Top Banner
1 PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI MASYARAKAT PEDESAAN Sri Hery Susilowati dan Benny Rachman Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 ABSTRAK Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas pertanian di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan globalisasi perekonomian dunia, sehingga menuntut sinkronisasi pergerakan harga dalam negeri dan di pasar dunia. Tulisan ini bertujuan untuk membahas perkembangan harga komoditas pertanian, khususnya beberapa komoditas pangan, di pasar dunia dan pasar dalam negeri. Selain perkembangan harga dikemukakan pula respons masyarakat pedesaan dalam menyikapi perubahan harga. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan harga riil beberapa komoditas pangan selama periode tahun1990-2008 menunjukkan kecenderungan meningkat. Harga domestik menunjukkan laju pertumbuhan dan fluktuasi lebih tinggi dibandingkan dengan harga dunia. Namun selama periode krisis pangan global (tahun 2007- 2008) harga pangan domestik relatif lebih stabil dibandingkan dengan harga dunia dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah pula. Respons masyarakat pedesaan dalam kegiatan usahatani dan pola konsumsi dalam menghadapi peningkatan harga pangan secara umum tidak berubah. Dalam frekuensi yang relatif kecil masyarakat pedesaan menyikapi peningkatan harga pangan dengan menurunkan kualitas makanan pokok serta menurunkan kualitas maupun kuantitas lauk pauk pauk. Pengeluaran konsumsi rumahtangga untuk keperluan non pangan meningkat lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran pangan. Kata kunci : harga dunia, harga domestik, laju pertumbuhan harga. PENDAHULUAN Perkembangan harga komoditi pangan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat konsumen secara luas maupun tingkat kesejahteraan petani, mengingat sebagian besar petani di Indonesia adalah net buyer of food. Oleh karena itu perkembangan harga komoditi pangan dapat digunakan sebagai salah satu indikator parsial tentang perkembangan kesejahteraan masyarakat dan petani. Peningkatan harga pangan dalam dua tahun terakhir terasa sangat memberatkan masyarakat khususnya masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. Dimulai dengan melonjaknya harga minyak goreng sejak dua tahun terakhir kemudian berturut-turut diikuti oleh kenaikan harga beras, telur, daging ayam, terigu dan perkembangan terakhir adalah kenaikan harga kedele. ‘Krisis pangan’, yang ditandai dengan meningkatnya harga-harga pangan secara tajam dalam dua tahun terakhir bukan hanya dialami oleh masyarakat Indonesia namun juga terjadi di negara-negara lainnya. Daya beli masyarakat secara luas mengalami tekanan, meskipun di sisi lain harga komoditas perkebunan yang juga meningkat di pasar internasional memberikan keuntungan bagi petani pekebunan. Namun
24

PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

Mar 24, 2019

Download

Documents

vuonghanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

1

PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI MASYARAKAT PEDESAAN

Sri Hery Susilowati dan Benny Rachman

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan PertanianJl. A. Yani No. 70 Bogor 16161

ABSTRAK

Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas pertanian di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan globalisasi perekonomian dunia, sehingga menuntut sinkronisasi pergerakan harga dalam negeri dan di pasar dunia. Tulisan ini bertujuan untuk membahas perkembangan harga komoditas pertanian, khususnya beberapa komoditas pangan, di pasar dunia dan pasar dalam negeri. Selain perkembangan harga dikemukakan pula respons masyarakat pedesaan dalam menyikapi perubahan harga. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan harga riil beberapa komoditas pangan selama periode tahun1990-2008 menunjukkan kecenderungan meningkat. Harga domestik menunjukkan laju pertumbuhan dan fluktuasi lebih tinggi dibandingkan dengan harga dunia. Namun selama periode krisis pangan global (tahun 2007-2008) harga pangan domestik relatif lebih stabil dibandingkan dengan harga dunia dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah pula. Respons masyarakat pedesaan dalam kegiatan usahatani dan pola konsumsi dalam menghadapi peningkatan harga pangan secara umum tidak berubah. Dalam frekuensi yang relatif kecil masyarakat pedesaan menyikapi peningkatan harga pangan dengan menurunkan kualitas makanan pokok serta menurunkan kualitas maupun kuantitas lauk pauk pauk. Pengeluaran konsumsi rumahtangga untuk keperluan non pangan meningkat lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran pangan.

Kata kunci : harga dunia, harga domestik, laju pertumbuhan harga.

PENDAHULUAN

Perkembangan harga komoditi pangan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat konsumen secara luas maupun tingkat kesejahteraan petani, mengingat sebagian

besar petani di Indonesia adalah net buyer of food. Oleh karena itu perkembangan harga

komoditi pangan dapat digunakan sebagai salah satu indikator parsial tentang

perkembangan kesejahteraan masyarakat dan petani.

Peningkatan harga pangan dalam dua tahun terakhir terasa sangat memberatkan

masyarakat khususnya masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. Dimulai dengan

melonjaknya harga minyak goreng sejak dua tahun terakhir kemudian berturut-turut diikuti

oleh kenaikan harga beras, telur, daging ayam, terigu dan perkembangan terakhir adalah

kenaikan harga kedele. ‘Krisis pangan’, yang ditandai dengan meningkatnya harga-harga

pangan secara tajam dalam dua tahun terakhir bukan hanya dialami oleh masyarakat

Indonesia namun juga terjadi di negara-negara lainnya. Daya beli masyarakat secara luas

mengalami tekanan, meskipun di sisi lain harga komoditas perkebunan yang juga

meningkat di pasar internasional memberikan keuntungan bagi petani pekebunan. Namun

Page 2: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

2

pergerakan harga-harga dunia bergerak cepat. Krisis finansial global yang terjadi sejak dua

bulan terakhir (September 2008) yang menyebabkan melambatnya pertumbuhan

permintaan output dunia, seolah-olah membalikkan harga, terutama harga komoditi

pertanian yang diperdagangkan di pasar dunia. Dampak yang paling nyata bagi

perekonomian Indonesia adalah menurunnya harga-harga ekspor komoditas perkebunan

dan hal ini akan berdampak negatif terhadap perolehan devisa maupun kesejahteraan petani

pekebun.

Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga

komoditas pertanian di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan globalisasi

perekonomian dunia, sehingga menuntut sinkronisasi pergerakan harga dalam negeri dan di

pasar dunia. Tulisan ini bertujuan untuk membahas perkembangan harga komoditas

pertanian, khususnya beberapa komoditas pangan, di pasar dunia dan pasar dalam negeri.

Selain perkembangan harga dikemukakan pula respons masyarakat pedesaan dalam

menyikapi perubahan harga.

Data

Data yang digunakan adalah data harga dunia yang bersumber dari FAO-STAT dan

Bloomberg. Harga pangan dalam negeri bersumber dari Pusat Data dan Statistik,

Departemen Pertanian. Untuk memperoleh harga riil, harga aktual di deflasi dengan CPI.

Untuk memperoleh informasi tentang respons masyarakat pedesaan terhadap

peningkatan harga pangan digunakan data survey rumah tangga ‘Konsorsium Penelitian

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani pada Berbagai Tipe Agroekosistem’, yang dilakukan

oleh Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Survey dilakukan di 9

(sembilan) propinsi di Jawa dan Luar Jawa.

PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS PANGAN

Dalam bagian ini dibahas perilaku pergerakan harga beberapa komoditas pangan

selama periode tahun 1990-2008. Rentang waktu tersebut akan dibagi kedalam dua periode

yaitu periode sebelum krisis moneter tahun 1997 dan periode setelah krisis

Tabel 1 menyajikan tingkat pertumbuhan harga domestik beberapa komoditas

pangan pada periode tahun 1990-1997, periode tahun 1998-2008 dan agregat periode

tahun 1990-2008. Selanjutnya Tabel 2 menyajikan laju pertumbuhan harga pangan dunia

pada periode yang sama.

Selama periode tahun 1990-1997, yaitu periode sebelum terjadi krisis moneter Asia,

pergerakan harga beberapa komoditas pangan di pasar domestik menunjukkan

kecenderungan meningkat. Harga beras meningkat sekitar 7.5 persen per tahun. Harga

pangan lainnya (kedele, jagung, gula, minyak goreng, terigu dan daging) meningkat dengan

kisaran 2.2 persen per tahun (gula pasir) dan 11.1 persen per tahun (minyak goreng).

Page 3: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

3

Periode setelah krisis ekonomi (tahun 1998-2008) laju pertumbuhan harga beberapa

komoditi mengalami peningkatan (kedele, gula pasir, terigu, daging) namun beberapa

komoditas menurun, yaitu beras, jagung dan minyak goreng. Penurunan laju pertumbuhan

harga beberapa komoditas tersebut karena pengaruh intervensi pemerintah melalui operasi

pasar terutama untuk beras dan minyak goreng. Laju pertumbuhan harga secara agregat

untuk periode tahun 1990-2008 lebih besar dibandingkan pada dua periode secara terpisah.

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Harga Riil Domestik Beberapa Komoditi Pangan Tahun 1990-2008*

Pertumbuhan (% / tahun) Koefisien variasi (%)Komoditi

1990-1997 1998-2008 1990-2008 1990 -1997 1998-2008 1990-2008

Beras 7.5 7.09 13.68 28 47 77

Kedele 3.7 5.96 11.00 16 49 71

Jagung 10.1 5.06 16.15 35 56 89

Gu-sir 2.2 9.59 10.96 17 43 65

Migor 11.1 6.12 13.49 28 43 86

Terigu 2.5 7.30 11.89 11 49 76

Daging 4.7 5.94 11.80 27 37 64* Sampai dengan bulan September

Secara historis hal ini bisa ditelusuri melalui paling tidak dari tiga kejadian yang

mempengaruhi kondisi perekonomian secara umum dan pergerakan harga pangan

khususnya. Pertama adalah peningkatan harga barang-barang secara drastis yang terjadi

pada saat puncak krisis moneter tahun 1997-1998. Hal ini memberikan kontribusi yang

besar terhadap laju peningkatan harga secara agregat. Harga (nominal) beras pada tahun

1998 meningkat sekitar 97 persen terhadap tahun 1997. Demikian pula dengan komoditas

lain yang meningkat lebih dari 75 persen. Bahkan harga minyak goreng mengalami

peningkatan sekitar 257 persen, yaitu dari sekitar Rp. 1500 per kg pada tahun 2007

menjadi Rp. 5400 per kg pada tahun 1998 meskipun pada tahun berikutnya harga kembali

menurun pada kisaran Rp. 3500 sampai Rp. 4000 per kg . Kedua adalah ’krisis’ pangan

yang terjadi di hampir seluruh negara, yaitu pada periode tahun 2007-2008. Kenaikan

harga beberapa komoditas pangan dunia pada periode tersebut dipicu oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah kenaikan harga minyak mentah yang memicu makin gencarnya

pengembangan energi alternatif (biofuel) yang bersumber pada komoditas pertanian

sehingga terjadi konversi lahan untuk tanaman pangan ke biofuel. Oleh karenanya

komoditas ynag paling terpengaruh khususnya adalah komoditas yang terkait dengan

pengembangan energi alternatif tersebut, khususnya minyak sawit (yang berdampak pada

peningkatan harga minyak goreng domestik) dan komoditas kedele (Amerika dan China

mengkonversi lahan kedele ke jagung sehingga produksi kedele dunia turun). Ketiga,

adalah krisis finansial global yang dampaknya mulai terasa pada pertengahan September

2008, yang dalam hal ini pengaruhnya lebih besar pada harga komoditas perkebunan.

Page 4: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

4

Konsekuensi dari fenomena di atas dapat dilihat melalui fluktuasi harga. Besarnya

fluktuasi harga dapat ditafsirkan sebagai tingkat resiko pendapatan yang dihadapi petani

dari komoditas yang diusahakan, disisi lain mencerminkan resiko terhadap daya beli yang

harus dihadapi oleh masyarkat konsumen. Secara sederhana fluktuasi harga dapat

ditunjukkan diantaranya melalui koefisien variasi. Dengan adanya tiga kejadian penting

seperti diuraikan di atas, fluktuasi harga pada sepanjang periode tahun1990-2008 lebih

fluktuatif dibandingkan dengan dua periode secara terpisah dan pergerakan harga pangan

lebih berfluktuasi pada masa setelah masa krisis moneter dibandingkan masa sebelum krisis.

Secara umum harga minyak goreng dan jagung relatif lebih berfluktuasi dibanding

komoditas yang lain.

Pergerakan harga pangan di pasar dunia disajikan pada Tabel 2. Harga dunia juga

menunjukkan kecenderungan peningkatan pada dua periode yang sama namun dengan laju

yang lebih moderat, berkisar 2 persen sampai 5 persen per tahun. Namun pada

pertumbuhan agregat periode tahun 1992-2008, laju pertumbuhan harga per tahun relatif

sangat kecil, kurang dari satu persen, kecuali untuk gula pasir (2.8 persen per tahun).

Bahkan untuk beras dan jagung justru cenderung menurun. Melambatnya laju pertumbuhan

pada pariode tersebut karena terjadi penurunan harga yang cukup besar pada tahun 1998

terhadap tahun 1997 untuk seluruh komoditas (kecuali minyak sawit) dengan kisaran

penurunan -5 persen (beras) sampai -21 persen (gandum). Penurunan harga masih berlanjut

sampai tahun 2003 namun harga tahun 2008 kembali meningkat tajam karena pengaruh

krisis pangan global tahun 2007-2008. Secara umum fluktuasi harga komoditi pangan di

pasar dunia selama periode yang sama relatif stabil dibandingkan dengan fluktuasi yang

terjadi pada pasar domestik. Dengan melihat laju pertumbuhan harga dunia pada dua

periode tersebut maka fenomena harga murah dan penurunan harga yang terjadi sebelum

tahun 90 an sudah terlewati. Data-data dari World Bank pada periode 1950-1990 secara

umum menunjukkan perkembangan harga riil produk pertanian yang cenderung menurun

berkisar 1 sampai 7 persen per tahun pada periode 1971-1991 (Sudaryanto dan Hutabarat,

1993).

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Harga Dunia Beberapa Komoditi Pangan, Tahun 1992-2008*

Pertumbuhan (% / tahun) Koefisien variasi (%)Komoditi

19992-1997 1998-2008 1992-2008 1990-1997 1998-2008 1992-2008

Beras 2.3 4.2 -1.8 8.3 42.4 34,4

Kedele 3 4.9 0.3 7.4 27.2 21.9

Jagung 3.6 4.5 - 0.7 16.9 28.6 26.2

Gu-sir 2.2 2.7 2.8 11.0 23.1 28.2Migor 5.3 3.6 0.7 16.3 30.0 31.2Terigu 2.1 4.5 0.06 12.4 32.4 26.9

* Sampai dengan bulan Oktober

Page 5: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

5

PENGARUH KRISIS PANGAN DUNIA TERHADAP PERGERAKAN HARGA PANGAN

Peningkatan Harga Pangan

Krisis pangan dunia yang terjadi pada pertengahan tahun 2007 mengakibatkan

peningkatan harga pangan di pasar dunia. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya

peningkatan harga pangan dunia diantaranya adalah: (1) menurunnya produksi sereal dunia

masing-masing sebesar 3.6 persen dan 6.9 persen di tahun 2005 dan 2006 yang disebabkan

oleh iklim yang buruk, (2) tingkat stok sereal sangat rendah, rasio tingkat stok akhir pada

tahun 2007/2008 terhadap tingkat penggunaan sekitar 18.7 persen, terendah sepanjang tiga

dekade, (c) peningkatan harga minyak bumi yang mendorong peningkatan harga pupuk dan

transportasi, (d) peningkatan permintaan biji-bijian untuk biofuel, diperkirakan sekitar 100

juta ton biji-bijian dipergunakan untuk biofuels pada tahun 2007/2008, dan (f) peningkatan

pertumbuhan ekonomi di beberapa negara berkembang mendorong peningkatan permintaan

bahan pangan Kondisi di atas mengakibatkan meningkatnya indeks harga pangan selama

periode 12 bulan menjelang Maret 2008 masing-masing sebesar 130 persen untuk gandum,

38 persen untuk jagung dan 66 persen untuk beras (FAO, 2008).

Peningkatan harga pangan dunia tersebut berimbas pada peningkatan harga pangan

di pasar domestik. Perkembangan harga beberapa komoditas pangan dunia dan domestik

disajikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Tabel 3 menyajikan laju pertumbuhan harga

pangan di pasar dunia maupun pasar domestik. Dilihat laju pertumbuhan harga dunia,

angka pertumbuhan per bulan terlihat relatif kecil, dengan kisaran 0.56 persen per bulan

(minyak sawit) sampai 2.66 persen per bulan (beras). Namun apabila dilihat perubahan

harga rata-rata tahun 2007 ke harga rata-rata tahun 2008 (sampai dengan Oktober) terjadi

peningkatan harga yang cukup besar. Harga beras meningkat sebesar 117 persen , kedele

40 persen, jagung 45 persen, gula 28 persen dan minyak sawit dan gandum masing-masing

36 dan 39 persen. Harga pangan terus mengalami peningkatan sejak awal tahun 2007 dan

harga tertinggi dicapai pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2008 yang selanjutnya

cenderung menurun. Fluktuasi harga pangan dunia dapat diamati dari besaran koefisien

variasi. Harga beras relatif paling berfluktuasi sementara gula dan daging relatif lebih stabil

dibanding komoditi lainnya.

Laju pertumbuhan harga pangan domestik selama periode yang sama menunjukkan

angka relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga pangan dunia. Demikian pula

fluktuasi harga yang dicerminkan melalui koefisien variasi harga, menunjukkan angka yang

lebih kecil dibandingkan dengan harga dunia. Harga masing-masing komoditas meningkat

dengan laju kurang dari satu persen kecuali untuk kedele (meningkat 1.4 persen per bulan).

Bahkan harga gula selama periode tersebut memiliki laju pertumbuhan negatif. Namun

seperti halnya pada harga dunia, terjadi peningkatan harga yang cukup besar dari tahun

2007 ke tahun 2008 (sampai dengan September), terutama untuk kedele, minyak goreng,

Page 6: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

6

terigu dan jagung masing-masing sebesar 45.7 persen, 36.9 persen, 14.7 persen dan 18.0

persen sementara untuk harga gula pasir dan daging menurun masing-masing sebesar -8.2

persen dan -6.9 persen dan harga beras hanya meningkat sebesar 0.6 persen. Perkembangan

harga konsumen beberapa komoditi pangan disajikan pada Lampiran 2.

Tabel 3. Laju Pertumbuhan Harga Dunia dan Harga Domestik Beberapa Komoditi Pangan,Januari 2007- Oktober 2008

Harga Dunia Harga Domestik

Komoditas Laju (%/bulan)

Perubahan2007-2008

(%)

Koef. var (%)

Laju(%/bulan)

Perubahan2007-2008

(%)

Koef.var (%)

Beras 2.66 116.9 44.8 0.03 0.6 4.4Kedelai 1.4 39.7 21.6 1.35 45.7 23.5Jagung pipil 1.29 45.3 21.2 0.76 8.0 12.0Gula 0.89 28.3 15.0 -0.02 -8.2 4.5Minyak goreng 0.56* 35.7 23.6 0.91 36.9 16.2Daging 1.00 39.4 15.6 0.3 -6.9 4.9* harga minyak sawit

Dari pergerakan harga dunia dan domestik tersebut terlihat bahwa laju pertumbuhan

dan tingkat fluktuasi harga domestik lebih rendah dibandingkan dengan harga dunia. Hal

ini disebabkan oleh berbagai kebijakan pemerintah dalam upaya stabilisasi harga pangan

domestik. Perubahan harga domestik setiap bulan masing-masing komoditas selama periode

Januari 2007 sampai dengan September 2008 yang dihitung berdasarkan selisih harga pada

setiap bulan terhadap harga rata-rata bergerak tiga bulan sebelumnya diuraikan sebagai

berikut.

Beras

Peningkatan harga beras selama periode Januari 2007 sampai September 2008

mencapai selisih harga tertinggi pada bulan Desember 2007, bulan Januari dan Februari

2008 dengan selisih harga masing-masing sebesar 5 persen, 7 persen dan 5 persen

dibandingkan dengan harga rata-rata bergerak tiga bulan sebelumnya. Peningkatan harga

tersebut selain karena pengaruh krisis pangan dunia juga karena fenomena peningkatan

permintaan pada hari Raya Natal dan Tahun Baru. Intervensi pemerintah untuk menurunkan

harga beras melalui operasi pasar berhasil menurunkan harga beras sebesar 5 persen pada

bulan April (kemudian cenderung meningkat stabil pada selisih harga berkisar satu persen),

sementara pada bulan yang sama harga beras di pasar dunia justru mencapai rata-rata harga

tertinggi yaitu $ 907/ton. Pemerintah mengantisipasi hal ini dengan melarang ekspor beras

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri melalui Peraturan Menteri Perdagangan

No.12/M-DAGRI/PER/4/2008.

Page 7: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

7

Kedele

Pengaruh krisis pangan global terhadap harga kedele terlihat mulai bulan Desember

dan cenderung meningkat secara tajam pada bulan-bulan berikutnya. Lonjakan harga

tertinggi terjadi pada bulan Januari 2008 dengan selisih harga sebesar 56 persen

dibandingkan rata-rata harga sebelumnya. Pada bulan Februari selisih harga kedele masih

berkisar 40 persen. Untuk menurunkan harga kedele, selain pembebasan bea impor kedele

pemerintah memberikan subsidi harga kedele bagi pengrajin tahu tempe. Harga kedele

mulai menurun bulan Mei 2008 sebesar 6.5 persen terhadap harga sebelumnya dan

cenderung terus menurun meskipun harga kedele di pasar dunia masih meningkat terus

sampai bulan Agustus 2008. Bulan September dan Oktober 2008 harga kedele dunia

menurun karena pengaruh krsisis finansial global sementara pada bulan September 2008

harga kedele domestik justru meningkat.

Jagung

Harga jagung terus cenderung naik secara konsisten. Perbedaan harga tertinggi

terjadi pada bulan Juli 2008 mencapai 16 persen karena harga jagung sempat menurun pada

bulan sebelumnya. Harga jagung kembali meningkat sampai bulan September 2008

dengan selisih harga dengan bulan sebelumnya sebesar 9.5 persen.

Gula

Harga gula cenderung berfluktuasi namun dengan selisih harga antar bulan yang

relatif kecil. Selisih harga terbesar terjadi pada bulan Juli 2007 mencapai 16 persen

terhadap rata-rata harga sebelumnya namun harga selanjutnya cenderung menurun mulai

bulan September 2007 sampai dengan Mei 2008 sementara harga gula di pasar dunia justru

meningkat sampai dengan bulan Maret 2008.

Minyak goreng

Harga minyak goreng cenderung terus meningkat mulai awal tahun 2007 sampai

dengan bulan Maret 2008 dengan selisih harga tertinggi mencapai 27 persen pada bulan

Maret 2007 terhadap rata-rata bulan sebelumnya. Setelah periode tersebut harga minyak

goreng mulai menurun mengikuti penurunan harga CPO di pasar dunia. Untuk

menurunkan harga minyak goreng tersebut pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan

diantaranya menetapkan pungutan ekspor secara progresif untuk menjaga pemenuhan

bahan baku minyak goreng dalam negeri, memberikan pembebasan Pph bagi industri

minyak goreng dalam negeri serta memberikan subsidi harga minyak goreng melalui

penjualan minyak goreng murah bagi rumah tangga berpendapatan rendah.

Page 8: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

8

Keterkaitan Antara Harga Dunia dan Domestik

Pembahasan di muka menunjukkan bahwa pergerakan harga beberapa komoditi

pangan dalam jangka pendek (periode Januari 2007-Oktober 2008) tidak secara langsung

mengikuti pergerakan harga dunia. Beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam

upaya stabilisasi harga pangan domestik, untuk beberapa komoditi, berhasil membuat

fluktuasi harga domestik relatif lebih stabil dibandingkan harga dunia. Hubungan antara

harga dunia dengan harga domestik secara sangat sederhana dapat dilihat melalui angka

elastisitas harga dunia terhadap harga domestik. Selama periode tersebut, elastisitas harga

beras hanya sebesar 0.03 atau dengan kata lain besarnya perubahan harga dunia hanya

sedikit mempengaruhi perubahan harga beras domestik. Beras merupakan komoditi

sensitif yang selalu diintervensi oleh pemerintah dalam rangka menjaga stabilitas harga

pangan pokok. Komoditi lain yang juga tidak terkait dengan pergerakan harga dunia adalah

gula. Selama periode yang sama elastisitas harga gula bahkan negatif (-0.126). Sebaliknya

untuk kedele dan minyak sawit relatif lebih elastis dengan nilai elastisitas masing-masing

0.81 dan 0.55 dan untuk jagung sebesar 0.35.

Keterkaitan antara harga dunia dan harga domestik dinyatakan oleh Aldaz-Caroll

(2008) bahwa peningkatan secara tajam harga komoditi pertanian (beras, jagung, minyak

goreng, gula, gandum dan kedele) di pasar dunia pada paeriode 2004-2008 sepenuhnya

ditransmisikan ke harga domestik di beberapa provinsi. Namun transmisi harga tersebut

tidak berlangsung seketika melainkan perlu penyesuaian. Kecepatan penyesuaian

perubahan harga domestik terhadap perubahan harga dunia bervariasi menurut provinsi,

berkisar antara tiga bulan (harga di Jakarta) sampai dua tahun (harga di Kalimantan Barat).

Pergerakan harga di provinsi yang memiliki penyesuaian lebih lama terhadap pergerakan

harga dunia cenderung lebih volatil dibandingkan dengan provinsi yang segera dapat

mengikuti perubahan harga dunia. Sebagai contoh harga pangan di Sumatera Barat (yang

memiliki waktu penyesuaian lebih lama), lebih bersifat volatil dibandingkan dengan harga

di Jakarta. Demikian pula tingkat harga beras di masing-masing provinsi akan berbeda.

Perbedaan harga antara provinsi satu dengan lainnya bisa mencapai lebih dari 64 persen

dimana 50 persen perbedaan harga tersebut dapat diterangkan melalui perbedaan

infrastruktur, kepadatan penduduk, pendapatan dan produksi beras di provinsi bersangkutan.

Informasi tentang keterkaitan antara harga dunia dan harga pangan serta

pergerakannya pada periode sebelumnya dinyatakan oleh Conforti (2004) yang

menunjukkan adanya integrasi antara harga perdagangan besar di Indonesia dengan harga

dunia untuk beberapa komoditi pertanian periode 1979-2001, kecuali untuk beras dan kopi.

Namun dalam jangka panjang harga beras akan cenderung mengikuti pegerakan harga

dunia. Sementara kajian Istiqomah et.al (2005) menunjukkan bahwa volatilitas harga padi

tingkat eceran di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih volatil pada era setelah

liberalisasi perdagangan (1998-2004) dibandingkan pada periode sebelum liberalisasi

perdagangan. Sebelum periode liberalisasi perdagangan harga di lima pasar di Jawa

Page 9: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

9

terintegrasi namun pasca liberalisasi perdagangan harga di lima pasar tersebut tidak

terintegrasi penuh.

Respons Masyarakat Pedesaan terhadap Peningkatan Harga Pangan

Peningkatan harga pangan dalam dua tahun terakhir khususnya sejak pertengahan

bulan September 2007 diduga akan berpengaruh terhadap kegiatan usahatani maupun pola

konsumsi masyarakat pedesaan. Respons rumah tangga pedesaan terhadap peningkatan

harga pangan yang terjadi dalam dua tahun diuraikan sebagai berikut.

Kegiatan Usahatani

Dalam menyikapi kenaikan harga pangan, termasuk kenaikan harga beras dan gabah,

rumah tangga petani diduga akan merespons dengan melakukan kegiatan yang terkait

dengan: (a) luas garapan usahatani, (b) frekuensi penanaman, (c) penggunaan pupuk, dan

(d) alokasi tenaga kerja.

Tabel 4 menyajikan informasi terkait dengan respons petani tersebut. Rumah

tangga petani dikelompokkan ke dalam wilayah Jawa dan Luar Jawa. Total jumlah rumah

tangga petani contoh di Jawa sebanyak 121 rumah tangga dan Luar Jawa sebanyak 241

rumah tangga. Dari frekuensi jawaban terlihat bahwa sebagian besar (95.7 persen) rumah

tangga tidak mengubah luas garapan usahatani mereka. Hal ini karena luas lahan yang

mereka garap terbatas dan pada umumnya merupakan sumber pendapatan utama yang

harus mereka kelola. Namun sebagian kecil rumah tangga meningkatkan luas garapan (2.2

persen) dan sebagian sisanya (2.2 persen) justru mengurangi luas garapan. Peningkatan

harga beras dan gabah memberikan harapan bagi mereka untuk memperoleh pendapatan

yang lebih besar dengan menambah luas garapan. Sebaliknya peningkatan harga beras dan

harga pangan lainnya mengharuskan rumah tangga petani mengalokasikan anggaran lebih

banyak untuk konsumsi rumah tangga sehingga mengurangi luas garapan karena tidak

dapat membiayai ongkos usahatani. Demikian pula yang terjadi di Luar Jawa namun

frekuensi rumah tangga yang merespons dengan mengurangi maupun menambah luas

garapan relatif lebih banyak.

Konsisten dengan luas garapan, frekuensi penanaman maupun alokasi tenaga kerja

oleh sebagian besar rumah tangga pada umumnya juga tidak terpengaruh oleh kenaikan

harga pangan. Untuk penggunaan pupuk, meskipun sebagian besar rumah tangga

menjawab ‘tetap’ di dalam penggunaan pupuk, namun frekuensi rumah tangga yang

mengurangi penggunaan pupuk relatif lebih besar dibandingkan aktivitas yang lain,

terutama untuk wilayah di luar Jawa. Karena tidak dilakukan pengujian untuk memperkuat

hasil analisis ini, pengurangan pupuk yang dilakukan oleh sebagian rumah tangga petani

tersebut bisa jadi oleh fenomena kelangkaan pupuk dewasa ini yang terjadi di beberapa

wilayah

Page 10: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

10

Tabel.4. Respons Rumahtangga terhadap Kenaikan Harga Beras/Gabah dalam Kegiatan Usahatani, Tahun 2008

Jawa (%) Luar jawa (%)Keterangan 1 2 3 1 2 3

1. Luas garapan usahatani 2.2 95.7 2.2 5.7 89.9 4.42. Frekuensi penanaman 2.4 92.9 4.8 4.9 94.4 0.63. Penggunaan Pupuk 8.7 91.3 0 16.8 72.7 10.64. Alokasi Tenaga Kerja 0 100.0 0 3.4 93.9 2.8

Keterangan: 1 = Berkurang; 2 = Tetap; 3 = Bertambah

Dari respons rumah tangga tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa di dalam

merespons peningkatan harga pangan, aktivitas berusahatani oleh sebagian besar rumah

tangga petani adalah tetap. Sebagian rumah tangga merespons dengan menambah ataupun

mengurangi aktivitas usahatani dengan frekuensi yang relatif kecil. Namun hal ini perlu

dimaknai lebih lanjut bahwa bagi masyarakat petani di pedesaaan yang rata-rata hanya

memiliki lahan seluas 0.5 hektar, kegiatan usahatani merupakan sumber pendapatan utama

mereka. Dengan demikian dalam kondisi apapun kegiatan usahatani tetap mereka lakukan

seperti biasa. Pupuk merupakan faktor penentu produktivitas sehingga petani tetap

berusaha untuk menggunakan seperti semula meskipun harga pupuk semakin mahal karena

khawatir pengurangan pupuk akan menurunkan produktivitas yang akan berakibat

menurunkan pendapatan mereka.

Pola Konsumsi

Peningkatan harga pangan diduga selain berpengaruh terhadap kegiatan

berusahatani, juga berpengaruh terhadap pola dan pengeluaran konsumsi masyarakat.

Perubahan pola konsumsi masyarakat yang diduga terpengaruh oleh peningkatan harga

pangan adalah dalam hal kuantitas maupun kualitas makanan pokok dan lauk pauk (Tabel

5). Peningkatan harga pangan direspons oleh sebagian besar (lebih dari 80 persen) rumah

tangga dengan tidak mengubah kuantitas maupun kualitas makanan pokok yang mereka

konsumsi. Hal ini terjadi baik di wilayah Jawa maupun luar Jawa. Hanya sekitar 9 persen

rumah tangga mengurangi kuantitas konsumsi makanan pokok, namun lebih banyak

(sekitar 15 persen) rumah tangga yang merespons dengan mengurangi kualitas konsumsi

makanan pokok. Perubahan pola konsumsi lebih banyak terjadi dalam hal konsumsi

makanan lainnya (lauk pauk). Secara umum rumah tangga lebih banyak mengurangi

konsumsi lauk pauk baik dalam hal kuantitas maupun kualitas dibandingkan konsumsi

makanan pokok seperti telah diuraikan, meskipun masih sebagian besar rumah tangga

(sekitar 70 persen sampai 80 persen) mengkonsumsi lauk pauk dengan pola yang sama.

Page 11: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

11

Tabel 5. Respon Rumahtangga terhadap Kenaikan Harga Pangan dalam Pola Konsumsi Makanan Pokok dan Lauk Pauk, Tahun 2008

Jawa (%) Luar jawa (%) Keterangan1 2 3 1 2 3

1. Pola Konsumsi Pangan Pokok a. Kuantitas 9.09 90.91 0 9.54 87.14 3.32 b. Kualitas 14.88 84.30 0.83 11.20 88.38 0.41 c. Perolehan* 6.61 92.56 0.83 3.73 94.19 2.07 2. Pola Konsumsi Lauk Pauk a. Kuantitas 26.67 70.83 2.50 21.58 74.27 4.15 b. Kualitas 23.33 75.00 1.67 19.92 79.67 0.41 c. Perolehan* 18.33 80.83 0.83 6.22 91.70 2.07

Keterangan: 1 = Berkurang; 2 = Tetap; 3 = Bertambah * 1 = Lebih sulit 2 = Sama saja 3 = Lebih mudah

Dalam hal perolehan, frekuensi rumah tangga yang mengatakan lebih sulit memperoleh

makanan pokok maupun lauk pauk relatif lebih banyak di Jawa dibandingkan di luar Jawa

meskipun masih tetap sebagian besar (kisaran 80 persen sampai 94 persen) rumah tangga

menyatakan tidak mengalami perubahan dalam hal perolehan.

Terkait dengan perubahan kualitas konsumsi makan pokok, jenis makanan pokok

yang dikonsumsi masyarakat sebelum dan sesudah terjadi kenaikan harga pangan disajikan

pada Tabel 6. Pada kondisi sebelum maupun sesudah kenaikan harga pangan, jenis

makanan pokok yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat (lebih 90 persen) baik di Jawa

maupun di luar Jawa adalah beras. Konsumsi beras dicampur jagung lebih banyak

dilakukan pada musim paceklik, terutama oleh rumah tangga di Jawa.

Tabel 6. Respons Rumahtangga terhadap Kenaikan Harga Pangan dalam Jenis Konsumsi Makanan Pokok, Tahun 2008

Jawa (%) Luar jawa (%)

KeteranganBeras

Beras+Jagung

Lainnya BerasBeras+ jagung

Lainnya

a. Sebelum harga naik - Bukan musim paceklik 94.2 3.31 2.48 97.08 1.25 3.67* - Musim paceklik 91.7 6.61 21.69** 94.2 1.67 4.16**b. Sesudah harga naik - Bukan musim paceklik 94.2 1.67 4.16 96.25 1.67 2.08 - Musim Paceklik 90.91 5.79 3.31** 94.98 1.26 4.57**

* = Campuran beras dan jagung atau beras dan umbi atau umbi saja.** = lebih beragam: campuran beras dan umbi, jagung saja, umbi saja, beras dan umbi, beras, jagung dan

umbi.

Kenaikan harga pangan, khususnya beras, direspons oleh rumah tangga dengan

mengkonsumsi makanan pokok dengan jenis yang lebih bervariasi, yang pada umumnya

mencampur beras dengan jagung dan umbi-umbian atau hanya mengkonsumsi jagung atau

Page 12: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

12

umbi saja tanpa campuran beras. Namun frekuensi rumah tangga yang melakukan variasi

konsumsi makanan pokok selain beras tersebut hanya relatif kecil, hanya sekitar 4 persen

sampai 6 persen.

Peningkatan harga pangan selain diduga berpengaruh terhadap pola konsumsi

makanan pokok dan lauk pauk, juga diduga akan berpengaruh terhadap frekuensi makan

secara lengkap per hari. Respons rumah tangga terhadap hal itu disajikan pada Tabel 7.

Dari informasi pada tabel tersebut terlihat bahwa frekuensi makan per hari relatif tidak

berubah dengan adanya kenaikan harga pangan. Frekuensi makan per hari rumah tangga

bervariasi antar 2 sampai 4 kali makan per hari namun secara umum tiga kali per hari.

Variasi frekuensi makan antar rumah tangga pada umumnya lebih disebabkan oleh faktor

kebiasaan.

Tabel 7. Respon Rumahtangga terhadap Kenaikan Harga Pangan dalam Frekuensi Makan per hari, Tahun 2008

Jawa (%) Luar Jawa (%)Keterangan

2 kali 3 kali 4 kali 2 kali 3 kali 4 kali Frekuensi makan secara lengkap/hr a. Sebelum harga naik 23.97 71.07 1.65 13.69 86.31 0 b. Sesudah harga naik 25.62 69.42 1.65 14.52 85.48 0

Terkait dengan perubahan kuantitas dan kualitas makanan pokok serta lauk pauk

Secara umum dapat dikatakan kuantitas makanan pokok dan lauk pauk relatif tetap seperti

diuraikan terdahulu. Penurunan kuantitas konsumsi beras dilakukan oleh hanya sekitar 5

persen rumahtangga. Namun rumahtangga yang mengurangi konsumsi mie bungkus relatif

lebih besar, yaitu berkisar 15 persen di Jawa dan 10 persen di Luar Jawa. Sebaliknya

rumahtangga yang mengkonsumsi ubi kayu, ubi jalar dan jagung meningkat meskipun

dengan frekuensi yang relatif kecil (satu sampai 2 persen). Di Luar Jawa, sekitar 3.4 persen

rumah tangga mengurangi konsumsi beras sebaliknya rumah tangga yang meningkatkan

konsumsi gaplek juga sekitar 3.2 persen. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa

meskipun dengan frekuensi yang relatif kecil, respons sebagian rumah tangga dalam

menyikapi peningkatan harga pangan adalah dengan melakukan substitusi beras dengan

jenis makanan pokok lainnya seperti jagung, ubi jalar, ubi kayu dan gaplek. Selain itu

sebagian rumahtangga (berkisar 3 sampai 9 persen) juga menyiasati peningkatan harga

pangan dengan menurunkan kualitas beras yang dikonsumsi, Lampiran 3 dan Lampiran 4

menyajikan secara rinci jenis perubahan konsumsi makanan pokok dan lauk pauk yang

dikonsumsi rumahtangga.

Jenis makanan lain (lauk pauk) yang dikurangi konsumsinya oleh sebagian rumah

tangga terutama adalah ikan segar, daging sapi, daging ayam dan telur ayam. Frekuensi

rumah tangga yang mengurangi berbagai jenis lauk pauk nabati tersebut berkisar 6 persen

Page 13: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

13

sampai 18 persen. Selain mengurangi konsumsi protein nabati, sebagian rumah tangga (10

sampai 12 persen) juga mengurangi konsumsi tahu dan tempe. Dari sisi kualitas lauk pauk,

frekuensi rumah tangga yang menurunkan kualitas lauk pauk yang dikonsumsi relatif lebih

sedikit dibandingkan dalam hal pengurangan kuantitas. Penurunan kualitas lauk pauk yang

paling kentara adalah pada jenis ikan segar, yang pada umumnya mengganti konsumsi ikan

dengan jenis ikan yang lebih murah harganya.

Penurunan kuantitas konsumsi makanan lainnya terutama untuk jenis minyak

goreng, buah-buahan dan makanan jajan. Penurunan kuantitas konsumsi buah-buahan

diikuti pula dengan penurunan kualitasnya, yaitu dengan mengganti jenis buah yang biasa

dibeli dengan buah hasil tanam sendiri atau pemberian tetangga. Penurunan kuantitas

maupun kualitas rokok juga dilakukan oleh sebagian kecil (sekitar 6 persen) rumahtangga

di Jawa.

Pembahasan di muka menunjukkan bahwa sekilas peningkatan harga pangan yang

terjadi selama lebih dari setahun terakhir tidak banyak mempengaruhi pola konsumsi

pangan masyarakat di pedesaan. Bagi rumah tangga di pedesaan yang orientasi kebutuhan

utama masih sebagian besar untuk konsumsi makanan, akan tetap berupaya untuk

memenuhinya meskipun harga pangan meningkat. Apalagi kebutuhan makanan pokok,

terutama beras dan sayuran, sebagian besar dipenuhi dari produksi sendiri. Peningkatan

harga pangan diduga lebih berpengaruh terhadap pengeluaran lain selain konsumsi dan

berkurangnya modal usahatani.Yang dikhawatirkan adalah apabila berpengaruh terhadap

keberlanjutan pendidikan anak. Dalam batas tertentu hal ini memang terjadi namun hanya

beberapa kasus.

Peningkatan harga pangan dan harga gabah (serta kenaikan harga BBM yang juga

terjadi pada tahun 2008) berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi pangan. Perubahan

pengeluaran konsumsi pangan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Perubahan Pengeluaran Rumah Tangga Padi di Kabupaten Karawang, Tahun 2008.

PerubahanURAIAN

Sebelum(Rp/kap/bln)

Sesudah(Rp/kap/bln) (Rp) %

A. Pangan 191,233 211,600 2,0367 10.71. Beras 41,633 41,633 0 0.02. Mie instant 8,067 9,917 1,850 22.93. Tahu dan tempe 8,967 10,733 1,766 19.74. Ikan, Telur, daging 30,950 34,067 3,117 10.15. Buah &sayuran 15,917 17,483 1,566 9.86. Gula, Kopi, Teh, Susu 12,850 15,417 2,567 20.07. Minyak Goreng 17,983 20,750 2,767 15.48. Makanan & Minuman lain 20,067 22,633 2,566 12.89. Rokok & Tembakau 34,800 38,967 4,167 12.0

B. Non Pangan 109,160 128,267 19,107 17.5

C. Pangan+Non Pangan 300,393 339,867 39,474 13.1Sumber: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2008

Page 14: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

14

Total nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga petani padi meningkat sekitar 13.1

persen. Nilai pengeluaran untuk konsumsi pangan meningkat 10,7 persen dan pengeluaran

non pangan meningkat 17.5 persen.

Krisis Finansial Global

Belum lagi upaya menurunkan harga pangan berhasil mencapai ke tingkat yang

lebih terjangkau oleh masyarakat luas, krisis finansial global yang melanda Amerika Serikat

dan negara-negara maju yang terjadi mulai pertengahan bulan September 2008

mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melambat dan dampak lebih lanjut adalah

menurunnya permintaan output.

Melemahnya permintaan dunia terhadap output tersebut berakibat pada turunnya

harga komoditas pertanian dunia dan berdampak sangat cepat terhadap perkembangan

harga-harga dunia dan harga jual produk di tingkat petani. Jenis komoditi yang paling

terkena dampak krisis adalah komoditi yang terutama berorientasi ekspor. Bagi Indonesia

dimana komoditi andalan yang diperdagangkan di pasar dunia adalah komoditas

perkebunan, maka dampak yang sangat nyata adalah terhadap perkembangan harga

komoditi perkebunan, diantaranya adalah minyak sawit, kakao, kopi dan karet. Sedangkan

harga pangan di pasar domestik tidak tampak terpengaruh secara nyata oleh dampak krisis

global.

Pergerakan harga beberapa komoditas pertanian di pasar dunia saat krisis global

terjadi dinyatakan melalui perbedaan harga saat ini dengan rata-rata harga bergerak

sebelumnya yang disajikan pada Lampiran 5 sampai dengan Lampiran 13. Harga yang

dianalisa adalah harga harian selama awal September sampai dengan akhir Oktober 2008.

Kedele

Selama awal September sampai akhir Oktober 2008 harga kedele relatif berfluktuasi.

Harga kedele menurun pada pertengahan bulan September dengan perbedaan harga

mencapai -10 persen terhadap rata-rata harga sebelumnya. Harga kedele sempat meningkat

lagi sampai tanggal 22 September namun kembali menurun sampai tanggal 6 Oktober

sehingga dicapai selisih terbesar harga saat itu dengan rata-rata harga sebelumnya sebesar -

11.0 persen. Namun setelah tanggal tersebut harga kedele kembali meningkat sampai

tanggal 29 Oktober dengan selisish harga terbesar (7 persen) yang kemudian kembali

menurun.

Beras

Harga beras secara konsisten mengalami penurunan mulai awal September sampai

dengan akhir Oktober 2008. Selisih penurunan terbesar harga saat itu terhadap rata-rata

harga sebelumnya mencapai – 7.9 persen yaitu pada tanggal 31 Oktober 2008.

Page 15: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

15

Jagung

Harga jagung mulai pertengahan September 2008 terus bergerak melemah sampai

dicapai selisih harga terbesar -11.2 persen pada tanggal 2 Oktober. Selanjutnya harga

jagung kembali meningkat sampai pada akhir Oktober perbedaan harga saat itu dengan

harga sebelumnya mencapai angka terbesar yaitu 9.6 persen pada tanggal 29 Oktober.

Namun pada awal Nopember harga jagung di pasar dunia kembali menurun.

Gula

Harga gula pada awal September 2008 menurun sampai pertengahan September.

Namun kembali meningkat sampai awal Oktober dan menurun lagi sampai minggu ketiga

Oktober dengan perbedaan harga saat itu dengan harga sebelumnya sebesar -3.7 persen

Selanjutnya harga gula kembali meningkat sampai akhir Oktober. Selama periode awal

September sampai dengan akhir Oktober, harga gula masih berada di bawah harga pada

awal September 2008.

Gandum

Harga gandum sampai tanggal 26 September 2008 masih meningkat, namun

kemudian menurun terus sampai tanggal 6 Oktober mencapai selisih harga terbesar – 9.6

persen terhadap rata-rata harga sebelumnya. Harga gandum kembali meningkat sampai

tanggal 29 Oktober mencapai selisih harga terbesar 7.9 persen.

CPO

Harga CPO sudah mulai menurun pada awal September 2008 sampai pertengahan

bulan September namun kembali meningkat dengan selisih harga terbesar pada tanggal 23

September terhadap rata-rata harga sebelumnya sebesar 8.1 persen. Selanjutnya harga CPO

merosot tajam sampai pertengahan Oktober dengan selisih harga teritnggi mencapai – 17.5

persen. Harga CPO terus konsisten turun meski dengan selisih penurunan yang relatif

lebih kecil.

Karet

Sampai dengan minggu ketiga September 2008 harga karet masih relatif stabil

namun kemudian menurun tajam dengan selisih harga pada tanggal 9 Oktober mencapai –

21.4 persen terhadap harga sebelumnya. Sampai dengan akhir Oktober harga karet

konsisten menurun meski dengan persentase penurunan yang lebih kecil terhadap harga

sebelumnya.

Kakao

Harga kakao sampai dengan akhir September 2008 relatif berfluktuasi dengan

selisih harga yang tidak terlalui besar. Namun setelah itu harga kakao menurun tajam

Page 16: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

16

mencapai selisih harga terbesar – 9.1 persen terhadap rata-rata harga sebelumnya dan

konsisten terus menurun dengan perbedaan harga yang lebih kecil. Akhir Oktober 2008

harga kakao mulai meningkat dengan selisih harga sebesar 6.4 persen dengan rata-rata

harga sebelumnya.

Kopi

Harga kopi mulai awal September 2008 menurun secara konsisten sampai dengan

awal Oktober meski dengan tingkat selisih penurunan harga yang tidak terlampau besar.

Namun harga kopi mulai menurun tajam mencapai selisih harga terbesar sepanjang

September sampai Oktober sebesar – 16.4 persen. Harga kopi terus konsisten menurun

sampai dengan akhir Oktober dengan selisih penurunan harga yang relatif lebih kecil.

Implikasi Bagi Masyarakat Pedesaan

Meski dari sisi konsumsi seperti diuraikan di muka peningkatan harga pangan

kurang berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat pedesaan, namun dalam perspektif

lebih luas peningkatan harga pangan dan dampak krisis global yang baru terjadi

dikhawatirkan berdampak negatif bagi kesejahteraan masyarakat di pedesaan terlebih bagi

ketahanan pangan. Permasalahan yang dihadapi bukan hanya sekedar permasalahan

peningkatan harga pangan dan turunnya harga komoditas perkebunan akibat krisis global

melainkan juga peningkatan harga minyak bumi yang pada akhirnya memicu peningkatan

harga pupuk, pestisida dan harga input pertanian lain. Dampak lebih lanjut adalah

menurunnya nilai tukar petani yang menurunkan kesejahteraan mereka karena peningkatan

harga jual produk tidak sebanding dengan peningkatan harga input produksi dan harga

pangan. Tanpa ada upaya kongkrit untuk menanggulangi krisis pangan tersebut, maka

upaya pengurangan kemiskinan yang dicanangkan melalui MDG tidak akan tercapai serta

menimbulkan ancaman terhadap stabilitas nasional.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah krisis pangan

dan membantu petani yang terkena dampak krisis global tersebut. Upaya menstabilkan

harga pangan oleh pemerintah bukan hanya melalui upaya peningkatan produksi, namun

juga melalui kebijakan fiskal. Di tingkat produsen melalui subsidi pupuk dan benih. Di

tingkat konsumen pemerintah memberikan subsidi berupa penjualan minyak goreng

murah untuk masyarakat berpenghasilan rendah, pembebasan PPh untuk industri minyak

goreng maupun pengadaan beras miskin sebagai bentuk lain dari pengamanan harga beras

di tingkat konsumen. Kebijakan pungutan ekspor minyak sawit secara progresif juga

pernah ditetapkan oleh pemerintah untuk menjamin pasokan bahan baku minyak goreng

dalam merespons lonjakan harga minyak goreng. Namun untuk membantu petani dari

dampak krisis global, pungutan ekspor minyak sawit dewasa ini ditiadakan dan pemerintah

sedang mencari alternatif bentuk bantuan lain bagi petani yang terkena dampak krisis.

Page 17: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

17

Namun demikian masih diperlukan upaya lain untuk membantu masyarakat

pedesaan dan petani dalam menghadapi harga pangan yang saat ini masih tinggi di satu sisi

dan menurunnya harga produk perkebunan di sisi lain oleh pengaruh krisis global.

Pertama, menjaga agar harga produk pertanian tetap tinggi terutama pada saat panen raya

dengan mengoptimalkan fungsi Bulog dalam pembelian gabah petani pada tingkat HPP

yang sudah ditetapkan. Kedua, menjamin ketersediaan input pertanian (terutama pupuk)

pada harga yang terjangkau. Dewasa ini kelangkaan pupuk di berbagai daerah masih

menjadi persoalan. Ketiga, bantuan modal untuk kegiatan produktif melalui skim kredit

yang mudah diakses dengan bunga ringan. Skim Pembiayaan Pembangunan Pertanian

(SP3) selama ini pada kenyataanya belum efektif. Keempat, peningkatan infrastruktur di

desa. Dewasa ini biaya transportasi dirasakan masih tinggi karena jalan untuk mengangkut

hasil pertanian banyak yang rusak. Kelima, perluasan kesempatan kerja yang mudah

diakses warga desa.

Dari perspektif yang lain, kenaikan harga pangan perlu dipandang sebagai moment

bagi produsen untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Hal ini juga didukung oleh

komitmen pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan secara umum. Seperti pada

kedelai, pemerintah merencanakan perluasan areal tanam kedelai seluas 500 ribu hektar

(2007-2011) melalui optimalisasi lahan dan pemanfaatan lahan tidur guna mencapai swa

sembada kedelai. Peningkatan produksi melalui peningkatan luas areal dan produktivitas

tersebut diharapkan akan dicapai keseimbangan harga baru yang lebih rendah dan stabil

dan pada saat yang sama juga dicapai peningkatan produksi pangan nasional dan

peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan

KESIMPULAN

1. Perkembangan harga riil beberapa komoditas pangan selama periode tahun1990-2008

menunjukkan kecenderungan meningkat. Harga domestik menunjukkan laju

pertumbuhan dan fluktuasi lebih tinggi dibandingkan dengan harga dunia. Namun

selama periode krisis pangan global (tahun 2007-2008) harga pangan domestik relatif

lebih stabil dibandingkan dengan harga dunia dengan laju pertumbuhan yang lebih

rendah pula.

2. Respons masyarakat pedesaan dalam kegiatan usahatani dan pola konsumsi dalam

menghadapi peningkatan harga pangan secara umum tidak berubah. Dalam frekuensi

yang relatif kecil masyarakat pedesaan menyikapi peningkatan harga pangan dengan

menurunkan kualitas makanan pokok serta menurunkan kualitas maupun kuantitas lauk

pauk pauk. Pengeluaran konsumsi rumahtangga untuk keperluan non pangan meningkat

lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran pangan.

3. Krisis finansial global mengakibatkan dampak penurunan harga komoditas pertanian di

pasar dunia. Penurunan harga komoditi pangan (beras, kedele, jagung, gula dan

Page 18: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

18

gandum) lebih rendah dibandingkan dengan penurunan harga pada komoditas

perkebunan. Krisis finansial global berdampak pada penurunan harga komoditas

pertanian terutama yang sifatnya tradable. Dalam hal ini komoditas perkebunan lebih

besar terkena dampak krisis finansial global tersebut.

4. Perkembangan harga pangan yang cenderung meningkat tersebut mengindikasikan

bahwa perekonomian global dewasa ini mengalami fenomena excess demand.

Akibatnya harga produk pertanian menjadi meningkat. Masyarakat konsumen,

khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah harus melakukan penyesuaian

yang sulit terhadap kenaikan harga. Namun dengan meningkatnya harga-harga produk

pertanian, sektor pertanian akan menjadi lebih diuntungkan. Kondisi ini merupakan

moment yang tepat bagi petani (dengan atau tanpa insentif) untuk meningkatkan

produksi dan produktivitasnya. Juga merupakan kesempatan baik bagi usaha agribisnis

baik pada on-farm maupun off-farm untuk lebih bersinergi dalam memajukan sektor

pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Aldaz-Carrol, Enrque. 2008. Dealing with International Price Shocks and High Energy Prices. Seminar on “ Impact of High International Commodity Price: Evidence, Challenges and Opportunities. Jakarta.

Conforti, Piero. 2004. Price Transmission in Selected Agricultural Market. FAO Commodity and Trade Policy Research Working Paper No. 7.

FAO, 2008. Soaring Food Prices: The Need for International Action. High Level Converence on World Food Security: The Challenge of Climate Change and Bioenergy, Roma 3-5 June 2008.

Istiqomah, Manfred Zeller, Stephan von Cramon-Taubadel. 2005. Volatility and Integration of Rice market in Java, Indonesia. A Comparative Analysis Before and After Trade Liberalization. Conference on ainternational Agriculturral Research for Development.

Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian. 2008. Dampak Kenaikan Harga BBM dan HPP Gabah terhadap Laba Usahatani dan Konsumsi Rumah Tangga Tani. Departemen Pertanian, Bogor

Sudaryanto, Tahlim dan Budiman Hutabarat. 1993. Perkembangan Harga Komoditas Pertanian dan Implikasinya bagi Indonesia. Prosiding Perspektif Pengembangan Agribisnis di Indonesia. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Page 19: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

19

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perkembangan Harga Dunia Beberapa Komoditi Pangan, Tahun 2007-2008

0.0

200.0

400.0

600.0

800.0

1000.0

1200.0

1400.0M

ei-07

Juni

Juli

Agus

tus

Sept

Okt

Nop

Des

Ja

nuari

-08

Feb

Mare

t

April

Mei

Juni

Juli

Agus

tus

Okt

-08

$/t

on

Gula Kedele Jagung Gandum Beras CPO

Lampiran 2. Perkembangan Harga Domestik Beberapa Komoditi Pangan Tahun 2007-2008

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

Jan-

07

Mar

-07

May

-07

Jul-0

7

Sep-0

7

Nov-0

7

Jan-

08

Mar

-08

May

-08

Jul-0

8

Sep-0

8

Rp

/kg

Beras Gula Migor Kedele Jagung

Page 20: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

20

Lampiran 3. Respons Rumahtangga terhadap Kenaikan Harga Pangan pada Kuantitas Konsumsi Pangan, Tahun 2008

Jawa (%) Luar jawa (%)Kuantitas Pangan1 2 3 1 2 3

Makanan Pokok1. Beras 94.21 0 5.79 92.31 4.27 3.422. Ubi kayu 97.52 1.65 0.83 98.76 0 1.243. Ubi jalar 93.02 1.16 4.65 97.20 2.10 0.704. Mie bungkus 79.49 5.98 14.53 86.88 2.26 10.865. Gaplek 100.0 0 0 90.32 3.23 1.086. Jagung 87.78 2.22 10.00 91.89 2.03 5.41Lauk Pauk7. Ikan segar 80.37 1.87 17.76 84.55 3.18 12.278. Ikan asin 90.09 1.80 8.11 92.12 1.48 6.409. Daging sapi 87.76 0 12.24 88.32 0.73 10.9510.Daging ayam ras 84.04 3.19 12.77 91.04 1.49 7.4711.Telur ayam 80.87 1.74 17.39 88.63 1.42 9.9512.Tahu 88.70 1.74 9.57 85.32 2.75 11.9313.Tempe 88.03 2.56 9.40 86.30 3.20 10.50Makanan Lainnya14.Minyak goreng 85.00 2.50 12.50 91.15 1.33 7.5215.Gula pasir 94.07 0.85 5.08 95.20 0.87 3.9316.Kopi/teh 95.76 0.85 3.39 98.17 1.37 0.4617.Sayuran 95.80 1.68 2.52 96.88 1.34 1.7918.Buah-buahan 82.57 3.67 13.76 91.28 1.03 7.6919.Makanan jajanan 85.84 3.54 10.62 87.37 4.21 8.4220.Rokok 93.27 0.96 5.77 96.00 2.86 0.57

Keterangan : 1 = tetap; 2 = meningkat; 3 = menurun

Page 21: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

21

Lampiran 4. Respons Rumahtangga terhadap Kenaikan Harga Pangan pada Kualitas Konsumsi Pangan, Tahun 2008

Jawa (%) Luar jawa (%)Jenis

1 2 3 1 2 3Makanan Pokok1. Beras 90.9 0.0 9.1 96.1 1.3 2.62. Ubi kayu 96.5 2.7 0.8 98.6 0.2 1.23. Ubi jalar 98.8 0.0 1.2 98.6 1.4 0.04. Mie bungkus 99.2 0.0 0.9 98.2 1.4 0.55. Gaplek 100.0 0.0 0.0 5.4 92.4 2.26. Jagung 97.8 0.0 2.2 97.3 2.1 0.7Lauk Pauk7. Ikan segar 86.9 0.0 13.1 92.2 0.5 7.38. Ikan asin 91.9 2.7 5.4 98.0 0.5 1.59. Daging sapi 95.9 0.0 4.1 94.8 1.5 3.710.Daging ayam ras 96.8 0.0 3.2 97.7 0.8 1.511.Telur ayam 93.9 0.9 5.2 96.2 1.4 2.412.Tahu 97.4 0.0 2.6 89.9 0.9 0.913.Tempe 95.7 0.0 4.3 90.4 0.9 8.7Makanan lain14.Minyak goreng 95.8 0.0 4.2 98.2 0.4 1.315.Gula pasir 96.6 0.9 2.6 98.7 0.4 0.916.Kopi/teh 97.5 0.0 2.5 99.1 0.9 0.017.Sayuran 96.6 0.0 3.4 96.9 0.9 2.218.Buah-buahan 91.7 0.9 7.3 96.9 1.0 2.019.Makanan jajanan 89.4 10.6 0.0 93.7 0.5 5.820.Rokok 94.2 0.0 5.8 97.7 0.6 1.7

Keterangan : 1 = tetap; 2 = meningkat; 3 = menurun

Lampiran 5. Perubahan Harga Rata-rata Kedele Dunia, Bulan September- Oktober 2008

Ave = - 2.5 Max = 7.0 Min = -11.0

15-Sep

22-Sep

30-Sep6-Oct

8-Okt

15-Okt

22-Okt

29-Okt

31-Okt

5-Nop

-14.0

-12.0

-10.0

-8.0

-6.0

-4.0

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

(%)

Kedele

Page 22: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

22

Lampiran 6. Perubahan Harga Rata-rata Beras Dunia, Bulan September- Oktober 2008

Ave = -3.4 Max= -0.5 Min = -7.9

10-Sep

28-Sep

1-okt15-Okt

31-Okt

-8.00

-7.00

-6.00

-5.00

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00(%

)Beras

Lampiran 7. Perubahan Harga Rata-rata Jagung Dunia, Bulan September- Oktober 2008

Ave= -2.0 Max = 9.6 Min= - 11.2

15-Sep

22-Sep

26-Sep

2-Okt

20-Okt

29-Okt

5-Nop

-15.0

-10.0

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

(%)

Jagung

Lampiran 8. Perubahan Harga Rata-rata Gula Dunia, Bulan September- Oktober 2008

Ave = -1.6 Max = 0.6 Min -3.7

15-Sep

26-Sep

Okt 1

22-Okt

3-Nop

-4.0

-3.5

-3.0

-2.5

-2.0

-1.5

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

(%)

Gula

Page 23: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

23

Lampiran 9. Perubahan Harga Rata-rata Gandum Dunia, Bulan September- Oktober 2008

Ave = -1.8 Max = 7.9 Min= -9.6

15-Sep

23-Sep

29-Sep 6-Oct

15-Okt

29-Okt

5-Nop

-12.0

-10.0

-8.0

-6.0

-4.0

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

(%)

Gandum

Lampiran 10. Perubahan Harga Rata-rata CPO Dunia, Bulan September- Oktober 2008

Ave= - 6.5 Max= 8.1 Min= - 17.5

10_Sep 16_Sep

23_Sep

6_Okt

13_Okt

20_Okt 27_Okt

31_Okt

-20.0

-15.0

-10.0

-5.0

0.0

5.0

10.0

(%)

CPO

Lampiran 11. Perubahan Harga Rata-rata Karet Dunia, Bulan September- Oktober 2008

Ave= - 6.2 Max= 5.3 Min= - 21.4

10-Sep24-Sep

6-Oct

13-Oct

22-Oct 31-Oct

-25.0

-20.0

-15.0

-10.0

-5.0

0.0

5.0

10.0

(%)

Karet

Page 24: PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MSU_3.pdf · Sebagai negara dengan perekonomian relatif terbuka, perkembangan harga komoditas

24

Lampiran 12. Perubahan Harga Rata-rata Kakao Dunia, Bulan September- Oktober 2008

Ave = - 2.0 Max= 6.4 Min= - 9.1

8-Sep

11-Sep17-Sep

24-Sep

8-Oct

16-Oct

27-Oct

31-Oct

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8(%

)Kakao

Lampiran 13. Perubahan Harga Rata-rata Kopi Dunia, Bulan September- Oktober 2008

Ave = -3.8 Max = 1.8 Min= -16.4

10-Sep

23-Sep26-Sep

9-Okt

20-Okt

10-Okt

31-Okt

-20.0

-15.0

-10.0

-5.0

0.0

5.0

(%)

Kopi