- 1 - MATA KULIAH : PERENCANAAN PERKERASAN JALAN DOSEN PENGASUH : IR. H. ISKANDAR RENTA, MT. I. METODA PERENCANAAN PERKERASAN JALAN banyak cara (metoda), antara lain : AASTO dan The Asphalt Institute (AS) Road Note (Inggris) NAASRA (Australia) Dan Bina Marga (Indonesia) Namun Di negara Indonesia digunakan Metoda perencanaan sebagai berikut : Untuk perkerasan Lentur digunakan cara Bina Marga, dengan “metoda analisis komponen” SKBI :2.3.26.1987 /SNI 03-1732- 1989. Untuk perkerasan Kaku digunakan cara NAASRA (National Association of Australian State Road Authorities), Interim Guide to Pavement Design” (1979), yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia oleh Bina Marga dalam SKBI: 2.3.28.1988 dan “Pavement Design” (A Guide to the Structural Design of Road Pavements) NAASRA, 1987. Gambar.Bagan Alir Sistem Perencanaan Perkerasan untuk Jalan Baru .PERTIMBANGAN PERENCANAAN PERKERASAN JALAN EVALUASI DAYA DUKUNG TANAH DASAR (SUBGRADE) LALU-LINTAS RENCANA PERENCANAAN STRUKTUR 1. PERKERASAN LENTUR 2. PERKERASAN KAKU 3. PELAPISAN TAMBAHAN (OVERLAY UTK JALAN LAMA) PERTIMBANGAN KONSTRUKSI DAN PEMELIHARAAN LINGKUNGAN MATERIAL PERKERASAN PERBANDINGAN PERENCANAAN IMPLEMENTASI PERENCANAAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
- 1 - MATA KULIAH : PERENCANAAN PERKERASAN JALANDOSEN PENGASUH : IR. H. ISKANDAR RENTA, MT.
I. METODA PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
banyak cara (metoda), antara lain :
AASTO dan The Asphalt Institute (AS)
Road Note (Inggris)
NAASRA (Australia)
Dan Bina Marga (Indonesia)
Namun Di negara Indonesia digunakan Metoda perencanaan sebagai berikut :
Untuk perkerasan Lentur digunakan cara Bina Marga, dengan “metoda
Untuk perkerasan Kaku digunakan cara NAASRA (National Association of
Australian State Road Authorities), Interim Guide to Pavement Design” (1979),
yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia oleh Bina Marga dalam
SKBI: 2.3.28.1988 dan “Pavement Design” (A Guide to the Structural Design
of Road Pavements) NAASRA, 1987.
Gambar.Bagan Alir Sistem Perencanaan Perkerasan untuk Jalan Baru
.PERTIMBANGAN PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
1. Konstruksi dan Pemeliharaan, faktor yang perlu dipertimbangkan :
Perluasan dan jenis drainase
Penggunaan konstruksi berkotak-kotak
Ketersediaan peralatan khususnya peralatan : pencampur material,
penghamparan dan pemadatan
Penggunaan konstruksi bertahap
Penggunaan Stabilisasi
Kebutuhan dari segi lingkungan dan keamanan pemakai/pngguna jalan
Sosial dan Strategi pemeliharaan
Resiko-resiko yang mungkin terjadi.
EVALUASI DAYA DUKUNG TANAH
DASAR (SUBGRADE)
LALU-LINTAS RENCANA
PERENCANAAN STRUKTUR1. PERKERASAN LENTUR2. PERKERASAN KAKU3. PELAPISAN TAMBAHAN
(OVERLAY UTK JALAN LAMA)
PERTIMBANGAN KONSTRUKSI DAN PEMELIHARAAN
LINGKUNGAN
MATERIAL PERKERASAN
PERBANDINGAN PERENCANAAN
IMPLEMENTASI PERENCANAAN
- 2 -2. Pertimbangan Lingkungan
♣. Kelembaban :
Pola hujan dan penguapan
Permeabilitas lapisan aus
Kedalaman MAT (muka air tanah)
Permeabilitas relatif dari lapisan perkerasan
Bahu jalan tertutup atau tidak
Jenis perkerasan
PENGUAPAN RESAPAN KE PERKERASAN
RESAPAN KEBAHU LAPISAN PERKERASAN TRANSFER DARI REMBESAN BAHU JALAN PERGERAKAN UAP AIR DARI MAT DARI TEMPAT DARI LAPISAN TINGGI TANAH BAWAH MAT FLUKTUASI MAT
Gamb Pergerakan Air pd konstruksi perkerasan♣. Suhu Lingkungan:
Suhu lingkungan pengaruhnya cukup besar pada penampilan permukaan perkerasan
jika digunakan pelapisan permukaan dengan aspal, karena karakteristik dan sifat aspal
yang kaku dan regas pada temperatur rendah dan sebaliknya akan lunak dan visko
elastis pada suhu tinggi, sedangkan dengan perkerasan dengan beton temperatur yang
tinggi juga akan berpengaruh besar, terutama pada saat pelaksanaan konstruksi.
3. Evaluasi Lapisan Tanah Dasar (subgrade)
♣. Faktor pertimbangan estimasi daya dukung
Urutan pekerjaan tanah
Penggunaan kadar air (W) pada saat pemadatan dan kepadatan lapangan
(γd) yang dicapai
Perubahan kadar air selama usia pelayanan
Variabilitas tanah dasar
Ketebalan lapisan perkerasan total yang dapat diterima lapisan lunak
(subdrade).
♣. Pengukuran daya dukung subgrade
California Bearing Ratio (CBR)
Parameter elastis
Modulus Reaksi tanah dasar (k)
4. Material Perkerasan
Material berbutir lepas
Material terikat
Aspal
- 3 - Beton semen
5. Lau-Lintas Rencana
Jumlah sumbu yang lewat
Beban sumbu
Konfigurasi sumbu
♣.Konfigurasi sumbu dan ekivalensi
Jarak sumbu
Jumlah roda/sumbu
Dan beban sumbu
♣.Kebutuhan perencanaan ada empat jenis :
Sumbu tunggal roda tunggal
Sumbu tandem roda ganda
Sumbu tunggal roda ganda
Sumbu triple roda ganda
♣.Lajur Rencana
Lajur rencana yang diperhitungkan yaitu lajur rencana yang menerima beban terbesar.
♣.Usia Rencana, Beberapa tipikal usia rencana:
Lapisan perkerasan aspal baru, 20 – 25 thn
Lapisan perkerasan kaku baru, 20 – 40 thn
Lapisan tambahan (aspal, 10-15), (batu pasir, 10 – 20) thn.
♣.Angka pertumbuhan lalu-lintas
Jumlah lalu-lintas akan bertambah baik pada keseluruhan usia rencana atau pada
sebagian masa tersebut. Angka pertumbuhan lalu-lintas dapat ditentukan dari hasil
survei utk setiap proyek.
♣.Metoda perhitungan Lalu-lintas Rencana
Metoda yang akan digunakan tergantung dari data lalu-lintas yang ada dan prosedur
perencanaan yang digunakan. Secara ideal data lalu-lintas harus mencakup jumlah dan
berat setiap jenis sumbu dalam arus lalu-lintas.
6. Lapisan Perkerasan Lentur
♣. Karakteristik Perkerasan Lentur
Bersifat elastis juka menerima beban, sehingga dapat memberi kenyamanan bagi
pengguna jalan
Pada umumnya menggunakan bahan pengikat aspal
Seluruh lapisan ikut menanggung beban
Penyebaran tegangan kelapisan tanah dasar sedemikian sehingga tidak merusak
lapisan tanah dasar (subgrade)
Usia rencana maks. 20 thn (MKJI=23 thn)
Selama Usia rencana diperlukan pemeliharaan secara berkala (rutin
maintenance)
- 4 - LAPISAN PERMUKAAN (SURFACE COURSE) ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ LAPISAN PONDASI ATAS (BASE COURSE)
LAPISAN PONDASI BAWAH (SUBBASE COURSE)
LAPISAN TANAH DASAR
Gambar Susunan Lapisan Perkerasan Lentur♣. Lalu-Lintas Rencana utk Perkerasan Lentur
1. Persentase Kendaraan pada Lajur Rencana
Tabel: Jumlah Lajur berdasarkan lebar perkerasan
LEBAR PERKERASAN (L) JUMLAH LAJUR (n)
L < 5,50 M 1 LAJUR
5,50 M ≤ L < 8,25 M 2 LAJUR
8,25 M ≤ L < 11,25 M 3 LAJUR
11,25 M ≤ L < 15,00 M 4 LAJUR
15,00 M ≤ L < 18,75 M 5 LAJUR
18,75 M ≤ L < 22,00 M 6 LAJUR
Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur ditentukan dari lebar
perkerasan, lihat tabel berikut:
Tabel: Koef. Distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada jalur rencana JUMLAH LAJUR
KENDARAAN RINGAN * KENDARAAN BERAT **1 ARAH 2 ARAH 1 ARAH 2 ARAH
1 LAJUR 1,00 1,00 1,00 1,00
2 LAJUR 0,60 0,50 0,70 0,503 LAJUR 0,40 0,40 0,50 0,4754 LAJUR --- 0,30 --- 0,455 LAJUR --- 0,25 --- 0,4256 LAJUR --- 0,20 --- 0,40* Berat total < 5 ton, mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
**Berat total ≥ 5 ton, Bus, Truck, Traktor, semi trailer, dan trailer2. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
Mengurangi lendutan dan tegangan pada sambungan, sehingga
menembah daya dukung beban pelat dan menambah usia pelat.
Mengurangi dampak reaksi kendaraan pada saat melintasi
sambungan dan memberikan kenyamanan yang lebih baik.
SAMB. SERONG
TEPI LUAR 1-1,5 M
BAHU
LAJUR 1
- 28 -
TIE BAR LAJUR 2 TIE BAR
DOWEL SAMB. MEMANJANG
LAJUR 3
JARAK SAMB. MELINTANG TEPI DALAM
DOWEL TIE BAR
GAMBAR : TATA LETAK SAMBUNGAN PERKERASAN KAKU
Dimensi Sambungan :
Biasanya kedalaman takikan sambungan susut melintang ¼ tebal pelat dan
sambungan memanjang 1/3 ketebalan pelat.
3) Dimensi Bahan Penutup Sambungan :
Sambungan susut :
Pada umumnya dalam nya berbanding lebar berkisar antara 1 – 1,5, dengan
kedalaman minimum 9,5 mm (3/8 inci) untuk sambungan memanjang dan 12,5
mm (1/2 inci) untuk sambungan melintang.
Menurut AASHTO’86 : disyaratkan lebar bukaan ≤0,04 inci untuk sambungan
tanpa ruji (dowel)
Menurut Yoder & Witczak : lebar bukaan ≤ 0,04 inci untuk sambungan tanpa
dowel, lebar bukaan ≤ 0,25 inci untuk sambungan dengan dowel.
Menurut SKBI 2.3.28.1988 : lebar retakan minimum (mm) = 0,45 x panjang pelat
(m) umumnya lebar retakan yang diijinkan berkisar antara 1 – 3 mm, tetapi untuk
mempermudah pengisian bahan penutup, lebar bukaan pada bagian atas
diperlebar maks. 6 – 10 mm dengan kedalaman tidak lebih dari 20 mm, dan
semua sambungan susut melintang harus dipasang ruji (dowel). Untuk bahan
penutup “ Premoded “.
Sambungan Muai, sambungan ini berdasarkan pengalaman, ini juga tergantung
bahan pengisi, pada umumnya dimensi nya akan lebih besar dari sambungan
susut.
Sambungan Pelaksanaan, menurut AASHTO’86,
10 mm
¼h Takikan h
- 29 - Sambungan Susut Melintang tanpa Dowel
4) DOWEL (RUJI):
Dowel berupa batang baja tulangan polos maupun profil, yang digunakan sarana
penyambung/pengikat pada beberapa jenis sambungan pelat beton perkerasan
jalan:
Tabel : Ukuran dan Jarak batang dowel (ruji) disarankan :
TEBAL PELAT
PERKERASAN
D O W E L
DIAMETER PANJANG JARAK
INCI MM INCI MM INCI MM INCI MM
6 150 ¾ 19 18 450 12 300
7 175 1 25 18 450 12 300
8 200 1 25 18 450 12 300
9 225 1 ¼ 32 18 450 12 300
10 250 1 ¼ 32 18 450 12 300
11 275 1 ¼ 32 18 450 12 300
12 300 1 ½ 38 18 450 12 300
13 325 1 ½ 38 18 450 12 300
14 350 1 ½ 38 18 450 12 300
Dowel berfungsi sebagai penyalur beban pada sambungan, yang dipasang
dengan separoh panjang terikat dan separoh diberikan pelumas agar bebas
bergeser.
Maks. = 20 mm 6 – 10 mm bahan penutup
¼ h h/2
h d ½ Ld ½ Ld h/2
Btg polos diminyaki/dicat d = diameter batang dowel, Ld = panjang batang dowel h = tebal pelat beton perkerasanGambar : Sambungan Susut Melintang dengan dowel.
Bahan Penutup 19 mm 50 mm 25 mm
¼ h
- 30 -
½ h h d ½ h Bahan pengisi/filler Btg polos diminyaki
½ Ld ½ Ld d = diameter batang dowel, Ld = panjang batang dowel h = tebal pelat beton perkerasan Gambar : Sambungan Muai dengan dowel.
5. Batang Pengikat (Tie Bar)
Btg pengikat baja profil 6-10 mm
Bahan penutup h/4 12 mm d h h/3 12 mm 50 mm
Lt/4 Lt/4
Lt = panjang batang pengikat (tie bar) dari baja tulangan yang diprofilkan dapat dibengkokan dan diluruskan kembali tanpa rusak, d = diameter tie bar, h = tebal pelat perkerasan.
Gambar : Sambungan Pelaksanaan Memanjang dengan lidah Alur dan Tie Bar (batang pengikat).
- 31 -
3
2
1
No
• mencari, mengumpulkan, danmenyusun informasi yang adauntuk mendeskripsikan suatupengetahuan.
Discovery Learning
• mempelajari dan menjalankansuatu peran yang ditugaskankepadanya.
• atau mempraktekan/mencobaberbagai model (komputer) yang telah disiapkan.
Simulasi
• membentuk kelompok (5-10)• memilih bahan diskusi• mepresentasikan paper dan
mendiskusikan di kelas
Small Group Discussion
KEMAMPUAN APA YANG BISA DIPEROLEH MAHASISWA
YANG DILAKUKAN MAHASISWA
MODEL BELAJAR
KEMAMPUAN YANG DIPEROLEH MAHASISWA
6
5
4
No
• Bekerja sama dengananggota kelompoknya dalammengerjakan tugas
• Membuat rancangan prosesdan bentuk penilaianberdasarkan konsensuskelompoknya sendiri.
Collaborative Learning
• Membahas danmenyimpulkan masalah/ tugas yang diberikan dosensecara berkelompok.
Cooperative Learning
• merencanakan kegiatanbelajar, melaksanakan, danmenilai pengalamanbelajarnya sendiri.
Self-Directed Learning
KEMAMPUAN APA YANG BISA DIPEROLEH MAHASISWA
YANG DILAKUKAN MAHASISWA
MODEL BELAJAR
KEMAMPUAN YANG DIPEROLEH MAHASISWA
- 32 -
Problem Based Learning
Project Based Learning
Contextual Instruction
MODEL BELAJAR
KEMAMPUAN APA YANG BISA DIPEROLEH MAHASISWA
YANG DILAKUKAN MAHASISWA
No
• Belajar dengan menggali/ mencari informasi (inquiry) sertamemanfaatkan informasitersebut untuk memecahkanmasalah faktual/ yang dirancangoleh dosen .
9
• Mengerjakan tugas ( berupaproyek) yang telah dirancangsecara sistematis.
• Menunjukan kinerja danmempertanggung jawabkan hasilkerjanya di forum.
8
• Membahas konsep (teori) kaitannya dengan situasi nyata
• Melakukan studi lapang/ terjun didunia nyata untuk mempelajarikesesuaian teori.
7
KEMAMPUAN YANG DIPEROLEH MAHASISWA
K OMPETENSI : ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
MK : ………….......................................................... Sem: …… sks : ….
(6)
BOBOT NILAI (%)
(5)
BENTUK PEMBELA
JARAN
(4)
BAHAN/ SUBSTANSI KAJIAN
(3)
KRITERIA PENILAIAN
(INDIKATOR) (ATRIBUT Soft Skill)
(2)
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
(KOMPETENSI)
(1)
MINGGU KE
- 33 -
FOCUS GRUP DISCUSSIONFOCUS GRUP DISCUSSION• Identifikasi semua kemanpuan yang akan
didapatkan mahasiswa/peserta pada 9 metodepembelajaran SCL yang diberikan.
• Kemukakan alasan yang mendukung kenapakemanpuan tersebut bisa dicapai.
• Check kemanpuan yang sudah diberikan penila-ian oleh Bapak/ Ibu dan kira-kira berapa prosen-tasinya menentukan kelulusan mahasiswa?
• Metode yang mana yang sering Anda aplikasikandi dalam proses pembelajaran pada matakuliahAnda. Apa kekurangan yang Anda identifikasi(diwakili oleh presenter).