas teori yang dipaparkan yang nantinya akan dikaitkan dengan kasus Alm. Henk Ngantung. Alm. Henk Ngantung merupakan seorang seniman, pembuat sketsa patung selamat datang di bundaran Hotel Indonesia. Gambar sketsa Alm. dipergunakan sebagai Merek tanpa izin oleh salah satu pusat perbelanjaan ternama di Jakarta yang terletak di bundaran Hotel Indonesia. Kata Kunci: Karya Seni Dua Dimensi, Perlindungan Hak Cipta vs Perli ndungan Merek ABSTRACT This mini-thesis discusses about protection of two dimensional works of art which is used as a Trademark which is granted by Copyright. The discussion starts from artworks, classification and continues with the protection that granted by Copyright. Due to protection which is granted by Copyright to artworks, all provision on Copyright Law will apply on it. Related with the use of artworks as trademarks, before using it, the party who want to use it needs to transfer of Copyright from Creator. Regarding the protection of artworks, this mini-thesis will discuss theory which is provided in it and attributed to the Alm. Henk Ngantung case. Alm. Henk Ngantung, the Artist who is Sketcher of Patung Selamat Datang at Bundaran Hotel Indonesia. His sketch was used as a trademark by one of the leading shopping centers in Jakarta which is located at Bundaran Hotel Indonesia without any permission. Keywords: Two Dimensional Works of Art, Copyright Protection vs Trademarks Protection Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
25
Embed
PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS KARYA SENI BERBENTUK DUA ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS KARYA SENI BERBENTUK DUA DIMENSI
YANG DIPERGUNAKAN SEBAGAI MEREK (STUDI KASUS: PENGGUNAAN
GAMBAR SKETSA CIPTAAN ALM. HENK NGANTUNG YANG DIPERGUNAKAN
SEBAGAI MEREK)
Oleh: Timothy Solomon Zebua (0906520521)
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perlindungan yang diberikan hak cipta atas sebuah karya seni
dua dimensi yang dipergunakan sebagai merek. Diawali dengan pembahasan mengenai karya
seni dan pengklasifikasiannya kemudian dibahas mengenai perlindungan Hak Cipta atas karya
seni tersebut. Dikarenakan sebuah karya seni telah dapat mendapatkan perlindungan Hak Cipta
atasnya maka ketentuan mengenai Hak Cipta akan berlaku atasnya. Terkait dengan
penggunaannya sebagai Merek maka perlu dilakukan pengalihan Hak Cipta terlebih dahulu dari
Pencipta kepada pihak yang akan mempergunakan karya tersebut. Terkait dengan
perlindungannya skripsi ini akan membahas teori yang dipaparkan yang nantinya akan dikaitkan
dengan kasus Alm. Henk Ngantung. Alm. Henk Ngantung merupakan seorang seniman, pembuat
sketsa patung selamat datang di bundaran Hotel Indonesia. Gambar sketsa Alm. dipergunakan
sebagai Merek tanpa izin oleh salah satu pusat perbelanjaan ternama di Jakarta yang terletak di
bundaran Hotel Indonesia.
Kata Kunci: Karya Seni Dua Dimensi, Perlindungan Hak Cipta vs Perli
ndungan Merek
ABSTRACT
This mini-thesis discusses about protection of two dimensional works of art which is used as a
Trademark which is granted by Copyright. The discussion starts from artworks, classification
and continues with the protection that granted by Copyright. Due to protection which is granted
by Copyright to artworks, all provision on Copyright Law will apply on it. Related with the use
of artworks as trademarks, before using it, the party who want to use it needs to transfer of
Copyright from Creator. Regarding the protection of artworks, this mini-thesis will discuss
theory which is provided in it and attributed to the Alm. Henk Ngantung case. Alm. Henk
Ngantung, the Artist who is Sketcher of Patung Selamat Datang at Bundaran Hotel Indonesia.
His sketch was used as a trademark by one of the leading shopping centers in Jakarta which is
located at Bundaran Hotel Indonesia without any permission.
Keywords: Two Dimensional Works of Art, Copyright Protection vs Trademarks Protection
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Di dalam sebuah tayangan televisi, sedang dibahas kasus yang terkait dengan Hukum
Kekayaan Intelektual di bidang seni. Pada salah satu segmen tayangan tersebut digambarkan
seorang ibu yang merasa tidak mendapatkan pengakuan atas karya seni yang dibuat oleh
suaminya, yaitu seorag seniman bernama Henk Ngantung. Henk Ngantung adalah seorang
pelukis dan mantan Gubernur DKI Jakarta pada periode tahun 1964-1965. Henk Ngantung
merupakan pembuat sketsa dari Patung Selamat Datang. Patung tersebut terletak di bundaran
Hotel Indonesia dan menggambarkan sepasang pria dan wanita yang sedang melambaikan
tangan. Ide pembuatan patung ini berasal dari Presiden Soekarno dan desain awalnya dikerjakan
oleh Henk Ngantung pada saat beliau menjabat menjadi wakil Gubernur DKI Jakarta. Selain
membuat sketsa patung selamat datang, beliau juga merupakan pembuat lambang DKI Jakarta.
Permasalahan Hukum Kekayaan Intelektual yang dibahas dalam acara tersebut menyangkut
karya dari Alm. Bapak Henk Ngantung. Permasalahannya yaitu adanya penggunaan karya dari
Alm. Bapak Henk Ngantung yang digunakan sebagai Merek oleh salah satu pusat perbelanjaan
di daerah Bundaran Hotel Indonesia tanpa seizin dari keluarga Alm. Bapak Henk Ngantung.
Setelah melihat dua masalah pada tayangan tersebut, muncul dalam pikiran peneliti beberapa
pertanyaan hukum terkait penggunaan gambar dari sketsa Patung Selamat Datang yang
dipergunakan sebagai Merek oleh pusat perbelanjaan tersebut. Apakah karya seni dapat
diterapkan sebagai Merek? Bagaimana dengan proses penerapannya? Bagaimana pengaturan
tentang hak dan kewajibannya? Berdasarkan beberapa pertanyaan yang muncul tersebut peneliti
akan meneliti kasus tersebut dan membahasnya dalam penelitian ini.
Setelah melihat permasalahan pada tayangan tersebut, muncul dalam pikiran peneliti
beberapa pertanyaan hukum terkait penggunaan gambar dari sketsa Patung Selamat Datang yang
dipergunakan sebagai Merek oleh pusat perbelanjaan tersebut. Apakah karya seni dapat
diterapkan sebagai Merek? Bagaimana dengan proses penerapannya? Bagaimana pengaturan
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
tentang hak dan kewajibannya? Berdasarkan beberapa pertanyaan yang muncul tersebut peneliti
akan meneliti kasus tersebut dan membahasnya dalam penelitian ini.
Sebuah karya seni merupakan perwujudan dari seni. Seni adalah aktivitas manusia untuk
mengungkapkan pengalaman estetis ke dalam wujud lahiriah dengan tata susunan unsur yang
indah sehingga dapat menimbulkan pengalaman baru bagi orang lain.1 Dengan demikian dapat
diartikan suatu karya seni merupakan hasil pemikiran atau aktivitas manusia yang berasal dari
jiwa emosi manusia yang dituangkan melalui garis cat dan bidang datar maupun bidang yang
tidak rata.
Karya seni dapat dibedakan dalam beberapa klasifikasi, salah satunya berdasarkan dimensi.
Berdasarkan dimensinya karya seni dapat dibagi menjadi karya seni rupa dua dimensi (dwi
matra) dan karya seni tiga dimensi (tri matra). Karya seni yang berbentuk dua dimensi
merupakan karya seni yang hanya dapat dilihat dari sudut pandang saja. Karya seni dua dimensi
hanya memiliki panjang dan lebar, dan hanya dapat terlihat dalam satu bidang datar saja. Contoh
dari karya seni dua dimensi adalah lukisan atau gambar, sedangkan karya seni yang berbentuk
tiga dimensi merupakan karya seni yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Karya seni
tiga dimensi memiliki tinggi atau tebal. Tinggi atau tebal pada karya seni yang berbentuk tiga
dimensi ini yang membedakan antara karya seni dua dimensi dengan karya seni tiga dimensi.
Contoh dari karya seni tiga dimensi adalah patung, ukiran dan anyaman.2
Apakah suatu gambar sketsa termasuk suatu karya seni atau tidak? Gambar sketsa (gambar
sket) adalah gambar yang digunakan untuk merekam keadaan, atau bantuan awal untuk
rancangan melukis dan mematung. Bentuk gambar sketsa ini sangat sederhana karena hanya
memunculkan goresan-goresan yang mewakili objek dalam bentuk garis sederhana.3 Walaupun
gambar sketsa ini dapat dikatakan sebagai sebuah karya sederhana karena berupa goresan-
goresan yang mewakili obyek, tetapi gambar sketsa termasuk sebuah karya seni. Hal tersebut
disebabkan gambar sketsa merupakan hasil dari suatu pemikiran manusia yang dituangkan dalam
1 “Bab V Seni Rupa,” http://www.docstoc.com/docs/128357540/BAB-V-Seni-Rupa (diakses pada 20
Oktober 2012 pukul 20:00) 2 Lukmanul Hakim, “Makalah Pendidikan Seni Rupa Pendidikan Seni Rupa Fakultas Seni dan Desain
Universitas Negri Makasar,” http://edisukarman.blogspot.com/2012/06/makalah-seni-rupa-pendidikan-seni-
rupa.html (diakses pada 23 September pukul 21:50). 3 “Bab V Seni Rupa,” http://www.docstoc.com/docs/128357540/BAB-V-Seni-Rupa (diakses pada 20
Oktober 2012 pukul 20:00)
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
sebuah bidang datar dengan garis sebagai unsur utamanya . Gambar sketsa ini termasuk ke dalam
karya seni, berupa seni gambar. Berdasarkan dimensinya sebuah gambar sketsa merupakan
sebuah karya seni berbentuk dua dimensi karena gambar sketsa ini hanya dapat dilihat dari satu
sudut pandang saja dan hanya memiliki panjang dan lebar.
Sebuah karya seni mendapatkan perlindungan dari hukum melalui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta atau Undang-Undang Hak Cipta. Dalam pasal 12 ayat (1)
Undang-Undang Hak Cipta diatur mengenai ciptaan yang dilindungi oleh undang-undang, yaitu
ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Pasal 12 ayat (1) angka 6 Undang-
Undang Hak Cipta mengatur secara rinci mengenai seni rupa yang diatur dalam Undang-
Undang, yaitu seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni pahat,
seni patung, kolase, dan seni terapan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta .
Berdasarkan penjelasan di atas suatu karya seni mendapatkan perlindungan berdasarkan
hukum, selanjutnya bagaimana dengan pencipta dari sebuah karya tersebut? Apakah seorang
pencipta mendapatkan perlindungan atas karya yang telah diciptakan? Pasal 2 ayat (1) Undang-
Undang Hak Cipta mengatur hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang
hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis
setelah suatu cipataan dilahirkan. Melihat pada pasal tersebut seorang pencipta dari suatu karya
memiliki hak cipta atas karya yang diciptakan dan hak tersebut secara otomatis muncul setelah
suatu ciptaan tersebut dilahirkan. Otomatis berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki
pengertian yaitu dengan sendirinya.4 Dengan demikian, pencipta dengan sendirinya mendapatkan
perlindungan atas suatu karya atau ciptaan yang diciptakan saat ciptaan atau karyanya selesai
dibuat.
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyatakan
bahwa hak cipta adalah hak eksklusif bagi penciptanya atau bagi pemegang hak cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah suatu
cipataan dilahirkan. Hak eksklusif yang dimaksud disini memiliki pengertian bahwa hak cipta
mengandung dua esensi hak, yaitu: hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral right).
Hak ekonomi meliputi hak untuk mengumumkan, memperbanyak ciptaannya, termasuk di
4 Kamus Besar Bahasa Indonesia elektronik, arti karta otomatis
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
dalamnya hak dari seorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya.5 Hak moral
meliputi hak pencipta untuk dicantumkan namanya dalam ciptaannya dan hak pencipta untuk
melarang orang lain mengubah ciptaannya.6 Jadi, seorang pencipta suatu karya seni memiliki
hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral right) atas karya atau ciptaan mereka.7
Merujuk pada kasus, terdapat permasalahan terkait dengan hak eksklusif dari pencipta. Hak
eksklusif yang dipermasalahkan dalam kasus ini adalah hak ekonomi dan hak moral dari Alm.
Bapak Henk Ngantung. Permasalahan hak eksklusif dalam kasus dapat terlihat dari tidak adanya
izin atas penggunaan karya dari Alm. Bapak Henk Ngantung oleh pihak pusat perbelanjaan yang
menggunakan karya beliau sebagai Merek sehingga pihak keluarga Alm. Bapak Henk Ngantung
tidak dapat menikmati keuntungan atas pengunaan karya beliau.
Terkait dengan penggunaan sebuah karya seni sebagai Merek maka yang dimaksud dengan
penggunaan dalam penelitian ini adalah cara atau proses untuk menggunakaan sebuah karya seni
menjadi Merek. Agar sebuah karya seni dapat dipergunakan dan mendapatkan pengakuan
sebagai sebuah Merek maka perlu dilakukan sebuah pendaftaran. Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001 tentang Merek atau Undang-Undang Merek mensyaratkan bahwa untuk
mendapatkan pengakuan atas suatu Merek harus dilakukan pendaftaran.8 Pendaftaran sebuah
Merek dapat dilakukan oleh siapa saja yang akan menggunakan Merek tersebut dalam kegiatan
perdagangan.9
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek menyatakan bahwa Hak atas
Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar
dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek
tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Dengan demikian,
seorang pemegang hak atas Merek yang telah mendaftarkan Merek barang atau jasa memiliki
hak secara eksklusif untuk menggunakan Merek tersebut.
5 Imam Sjahputra, S.H., LL.M., Hak atas Kekakayaan Intelektual (Suatu Pengantar), (Jakarta: Harvarindo,
2007), 118. 6 DR. Henry, Soelistyo, S.H., LL.M., Hak Cipta Tanpa Hak Moral (Yogyakarta: Rajawali Pers, 2011), 47.
7Lucky Setiawati, “Mungkinkah Transfer Pendaftaran HKI Antar-Negara?,”
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1821/mungkinkah-transfer-pendaftaran-hki-antar-negara (diakses pada
29 September 2012 pukul 22:05). 8 Hotma, “MEREK DAGANG DIJIPLAK TANPA IZIN,” http://www.lbhmawarsaron.or.id/bantuan-
hukum/Berita/Merek-dagang-dijiplak-tanpa-izin.html (diakses pada tanggal 29 September pukul 20:50). 9 Asian Law Group Pty Ltd, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar (Bandung:Alumni, 2006), 8.
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013