Top Banner
TUGAS PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I PERKEMBANGAN MORAL DAN PSIKOSEKSUAL Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan I Oleh : Angga Dwi Putra : 41183507140032 Syifa Pujianti : 41183507140046 Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam 45 Bekasi Psikologi Perkembangan Page 1
63

Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Apr 21, 2023

Download

Documents

Rizkita Pratama
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

TUGAS PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

PERKEMBANGAN MORAL DAN PSIKOSEKSUAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan I

Oleh :

Angga Dwi Putra : 41183507140032

Syifa Pujianti : 41183507140046

Program Studi Psikologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam 45 Bekasi

Psikologi Perkembangan Page 1

Page 2: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Tahun 2014

Psikologi Perkembangan Page 2

Page 3: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................1

BAB I PENDAHULUAN..................................................2

1.1 Latar Belakang.................................................21.2 Rumusan Masalah................................................3

1.3 Tujuan.........................................................3BAB II PEMBAHASAN...................................................4

2.1 Definisi dan Pengertian Perkembangan Moral dan Psikoseksual....4

2.1.1 Definisi dan Pengertian Perkembangan Moral.................42.1.2 Karakteristik Perkembangan Moral...........................6

2.1.3 Definisi dan Pengertian Psikoseksual......................142.1.4 Karakteristik Psikoseksual................................15

2.2 Tugas Perkembangan Moral dan Psikoseksual.....................242.2.1 Hambatan Penyelesaian Tugas Perkembangan..................25

2.3 Faktor yang Mendukung dan Faktor yang Menghambat..............252.3.1 Faktor yang Mendukung.....................................25

2.3.2 Faktor yang Menghambat....................................273.1 Contoh Kasus dan Penanganan...................................28

BAB III KESIMPULAN..................................................36

BAB IV DAFTAR PUSTAKA..............................................39

Psikologi Perkembangan Page 3

Page 4: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Psikologi Perkembangan Page 4

Page 5: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Psikologi perkembangan adalah cabang dari ilmu

psikologi yang memfokuskan pengakajiannya pada

kehidupan individu dilihat dari tahap-tahap

perkembangan yang dilalui dan usia pada tahap

tersebut dalam satu rentang kehidupan, yaitu

sebelum lahir hingga usia lanjut. Dalam pengertian

lain, psikologi perkembangan adalah cabang ilmu

psikologi yang mempelajari tentang perubahan

tingkah laku dan proses mental sepanjang kehidupan

seseorang mulai dari konsepsi sampai meninggal.

Perkembangan dipandang sebagai proses yang

dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang

dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah

laku apa yang akan diaktualisasikan dan di

manifestasi. Para ahli psikologi tertarik akan

masalah seberapa jauhkah perkembangan manusia

dipengaruhi oleh perkembangan masyarakatnya.

Perhatian psikologi perkembangan yang utama tertuju

pada perkembangan manusianya sebagai person.

Masyarakat merupakan tempat berkembangnya person.

Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses

kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja

dapat diulang kembali. Perkembangan juga berkaitan

Psikologi Perkembangan Page 5

Page 6: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

dengan belajar khususnya mengenai isi proses

perkembangan. Dengan demikian perkembangan dapat

diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang

menuju kearah suatu organisasi pada tingkat

integrasi yang lebih tinggi berdasarkan

pertumbuhan, pemasakan dan belajar.

Dalam upaya untuk memahami perkembangan manusia

kita perlu menelusuri berbagai karakteristik bawaan

yang memberikan awal kehidupan khusus bagi tiap

orang. Kita juga perlu mempertimbangkan banyak

faktor lingkungan, atau pengalaman yang

mempengaruhi orang, terutama pada konteks utama

seperti keluarga, lingkungan tempat tinggal, status

ekonomi sosial, suku bangsa dan budaya kita perlu

menulusuri berbagai pengaruh yang berdampak

terhadap banyak atau kebanyakan orang pada usia

atau waktu tertentu didalam sejarah serta pada hal-

hal yang hanya berdampak terhadap beberapa

individual.

1.2Rumusan Masalah

1. Apa definisi dan pengertian Perkembangan

Moral dan Psikoseksual?

2. Apa saja karakteristik Perkembangan Moral dan

Psikoseksual?

Psikologi Perkembangan Page 6

Page 7: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

3. Apa saja tugas perkembangan

terhadap Perkembangan Moral dan Psikoseksual?

4. Apa saja faktor yang menghambat

dan yang mendukung dan menghambat Perkembangan

Moral dan Psikoseksual?

5. Bagaimana contoh kasus

Perkembangan Moral dan Psikoseksual dan bagaimana

cara penanganannya?

1.3Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dan

pengertian Perkembangan Moral dan Psikoseksual.

2. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik

Perkembangan Moral dan Psikoseksual.

3. Untuk mengetahui dan memahami tugas

perkembangan terhadap Perkembangan Moral dan

Psikoseksual.

4. Untuk mengetahui dan memahami factor-faktor

yang menghambat dan mendukung Perkembangan Moral

dan Psikoseksual.

5. Untuk mengetahui dan memahami kasus-kasus

Perkembangan Moral dan Psikoseksual dan cara

penanganannya.

Psikologi Perkembangan Page 7

Page 8: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Pengertian Perkembangan Moral dan

Psikoseksual

2.1.1 Definisi dan Pengertian Perkembangan

Moral

Kata moral sering kali diperbincangkan di

masyarakat, dimanapun dan kapan pun. Moral berasal dari

bahasa latin, yaitu Mos yang berarti adat istiaat,

kebiasaan, cara, tingkah laku, dan kelakuan. Istilah

moral berasal dari kata Latin “Mores” yang artinya tata

cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan.

Menurut Sjarkawi, secara istilah moral merupakan

norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu

kelompok daam mengatur tigkah lakunya. Sementara itu,

Aliah B. Purwakania Hasan mendefinisikan moral dengan

suatu kapasitas yang dimiliki oleh individu untuk

membedakan yang benar dan yang salah, bertindak atas

perbedaan tersebut, dan mendapatkan penghargaan diri

ketika melakukanyang benar dan merasa bersalah atau

malu ketika melanggar standar tersebut.

Desmita mengungkapkan bahwa perkembangan moral

adalah perkembangan yang berkaitan denngan aturan dan

Psikologi Perkembangan Page 8

Page 9: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh

individu dalam interaksinya dengan orang lain.

Menurutnya anak-anak pada saat dilahirkan tidak

memiliki moral (immoral), tetapi dalam dirinya terdapat

potensi moral yang siap untuj dikembangkan. Melalui

pengalamannya ketika berinteraksi dengan orang lain,

anak belajar memahami perilaku mana yang baik yang

boleh ndilakukan, dan tingkah laku mana yang buruk yang

tidak boleh dilakukan.

Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai

tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi.

Moral merupakan kaidah nor`ma dan pranata yang mengatur

perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok

sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar baik-

buruk yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai

sosial budaya di mana individu sebagai anggota sosial.

Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan

seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial

secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku moral

diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh

keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

perkembangan moral adalah perubahan psikis yang

memungkinkannya dapat mengetahui mana perilaku yang

baik yang harus dilakukan dan mengetahui mana perilaku

Psikologi Perkembangan Page 9

Page 10: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

yang buruk yang harus dihindarinya berdasarkan norma-

norma tertentu.

Bagi para ahli tidak menimbulkan masalah terhadap

anggapan atau pernyataan bahwa aspek moral adalah

sesuatu yang berkembang dan diperkembangkan. Ketika

dilahirkan, anak belum dan tidak membawa aspek moral.

Baik teori psikoanalisa maupun teori belajar juga tidak

mempermasalahkan hal ini, dan bahwa keduanya juga

mengemukakan aspek moral sebagai sesuatu yang

berkembang dan diperkembangkan. Tentang bagaimana aspek

moral ini berkembang dan diperkembangkan kedua teori

memberikan pendekatan yang berlawanan.

Bagi para ahli psikoanalisa perkembangan moral

dipandang sebagai proses internalisasi norma-norma

masyarakat dan sebagai kematangan dari sudut organik-

biologik. Bagi para ahli teori belajar perkembangan

moral dipandang sebagai hasil rangkaian-rangkaian

rangsang jawaban yang dipelajari oleh anak, berupa

hukuman dan pujian yang sering dialami oleh anak.

Terlepas dari perbedaan pendekatan untuk menerangkan

mengenai proses perkembangan moral, keduanya tidak

bertentangan dalam mengemukakan konsepnya bahwa

seseorang memperlihatkan adanya perkembangan moral jika

perilakunya sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam

masyarakatnya.

Psikologi Perkembangan Page 10

Page 11: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Perkembangan moral bersangkut paut dengan

bertambahnya kemampuan menyesuaikan diri terhadap

aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang ada dalam

lingkungan hidupnya atau dalam masyarakatnya. Seseorang

dikatakan telah memperkembangkan aspek moral, bilamana

ia telah menginternalisasikan atau telah mempelajari

aturan-aturan atau kaidah-kaidah kehidupan didalam

masyarakat dan bisa memperlihatkan dalam perilaku yang

terus menerus atau menetap.

Apabila awal masa kanak-kanak akan berakhir,

konsep moral anak tidak lagi sesempit dan sekhusus

sebelumnya. Anak yang lebih besar lambat laun

memperluas konsep sosial sehingga mencakup situasi apa

saja, lebih daripada hanya situasi khusus. Di samping

itu, anak yang lebih besar menemukan bahwa kelompok

sosial teribat dalam berbagai tingkat kesungguhan pada

berbagai macam perbuatan. Pengetahuan ini kemudian

digabungkan dalam konsep moral dan memunculkan adanya

kode moral.

Kode moral berkembang dari konsep-konsep moral

yang umum. Pada akhir masa kanak-kanak seperti halnya

awal mmasa remaja, kode moral sangat dipengaruhi oleh

standar moral dari kelompok di masa anak

mengidentifikasi diri. Ini tidak berarti bahwa anak

meninggalkan kode moral keluarga untuk mengikuti kode

Psikologi Perkembangan Page 11

Page 12: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

kelompok ia bergabung. Hal ini berarti, jikalau anak

harus memilih, anak akan mengikuti standar-standar geng

selama mereka bersama dengan geng sebagai sarana untuk

mempertahankan statusnya dalam geng.

Ketika anak mencapai akhir masa kanak-kanak, kode

moral berangsur-angsur mendekati kode moral dewasa,

yang dengannya anak berhubungan dan perilakunya semakin

sesuai dengan standar-standar yang ditetapkan oleh

orang dewasa. Dilaporkan bahwa anak yang mempunyai IQ

tinggi cenderung lebih matang dalam penilaian moral

daripada anak yang tingkat kecerdasannya lebih rendah

dan anak perempuan cenderung membentuk penilaian moral

yang lebih matang daripada anak laki-laki.

2.1.2 Karakteristik Perkembangan Moral

Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari

tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan

perkembanganpenalaran moralnya seperti yang

diungkapkan.

Tokoh yang paling dikenal dalam kaitannya dengan

pengkajian perkembangan moral adalah Lawrence E.

Kohlberg. Ia mulai melakukan wawancara-wawancara

tehadap anak-anak maupun para remaja dan menghasilkan

disertasi pada tahun 1958 dengan judul : The

Development of Modes of Thinking and Choice in the year

Psikologi Perkembangan Page 12

Page 13: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

10 to 16. Ini merupakan titik tolak teorinya mengenai

penahapan perkembangan moral.

Pada tahun 1958 Kohlberg melakukan penelitian

empiris lintas kelompok usia tentang cara pertimbangan

moral terhadap 72/75 orang anak dan remaja yang berasal

dari daerah sekitar Chicago. Anak-anak dibagi ke dalam

tiga kelompok usia. Yaitu kelompok usia 10, 13, 16

tahun. Penyelidikan dilanjutkan pada tahun 1963 dengan

kelompokumur yang lebih muda yakni kelompok umur 7, 10,

13, 16 tahun. Pada tahun 1970 penyelidikan dilakukan di

Meksiko, Taiwan, Turki dan Yucatan. Penelitiannya

dilakukan dengan cara menghadapkan para subjek

penelitian/responden kepada berbagai dilema moral dan

selanjutnya mencatat semua reaksi mereka.

Kohlberg menyusun suatu rangkaian cerita yang

isinya atau temanya merupakan suatu dilema dan

memeberikannya kepada anak-anak lalu diikutinya dengan

wawancara. Yang menarik bukan jawaban-jawaban yang

diucapkan dengan kata ya atau tidak, melainkan apa yang

melandasi jawaban tersebut dan ini ternyata dari alasan

mengapa jawaban itu diberikan.

Berdasarkan penelitiannya, tampak bahwa anak-anak

dan remaja menafsirkan segala tindakan dan perilakunya

sesuai dengan struktur mental mereka sendiri dan

menilai hubungan sosial dan perbuatan tertentu sebagai

Psikologi Perkembangan Page 13

Page 14: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

adil atau tidak adil, baik atau buruk, juga seiring

dengan tingkat perkembangan atau struktur moral mereka

masing-masing.

Kohlberg menarik sejumlah kesimpulan dari

penelitiannya, sebagai berikut:

a. Penilaian dan perbuatan moral pada intinya

bersifat rasional. Keputusan moral bukanlah soal

perasaan atau nilai, melainkan selalu mengandung

suatu tafsiran kognitif terhadap keadaan dilema

moral dan bersifat kontruksi kognitif yang

bersifat aktif terhadap titik pandang masing-

masing individu sambil mempertimbangkan segala

macam tuntutan, hak, kewajiban dan keterlibatan

setiap pribadi terhadap sesuatu yang baik dan

adil. Kesemuanya merupakan tindakan kognitif.

b. Terdapat sejumlah tahap pertimbangan moral yang

sesuai dengan pandangan formal harus diuraikan dan

yang biasanya digunakan remaja untuk

mempertanggung jawabkan perbuatan moralnya.

c. Membenarkan gagasan Jean Piaget bahwa pada masa

remaja sekitar umur 16 tahun telah mencapai tahap

tertinggi dalam proses pertimbangan moral.

Sebagaimana penelitian Piaget telah membuktikan,

bahwa baru pada masa remaja pola pemikiran

operasional-formal berkembang. Demikian pula

Psikologi Perkembangan Page 14

Page 15: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Kohlberg menunjukkan adannya kesejajaran antara

perkembangan kognitif dengan perkembangan moral,

yaitu bahwa pada masa remaja dapat juga dicapai

tahap tertinggi perkembangan moral yang ditandai

dengan kemampuan remaja menerapkan prinsip

keadilan universal pada penilaian moralnya.

Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan

mengklarifikasi respons yang dimunculkan kedalam enam

tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi

kedalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional,

pasca-konvensional :

1. Tingkat Prakonvensional

Pada tingkat ini, anak tanggap terhadap

aturan-aturan budaya dan ungkapan-unkapan budaya

mengenai baik dan buruk serta benar dan salah.

Namun demikian, semua ini masih ditafsirkan dari

segi akibat fisik atau kenikmatan perbuatan

(hukuman, keuntungan, pertukaran kebaikan) atau

dari segi kekuatan fisik mereka yang memaklumkan

peraturan.

Tingkat Prakonvensional ini memiliki dua

tahap, yaitu :

Tahap 1 : Orientasi hukuman dan kepatuhan

Pada tahap ini, akibat-akibat fisik suatu

perbuatan menentukan baik buruknya tanpa

Psikologi Perkembangan Page 15

Page 16: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari

akibat tersebut. Anak hanya semata-mata

menghindari hukuman dan tunduk pada kekuasaan

tanpa mempersoalkannya.

Tahap 2 : Orientasi relativis-instrumental

Pada tahap ini, perbuatan yang dianggap benar

adalah perbuatan yang merupakan cara atau

alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan

kadanng-kadang juga kebutuhan orang lain.

Hubungan antarmanusia dipandang seperti

hubungan di pasar yang berorientasi pada

untung rugi. Disini terdapat elemen kewajaran

tindakan yang bersifat resiprositas dan

pembagian sama rata, tetapi ditafsirkan

secara fisik dan pragmatis. Resiprositas

dilukiskan oleh Kohlberg dengan kalimat :

“Jika engkau mau menggarukkan punggungku maka

aku juga akan menggarukkan punggungmu”. Jadi,

hubungan disini bukan atas dasar loyalitas,

rasa terima kasih atau keadilan.

2. Tingkat Konvensional

Pada tingkat ini, anak-anak hannya menuruti

harapan keluarga, kelompok atau masyarakat. Semua

ini dipandang sebagai hal yang bernilai dalam

dirinya sendiri tanpa mengindahkan akibat yang

Psikologi Perkembangan Page 16

Page 17: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

bakal muncul. Sikap anak bukan saja konformitas

terhadap pribadi dan tata tertib sosial, melainkan

juga loyal terhadapnya dan secara aktif

mempertahankan, mendukung dan membenarkan seluruh

tata tertib serta mengidentifikasikan diri dengan

orang atau kelompok yang terlibat.

Tingkat konvensional ini memilliki dua tahap,

yaitu :

Tahap 3 : Orientasi kesepakatan antara

pribadi atau disebut orientasi “Anak

Manis”

Pada tahap ini, perilaku yang dipandang

baik adalah yang menyenangkan dan

membantu orang lain serta yang

disetujui oleh mereka. Terdapat banyak

konformitas terhadap gambaran

stereotipe mengenai apa itu perilaku

mayoritas atau alamiah. Perilaku sering

dinilai menurut niatnya sehingga

seringkali muncul pikkiran dan ucapan

“sebenarnya dia bermaksud baik;. Mereka

berpandangan bahwa orang akan

mendapatkan persetujuan orang yang

baik.

Tahap 4 : Orientasi hukum dan

ketertiban

Psikologi Perkembangan Page 17

Page 18: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Pada tahap ini, terdapat orientasi

terhadap otoritas, aturan yang tetap

dan penjagaan tata tertib sosial.

Perilaku yang baik adalah semata-mata

melakukan kewajiban sendiri,

menghormati otoritas dan menjaga tata

tertib sosial yang ada. Semua ini

dipandang sebagai sesuatu yang bernilai

dalam dirinya.

3. Tingkat Pascakonvensional

Pada tingkatan usaha yang jelas untuk

merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang

memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas

dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang

pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari

identifikasi diri dengan kelompok tersebut.

Tingkat ini memiliki dua tahap, yaitu :

Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial legalitas

Pada tahap ini, individu pada umumnya sangat

bernada utilitarian. Artinya, perbuatan yang

baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak

dan ukuran individual umum yang telah diuji

secara kritis dan telah disepakati oleh

masyarakat. Pada tahap ini terdapat kesadaran

yang jelas mengenai relativisme nilai dan

Psikologi Perkembangan Page 18

Page 19: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

pendapat pribadi sesuai relativisme nilai

tersebut. Terdapat penekanan atas aturan

prosedural untuk mencapai kesepakatan,

terlepas dari apa yang telah disepakati

secara konstitusional dan demokratis, dan hak

adalah masalah nilai dan pendapat pribadi.

Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandang

legal, tetapi dengan penekanan pada

kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan

pertimbangan rasional mengenai manfaat

sosial. Di luar bidang hukum, persetujuan

bebas dan kontrak merupakan unsur pengikat

kewajiban.

Tahap 6 : Orientasi prinsip dan etika

universal

Pada tahap ini, hak ditentukan oleh keputusan

suara batin sesuai dengan prinsip-prinsip

etis yang dipilih sendiri dan yang mengacu

kepada komprehensivitas logis, universalitas

dan konsistensi logis. Prinsip-prinsip ini

bersifat abstrak dan etis, bukan merupakan

peraturan moral konret. Pada dasarnya inilah

prinsip-prinsip universal keadilan,

resiprositas, persamaan hak asasi manusia

serta rasa hormat kepada manusia sebagai

pribadi.

Psikologi Perkembangan Page 19

Page 20: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Tingkata

n

Jenis

moralitasTahapan Orientasinya

Gambaran

perilaku

Tingkat

I:

Pra-

konvensioa

nal

-Tahap

1

-Tahap

2

:orientasi

hukuman

:orientasi

ganjaran

:mematuhi

peraturan untuk

menghindari

hukuman.

:memastikan

akan mendapat

ganjaran,

mendapat balas

budi.

Tingkat

II:

Konvension

al

-Tahap

3

-Tahap

4

:orientasi

anak (pr)

baik / anak

(lk) baik

:orientasi

otoritas

:memastikan

penghindaran

rasa tidak

setuju dari

orang lain.

:memegang teguh

uu dan kaidah

sosial untuk

menghindari

ketidaksetujuan

dari pemegang

otoritas serta

perasaan

Psikologi Perkembangan Page 20

Page 21: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

bersalah tidak

“melakukan

tugas”.

Tingkat

III:

Pasca-

konvension

al

-Tahap

5

-Tahap

6

:orientasi

kontrak

sosial

:orientasi

asas etis

:tindakan yg

dibimbing oleh

asas-asas yang

biasa disetujui

sebagai hal

yang penting

bagi

kesejahteraan

umum; asas2 yg

dijunjung

tinggi untuk

mempertahankan

penghargaan

dari teman

sebaya

merupakan

penghargaan

diri.

:tindakan

dibimbing oleh

asas-asas etis

atas pilihan

Psikologi Perkembangan Page 21

Page 22: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

sendiri (yang

biasanya

menilai

keadilan, harga

diri dan

persamaan);asas

yg dijunjung

tinggi untuk

menghindaripeny

esalan diri.

Berdasarkan tingkatan dan tahapan perkembangan

moral, Kohlberg menerjemahkannya ke dalam motif-motif

individu dalam melakukan perbuatan moral. Sesuain

dengan tahapan perkembangan moral, motif-motif perilaku

moral manusia adalah sebagai berikut :

Tahap 1

Perbuatan moral individu dimotivasi oleh

penghindaran terhadap hukuman dan suara hati yang

pada dasarnya merupakan ketakutan irasional

terhadap hukuman.

Tahap 2

Psikologi Perkembangan Page 22

Page 23: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Perbuatan moral individu dimotivasi oleh keinginan

untuk mendapatkan ganjaran dan keuntungan. Sangat

boleh jadi reaksi rasa bersalah diabaikan dan

hukuman dipandang secara pragmatis (membedakan

rasa takut, rasa nikmat, atau rasa sakit dari

akibat hukuman).

Tahap 3

Perbuatan moral individu dimotivasi oleh

antisipasi terhadap celaan orang lain, baik yang

nyata atau yang dibayangkan secara hipotesis.

Tahap 4

Perbuatan moral individu dimotivasi oleh

antisipasi terhadap celaan yang mendalam karena

kegagalan dalam melaksanakan kewajiban dan rasa

bersalah diri atas kerugian yang dilakukan

terhadap orang lain.

Tahap 5

Perbuatan moral individu dimotivasi oleh

keprihatinan terhadap upaya mempertahankan rasa

hormat terhadap orang lain dan masyarakat yang

didasarkan atas akal budi dan bukan berdasarkan

emosi, keprihatinan terhadap rasa hormat bagi diri

sendiri (misalnya, untuk menghindari sikap

menghakimi diri sendiri sebagai makhluk yang tidak

rasional, tidak konsisten dan tanpa tujuan).

Tahap 6

Psikologi Perkembangan Page 23

Page 24: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Perbuatan moral individu dimotivasi oleh

keprihatinan terhadap sikap mempersalahkan diri

karena melanggar prinsip-prinsipnya sendiri.

Individu cenderung membedakan antara rasa hormat

dari masyarakat dengan rasa hormat dari diri

sendiri. Selain itu juga dibedakan antara rasa

hormat terhadap diri karena mencapai rasionalitas

dan rasa hormat terhadap diri sendiri karena

mencapai rasionalitas dan rasa hormat terhadap

diri sendiri karena mampu mempertahankan prinsip-

prinsip moral.

2.1.3 Definisi dan Pengertian Psikoseksual Pada awal masa remaja, sebagian anak muda

mengalami suatu masa perkembangan jasmani yang sangat

cepat (lonjakan pertumbuhan masa remaja) diiringi

dengan perkembangan bertahap dari organ-organ

reproduksi serta karakteristikseks kedua. Perubahan-

perubahan ini terjadi kira-kira selama dua tahun selama

dua tahun dan memuncak pada masa pubertas, yang

ditandai oleh menstruasi pada anak perempuan dan

munculnya sel-sel sperma hidup dalam urine anak laki-

laki.

Terdapat berbagai ragam usia pada saat mencapai

masa pubertas. Anak laki-laki dan perempuan rata-rata

mencapai tinggi dan berat badan yang samasampai kira-

Psikologi Perkembangan Page 24

Page 25: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

kira usia 11 tahun, pada waktu secara tiba-tiba anak

perempuan melonjak dalam kedua dimensi. Anak perempuan

bertahan pada perbedaan ini selama kira-kira 2 tahun,

pada titik mana anak laki-laki. Melesat maju secara

pasti, dan tetap demikian sepanjang hidup. Perbedaan

kecepatan perkembangan fisik tersebut sangat

mencolokdalam ruang kelas sekolah menengah pertama

(smp), dimana dapat diamatipara remaja putri yang sudah

matang duduk berdampingan dengan laki-laki yang belum

matang.

Meskipun anak perempuan umumnya menjadi matang

lebih awal daripada laki-laki, terdapat perbedaan

individual yang besar. Anak laki-laki yang terlambat

matang mengahadapi kesulitan utama dalam penyesuaian

yang disebabkan oleh pentingnya kekuatan dan keunggulan

fisik dalam kegiatan sesama teman.

Akibat dari kecepatan masa pubertas kurang

berpengaruh pada anak perempuan. Beberapa anak

perempuan yang cepat matang mungkin berbeda dalam

keadaan yang kurang menyenangkan karena mereka lebih

besar daripada teman sekelas mereka ditahun terakhir di

sekolah dasar, tatapi pada waktu menginjal masa sekolah

lanjutan pertama, mereka yang cepat matang cenderungng

memiliki lebih banyak prestise diantara teman sekelas

dan memegang pimpinan dalam berbagai kegiatan sekolah.

Psikologi Perkembangan Page 25

Page 26: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Pada tahap ini anak perempuan yang terlambat

matang,seperti halnya laki-laki kurang memiliki

konsepdiri dan mempunyai hubungan yang jelek dengan

orang tua dan teman sebaya mareka.

2.1.4 Karakteristik Psikoseksual

Teori Psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh

Sigmund Freud. Sebagai ilmuwan Freud melihat hukum-

hukum energi yang ada dalam lapangan fisika yang

berlaku untuk benda-benda di dalam alam ini, bisa

diterapkan untuk kehidupan mental seseorang. Dilihatnya

manusia sejak lahir mempunyai naluri, mempunyai

kebutuhan dan mempunyai dorongan yang slaing

berhubungan satu sama lain, sehingga jelas ada unsur

tenaga atau kekatan pada kehidpan psikis seseorang.

Tenaga atau kekuatan psikis ini yang mempunyai

latar belakang biologis disebut libido, dan sebagai

naluri sudah ada pada setiap manuisa pada waktu

dilahirkan. Karena merupakan tenaga atau kekuatan,

libido ini mendorong timbulnya tingkah laku seperti

berpikir dan mengingat sesuatu. Dalam perkembangannya,

pusat atau daerah libido ini berpindah-pindah dan ini

merupakan pula dasar uraiannnya mengenai perkembangan

kepribadian.

Psikologi Perkembangan Page 26

Page 27: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Libido sebagai naluri adalah salah satu diantara

konsep-konsep naluri yang dikemukakan oleh Freud, yakni

:

1) Naluri-Kehidupan, yang berhubungan dengan doronga-

dorongan untuk hidup, merasa haus dan lapar dan

timbul kebutuhan serta dorongan untuk memperoleh

makanan. Yang termasuk naluri kehidupan ini ialah

naluri untuk menghindar dari rasa sakit dan

kemungkinan-kemungkinan melukai diri serta naluri

agresif.

2) Naluri Kematian (Thanatos), ialah naluri-naluri

yang berakibat negative bagi kelanjutan kehidupan

manusia, dengan sifat merusak diri.

3) Naluri Libido (Eros)

Konsep libido dari Freud ini yang menghendaki

kenikmatan dihubungkan dengan latar belakang seks

yang sangat menghebohkan pada waktu itu, sebab

libido sudah ada pada bayi, berarti ada fungsi-

fungsi kenikmatan seks pada bayi. Ada tingkatan-

tingkatan fungsi dan kehidupan dari Libido atau

naluri seks ini dan yang kemudian dikenal dengan

perkembangan Psikoseksual.

Sebelum membicarakan perkembangan

psikosekualitas yang merupakan inti tulisan

mengenai konsep-konsep yang dikemukakan Freud akan

Psikologi Perkembangan Page 27

Page 28: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

diuraikan lebih dulu mengenai struktur kepribadian

menurut konsep Freud.

Ada tiga tingkatan kehidupan pada manusia,

yakni :

1. Animal

2. Logika dan rasional

3. Moral

Dasar perkembangan psikoseksual ini adalah

pertumbuhan dan kematangan fisiologis pada bagian-

bagian atau tempat-tempat tertentu dalam tubuh.

Setiap tahap perkembangan ditandai oleh

berfungsinnya dorongan-dorongan Libidinal yang ada

pada daerah-daerah tertentu yang menjadi dasar

seluruh perkembangan kepribadian dengan ciri-ciri

tingkah lakunya.

Penahapan ini menghasilkan tahap-tahap yang

tersusun dalam urutan-urutan yang tetap dan

mempunyai sifat universal dalam siklus kehidupan

manusia.

Psikologi Perkembangan Page 28

Page 29: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Gambar 1 Tahap Psikoseksual

1. Tahap Oral( 0 – 1;0 thn)

Tahap oral ini merupakan tahap pertama

perkembangan psikoseksual pada mana bayi

memperoleh dan merasakan kepuasan dan kenikmatan

yang bersumber pada daerah mulutnya. Kepuasan dan

kenikmatan ini timbul oleh adanya hubungan antara

perasaan lapar, kemudian gelisah dan minuman atau

makanan (air susu) yang diberikan kepada bayi.

Kegiatan pada daerah mulut menimbulkan kepuasan

karena menghilangkan perasaan tidak enak yang

telah timbul yakni lapar. Kegiatan menjadi

berkurang, dan dalam kepuasanitu bayi akan lebih

tenang.

Ada rangsang lapar dan kemudian perlakuan

ibunya atau orang lain yang menimbulkan kepuasan,

menunjukan bahwa bayi tidak memperoleh apa-apa

yang dibutuhkan sendiri. Hal ini menampilkan

ketergantungan dari ibunya atau orang lain agar ia

bisa memperoleh sesuatu untuk perkembangannya.

Kegiatan pada daerah mulut yang memberikan

kepuasan ini oleh freud dihubungkan dengan

kepuasan dan kenikmatan yang sifatnya libidinal,

karena ternyata dalam perkembangan bayi lebih

Psikologi Perkembangan Page 29

Page 30: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

lanjut,pada umur beberapa bulan, rangsang-

rangsang dalam bentuk lain, seperti jari tangan

yang dimasukan ke mulut. Juga menimbulkan

kepuasan. Dari kenyataan ini terlihat bahwa yang

menjadi sumber kenikmatan adalah semua rangsangan

yang sampai pada daerah mulut yakni daerah erogen.

Menurut teori psikoanalisa masa oral ini

terdiri lagi dari dua sub-masa, yakni submasa

pertama ketika bayi tergantung sepenuhnya dari

orang lain, yang disebut masa ketergantungan-oral.

Submasa kedua disebut dengan agresifitas oral.

Mengenai agresifitas oral ini timbul sebagai

reaksi akan dihenntikannya pemberian air susu

melalui susu ibunnya (disapih). Disamping mulai

tumbuh gigi. Aktifitas oral yang terlihat adalah

menggigit. Menggigit merupakan aktifitas yang

memuaskan, karena perasaan tidak enak yang timbul

akibat tumbuhnya gigi-gigi. Memberikan lingkaran

daru plastik kenyal kepada bayi untuk digigit

merupakan salah satu usaha, agar bayi menemukan

proses-primer dan ketegangan berkurang. Disamping

itu, usaha-usaha lain oleh ibunya untuk

menguranngu ketegangan yang ada, dengan tidak

etrlalu melaranng anak memasukkan jari-jari tangan

ke mulut, member harapan agar perkembangan

selanjutnya lancar. Terhentinya (fiksasi) pada

Psikologi Perkembangan Page 30

Page 31: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

masa agresifitas-oral akan mengakibatkan timbulnya

ucapan-ucapan yang agresif ketika sudah besar,

termasuk ucapan-ucapan yang terbuka maupun

terselubung.

2. Tahap Anal (1;0-3;0)

Setelah tahap oral, anak memindahkan pusat

kenikmatan dari daerah mulut ke daerah anus

(dubur). Rangsangan pada daerah anus ini berkaitan

erat dengan kegiatan buang air besar, karena

keduanya merupakan sumber kenikamatan secara

libidinal. Reaksi-reaksi orang tua berupa sikap-

sikap senang dan menerima baik terhadap anak,

bilamana anak melakukan aktifitas ini dengan baik,

sebaiknya sikap tidak senang, menolak, bilamana

anak memperlihatkan aktifitas yang kurang baik.

Ini pula yang menunjukkan perasaan malu kepada

anak. Masa anal ini berhubungan pula dengan soal

kebersihan, kerapian, keteraturan yang ingin

diterapkan oleh orang tua kepada anak. Adakalanya

oranng tua memperlihatkan sikap yang terlalu

keras, adakalanya sebaliknya menumbuhkan reaksi-

reaksi tertentu kepada anak. Dari sudut anak, ia

bukan lagi pribadi yang sepenuhnya pasif,

melainkan ia mulai mampu menentukan sendiri. Dari

sudut perkembangan sosialnya, anak mulai bisa

melakukan sendri beberapa aktifitas yang tadinya

Psikologi Perkembangan Page 31

Page 32: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

harus dilakukan orang lain baginya. Sikap yang

terlalu keras, kaku pada orang tua untuk melatih

mengatur buang air besar ini, akan mennyebabkan

tumbuhnya sikap-sikap menentanng (negativism).

Sebaliknya, sikap yang teralu membiarkan mengatur

sendiri akan meimbulkan sikap yang selalu ragu-

ragu terhadap diri sendiri dan terhadap apa yang

akan diperbuatnya. Seperti pada masa-oral, masa

anal ini juga terbagi menjadi dua sub-masa, yakni

bagian pertama yang disebut sub-masa pengeluaran

kotoran dan bagia kedua sub-masa penahanan

kotoran.

Pengeluaran kotoran merupakan kegiatan otot-

otot pada daerah anus dan merupakan pula sumber

kepuasan bagi anak untuk “mengotori”

lingkunngannya sebagai reaksi terhadap sikap-sikap

orang lain yang dianggap tidak menyenagkan ; ia

hendak menentang dan ingin menunjukkan

kebebasannya sendiri. Seiring dengan reaksi-reaksi

ini ketika dewasa akan terlihat seorang yang mudah

“mengeluarkan segala sesuatu”, sikap masa bodoh,

sifat tidak rapi, serampangan atau serabutan.

Kegiatan menahan kotoran merupakan kepuasan lain

untuk menunjukkan bahwa ia tidak mau “diatur” oleh

orang lain. Hal ini dihubungkan dengan timbulnya

sikap kaku, keras kepala, kerapian dan keteraturan

Psikologi Perkembangan Page 32

Page 33: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

yang berlebih-lebihan, kalau sub-masa ini tidak

dilampaui dengan baik, dan dalam suasana

memungkinkan perkemvbangna yang seimbang dan

harmonis antara berbagai aspek-aspeknya.

3. Tahap Falik (3;0-5;0) Sumber kenikamatan berpindah ke daerah

kelamin pada tahap falik. Pada masa ini anak mulai

menaruh perhatian terhadap perbedaan –perbedaan

anatomic antara laki-laki dan perempuan, terhadap

asal usul bayi dan hal-hal yang ada kaitannya

dengan kegiatan seks. Hal ini yang muncul pada

masa ini adalah tokoh ibu dijadikan sumber bagi

segala kasih sayang, terutama oleh anak laki-laki.

Ini mudah dimengerti karena sejak dilahirkan si

bayi menjadi pusat perhatian oleh ibunya. Ibunya

yang paling dekat dan paling erat bergaul dengan

anak, juga karena kontak fisik yang terjadi untuk

jangka waktu lama dan terus-menerus, ketika si

anak di mandikan, di bersihkan, di cium, di

gendong, ditemani tidur. Tokoh ibu mnejadi sumber

yang memberikan rasa terlindung dan rasa aman.

Tidak mustahil bisa timbul dalam kontak-kontak

fisik ini perasaan-perasaan sensual pada anak

meskipun dengan cara dan intensitas serta

kulaitasnya tersendiri. Melalui keadaan inilah

timbul keinginan yang bersifat seksual pada anak

Psikologi Perkembangan Page 33

Page 34: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

terhadap orang tuanya, khususnya anak laki-laki

terhadap ibunya.

Masa Falik pada anak laki-laki

Freud percaya bahwa ibu bagi anak laki-laki pada

masa ini adalah obyek pada mana anak ingin melakukan

hubungan seks. Oleh Freud cinta terhadap ibunya ini

disebut Oedipus kompleks, yakni mengambi nama Oedipus,

suatu tokoh daam Mitologi Yunani Kuno, yang membunuh

ayahnya dan mengawini ibunya.

Keinginan anak untuk mencintai ibunya dan

melakukan hubungan seks menjdai terhalang karena

dihadapannya muncul tokoh ayah. Tokoh ayah menjadi

saingannya dalam memperebutkan ibunyadan karena itu

timbul sikap-sikap negatif terhadap ayahnnya. Pada anak

mulai timbul perasaan takut akan dihukum oleh ayahnya

karena cinta increstnya itu. Hukuman yang ditakuti

ialah kalau-kalau dikebiri (kastrasi). Ketakkutan

inilah yang dalam terminology Psikoanalisa dikenal

dengan cemas-kastrasi (Castration-anxiety).

Ketakutan ini menimbulkan sikap menyerah pada anak

dan karena itu lebih baik ia mengidentifikasi dirinya

dengan ayahnya. Ia ingin meniru semua perbuatan yang

dilakukan ayahnya, karena ayahnya adalah modelnya.

Dengan terjadinya identifikasi ini maka pada anak

Psikologi Perkembangan Page 34

Page 35: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

berkembang struktur ketiga dari kepribadian, yakni

super ego, dimana perkembangan moral juga terjadi. Ayah

juga menjadi “tokoh-ayah” yang diingini, yakni menjadi

“ego-ideal”-nya.

Bilamana proses Oedipus ibunya tidak berhenti,

maka akan timbul semacam ikatan antara anak laki-laki

dengan ibunya, bahkan ibunya (bukan ayahnya) yang

dijadikan tokoh identifikasi dan mengambil super ego

yang ada pada ibunya, dengan akibat timbulnya keinginan

melakukan hubungan seks dengan pria (seperti ibunya)

dan inilah dasar dari terjadinya homoseksualitas pada

pria.

Masa Falik pada anak perempuan

Pada anak perempuan perkembangannya lebih sulit.

Freud sendiri tidak meerasa puas menerangkan dinamika

dari anak perempuan pada masa falik.

Seperti pada anak laki-laki, sumber libido pada

anak perempuan juga pada daerah kelamin. Sekalipun ibu

nya adalah tokoh yang dekat dengan kehidupan anak, juga

mengasuh, mencium dll. Seperti terhadap anak laki-laki,

tetapi pada anak perempuan juga timbul keinginan untuk

mengadakan hubungan sex pada ayah nya (Bagian inilah

yang sulit di terangkat Freud).

Psikologi Perkembangan Page 35

Page 36: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Tokoh ibu menjadi penghalang akan cintanya

terhadap ayahnya. Anak perempuan takut akan di hukum

oleh ibu nya, seperti anak laki-laki akan di kastrasi .

Tetapi anak perempuan menyadari bahwa alat kelaminnya

kecil (kelentit) sehingga ia merasa bahwa ia sudah

terhukum oleh ibunya.

Anak perempuan merasa iri hati terhadap anak laki-

laki karena struktur alat kelaminnya kecil. Inilah yang

di kenal dengan istilah : iri hati kelamin (Penis-

envy). Ini timbul pada anak laki-laki karena timbul

cemas kastrasi mengidentifikasikan diri terhadap

ayahnya, sebaliknya pada anak perempuan, iri hati

kelamin timbul identifikasi dengan ibunya. Kesulitan-

kesulitan yang dialami pada masa ini akan menyebabkan

pula kekacauan dalam menentukan tokoh identifikasi dan

pembentukan ego-idealnnya. Inilah dasar dari sifat-

sifat lesbianist yang diperlihatkan ketika sudah

dewasa.

4. Tahap Laten (6;0-12;0)

Masa ketika aktivitas seksual dapat dikatakan

tenang, terpendam, tidak aktif. Sekalipun didalam

kelompok-kelompok bisa timbul pembicaraan atau bahkan

kenakalan seksual (termasuk berbicara kotor),

intensitasnya tidak sehebat ketika masa sebelum atau

Psikologi Perkembangan Page 36

Page 37: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

sesudah masa laten. Juga sifatnya tidak terlalu

pribadi, biasanya dalam kelompok.

Pada masa ini memang terjadi perkembangan yang

menghebat, banyak dan majemuk pada seluruh aspek-

aspeknya, seperti perkembangan kognitif melalui

pendidikan formal di sekolah, perkembanngan sosial dan

moral, melalui hubunga-hubungan yang lebih luas dengan

lingkungan hidupnya. Masa ketika anak menumbuhkan dan

memperkembangkan keterampilan-keterampilan dasar,

memperoleh dan memperlihatkan sistem nilai dalam

kehidupannya. Ia juga mempelajari untuk bisa

menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial.

5. Masa Genital (12;0 th)

Masa ketika dorongan-dorongan seks yang ada pada

masa falik mulai berkembang lagi setelah pada masa

laten berada pada keadaan tenang.

Kematangan pada sudut fisiologis, khususnya mulai

berfungsinya kelenjar-kelenjar kelamin ketika memasuki

masa remaja, mempengaruhi timbulnya daerah-daerah

erogen pada alat-alat kelamin sebagai sumber kenikmatan

dan kepuasan. Doronga seks dalam arti sebenarnya mulai

muncul. Objek cinta berpindah dari cinta-incest ke

cinta heteroseksual yang tidak incest, dan ini

merupakan pengulangan dan sekaligus kelanjutan dari apa

yang terjadi pada masa falik. Ini terlihat dalam

Psikologi Perkembangan Page 37

Page 38: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

pemilihan pasangan yang dikehendaki. Jadi bilamana masa

falik dapat di lampaui dengan baik, akan timbul cinta

pada lawan jeenis kelaminnya secara normal. Sebaliknya

bilamana timbul kesulitan pada masa falik, maka

kemungkinan timbul pengalihan dari objek cinta ke jenis

kelamin yang sama.

Pada masa genital ini terjadi perkembangan pada

arah cinta, maka sekarang cintanya bisa dua arah. Ini

merupakan pula tanda berkembangnya kemampuan

menyesuaikan diri yang baik dalam hubunga-hubungan

sosialnya. Kesulitan selalu timbul oleh adanya

perbedaan-perbedaan norma, norma sosial budaya, norma

moral, baik dari orang tua si remaja maupun masyarakat

sekelilingnya. Perbedaan perbedaan norma ini sering

menimbulkan ketegangan yang berhubungan dengan masalah

seks remaja.

Dengan melihat teori perkembangan yang di

kemukakan S.Freud di atas, timbul masalah masalah

praktis yang acapkali dialami oleh pada orang tua.

Misalnya menghisap ibu jari tangan merupakan usaha anak

untuk mengurangi ketengangan (proses skunder); seberapa

jauh perbuatan ini harus dituruti, atau dilarang berapa

lama, bagaimana caranya, dan macam macam lagi ?

pertanyaan serupa selalu timbul pada masa perkembangan

bersamaan bersama munculnya pertanyaan-pertanyaan

Psikologi Perkembangan Page 38

Page 39: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

praktis seperti di atas. Apalagi bilamana mengenai hal-

hal yang langsung berhubungan dengan kepuasaan seksual,

misalnya mansturbasi. Dalam memberikan pegangan

terhadap pertanyaan-pertanyaan praktis ini, selalu

perlu di hubungakan kembali dengan sifat perkembangan

secara psiko analitis bahwa cirri-ciri perkembangan ini

universal, urutan-urutan selalu tetap, ada perbedaan

kualitas antara satu masa dengan masa lain, tetapi

tetap berkesinambungan istilah keseimbangan bisa

menjadi kunci untuk memberikan untuk jawaban-jawaban

pada pertanyaan-pertanyaan ini.

Keseimbangan antara kepuasaan dan kenikmatan yang

di inginkan dan kemungkinan-kemungkinan untuk memenuhi

kepuasan dan kenikmatan tersebut dalam batas dan

intensitas yang bisa di terima oleh norma yang ada.

Keseimbangan antara kehendak dan hambatan, antara

keinginan dan larangan, antara hadiah dan hukuman.

Keseimbangan menjadi sangat relative dan dalam hal ini

yang lebih menentukan adalah ang dewasa, tutama tempat

anak hidup dan berkembang.

Teori Psikoanalisa ini memang muncul dan

dikembangan di dunia barat. Banyak ahli yang masih

meragukan apakah teori ini bisa di pakai di dunia timur

dengan pandangan yang masih berbeda terhadap masalah

sex. Keterbukaan masalah sex jelas berbeda sebagai

Psikologi Perkembangan Page 39

Page 40: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

teori an sich tetap perlu di ketahui, secara khusus

mengenai perkembangan kepribadian sesuai dengan tujuan

uraian ini.

2.2 Tugas Perkembangan Moral dan PsikoseksualIndividu tumbuh dan berkembang selama

perjalanan kehidupannya melalui beberapa periode

atau fase-fase perkembangan. Setiap fase

perkembangan mempunyai serangkaian tugas

perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik

oleh setiap individu. Sebab, kegagalan menyelesaikan

tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu

berakibat tidak baik pada kehidupan fase berikutnya.

Sebaliknya keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-

tugas perkembangan pada fase tertentu akan

memperlancar pelaksanaan tugas-tugas perkembangan

pada fase berikutnya. Tugas-tugas perkembangan

tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat

kematangan fisik sedangkan yang lain berkembang

karena adanya batas aspirasi budaya, sementara yang

lain lagi tumbuh dan berkembang karena nilai dan

aspirasi individu.

Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam

tujuan yang sangat bermanfaat bagi individu dalam

menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu:

Psikologi Perkembangan Page 40

Page 41: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

1) Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui

apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada

usia-usia tertentu.

2) Memberikan motivasi kepada setiap individu untuk

melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial

pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.

3) Menunjukan kepada setiap individu tentang apa yang

akan mereka hadapi dan tindakan apa yang

diharapkan dari mereka hadapi dan tindakan apa

yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan

memasuki tingkat perkembangan berikutnya.

2.2.1 Hambatan Penyelesaian Tugas Perkembangan

Tugas-tugas perkembangan ada yang dapat

diselesaikan dengan baik,ada juga yang mengalami

hambatan. Tidak dapat diselesaikannya dengan baik

suatu tugas perkembangan dapat menjadi suatu

bahaya potensail. Setidaknya ada tiga macam bahaya

potensial yang menjadi penghambat penyelesaian

tugas perkembangan, yaitu:

1) Harapan-harapan yang kurang tempat, baik

individu maupun lingkungan sosial mengharapkan

perilaku diluar kemampuan fisik maupun

psikologis

Psikologi Perkembangan Page 41

Page 42: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

2) Melangkahi tahap-tahap terrtentu dalam

perkembangan sebagai akibat kegagalan mengusai

tugas-tugas tertentu.

3) Adanya krisis yang dialami individu karena

melewati satu tingkatan ke tingkatan yang lain.

2.3 Faktor yang Mendukung dan Faktor yang

Menghambat

2.3.1 Faktor yang Mendukung

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian

perkembangan internalisasi nilai-nilai terjadi

melalui identifikasi dengan orang-orang yang

dianggapnya sebagai model. Bagi para ahli

psikoanalisis, perkembangan moral dipandang

sebagai proses internalisasi norma-norma

masyarakat dan dipandang sebagai kematangan dari

sudut organik biologis.

Dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai

pencerminan nilai-nilai tertentu, banyak faktor

yang mempengaruhi perkembangan moral dan

psikoseksual, diantaranya :

1. Tingkat harmonisasi antara hubungan orang tua

dan anak

Psikologi Perkembangan Page 42

Page 43: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Beberapa sikap orang tua yang turut andil

dalam menentukan perkembangan moral, antara

lain :

a. Konsistensi Orang Tua dalam Mendidik Anaknya

Ayah dan ibu harus memeiliki sikap dan

perlakuan yang sama dalam melarang atau

membolehkan perilaku tertentu kepada anak. Suatu

perilaku anak yang dilarang oleh orang tua pada

suatu waktu, harus dilarang juga jika anak

melakukannya di waktu yang lain.

b. Sikap Orang Tua di Lingkungan Keluarga

Sikap orang tua terhadap aak secara tidak

langsung dapat mempengaruhi perkembangan moral dan

agama anak, yaitu melalui proses peniruan

(imitasi). Sikap orang tua yang keras (otoriter)

cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada

anak. Sikap orang tua yang acuh tak acuh, cuek,

atau masa bodoh akan cenderung menegmbangkan sikap

kurang bertanggung jawab dan kurang mempedulikan

norma yang harus dipatuhi oleh anak. Sikap yang

sebaiknya dimiliki oleh orang tua adalah seperti

sikap kasih sayang, keterbukaan, musyawarah dan

kesopanan.

c. Penghayatan dan Pengamalan Agama yang Dianut oleh

Orang Tua

Psikologi Perkembangan Page 43

Page 44: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Orang tua merupakan teladan atau panutan bagi

anaknya, termasuk panutan bagi anaknya dalam

mengamalkan ajaran agama. Orang tua yang

menciptakan iklim keluarga yang religious (agamis)

dengan cara memberikan ajaran atau bimbingan

tentang nilai-nilai agama pada anak maka akan

menjadikan anak mengalami perkembangan moral dan

agama yang optimal.

d. Konsistensi Orang Tua dalam Norma

Orang tua yang tidak menghendaki anaknya

berbohong atau berlaku tidak jujur, maka mereka

harus menjauhkan dirinya dari perilaku berbohong

atau tidak jujur. Jika orang tua mengajarkan

kepada anak untuk berlaku jujur, bertutur kata

yang sopan, bertanggung jawab dan taat beragama,

tetapi orang tua sendiri menampilkan perilaku yang

sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada

dirinya dan akan menggunakan ketidakkonsistenan

orang tua tersebut sebagai alasan untuk tidak

melakukan apa yang diinginkan oleh orang tuanya,

bahkan mungkin dia akan berperilaku seperti orang

tuanya.

2. Lingkungan dan pergaulan yang kondusif

Diantara unsur lingkungan sosial yang

berpengaruh yang tampaknya sangat penting

adalah unsure lingkungan yang berbentuk

Psikologi Perkembangan Page 44

Page 45: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

manusia yang langsung dikenal atau dihadapi

oleh seseorang sebagai perwujudan nilai-nilai

tertentu.

3. Tingkat Penalaran

Perkembangan moral yang sifatnya

penalaran menurut Kohlberg dipengaruhi oleh

perkembangan nalar. Makin tinggi penaalaran

seseorang, maka makointinggi juga tingkat

penalarannya.

4. Interaksi Sosial

Memberikan kesempatan kepada anak untuk

mempelajari dan menerapkan standar perilaku

yang diterapkan dalam masyarakat, keluarga,

sekolah dan pergaulan dengan orang lain.

2.3.2 Faktor yang Menghambat Fakor-faktor yang dapat menghambat

perkembangan moral dan psikoseksual sebagai

berikut :

1. Hubungan keluarga yang kurang harmonis

2. Lingkungan yang kurang kondusif

3. Tingkat penalaran dan IQ yang rendah

4. Kurangnya sosialisasi dan interaksi sosial

5. Media Sosial

6. Kesehatan fisik

Psikologi Perkembangan Page 45

Page 46: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

3.1 Contoh Kasus dan Penanganan

Kasus 1

Reza baru saja lulus SMU jurusan IPA.

Namun, ia kurang beruntung, karena tidak

lolos Ujian Masuk Universitas. Oleh karena

itu, untuk semntara ia menganggur. Ia hanya

mengikuti bimbingan tes sambil mengadu

untung lagi dalam Ujian Masuk Universitas

yang akan datang. Yang menjadi masalah bagi

orang tua Reza adalah bahwa reza sulit

sekali diatur oleh orang tua. Pelerjaannya

sehari-hari keluar rumah melulu, pulanng

larut malam dan orang tua Reza tidak pernah

tahu kemana saja perginya anak mereka.

Kekhawatiran orang tua Reza ini semakin

beralasan karena semasa SMA Reza pernah

terlibat NARKOBA. Kalau terus menerus

seperti itu, mau jadi apa Reza kelak?

Tetapi, di pihak Reza sendiri, terus terang

saja ada perasaan jenuh dan bosan terhadap

orang tuanya. Ia bukannya tidak menghormati

Psikologi Perkembangan Page 46

Page 47: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

orang tuanya, tetapi ia tidak suka

diperlakukan seperti anak kecil terus.

Memang, dia pernah ikut-ikutan memakai

shabu waktu SMA, tetapi itu sudah lewat. Ia

sudah tidak lagi melakukannya. Tetapi,

oranng tuanya masih terus saja tidak

mempercayainya. Apapun yang dilakukannya

untuk memperbaiki ncitra dirinya, di mata

orang tuanya, kesan yang terlanjur tidak

baik itu sulit sekali di kurangi. Oleh

karena itu, ia justru melakukan hal-hal

yang ia tahu tidak akan disukai oleh orang

tuanya. Dengan perkataan lain, Reza

menunjukkan reaksi-reaksi yang negatif

sebagai cerminan dan pemberontakan jiwanya.

Kasus 2

Nyaris semua anggota geng cewek 16 tahun

ini kebetulan sudah pernah ngerasain

hubungan seksual. Cuma Killa yang belum.

Ceritanya terjadi saat ia masih kelas II

SMP sewaktu kumpul di rumah teman yang lagi

kosong, teman-teman Killa memanas-manasi

Psikologi Perkembangan Page 47

Page 48: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

“Biasanya gue bisa ditahan,” ujarnya.

Masalahnya malam itu, entah kenapa, Killa

seolah tidak bisa menahan gempuran teman-

temannya. Di sisi lain, cowoknya juga nggak

kuat menahan. Bahkan ikut-ikutan ngojok-

ngojokkin.

Cowoknya yang kakak kelas itu kemudian

mengajaknya ke kamar. Dihinggapinya

perasaaan nggak enak sama teman-temannya

dan penasaran, Killa pun oke saja menerima

tawaran sang pacar. Sementara teman-

temannya pada nunggu di luar. “Cowok gue

itu first love gue”, katanya.

Selesai melakukan hubungan untuk pertama

kalinya, Killa bukannya malu. Ia malah

mendapat selamat dari teman-temannya.

“Cowok gue kayaknya udah piawai deh. Teman-

teman gue meluk gue dan ngasih selamat.

Sementara cowok gue cengar-cengir”’

kisahnya.

Sebetulnya Killa merasa malu. Tapi di

depan teman-temannya, rasa itu ia

sembunyikan. Ia juga merasa takut hamil.

Abis itu ia menangis hebat di hadapan sang

pacar.

Psikologi Perkembangan Page 48

Page 49: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Penanganan

Menghadapi remaja memang bukan pekerjaan yang

mudah. Menurut Adams dan Gullota, ada lima aturan kalau

kita ingin membantu remaja dalam menghadapi masalah

mereka.

Yang pertama, Trustworthiness (kepercayaan),

yaitu, kita harus saling percaya dengan para

remaja yang kita hadapi. Tanpa itu, jangan harap

ada komunikasi dengan mereka.

Yang kedua, Genuineness, yaitu, maksud yang murni,

tidak berpura-pura.

Yang ketiga, Empathi, yaitu kemampuan untuk ikut

merasakan perasaan-perasaan remaja.

Yang Keempat, honesty, yaitu kejujuran.

Yang kelima, tetapi terpenting adalah adannya

pandangan dari pihak remaja bahwa kita memang

memenuhi keempat aturan tersebut.

Walaupun kita sudah berusaha memenuhi keempat

persyaratan diatas, tetapi jika satu tingkah laku saja

tidak terlihat di mata mereka, mereka akan memandang

bahwa kita tidak sungguh-sungguh sehingga mereka tidak

akan mempercayai kita lagi.

Psikologi Perkembangan Page 49

Page 50: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Dikatakan oleh S.R Maddi bahwa perbedaan trait

(konstansi atau ketetapan yang disposisional) dengan

konstansi tingkah laku biasa (misalnnya kebiasaan)

adalah bahwa trait menunjuk pada tingkah laku dalam

skala besar (molar) dan majemuk yang menyangkut juga

struktur kognitif. Sedangkan konsistensi tingkah laku

hanya menunjuk pada tingkah laku skala kecil

(molecular) dan tunggal.

Yang sekarang banyak dianut para pakar tentang

trait adalah apa yang dikenal dengan istilah The Big

Five. Trait akan muncul pada situasi-situasi yang penuh

tekanan atau ketika suatu tindakan bisa menimbulkan

konsekuensi yang sangat serius. Trait terkandung dalam

kecerdasan emosi. Orang dengan trait marah yang rendah

dengan sendirinya akan menggunakan kognisinya untuk

mengontrol situasi dalam konteks yang mengandung

permusuhan, dan studi biometrik pun membuktikan adanya

kontribusi yang cukup besar dari faktor-faktor genetik

terhadap dimensi-dimensi kepribadian yang utama.

Sementara itu, penelitian lain lagi mengammbil jalan

tengah, yaitu bahwa trait memang ada, namun

realisasinya dalam perilaku sangat dipengaruhi oleh

factor lingkungan, seperti budaya dan usia.

Khususnya pada diri remaja, proses perubahan

karena pengalaman dan usia merupakan hal yang harus

Psikologi Perkembangan Page 50

Page 51: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

terjadi karena dalam proses kematangan kepribadiannya,

remaja sedikit demi sedikit memunculkan ke permukaan

sifat-sifat (trait)-nya yang sebenarnya, yang harus

berbenturan dengan rangsangan-rangsangan dari luar.

Oleh karena itu, Reza pada contoh kasus yang

pertama berontak sampai menggunakan shabu-shabu. Bukan

pilnya yang menjadi sasaran utama, karena Reza bukan

anak yang sejak lahir berbakat kecanduan shabu-shabu.

Shabu-shabu itu lebih ke perwujudan dari tugas

perkembangannya., yaitu memperjuangkan kemandirian.

Sedangkan dalam hubungan orang tua, walaupun ada unsur

perasaan suka dan menghargai (hal nyanng merupakan

kenyataan yang tidak bisa dihindari)., hubungan dengan

orang tua lebih didasarkan pada reaksi. Jadi, seorang

remaja menurut saja apa kata orang tuanya, karena

begitulah keinginan mereka dan dia tidak mau bersusah-

susah.

Sampai disini dapat ditunjukkan bahwa sebetulnya

agar kualitas hubungan ayah-anak dan ibu-anak bisa

lebih meningkat orang tua perlu lebih memerhatikan

aspek perasaan, penerimaan, kepribadian, dan interaksi

itu sendiri. Akan tetapi dalam kenyataannya, banyak

orang tua (seperti pada kasus Reza) yang lebih

menekankan pencapaan prestasi sekolah, nilai akademis

atau IQ yang tinggi. Inilah yang menyebabkan anak tidak

Psikologi Perkembangan Page 51

Page 52: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

bisa menemukan dirinya sendiri dan harus menurut

semata-mata pada kemauan orang tua.

Remaja dikenal sebagai sosok dengan rasa ingin

tahu yang besar. Banyak minat yang berkembang pada masa

remaja, diantaranya, minat sosial dan minat dalam

masalah seksual.salah satu stereotip yang menonjol pada

masa remaja adalah sangat ingin membicarakan,

mempelajari, atau mengamati hal-hal yang berkaitan

dengan masalah seksual. Menurut Luthfie, ada lima topik

yang diminati remaja dalam upaya memenuhi rasa ingin

tahunya mengenai masalah seksual, yakni pembicaraan

tentang proses hubungan seksual, pacaran, kontrol

kelahiran, cinta dan perkawinan, serta pemyakit

seksual. Hasil penelitian Damayanti, menunjukkan bahwa

lima dari seratus pelajar di DKI Jakarta sudah pernah

melakukan hubungan seksual pranikah.Hasil tersebut

diperoleh dari 8941 pelajar dari 119 SMA dan yang

sederajat di Jakarta. Menurut Damayanti perilaku

seksual pranikah tersebut cenderung dilakukan karena

pengaruh negative teman sebaya serta kehidupan keluarga

yang kurang sensitif terhadap sekelilingnya. Remaja

yang merasa bebas dan tidak dikekakng ternyata lebih

mudah jatuh pada perilaku merokok, menyalahgunakan

alcohol, mengkonsumsi narkoba dan melakukan hubungan

seksual pranikah.

Psikologi Perkembangan Page 52

Page 53: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Hubungan seksual pranikah akan menjadi sesuatu

yang sangat memprihatinkan karena akan membawa dampak

negatif bagi remaja sendiri, orangtua dan masyarakat.

Contohnya adalah kehamilan yang tidak diinginkan,

aborsi, penyakit menular seksual serta pernikahan dini

yang bermasalah. Berdasarkan penelitian 26,35% dari 846

peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual

selama pacaran dan 50% diantarannya menyebabkan

kehamilan, sehingga harus mau dinikahkan. Dalam hal

seperti ini masa depan remaja akan hancur, keluarga

akan menjadi malu, dan masyarakat menjadi resah.

Dalam hasil penelitian yang lain, menunjukkan

bahwa 44,8% mahasiswa dan remaja Bandung telah

melakukan hubungan seksual pranikah dan hampir sebagian

besar pada wilayah kos-kosan bagi mahasiswa yang kuliah

di PTN dan PTS terbesar di Bandung. Dari sekitar 1000

remaja peserta konsultasi (curhat) dan hasil polling

selama tahun 2000-2002, tempat remaja melakukan

hubungan seksual terbesar dilakukan di tempat kos

(51,5%), di rumah (30%), di rumah pihak perempuan

(27,3%), di hotel (11,2%), di taman (2,5%), di tempat

rekreasi (2,4%), di kampus (1,3%), di mobil (1,4%) dan

tak diketahui dengan pasti (0,7%).

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas, dampak

perilaku seksual pranikah begitu besar sehingga

Psikologi Perkembangan Page 53

Page 54: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

seharusnya remaja mampu menghindari perilaku tersebut

agar masa depannya tidak bermasalah. Bagi remaja putri

khususnya, dampak yang dirasakan akan lebih besar

karena kehamilan hanya dapat dialami oleh remaja putri

serta kerusakan alat reproduksi juga akan terjadi bila

dilakukan aborsi.

Perilaku dapat diartikan sebagai aktivitas

organisme yang dapat diamati oleh organisme yang lain

atau instrument peneliti (Atkinson, dkk, 1993). Selain

itu, perilaku dapat didefinisikan sebagai reaksi yang

dapat bersifat sederhana maupun kompleks serta

mempunyai sifat diferensial, artinya satu stimulus

dapat menimbulkan lebih dari satu respon yang berbeda

dan beberapa stimulus yang berbeda dapat menimbulkan

satu respon yang sama.

Perilaku seksual pranikah adalah segala macam

tindakan seperti bergandengan tangan, berciuman,

bercumbu, sampai dengan bersenggama yang dilakukan

dengan adanya dorongan hasrat seksual yang dilakukan

sebelum ada ikatan pernikahan yang sah (Simanjuntak,

2005). Bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah adalah

tingkat perilaku yang dilakukan pasangan lawan jenis

dan bentuk perilaku ini disusun berdasarkan adanya

ukuran kepuasan seksual, meliputi :

Bergandengan Tangan

Psikologi Perkembangan Page 54

Page 55: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Perilaku ini hanya terbatas dilakukan pada

saat pergi berdua, saling berpegangan tangan,

sebelum sampai pada tingkat yang lebih dari

bergandengan tangan seperti berciuman dan

seterusnya. Bergandengan tangan termasuk dalam

perilaku seksual pranikah karena adanya kontak

fisik secara langsung antara dua orang lawan jenis

yang didasari oleh

Berciuman

Berciuman didefinisikan sebagai suatu

tindakan yang menempelkan bibir ke pipi, leher,

atau bibir ke bibir, sampai menempelkan lidah

sehingga dapat saling menimbulkan ranngsangan

seksual.

Bercumbu

Bercumbu merupakan tindakan yang sudah

dianggap rawan yang cenderung menyebabkan suatu

rangsangan akan melakukan hubungan seksual atau

senggama, yang biasanya ditunjukkan dengan

memegang atau meremas payudara, baik masih memakai

pakaian atau secara langsung, saling menempelkan

alat kelamin, namun belum melakukan hubungan

seksual atau bersenggama secara langsung.

Bersenggama

Psikologi Perkembangan Page 55

Page 56: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Bersenggama yaitu telah terjadi kontak

seksual atau melakukan hubungan seksual yang

artinya sudah ada aktivitas memasukkan alat

kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan.

Perilaku seksual pranikah dipengaruhi oleh

beberapa faktor, seperti pengetahuan tentag

kesehatan reproduksi, pengalaman seksua, faktor

kepribadian, penghayatan nilai-nilai keagamaan dan

berfungsi atau tidaknya keluarga dalam menjalankan

fungsi kontrol afeksi atau kehangatan. Pengetahuan

kesehatan reproduksi adalah suatu pengertian

maupun pemahaman tentang sistem reproduksi

manusia, kesehatan reproduksi, risiko PMS atau

AIDS dan penularannya, mitos atau fakta seksual.

Meningkatnya perilaku seksual pranikah pada

remaja banyak bersumber dari kurangnya informasi

tentang seks yang disebabkan rendahnya pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi yang dimiliki remaja

sehingga menimbulkan permasalahan kesehatan

reproduksi pada remaja perempuan seperti kehamilan

sebelum menikah, aborsi atau penyakit menular

seksual.

Pengetahuan kesehatan reproduksi yang

seharusnya dimiliki remaja meliputi :

Psikologi Perkembangan Page 56

Page 57: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Sistem reproduksi manusia, berisikan anatomi organ

reproduksi dan fungsi organ reproduksi.

Kesehatan reproduksi, mencangkup informasi

mengenai kurun waktu reproduksi sehat, perencanaan

dan pengaturan waktu rreproduksi serta dampak pada

ibu dan bayi.

Penyakit Menular Seksual (PMS) dan AIDS, yaitu

informasi mengenai jenis penyakit menular seksual,

gejala yang muncul dan penularannya.

Mitos dan fakta seksualitas, berisikan informasi

yang tepat dan tidak tepat yang diterima oleh

remaja dari lingkungan sekitar.

Pengetahuan ini akan memberikan wawasan bagi

remaja putri tentang kondisi tubuhnya, hal-hal

yang harus dijaga serta risiko yang dapat timbul

jika remaja berhati-hati dengan tindakannya.

Selain itu remaja mampu membedakan hal-hal yang

bersifat mitos tentang kesehatan reproduksi dan

mampu membedakannya dengan fakta, sehingga tidak

terjebak pada kepercayaan dan tindakan yang salah

dalam kaitannya dengan proses reproduksi dirinya.

Dengan adanya pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi, remaja putri diasumsikan dapat lebih

bertangggungjawabdan mampu mempertimbangkan

Psikologi Perkembangan Page 57

Page 58: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

konsekuensi dari perilakunya sehingga menghindari

perilaku seksual pranikah.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah ada hubungan negatif antara tingkat

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan

perilaku seksual pranikah pada remaja putri.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi semakin rendah perilaku

seksual pada remaja putri.

BAB III KESIMPULAN

Psikologi perkembangan adalah cabang dari ilmu

psikologi yang memfokuskan pengakajiannya pada

kehidupan individu dilihat dari tahap-tahap

perkembangan yang dilalui dan usia pada tahap tersebut

dalam satu rentang kehidupan, yaitu sebelum lahir

hingga usia lanjut. Dalam pengertian lain, psikologi

Psikologi Perkembangan Page 58

Page 59: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

perkembangan adalah cabang ilmu psikologi yang

mempelajari tentang perubahan tingkah laku dan proses

mental sepanjang kehidupan seseorang mulai dari

konsepsi sampai meninggal.

Definisi dan Pengertian Perkembangan Moral

Kata moral sering kali diperbincangkan di

masyarakat, dimanapun dan kapan pun. Moral berasal

dari bahasa latin, yaitu Mos yang berarti adat

istiaat, kebiasaan, cara, tingkah laku, dan

kelakuan.

Istilah moral berasal dari kata Latin “Mores”

yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat

istiadat, atau kebiasaan. Perkembangan moral

adalah perubahan psikis yang memungkinkannya dapat

mengetahui mana perilaku yang baik yang harus

dilakukan dan mengetahui mana perilaku yang buruk

yang harus dihindarinya berdasarkan norma-norma

tertentu.

Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari

tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan

perkembanganpenalaran moralnya seperti yang

diungkapkan.

Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan

mengklarifikasi respons yang dimunculkan kedalam enam

Psikologi Perkembangan Page 59

Page 60: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi

kedalam tiga tingkatan:

1. pra-konvensional

2. konvensional

3. pasca-konvensional

Teori Psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh

Sigmund Freud. Sebagai ilmuwan Freud melihat hukum-

hukum energi yang ada dalam lapangan fisika yang

berlaku untuk benda-benda di dalam ala mini, bisa

diterapkan untuk kehidupan mental seseorang. Dilihatnya

manusia sejak lahir mempunyai naluri, mempunyai

kebutuhan dan mempunyai dorongan yang slaing

berhubungan satu sama lain, sehingga jelas ada unsur

tenaga atau kekatan pada kehidpan psikis seseorang.

Tahapan Psikoseksual :

1. Tahap Oral

2. Tahap Anal

3. Tahap Falik

4. Tahap Laten

5. Tahap Genital

Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam

tujuan yang sangat bermanfaat bagi individu dalam

menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu:

Psikologi Perkembangan Page 60

Page 61: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

1. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui

apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada

usia-usia tertentu.

2. Memberikan motivasi kepada setiap individu untuk

melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial

pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.

3. Menunjukan kepada setiap individu tentang apa yang

akan mereka hadapi dan tindakan apa yang

diharapkan dari mereka hadapi dan tindakan apa

yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan

memasuki tingkat perkembangan berikutnya.

Faktor yang berpengaruh dalam perkembangan :

1. Hubungan keluarga yang kurang harmonis

2. Lingkungan yang kurang kondusif

3. Tingkat penalaran dan IQ yang rendah

4. Kurangnya sosialisasi dan interaksi sosial

5. Media Sosial

6. Kesehatan fisik

Psikologi Perkembangan Page 61

Page 62: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

Novan Ardy Wilyani. 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini.

Bumiayu. Gava Media.

Singgih D. Gunarsa. 2014. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta.

Libri.

Mohammad Ali, Mohammad Asrori. 2014. Psikologi Remaja : Perkembangan

Peserta Didik. Jakarta. Bumi Aksara.

Monks. F.J, Knoers. A. M. P. 2006. Psikologi Perkembangan : Pengantar

dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Sarlito W. Sarwono. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta. Rajagrafindo

Persada.

Jurnal Psikologi. Menyoal Problem Kesehatan Masyarakat :

Pengetahuan Kesehatan dan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri. Program

Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Psikologi Perkembangan Page 62

Page 63: Perkembangan Moral dan Psikoseksual

Psikologi Perkembangan Page 63