TUGAS PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I PERKEMBANGAN MORAL DAN PSIKOSEKSUAL Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan I Oleh : Angga Dwi Putra : 41183507140032 Syifa Pujianti : 41183507140046 Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam 45 Bekasi Psikologi Perkembangan Page 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I
PERKEMBANGAN MORAL DAN PSIKOSEKSUAL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan I
Oleh :
Angga Dwi Putra : 41183507140032
Syifa Pujianti : 41183507140046
Program Studi Psikologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam 45 Bekasi
Psikologi Perkembangan Page 1
Tahun 2014
Psikologi Perkembangan Page 2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................1
BAB I PENDAHULUAN..................................................2
1.1 Latar Belakang.................................................21.2 Rumusan Masalah................................................3
1.3 Tujuan.........................................................3BAB II PEMBAHASAN...................................................4
2.1 Definisi dan Pengertian Perkembangan Moral dan Psikoseksual....4
2.1.1 Definisi dan Pengertian Perkembangan Moral.................42.1.2 Karakteristik Perkembangan Moral...........................6
2.1.3 Definisi dan Pengertian Psikoseksual......................142.1.4 Karakteristik Psikoseksual................................15
2.2 Tugas Perkembangan Moral dan Psikoseksual.....................242.2.1 Hambatan Penyelesaian Tugas Perkembangan..................25
2.3 Faktor yang Mendukung dan Faktor yang Menghambat..............252.3.1 Faktor yang Mendukung.....................................25
2.3.2 Faktor yang Menghambat....................................273.1 Contoh Kasus dan Penanganan...................................28
BAB III KESIMPULAN..................................................36
BAB IV DAFTAR PUSTAKA..............................................39
Psikologi Perkembangan Page 3
Psikologi Perkembangan Page 4
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Psikologi perkembangan adalah cabang dari ilmu
psikologi yang memfokuskan pengakajiannya pada
kehidupan individu dilihat dari tahap-tahap
perkembangan yang dilalui dan usia pada tahap
tersebut dalam satu rentang kehidupan, yaitu
sebelum lahir hingga usia lanjut. Dalam pengertian
lain, psikologi perkembangan adalah cabang ilmu
psikologi yang mempelajari tentang perubahan
tingkah laku dan proses mental sepanjang kehidupan
seseorang mulai dari konsepsi sampai meninggal.
Perkembangan dipandang sebagai proses yang
dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang
dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah
laku apa yang akan diaktualisasikan dan di
manifestasi. Para ahli psikologi tertarik akan
masalah seberapa jauhkah perkembangan manusia
dipengaruhi oleh perkembangan masyarakatnya.
Perhatian psikologi perkembangan yang utama tertuju
pada perkembangan manusianya sebagai person.
Masyarakat merupakan tempat berkembangnya person.
Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses
kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja
dapat diulang kembali. Perkembangan juga berkaitan
Psikologi Perkembangan Page 5
dengan belajar khususnya mengenai isi proses
perkembangan. Dengan demikian perkembangan dapat
diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang
menuju kearah suatu organisasi pada tingkat
integrasi yang lebih tinggi berdasarkan
pertumbuhan, pemasakan dan belajar.
Dalam upaya untuk memahami perkembangan manusia
kita perlu menelusuri berbagai karakteristik bawaan
yang memberikan awal kehidupan khusus bagi tiap
orang. Kita juga perlu mempertimbangkan banyak
faktor lingkungan, atau pengalaman yang
mempengaruhi orang, terutama pada konteks utama
seperti keluarga, lingkungan tempat tinggal, status
ekonomi sosial, suku bangsa dan budaya kita perlu
menulusuri berbagai pengaruh yang berdampak
terhadap banyak atau kebanyakan orang pada usia
atau waktu tertentu didalam sejarah serta pada hal-
hal yang hanya berdampak terhadap beberapa
individual.
1.2Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan pengertian Perkembangan
Moral dan Psikoseksual?
2. Apa saja karakteristik Perkembangan Moral dan
Psikoseksual?
Psikologi Perkembangan Page 6
3. Apa saja tugas perkembangan
terhadap Perkembangan Moral dan Psikoseksual?
4. Apa saja faktor yang menghambat
dan yang mendukung dan menghambat Perkembangan
Moral dan Psikoseksual?
5. Bagaimana contoh kasus
Perkembangan Moral dan Psikoseksual dan bagaimana
cara penanganannya?
1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dan
pengertian Perkembangan Moral dan Psikoseksual.
2. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik
Perkembangan Moral dan Psikoseksual.
3. Untuk mengetahui dan memahami tugas
perkembangan terhadap Perkembangan Moral dan
Psikoseksual.
4. Untuk mengetahui dan memahami factor-faktor
yang menghambat dan mendukung Perkembangan Moral
dan Psikoseksual.
5. Untuk mengetahui dan memahami kasus-kasus
Perkembangan Moral dan Psikoseksual dan cara
penanganannya.
Psikologi Perkembangan Page 7
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Pengertian Perkembangan Moral dan
Psikoseksual
2.1.1 Definisi dan Pengertian Perkembangan
Moral
Kata moral sering kali diperbincangkan di
masyarakat, dimanapun dan kapan pun. Moral berasal dari
bahasa latin, yaitu Mos yang berarti adat istiaat,
kebiasaan, cara, tingkah laku, dan kelakuan. Istilah
moral berasal dari kata Latin “Mores” yang artinya tata
cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan.
Menurut Sjarkawi, secara istilah moral merupakan
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok daam mengatur tigkah lakunya. Sementara itu,
Aliah B. Purwakania Hasan mendefinisikan moral dengan
suatu kapasitas yang dimiliki oleh individu untuk
membedakan yang benar dan yang salah, bertindak atas
perbedaan tersebut, dan mendapatkan penghargaan diri
ketika melakukanyang benar dan merasa bersalah atau
malu ketika melanggar standar tersebut.
Desmita mengungkapkan bahwa perkembangan moral
adalah perkembangan yang berkaitan denngan aturan dan
Psikologi Perkembangan Page 8
konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh
individu dalam interaksinya dengan orang lain.
Menurutnya anak-anak pada saat dilahirkan tidak
memiliki moral (immoral), tetapi dalam dirinya terdapat
potensi moral yang siap untuj dikembangkan. Melalui
pengalamannya ketika berinteraksi dengan orang lain,
anak belajar memahami perilaku mana yang baik yang
boleh ndilakukan, dan tingkah laku mana yang buruk yang
tidak boleh dilakukan.
Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai
tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi.
Moral merupakan kaidah nor`ma dan pranata yang mengatur
perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok
sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar baik-
buruk yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai
sosial budaya di mana individu sebagai anggota sosial.
Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan
seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial
secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku moral
diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh
keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
perkembangan moral adalah perubahan psikis yang
memungkinkannya dapat mengetahui mana perilaku yang
baik yang harus dilakukan dan mengetahui mana perilaku
Psikologi Perkembangan Page 9
yang buruk yang harus dihindarinya berdasarkan norma-
norma tertentu.
Bagi para ahli tidak menimbulkan masalah terhadap
anggapan atau pernyataan bahwa aspek moral adalah
sesuatu yang berkembang dan diperkembangkan. Ketika
dilahirkan, anak belum dan tidak membawa aspek moral.
Baik teori psikoanalisa maupun teori belajar juga tidak
mempermasalahkan hal ini, dan bahwa keduanya juga
mengemukakan aspek moral sebagai sesuatu yang
berkembang dan diperkembangkan. Tentang bagaimana aspek
moral ini berkembang dan diperkembangkan kedua teori
memberikan pendekatan yang berlawanan.
Bagi para ahli psikoanalisa perkembangan moral
dipandang sebagai proses internalisasi norma-norma
masyarakat dan sebagai kematangan dari sudut organik-
biologik. Bagi para ahli teori belajar perkembangan
moral dipandang sebagai hasil rangkaian-rangkaian
rangsang jawaban yang dipelajari oleh anak, berupa
hukuman dan pujian yang sering dialami oleh anak.
Terlepas dari perbedaan pendekatan untuk menerangkan
mengenai proses perkembangan moral, keduanya tidak
bertentangan dalam mengemukakan konsepnya bahwa
seseorang memperlihatkan adanya perkembangan moral jika
perilakunya sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam
masyarakatnya.
Psikologi Perkembangan Page 10
Perkembangan moral bersangkut paut dengan
bertambahnya kemampuan menyesuaikan diri terhadap
aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang ada dalam
lingkungan hidupnya atau dalam masyarakatnya. Seseorang
dikatakan telah memperkembangkan aspek moral, bilamana
ia telah menginternalisasikan atau telah mempelajari
aturan-aturan atau kaidah-kaidah kehidupan didalam
masyarakat dan bisa memperlihatkan dalam perilaku yang
terus menerus atau menetap.
Apabila awal masa kanak-kanak akan berakhir,
konsep moral anak tidak lagi sesempit dan sekhusus
sebelumnya. Anak yang lebih besar lambat laun
memperluas konsep sosial sehingga mencakup situasi apa
saja, lebih daripada hanya situasi khusus. Di samping
itu, anak yang lebih besar menemukan bahwa kelompok
sosial teribat dalam berbagai tingkat kesungguhan pada
berbagai macam perbuatan. Pengetahuan ini kemudian
digabungkan dalam konsep moral dan memunculkan adanya
kode moral.
Kode moral berkembang dari konsep-konsep moral
yang umum. Pada akhir masa kanak-kanak seperti halnya
awal mmasa remaja, kode moral sangat dipengaruhi oleh
standar moral dari kelompok di masa anak
mengidentifikasi diri. Ini tidak berarti bahwa anak
meninggalkan kode moral keluarga untuk mengikuti kode
Psikologi Perkembangan Page 11
kelompok ia bergabung. Hal ini berarti, jikalau anak
harus memilih, anak akan mengikuti standar-standar geng
selama mereka bersama dengan geng sebagai sarana untuk
mempertahankan statusnya dalam geng.
Ketika anak mencapai akhir masa kanak-kanak, kode
moral berangsur-angsur mendekati kode moral dewasa,
yang dengannya anak berhubungan dan perilakunya semakin
sesuai dengan standar-standar yang ditetapkan oleh
orang dewasa. Dilaporkan bahwa anak yang mempunyai IQ
tinggi cenderung lebih matang dalam penilaian moral
daripada anak yang tingkat kecerdasannya lebih rendah
dan anak perempuan cenderung membentuk penilaian moral
yang lebih matang daripada anak laki-laki.
2.1.2 Karakteristik Perkembangan Moral
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari
tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan
perkembanganpenalaran moralnya seperti yang
diungkapkan.
Tokoh yang paling dikenal dalam kaitannya dengan
pengkajian perkembangan moral adalah Lawrence E.
Kohlberg. Ia mulai melakukan wawancara-wawancara
tehadap anak-anak maupun para remaja dan menghasilkan
disertasi pada tahun 1958 dengan judul : The
Development of Modes of Thinking and Choice in the year
Psikologi Perkembangan Page 12
10 to 16. Ini merupakan titik tolak teorinya mengenai
penahapan perkembangan moral.
Pada tahun 1958 Kohlberg melakukan penelitian
empiris lintas kelompok usia tentang cara pertimbangan
moral terhadap 72/75 orang anak dan remaja yang berasal
dari daerah sekitar Chicago. Anak-anak dibagi ke dalam
tiga kelompok usia. Yaitu kelompok usia 10, 13, 16
tahun. Penyelidikan dilanjutkan pada tahun 1963 dengan
kelompokumur yang lebih muda yakni kelompok umur 7, 10,
13, 16 tahun. Pada tahun 1970 penyelidikan dilakukan di
Meksiko, Taiwan, Turki dan Yucatan. Penelitiannya
dilakukan dengan cara menghadapkan para subjek
penelitian/responden kepada berbagai dilema moral dan
selanjutnya mencatat semua reaksi mereka.
Kohlberg menyusun suatu rangkaian cerita yang
isinya atau temanya merupakan suatu dilema dan
memeberikannya kepada anak-anak lalu diikutinya dengan
wawancara. Yang menarik bukan jawaban-jawaban yang
diucapkan dengan kata ya atau tidak, melainkan apa yang
melandasi jawaban tersebut dan ini ternyata dari alasan
mengapa jawaban itu diberikan.
Berdasarkan penelitiannya, tampak bahwa anak-anak
dan remaja menafsirkan segala tindakan dan perilakunya
sesuai dengan struktur mental mereka sendiri dan
menilai hubungan sosial dan perbuatan tertentu sebagai
Psikologi Perkembangan Page 13
adil atau tidak adil, baik atau buruk, juga seiring
dengan tingkat perkembangan atau struktur moral mereka
masing-masing.
Kohlberg menarik sejumlah kesimpulan dari
penelitiannya, sebagai berikut:
a. Penilaian dan perbuatan moral pada intinya
bersifat rasional. Keputusan moral bukanlah soal
perasaan atau nilai, melainkan selalu mengandung
suatu tafsiran kognitif terhadap keadaan dilema
moral dan bersifat kontruksi kognitif yang
bersifat aktif terhadap titik pandang masing-
masing individu sambil mempertimbangkan segala
macam tuntutan, hak, kewajiban dan keterlibatan
setiap pribadi terhadap sesuatu yang baik dan
adil. Kesemuanya merupakan tindakan kognitif.
b. Terdapat sejumlah tahap pertimbangan moral yang
sesuai dengan pandangan formal harus diuraikan dan
yang biasanya digunakan remaja untuk
mempertanggung jawabkan perbuatan moralnya.
c. Membenarkan gagasan Jean Piaget bahwa pada masa
remaja sekitar umur 16 tahun telah mencapai tahap
tertinggi dalam proses pertimbangan moral.
Sebagaimana penelitian Piaget telah membuktikan,
bahwa baru pada masa remaja pola pemikiran
operasional-formal berkembang. Demikian pula
Psikologi Perkembangan Page 14
Kohlberg menunjukkan adannya kesejajaran antara
perkembangan kognitif dengan perkembangan moral,
yaitu bahwa pada masa remaja dapat juga dicapai
tahap tertinggi perkembangan moral yang ditandai
dengan kemampuan remaja menerapkan prinsip
keadilan universal pada penilaian moralnya.
Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan
mengklarifikasi respons yang dimunculkan kedalam enam
tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi
kedalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional,
pasca-konvensional :
1. Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini, anak tanggap terhadap
aturan-aturan budaya dan ungkapan-unkapan budaya
mengenai baik dan buruk serta benar dan salah.
Namun demikian, semua ini masih ditafsirkan dari
segi akibat fisik atau kenikmatan perbuatan
(hukuman, keuntungan, pertukaran kebaikan) atau
dari segi kekuatan fisik mereka yang memaklumkan
peraturan.
Tingkat Prakonvensional ini memiliki dua
tahap, yaitu :
Tahap 1 : Orientasi hukuman dan kepatuhan
Pada tahap ini, akibat-akibat fisik suatu
perbuatan menentukan baik buruknya tanpa
Psikologi Perkembangan Page 15
menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari
akibat tersebut. Anak hanya semata-mata
menghindari hukuman dan tunduk pada kekuasaan
tanpa mempersoalkannya.
Tahap 2 : Orientasi relativis-instrumental
Pada tahap ini, perbuatan yang dianggap benar
adalah perbuatan yang merupakan cara atau
alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan
kadanng-kadang juga kebutuhan orang lain.
Hubungan antarmanusia dipandang seperti
hubungan di pasar yang berorientasi pada
untung rugi. Disini terdapat elemen kewajaran
tindakan yang bersifat resiprositas dan
pembagian sama rata, tetapi ditafsirkan
secara fisik dan pragmatis. Resiprositas
dilukiskan oleh Kohlberg dengan kalimat :
“Jika engkau mau menggarukkan punggungku maka
aku juga akan menggarukkan punggungmu”. Jadi,
hubungan disini bukan atas dasar loyalitas,
rasa terima kasih atau keadilan.
2. Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini, anak-anak hannya menuruti
harapan keluarga, kelompok atau masyarakat. Semua
ini dipandang sebagai hal yang bernilai dalam
dirinya sendiri tanpa mengindahkan akibat yang
Psikologi Perkembangan Page 16
bakal muncul. Sikap anak bukan saja konformitas
terhadap pribadi dan tata tertib sosial, melainkan
juga loyal terhadapnya dan secara aktif
mempertahankan, mendukung dan membenarkan seluruh
tata tertib serta mengidentifikasikan diri dengan
orang atau kelompok yang terlibat.
Tingkat konvensional ini memilliki dua tahap,
yaitu :
Tahap 3 : Orientasi kesepakatan antara
pribadi atau disebut orientasi “Anak
Manis”
Pada tahap ini, perilaku yang dipandang
baik adalah yang menyenangkan dan
membantu orang lain serta yang
disetujui oleh mereka. Terdapat banyak
konformitas terhadap gambaran
stereotipe mengenai apa itu perilaku
mayoritas atau alamiah. Perilaku sering
dinilai menurut niatnya sehingga
seringkali muncul pikkiran dan ucapan
“sebenarnya dia bermaksud baik;. Mereka
berpandangan bahwa orang akan
mendapatkan persetujuan orang yang
baik.
Tahap 4 : Orientasi hukum dan
ketertiban
Psikologi Perkembangan Page 17
Pada tahap ini, terdapat orientasi
terhadap otoritas, aturan yang tetap
dan penjagaan tata tertib sosial.
Perilaku yang baik adalah semata-mata
melakukan kewajiban sendiri,
menghormati otoritas dan menjaga tata
tertib sosial yang ada. Semua ini
dipandang sebagai sesuatu yang bernilai
dalam dirinya.
3. Tingkat Pascakonvensional
Pada tingkatan usaha yang jelas untuk
merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang
memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas
dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang
pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari
identifikasi diri dengan kelompok tersebut.
Tingkat ini memiliki dua tahap, yaitu :
Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial legalitas
Pada tahap ini, individu pada umumnya sangat
bernada utilitarian. Artinya, perbuatan yang
baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak
dan ukuran individual umum yang telah diuji
secara kritis dan telah disepakati oleh
masyarakat. Pada tahap ini terdapat kesadaran
yang jelas mengenai relativisme nilai dan
Psikologi Perkembangan Page 18
pendapat pribadi sesuai relativisme nilai
tersebut. Terdapat penekanan atas aturan
prosedural untuk mencapai kesepakatan,
terlepas dari apa yang telah disepakati
secara konstitusional dan demokratis, dan hak
adalah masalah nilai dan pendapat pribadi.
Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandang
legal, tetapi dengan penekanan pada
kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan
pertimbangan rasional mengenai manfaat
sosial. Di luar bidang hukum, persetujuan
bebas dan kontrak merupakan unsur pengikat
kewajiban.
Tahap 6 : Orientasi prinsip dan etika
universal
Pada tahap ini, hak ditentukan oleh keputusan
suara batin sesuai dengan prinsip-prinsip
etis yang dipilih sendiri dan yang mengacu
kepada komprehensivitas logis, universalitas
dan konsistensi logis. Prinsip-prinsip ini
bersifat abstrak dan etis, bukan merupakan
peraturan moral konret. Pada dasarnya inilah
prinsip-prinsip universal keadilan,
resiprositas, persamaan hak asasi manusia
serta rasa hormat kepada manusia sebagai
pribadi.
Psikologi Perkembangan Page 19
Tingkata
n
Jenis
moralitasTahapan Orientasinya
Gambaran
perilaku
Tingkat
I:
Pra-
konvensioa
nal
-Tahap
1
-Tahap
2
:orientasi
hukuman
:orientasi
ganjaran
:mematuhi
peraturan untuk
menghindari
hukuman.
:memastikan
akan mendapat
ganjaran,
mendapat balas
budi.
Tingkat
II:
Konvension
al
-Tahap
3
-Tahap
4
:orientasi
anak (pr)
baik / anak
(lk) baik
:orientasi
otoritas
:memastikan
penghindaran
rasa tidak
setuju dari
orang lain.
:memegang teguh
uu dan kaidah
sosial untuk
menghindari
ketidaksetujuan
dari pemegang
otoritas serta
perasaan
Psikologi Perkembangan Page 20
bersalah tidak
“melakukan
tugas”.
Tingkat
III:
Pasca-
konvension
al
-Tahap
5
-Tahap
6
:orientasi
kontrak
sosial
:orientasi
asas etis
:tindakan yg
dibimbing oleh
asas-asas yang
biasa disetujui
sebagai hal
yang penting
bagi
kesejahteraan
umum; asas2 yg
dijunjung
tinggi untuk
mempertahankan
penghargaan
dari teman
sebaya
merupakan
penghargaan
diri.
:tindakan
dibimbing oleh
asas-asas etis
atas pilihan
Psikologi Perkembangan Page 21
sendiri (yang
biasanya
menilai
keadilan, harga
diri dan
persamaan);asas
yg dijunjung
tinggi untuk
menghindaripeny
esalan diri.
Berdasarkan tingkatan dan tahapan perkembangan
moral, Kohlberg menerjemahkannya ke dalam motif-motif
individu dalam melakukan perbuatan moral. Sesuain
dengan tahapan perkembangan moral, motif-motif perilaku
moral manusia adalah sebagai berikut :
Tahap 1
Perbuatan moral individu dimotivasi oleh
penghindaran terhadap hukuman dan suara hati yang
pada dasarnya merupakan ketakutan irasional
terhadap hukuman.
Tahap 2
Psikologi Perkembangan Page 22
Perbuatan moral individu dimotivasi oleh keinginan
untuk mendapatkan ganjaran dan keuntungan. Sangat
boleh jadi reaksi rasa bersalah diabaikan dan
hukuman dipandang secara pragmatis (membedakan
rasa takut, rasa nikmat, atau rasa sakit dari
akibat hukuman).
Tahap 3
Perbuatan moral individu dimotivasi oleh
antisipasi terhadap celaan orang lain, baik yang
nyata atau yang dibayangkan secara hipotesis.
Tahap 4
Perbuatan moral individu dimotivasi oleh
antisipasi terhadap celaan yang mendalam karena
kegagalan dalam melaksanakan kewajiban dan rasa
bersalah diri atas kerugian yang dilakukan
terhadap orang lain.
Tahap 5
Perbuatan moral individu dimotivasi oleh
keprihatinan terhadap upaya mempertahankan rasa
hormat terhadap orang lain dan masyarakat yang
didasarkan atas akal budi dan bukan berdasarkan
emosi, keprihatinan terhadap rasa hormat bagi diri
sendiri (misalnya, untuk menghindari sikap
menghakimi diri sendiri sebagai makhluk yang tidak
rasional, tidak konsisten dan tanpa tujuan).
Tahap 6
Psikologi Perkembangan Page 23
Perbuatan moral individu dimotivasi oleh
keprihatinan terhadap sikap mempersalahkan diri
karena melanggar prinsip-prinsipnya sendiri.
Individu cenderung membedakan antara rasa hormat
dari masyarakat dengan rasa hormat dari diri
sendiri. Selain itu juga dibedakan antara rasa
hormat terhadap diri karena mencapai rasionalitas
dan rasa hormat terhadap diri sendiri karena
mencapai rasionalitas dan rasa hormat terhadap
diri sendiri karena mampu mempertahankan prinsip-
prinsip moral.
2.1.3 Definisi dan Pengertian Psikoseksual Pada awal masa remaja, sebagian anak muda
mengalami suatu masa perkembangan jasmani yang sangat
cepat (lonjakan pertumbuhan masa remaja) diiringi
dengan perkembangan bertahap dari organ-organ
reproduksi serta karakteristikseks kedua. Perubahan-
perubahan ini terjadi kira-kira selama dua tahun selama
dua tahun dan memuncak pada masa pubertas, yang
ditandai oleh menstruasi pada anak perempuan dan
munculnya sel-sel sperma hidup dalam urine anak laki-
laki.
Terdapat berbagai ragam usia pada saat mencapai
masa pubertas. Anak laki-laki dan perempuan rata-rata
mencapai tinggi dan berat badan yang samasampai kira-
Psikologi Perkembangan Page 24
kira usia 11 tahun, pada waktu secara tiba-tiba anak
perempuan melonjak dalam kedua dimensi. Anak perempuan
bertahan pada perbedaan ini selama kira-kira 2 tahun,
pada titik mana anak laki-laki. Melesat maju secara
pasti, dan tetap demikian sepanjang hidup. Perbedaan
kecepatan perkembangan fisik tersebut sangat
mencolokdalam ruang kelas sekolah menengah pertama
(smp), dimana dapat diamatipara remaja putri yang sudah
matang duduk berdampingan dengan laki-laki yang belum
matang.
Meskipun anak perempuan umumnya menjadi matang
lebih awal daripada laki-laki, terdapat perbedaan
individual yang besar. Anak laki-laki yang terlambat
matang mengahadapi kesulitan utama dalam penyesuaian
yang disebabkan oleh pentingnya kekuatan dan keunggulan
fisik dalam kegiatan sesama teman.
Akibat dari kecepatan masa pubertas kurang
berpengaruh pada anak perempuan. Beberapa anak
perempuan yang cepat matang mungkin berbeda dalam
keadaan yang kurang menyenangkan karena mereka lebih
besar daripada teman sekelas mereka ditahun terakhir di
sekolah dasar, tatapi pada waktu menginjal masa sekolah
lanjutan pertama, mereka yang cepat matang cenderungng
memiliki lebih banyak prestise diantara teman sekelas
dan memegang pimpinan dalam berbagai kegiatan sekolah.
Psikologi Perkembangan Page 25
Pada tahap ini anak perempuan yang terlambat
matang,seperti halnya laki-laki kurang memiliki
konsepdiri dan mempunyai hubungan yang jelek dengan
orang tua dan teman sebaya mareka.
2.1.4 Karakteristik Psikoseksual
Teori Psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh
Sigmund Freud. Sebagai ilmuwan Freud melihat hukum-
hukum energi yang ada dalam lapangan fisika yang
berlaku untuk benda-benda di dalam alam ini, bisa
diterapkan untuk kehidupan mental seseorang. Dilihatnya
manusia sejak lahir mempunyai naluri, mempunyai
kebutuhan dan mempunyai dorongan yang slaing
berhubungan satu sama lain, sehingga jelas ada unsur
tenaga atau kekatan pada kehidpan psikis seseorang.
Tenaga atau kekuatan psikis ini yang mempunyai
latar belakang biologis disebut libido, dan sebagai
naluri sudah ada pada setiap manuisa pada waktu
dilahirkan. Karena merupakan tenaga atau kekuatan,
libido ini mendorong timbulnya tingkah laku seperti
berpikir dan mengingat sesuatu. Dalam perkembangannya,
pusat atau daerah libido ini berpindah-pindah dan ini
merupakan pula dasar uraiannnya mengenai perkembangan
kepribadian.
Psikologi Perkembangan Page 26
Libido sebagai naluri adalah salah satu diantara
konsep-konsep naluri yang dikemukakan oleh Freud, yakni
:
1) Naluri-Kehidupan, yang berhubungan dengan doronga-
dorongan untuk hidup, merasa haus dan lapar dan
timbul kebutuhan serta dorongan untuk memperoleh
makanan. Yang termasuk naluri kehidupan ini ialah
naluri untuk menghindar dari rasa sakit dan
kemungkinan-kemungkinan melukai diri serta naluri
agresif.
2) Naluri Kematian (Thanatos), ialah naluri-naluri
yang berakibat negative bagi kelanjutan kehidupan
manusia, dengan sifat merusak diri.
3) Naluri Libido (Eros)
Konsep libido dari Freud ini yang menghendaki
kenikmatan dihubungkan dengan latar belakang seks
yang sangat menghebohkan pada waktu itu, sebab
libido sudah ada pada bayi, berarti ada fungsi-
fungsi kenikmatan seks pada bayi. Ada tingkatan-
tingkatan fungsi dan kehidupan dari Libido atau
naluri seks ini dan yang kemudian dikenal dengan
perkembangan Psikoseksual.
Sebelum membicarakan perkembangan
psikosekualitas yang merupakan inti tulisan
mengenai konsep-konsep yang dikemukakan Freud akan
Psikologi Perkembangan Page 27
diuraikan lebih dulu mengenai struktur kepribadian
menurut konsep Freud.
Ada tiga tingkatan kehidupan pada manusia,
yakni :
1. Animal
2. Logika dan rasional
3. Moral
Dasar perkembangan psikoseksual ini adalah
pertumbuhan dan kematangan fisiologis pada bagian-
bagian atau tempat-tempat tertentu dalam tubuh.
Setiap tahap perkembangan ditandai oleh
berfungsinnya dorongan-dorongan Libidinal yang ada
pada daerah-daerah tertentu yang menjadi dasar
seluruh perkembangan kepribadian dengan ciri-ciri
tingkah lakunya.
Penahapan ini menghasilkan tahap-tahap yang
tersusun dalam urutan-urutan yang tetap dan
mempunyai sifat universal dalam siklus kehidupan
manusia.
Psikologi Perkembangan Page 28
Gambar 1 Tahap Psikoseksual
1. Tahap Oral( 0 – 1;0 thn)
Tahap oral ini merupakan tahap pertama
perkembangan psikoseksual pada mana bayi
memperoleh dan merasakan kepuasan dan kenikmatan
yang bersumber pada daerah mulutnya. Kepuasan dan
kenikmatan ini timbul oleh adanya hubungan antara
perasaan lapar, kemudian gelisah dan minuman atau
makanan (air susu) yang diberikan kepada bayi.
Kegiatan pada daerah mulut menimbulkan kepuasan
karena menghilangkan perasaan tidak enak yang
telah timbul yakni lapar. Kegiatan menjadi
berkurang, dan dalam kepuasanitu bayi akan lebih
tenang.
Ada rangsang lapar dan kemudian perlakuan
ibunya atau orang lain yang menimbulkan kepuasan,
menunjukan bahwa bayi tidak memperoleh apa-apa
yang dibutuhkan sendiri. Hal ini menampilkan
ketergantungan dari ibunya atau orang lain agar ia
bisa memperoleh sesuatu untuk perkembangannya.
Kegiatan pada daerah mulut yang memberikan
kepuasan ini oleh freud dihubungkan dengan
kepuasan dan kenikmatan yang sifatnya libidinal,
karena ternyata dalam perkembangan bayi lebih
Psikologi Perkembangan Page 29
lanjut,pada umur beberapa bulan, rangsang-
rangsang dalam bentuk lain, seperti jari tangan
yang dimasukan ke mulut. Juga menimbulkan
kepuasan. Dari kenyataan ini terlihat bahwa yang
menjadi sumber kenikmatan adalah semua rangsangan
yang sampai pada daerah mulut yakni daerah erogen.
Menurut teori psikoanalisa masa oral ini
terdiri lagi dari dua sub-masa, yakni submasa
pertama ketika bayi tergantung sepenuhnya dari
orang lain, yang disebut masa ketergantungan-oral.
Submasa kedua disebut dengan agresifitas oral.
Mengenai agresifitas oral ini timbul sebagai
reaksi akan dihenntikannya pemberian air susu
melalui susu ibunnya (disapih). Disamping mulai
tumbuh gigi. Aktifitas oral yang terlihat adalah
menggigit. Menggigit merupakan aktifitas yang
memuaskan, karena perasaan tidak enak yang timbul
akibat tumbuhnya gigi-gigi. Memberikan lingkaran
daru plastik kenyal kepada bayi untuk digigit
merupakan salah satu usaha, agar bayi menemukan
proses-primer dan ketegangan berkurang. Disamping
itu, usaha-usaha lain oleh ibunya untuk
menguranngu ketegangan yang ada, dengan tidak
etrlalu melaranng anak memasukkan jari-jari tangan
ke mulut, member harapan agar perkembangan
selanjutnya lancar. Terhentinya (fiksasi) pada
Psikologi Perkembangan Page 30
masa agresifitas-oral akan mengakibatkan timbulnya
ucapan-ucapan yang agresif ketika sudah besar,
termasuk ucapan-ucapan yang terbuka maupun
terselubung.
2. Tahap Anal (1;0-3;0)
Setelah tahap oral, anak memindahkan pusat
kenikmatan dari daerah mulut ke daerah anus
(dubur). Rangsangan pada daerah anus ini berkaitan
erat dengan kegiatan buang air besar, karena
keduanya merupakan sumber kenikamatan secara
libidinal. Reaksi-reaksi orang tua berupa sikap-
sikap senang dan menerima baik terhadap anak,
bilamana anak melakukan aktifitas ini dengan baik,
sebaiknya sikap tidak senang, menolak, bilamana
anak memperlihatkan aktifitas yang kurang baik.
Ini pula yang menunjukkan perasaan malu kepada
anak. Masa anal ini berhubungan pula dengan soal
kebersihan, kerapian, keteraturan yang ingin
diterapkan oleh orang tua kepada anak. Adakalanya
oranng tua memperlihatkan sikap yang terlalu
keras, adakalanya sebaliknya menumbuhkan reaksi-
reaksi tertentu kepada anak. Dari sudut anak, ia
bukan lagi pribadi yang sepenuhnya pasif,
melainkan ia mulai mampu menentukan sendiri. Dari
sudut perkembangan sosialnya, anak mulai bisa
melakukan sendri beberapa aktifitas yang tadinya
Psikologi Perkembangan Page 31
harus dilakukan orang lain baginya. Sikap yang
terlalu keras, kaku pada orang tua untuk melatih
mengatur buang air besar ini, akan mennyebabkan
tumbuhnya sikap-sikap menentanng (negativism).
Sebaliknya, sikap yang teralu membiarkan mengatur
sendiri akan meimbulkan sikap yang selalu ragu-
ragu terhadap diri sendiri dan terhadap apa yang
akan diperbuatnya. Seperti pada masa-oral, masa
anal ini juga terbagi menjadi dua sub-masa, yakni
bagian pertama yang disebut sub-masa pengeluaran
kotoran dan bagia kedua sub-masa penahanan
kotoran.
Pengeluaran kotoran merupakan kegiatan otot-
otot pada daerah anus dan merupakan pula sumber
kepuasan bagi anak untuk “mengotori”
lingkunngannya sebagai reaksi terhadap sikap-sikap
orang lain yang dianggap tidak menyenagkan ; ia
hendak menentang dan ingin menunjukkan
kebebasannya sendiri. Seiring dengan reaksi-reaksi
ini ketika dewasa akan terlihat seorang yang mudah
“mengeluarkan segala sesuatu”, sikap masa bodoh,
sifat tidak rapi, serampangan atau serabutan.
Kegiatan menahan kotoran merupakan kepuasan lain
untuk menunjukkan bahwa ia tidak mau “diatur” oleh
orang lain. Hal ini dihubungkan dengan timbulnya
sikap kaku, keras kepala, kerapian dan keteraturan
Psikologi Perkembangan Page 32
yang berlebih-lebihan, kalau sub-masa ini tidak
dilampaui dengan baik, dan dalam suasana
memungkinkan perkemvbangna yang seimbang dan
harmonis antara berbagai aspek-aspeknya.
3. Tahap Falik (3;0-5;0) Sumber kenikamatan berpindah ke daerah
kelamin pada tahap falik. Pada masa ini anak mulai
menaruh perhatian terhadap perbedaan –perbedaan
anatomic antara laki-laki dan perempuan, terhadap
asal usul bayi dan hal-hal yang ada kaitannya
dengan kegiatan seks. Hal ini yang muncul pada
masa ini adalah tokoh ibu dijadikan sumber bagi
segala kasih sayang, terutama oleh anak laki-laki.
Ini mudah dimengerti karena sejak dilahirkan si
bayi menjadi pusat perhatian oleh ibunya. Ibunya
yang paling dekat dan paling erat bergaul dengan
anak, juga karena kontak fisik yang terjadi untuk
jangka waktu lama dan terus-menerus, ketika si
anak di mandikan, di bersihkan, di cium, di
gendong, ditemani tidur. Tokoh ibu mnejadi sumber
yang memberikan rasa terlindung dan rasa aman.
Tidak mustahil bisa timbul dalam kontak-kontak
fisik ini perasaan-perasaan sensual pada anak
meskipun dengan cara dan intensitas serta
kulaitasnya tersendiri. Melalui keadaan inilah
timbul keinginan yang bersifat seksual pada anak
Psikologi Perkembangan Page 33
terhadap orang tuanya, khususnya anak laki-laki
terhadap ibunya.
Masa Falik pada anak laki-laki
Freud percaya bahwa ibu bagi anak laki-laki pada
masa ini adalah obyek pada mana anak ingin melakukan
hubungan seks. Oleh Freud cinta terhadap ibunya ini
disebut Oedipus kompleks, yakni mengambi nama Oedipus,
suatu tokoh daam Mitologi Yunani Kuno, yang membunuh
ayahnya dan mengawini ibunya.
Keinginan anak untuk mencintai ibunya dan
melakukan hubungan seks menjdai terhalang karena
dihadapannya muncul tokoh ayah. Tokoh ayah menjadi
saingannya dalam memperebutkan ibunyadan karena itu
timbul sikap-sikap negatif terhadap ayahnnya. Pada anak
mulai timbul perasaan takut akan dihukum oleh ayahnya
karena cinta increstnya itu. Hukuman yang ditakuti
ialah kalau-kalau dikebiri (kastrasi). Ketakkutan
inilah yang dalam terminology Psikoanalisa dikenal
dengan cemas-kastrasi (Castration-anxiety).
Ketakutan ini menimbulkan sikap menyerah pada anak
dan karena itu lebih baik ia mengidentifikasi dirinya
dengan ayahnya. Ia ingin meniru semua perbuatan yang
dilakukan ayahnya, karena ayahnya adalah modelnya.
Dengan terjadinya identifikasi ini maka pada anak
Psikologi Perkembangan Page 34
berkembang struktur ketiga dari kepribadian, yakni
super ego, dimana perkembangan moral juga terjadi. Ayah
juga menjadi “tokoh-ayah” yang diingini, yakni menjadi
“ego-ideal”-nya.
Bilamana proses Oedipus ibunya tidak berhenti,
maka akan timbul semacam ikatan antara anak laki-laki
dengan ibunya, bahkan ibunya (bukan ayahnya) yang
dijadikan tokoh identifikasi dan mengambil super ego
yang ada pada ibunya, dengan akibat timbulnya keinginan
melakukan hubungan seks dengan pria (seperti ibunya)
dan inilah dasar dari terjadinya homoseksualitas pada
pria.
Masa Falik pada anak perempuan
Pada anak perempuan perkembangannya lebih sulit.
Freud sendiri tidak meerasa puas menerangkan dinamika
dari anak perempuan pada masa falik.
Seperti pada anak laki-laki, sumber libido pada
anak perempuan juga pada daerah kelamin. Sekalipun ibu
nya adalah tokoh yang dekat dengan kehidupan anak, juga
mengasuh, mencium dll. Seperti terhadap anak laki-laki,
tetapi pada anak perempuan juga timbul keinginan untuk
mengadakan hubungan sex pada ayah nya (Bagian inilah
yang sulit di terangkat Freud).
Psikologi Perkembangan Page 35
Tokoh ibu menjadi penghalang akan cintanya
terhadap ayahnya. Anak perempuan takut akan di hukum
oleh ibu nya, seperti anak laki-laki akan di kastrasi .
Tetapi anak perempuan menyadari bahwa alat kelaminnya
kecil (kelentit) sehingga ia merasa bahwa ia sudah
terhukum oleh ibunya.
Anak perempuan merasa iri hati terhadap anak laki-
laki karena struktur alat kelaminnya kecil. Inilah yang
di kenal dengan istilah : iri hati kelamin (Penis-
envy). Ini timbul pada anak laki-laki karena timbul
cemas kastrasi mengidentifikasikan diri terhadap
ayahnya, sebaliknya pada anak perempuan, iri hati
kelamin timbul identifikasi dengan ibunya. Kesulitan-
kesulitan yang dialami pada masa ini akan menyebabkan
pula kekacauan dalam menentukan tokoh identifikasi dan
pembentukan ego-idealnnya. Inilah dasar dari sifat-
sifat lesbianist yang diperlihatkan ketika sudah
dewasa.
4. Tahap Laten (6;0-12;0)
Masa ketika aktivitas seksual dapat dikatakan
tenang, terpendam, tidak aktif. Sekalipun didalam
kelompok-kelompok bisa timbul pembicaraan atau bahkan
kenakalan seksual (termasuk berbicara kotor),
intensitasnya tidak sehebat ketika masa sebelum atau
Psikologi Perkembangan Page 36
sesudah masa laten. Juga sifatnya tidak terlalu
pribadi, biasanya dalam kelompok.
Pada masa ini memang terjadi perkembangan yang
menghebat, banyak dan majemuk pada seluruh aspek-
aspeknya, seperti perkembangan kognitif melalui
pendidikan formal di sekolah, perkembanngan sosial dan
moral, melalui hubunga-hubungan yang lebih luas dengan
lingkungan hidupnya. Masa ketika anak menumbuhkan dan
memperkembangkan keterampilan-keterampilan dasar,
memperoleh dan memperlihatkan sistem nilai dalam
kehidupannya. Ia juga mempelajari untuk bisa
menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial.
5. Masa Genital (12;0 th)
Masa ketika dorongan-dorongan seks yang ada pada
masa falik mulai berkembang lagi setelah pada masa
laten berada pada keadaan tenang.
Kematangan pada sudut fisiologis, khususnya mulai
berfungsinya kelenjar-kelenjar kelamin ketika memasuki
masa remaja, mempengaruhi timbulnya daerah-daerah
erogen pada alat-alat kelamin sebagai sumber kenikmatan
dan kepuasan. Doronga seks dalam arti sebenarnya mulai
muncul. Objek cinta berpindah dari cinta-incest ke
cinta heteroseksual yang tidak incest, dan ini
merupakan pengulangan dan sekaligus kelanjutan dari apa
yang terjadi pada masa falik. Ini terlihat dalam
Psikologi Perkembangan Page 37
pemilihan pasangan yang dikehendaki. Jadi bilamana masa
falik dapat di lampaui dengan baik, akan timbul cinta
pada lawan jeenis kelaminnya secara normal. Sebaliknya
bilamana timbul kesulitan pada masa falik, maka
kemungkinan timbul pengalihan dari objek cinta ke jenis
kelamin yang sama.
Pada masa genital ini terjadi perkembangan pada
arah cinta, maka sekarang cintanya bisa dua arah. Ini
merupakan pula tanda berkembangnya kemampuan
menyesuaikan diri yang baik dalam hubunga-hubungan
sosialnya. Kesulitan selalu timbul oleh adanya
perbedaan-perbedaan norma, norma sosial budaya, norma
moral, baik dari orang tua si remaja maupun masyarakat
sekelilingnya. Perbedaan perbedaan norma ini sering
menimbulkan ketegangan yang berhubungan dengan masalah
seks remaja.
Dengan melihat teori perkembangan yang di
kemukakan S.Freud di atas, timbul masalah masalah
praktis yang acapkali dialami oleh pada orang tua.
Misalnya menghisap ibu jari tangan merupakan usaha anak
untuk mengurangi ketengangan (proses skunder); seberapa
jauh perbuatan ini harus dituruti, atau dilarang berapa
lama, bagaimana caranya, dan macam macam lagi ?
pertanyaan serupa selalu timbul pada masa perkembangan
bersamaan bersama munculnya pertanyaan-pertanyaan
Psikologi Perkembangan Page 38
praktis seperti di atas. Apalagi bilamana mengenai hal-
hal yang langsung berhubungan dengan kepuasaan seksual,
misalnya mansturbasi. Dalam memberikan pegangan
terhadap pertanyaan-pertanyaan praktis ini, selalu
perlu di hubungakan kembali dengan sifat perkembangan
secara psiko analitis bahwa cirri-ciri perkembangan ini
universal, urutan-urutan selalu tetap, ada perbedaan
kualitas antara satu masa dengan masa lain, tetapi
tetap berkesinambungan istilah keseimbangan bisa
menjadi kunci untuk memberikan untuk jawaban-jawaban
pada pertanyaan-pertanyaan ini.
Keseimbangan antara kepuasaan dan kenikmatan yang
di inginkan dan kemungkinan-kemungkinan untuk memenuhi
kepuasan dan kenikmatan tersebut dalam batas dan
intensitas yang bisa di terima oleh norma yang ada.
Keseimbangan antara kehendak dan hambatan, antara
keinginan dan larangan, antara hadiah dan hukuman.
Keseimbangan menjadi sangat relative dan dalam hal ini
yang lebih menentukan adalah ang dewasa, tutama tempat
anak hidup dan berkembang.
Teori Psikoanalisa ini memang muncul dan
dikembangan di dunia barat. Banyak ahli yang masih
meragukan apakah teori ini bisa di pakai di dunia timur
dengan pandangan yang masih berbeda terhadap masalah
sex. Keterbukaan masalah sex jelas berbeda sebagai
Psikologi Perkembangan Page 39
teori an sich tetap perlu di ketahui, secara khusus
mengenai perkembangan kepribadian sesuai dengan tujuan
uraian ini.
2.2 Tugas Perkembangan Moral dan PsikoseksualIndividu tumbuh dan berkembang selama
perjalanan kehidupannya melalui beberapa periode
atau fase-fase perkembangan. Setiap fase
perkembangan mempunyai serangkaian tugas
perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik
oleh setiap individu. Sebab, kegagalan menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu
berakibat tidak baik pada kehidupan fase berikutnya.
Sebaliknya keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-
tugas perkembangan pada fase tertentu akan
memperlancar pelaksanaan tugas-tugas perkembangan
pada fase berikutnya. Tugas-tugas perkembangan
tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat
kematangan fisik sedangkan yang lain berkembang
karena adanya batas aspirasi budaya, sementara yang
lain lagi tumbuh dan berkembang karena nilai dan
aspirasi individu.
Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam
tujuan yang sangat bermanfaat bagi individu dalam
menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu:
Psikologi Perkembangan Page 40
1) Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui
apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada
usia-usia tertentu.
2) Memberikan motivasi kepada setiap individu untuk
melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial
pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.
3) Menunjukan kepada setiap individu tentang apa yang
akan mereka hadapi dan tindakan apa yang
diharapkan dari mereka hadapi dan tindakan apa
yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan
memasuki tingkat perkembangan berikutnya.
2.2.1 Hambatan Penyelesaian Tugas Perkembangan
Tugas-tugas perkembangan ada yang dapat
diselesaikan dengan baik,ada juga yang mengalami
hambatan. Tidak dapat diselesaikannya dengan baik
suatu tugas perkembangan dapat menjadi suatu
bahaya potensail. Setidaknya ada tiga macam bahaya
potensial yang menjadi penghambat penyelesaian
tugas perkembangan, yaitu:
1) Harapan-harapan yang kurang tempat, baik
individu maupun lingkungan sosial mengharapkan
perilaku diluar kemampuan fisik maupun
psikologis
Psikologi Perkembangan Page 41
2) Melangkahi tahap-tahap terrtentu dalam
perkembangan sebagai akibat kegagalan mengusai
tugas-tugas tertentu.
3) Adanya krisis yang dialami individu karena
melewati satu tingkatan ke tingkatan yang lain.
2.3 Faktor yang Mendukung dan Faktor yang
Menghambat
2.3.1 Faktor yang Mendukung
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian
perkembangan internalisasi nilai-nilai terjadi
melalui identifikasi dengan orang-orang yang
dianggapnya sebagai model. Bagi para ahli
psikoanalisis, perkembangan moral dipandang
sebagai proses internalisasi norma-norma
masyarakat dan dipandang sebagai kematangan dari
sudut organik biologis.
Dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai
pencerminan nilai-nilai tertentu, banyak faktor
yang mempengaruhi perkembangan moral dan
psikoseksual, diantaranya :
1. Tingkat harmonisasi antara hubungan orang tua
dan anak
Psikologi Perkembangan Page 42
Beberapa sikap orang tua yang turut andil
dalam menentukan perkembangan moral, antara
lain :
a. Konsistensi Orang Tua dalam Mendidik Anaknya
Ayah dan ibu harus memeiliki sikap dan
perlakuan yang sama dalam melarang atau
membolehkan perilaku tertentu kepada anak. Suatu
perilaku anak yang dilarang oleh orang tua pada
suatu waktu, harus dilarang juga jika anak
melakukannya di waktu yang lain.
b. Sikap Orang Tua di Lingkungan Keluarga
Sikap orang tua terhadap aak secara tidak
langsung dapat mempengaruhi perkembangan moral dan
agama anak, yaitu melalui proses peniruan
(imitasi). Sikap orang tua yang keras (otoriter)
cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada
anak. Sikap orang tua yang acuh tak acuh, cuek,
atau masa bodoh akan cenderung menegmbangkan sikap
kurang bertanggung jawab dan kurang mempedulikan
norma yang harus dipatuhi oleh anak. Sikap yang
sebaiknya dimiliki oleh orang tua adalah seperti
sikap kasih sayang, keterbukaan, musyawarah dan
kesopanan.
c. Penghayatan dan Pengamalan Agama yang Dianut oleh
Orang Tua
Psikologi Perkembangan Page 43
Orang tua merupakan teladan atau panutan bagi
anaknya, termasuk panutan bagi anaknya dalam
mengamalkan ajaran agama. Orang tua yang
menciptakan iklim keluarga yang religious (agamis)
dengan cara memberikan ajaran atau bimbingan
tentang nilai-nilai agama pada anak maka akan
menjadikan anak mengalami perkembangan moral dan
agama yang optimal.
d. Konsistensi Orang Tua dalam Norma
Orang tua yang tidak menghendaki anaknya
berbohong atau berlaku tidak jujur, maka mereka
harus menjauhkan dirinya dari perilaku berbohong
atau tidak jujur. Jika orang tua mengajarkan
kepada anak untuk berlaku jujur, bertutur kata
yang sopan, bertanggung jawab dan taat beragama,
tetapi orang tua sendiri menampilkan perilaku yang
sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada
dirinya dan akan menggunakan ketidakkonsistenan
orang tua tersebut sebagai alasan untuk tidak
melakukan apa yang diinginkan oleh orang tuanya,
bahkan mungkin dia akan berperilaku seperti orang
tuanya.
2. Lingkungan dan pergaulan yang kondusif
Diantara unsur lingkungan sosial yang
berpengaruh yang tampaknya sangat penting
adalah unsure lingkungan yang berbentuk
Psikologi Perkembangan Page 44
manusia yang langsung dikenal atau dihadapi
oleh seseorang sebagai perwujudan nilai-nilai
tertentu.
3. Tingkat Penalaran
Perkembangan moral yang sifatnya
penalaran menurut Kohlberg dipengaruhi oleh
perkembangan nalar. Makin tinggi penaalaran
seseorang, maka makointinggi juga tingkat
penalarannya.
4. Interaksi Sosial
Memberikan kesempatan kepada anak untuk
mempelajari dan menerapkan standar perilaku
yang diterapkan dalam masyarakat, keluarga,
sekolah dan pergaulan dengan orang lain.
2.3.2 Faktor yang Menghambat Fakor-faktor yang dapat menghambat
perkembangan moral dan psikoseksual sebagai
berikut :
1. Hubungan keluarga yang kurang harmonis
2. Lingkungan yang kurang kondusif
3. Tingkat penalaran dan IQ yang rendah
4. Kurangnya sosialisasi dan interaksi sosial
5. Media Sosial
6. Kesehatan fisik
Psikologi Perkembangan Page 45
3.1 Contoh Kasus dan Penanganan
Kasus 1
Reza baru saja lulus SMU jurusan IPA.
Namun, ia kurang beruntung, karena tidak
lolos Ujian Masuk Universitas. Oleh karena
itu, untuk semntara ia menganggur. Ia hanya
mengikuti bimbingan tes sambil mengadu
untung lagi dalam Ujian Masuk Universitas
yang akan datang. Yang menjadi masalah bagi
orang tua Reza adalah bahwa reza sulit
sekali diatur oleh orang tua. Pelerjaannya
sehari-hari keluar rumah melulu, pulanng
larut malam dan orang tua Reza tidak pernah
tahu kemana saja perginya anak mereka.
Kekhawatiran orang tua Reza ini semakin
beralasan karena semasa SMA Reza pernah
terlibat NARKOBA. Kalau terus menerus
seperti itu, mau jadi apa Reza kelak?
Tetapi, di pihak Reza sendiri, terus terang
saja ada perasaan jenuh dan bosan terhadap
orang tuanya. Ia bukannya tidak menghormati
Psikologi Perkembangan Page 46
orang tuanya, tetapi ia tidak suka
diperlakukan seperti anak kecil terus.
Memang, dia pernah ikut-ikutan memakai
shabu waktu SMA, tetapi itu sudah lewat. Ia
sudah tidak lagi melakukannya. Tetapi,
oranng tuanya masih terus saja tidak
mempercayainya. Apapun yang dilakukannya
untuk memperbaiki ncitra dirinya, di mata
orang tuanya, kesan yang terlanjur tidak
baik itu sulit sekali di kurangi. Oleh
karena itu, ia justru melakukan hal-hal
yang ia tahu tidak akan disukai oleh orang
tuanya. Dengan perkataan lain, Reza
menunjukkan reaksi-reaksi yang negatif
sebagai cerminan dan pemberontakan jiwanya.
Kasus 2
Nyaris semua anggota geng cewek 16 tahun
ini kebetulan sudah pernah ngerasain
hubungan seksual. Cuma Killa yang belum.
Ceritanya terjadi saat ia masih kelas II
SMP sewaktu kumpul di rumah teman yang lagi
kosong, teman-teman Killa memanas-manasi
Psikologi Perkembangan Page 47
“Biasanya gue bisa ditahan,” ujarnya.
Masalahnya malam itu, entah kenapa, Killa
seolah tidak bisa menahan gempuran teman-
temannya. Di sisi lain, cowoknya juga nggak
kuat menahan. Bahkan ikut-ikutan ngojok-
ngojokkin.
Cowoknya yang kakak kelas itu kemudian
mengajaknya ke kamar. Dihinggapinya
perasaaan nggak enak sama teman-temannya
dan penasaran, Killa pun oke saja menerima
tawaran sang pacar. Sementara teman-
temannya pada nunggu di luar. “Cowok gue
itu first love gue”, katanya.
Selesai melakukan hubungan untuk pertama
kalinya, Killa bukannya malu. Ia malah
mendapat selamat dari teman-temannya.
“Cowok gue kayaknya udah piawai deh. Teman-
teman gue meluk gue dan ngasih selamat.
Sementara cowok gue cengar-cengir”’
kisahnya.
Sebetulnya Killa merasa malu. Tapi di
depan teman-temannya, rasa itu ia
sembunyikan. Ia juga merasa takut hamil.
Abis itu ia menangis hebat di hadapan sang
pacar.
Psikologi Perkembangan Page 48
Penanganan
Menghadapi remaja memang bukan pekerjaan yang
mudah. Menurut Adams dan Gullota, ada lima aturan kalau
kita ingin membantu remaja dalam menghadapi masalah
mereka.
Yang pertama, Trustworthiness (kepercayaan),
yaitu, kita harus saling percaya dengan para
remaja yang kita hadapi. Tanpa itu, jangan harap
ada komunikasi dengan mereka.
Yang kedua, Genuineness, yaitu, maksud yang murni,
tidak berpura-pura.
Yang ketiga, Empathi, yaitu kemampuan untuk ikut
merasakan perasaan-perasaan remaja.
Yang Keempat, honesty, yaitu kejujuran.
Yang kelima, tetapi terpenting adalah adannya
pandangan dari pihak remaja bahwa kita memang
memenuhi keempat aturan tersebut.
Walaupun kita sudah berusaha memenuhi keempat
persyaratan diatas, tetapi jika satu tingkah laku saja
tidak terlihat di mata mereka, mereka akan memandang
bahwa kita tidak sungguh-sungguh sehingga mereka tidak
akan mempercayai kita lagi.
Psikologi Perkembangan Page 49
Dikatakan oleh S.R Maddi bahwa perbedaan trait
(konstansi atau ketetapan yang disposisional) dengan
konstansi tingkah laku biasa (misalnnya kebiasaan)
adalah bahwa trait menunjuk pada tingkah laku dalam
skala besar (molar) dan majemuk yang menyangkut juga
struktur kognitif. Sedangkan konsistensi tingkah laku
hanya menunjuk pada tingkah laku skala kecil
(molecular) dan tunggal.
Yang sekarang banyak dianut para pakar tentang
trait adalah apa yang dikenal dengan istilah The Big
Five. Trait akan muncul pada situasi-situasi yang penuh
tekanan atau ketika suatu tindakan bisa menimbulkan
konsekuensi yang sangat serius. Trait terkandung dalam
kecerdasan emosi. Orang dengan trait marah yang rendah
dengan sendirinya akan menggunakan kognisinya untuk
mengontrol situasi dalam konteks yang mengandung
permusuhan, dan studi biometrik pun membuktikan adanya
kontribusi yang cukup besar dari faktor-faktor genetik
terhadap dimensi-dimensi kepribadian yang utama.
Sementara itu, penelitian lain lagi mengammbil jalan
tengah, yaitu bahwa trait memang ada, namun
realisasinya dalam perilaku sangat dipengaruhi oleh
factor lingkungan, seperti budaya dan usia.
Khususnya pada diri remaja, proses perubahan
karena pengalaman dan usia merupakan hal yang harus
Psikologi Perkembangan Page 50
terjadi karena dalam proses kematangan kepribadiannya,
remaja sedikit demi sedikit memunculkan ke permukaan
sifat-sifat (trait)-nya yang sebenarnya, yang harus
berbenturan dengan rangsangan-rangsangan dari luar.
Oleh karena itu, Reza pada contoh kasus yang
pertama berontak sampai menggunakan shabu-shabu. Bukan
pilnya yang menjadi sasaran utama, karena Reza bukan
anak yang sejak lahir berbakat kecanduan shabu-shabu.
Shabu-shabu itu lebih ke perwujudan dari tugas
perkembangannya., yaitu memperjuangkan kemandirian.
Sedangkan dalam hubungan orang tua, walaupun ada unsur
perasaan suka dan menghargai (hal nyanng merupakan
kenyataan yang tidak bisa dihindari)., hubungan dengan
orang tua lebih didasarkan pada reaksi. Jadi, seorang
remaja menurut saja apa kata orang tuanya, karena
begitulah keinginan mereka dan dia tidak mau bersusah-
susah.
Sampai disini dapat ditunjukkan bahwa sebetulnya
agar kualitas hubungan ayah-anak dan ibu-anak bisa
lebih meningkat orang tua perlu lebih memerhatikan
aspek perasaan, penerimaan, kepribadian, dan interaksi
itu sendiri. Akan tetapi dalam kenyataannya, banyak
orang tua (seperti pada kasus Reza) yang lebih
menekankan pencapaan prestasi sekolah, nilai akademis
atau IQ yang tinggi. Inilah yang menyebabkan anak tidak
Psikologi Perkembangan Page 51
bisa menemukan dirinya sendiri dan harus menurut
semata-mata pada kemauan orang tua.
Remaja dikenal sebagai sosok dengan rasa ingin
tahu yang besar. Banyak minat yang berkembang pada masa
remaja, diantaranya, minat sosial dan minat dalam
masalah seksual.salah satu stereotip yang menonjol pada
masa remaja adalah sangat ingin membicarakan,
mempelajari, atau mengamati hal-hal yang berkaitan
dengan masalah seksual. Menurut Luthfie, ada lima topik
yang diminati remaja dalam upaya memenuhi rasa ingin
tahunya mengenai masalah seksual, yakni pembicaraan
tentang proses hubungan seksual, pacaran, kontrol
kelahiran, cinta dan perkawinan, serta pemyakit
seksual. Hasil penelitian Damayanti, menunjukkan bahwa
lima dari seratus pelajar di DKI Jakarta sudah pernah
melakukan hubungan seksual pranikah.Hasil tersebut
diperoleh dari 8941 pelajar dari 119 SMA dan yang
sederajat di Jakarta. Menurut Damayanti perilaku
seksual pranikah tersebut cenderung dilakukan karena
pengaruh negative teman sebaya serta kehidupan keluarga
yang kurang sensitif terhadap sekelilingnya. Remaja
yang merasa bebas dan tidak dikekakng ternyata lebih
mudah jatuh pada perilaku merokok, menyalahgunakan
alcohol, mengkonsumsi narkoba dan melakukan hubungan
seksual pranikah.
Psikologi Perkembangan Page 52
Hubungan seksual pranikah akan menjadi sesuatu
yang sangat memprihatinkan karena akan membawa dampak
negatif bagi remaja sendiri, orangtua dan masyarakat.
Contohnya adalah kehamilan yang tidak diinginkan,
aborsi, penyakit menular seksual serta pernikahan dini
yang bermasalah. Berdasarkan penelitian 26,35% dari 846
peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual
selama pacaran dan 50% diantarannya menyebabkan
kehamilan, sehingga harus mau dinikahkan. Dalam hal
seperti ini masa depan remaja akan hancur, keluarga
akan menjadi malu, dan masyarakat menjadi resah.
Dalam hasil penelitian yang lain, menunjukkan
bahwa 44,8% mahasiswa dan remaja Bandung telah
melakukan hubungan seksual pranikah dan hampir sebagian
besar pada wilayah kos-kosan bagi mahasiswa yang kuliah
di PTN dan PTS terbesar di Bandung. Dari sekitar 1000
remaja peserta konsultasi (curhat) dan hasil polling
selama tahun 2000-2002, tempat remaja melakukan
hubungan seksual terbesar dilakukan di tempat kos
(51,5%), di rumah (30%), di rumah pihak perempuan
(27,3%), di hotel (11,2%), di taman (2,5%), di tempat
rekreasi (2,4%), di kampus (1,3%), di mobil (1,4%) dan
tak diketahui dengan pasti (0,7%).
Berdasarkan berbagai penjelasan diatas, dampak
perilaku seksual pranikah begitu besar sehingga
Psikologi Perkembangan Page 53
seharusnya remaja mampu menghindari perilaku tersebut
agar masa depannya tidak bermasalah. Bagi remaja putri
khususnya, dampak yang dirasakan akan lebih besar
karena kehamilan hanya dapat dialami oleh remaja putri
serta kerusakan alat reproduksi juga akan terjadi bila
dilakukan aborsi.
Perilaku dapat diartikan sebagai aktivitas
organisme yang dapat diamati oleh organisme yang lain
atau instrument peneliti (Atkinson, dkk, 1993). Selain
itu, perilaku dapat didefinisikan sebagai reaksi yang
dapat bersifat sederhana maupun kompleks serta
mempunyai sifat diferensial, artinya satu stimulus
dapat menimbulkan lebih dari satu respon yang berbeda
dan beberapa stimulus yang berbeda dapat menimbulkan
satu respon yang sama.
Perilaku seksual pranikah adalah segala macam
tindakan seperti bergandengan tangan, berciuman,
bercumbu, sampai dengan bersenggama yang dilakukan
dengan adanya dorongan hasrat seksual yang dilakukan
sebelum ada ikatan pernikahan yang sah (Simanjuntak,
2005). Bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah adalah
tingkat perilaku yang dilakukan pasangan lawan jenis
dan bentuk perilaku ini disusun berdasarkan adanya
ukuran kepuasan seksual, meliputi :
Bergandengan Tangan
Psikologi Perkembangan Page 54
Perilaku ini hanya terbatas dilakukan pada
saat pergi berdua, saling berpegangan tangan,
sebelum sampai pada tingkat yang lebih dari
bergandengan tangan seperti berciuman dan
seterusnya. Bergandengan tangan termasuk dalam
perilaku seksual pranikah karena adanya kontak
fisik secara langsung antara dua orang lawan jenis
yang didasari oleh
Berciuman
Berciuman didefinisikan sebagai suatu
tindakan yang menempelkan bibir ke pipi, leher,
atau bibir ke bibir, sampai menempelkan lidah
sehingga dapat saling menimbulkan ranngsangan
seksual.
Bercumbu
Bercumbu merupakan tindakan yang sudah
dianggap rawan yang cenderung menyebabkan suatu
rangsangan akan melakukan hubungan seksual atau
senggama, yang biasanya ditunjukkan dengan
memegang atau meremas payudara, baik masih memakai
pakaian atau secara langsung, saling menempelkan
alat kelamin, namun belum melakukan hubungan
seksual atau bersenggama secara langsung.
Bersenggama
Psikologi Perkembangan Page 55
Bersenggama yaitu telah terjadi kontak
seksual atau melakukan hubungan seksual yang
artinya sudah ada aktivitas memasukkan alat
kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan.
Perilaku seksual pranikah dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti pengetahuan tentag
kesehatan reproduksi, pengalaman seksua, faktor
kepribadian, penghayatan nilai-nilai keagamaan dan
berfungsi atau tidaknya keluarga dalam menjalankan
fungsi kontrol afeksi atau kehangatan. Pengetahuan
kesehatan reproduksi adalah suatu pengertian
maupun pemahaman tentang sistem reproduksi
manusia, kesehatan reproduksi, risiko PMS atau
AIDS dan penularannya, mitos atau fakta seksual.
Meningkatnya perilaku seksual pranikah pada
remaja banyak bersumber dari kurangnya informasi
tentang seks yang disebabkan rendahnya pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi yang dimiliki remaja
sehingga menimbulkan permasalahan kesehatan
reproduksi pada remaja perempuan seperti kehamilan
sebelum menikah, aborsi atau penyakit menular
seksual.
Pengetahuan kesehatan reproduksi yang
seharusnya dimiliki remaja meliputi :
Psikologi Perkembangan Page 56
Sistem reproduksi manusia, berisikan anatomi organ
reproduksi dan fungsi organ reproduksi.
Kesehatan reproduksi, mencangkup informasi
mengenai kurun waktu reproduksi sehat, perencanaan
dan pengaturan waktu rreproduksi serta dampak pada
ibu dan bayi.
Penyakit Menular Seksual (PMS) dan AIDS, yaitu
informasi mengenai jenis penyakit menular seksual,
gejala yang muncul dan penularannya.
Mitos dan fakta seksualitas, berisikan informasi
yang tepat dan tidak tepat yang diterima oleh
remaja dari lingkungan sekitar.
Pengetahuan ini akan memberikan wawasan bagi
remaja putri tentang kondisi tubuhnya, hal-hal
yang harus dijaga serta risiko yang dapat timbul
jika remaja berhati-hati dengan tindakannya.
Selain itu remaja mampu membedakan hal-hal yang
bersifat mitos tentang kesehatan reproduksi dan
mampu membedakannya dengan fakta, sehingga tidak
terjebak pada kepercayaan dan tindakan yang salah
dalam kaitannya dengan proses reproduksi dirinya.
Dengan adanya pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, remaja putri diasumsikan dapat lebih
bertangggungjawabdan mampu mempertimbangkan
Psikologi Perkembangan Page 57
konsekuensi dari perilakunya sehingga menghindari
perilaku seksual pranikah.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah ada hubungan negatif antara tingkat
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan
perilaku seksual pranikah pada remaja putri.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi semakin rendah perilaku
seksual pada remaja putri.
BAB III KESIMPULAN
Psikologi perkembangan adalah cabang dari ilmu
psikologi yang memfokuskan pengakajiannya pada
kehidupan individu dilihat dari tahap-tahap
perkembangan yang dilalui dan usia pada tahap tersebut
dalam satu rentang kehidupan, yaitu sebelum lahir
hingga usia lanjut. Dalam pengertian lain, psikologi
Psikologi Perkembangan Page 58
perkembangan adalah cabang ilmu psikologi yang
mempelajari tentang perubahan tingkah laku dan proses
mental sepanjang kehidupan seseorang mulai dari
konsepsi sampai meninggal.
Definisi dan Pengertian Perkembangan Moral
Kata moral sering kali diperbincangkan di
masyarakat, dimanapun dan kapan pun. Moral berasal
dari bahasa latin, yaitu Mos yang berarti adat
istiaat, kebiasaan, cara, tingkah laku, dan
kelakuan.
Istilah moral berasal dari kata Latin “Mores”
yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat
istiadat, atau kebiasaan. Perkembangan moral
adalah perubahan psikis yang memungkinkannya dapat
mengetahui mana perilaku yang baik yang harus
dilakukan dan mengetahui mana perilaku yang buruk
yang harus dihindarinya berdasarkan norma-norma
tertentu.
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari
tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan
perkembanganpenalaran moralnya seperti yang
diungkapkan.
Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan
mengklarifikasi respons yang dimunculkan kedalam enam
Psikologi Perkembangan Page 59
tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi
kedalam tiga tingkatan:
1. pra-konvensional
2. konvensional
3. pasca-konvensional
Teori Psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh
Sigmund Freud. Sebagai ilmuwan Freud melihat hukum-
hukum energi yang ada dalam lapangan fisika yang
berlaku untuk benda-benda di dalam ala mini, bisa
diterapkan untuk kehidupan mental seseorang. Dilihatnya
manusia sejak lahir mempunyai naluri, mempunyai
kebutuhan dan mempunyai dorongan yang slaing
berhubungan satu sama lain, sehingga jelas ada unsur
tenaga atau kekatan pada kehidpan psikis seseorang.
Tahapan Psikoseksual :
1. Tahap Oral
2. Tahap Anal
3. Tahap Falik
4. Tahap Laten
5. Tahap Genital
Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam
tujuan yang sangat bermanfaat bagi individu dalam
menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu:
Psikologi Perkembangan Page 60
1. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui
apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada
usia-usia tertentu.
2. Memberikan motivasi kepada setiap individu untuk
melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial
pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.
3. Menunjukan kepada setiap individu tentang apa yang
akan mereka hadapi dan tindakan apa yang
diharapkan dari mereka hadapi dan tindakan apa
yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan
memasuki tingkat perkembangan berikutnya.
Faktor yang berpengaruh dalam perkembangan :
1. Hubungan keluarga yang kurang harmonis
2. Lingkungan yang kurang kondusif
3. Tingkat penalaran dan IQ yang rendah
4. Kurangnya sosialisasi dan interaksi sosial
5. Media Sosial
6. Kesehatan fisik
Psikologi Perkembangan Page 61
BAB IV DAFTAR PUSTAKA
Novan Ardy Wilyani. 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini.
Bumiayu. Gava Media.
Singgih D. Gunarsa. 2014. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta.
Libri.
Mohammad Ali, Mohammad Asrori. 2014. Psikologi Remaja : Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta. Bumi Aksara.
Monks. F.J, Knoers. A. M. P. 2006. Psikologi Perkembangan : Pengantar
dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Sarlito W. Sarwono. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta. Rajagrafindo
Persada.
Jurnal Psikologi. Menyoal Problem Kesehatan Masyarakat :
Pengetahuan Kesehatan dan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri. Program
Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas