Top Banner
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA A. Awal Masuknya Islam di Indonesia Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan. Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah. B. Cara Masuknya Islam di Indonesia Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip 1
43

Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

Mar 03, 2019

Download

Documents

trinhdien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

A. Awal Masuknya Islam di Indonesia

Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti

animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa

Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri

kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di

Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di

Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut

dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-

prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),

menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam

Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak

ada paksaan.

Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “

masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan,

Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh

masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai

ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan

Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib),

disebarkan langsung dari Madinah.

B. Cara Masuknya Islam di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan.

Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan

persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang

teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :

Artinya :

Tidak ada paksaan dalam agama (Q.S. al-Baqarah ayat 256)

Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;

1. Perdagangan

Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak

dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti

kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin

1

Page 2: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).

Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani

yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan

agama Islam.

2. Kultural

Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media

kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa.

Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia

mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan

ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian

tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa

sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-

anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.

3. Pendidikan

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis

dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang

menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren

tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan

Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri

menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate,

hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat

strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.

4. Kekuasaan politik

Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat

dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat

dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja

lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan

hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para

Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong

menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi

cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.

C. Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah Nusantara

1. Di Sumatra

Kesimpulan hasil seminar di Medan tersebut di atas, dijelaskan bahwa wilayah

Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra

dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-masing

2

Page 3: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam

Perlak dan Samudra Pasai.

Menurut keterangan Prof. Ali Hasmy dalam makalah pada seminar “Sejarah

Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh” yang digelar tahun 1978 disebutkan

bahwa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Perlak. Namun ahli sejarah

lain telah sepakat, Samudra Pasailah kerajaan Islam yang pertama di Nusantara

dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh (memerintah dari

tahun 1261 s.d 1297 M). Sultan Malik Al-Saleh sendiri semula bernama Marah

Silu. Setelah mengawini putri raja Perlak kemudian masuk Islam berkat

pertemuannya dengan utusan Syarif Mekkah yang kemudian memberi gelar

Sultan Malik Al-Saleh.

Kerajaan Pasai sempat diserang oleh Majapahit di bawah panglima Gajah Mada,

tetapi bisa dihalau. Ini menunjukkan bahwa kekuatan Pasai cukup tangguh dikala

itu. Baru pada tahun 1521 di taklukkan oleh Portugis dan mendudukinya selama

tiga tahun. Pada tahun 1524 M Pasai dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayat

Syah. Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh

keSultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam (sekarang dikenal

dengan kabupaten Aceh Besar).

Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam,

hampir bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan

Portugis. Dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim

kerajaan Aceh terus mengalami kemajuan besar. Saudagar-saudagar muslim

yang semula berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh.

Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar

Muda Mahkota Alam ( 1607 - 1636).

Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam ke

seluruh wilayah Nusantara. Para da’i, baik lokal maupun yang berasal dari Timur

Tengah terus berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh wilayah

Nusantara. Hubungan yang telah terjalin antara kerajaan Aceh dengan Timur

Tengah terus semakin berkembang. Tidak saja para ulama dan pedagang Arab

yang datang ke Indonesia, tapi orang-orang Indonesia sendiri banyak pula yang

hendak mendalami Islam datang langsung ke sumbernya di Mekah atau

Madinah. Kapal-kapal dan ekspedisi dari Aceh terus berlayar menuju Timur

Tengah pada awal abad ke 16. Bahkan pada tahun 974 H. atau 1566 M

dilaporkan ada 5 kapal dari kerajaan Asyi (Aceh) yang berlabuh di bandar

pelabuhan Jeddah. Ukhuwah yang erat antara Aceh dan Timur Tengah itu pula

yang membuat Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah.

3

Page 4: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

2. Di Jawa

Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada

abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya

Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai

tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah

Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah

saat itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh

para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu

lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan

Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.

Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para

Wali Sanga, yaitu :

a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik

Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor

penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan

sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H)

dimakamkan di Gapura Wetan Gresik

b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)

Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa,

ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya

lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk,

main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa

Ampel tahun 1481 M.

Jasa-jasa Sunan Ampel :

1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir

para mubalig kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan

Demak pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat)

dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah

Blambangan.

2) Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada

tahun 1479 M.

3) Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden

Patah sebagai Sultan pertama.

c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)

Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai

ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja

4

Page 5: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan

Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.

d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)

Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-

sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun

1515 M.

e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)

Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat

wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat

menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia

utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit

yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di

bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.

f. Sunan Drajat

Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang).

Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i

yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu

Ambon.

g. Syarif Hidayatullah

Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan

Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon

yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid

Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan

Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan

Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja

Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para

wali.

h. Sunan Kudus

Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat

tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan

sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan

merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.

i. Sunan Muria

5

Page 6: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga.

Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta

kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara

kota Kudus.

Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa

tentram dan damai dalam ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan

Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah. Hidup mereka menemukan

pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri masa Siwa-Budha serta

animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan karena wibawa dan

perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang pasti yaitu syari’at Islam

“Salokantara” dan “Jugul Muda” itulah dua kitab undang-undang Demak yang

berlandaskan syari’at Islam. Dihadapan peraturan negeri pengganti Majapahit

itu, semua manusia sama derajatnya, sama-sama khalifah Allah di dunia. Sultan-

Sultan Demak sadar dan ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para Ulama atau Wali.

Para Ulama itu berperan sebagai tim kabinet atau merangkap sebagai dewan

penasehat Sultan.

Dalam versi lain dewan wali sanga dibentuk sekitar 1474 M. oleh Raden Rahmat

(Sunan Ampel), membawahi Raden Hasan, Maftuh Ibrahim, Qasim (Sunan

Drajat) Usman Haji (ayah Sunan Kudus, Raden Ainul Yakin (Sunan Gresik),

Syekh Sutan Maharaja Raden Hamzah, dan Raden Mahmud. Beberapa tahun

kemudian Syekh Syarif Hidayatullah dari Cirebon bergabung di dalamnya. Sunan

Kalijaga dipercaya para wali sebagai muballig keliling. Disamping wali-wali

tersebut, masih banyak Ulama yang dakwahnya satu kordinasi dengan Sunan

Ampel hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali Sanga yang dikenal selama ini

memang memiliki peran dan karya yang menonjol dalam dakwahnya.

3. Di Sulawesi

Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari

pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan

kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus

dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan company dagang

Portugis pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui

pemukiman muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu banyak, namun

upaya dakwah terus berlanjut dilakukan oleh para da’i di Sumatra, Malaka dan

Jawa hingga menyentuh raja-raja di kerajaan Gowa dan Tallo atau yang dikenal

dengan negeri Makasar, terletak di semenanjung barat daya pulau Sulawesi.

Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate

dibawah pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu.

6

Page 7: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

Melalui seorang da’i bernama Datuk Ri Bandang agama Islam masuk ke

kerajaan ini dan pada tanggal 22 September 1605 Karaeng Tonigallo, raja Gowa

yang pertama memeluk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin Al Awwal

(1591-1636 ) dan diikuti oleh perdana menteri atau Wazir besarnya, Karaeng

Matopa.

Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo menyampaikan

pesan Islam kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan

Bone. Raja Luwu segera menerima pesan Islam diikuti oleh raja Wajo tanggal 10

Mei 1610 dan raja Bone yang bergelar Sultan Adam menerima Islam tanggal 23

November 1611 M. Dengan demikian Gowa (Makasar) menjadi kerajaan yang

berpengaruh dan disegani. Pelabuhannya sangat ramai disinggahi para

pedagang dari berbagai daerah dan manca negara. Hal ini mendatangkan

keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan Gowa (Makasar). Puncak kejayaan

kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan Hasanuddin (1653-1669).

4. Di Kalimantan

Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo melalui tiga

jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah

Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian membuat dakwah

semakin menyebar sebab para muballig dan komunitas muslim kebanyakan

mendiamai pesisir barat Kalimantan.

Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa.

Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak

berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i tersebut

berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka

lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang terkenal

saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.

a. Kalimantan Selatan

Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan adanya krisis

kepemimpinan dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Saat itu

Raden Samudra yang ditunjuk sebagai putra mahkota oleh kakeknya, Raja

Sukarama minta bantuan kepada kerajaan Demak di Jawa dalam peperangan

melawan pamannya sendiri, Raden Tumenggung Sultan Demak (Sultan

Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra kelak bersedia masuk Islam.

Dalam peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan. Maka sesuai

dengan janjinya ia masuk Islam beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar.

Saat itulah tahun (1526 M) berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar dengan

7

Page 8: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

rajanya Raden Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah.

Raja-raja Banjar berikutnya adalah Sultan Rahmatullah (putra Sultan

Suryanullah), Sultan Hidayatullah (putra Sultan Rahmatullah dan Marhum

Panambahan atau Sultan Musta’in Billah. Wilayah yang dikuasainya meliputi

daerah Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin, Sampit Medawi, dan

Sambangan.

b. Kalimantan Timur

Di Kalimantan Timur inilah dua orang da’i terkenal datang, yaitu Datuk Ri

Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, sehingga raja Kutai (raja Mahkota)

tunduk kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para menteri, panglima dan

hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid.

Tahun 1575 M, raja Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah

sampai ke pedalaman Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman,

dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar dan para penggantinya.

5. Di Maluku.

Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah,

sehingga menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang

muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini

menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di kepulauan ini.

Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440

dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para

da’i yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore,

raja Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda)

bahwa raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500

M). Setelah itu Islam berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku.

Tetapi diantara sekian banyak kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua

kerajaan , yaitu Ternate dan Tidore.

Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :

a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).

b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar

jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke

Filipina.

c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.

d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.

e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.

8

Page 9: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang

disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig yang

juga berasal dari Maluku.

Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau

Waigio dan Pulau Gebi.

D. Peranan Umat Islam dalam Mengusir Penjajah.

Ketika kaum penjajah datang, Islam sudah mengakar dalam hati bangsa

Indonesia, bahkan saat itu sudah berdiri beberapa kerajaan Islam, seperti

Samudra Pasai, Perlak, Demak dan lain-lain. Jauh sebelum mereka datang,

umat Islam Indonesia sudah memiliki identitas bendera dan warnanya adalah

merah putih. Ini terinspirasi oleh bendera Rasulullah saw. yang juga berwarna

merah dan putih. Rasulullah saw pernah bersabda :” Allah telah menundukkan

pada dunia, timur dan barat. Aku diberi pula warna yang sangat indah, yakni Al-

Ahmar dan Al-Abyadl, merah dan putih “. Begitu juga dengan bahasa Indonesia.

Tidak akan bangsa ini mempunyai bahasa Indonesia kecuali ketika ulama

menjadikan bahasa ini bahasa pasar, lalu menjadi bahasa ilmu dan menjadi

bahasa jurnalistik.

Beberapa ajaran Islam seperti jihad, membela yang tertindas, mencintai tanah air

dan membasmi kezaliman adalah faktor terpenting dalam membangkitkan

semangat melawan penjajah. Bisa dikatakan bahwa hampir semua tokoh

pergerakan, termasuk yang berlabel nasionalis radikal sekalipun sebenarnya

terinspirasi dari ruh ajaran Islam. Sebagai bukti misalnya Ki Hajar Dewantara

(Suwardi Suryaningrat) tadinya berasal dari Sarekat Islam (SI); Soekarno sendiri

pernah jadi guru Muhammadiyah dan pernah nyantri dibawah bimbingan

Tjokroaminoto bersama S.M Kartosuwiryo yang kelak dicap sebagai

pemberontak DI/TII; RA Kartini juga sebenarnya bukanlah seorang yang hanya

memperjuangkan emansipasi wanita. Ia seorang pejuang Islam yang sedang

dalam perjalanan menuju Islam yang kaaffah. Ketika sedang mencetuskan ide-

idenya, ia sedang beralih dari kegelapan (jahiliyah) kepada cahaya terang

(Islam) atau minaz-zulumati ilannur (habis gelap terbitlah terang). Patimura

seorang pahlawan yang diklaim sebagai seorang Nasrani sebenarnya dia adalah

seorang Islam yang taat. Tulisan tentang Thomas Mattulessy hanyalah omong

kosong. Tokoh Thomas Mattulessy yang ada adalah Kapten Ahmad Lussy atau

Mat Lussy, seorang muslim yang memimpin perjuangan rakyat Maluku melawan

penjajah. Demikian pula Sisingamangaraja XII menurut fakta sejarah adalah

seorang muslim.

9

Page 10: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

Semangat jihad yang dikumandangkan para pahlawan semakin terbakar ketika

para penjajah berusaha menyebarkan agama Nasrani kepada bangsa Indonesia

yang mayoritas sudah beragama Islam yang tentu saja dengan cara-cara yang

berbeda dengan ketika Islam datang dan diterima oleh mereka, bahwa Islam

tersebar dan dianut oleh mereka dengan jalan damai dan persuasif yakni lewat

jalur perdagangan dan pergaulan yang mulia bahkan wali sanga

menyebarkannya lewat seni dan budaya. Para da’i Islam sangat paham dan

menyadari akan kewajiban menyebarkan Islam kepada orang lain, tapi juga

mereka sangat paham bahwa tugasnya hanya sekedar menyampaikan. Hal ini

sesuai dengan Q.S. Yasin ayat 17 :”Tidak ada kewajiban bagi kami hanyalah

penyampai (Islam) yang nyata”. (Q.S. Yasin : 17)

Di bawah ini hanya sebagian kecil contoh atau bukti sejarah perjuangan umat

Islam Indonesia dalam mengusir penjajah.

1. Penjajah Portugis

Kaum penjajah yang mula-mula datang ke Nusantara ialah Portugis dengan

semboyan Gold (tambang emas), Glory (kemulyaan, keagungan), dan Gospel

(penyebaran agama Nasrani).

Untuk menjalankan misinya itu Portugis berusaha dengan menghalalkan semua

cara. Apalagi saat itu mereka masih menyimpan dendamnya terhadap bangsa

Timur (Islam) setelah usai Perang Salib . Dengan modal restu sakti dari Paus

Alexander VI dalam suatu dokumen bersejarah yang terkenal dengan nama

“Perjanjian Tordesillas” yang berisi, bahwa kekuasaan di dunia diserahkan

kepada dua rumpun bangsa: Spanyol dan Portugis. Dunia sebelah barat menjadi

milik Spanyol dan sebelah timur termasuk Indonesia menjadi milik Portugis.

Karena itu Portugis sangat bernafsu untuk menguasai negeri Zamrud Katulistiwa

yang penuh dengan rempah-rempah yang menggiurkan. Pertama mereka

menyerang Malaka dan menguasainya (1511 M), kemudian Samudra Pasai

tahun 1521 M. Mulailah mereka mengusik ketenangan berniaga di perairan

nusantra yang saat itu banyak para pedagang muslim dari Arab. Demikian pula

para pedagang dari Demak dan Malaka yang saat itu sudah terjalin sangat erat.

Portugis nampaknya sengaja ingin mematahkan hubungan Demak dan Malaka,

dan sekaligus tujuannya ingin merebut rempah-rempah yang merupakan

komoditi penting saat itu. Banyak kapal-kapal mereka dirampas oleh Portugis

termasuk kapal pedagang muslim Arab.

Dengan sikapnya yang tak bersahabat dan arogan dari penjajah Portugis,

seluruh kerajaan yang ada di Nusantara kemudian melakukan perlawanan

10

Page 11: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

kepada Portugis meskipun dalam waktu dan tempat yang berlainan. Kerajaan

Aceh misalnya sempat minta bantuan kerajaan Usmani di Turki dan negara-

negara Islam lain di Nusantara, sehingga dapat membangun kekuatan angkatan

perangnya dan dapat menahan serangan Portugis. Demikian pula, mendengar

perlakuan Portugis yang zalim terhadap para pedagang warga Demak muslim,

Sultan Demak dan para wali merasa terpanggil untuk berjihad. Halus dihadapi

dengan halus, keras dilawan dengan keras. Kalau orang-orang Portugis

mengobarkan semangat Perang Salib, maka Sultan Demak dan para wali

mengobarkan semangat jihad Perang Sabil.

Pada tahun 1512 Demak dibawah pimpinan Adipati Yunus memimpin sendiri

armada lautnya menyerang Portugis yang saat itu sudah menguasai Malaka, tapi

kali ini mengalami kegagalan karena persenjataan lawan begitu tangguh

penyerangan kedua kalinya dilakukan tahun 1521 dengan mengerahkan armada

yang berkekuatan 100 buah kapal dan dibantu oleh balatentara Aceh dan Sultan

Malaka yang telah terusir, yang sasarannya sama yaitu mengusir pasukan asing

Portugis dari wilayah Nusantara demi mengamankan jalur niaga dan dakwah

yang memanjang dari Malaka-Demak dan Maluku. Namun perjuangannya tidak

berhasil pula, bahkan ia gugur mati syahid dalam pertempuran tersebut. Sebab

itulah ia mendapat gelar ”Pangeran sabrang lor” artinya pangeran yang

menyebrangi lautan di sebelah utara.

Sepeninggal Adipati Yunus, perlawanan terhadap Portugis diteruskan oleh

Sultan Trenggana (1521-1546) dan juga oleh putranya Sultan Prawoto.

Meskipun pada masa Sultan Prawoto negara dalam keadaan goncang karena

perseteruan dalam negeri tapi kekuatan perang untuk melawan dan

mempertahankan diri dari serangan Portugis masih terus digalang. Diberitakan,

bahwa saat itu Demak masih sanggup membangun kekuatan militernya terutama

angkatan lautnya yang terdiri dari 1000 kapal-kapal layar yang dipersenjatai.

Setiap kapal itu mampu memuat 400 prajurit masing-masing mempunyai tugas

pengamanan wilayah Nusantara dari serangan Portugis.

Kalau perlawanan umat Islam terhadap penjajah Portugis di Malaka mengalami

kegagalan, namun terhadap penjajah Portugis di Sunda Kelapa (Jakarta) dan

Maluku memperoleh hasil yang gemilang. Adalah panglima Fatahillah (menantu

Sultan Syarif Hidayatullah) pada tahun 1526 M. memimpin pasukan Demak

menyerang Portugis di Sunda Kelapa lewat jalur laut. Mereka berhasil

mengepung dan merebutnya dari tangan penjajah Portugis, kemudian diganti

namanya menjadi Fathan Mubina diambil dari Quran Surat al-Fath ayat satu.

Fathan Mubina diterjemahkan menjadi Jayakarta (Jakarta). Peristiwa ini terjadi

pada tanggal 22 Juni 1527 M, yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya

11

Page 12: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

kota Jakarta.

Di Maluku, Portugis menghasut dan mengadu domba kerajaan Islam Ternate

dan Tidore. Namun kemudian rakyat Ternate sadar, sehingga mereka dibawah

pimpinan Sultan Haerun berbalik melawan Portugis. Nampaknya yang menjadi

persoalan bukan hanya faktor perdagangan atau ekonomi, tapi juga persoalan

penyebaran agama oleh Portugis. Kristenisasi secara besar-besaran terutama

pada tahun 1546 dilakukan oleh seorang utusan Gereja Katolik Roma Fransiscus

Xaverius dengan sangat ekstrimnya ditengah-tengah penduduk muslim dan di

depan mata seorang Sultan Ternate yang sangat saleh, tentu saja membuat

rakyat marah dan bangkit melawan Portugis. Lebih marah lagi ketika Sultan

Haerun dibunuh secara licik oleh Portugis pada tahun 1570. Rakyat Ternate

terus melanjutkan perjuangannya melawan Portugis dibawah pimpinan Babullah,

putra Sultan Haerun selama empat tahun mereka berperang melawan Portugis,

dan Alhamdulillah berhasil mengusir penjajah Portugis dari Maluku

2. Penjajah Belanda

Belanda pertama kali datang ke Indonesia tahun 1596 berlabuh di Banten

dibawah pimpinan Cornelis de Houtman, dilanjutkan oleh Jan Pieterszoon Coen

menduduki Jakarta pada tanggal 30 Mei 1619 serta mengganti nama Jakarta

menjadi Batavia. Tujuannya sama dengan penjajah Portugis, yaitu untuk

memonopoli perdagangan dan menanamkan kekuasaan terhadap kerajaan-

kerajaan di wilayah Nusantara. Jika Portugis menyebarkan agama Katolik maka

Belanda menyebarkan agama Protestan. Betapa berat penderitaan kaum

muslimin semasa penjajahan Belanda selama kurang lebih 3,5 abad.

Penindasan, adu domba (Devide et Impera), pengerukan kekayaan alam

sebanyak-banyaknya dan membiarkan rakyat Indonesia dalam keadaan miskin

dan terbelakang adalah kondisi yang dialami saat itu. Maka wajarlah jika seluruh

umat Islam Indonesia bangkit dibawah pimpinan para ulama dan santri di

berbagai pelosok tanah air, dengan persenjataan yang sederhana: bambu

runjing, tombak dan golok. Namun mereka bertempur habis-habisan melawan

orang-orang kafir Belanda dengan niat yang sama, yaitu berjihad fi sabi lillah.

Hanya satu pilihan mereka : Hidup mulia atau mati Syahid. Maka pantaslah

almarhum Dr. Setia Budi (1879-1952) mengungkapkan dalam salah satu

ceramahnya di Jogya menjelang akhir hayatnya antara lain mengatakan : “Jika

tidak karena pengaruh dan didikan agama Islam, maka patriotisme bangsa

Indonesia tidak akan sehebat seperti apa yang diperlihatkan oleh sejarahnya

sampai kemerdekaannya”.

12

Page 13: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

Sejarah telah mencatat sederetan pahlawan Islam Indonesia dalam melawan

Belanda yang sebagian besar adalah para Ulama atau para kyai antara lain :

Di Pulau Jawa misalnya Sultan Ageng Tirtayasa, Kiyai Tapa dan Bagus Buang

dari kesultanan Banten, Sultan Agung dari Mataram dan Pangeran Diponegoro

dari Jogjakarta memimpin perang Diponegoro dari tahun 1825-1830 bersama

panglima lainnya seperti Basah Marto Negoro, Kyai Imam Misbah, Kyai

Badaruddin, Raden Mas Juned, dan Raden Mas Rajab. Konon dalam perang

Diponegoro ini sekitar 200 ribu rakyat dan prajurit Diponegoro yang syahid, dari

pihak musuh tewas sekitar 8000 orang serdadu bangsa Eropa dan 7000 orang

serdadu bangsa Pribumi. Dari Jawa Barat misalnya Apan Ba Sa’amah dan

Muhammad Idris (memimpin perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1886 di

daerah Ciomas)

Di pulau Sumatra tercatat nama-nama : Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku

Tambusi (Memimpin perang Padri tahun 1833-1837), Dari kesultanan Aceh

misalnya : Teuku Syeikh Muhammad Saman atau yang dikenal Teuku Cik Ditiro,

Panglima Polim, Panglima Ibrahim, Teuku Umar dan istrinya Cut Nyak Dien,

Habib Abdul Rahman, Imam Leungbatan, Sultan Alaudin Muhammad Daud

Syah, dan lain-lain.

Di Kalimantan Selatan, rakyat muslim bergerak melawan penjajah kafir Belanda

yang terkenal dengan perang Banjar, dibawah pimpinan Pangeran Antasari yang

didukung dan dilanjutkan oleh para mujahid lainnya seperti pangeran Hidayat,

Sultan Muhammad Seman (Putra pangeran Antasari), Demang Leman dari

Martapura, Temanggung Surapati dari Muara Teweh, Temanggung Antaludin

dari Kandangan, Temanggung Abdul jalil dari Amuntai, Temanggung Naro dari

buruh Bahino, Panglima Batur dari Muara Bahan, Penghulu Rasyid, Panglima

Bukhari, Haji Bayasin, Temanggung Macan Negara, dan lain-lain. Dalam perang

Banjar ini sekitar 3000 serdadu Belanda tewas.

Di Maluku Umat Islam bergerak juga dibawah pimpinan Sultan Jamaluddin,

Pangeran Neuku dan Said dari kesultanan Ternate dan Tidore.

Di Sulawesi Selatan terkenal pahlawan Islam Indonesia seperti Sultan

Hasanuddin dan Lamadu Kelleng yang bergelar Arung Palaka.

Sederetan Mujahid-mujahid lain disetiap pelosok tanah air yang belum diangkat

namanya atau dicatat dalam buku sejarah adalah lebih banyak dari pada yang

telah dikenal atau sudah tercatat dalam buku-buku sejarah. Mereka sengaja

tidak mau dikenal, khawatir akan mengurangi keikhlasannya di hadapan Allah.

Sebab mereka telah betul-betul berjihad dengan tulus demi menegakkan dan

membela Islam di tanah air.

13

Page 14: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

3. Penjajahan Jepang

Pendudukan Jepang di Indonesia diawali di kota Tarakan pada tanggal 10

januari 1942. Selanjutnya Minahasa, Balik Papan, Pontianak, Makasar,

Banjarmasin, Palembang dan Bali. Kota Jakarta berhasil diduduki tanggal 5

Maret 1942.

Untuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh

penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas dari mulut harimau jatuh ke mulut

buaya”, yang ternyata penjajah Jepang lebih kejam dari penjajah manapun yang

pernah menduduki Indonesia. Seluruh kekayaan alam dikuras habis dibawa ke

negerinya. Bangsa Indonesia dikerja paksakan (Romusa) dengan ancaman

siksaan yang mengerikan seperti dicambuk, dicabuti kukunya dengan tang,

dimasukkan kedalam sumur, para wanita diculik dan dijadikan pemuas nafsu sex

tentara Jepang (Geisha).

Pada awalnya Jepang membujuk rayu bangsa Indonesia dengan mengklaim

dirinya sebagai saudara tua Bangsa Indonesia (ingat gerakan 3 A yaitu Nippon

Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin Asia). Mereka juga

paham bahwa bangsa Indonesia kebanyakan beragama Islam. Karena itu pada

tanggal 13 Juli 1942 mereka mencoba menghidupkan kembali Majlis Islam A’la

Indonesia (MIAI) yang telah terbentuk pada pemerintahan Belanda (September

1937). Tapi upaya Jepang tidak banyak ditanggapi oleh tokoh-tokoh Islam.

Banyak tokoh-tokoh Islam tidak mau kooperatif dengan pemerintah penjajah

Jepang bahkan melakukan gerakan bawah tanah misalnya dibawah pimpinan

Sutan Syahrir dan Amir Syarifuddin.

Selain itu, Jepang membubarkan organisasi-organisasi yang bersifat politik atau

yang membahayakan Jepang yang dibentuk semasa Belanda, kemudian

sebagai gantinya dibentuklah organisasi-organisasi baru misalnya Putera (Pusat

Tenaga Rakyat), Cuo Sangi In (Badan pengendali politik), Jawa Hokokai

(Himpunan Kebaktian Jawa), Seinendan, Fujinkai, Keibodan, Heiho, Peta dan

lain-lain. Motif utama dibentuknya organisasi-organisasi tersebut hanyalah

sebagai kedok saja yang ternyata untuk kepentingan penjajah Jepang juga.

Namun bangsa kita sudah cerdas justru organisasi-organisasi tersebut

sebaliknya dimanfaatkannya untuk melawan penjajah Jepang. Sebagai contoh

adalah pembentukan tentara PETA (Pembela Tanah Air) pada tanggal 3 Oktober

1943 di Bogor yang merupakan cikal bakal adanya TNI. Terbentuknya memang

atas persetujuan penjajah Jepang yang didukung oleh para alim ulama. Tercatat

sebagai pendirinya adalah KH.Mas Mansur, Tuan Guru H. Yacob, HM.Sodri,

KH.Adnan, Tuan guru H.Kholid, KH.Djoenaedi, Dr.H.Karim Amrullah, H.Abdul

Madjid dan U. Muchtar. Mereka betul-betul memanfaatkan PETA ini untuk

14

Page 15: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

kepentingan perjuangan bangsa. PETA saat itu terdiri dari 68 batalion yang

masing-masing dipimpin oleh para alim ulama. Para Bintaranya adalah para

pemuda Islam, dan panji-panji tentara PETA adalah bulan bintang putih di atas

dasar merah. Tanggal 5 Oktober 1945 terbentuklah BKR (Barisan Keamanan

Rakyat) yang sebagian besar pimpinannya adalah berasal dari PETA. BKR

kemudian menjadi TKR dan selanjutnya TNI. Jadi TNI tidak mungkin ada jika

PETA yang terdiri dari 68 bataliyon yang dipimpin oleh para ulama tersebut tidak

ada.

Namun ada beberapa organisasi bentukan Jepang yang sangat kentara

merugikan dan bahkan berbuat aniaya terhadap bangsa Indonesia. Misalnya

melalui Jawa Hokokai rakyat secara paksa untuk mengumpulkan padi, permata,

besi tua serta menanam jarak yang hasilnya harus diserahkan kepada

pemerintah pendudukan Jepang, pelecehan, penghinaan terhadap agama Islam

dan umat Islam sudah terang-terang. Maka umat Islam di berbagai daerah

bangkit menentang penjajah Jepang, diantaranya:

a. Pemberontakan Cot Pileng di Aceh

Perlawanan ini dipimpin oleh seorang ulama muda bernama Tengku Abdul Jalil,

guru ngaji di Cot Pileng pada tanggal 10 November 1942. Sebabnya karena

tentara Jepang melakukan penghinaan terhadap umat Islam Aceh dengan

membakar masjid dan membunuh sebagian jamaah yang sedang salat subuh.

b. Pemberontakan Rakyat Sukamanah

Perlawanan ini dipimpin oleh KH. Zaenal Mustafa, pemimpin pondok pesantren

di Sukamanah Singaparna Tasik Malaya pada tanggal 25 februari 1944.

Penyebabnya karena para santrinya dipaksa untuk melakukan Seikirei,

menghormat kepada kaisar Jepang dengan cara membungkukkan setengah

badan ke arah matahari. Ini tentu saja pelanggaran aqidah Islam.

c. Pemberontakan di Indramayu

Perlawanan ini dipimpin oleh H. Madriyas. Sebabnya karena rakyat tidak tahan

terhadap kekejaman yang dilakukan tentara Jepang.

d. Pemberontakan Teuku Hamid di Aceh

Perlawanan ini dipimpin oleh Teuku Hamid pada bulan November 1944.

e. Pemberontakan PETA di Blitar

Perlawanan ini dipimpin oleh seorang komandan Pleton PETA yang bernama

Supriadi pada tahun 14 Februari 1945 di Blitar, karena mereka tidak tahan

melihat kesengsaraan rakyat di daerah dan banyak rakyat yang korban karena

dikerjapaksakan (Romusha).

4. Sekutu dan NICA

15

Page 16: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

Tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia baru saja diproklamirkan,

tanggal 15 september 1945 datang lagi persoalan baru, yaitu datangnya tentara

sekutu yang diboncengi NICA (Nederland Indies Civil Administration). Mereka

datang dengan penuh kecongkakan seolah-olah paling berhak atas tanah

Indonesia sebagai bekas jajahannya. Kedatangan mereka tentu saja mendapat

reaksi dari seluruh bangsa Indonesia. Seluruh umat Islam bergerak kembali

dengan kekuatan senjata seadanya melawan tentara sekutu dan NICA yang

bersenjatakan lengkap dan modern. Perlawanan terhadap sekutu dan NICA

antara lain: Dengan taktik perang gerilya, pertempuran arek-arek Surabaya,

Bandung lautan Api, pertempuran di Ambarawa dan lain-lain.

Arsitek perang gerilya adalah Jendral Sudirman nama yang tidak asing lagi bagi

bangsa Indonesia. Beliau sebagai panglima besar TNI berlatar belakang santri.

Pernah jadi da’i atau guru agama di daerah Cilacap Banyumas sekitar tahun

1936-1942. Berkarir mulai dari kepanduan Hizbul Wathan dan aktif dalam

pengajian-pengajian yang diadakan oleh Muhammadiyah. Beliau pada sebagian

hidupnya adalah untuk berjuang, dan bahkan dalam kondisi sakit sekalipun

beliau terus memimpin perang gerilya ke hutan-hutan.

Sedangkan pertempuran arek-arek Surabaya dipimpin oleh Bung Tomo. Dengan

kumandang takbir, beliau mengobarkan semangat berjihad melawan tentara

Inggris di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Karena dahsyatnya

pertempuran tersebut, maka tanggal tersebut dikenang sebagai hari pahlawan.

Beliau tercatat pula dalam sejarah sebagai arsitek bom syahid. Dalam kurun

waktu perjuangan tahun 1945–1949 beliau membentuk pasukan berani mati,

yakni pasukan bom syahid yang siap mengorbankan jiwanya untuk

menghancurkan tentara sekutu dan Belanda.

Bandung lautan api adalah pertempuran dahsyat di Bandung Utara, kemudian di

Bandung Selatan dibawah pimpinan Muhammad Toha dan Ramadhan .

E. Peranan Umat Islam dalam Mempersiapkan dan Meletakkan Dasar-dasar

Indonesia Merdeka.

Dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, tidak disangsikan lagi

peran kaum muslimin terutama para ulama. Mereka berkiprah dalam BPUPKI

(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk

tanggal 1 maret 1945. Lebih jelas lagi ketika Badan ini membentuk panitia kecil

yang bertugas merumuskan tujuan dan maksud didirikannya negara Indonesia.

16

Page 17: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

Panitia terdiri dari 9 orang yang semuanya adalah muslim atau para ulama

kecuali satu orang beragama Kristen. Mereka adalah Ir. Soekarno,

Drs.Moh.Hatta, Mr.Moh.Yamin, Mr.Ahmad Subardjo, Abdul Kahar Mujakir, Wahid

Hsyim, H.Agus Salim, Abi Kusno Tjokrosuyono dan A.A. Maramis (Kristen)

Meski dalam persidangan-persidangan merumuskan dasar negara Indonesia

terjadi banyak pertentangan antar (mengutip istilah Endang Saefudin Ansori

dalam bukunya Piagam Jakarta) kelompok nasionalis Islamis dan kelompok

nasionalis sekuler. Kelompok Nasionalis Islamis antara lain KH. Abdul Kahar

Muzakir, H. Agus Salim, KH.Wahid Hasyim, Ki Bagus dan Abi Kusno

menginginkan agar Islam dijadikan dasar negara Indonesia. Sedangkan

kelompok nasionalis sekuler dibawah pimpinan Soekarno menginginkan negara

Indonesia yang akan dibentuk itu netral dari agama. Namun Akhirnya terjadi

sebuah kompromi antara kedua kelompok sehingga melahirkan sebuah rumusan

yang dikenal dengan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, yang berbunyi :

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan itu disetujui oleh semua anggota dan kemudian menjadi bagian dari

Mukaddimah UUD 45. Jadi dengan demikian Republik Indonesia yang lahir

tanggal 17 Agustus 1945 adalah republik yang berdasarkan ketuhanan dengan

kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-pemeluknya Meskipun

keesokan harinya 18 Agustus 1945 tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu

dihilangkan diganti dengan kalimat “Yang Maha Esa”. Ini sebagai bukti akan

kebesaran jiwa umat Islam dan para ulama. Muh. Hatta dan Kibagus

Hadikusumo menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan” Yang Maha Esa”

tersebut tidak lain adalah tauhid.

Saat proklamasipun peran umat Islam sangat besar. 17 Agustus 1945 itu

bertepatan dengan tangal 19 Ramadhan 1364 H. Proklamasi dilakukan juga atas

desakan-desakan para ulama kepada Bung Karno. Tadinya Bung Karno tidak

berani. Saat itu Bung Karno keliling menemui para ulama misalnya para ulama di

Cianjur Selatan, Abdul Mukti dari Muhammadiyah, termasuk Wahid Hasyim dari

NU. Mereka mendesak agar Indonesia segera diproklamasikan tanggal 17

Agustus 1945.

17

Page 18: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

Demikian penting peran ulama di mata Bung Karno. Setelah Indonesia

diproklamasikan, Bung karno masih terus berkeliling terutama minta dukungan

para ulama dan rakyat Aceh. Di bawah pimpinan ulama-ulama Aceh seperti

Daud Beureuh, Teuku Nyak Arief, Mr. Muhammad Hasan, M.Nur El Ibrahimy, Ali

Hasyimi dan lain-lain, rakyat Aceh segera menyambut dengan gegap gempita.

Dukungan mereka bukan hanya lisan tapi juga berbentuk sumbangan materi,

yaitu berupa uang 130.000 Straits Dollar dan emas seberat 20 kg untuk

pembelian pesawat terbang.

Saat itu Soekarno sempat berjanji di hadapan Daud Beureuh, bahkan sampai

mengucapkan sumpah. ”Demi Allah, Wallahi, saya akan pergunakan pengaruh

saya agar nanti rakyat Aceh benar-benar dapat melaksanaan syari’at Islam”,

demikian ucapan Soekarno untuk meyakinkan Daud Beureuh, bahwa jika Aceh

bersedia membantu perjuangan kemerdekaan, syari’at Islam akan diterapkan di

tanah Rencong ini. Tapi janji itu hanya sekedar janji, tidak pernah diwujudkan.

Inilah yang menyebabkan Daud Beureuh kemudian memberontak kepada

pemerintah pusat dan bergabung dengan S.M.Kartosuwiryo yang juga

dikecewakan oleh Soekarno, teman seperguruannya waktu nyantri di HOS

Cokroaminoto.

Sesungguhnya perjuangan para ulama begitu besar dalam mengantarkan

Indonesia merdeka tidak lepas dari motivasi bagaimana Indonesia yang akan

dibangun ini harus berdasarkan syari’at Islam. Namun banyak dari golongan

nasionalis meski mereka beragama Islam (misalnya Soekarno dkk) tidak setuju

dengan cita-cita para ulama di atas. Kelompok Nasionalis inilah sangat berperan

dalam penghapusan 7 kata dalam piagam Jakarta. Inilah yang kemudian menjadi

ganjalan dan kekecewaan bagi para ulama. Sehingga beberapa tokoh Islam

seperti Kartosuwiryo (Jawa Barat), Kahar Muzakir (Sulawesi Selatan), Letnan I

Ibnu Hajar (Kalimantan Selatan) dan Daud Beureuh (Aceh) terpaksa harus

angkat senjata berjuang kembali untuk mewujudkan NII yang dicita-citakan,

meskipun mereka kemudian dicap sebagai pemberontak.

F. Peranan Organisasi-organisasi Islam dan Partai-partai Politik Islam

Dalam perjuangan membela bangsa, Negara dan menegakkan Islam di

Indonesia, Umat Islam mendirikan berbagai organisasi dan partai politik dengan

corak dan warna yang berbeda-beda. Ada yang bergerak dalam bidang politik,

sosial budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Namun semuanya

mempunyai tujuan yang sama, yaitu memajukan bangsa Indonesia khususnya

umat Islam dan melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Tercatat dalam

18

Page 19: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

sejarah, bahwa dari lembaga-lembaga tersebut telah lahir para tokoh dan

pejuang yang sangat berperan baik di masa perjuangan mengusir penjajah,

maupun pada masa pembangunan.

1. Sarekat Islam (SI)

Sarekat Islam (SI) pada awalnya adalah perkumpulan bagi para pedagang

muslim yang didirikan pada akhir tahun 1911 di Solo oleh H. Samanhudi. Nama

semula adalah Sarekat Dagang Islam (SDI). Kemudian tanggal 10 Nopember

1912 berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI). H.Umar Said Cokroaminoto

diangkat sebagai ketua, sedangkan H.Samanhudi sebagai ketua kehormatan.

Latar belakang didirikannya organisasi ini pada awalnya untuk menghimpun dan

memajukan para pedagang Islam dalam rangka bersaing dengan para pedagang

asing, dan juga membentengi kaum muslimin dari gerakan penyebaran agama

Kristen yang semakin merajalela. Dengan nama Sarekat Islam dibawah pimpinan

H.O.S. Cokroaminoto organisasi ini semakin berkembang karena mendapat

sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Daya tarik utamanya adalah asas

keislamannya. Dengan SI mereka (umat Islam) yakin akan dibela

kepentingannya.

Keanggotaan SI terbuka untuk semua golongan dan suku bangsa yang

beragama Islam. Berbeda dengan Budi Utomo yang membatasi keanggotaannya

pada suku bangsa tertentu (Jawa). Sehingga banyak sejarawan mengatakan

bahwa tanggal berdirinya SI ini lebih tepat disebut sebagai Hari Kebangkitan

Nasional, dan bukan tahun 1908 dengan patokan berdirinya Budi Utomo. Karena

ruang lingkup Budi Utomo hanyalah pulau Jawa, bahkan hanya etnis Jawa

Priyayi. Sedangkan SI mempunyai cabang-cabang di seluruh Indonesia. Jadi

layak disebut “Nasional”.

Secara lahir SI tidak menyatakan diri sebagai organisasi partai politik. Tetapi

dalam sepak terjangnya jelas kelihatan sebagai organisasi politik. Kegiatan

politik dilakukan dengan sangat hati-hati dan bertahap. Dalam kongres tahun

1914, Cokroaminoto mengatakan bahwa SI akan bekerjasama (kooperatif)

dengan pemerintah dan tidak berniat melawan pemerintah. Dua tahun kemudian

dalam kongresnya di Bandung, dia melancarkan kritik terhadap praktek

kolonialisme yang telah menyengsarakan rakyat. Dalam kongres itu SI menuntut

supaya Indonesia diberi pemerintahan sendiri dan rakyat diberi kesempatan

untuk duduk dalam pemerintahan. Semakin lama sikap SI semakin keras. Abdul

Muis salah satu tokoh SI mengatakan, jika tuntutan-tuntutan itu tidak diindahkan

pemerintah (penjajah), anggota SI bersedia membalas kekerasan dengan

kekerasan. Pada waktu pemerintah mendirikan Volksraad (Dewan Rakyat), SI

19

Page 20: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

mendudukkan wakilnya dalam dewan itu, antara lain Cokroaminoto dan H. Agus

Salim. Setelah ternyata Volksrad tidak bisa dipakai sebagai lembaga untuk

memperjuangkan kemerdekaan, SI pun menarik wakilnya. Demikian SI beralih ke

strategi non-kooperatif.

Pada kongres 1917, SI mulai dimasuki pengaruh lain, yaitu dengan masuknya

orang-orang yang berfaham Marxis (komunis) seperti Semaun dan Darsono.

Bahkan pada kongresnya yang ketiga tahun 1918 pengaruh Semaun semakin

kuat. Tetapi SI masih membiarkannya demi persatuan dan kesatuan bangsa

yang saat itu sangat diperlukan dalam menghadapi pemerintah penjajah. Pada

tangal 10 Oktober 1921 dalam kongres SI yang ke-6 H. Agus Salim dan Abdul

Muis merangkap menjadi anggota dan pengurus mencetuskan perlunya disiplin

partai dalam tubuh SI, antara lain seorang anggota SI tidak boleh merangkap

menjadi anggota atau pengurus di partai lain. Ini tujuan sebenarnya adalah untuk

membersihkan barisan SI dari unsur-unsur komunis. Dengan disetujuinya

gagasan ini akhirnya Semaun dan Darsono keluar dari SI. Tapi kemudian SI

terpecah menjadi dua, yaitu SI Merah dan SI Putih. SI Merah dipimpin oleh

Semaun berpusat di Semarang dan berazaskan Komunis. Adapun SI Putih

dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto berazaskan Islam.

Pada Kongres SI ke-7. SI Putih berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam

(PSI). Pada tahun 1927 nama Partai Sarekat Islam (PSI) ditambah dengan kata

Indonesia, sehingga menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Hanya

sangat disayangkan partai ini kemudian menjadi terpecah belah. Ada PSII yang

dipimpin oleh Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII H. Agus

Salim.

2. Muhammadiyah

Muhammadiyah secara etimologi artinya pengikut Nabi Muhammad. Adalah

sebuah organisasi non-politis yang bertujuan mengembalikan ajaran Islam

sesuai dengan al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw; memberantas

kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama (bid’ah) dan memajukan ilmu

agama Islam di kalangan anggotanya. Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad

Dahlan di Yogyakarta pada 18 Nopember 1912. Dalam Anggaran Dasar

Muhammadiyah yang baru, telah disesuaikan dengan UU no.8 tahun 1985 dan

hasil Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta pada tanggal 7-11 Desember

1985, Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam

dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang berakidah Islam dan bersumber

pada al-Quran dan Sunnah. Sifat gerakannya adalah non-politik, tapi tidak

melarang anggotanya memasuki partai politik. Hal ini dicontohkan oleh

20

Page 21: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

pendirinya sendiri, KH Ahmad Dahlan, dimana beliau juga adalah termasuk

anggota Sarekat Islam.

Banyak anggota Muhammadiyah yang berjuang baik pada masa penjajahan

Belanda, Jepang, masa mempertahankan kemerdekaan, masa Orde Lama, Orde

Baru dan Masa Reformasi. Mereka tersebar di berbagai organisasi pergerakan,

organisasi partai politik dan lembaga-lembaga negara. Tokoh-tokoh

Muhammadiyah yang kita kenal seperti KH. Mas Mansur, Prof. Kahar Muzakir,

Dr. Sukirman Wirjosanjoyo adalah para pejuang yang tidak asing lagi. Demikian

pula seperti Buya Hamka, KH AR. Fakhruddin, Dr. Amin Rais, Dr. Syafi’i Ma’arif

dan Dr. Din Syamsudin adalah tokoh–tokoh Muhammadiyah yang sangat

berperan dalam pentas nasional Indonesia.

Bidang-bidang yang ditangani Muhammadiyah antara lain :

a. Sosial

Dalam bidang sosial Muhammadiyah mendirikan :

1) Panti asuhan untuk anak yatim piatu

2) Bank Syari’ah untuk membantu pengusaha lemah

3) Organisasi wanita yang bernama Aisiyah dan organisassi kepanduan Hizbul

wathan, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan ikatan

Pelajar Muhammadiyah

b. Pendidikan

Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga

pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Data tahun 1985

Muhammadiyah sudah memiliki 12400 lembaga pendidikan yang terdiri dari 37

perguruan tinggi dan sisanya adalah TK sampai SLTA. Tahun 1990 jumlah

perguruan tinggi Muhammadiyah bertambah menjadi 78 buah.

c. Kesehatan

Dalam bidang kesehatan Muhammadiyah mendirikan Poliklinik, Rumah Sakit dan

Rumah Bersalin. Data tahun 1990 telah memiliki 215 Rumah Sakit, Poliklinik dan

Rumah Bersalin.

3. Al Irsyad

Organisasi ini berdiri tanggal 6 September 1914 di Jakarta, dua tahun setelah

Muhammadiyah berdiri, dan bisa dibilang sebagai sempalan dari Jami’atul Khair.

Diantara tokoh al-Irsyad yang terkenal adalah syeikh Ahmad Surkati, berasal dari

Sudan yang semula adalah pengajar di Jami’atul Khair. Al Irsyad ini

mengkhususkan diri dalam perbaikan (pembaharuan) agama kaum muslimin

khususnya keturunan Arab Sebagian tokoh Muhammadiyah pada awal

berdirinya juga adalah kader-kader yang dibina dalam lembaga pendidikan

21

Page 22: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

AlIrsyad. Saat itu al-Irsyad sudah memiliki Madrasah Awaliyah (3 tahun),

Madrasah Ibtidaiyah (4 tahun), Madrasah Tajhiziyah (2tahun), dan Madrasah

Mu’allimin yang dikhususkan untuk mencetak guru.

Al-Irsyad bergerak bukan hanya dalam bidang pendidikan, tapi juga bidang-

bidang lain seperti rumah sakit, panti asuhan dan rumah yatim piatu.

4. Nahdlatul Ulama

(NU) artinya kebangkitan para ulama. Adalah sebuah Organisasi sosial

keagamaan yang dipelopori oleh para ulama atau kiyai. Mereka itu ialah

K.H.Hasyim Asy’ari, K.H.Wahab Hasbullah, K.H.Bisri Syamsuri, K.H.Mas Alwi ,

dan K.H.Ridwan. Lahir di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 dan kini

menjadi salah satu organisai dan gerakan Islam terbesar di tanah air. Bertujuan

mengupayakan berlakunya ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah

Waljama’ah dan penganut salah satu dari empat mazhab fiqih (Imam Hanafi,

Imam Syafi’i, Imam Hambali dan Imam Maliki).

Pada mulanya NU ini tidak mencampuri urusan politik. Ia lebih memfokuskan diri

pada pengembangan dan pemantapan paham keagamaannya dalam

masyarakat yang saat itu sedang gencar-gencarnya penyebaran faham

Wahabiyah yang dianggap membahayakan paham ahli Sunnah Waljama’ah. Hal

ini tersirat dalam salah satu hasil keputusan kongresnya di Surabaya pada bulan

Oktober 1928.

NU semakin berkembang dengan cepat. Pada tahun 1935 telah memiliki 68

cabang dengan anggota 6700 orang. Pada kongres tahun 1940 di Surabaya

dinyatakan berdirinya organisasi wanita NU atau Muslimat dan Pemuda Anshar.

Pada perkembangan selanjutnya, NU mengubah haluannya. Selain sebagai

organisasi yang bergerak dalam bidang sosial keagamaan, juga mulai ikut dalam

kehidupan politik. Tahun 1937 bergabung dengan Majlis Islam A’la Indonesia

(MIAI). Hal ini terus berlangsung sampai dibubarkannya pada masa penjajahan

Jepang tahun 1943, yang kemudian diganti Masyumi. Dalam Masyumi, NU

adalah bagian yang sangat penting sampai tahun 1952. Dalam Muktamarnya

yang ke 19 tanggal 1 Mei 1952 menyatakan diri keluar dari Masyumi dan menjadi

partai politik tersendiri. Kemudian NU bersama dengan PSII dan Perti

membentuk Liga Muslim Indonesia sebagai wadah kerja sama partai politik dan

organisasi Islam. Dalam Pemilu tahun 1955 NU muncul sebagai partai politik

terbesar ke tiga. Pada masa orde baru NU bersama partai politik lainnya (PSII,

Parmusi, Perti) berfungsi dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Kemudian sejak tahun 1984 NU menyatakan diri kembali ke khittah 1926, artinya

melepaskan diri dari kegiatan politik, meskipun secara pribadi-pribadi

22

Page 23: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

anggotanya tetap ikut berkiprah dalam berbagai partai politik.

Pada masa reformasi (1999) para tokoh NU yang dimotori oleh KH.

Abdurrahman Wahid mendirikan partai politik, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

yang kemudian termasuk 5 besar pemenang Pemilu pada tahun tersebut.

Melalui poros tengah, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai pemimpin NU saat

itu berhasil menjadi orang nomor satu di RI, meskipun hanya berumur satu

tahun.

Peranan NU sebagai organisasi dalam perjuangan mengusir penjajah dan

mempertahankan kemerdekaan tidak diragukan lagi. Bahkan para kyai dan santri

memikul senjata (bambu runcing atau golok) untuk berjihad fi sabilillah. Tercatat

dalam sejarah tanggal 23 Oktober 1945 NU mengeluarkan Resolusi Jihad untuk

melawan tentara penjajah.

5. Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI)

MIAI ini sebenarnya berdiri pada masa pemerintahan Belanda, yaitu tanggal 21

September 1937 di Surabaya sebagai organisasi federasi yang diprakarsai oleh

K.H. Mas Mansur, K.H. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), K.H. Wahab Hasbullah

(NU) dan Wondoamiseno (PSII).

Tujuan didirikan MIAI ini adalah agar semua umat Islam mempunyai wadah

tempat membicarakan dan memutuskan semua soal yang dianggap penting bagi

kemaslahatan umat dan agama Islam. Keputusan yang diambil MIAI harus

dilaksanakan oleh semua organisasi yang menjadi anggotanya.

Pembentukan MIAI mendapat sambutan dari berbagai organisasi Islam di

Indonesia seperti PSII, Muhammadiyah, NU, Persis, dan organisasi-organisasi

yang lebih kecil lainnya. Pada waktu dibentuk anggotanya hanya 7 organisasi,

tapi empat tahun kemudian jumlahnya sudah mencapai duapuluh.

Pada akhir pemerintahan Hindia Belanda MIAI memberikan dukungan terhadap

aksi Indonesia berparlemen yang dicanangkan oleh GAPI (Gabungan Politik

Indonesia). Pada waktu GAPI menyusun rencana konstitusi untuk Indonesia,

MIAI menghendaki agar yang menjadi kepala negara adalah orang Indonesia

yang beragama Islam dan dua pertiga dari menteri-menteri harus orang Islam.

Ketika Jepang datang ke Indonesia seluruh organisasi yang ada di Indonesia

dibekukan, termasuk MIAI. Tapi khusus MIAI tanggal 4 September 1942

diperbolehkan aktif kembali. Jepang melihat bahwa MIAI bersifat kooperatif dan

tidak membahayakan. Selain itu Jepang berharap dapat memanfaatkan MIAI ini

untuk memobilisasi gerakan umat Islam guna menopang kepentingan

penjajahannya. Selain itu, Jepang juga membantu perkembangan kehidupan

agama. Kantor urusan agama yang pada masa Belanda diketuai oleh seorang

23

Page 24: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

orientalis Belanda, diubah oleh Jepang menjadi Shumubu (Kantor Urusan

Agama) yang dipimpin oleh orang Indonesia, yaitu K.H. Hasyim Asy’ari. Umat

Islam pada saat itu juga diizinkan membentuk Hizbullah yang memberikan

pelatihan kemiliteran bagi para pemuda Islam, yang dipimpin oleh K.H.Zaenal

Arifin. Demikian pula diizinkan mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang

dipimpin oleh K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakir dan Moh. Hatta.

MIAI berkembang menjadi organisasi yang cukup penting pada masa

pendudukan Jepang. Para tokoh Islam dan para Ulama memanfaatkannya

sebagai tempat bermusyawarah membahas masalah-masalah yang penting

yang dihadapi umat Islam. Semboyannya terkenal Berpegang teguhlah kepada

tali Allah dan janganlah bercerai berai.

Diantara tugas MIAI ialah:

a. Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat

Indonesia

b. Mengharmoniskan Islam dengan kebutuhan perkembangan zaman

MIAI juga menerbitkan majalah tengah bulanan yang bernama Suara MIAI.

Meskipun pada awalnya MIAI tidak menyentuh kegiatan politik, tetapi dalam

perkembangan selanjutnya kegiatan-kegiatannya tidak bisa lagi dipisahkan

dengan politik yang bisa membahayakan pemerintah Jepang. Akhirnya pada

tanggal 24 Oktober 1943 MIAI dibubarkan. Sebagai gantinya berdirilah Masyumi.

6. Masyumi

Masyumi kepanjangan dari Majlis Syura Muslimin Indonesia berdiri tahun 1943.

Dalam Muktamar Islam Indonesia tanggal 7 Nopember 1945 disepakati bahwa

Masyumi adalah sebagai satu-satunya partai Islam untuk rakyat Indonesia. Saat

itu juga Masyumi mengeluarkan maklumat yang berbunyi :” 60 Milyoen kaum

muslimin Indonesia siap berjihad fi sabilillah “, Pernyataan ini direkam dengan

baik oleh harian Kedaulatan Rakyat pada tanggal 8 Nopember 1945. Organisasi

ini dipimpin oleh K.H. Mas Mansur dan didampingi K.H.Hasyim Asy’ari.

Tergabung dalam organisasi ini adalah Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama,

Persis, dan Sarekat Islam. Tokoh-tokoh lain yang penting misalnya Ki Bagus

Hadikusumo, Abdul Wahab dan tokoh-tokoh muda lainnya misalnya Moh. Natsir,

Harsono Cokrominoto, dan Prawoto Mangunsasmito.

Visi Masyumi bahwa setiap umat Islam diwajibkan jihad Fi sabilillah dalam

berbagai bidang, termasuk dalam bidang politik. Para pemuda Islam, khususnya

para santri dipersiapkan untuk berjuang secara fisik maupun politis. Masyumi

24

Page 25: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

dibubarkan oleh Soekarno pada tahun 1960. Sementara organisasi-organisasi

yang semula bergabung dalam Masyumi sudah mengundurkan diri sebelumnya,

seolah-olah mereka tahu bahwa Masyumi akan dibubarkan.

7. Mathla’ul Anwar

Organisasi ini berdiri tahun 1905 di Marus, Menes Banten. Bergerak dalam

bidang sosial keagamaan dan pendidikan. Pendirinya adalah KH. M. Yasin.

Tujuannya adalah untuk mengembangkan pendidikan Islam khususnya di

kalangan masyarakat sekitar Menes Banten. Aspirasi politik organisasi ini pernah

disalurkan melalui Sarekat Islam (SI), tapi perkembangan selanjutnya organisasi

ini menjadi netral, artinya tidak ikut dalam kegiatan politik, tapi hanya

mengkhususkan diri pada kegiatan sosial dan pengembangan pendidikan

Agama. Berkat memfokuskan diri pada pendidikan, organisasi ini sekarang

sudah menjadi organisasi berskup nasional. Lembaga-lembaga pendidikannya

berupa madrasah-madrasah dari mulai TK sampai Madrasah Aliyah (setingkat

SMA) tersebar di seluruh Nusantara.

8. Persatuan Islam (Persis)

Persis adalah organisasi sosial pendidikan dan keagamaan. Didirikan pada

tanggal 17 September 1923 di Bandung atas prakarsa KH. Zamzam dan

Muhammad Yunus, dua saudagar dari kota Palembang. Organisasi ini diketuai

pertama kali oleh A. Hassan, seorang ulama yang terkenal sebagai teman dialog

Bung Karno ketika ia dipenjara. Bung Karno banyak berdialog dengan A.Hassan

lewat surat-suratnya. Pemikiran-pemikiran keagamaan Bung Karno selain dari

HOS Cokroaminoto, juga banyak berasal dari A.Hassan ini.

. Diantara tujuan Persis ini adalah :

a. Mengembalikan kaum Muslimin kepada Al-Quran dan Sunnah (hadis nabi)

b. Menghidupkan ruh jihad dan ijtihad dalam kalangan umat Islam

c. Membasmi bid’ah, khurafat dan takhayul, taklid dan syirik dalam kalangan

umat Islam

d. Memperluas tersiarnya tabligh dan dakwah Islam kepada segenap lapisan

masyarakat

e. Mendirikan madrasah atau pesantren untuk mendidik putra-putri muslim

dengan dasar Quran dan Sunnah.

9. Organisasi Pelajar, Mahasiswa dan Kepemudaan Islam

Organisasi pelajar, mahasiswa dan kepemudaan Islam sangat besar sekali

25

Page 26: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

peranannya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan memajukan

bangsa Indonesia. Jong Islamiten Bond (JIB) misalnya lahir tahun 1925 yang

telah melahirkan tokoh-tokoh nasional seperti M. Natsir, Moh.Roem, Yusuf

Wibisono, Harsono Tjokroaminoto, Syamsul Ridjal dan lain sebagainya.

Dari masa-masa tahun enam puluhan hingga kini peran kepemudaan Islam lebih

didominasi oleh organisasi-organisasi seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

lahir 5 Pebruari 1947, PII (Pelajar Islam Indonesia), PMII (Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah).

Organisasi-organisasi pelajar dan kemahasiswaan tersebut telah melahirkan

banyak pemimpin nasional, antara lain misalnya Akbar Tanjung (mantan Ketua

DPR) dan Nurcholis Majid Almarhum (Ketua Yayasan Paramadina) adalah

Alumni HMI; Din Syamsudin (Sekjen MUI) adalah alumni IMM; Muhaimin

Iskandar (Ketua PKB) adalah alumni PMII, dan banyak lagi contoh-contoh lain

dari tokoh-tokoh nasional yang dikader oleh organisasi-organisasi

kemahasiswaan di atas.

Baik secara pribadi ataupun secara organisasi para anggota dan alumni

organisasi tersebut di atas banyak terlibat dalam berbagai gerakan nasional.

Misalnya pada masa krisis Zaman Orde Lama, saat mereka berhadapan dengan

Gerakan Komunis. Mereka sangat kuat mengkritisi rezim Soekarno. Rezim

Soekarno tumbang diganti dengan Orde Baru yang tidak terlepas dari peran

pemuda dan mahasiswa yang menamakan dirinya dengan Angkatan 66.

Angkatan 66 ini sebagian besar adalah juga para anggota dari berbagai

organisasi mahasiswa Islam. Sebut saja misalnya Fahmi Idris, Ekky Syahruddin,

Abdul Gafur, Mar’i Muhammad, Akbar Tanjung dan lain sebagainya. Demikian

pula di akhir zaman Orde Baru, mereka dapat mewarnai Gedung DPR/MPR

sehingga ada istilah “hijau royo-royo” dan banyak juga yang direkrut untuk

mengisi Kabinet Soeharto.

Menjelang kejatuhan Orde Baru, para pemuda dan mahasiswa atau pelajar

Islam, baik yang tergabung dalam HMI, PMII, PII, IPPNU, KAPI, KAMMI

(Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), GPI (Gerakan Pemuda Islam)

dan Pemuda Anshar turut aktif mengambil bagian dalam menumbangkan Rezim

Soeharto.

10. Departemen Agama

Departemen Agama dulu namanya Kementerian Agama. Didirikan pada masa

Kabinet Syahrir yang mengambil keputusan tanggal 3 Januari 1946, dengan

Menteri Agama yang pertama adalah M. Rasyidi. Tujuan dan fungsi Departemen

Agama yang dirumuskan pada tahun 1967 sebagai berikut :

26

Page 27: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

a. Mengurus serta mengatur pendidikan agama di sekolah-sekolah serta

membimbing perguruan-perguruan agama.

b. Mengikuti dan memperhatikan hal yang bersangkutan dengan agama dan

keagamaan.

c. Memberi penerangan dan penyuluhan agama.

d. Mengurus dan mengatur Peradilan Agama serta menyelesaikan masalah yang

berhubungan dengan hukum agama.

e. Mengatur, mengurus dan mengawasi penyelenggaraan Ibadah Haji.

f. Mengurus dan memperkembangkan IAIN, Perguruan Tinggi Agama Swasta

dan Pesantren serta mengurus dan mengawasi pendidikan agama pada

perguruan-perguruan tinggi agama Islam.

11. Peran Lembaga Pendidikan Islam

Lembaga Pendidikan Islam yang tertua di Indonesia adalah pesantren.

Kehadiran pesantren ini hampir bersamaan dengan kehadiran Islam di Indonesia

itu sendiri. Alasannya sangat sederhana, Islam sebagai agama dakwah

disebarkan melalui proses transmisi ilmu dari ulama atau kyai kepada

masyarakat (tarbiyah wat ta’lim atau ta’dib). Proses ini berlangsung di Indonesia

melalui pesantren.

Dari awal keberadaannya pesantren telah menunjukkan perannya yang sangat

besar dalam pembinaan bangsa. Islam sebagai pandangan hidup membawa

konsep baru tentang Tuhan, kehidupan, waktu, dunia dan akhirat,

bermasyarakat, keadilan, harta dan lain-lain. Dengan pandangan hidup tersebut,

masyarakat lalu mengembangkan semangat pembebasan dan perlawanan

terhadap penjajah. Pemberontakan petani di Banten tahun 1888 Perang

masyarakat Aceh melawan Belanda tahun 1873 dan perang-perang lainnya di

seluruh daerah di Indonesia hampir tidak terlepas dari peran pesantren dan

santrinya.

Dizaman pergerakan pra-kemerdekaan tokoh-tokoh nasional seperti HOS

Cokroaminoto, KH. Mas Mansur, KH Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, Ki

Bagus Hadikusumo, KH Kahar Muzakar dan lain-lain adalah alumni-alumni

pesantren. Sesudah kemerdekaan pesantren juga telah melahirkan tokoh-tokoh

kaliber nasional seperti Moh. Rasyidi (Menteri Agama Pertama), Moh. Natsir

(Mantan Perdana Menteri), KH. Wahid Hasyim, KH. Idham Kholid (Mantan Wakil

Perdana Menteri dan Ketua MPRS). Demikian juga tokoh-tokoh nasional saat ini

seperti Amien Rais (mantan Ketua MPR), Abdurrahman Wahid (Mantan Presiden

RI), Hidayat Nurwahid (Ketua MPR), Hasyim Muzadi (Ketua PB NU), Nurcholis

Majid (Almarhum Rektor Paramadina) dan lain-lain adalah orang-orang yang

27

Page 28: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

tidak terlepas dari pesantren.

Keistimewaan atau ciri khas pesantren hingga bisa eksis sampai saat ini antara

lain adalah

a. Penguasaan bahasa asing terutama bahasa Arab.

b. Penguasaan kitab-kitab kuning yang merupakan sumber penting ilmu-ilmu

keislaman.

c. Penanaman jiwa mandiri, sebab biasanya para santri tinggal di asrama.

Mereka harus hidup mandiri tanpa dekat dengan orang tua.

d. Penanaman hidup disiplin, menghargai teman, hormat sama guru (kyai) dan

sabar serta istiqomah dalam melaksanakan proses pembelajaran (tarbiyah,

ta’dib dan ta’lim).

Biasanya pendidikan pesantren tidak dibatasi oleh waktu, sehingga seorang

santri bisa sepuas-puasnya menimba ilmu sama kyai sampai ia diizinkan untuk

meninggalkan pesantrennya, kemudian pindah ke pesantren lain untuk mencari

ilmu yang lebih tinggi.

Sistim pengajaran selain sistim Klasikal, juga sistim Individual (sorogan), yaitu

seorang santri bisa belajar ngaji atau membaca kitab dibimbing secara langsung

oleh seorang guru atau kyai, sehingga bisa lebih komunikatif antara guru dengan

santri.

Pada perkembangan berikutnya sebagian besar pesantren baik di Jawa maupun

di luar Jawa, dilengkapi dengan lembaga pendidikan yang dikenal istilah

Madrasah. Dari mulai Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD), Madrasah Tsanawiyah

(setingkat SMP), Madrasah Aliyah (setingkat SMA) dan selanjutnya para

lulusannya bisa melanjutkan ke IAIN atau perguruan tinggi agama lainnya.

Perbedaan Pesantren dengan Madrasah antara lain : di Pesantren khusus

mempelajari ilmu-ilmu agama, tapi di Madrasah biasanya juga dipelajari ilmu-ilmu

umum. Pesantren biasanya tidak menggunakan kurikulum yang resmi (formal),

tapi di Madrasah sudah menggunakan kurikulum resmi dan baku, terutama

kurikulum dari Departemen Agama.

12. Majlis Ulama Indonesia (MUI)

Majlis Ulama ini sebenarnya sudah berdiri sejak jaman pemerintahan Soekarno,

tetapi baru di tingkat daerah. Di Jawa Barat misalnya majlis ini berdiri tanggal 12

Juli 1958. Pada tanggal 21 sampai 27 Juni 1975 diadakan Musyawarah Nasional

I Majlis Ulama seluruh Indonesia di Jakarta yang dihadiri oleh wakil-wakil Majlis

Ulama propinsi. Ketika itulah Majlis Ulama tingkat Nasional berdiri dengan nama

Majlis Ulama Indonesia (MUI).

28

Page 29: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

Fungsi MUI antara lain :

a. Memberi fatwa dan nasihat mengenai masalah keagamaan dan

kemasyarakatan kepada pemerintah dan umat Islam umumnya sebagai amar

ma’ruf nahi munkar, dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional.

b. Mempererat ukhuwah Islamiyah dan memelihara serta meningkatkan suasana

kerukunan antar umat beragama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan

bangsa.

c. Mewakili umat Islam dalam konsultasi antara umat beragama.

d. Penghubung antara Ulama dan Umara (pemerintah) serta menjadi

penerjemah timbal balik antara pemerintah dan umat guna menyukseskan

pembangunan nasional.

Sejak berdiri sampai saat ini sudah banyak fatwa-fatwa MUI dikeluarkan antara

lain menyangkut :

a. Hukum natal bersama bagi umat Islam

b. Aliran-aliran Islam sesat di Indonesia

c. Fatwa tentang bunga bank konvensional

d. Fatwa tentang bayi tabung dan inseminasi buatan

e. Fatwa tentang faham pluralisme dan sekularisme

f. Fatwa tentang perkawinan beda agama

g. Dan lain-lain

Ulama yang pernah menduduki jabatan ketua MUI antara lain :

a. Prof.Dr. Hamka (1975- 1981)

b. KH. Syukri Ghozali (1981- 1984)

c. KH. EZ. Muttaqien (1984- 1985)

d. KH. Hasan Basri (1985- 1995)

e. H. Amidhan

13. Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)

ICMI berdiri pada 7 Desember 1990 sebagai sebuah organisasi yang

menampung para cendekiawan muslim yang mempunyai komitmen pada nilai-

nilai keislaman, tanpa melihat aliran, warna politik dan kelompok. ICMI sebagai

wadah tempat berdialog para intelektual guna memecahkan persoalan-persoalan

bangsa. Organisasi ini pertama kali dipimpin oleh Prof. Dr.BJ. Habibie, kemudian

Ahmad Tirto Sudiro dan Adi Sasono.

ICMI bergerak berlandaskan tiga hal :

29

Page 30: Perkembangan Islam di Indonesia - Sabab Jalal | … · Web viewUntuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas

a. Iman sebagai landasan moral untuk memicu prestasi taqwa

b. Pancasila dan UUD 45 sebagai azas filosofis dan konstitusional kehidupan

berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

c. Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat dan sarana bagi peningkatan

mutu kehidupan.

Sasaran jangka panjang adalah peningkatan kualitas ilmu, kualitas hidup,

kualitas kerja, kualitas berkarya dan kualitas berfikir bangsa Indonesia pada

umumnya dan umat Islam pada khususnya.

Organisasi ini berkembang cukup cepat. Terbukti saat Silaknas I ( 5-7 Desember

1991) jumlah anggotanya sekitar 15000 orang. Pada Nopember 1993 ICMI

sudah mempunyai 32 Orwil (Organisasi Wilayah), yakni 28 di dalam negeri dan 4

di luar negeri ( Eropa, Timur Tengah, Amerika Serikat dan Pasifik). ICMI sudah

memiliki 309 Orsat (Organisasi Satuan), yakni 277 di dalam negeri dan 32 di luar

negeri.

30