Top Banner
PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI FISIK DI YOGYAKARTA (1945-1949) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah Oleh: LASARUS NIM: 014314002 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009
84

PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

Nov 12, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

PERJUANGAN SENIMAN LUKIS

PADA MASA REVOLUSI FISIK DI YOGYAKARTA

(1945-1949)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Ilmu Sejarah

Oleh:

LASARUS

NIM: 014314002

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

Page 2: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

i

PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI FISIK

DI YOGYAKARTA

(1945-1949)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Ilmu Sejarah

Oleh:

LASARUS

NIM: 014314002

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

Page 3: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

ii

Page 4: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

iii

Page 5: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan kepada yang tercinta Ibu, Bapak

Abang, Kakak dan Adik-ku. Terima kasih atas dukungan dan doanya.

MOTTO

Sesuatu tidak ada yang mudah

Tetapi tidak ada yang tidak mungkin

(Napoleon Bonaparte)

Page 6: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

vi

Page 7: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

vii

ABSTRAK PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI FISIK DI

YOGYAKARTA (1945-1949)

Oleh

Lasarus 014314002

Skripsi yang berjudul Perjuangan Seniman Lukis Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta (1945-1949) ini bertujuan untuk mengetahui tentang sejarah perjuangan seniman lukis pada masa revolusi fisik di Yogyakarta tahun 1945-1949. Dalam skripsi ini ada tiga permasalahan yang akan dibahas, yaitu:1. Mengapa seniman lukis melakukan perjuangan pada masa revolusi fisik?; 2. Bagaimana peran seniman seniman lukis pada masa revolusi fisik di Yogyakarta?; 3. Apa pengaruh karya seniman lukis bagi perjuangan masyarakat pada masa revolusi fisik? Metode sejarah yang digunakan dalam penelitian ini mencakup: pengumpulan sumber (heuristic), kritik sumber, analisis sumber dan penulisan. Pendekatan penelitian yang digunakan ada dua, yaitu; pendekatan sejarah, sosiologi dan politik. Teori yang digunakan mencakup teori tentang Negara, pemerintahan, kekuasaan, militer dan kepemimpinan.

Seniman, khususnya seniman lukis merupakan sekelompok orang yang memiliki daya kreatif dalam menuangkan idé-idenya dalam bentuk karya yang disalurkan diatas media berupa kanvas dan cat. Seniman lukis pada masa revolusi fisik juga memiliki andil yang besar dalam mempertahankan kemerdekaan, walaupun cara yang digunakan tidak seperti orang kebanyakkan yaitu dengan angkat senjata dan tidak menutup kemungkinan ada juga dari mereka yang mengangkat senjata dan turun ke garis depan. Seniman lukis berperan serta dengan menghasilkan karya-karya yang memiliki pengaruh terhadap membangkitkan semangat dan rasa nasionalis yang tinggi bagi masyarakat maupun pejuang yang melihat hasil karya yang dihasilkan pada masa revolusi fisik 1945-1949.

Page 8: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

viii

ABSTRAC

PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI FISIK DI YOGYAKARTA (1945-1949)

Oleh

Lasarus

014314002

The purpose of this thesis writing is to revealing the history of the art painting artist during the physical revolution in Yogyakarta (1945-1949). In this thesis there will be three topics which going be discussed, which is: 1. Why did the art painting artist’s struggled during the physical revolution?; 2. How did the art painting artist took their vole during the physical revolution in Yogyakarta?; 3. What is the influence of the art painting artist’s work of art to words the people’s struggle during the physical revolution period?

Historical methods which used on this: observation containing, reason in choosing the topic, source collection, source critics, source analysis and write. Research approach which going to be use in this thesis by two approach that is historical approach, sociologis and politic. There are theory of state, government, power, military and leadership.

Artist’s, especially in art painting is a group of person who has a creative talent in explored their ideas in their work of art which contributed in a media which contain of canvas and paint. Art painting artist’s during the physical revolution also have a great vole in defending the nation’s independence, although they choose a difeerent path which is done by several freedom fighter on those time, which is by guns and weapons and its not limit the possibility that there is one of the artists who also wield a gun and fight in the frontline. The art painting artists have a great vole in producing art work which has an influence to resurrect the spirit and nationalism both to the society and the freedom fighter who saw their art work produced in the physical revolution era during the year 1945-1949.

Page 9: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh
Page 10: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, atas

kasih dan penyertaan-Nya, tugas ini dapat terselesaikan. Skripsi yang berjudul

“PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI FISIK DI

YOGYAKARTA (1945-1949)”, skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan,

bantuan dan bimbingan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Silverio R. L. Aji Sampurno, M.Hum., selaku pembimbing I

dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Hb. Hery Santosa, M.Hum, selaku ketua jurusan Ilmu Sejarah

Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Purwanto, M.a., selaku pembimbing Akademik Jurusan Ilmu

Sejarah, yang telah banyak membantu, memberi masukan dan pengarahan

kepada penulis.

4. Semua Dosen Ilmu Sejarah yang sudah memberikan ilmu selama

menjalankan studi di Universitas Sanata Dharma.

5. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas buku-

bukunya, sehingga dapat membantu menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman mahasiswa Ilmu Sejarah angkatan 2001: Hendry, Tato,

Gagak, Krisna. W, Krisna. Y, Eno, Maryanto, Ajeng, Riska, Lina, Erna,

Edy, Eka, Bertha, Eko dan semua teman-teman mahasiswa Ilmu Sejarah.

Page 11: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

x

7. Teman-teman Rajawali: Anton (Alm), Yus, Yadi, Budi, Ucok, Iik, Lipen,

Bambunk, Anggoro, Tri, dan Hanu, serta penerbitan Lingga Pustaka.

8. Teman-teman kos: Toyib, Pak De, Ilot, Icak, Agung, Jefry, De-de,

Banyong, Bang Tarto dan Hafen.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari

sempurna. Namun penulis tetap berharap semoga tulisan sederhana ini dapat

dipergunakan sebagai salah-satu khasanah pelengkap penulisan sejarah.

Penulis

Page 12: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................vi

ABSTRACT................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

DAFTAR ISI...................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5 E. Kajian Pustaka........................................................................... 5 F. Landasan Teori.......................................................................... 7 G. Metode Penelitian .................................................................... 10 H. Sistematika Penulisan .............................................................. 12

BAB II KEBERADAAN SENIMAN LUKIS SEBELUM REVOLUSI..... 13

BAB III SITUASI YOGYAKARTA SESUDAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN......................................................................................... 22

A. Situasi Yogyakarta Pada Masa Awal Proklamasi .................... 22 B. Kedatangan Tentara Sekutu Dan NICA................................... 29

BAB IV KETERLIBATAN SENIMAN LUKIS DALAM MEMPERTAHANKAN PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945.................... 33

Page 13: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

xii

A. Coretan-Coretan Perjuangan .................................................... 34 B. Poster-Poster Perjuangan ......................................................... 40 C. Lukisan Perjuangan.................................................................. 43

BAB V DAMPAK KARYA-KARYA SENIMAN LUKIS TERHADAP PERJUANGAN KEMERDEKAAN.............................................................. 56

BAB VI KESIMPULAN .............................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 69

Page 14: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar.4.1. Coretan Dinding ........................................................................ 35

Gambar.4.2.Coretan dinding.......................................................................... 36

Gambar.4.3.Coretan Dinding ......................................................................... 36

Gambar.4.4.Coretan Gerbong Kereta............................................................. 37

Gambar 4.5.Coretan Dinding ......................................................................... 38

Gambar.4.6.Coretan Dinding ......................................................................... 38

Gambar.4.7.Poster Perjuangan....................................................................... 41

Gambar.4.8. Moh. Toha., Kapal Terbang Belanda Melingkari Yogyakarta. 48

Gambar.4.9. Sri Suwarno., Suasana Lenggang Kota Yogyakarta ................. 49

Gambar.4.10. Moh. Toha., Pesawat Belanda Menerjunkan Tentara Payung 50

Gambar.4.11. Moh. Toha., Kendaraan di bumi hangus di Lempuyangan ..... 51

Gambar.4.12. Moh. Toha., Iring-iringan penduduk mengungsi ke luar kota 52

Gambar.4.13. Sri Suwarno., Pos Penjagaan................................................... 53

Gambar.4.14..Moh. Toha.,Presiden diasingkan diasingkan ke Sumatera...... 54

Gambar.5.1. Plakat untuk pembinaan kalangan pejuang ............................... 60

Gambar.5.2. Plakat untuk pembinaan wilayah............................................... 61

Gambar.5.3. Plakat untuk menjawab provokasi lawan .................................. 63

Page 15: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejarah Indonesia pada Periode Perang Kemerdekaan atau Revolusi Fisik

(1945-1949), merupakan suatu periode yang sangat penting dan menentukan

dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Semua usaha yang tidak menentu

untuk mencari identitas-identitas baru demi persatuan dalam menghadapi

kekuasaan asing dan untuk suatu tatanan sosial yang lebih adil terlihat

membuahkan hasil pada masa-masa sesudah Perang Dunia II. Untuk yang pertama

kalinya di dalam kehidupan kebanyakan rakyat Indonesia segala sesuatu yang

serba paksaan dan berasal dari kekuasaan asing hilang secara tiba-tiba. Hal ini

terbukti dengan peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada

tanggal 17 Agustus 1945.

Dengan dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, terjadilah suatu kesibukan yang sangat

rahasia dan hati-hati di kantor berita “Domei” Jakarta, di mana beberapa orang

petugas sedang berusaha agar berita Proklamasi itu dapat disiarkan ke seluruh

penjuru tanah airBerita Proklamasi ini ternyata berhasil diterima oleh kantor berita

“Domei” Yogyakarta, yang pada waktu itu bertempat di Gedung Perpustakaan

Negara pada tanggal 17 Agustus 1945, hari jumat jam 12.00 siang.1

1Tashadi, Sejarah Revolusi kemerdekaan (1945-1949) di DIY,

Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1986, hal 52.

Page 16: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

2

Pada mulanya berita Proklamasi yang sangat menggembirakan dan sangat

penting itu akan segera disiarkan, tetapi Jepang yang masih menduduki

Yogyakarta melarang untuk penyiaran itu. Akan tetapi karena berita Proklamasi

tersebut sudah diterima para petugas dan para wartawan kantor berita Domei yang

terdiri dari bangsa Indonesia yang berjiwa Nasionalis, maka secara sembunyi-

sembunyi dari mulut ke mulut akhirnya dapat disebarluaskan, terutama karena

pada waktu itu adalah hari jumat di mana bertepatan dengan umat Islam

menunaikan ibadahnya di masjid, maka kesempatan baik ini dapat dimanfaatkan

oleh para wartawan berita Domei dan berhasil menyebarluaskannya ke Masjid

Besar (Alun-Alun Utara) dan Masjid Pakualaman.2

Dengan tersiarnya berita Proklamasi kemerdekaan ini, maka Sri Sultan

Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII pada tanggal 19 Agustus

1945 mengirimkan kawat kepada Presiden Sukarno dan Wakil Presiden

Mohammad Hatta berisi ucapan selamat atas berdirinya Negara Republik

Indonesia dan terpilihnya mereka berdua menjadi Presiden dan Wakil Presiden.3

Peristiwa kemerdekaan tersebut ternyata tidak mengalami jalan yang

mulus, dikarenakan pada pertengahan bulan September 1945 datang pasukan

sekutu dan tentara NICA yang mulai melakukan kerusuhan, teror dan

pembunuhan terhadap para republikan. Mereka (sekutu dan NICA) menganggap

masih memiliki kepentingan atas Indonesia dan akan segera memulihkan suatu

rezim kolonial yang menurut keyakinan telah mereka bangun selama 350 tahun.

2 Ibid., 3 Ibid.,

Page 17: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

3

Dengan demikian akan mengancam jalannya roda pemerintahan terganggu dan

Ibukota Republik Indonesia terancam.

Berdasarkan kondisi yang tidak memungkinkan Ibukota Jakarta untuk

menjalankan aktifitas pemerintahan, maka atas perhatian pemerintah Daerah

Istimewa Yogyakarta terhadap pemimpin-pemimpin RI itu rupanya mendorong

Presiden Sukarno dan Perdana Mentri Syahrir dalam sidang kabinet pada tanggal

3 Januari 1946 memutuskan untuk memindahkan Ibukota ke Yogyakarta.4

Semangat revolusi ini juga terlihat dalam jiwa para seniman-seniman dan

wartawan Indonesia untuk turut serta berpartisipasi dalam mempertahankan

kemerdekaan Republik Indonesia dengan cara dan sesuai dengan bidangnya

masing-masing. Seperti lahirnya generasi sastrawan yang dinamakan Angkatan

45, di antara mereka adalah penyair Chairil Anwar, penulis prosa Pramoedya

Ananta Toer dan wartawan Mochtar Lubis. Seniman musik yang tampil dengan

gayanya sendiri yaitu dengan menciptakan lagu-lagu perjuangan yang penuh

semangat heroisme, seperti: C. Simanjuntak menciptakan lagu “Maju Tak Gentar,

Tumpah Darahku”, Ibu Sud tampil dengan lagu “Berkibarlah Benderaku”, L.

Manik dengan lagu “Satu Nusa Satu Bangsa”, Ismail Marzuki dengan lagu “Halo-

Halo Bandung dan Sepasang Mata Bola”, dan Kusbini dengan lagu “Padamu

Negeri”. Seniman lukis modern juga menjadi dewasa pada masa revolusi ketika

seniman-seniman seperti Affandi dan sudjojono tidak hanya menangkap semangat

4Tashadi, Partisipasi Seniman Dalam Perjuangan Kemerdekaan Daerah

Istimewa Yogyakarta, Jakarta: Departemen Pendidikkan dan Kebudayaan RI. 1996, hal 31.

Page 18: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

4

revolusi di dalam lukisan mereka tetapi juga memberi dukungan secara lebih

langsung dengan cara membuat poster-poster anti Belanda.

Pada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di

tampilkan oleh anak-anak asuh Dullah yang dengan beraninya menggambar walau

situasi Yogyakarta pada masa itu sedang galau. Anak-anak yang rata-rata berusia

belasan tahun itu sudah dapat melihat realita yang terjadi dan dituangkan dalam

bentuk gambar, dimana gambar tersebut dapat menjadi saksi bisu yang dapat

menceritakan apa sebenarnya yang terjadi.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan, yaitu:

1. Mengapa seniman lukis melakukan perjuangan pada masa revolusi fisik?

2. Bagaimana peran seniman lukis pada masa revolusi fisik di Yogyakarta?

3. Apa pengaruh karya seniman lukis terhadap perjuangan pada masa

revolusi fisik ?

Page 19: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

5

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan-permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Mendeskripsi dan menganalisis apa yang mendasari seniman lukis di

Yogyakarta ikut serta berjuang pada masa revolusi fisik (1945-1949).

2. Mendeskripsi dan menganalisis peran seniman lukis di Yogyakarta pada masa

revolusi fisik (1945-1949).

3. Mendeskripsi dan menganalisis pengaruh pada hasil karya bagi seniman lukis

dan masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para

peneliti dan pemerhati sejarah seni ,seni lukis di Indonesia.

2. Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan serta informasi tentang peran

seniman dalam perang kemerdekaan.

E. Kajian Pustaka

Kajian tentang revolusi fisik (1945-1949) di Yogyakarta telah banyak

ditulis, namun masih sedikit yang membahas mengenai peranan seniman lukis

pada masa revolusi, salah satunya adalah, buku yang berjudul “Partisipasi

Page 20: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

6

Seniman Dalam Perjuangan Kemerdekaan Daerah Istimewa Yogyakarta,”

diterbitkan oleh Departemen Pendidikkan dan Kebudayaan RI di Jakarta, tahun

1966. Buku ini berisi tentang situasi Yogyakarta pada awal kemerdekaan tahun

1945, kemudian disusul dengan kedatangan Sekutu dan Belanda serta pindahnya

Ibukota RI ke Yogyakarta tahun 1946. Hal ini menyebabkan para seniman

termasuk pelukis yang tersebar di beberapa kota untuk pindah ke Yogyakarta

dengan alasan keamanan. Buku ini masih terlalu umum karena menulis peran

seniman secara keseluruhan, seperti seniman musik, teater, film dan lukis. Yang

ingin dilihat adalah seniman lukis secara satu-kesatuan yang hasil karyanya dapat

menjadi sumber sejarah.

Kedua, buku yang berjudul “Menguak Luka Masyarakat”, buku ini ditulis

oleh Brita L. Miklouha Maklai. Buku ini berisi tentang gambaran wujud seni

modern Indonesia, khususnya perkembangan setelah tahun 1966 dalam kerangka

sosial-politik. Di mana keberadaan seniman digunakan untuk kepentingan pihak

penguasa, jadi kebebasan berekspresi para seniman telah dimatikan oleh para

penguasa pada masa itu.Buku ini terlalu banyak bercerita tentang seniman setelah

tahun 1966, beserta aliran-aliran dan gaya yang dianut oleh para seniman pada

masa itu, yang ingin dilihat penulis adalah peristiwa pada tahun 1945-1949 masih

sedikit sekali referensinya.

Ketiga, buku yang berjudul ”Affandi 70 Tahun”, diterbitkan oleh Balai

Kesenian Jakarta, tahun 1978. Buku ini membahas tentang biografi Affandi,

dimana awal perjalanan karir serta kepindahannya ke Yogyakarta pada tahun 1946

yang banyak menghasilkan karya-karya yang berbau heroik dan bersifat

Page 21: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

7

perjuangan.Buku ini hanya mengisahkan salah satu tokoh seniman lukis saja yang

hidup di zamannya, sehingga teman-teman seangkatan masih kurang terekspos.

Pada tulisan ini, yang dilihat adalah rekaman peristiwa revolusi di Yogyakarta

dari perjuangan seniman lukis, yang berjuang melalui gaya dan kreativitasnya

sendiri dari orang-orang yang terjun langsung di masa revolusi.

F. Landasan Teori

Istilah seni, secara etimologi diduga berasal dari bahasa Sansekerta, yang

artinya sebagai penyembahan, pelayanan dan pemberian. Menurut The Liang Gie,

ada beberapa pengertian seni yang dapat diungkap. Pertama; seni dalam arti yang

paling mendasar, adalah suatu kemahiran atau kemampuan. Kedua; seni adalah

suatu kegiatan manusia yang secara sadar dan melalui perantaraan tanda-tanda

lahiriah tertentu, menyampaikan perasaan-perasaan yang telah dihayati kepada

orang lain, sehingga mereka juga merasakan apa yang dirasakan oleh pencipta

karya. Ketiga; seni adalah suatu kegiatan manusia dalam menjelajahi dan

menciptakan realita baru berdasarkan penglihatan yang irasional, sembari

menyajikan realita itu secara simbolis atau kiasan seperti kebulatan dunia kecil

yang mencerminkan kebulatan dunia besar.5

Dalam menghasilkan karya seni ini, tidak terlepas dari peran seniman yang

merupakan makhluk yang memiliki kelebihan kehalusan jiwa yang tak tersamai

dengan orang awam dalam menikmati dan menciptakan keindahan. Hal ini

mengacu kepada seniman lukis, yang dikenal secara umum melalui sapuan kuas

5 The Liang Gie., Filsafat Keindahan, Yogyakarta:Kanisius, 1976, hal.60.

Page 22: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

8

dengan cat minyak yang disapukan pada media kanvas dan cat air pada media

kertas.

Seniman lukis itu sendiri dalam menciptakan suatu karya tentu tidak

terlepas dari lingkungan sekitar dan dan kehidupan sosialnya sebagai sumber

inspirasi untuk mengeksplorasikan ide-idenya berdasarkan gambaran inderawi

maupun khayali. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari teori kontekstual yang

melihat seni berkaitan dengan keadaan dan fakta-fakta yang ada pada masyarakat

dan lingkungannya.6

Hal ini menggambarkan keterkaitan dengan seniman lukis di Yogyakarta

pada masa revolusi fisik (1945-1949), dimana para seniman pada masa itu

melukis disaat keadaan sedang bergejolak dan berhasil merekam berbagai

peristiwa berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan.

Pada tahun 1945-1949, Indonesia yang telah memproklamirkan

kemerdekaannya dimasuki oleh pihak asing dengan sengaja untuk kembali

berkuasa dimana secara umum kekuasaan diartikan sebagai kemampuan

seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang

atau kelompok lain, sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan

dan tujuan dari orang yang berkuasa. Dengan adanya kekuasaan tersebut, maka

kemampuan untuk mengintimidasi yang lemah dengan cara memperkuat aparatur

penindasan dipandang sebagai salah satu cara untuk mempertahankan kekuasaan.

Dalam hubungan antar bangsa, maka kekuasaan ini menjadi Coersive

Power ( kekerasan ) di mana kekuasaan yang didapat oleh salah satu pihak

6 Nooryan Bahari., Kritik Seni, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008, hal. 66.

Page 23: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

9

diperoleh melalui cara kekerasan, bahkan mungkin bersifat perebutan atau

perampasan. Hal ini yang terlihat pada masa-masa penjajahan di Indonesia,

sampai dengan dikumandangkannya kemerdekaan negara Republik Indonesia

masih saja ada pihak asing yang ingin menguasai kembali.

Keadaan yang tertekan seperti itu menyebabkan sebuah negara yang ingin

dikuasai melakukan perlawanan yang lebih, karena ada rasa untuk memperoleh

kembali miliknya yang telah hilang, oleh karena rasa yang ingin dicapai telah kuat

maka perubahan tersebut dilakukan secara cepat dan mendadak atau yang disebut

dengan revolusi.

Oleh sebab itu mengapa para seniman ikut berjuang bersama dengan para

pejuang lainnya, karena ada rasa ingin mempertahankan kemerdekaan itu sendiri

semenjak masuknya kekuatan asing yaitu NICA dan Sekutunya yang ingin

kembali berkuasa di Indonesia. Peristiwa ini berlangsung sejak tahun 1945-1949,

yang dikenal oleh rakyat Indonesia sebagai peristiwa Revolusi Fisik. Ketika

Ibukota Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta, kota ini menjadi pusat

seniman-seniman revolusioner karena tidak sedikit dari mereka ikut bergabung

angkat senjata dengan pasukan gerilyawan lainnya. Seniman lebih mengandalkan

kemampuan serta kreatifitas yang dimiliki oleh masing-masing seniman sesuai

dengan bidang keahliannya. Seniman lukis sendiri secara aktif turut serta

menyumbangkan ide-ide lewat cat dan kanvas untuk menggambarkan hal-hal

yang berbau perjuangan baik berupa poster-poster, maupun lukisan yang

digambarkan langsung di lapangan sesuai dengan keadaan yang terjadi pada masa

itu.

Page 24: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

10

Adanya perasaan senasib antara seniman, pejuang dan masyarakat luas

mengikatkan kelompok-kelompok ini pada kesadaran kolektif, yaitu kesadaran

bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasan kelompok yang

bersifat mengikat. Kesadaran ini terbentuk dari pengalaman langsung, ketika

dihadapkan pada pengaruh luar yang mengancam dan cenderung ingin menguasai,

sehingga muncullah kesadaran untuk membela dan mempertahankan nilai-nilai

yang dianggap berjasa dalam kehidupan masyarakat.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian sejarah merupakan suatu proses menguji dan

menganalisa secara kritis rekaman dan penggalan masa lampau, berdasar data

yang diperoleh dengan menempuh proses penulisan atau historiografi. Penelitian

yang digunakan di sini mempunyai mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Sumber

Sumber yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan di atas

adalah sumber tertulis yang berupa buku, majalah, surat kabar dan

dokumen lainnya. Sumber tertulis tersebut diperoleh melalui perpustakaan,

di samping itu sumber lisan juga digunakan dalam menganalisis

permasalahan yang ada.

2. Kritik Sumber

Kritik sumber merupakan tahap penelitian sejarah setelah pengumpulan

data. Kritik sumber bertujuan untuk mengetahui kreadibilitas dan otensitas

sumber. Oleh kerena itu dapat dikatakan bahwa kritik sumber adalah uji

Page 25: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

11

terhadap data penelitian. Kritik sumber dalam penelitian sejarah

merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menghindari adanya

kepalsuan suatu sumber. Salah satu cara yang dilakukan untuk

mendapatkan sumber yang mendekati kebenaran adalah kritik intern

dengan memperbandingkan sumber. Dalam hal ini sumber yang

diperbandingkan adalah sumber yang berupa buku, majalah dan surat

kabar diperbandingkan supaya diketahui kebenarannya.

3. Analisis Sumber

Analisis sumber merupakan suatu tahap yang penting dan menentukan

dalam suatu penelitian. Hasil analisis akan menunjukkan tingkat

keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini data akan

ditempatkan secermat mungkin supaya penelitian bisa mendekati keadaan

yang sebenarnya. Pengolahan data secara cermat diharapkan mampu

mengurangi subyektivitas yang biasa muncul dalam sebuah historiografi

sejarah dalam arti objektif (peristiwa) yang diamati dan dimasukkan ke

pikiran subjek tidak akan murni, tetapi diberi warna sesuai kacamata

subjek.7

4. Penulisan Sejarah

Penulisan sejarah merupakan tahap akhir dari suatu penelitian. Penulisan

sejarah dilakukan secara kronologis dari peristiwa yang terjadi, penulisan

sejarah tersebut telah dijabarkan dalam sistematika penulisan.

7 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah,

Jakarta: Gramedia, 1993,hlm. 62.

Page 26: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

12

H. Sistematika Penulisan

Tulisan ini terdiri dari beberapa bab yang akan menjelaskan permasalahan-

permasalahan pokok. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, maka ditampilka

sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, tinjauan pustaka dan sistimatika penulisan.

Bab II akan menguraikan tentang gambaran awal tentang keberadaan

seniman lukis sebelum proklamasi kemerdekaan.

Bab III akan menguraikan tentang situasi Yogyakarta pada masa awal

Proklamasi 17 Agustus 1945 dan kedatangan NICA bersama sekutunya.

Bab IV akan menguraikan tentang keterlibatan seniman lukis dalam

mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945, dimana lebih dititikberatkan

kepada tindakan nyata dari para seniman lukis berupa karya yang bernilai

heroisme dan nilai dokumentasi yang sangat berharga bagi perjuangan.

Bab V akan menguraikan tentang dampak karya seniman lukis terhadap

perjuangan kemerdekaan, di mana akan diungkapkan sejauh mana karya para

seniman lukis mampu mambangkitkan semangat juang rakyat dan para pejuang

dengan melihat dan membaca karya lukis dan plakat yang bernilai heroisme.

Bab VI, penutup, berisi uraian tentang kesimpulan dan saran.

Page 27: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

13

BAB II

KEBERADAAN SENIMAN LUKIS SEBELUM REVOLUSI

Hubungan awal antara kepulauan Indonesia dan Eropa, terjadi melalui

sebuah maskapai dagang bernama VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie).

Dimulai pada awal abad ke-17, kemudian VOC dianbil alih oleh pemerintahan

Belanda yang giat menaklukkan nusantara menjadi negara jajahan. Selama

Indonesia menjadi negara jajahan tidak ada sama sekali seni tradisional yang

mendapat pengaruh barat secara langsung. Satu-satunya contoh dari kalangan

seniman Indonesia yang sempat merasakan teknik melukis Eropa , adalah Raden

Saleh Syarif Bustaman.

Raden Saleh dikenal sebagai orang pribumi pertama yang mempelajari

teknik melukis Eropa. Sebagai seorang yang berasal dari kalangan bangsawan,

dapat dengan mudah ia untuk mengenyam dunia pendidikkan sampai ke negeri

Belanda.

Hidup di Hindia adalah hidup yang berbeda dengan di istana-istana Eropa.

Ia tidak menemukan semangat saling menghargai di kalangan orang-orang

Belanda yang tinggal di koloninya, yang perhatiannya berpusar pada kopi, gula

dan pabrik. Tak seorangpun teman-temannya dari penduduk pribumi dapat masuk

ke tengah-tengah kehidupan dunia para seniman gemerlap Eropa dan kalangan

istana dan Raden Saleh merupakan salah seorang dari mereka yang mengalami

kemiskinan kebudayaan yang dihasilkan sistem kolonial. Ia terperangkap di antara

dua dunia, dimana ia tak mampu hadir sepenuhnya.

Page 28: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

14

Keterasingan dari dua dunia tersebut, membuatnya tak pernah menegakan

alirannya sendiri. Tak seorangpun dari mereka yang sezaman dengannya dapat

menyamai atau melebihi karya-karyanya. Namun Indonesia memandang

pencapaian Raden Saleh sebagai sumbangan berharga bagi pembentukan identitas

modern dari seni Indonesia yang mulai terbentuk melalui kebangkitan nasional. Ia

dianggap sebagai jembatan kecil antara Jawa tradisional dan unsur-unsur Barat

yang merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi pembentukkan

kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 1945.

Meluasnya Nasionalisme di awal tahun 1900 secara menyeluruh meliputi

seluruh Indonesia, dapat tersalurkan dengan adanya politik kolonial yang ingin

memperhatikan kesejahteraan pribumi melalui Politik Etis yang terbentuk tahun

1901, dimana dunia pendidikan mulai diperhatikan sehingga anak-anak pribumi

dapat mengenyam dunia pendidikan.

Melalui Politik Etis ini mereka mengenal berbagai ide Barat, seperti

Liberalisme, Demokrasi, hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan sipil.

Sehingga makin banyaklah kaum terpelajar Indonesia yang memiliki kesadaran

tinggi akan harkat martabat bangsa dan rasa cinta tanah air. Untuk menanamkan

rasa tersebut, timbul kesadaran dari manusia Indonesia akan arti pentingnya

pendidikkan yang meluas bagi seluruh rakyat pribumi yang belum terjangkau

akan dunia tersebut. Salah satunya adalah Taman Siswa yang didirikan oleh Ki

Hadjar Dewantara tahun 1921 di Yogyakarta. Terbentuknya sekolah partikelir

kaum nasionalis yang berbudaya Jawa ini, dengan giat menggalakan kepribadian

dan pendidikkan kaum pribumi, dimana salah satunya pendidikan kesenian

Page 29: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

15

mendapat tempat utama dalam kurikulum. Sebagai hasilnya, kendati akses

sejumlah anak pada dunia pendidikkan dasar relatif masih rendah, namun lapisan

luas dari penduduk pribumi mulai menerima sejumlah latihan kesenian. Walau

tidak ditemukannya sekolah khusus seni sampai pada masa Perang Dunia ke-II,

guru-guru kesenian diambil dari keluaran sekolah guru dengan secercah

pengetahuan mengenai kesenian, perkembangan ini cukup untuk menyadarkan

orang betapa besarnya potensi kreativitas para seniman untuk merangsang banyak

orang Indonesia baik dari kalangan nasionalis maupun bukan untuk melukis.

Salah seorang pelukis muda yang berpendidikkan dari Taman Siswa, yaitu

S. Soedjojono, mendirikan kelompok pelukis nasionalis pertama yang dinamakan

PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) tahun 1937, mengungkapkan

bahwa kelahiran PERSAGI merupakan bagian dari kebangkitan Nasionalisme

kebudayaan, dimana pernyataannya terungkap dalam pidatonya dibawah ini, yang

menunjukkan bahwa kaitan antara nasionalisme radikal dan seni yang bersandar

pada angan-angan ke sosialisme dan mencari kepribadian Indonesia, telah dan

sedang ditempa.

“…Pelukis tidak lagi hanya melukis gubuk-gubuk yang damai, gunung-gunung membiru, hal-hal yang romantis atau indah dan manis-manis, tetapi juga akan melukis pabrik gula dan petani yang kurus kerempeng, mobil mereka yang kaya-kaya dan celana pemuda miskin, sandal-sandal, pantolan dan jaket orang dijalanan.

…Inilah kenyatan kita, sebab seni yang tinggi mutunya adalah karya yang didasari oleh kehidupan kita sehari-hari yang diolah oleh sang seniman yang terbenam dan tercelup di dalamnya untuk kemudian mencipta.”8

8 Brita. L.M., Menguak Luka Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1998, hal.

11.

Page 30: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

16

Memasuki zaman Jepang di Indonesia merupakan wahana penempaan

semangat bangsa dalam menyosong kemerdekaan yang tidak dapat ditunda-tunda

lagi. Sedangkan Jepang ikut bagian dalam Perang Dunia Ke II, untuk

mendapatkan dukungan dari pihak Indonesia, Jepang membentuk organisasi

politik pertama yang disebut “Gerakan Tiga A”, yaitu Nippon Pemimpin Asia,

Nippon Pelindung Asia dan Nippon cahaya Asia. Akan tetapi gerakkan ini tidak

mendapat sambutan massa seperti apa yang diharapkan oleh pihak Jepang.

Kesadaran akan hal itu membawa Jepang merubah secara radikal garis politiknya,

dengan berpaling pada pimpinan-pimpinan Nasional yang mereka rasa benar-

benar memiliki dukungan nyata dari rakyat. Dengan latar belakang politik ini,

pemerintah militer Jepang memutuskan untuk memunculkan tokoh-tokoh

Nasionalis yang anti kolonial dan anti Imperialisme. Gerakkan Nasionalis

Indonesia akan sangat membantu berhasilnya tujuan perang Jepang, sebab secara

poitis Jepang terus menerus menanamkan harapan kepada bangsa Indonesia

seolah-olah kemerdekaan bisa diperoleh. Sehingga pada tanggal 9 Maret 1943

didirikan PUTERA kepanjangan dari Pusat Tenaga Rakyat, dibawah

kepemimpinan Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara dan Kiai Haji

Mas Mansoer.

PUTERA, merupakan suatu organisasi dari perkumpulan-perkumpulan

politik maupun non politik pada jaman penjajahan Belanda, yang memusatkan

perhatiannya pada segala potensi masyarakat Indonesia dalam membantu usaha-

usaha pemerintahan militer Jepang. Keberadaannya semata-mata hanya ditujukan

Page 31: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

17

untuk membujuk kaum nasionalis, pemimpin dan para pelajar agar dapat menarik

simpati massa.

Keimin Bunka Syidosyo atau pusat kebudayaan yang terbentuk pada

tanggal 1 April 1943, merupakan salah satu bagian dari tugas PUTERA yang

mengurusi bidang kesenian. Terbentuknya badan ini memberikan kesempatan

bagi perkembangan dunia kesenian dan seniman Indonesia sebagai wadah untuk

berkreasi sesuai dengan bidangnya. Tujuan utama dibentuknya pusat kebudayaan

ini adalah semata-mata untuk menghimpun para seniman dan budayawan serta

mengarahkan mereka pada keperluan propaganda dan usaha peperangan Jepang.

Sejak pemerintahan militer Jepang berkuasa di Indonesia, Jepang

memberikan kesempatan bagi perkembangan dunia kesenian Indonesia. Untuk itu

para seniman yang aktif pada masa ini dihimpun dalam sebuah badan yaitu

Keimin Bunka Syidosyo atau Pusat Kebudayaan. Badan ini mulai bekerja pada

tanggal 1 April 1943, dengan berkedudukkan di Jakarta. Tujuan dari didirikannya

Pusat Kebudayaan ini adalah untuk menghimpun para seniman dan budayawan

serta mengarahkan mereka untuk keperluan propaganda dan usaha peperangan

Jepang demi kepentingan mereka sendiri.

Pusat kebudayaan ini mempunyai lima bidang, yaitu: Kesusasteraan,

Musik atau Seni Suara, Sandiwara dan Tari, Film, Seni Lukis. Kepala pusat

kebudayaan ini dijabat langsung oleh orang Jepang.

Pemuda-pemuda seniman di zaman Jepang hanya menyuarakan kelompok

kecil. Di bidang masing-masing, mereka harus mencari jalan sendiri dalam usaha

memperoleh wawasan untuk dikembangkan sesuai dengan jiwa seni yang

Page 32: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

18

mengalir dalam diri mereka, karena tidak ada guru yang dapat dijadikan panutan

serta merta diharapkan untuk belajar sendiri melalui bacaan dan diskusi teman

antar sejawat. Di samping itu mereka terlihat pula dalam gerakan bangsa dan

masyarakat ke arah mencapai Indonesia merdeka.

Setelah tiga setengah tahun bangsa Indonesia mengalami penjajahan

Jepang, maka dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada tanggal 14

Agustus 1945, dipergunakan sebaik-baiknya oleh rakyat Indonesia untuk

membebaskan diri dari belenggu penjajahan dengan menyatakan Proklamasi

Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Sambutan rakyat tentang proklamasi itu spontan dan luar biasa, tidak

ketinggalan juga para seniman mengekspresikan sikap-sikapnya dengan

memunculkan berbagai produk seni. Para pelukis mencoret-coret gerbong kereta

api dengan slogan-slogan heroik, dinding-dinding toko atau bangunan ditulisi

dengan cat minyak, seperti: “Merdeka Atau Mati, Sekali Merdeka Tetap Merdeka,

Once Free Forever Free” dan masih banyak lagi poster dengan coretan gambar

karikatur.

Seniman musik tampil dengan lagu-lagu heroik dan menggugah semangat

perjuangan rakya, seperti: Satu Nusa Satu Bangsa, Halo-Halo Bandung, Sepasang

Mata Bola, Sorak-Sorak Bergembira dan lain-lain.

Bagi grup atau perkumpulan sandiwara atau teater dalam pementasannya

membawa lakon-lakon perjuangan yang didukung oleh dekorasi atau tata lampu

dan suara rentetetan bedil dan dentuman meriam, walaupun dengan alat yang

Page 33: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

19

sangat sederhana. Puisi-puisi perjuangan pun ditampilkan untuk menambah

semangat para prajurit di medan laga.

Ketika pasukan sekutu di bawah pimpinan Letnan Jendral Philip

Christison mendaratkan pasukannya di Jakarta pada bulan September 1945, maka

sejak itu keadaan di Jakarta mulai bergejolak dan situasi semakin tidak aman.

Serdadu-serdadu NICA yang mengikuti rombongan Sekutu mulai melancarkan

provokasi-provokasi dan teror, sehingga menimbulkan ketakutan terhadap rakyat.

Suasana pun semakin panas, sebab sering terjadi pertempuran antara pemuda yang

membantu satuan-satuan tentara laskar rakyat melawan serdadu-serdadu NICA.

Meskipun tidak semua pemuda masuk ke dalam kesatuan tentara dan

laskar rakyat, akan tetapi ada cara lain untuk turut berpartisipasi dalam berjuang

menegakkan RI. Seniman-seniman yang bekerja di Pusat Kebudayaan membentuk

Seniman Merdeka, anggotanya antar lain: Usmar Ismail, Cornel Simanjuntak,

Suryo Sumanto, D Djajakusumo, S. Sudjojono, Basuki Resobowo, Sarifin,

Rasjidi, Suhaimi, Rosihan Anwar dan Malidar Malik. Mereka dengan

menggunakan truk milik bagian sandiwara pusat kebudayaan, berkeliling jakarta

untuk membakar semangat rakyat untuk menentang kaum penjajah.9

Seniman Merdeka yang menyelenggarakan pentas keliling mengunjungi

rakyat di berbagai bagian di Jakarta sering dikejar-kejar oleh serdadu NICA dan

serdadu Gurkha yang merupakan bagian dari tentara Inggris (sekutu). Adakalanya

daerah yang dikunjungi oleh kelompok Seniman Merdeka menjadi daerah

9 Rosihan Anwar., Seniman dan Wartawan Dalam Perjuangan (1942-

1950), Makalah seminar sejarah yang dselenggarakan oleh Masyarakat Sejarawan Indonesia cabang Yogyakarta, 1989, hlm 5.

Page 34: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

20

tertutup, karena di tempat tersebut berlangsung pertempuran. Seniman dalam

aktifitasnya hanya mampu mengadakan kegiatan kurang lebih dua bulan. Hal ini

disebabkan oleh keadaan keamanan di Ibukota yang tidak memungkinkan untuk

menjalankan aktifitas. Cornel Simanjuntak misalnya, meninggalkan Seniman

Merdeka untuk menggabungkan diri pada laskar rakyat yang berjuang di Tanah

Tinggi. Seniman yang lain, menjelang akhir tahun 1945 dan awal 1946 banyak

yang mengungsi ke daerah pedalaman seperti di Karawang-Cikampek atau

Yogyakarta, sebagai akibat keadaaan Jakarta tidak aman dan berpindahnya

ibukota pemerintahan ke Yogyakarta.10

Dengan kepindahan pemerintahan RI ke Yogyakarta , para seniman

termasuk pelukis tersebar di beberapa kota. Sudjojono yang mengungsi ke

Madiun, mendirikan Seniman Indonesia Merdeka (SIM) yang di dalamnya

terhimpun seniman sastra, musik, teater dan pelukis. Kemudian SIM pindah ke

Solo dan seterusnya ke Yogyakarta dengan alasan sebagai pusat pemerintahan,

sehingga pergerakan yang akan dilakukan lebih mudah dan terorganisir.

Di Yogyakarta selain SIM juga ada perkumpulan pelukis seperti Pusat

Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) dengan ketuanya Jayeng Asmara dan

anggotanya Sindusiworo, Indra Sugarda dan Prawito. Perkumpulan pelukis

lainnya adalah Golongan Masyarakat dengan ketua Affandi, sekretaris Dullah dan

bendahara Nurnaningsih. Ada juga Pelukis Rakyat dengan anggotanya Trubus,

Hendra dan Affandi. Dengan demikian Yogyakarta selain sebagai pusat

pemerintahan republik, juga merupakan pusat kegiatan seniman. Sultan

10 Ibid.,

Page 35: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

21

Hamengku Buwono IX banyak sekali membantu kegiatan para seniman, salah

satunya adalah digunakannya rumah Pakapalan di Alun-Alun Utara untuk studio

dan segala aktifitas yang mendukung.

Page 36: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

22

BAB III

SITUASI YOGYAKARTA SESUDAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN

Walaupun Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya, bukan

berarti bangsa Indonesia telah lepas begitu saja dari ancaman pihak asing. Masih

ada kekuatan-kekuatan asing yang belum sepenuhnya merelakan kemerdekaan

bangsa Indonesia, seperti kuatnya pihak Jepang yang masih berada di Indonesia

dan kedatangan pihak Sekutu dan NICA yang masih ingin menguasai Indonesia.

A. Situasi Yogyakarta Pada Masa Awal Proklamasi

Setelah tiga setengah tahun bangsa Indonesia mengalami penjajahan

Jepang, maka dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bukan berarti

bangsa Indonesia telah bebas, akan tetapi masih harus berjuang menghadapi

bahaya-bahaya dan tantangan besar terutama menghadapi kekuatan tentara Jepang

yang masih serba lengkap.

Jepang, berdasarkan syarat-syarat penyerahannya kepada Sekutu,

berkewajiban untuk memelihara ketertiban umum sampai komando Sekutu untuk

Asia Tenggara dapat mendaratkan pasukannya di Indonesia. Tentara Jepang

menafsirkannya sebagai kewajiban dan tanggungjawab mereka untuk

mempertahankankan status quo politik.

Pihak Jepang tidak mau mengakui adanya kemerdekaan Indonesia dan

lebih-lebih menyerahkan segala kekuasaannya kepada Republik Indonesia.

Mereka hanya patuh dan taat pada perintah Kaisar yaitu menyerahkan Indonesia

Page 37: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

23

sebagai inventaris yang utuh dan lengkap kepada Laksamana Mounbatten SEAC

(Inggris) dan kepada Jendral Blamey dari Australia. Sejalan dengan itu sekalipun

para pembesar Jepang yang berkuasa di Yogyakarta sudah mengetahui adanya

proklamasi kemerdekaan Indonesia dan juga mengetahui bahwa rakyat

Yogyakarta yang bagaikan tertekan kini melonjak bersemangat untuk merdeka.

Pihak Jepang tetap bersitegang mempertahankan untuk mempertahankan

kekuasaannya dan tetap menunggu instruksi dari Kaisar, untuk itulah mereka

semakin memperkeras penjagaan-penjagaan dan masih tetap berusaha

mempertahankan kantor-kantor, perusahaan-perusahaan dan pabrik-pabrik dengan

kekuatan senjata yang masih lengkap.

Bagi bangsa Indonesia, penyerahan Jepang kepada Sekutu itu sama sekali

tidak melemahkan perjuangannya untuk mencapai kemerdekaan, karena semangat

nasionalisme telah bulat. Kebulatan itu telah menghasilkan kemauan yang tinggi,

yaitu kemerdekaan. Pada masa inilah dinyatakan sebagai tonggak dimulainya

revolusi Indonesia.

Ketika Sukarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan

bangsa Indonesia. Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII selaku

pimpinan daerah Yogyakarta menyambutnya dengan gembira dan mengirim

kawat ucapan selamat kepada Sukarno dan Hatta yang terpilih sebagai presiden

dan wakil presiden RI pada tanggal 18 Agustus 1945. Dua hari kemudian Sultan

Page 38: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

24

Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII mengirim telegram ke Jakarta, bahwa

dirinya siap berdiri di belakang Sukarno Hatta.11

Sukarno sebagai presiden RI meyambut hangat tindakan Sultan dan Paku

Alam VIII, bahkan satu hari sesudah Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku

Alam VIII mengirim ucapan selamat, Presiden sudah mengeluarkan Piagam

Penetapan mengenai Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman

sebagai bagian dari RI.12

Piagam Penetapan itu baru diserahkan pada tanggal 6 September 1945,

sehari setelah dikeluarkannya Amanat 5 September 1945 oleh Sultan Hamengku

Buwono IX dan Paku Alam VIII, yang berisi tentang pernyataan bahwa

Yogyakakarta adalah daerah Istimewa Negara RI dan urusan pemerintahan serta

kekuasaan lainnya masing-masing dipegang Sultan Hamengku Buwono IX dan

Paku Alam VIII dan langsung bertanggungjawab kepada pemerintahan pusat RI.13

Sambutan rakyat terutama para pemuda terhadap proklamasi sangat

bersemangat. Mereka menyadari bahwa proklamasi kemerdekaan juga bermakna

komando dan sekaligus merupakan perintah harian untuk melaksanakan

pemindahan kekuasaan dari tangan pemerintahan tentara Jepang kepada bangsa

Indonesia. Para pemuda itu membentuk kelompok-kelompok yang tergabung

dalam perkumpulan pemuda beberapa kampung di Yogyakarta. Di antaranya ialah

Angkatan Muda Pathook dengan pimpinannya Kusumo Sunjoyo, Angkatan Muda

11 Tashadi, Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945) di DIY, Yogyakarta:

Proyek Inventaris dan Dokumentasi Kebudayaan DIY, 1986, hlm. 56. 12 Ibid., 13 Ibid.,

Page 39: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

25

Jagalan Paku Alaman dengan pimpinan Faridan, Angkatan Muda Jetis dengan

pimpinannya Parmadi Joi, Angkatan Muda Gowongan dengan pimpinannya

Wagiyono, Gabungan Sekolah Menengah Mataram (Gasemma), Barisan

penjagaan Umum dan lain-lain.14

Amanat yang dikeluarkan pada tanggal 5 September 1945, membuat

massa pemuda dan massa rakyat semakin bersemangat dan berani untuk terus

bergerak, yang sampai pada puncaknya yaitu massa rakyat dan pemuda berusaha

menurunkan bendera “Hinomaru” dan menaikkan bendera “Merah Putih” di

gedung “Tyookan Kantai” (sekarang Gedung Agung) yang terletak dijalan

Malioboro. Gedung Tyookan Kantai ini merupakan istana Tyookan atau Gubernur

dan sekarang digunakan sebagai gedung Negara atau gedung Agung, peristiwa ini

dikenal dengan nama “Insiden Bendera di Tyookan Kantai”.

Keterlibatan Polisi Istimewa (PI) dalam pengibaran bendera di Tyookan

Kantai menyebabkan Kepala Polisi dari Kooti Zimu Kyoku pada tanggal 22

September 1945 mendatangi asrama PI di Gayam dengan tujuan untuk melucuti

senjatanya. Sementara mereka mengadakan perundingan dengan R.P. Sudarsono,

tanpa sepengetahuan Jepang, anggota PI dengan bantuan pemuda mengeluarkan

senjata dari dari gudang lewat pintu jendela yang dirusak, karena kunci gudang

senjata masih diperebutkan dalam perdebatan. Perdebatan itu tidak berhasil

mencapai kata sepakat, maka Oni Sastroatmojo (komandan PI) memberi tanda

kepada para pemuda yang sudah lama mengepung asrama sehingga mereka

berhamburan ke tempat perundingan dan mengarahkan bambu runcingnya kepada

14 PJ. Suwarno, Hamengkubuwono IX dan Sistem Birokrasi pemerintahan Yogyakarta 1942-1972,Yogyakarta: Kanisius, 1994, hlm. 166-167.

Page 40: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

26

Jepang, mereka kemudian menyerah dan memberi kunci gudang senjata, sehingga

maksud untuk melucuti PI gagal.15

Setelah simbol kemerdekaan dan motivasi mempertahankan kemerdekaan

tersebar luas di masyarakat, maka dimulailah gerakan pengambilalihan. Gerakan

ini dipimpin oleh Komisaris Polisi R.P. Sudarsono dan melibatkan Polisi,bagian

keamanan, pegawai-pegawai Indonesia yang bekerja di perusahaan dan kantor-

kantor yang dipimpin oleh orang Jepang. Gerakan secara besar-besaran ini

dilakukan pada tanggal 26 September 1945, pada awalnya diupayakan dengan

cara damai, tetapi jika para pemimpinnya tidak mau menyerahkan kekuasaan

maka akan digunakan dengan cara kekerasan. Gerakan itu dimulai dari Kooti

Zimu Kyoku di Kotabaru (bekas Gedung Seniman) yang merupakan kantor pusat

pemerintahan tentara Jepang di Yogyakarta.16

Gerakan pengambilalihan kekuasaan Jepang kemudian dilanjutkan dengan

penyerbuan ke markas tentara Jepang di Kotabaru. Sebelum terjadi penyerbuan,

terlebih dahulu diadakan perundingan antara pihak RI dengan penguasa tentara

Jepang di markas Kotabaru tersebut, akan tetapi perundingan berjalan cukup

lamban dan melelahkan. Dalam situasi terisolasi dan terkepung itu, pemimpin-

pemimpin militer Jepang didesak untuk menyerahkan senjata secara sukarela.

Dalam perundingan, pihak militer Jepang diwakili Mayor Otsuka, Butaityoo

Kotabaru; Sasaki, Kenpetei Taifyoo; Kapten Ito, Ciambutyoo, sedangkan dari

15 Tashadi, op. cit., hlm. 82. 16 PJ Suwarno, op. cit., hlm. 29.

Page 41: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

27

pihak rakyat Yogyakarta diwakili Moh. Saleh KNID; R.P. Sudarsono, Kepala

Polisi; Bardasana dan Sunjoto, Wakil Rakyat.17

Dalam perundingan itu RP. Sudarsono minta agar Butaityoo Mayor

Otsuka menyerahkan senjata yang ada di markas itu kepada bangsa Indonesia.

Otsuka tidak menjawab dengan tegas, maka ketika anggota PI dan BKR

diperintahkan masuk untuk menerima penyerahan senjata sampai tiga kali tidak

mendapatkan apa yang diharapkan, baru kali yang ketiga mereka baru diberi

senjata, itupun hanya lima karaben. Dengan demikian perundingan mengalami

jalan buntu, kemudian Sudarsono dan kawan-kawan merasa terhina keluar dari

meja perundingan.18

Di luar gedung PI, BKR dan massa rakyat sudah siap tempur dengan

kekuatan persenjataan seadanya dengan komandan penyerbuan Umar Slamet,

ketua BKR. Kekuatan Jepang sekitar 360 tentara terlatih dan bersenjata lengkap.

Pada pukul 04.00 dini hari terdengar terdengar letusan granat, suatu tanda bahwa

aliran listrik pagar berduri yang mengelilingi markas Jepang sudah dipadamkan,

maka pasukan yang sudah disiapkan sejak sore itu menyerbu markas Jepang dan

pihak Jepang memberi perlawanan dengan memuntahkan mitraliyur ke arah

barisan rakyat. Pasukan rakyat terus mendesak masuk ke dalam markas Jepang,

sehingga terjadi peperangan satu lawan satu dari jarak dekat yang berlangsung

sampai siang hari.19

17 Tashadi, op. cit., hlm. 85. 18 Ibid., 19 Ibid.,

Page 42: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

28

Setelah pertempuran selesai sekitar pukul 11.00 siang, Jepang menyerah,

semua tentara Jepang dimasukkan ke penjara Wirogunan. Di pihak Jepang

sembilan orang meninggal dan puluhan orang luka –luka. Sedangkan dari pihak

Indonesia, Jatuh korban 21 orang meninggal dan 32 orang luka-luka, mereka yang

gugur disemayamkan di Gedung Nasional dan pukul 16.00 sore 17 orang

disemayamkan di Semaki, yang kemudian menjadi Taman Makam Pahlawan

Yogyakarta, 3 orang dimakamkan di Kauman di belakang masjid Besar dan 1

orang di makam keluarga Glagah Yogyakarta.20

Berakhirnya penyerbuan Kotabaru, kekuatan Jepang masih belum habis

sama sekali sebab masih ada Kaigun Kakutai (Kompi Angkatan Laut Bagian

Udara). Menghadapi kenyataan ini R.P. Sudarsono yang didampingi B.P.H.

Bintoro sebagai wakil Sultan mengadakan perundingan dengan Kaigun Taityoo;

Hajino Soso, untuk membicarakan masalah pengambilalihan kekuasaan beserta

senjatanya. Hasil dari kesepakatan perundingan adalah bahwa Jepang akan

menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Indonesia. Sehingga pada tanggal 27

Oktober 1945 PI mengangkut senjata yang ada di lapangan terbang Maguwo

sebanyak lima belas truk dengan berat kurang lebih 25 ton dan ratusan granat

tangan.21

Dengan berakhirnya pertempuran di Kotabaru dan pengambilalihan

kekuasaan beserta senjatanya di tangsi-tangsi Jepang, berarti selesailah kekuasaan

Jepang di Yogyakarta. Dari peristiwa ini rakyat Yogyakarta semakin menyadari

20 Ibid., 21 PJ. Suwarno, op. cit., hlm. 183.

Page 43: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

29

akan kewajibannya mempertahankan tanah airnya dari rongrongan musuh yang

datang dari manapun juga.

B. Kedatangan Tentara Sekutu dan NICA

Pemindahan kekuasaan Jepang kepada RI berjalan dengan lancar,

meskipun tidak luput dari tindakkan kekerasan yang disertai korban jiwa. Hal

yang menguntungkan bagi pihak RI pada masa itu, yaitu bahwa Sekutu dan NICA

(Belanda) yang menjadi pemenang dalam perang dunia ke II belum mendaratkan

pasukannya di Indonesia. Hal ini menyebabkan mudahnya pihak RI untuk

merebut kekuasaan dari Jepang, karena semangatnya sudah melemah akibat

kekalahannya dalam perang Dunia ke II.

Pada tanggal 10 Oktober 1945 tentara Sekutu yang membawa pasukan

Belanda dan yang kebanyakan terdiri atas KNIL (orang-orang Ambon) mulai

mendarat di Jakarta. Mereka mulai beraksi dengan mengibarkan bendera Belanda,

untuk menunjukkan bahwa kekuasaan Belanda di “Nederlands Indie” sudah

dikembalikan. Setiba di Jakarta mereka mulai melakukan kerusuhan, teror dan

pembunuhan. Sehingga tidak mengherankan apabila sering terjadi perkelahian,

karena diserang oleh rakyat. Dengan demikian keadaan di Jakarta mulai tegang

dan tidak aman, situasi yang demikian membuat jalannya roda pemerintahan

semakin terganggu, Ibukota Republik terancam.

Sementara itu revolusi tetap berjalan terus dan peran radio menjadi sangat

penting pada masa itu dalam penyiaran-penyiaran dan mengobarkan serta

membakar semangat perjuangan rakyat. Di daerah Yogyakarta sendiri terdapat

Page 44: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

30

siaran Radio Republik Indonesia yang berada dijalan Ngabean I (sekarang BNI

46, di jalan K.H.A. Dahlan) dan siaran radio gelap yang menemakan diri sebagai

Radio Pemberontakkan Mataram.

Tentara Inggris yang melihat semangat dan keberanian pasukan-pasukan

kita sangat kuatir. Oleh kerena itu dengan dalih akan membungkam siaran-siaran

yang membangkitkan semangat rakyat dari radio kaum “extrimis,” maka pada

tanggal 25 dan 27 November 1945 tentara sekutu membom kota Yogyakarta.

Pesawat terbang RAF Ingggris mulai melayang di atas kota Yogyakarta dan mulai

memuntahkan peluru-peluru mitraliyur, bom-bom rocket dan torpedo di atas

stasiun Radio Republik Indonesia, Balai Mataram, Sonobudoyo dan sekitarnya.

Sementara itu situasi di Jakarta semakin bertambah panas dan tegang,

tindakan infiltrasi Belanda dengan NICA-nya semakin merajalela. Situasi

kedudukan para pemimpin dan pembesar semakin terancam. Melihat situasi yamg

tidak memungkinkan tersebut, maka Sultan Hamengku Buwono IX beserta

BPKNID segera mengadakan rapat dan memutuskan untuk mengirim kawat

kepada Presiden dan Perdana Menteri berisi desakan agar pemerintahan pusat dan

KNIP pindah ke suatu tempat di Jawa Tengah agar dapat bekerja dengan tenang.

Kawat tersebut menjadi bahan pertimbangan Perdana Menteri Syahrir, sebab

kenyataannya keadaan Jakarta makin hari semakin tidak aman. Untuk itu perlu

dicarikan tempat lain sebagai pengganti Ibukota yang aman dari gangguan NICA

dan mampu mengkoordinasi pemerintah Republik.22

22 PJ. Suwarno, “Yogyakarta menantang Empat Tahun Berjuang (1946-

1949)”, makalah yang disampaikan dalam ceramah di museum Benteng Yogyakarta, 1994, hlm 4-5.

Page 45: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

31

Namun sebelum keputusan itu dilaksanakan, Perdana Menteri mengutus

Soebandrio Sastrosastomo untuk membicarakan kemungkinan perpindahan itu

dengan pemerintah daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah mengunjungi

Yogyakarta, dia menyatakan Yogyakarta cukup baik untuk tempat pemerintahan

Pusat RI. Maka pada tanggal 3 Januari 1946 malam, Presiden dan Wakil Presiden

beserta beberapa orang pengawal diam-diam naik gerbong kereta api yang paling

belakang yang sedang berhenti di rel Pegangsaan Timur di belakang rumah

kediaman Presiden Sukarno. Rangkaian kereta api yang didalamnya sudah ada

Presiden dan Pejabat RI lainnya, ditarik pelan-pelan mulai dari stasiun Pasar

Senen ke Jatinegara dan ters menuju ke Yogyakarta. Mereka pergi tanpa

membawa apapun dan gerbong kereta api dibiarkan gelap seolah-olah merupakan

rangkaian gerbong yang tidak penting.23

Sebenarnya serdadu Belanda curiga terhadap rangkaian gerbong kereta api

itu dan menembaki gerbong dengan karaben, akan tetapi kereta melaju semakin

cepat dan suara karaben makin tidak terdengar. Pada tanggal 4 Januari 1946 kereta

api tersebut tiba di Yogyakarta sebagai kota harapan untuk melanjutkan

perjuangan. Kedatangan mereka di stasiun Tugu Yogyakarta disambut oleh Sultan

Hamengku Buwono IX, maka dengan demikian berpindahlah Ibukota RI ke

Yogyakarta.24

Presiden dan Wakil presiden yang telah sampai di Yogyakarta segera

menempati Gedug Agung untuk Istana Presiden yang semula dijadikan kantor

23 PJ. Suwarno, op. cit., hal. 9. 24 Ibid.,

Page 46: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

32

KNID. Sedangkan KNID pindah ke Loge di jalan Malioboro yang sekarang

menjadi gedung DPRD. Dengan kehadiran Pemeritahan Pusat di Yogyakarta

banyak pengurus-pengurus pusat pertai politik yang ikut masuk ke Yogyakarta,

sehingga Yogyakarta yang semula menjadi kota tradisional yang berkembang di

bawah pimpinan Sultan dan tokoh masyarakat yang terhimpun dalam KNID,

menjadi pusat kegiatan politik nasional.25

Jadi dengan pindahnya pemerintahan RI dari Jakarta ke Yogyakarta , maka

segenap potensi perjuangan RI dapat terpusatkan. Sejak saat itu Yogyakarta

merupakan Ibukota RI dan dari sinilah disusun serta dihimpun segenap kekuatan

untuk menanggulangi musuh.

25 Ibid.,

Page 47: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

33

BAB IV

KETERLIBATAN SENIMAN LUKIS DALAM

MEMPERTAHANKAN PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945

Perjalanan bangsa Indonesia telah mencapai titik kulminasi dengan

dicetuskannya proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17

Agustus 1945, rakyat memberi dukungan yang besar terhadap proklamasi

tersebut. Ini merupakan tanda adanya kekuatan besar yang tersimpan dalam

semangat rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia telah mengambil haknya atas

kemerdekaan sebagai hak manusia yang diakui keberadaannya di mata dunia.

Salah satu bentuk dukungan terhadap proklamasi adalah munculnya

berbagai produk seni sebagai bentuk ungkapan seniman dalam mengekspresikan

dirinya. Para seniman lukis mengekspresikannya dalam bentuk karya-karya yang

sesuai dengan kondisi yang terjadi waktu itu. Salah seorang pelukis, yaitu Dullah

menyatakan bahwa para pelukis waktu itu melibatkan diri dengan karya-karyanya

langsung dalam perjuangan bangsa dan menegakkan Republik Indonesia.26

Keterlibatan seniman lukis dalam perjuangan menegakkan proklamasi,

disebabkan kondisi politik pada saat itu menuntut mereka untuk ikut serta

berjuang dalam bentuk apresiasi seninya. Pesan yang ingin disampaikan oleh para

seniman ini dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat luas sehingga dapat

membangkitkan semangat perjuangan rakyat. Hal ini mendapat respon negatif dari

26 Dullah., “dalam Seniman dan Wartawan Perjuangan 1942-1950”,

Makalah seminar sejarah yang diselenggarakan oleh masyarakat sejarawan Indonesia cabang Yogyakarta, 1989, hlm 3.

Page 48: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

34

pihak Belanda, karena dengan adanya tulisan-tulisan dan poster-poster yang

berbau heroik ini membuat kedudukan mereka semakin terancam dan rakyat

Indonesia akan semakin terbakar semangatnya untuk melawan mereka. Menurut

Rosihan Anwar, aktivitas para seniman tidak hanya guna menyalurkan kreativitas

dan bakat artistiknya, tetapi untuk menyalurkan identitas diri.27

A. Coretan-Coretan Perjuangan

Para seniman lukis beranggapan bahwa setelah di proklamasikannya

kemerdekaan RI semangat rakyat tidak boleh dikendorkan karena masih adanya

kekuatan-kekuatan asing yang sewaktu-waktu akan kembali menduduki negara

ini, untuk membangkitkannya maka dibuatlah coret-coretan dengan slogan-slogan

yang berbau heroik di gerbong-gerbong kereta api, dinding-dinding rumah dan

toko dengan menggunakan cat minyak.

Salah satu kelompok seniman lukis di Yogyakarta yaitu Persatuan Tenaga

Pelukis Yogyakarta (PTPI), mengadakan aksi coret-coret di gedung kantor pos

besar, tembok-tembok sepanjang jalan Malioboro, pagar hotel Garuda. Coret-

coretan tersebut diantaranya “Sekali Merdeka Tetap Merdeka, Merdeka atau Mati,

Lebih Baik Mati Daripada Di Jajah Lagi, Pertahankan Bendera Kita.”28

27 Rosihan Anwar, Seniman dan Wartawan dalam perjuangan 1942-

1950, Yogyakarta, Makalah, 1989,hal.12. 28 Tashadi, Partisipasi Seniman Dalam Perjuangan Kemerdekaan Daerah

Istimewa Yogyakarta, Jakarta: Departemen Pendidikkan dan Kebudayaan RI, 1996, hal 70.

Page 49: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

35

Gambar 4.1. Coretan Dinding (Sumber: Revolusi Pemuda, Ben Anderson)

Seperti yang terlihat pada coret-coretan dinding di atas, terlihat gambar

sepatu Belanda dengan jeruji sedang menginjak bendera dan rakyat Indonesia

serta gambar hantu, ini diartikan bahwa Belanda itu seperti hantu yang menurut

keyakinan masyarakat Indonesia adalah sosok yang menakutkan dan selalu

mengincar rakyat Indonesia melalui penindasan. Tulisan di sampingnya ada

sebagian terlihat terhapus dengan coret-coretan, sehingga tidak dapat terlihat

dengan jelas secara keseluruhan yang kemungkinan dihapus secara sengaja oleh

pihak Belanda dengan alasan tulisan tersebut dapat memprovokasi rakyat

Indonesia.

Page 50: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

36

Gambar 4.2. Coretan Dinding (Sumber: Revolusi Pemuda, Ben Anderson)

Gambar 4.3. Coretan Dinding (Sumber: Revolusi Pemuda, Ben Anderson)

Page 51: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

37

Coretan ini memiliki arti yang kuat pada masa perjuangan bangsa

saat itu, selain bagi seniman maupun pejuang beserta rakyat yang melihatnya.

Coretan ini memiliki kekuatan yang dapat membangkitkan semangat akan arti

penting mempertahankan kemerdekaan itu sendiri.

Selain coret-coretan yang digambar secara sederhana dengan slogan-

slogan yang mudah dipahami oleh rakyat Indonesia, terdapat juga coret-coretan

yang ditulis dengan bahasa Inggris, seperti:

- “Away with NICA”

- “Once Free Forever Free”

- “We Fight For Democracy”

- “We Have Only to Win”

- “Indonesia Never Again the Life Blood of Any Action”

- “Life, Liberty And Persuit of Happines.”29

Gambar 4.4. Coretan Gerbong Kereta (Sumber: 50 Tahun Indonesia Merdeka:

Harmoko)

29 Ibid.,

Page 52: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

38

Gambar 4.5. Coretan Dinding (Sumber: Semangat 45 dalam Rekaman Gambar: A.B.

Lapian)

Gambar 4.6. Coretan Dinding (Sumber: Semangat 45 dalam Rekaman Gambar: A.B.

Lapian)

Melalui coretan yang berupa kritikan ini ditujukan pada pihak asing yang

ingin kembali menguasai, karena kedatangan mereka tidak diharapkan lagi oleh

Page 53: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

39

bangsa Indonesia. Coretan ini juga bertujuan agar wartawan asing yang datang

dapat melihat dan mengerti apa yang sedang diperjuangkan oleh rakyat Indonesia

saat itu.

Coret-coretan tersebut pada dasarnya suatu ungkapan dari rakyat Indonesia

yang dimotori oleh para seniman lukis untuk menolak segala bentuk penjajahan,

karena bangsa Indonesia yang telah merdeka ingin secara penuh menuntut

kebebasannya demi terwujudnya demokrasi. Semua itu akan diperjuangkan

sampai titik darah penghabisan dan itu juga merupakan ancaman bagi pihak asing

agar berpikir ulang untuk kembali menguasai Indonesia.

Oleh karena Belanda tetap mempertahankan pendiriannya untuk kembali

ingin berkuasa di negara RI, maka coret-coretan perjuangan juga semakin berani

mengungkapkan kata-katanya, misalnya pada saat kedatangan konsul Belanda di

Yogyakarta tahun 1947, maka disambutlah para konsul Belanda dengan coretan

yang dituliskan di atas spanduk yang digantungkan di atas jalan Malioboro,

dengan kata-kata yang pedas, yaitu: “We Demand Complete Withdrawal of Dutch

Troops” artinya kami menuntut penarikan mundur tentara Belanda seluruhnya.30

Coret-coretan ini sengaja dibuat di dinding-dinding jalan ataupun di

gerbong kereta api agar masyarakat yang lewat dan melihat dapat memahami

pesan yang ingin disampaikan, sehingga secara tidak langsung pesan tersebut

dapat menggugah semangat dan arti pentingnya kemerdekaan.

Setelah kota Yogyakarta diduduki Belanda pada tahun 1948, coret-coretan

perjuangan ini tidak dapat dilakukan lagi, karena Belanda memperketat penjagaan

30 Ibid.,

Page 54: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

40

atas kota Yogyakarta, apalagi coret-coretan ini biasanya dilakukan di tempat-

tempat strategis yang di kuasai oleh Belanda.

Perjuangan selanjutnya biasanya dengan melalui poster-poster perjuangan

yang lebih praktis, karena hanya tinggal menempelkannya di tempat-tempat

strategis yang kebanyakkan dilakukan pada malam hari.

B. Poster Perjuangan.

Poster-poster perjuangan pada masa revolusi bermunculan di perbagai

tempat di Yogyakarta yang mengajak rakyat untuk tegar membela kemerdekaan

Indonesia yang telah diproklamirkan. Penulisan poster atau plakat ini biasanya

dilakukan dengan cara sablon yang bahannya dari kertas padalarang, kertas-kertas

ini kemudian ditempelkan tidak hanya di Yogyakarta tetapi juga di luar

Yogyakarta.

Ide pertama pembuatan poster untuk alat perjuangan pertama kali muncul

dari ide Bung Karno, setelah mendiskusikannya dengan Sudjojono yang pada

waktu itu sebagai kepala seksi kebudayaan Jawa Hokokai, kemudian ide dan tema

diserahkan kepada Affandi untuk dibuat gambarnya. Affandi melaksanakan

pembuatan poster tersebut dengan model Dullah.31

Poster yang dikerjakan Affandi berupa lukisan seorang pemuda berbaju

kemeja putih meneriakkan “Merdeka” sambil mengacungkan kedua tangannya ke

atas, pada kedua pergelangan tangannya terdapat borgol rantai yang sudah putus

dan berlatar belakang Sang Saka Merah Putih yang berkibar. Poster tersebut

31 Dullah., 1989, op.cit.,hlm. 5.

Page 55: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

41

dilukis di atas kertas paster bewarna putih berukuran 80x100 cm, digambar

dengan cat tube yang diencerkan dengan bensin, mempergunakan dua warna yaitu

hitam dan merah.

Setelah poster selesai, Affandi mengalami kesulitan untuk memberikan

kata-kata yang tepat, singkat dan menggugah semangat perjuangan kemerdekaan.

Akhirnya atas bantuan Chairil Anwar kesulitan itu dapat diatasi dengan memberi

kata-kata “Bung Ayo Bung,” kata-kata itu dituliskan tepat di bawah gambar

dengan warna hitam, inilah poster pertama pada waktu proklamasi kemerdekaan

yang diperbanyak dan disebarkan ke daerah-daerah. Dengan demikian poster ini

menjadi suatu bukti bahwa seniman dari berbagai bidang seni bekerjasama untuk

kepentingan nusa dan bangsa.

Gambar 4.7. Poster Perjuangan (Sumber: 50 Tahun Indonesia Merdeka: Harmoko)

Page 56: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

42

Poster-poster perjuangan memainkan peranan yang sangat penting, pada

saat Yogyakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia yang diduduki oleh Belanda

tahun 1948. Akibat pendudukan Belanda, administrasi pemerintahan terguncang

karena kepala negara dan pejabat tinggi lainnya ditawan oleh Belanda. Untuk

mengatasi keadaan darurat, maka sejak tanggal 22 Desember 1948 terbentuklah

pemerintahan militer yang terus melanjutkan perlawanan dengan cara gerilya.32

Dalam rangka melawan serangan musuh maka tidak sedikit poster yang

dikeluarkan oleh pemerintah dan poster yang beredar waktu itu bukanlah poster

dengan bahan yang bagus dan dilukis dalam waktu yang lama tetapi yang

terpenting adalah fungsinya, yaitu sebagai sarana penyampaian informasi,

berhubung mass media seperti radio dan surat kabar tidak bisa berfungsi dengan

baik karena keadaan yang sangat kacau. Bahkan tidak jarang terjadi perang poster

dengan pihak musuh, seperti malam di pasang pagi di sobek, di ganti lalu di sobek

lagi dan seterusnya.33

Poster-poster perjuangan yang di buat oleh para seniman lukis Yogyakarta

merupakan bukti keterlibatan seniman lukis dalam mempertahankan proklamasi

17 Agustus 1945. Berkat kreatifitas seni dan jiwa perjuangan ide-ide yang

dimunculkan lewat poster itu berdampak lebih luas dan mendalam dalam masa

perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.

32 Basuki., “pendahuluan” Dalam Pameran Plakat Perjuangan di

Pendopo Sonobudoyo, tanggal 23 Agustus 1978,Yogyakarta: Museum Perjuangan, hlm 10.

33 Ibid.,

Page 57: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

43

C. Lukisan Perjuangan

Berbeda dengan poster, yang keberadaannya langsung berhubungan

dengan perjuangan pada masa revolusi, lukisan hanyalah sebuah kesaksian dari

para pelukis yang ikut dalam kancah revolusi.

Lukisan perjuangan dalam hal ini tidak harus karya-karya lukis yang

diciptakan oleh seorang pelukis yang menghayati revolusi, namun setidak-

tidaknya diciptakan oleh sang pelukis yang menghayati revolusi baik sebagai

pelaku revolusi maupun yang tidak terlibat secara langsung dalam revolusi

tersebut. Adapun penghayatan akan revolusi tersebut dan pelukisnya bisa saja

dilakukan setelah revolusi usai, walaupun aktualitas dan refleksinya akan jauh

lebih tinggi apabila pelaksanaannya berdekatan dengan ruang dan waktu pada saat

terjadinya peristiwa.

Yogyakarta kaya akan dokumentasi perjuangan, karena pada masa revolusi

1945-1949 Ibukota RI berada di Yogyakarta dan para seniman lukis banyak yang

ikut pindah. Para pelukis banyak juga yang turut langsung dalam kancah

perjuangan gerilya, keadaan ini dengan sendirinya memotivasi para seniman lukis

untuk merekamnya dalam kanvas, para pelukis banyak menghasilkan karya-karya

dalam bentuk lukisan perjuangan diantaranya Sujoyono, Affandi, Hendra,

Sudarso, Dullah, Surono dan lain-lain.

Seniman yang ikut pindah ke Yogyakarta membentuk Seniman Indonesia

Muda. Pelukis-pelukis ini dalam kegiatannya membuat lukisan-lukisan yang

bertema perjuangan bersenjata melawan kembalinya penjajah, membela dan

menegakkan Republik. Selain itu SIM juga mendidik pelukis-pelukis cilik di

Page 58: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

44

bawah 17 tahun untuk membuat lukisan perjuangan yang akan dipamerkan di

India, namun ke semua koleksi SIM hilang setelah pendudukkan Belanda 1948.

Dari sekian banyak lukisan perjuangan yang hilang ini ternyata masih ada

beberapa yang terselamatkan, di samping itu juga ada karya-karya lukisan

perjuangan yang dibuat setelah revolusi, sehingga akan sedikit memberi gambaran

tentang keterlibatan seniman lukis Yogyakarta dalam perjuangan

mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945.

Motif lukisannya berupa motif perang seperti pengeboman, pengungsian,

medan-medan gerilaya, peralatan-peralatan perang, pejuang-pejuang gerilya dan

sebagainya, baik berupa lukisan maupun sketsa.

Tahun 1948 tepatnya tanggal 19 Desember, kota Yogyakarta diduduki

Belanda. Seniman-seniman banyak yang menuju ke gunung memanggul senjata,

salah seorang seniman yaitu Dullah bersama keluarga keluar kota menuju selatan

hanya untuk membuat sketsa-sketsa pengungsian penduduk kota ke desa. Sebuah

sketsa yang dihasilkan menggambarkan tentang istrinya yaitu Fatimah yang tidur

di pematang sawah karena kelelahan, tergeletak di pematang sawah tanpa alas dan

tidak membawa apa-apa, memberikan kesan terburu-buru dalam pengungsian.34

Dullah dalam karyanya yang lain menggambarkan situasi selama

pendudukkan Belanda di Yogyakarta, diantaranya sebuah sketsa yang diberi judul

“Mbah Soma,” dilukis dengan pena dan tinta di atas kertas merang, yang

menggambarkan gerilyawan-gerilyawan sedang berkerumun makan dagangan nya

mbah Soma yang duduk di atas lincak, nampak iklas dagangannya dijadikan

34 Sudarmadji., “Indonesia, Riwyat Hidupnya, Pandangan Seninya”, Bali: Sanggar Penjeng, 1988, hlm 25. Dullah Raja Realisme

Page 59: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

45

rebutan para gerilyawan. Ini menunjukkan bahwa pada masa perjuangan tidak

hanya para prajurit yang berperan tetapi para pedagang juga ikut berperan.

Tentang sketsa “Mbah Soma”, Dullah menjelaskan,

Pada tanggal 1 Maret 1949,masih pagi sekali waktu itu, seperti biasa mbah Soma mulai mengeluarkan dagangannya untuk berjualan. Tetapi mendadak ada seorang tentara mendatangi mbah Soma untuk melarangnya berjuala, karena sebentar lagi akan ada perang, para tentara sudah bersiap-siap sejak malam dan siap untuk bertempur jika terdengar bunyi sirine. Mbah Soma pun melihat sekitar dan benar bahwa ia melihat begitu banyak tentara yang siap untuk bertempur, ia beranggapan bahwa cucu-cucunya yang sudah menunggu sejak tadi malam pasti sedang menahan haus, lapar dan kedinginan, maka mbah Soma menghampiri mereka dan digapai untuk makan apa saja dagangan yang dibawa olehnya, seorang gerilyawan menolaknya. Mbah Soma tidak peduli, katanya: Biar habis, tidak apa-apa. Nanti ambil lagi yang masih ada di dapur. Sini,sini,sini, perang yo perang ning wetenge yo diiseni disek (perang ya perang tetapi perutnya diisi dulu) karuan saja pada datang berkerumun dan makan semua dagangannya mbah Soma sampai habis. Karena sirine tanda berakhirnya jam malam sudah berbunyi, mereka lalu pamit kepada mbah Soma dan mohon pangestu. Mbah Soma tidak bisa bilang apa-apa, hanya berdiri di tengah pintu sambil memendang cucu-cucunya yang mulai berjalan menuju kota. Tinggal mbah Soma sendiri, kedua tangannya mendekap dada, mulutuny komat-kamit terlihat seperti mendoakan cucu-cucunya yang sedang mengemban tugas negara itu selamat. Mbah Soma, perempuan tua dari kampung yang berhati emas, meskipun keadaannya sendiri serba kekurangan masih iklas mengorbankan milik kepunyaannya. Beruntung saya sempat mengabadikan peristiwa dramatis itu dengan membuat sketsa langsung.35 Dengan menelaah penjelasan di atas, terlihat bahwa seorang seniman

dengan intiusi kemanusiaannya telah mengabadikan suatu peristiwa yang

menyentuh perasaanya. Dengan sketsa maka curahan perasaan dari seseorang

seniman lukis dapat langsung dituangkan pada waktu dan ruang dimana peristiwa

itu sedang terjadi sebagai sejarah sketsa punya nilai yang sangat tinggi.

35 Dullah, 1989, op.cit.,hlm 18-20.

Page 60: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

46

Ada lagi karya Dullah yang berkedudukan dengan pendudukkan Belanda

di Yogyakarta, yang berjudul “persiapan Gerilya”, yang menggambarkan

kesibukan para gerilyawan yang sedang bersiap-siap untuk menjalankan

tugasnya, ada yang sedang membongkar peti mesiu, ada yang sedang

membersihkan dan mengisi senapan dengan mesiu dan ada yang sudah selesai

serta bersiap-siap tinggal menunggu saat-saat mendebarkan itu.36

Dari berbagai lukisan perjuangan yang dihasilkan selama pendudukkan

Belanda di Yogyakarta ada karya yang sangat penting, yang dilukis oleh anak

asuh Dullah yang umurnya masih dibawah 15 tahun, mereka diantaranya: Moh.

Toha 11 tahun, Moh. Affandi 12 tahun, Sri Sowarno 14 tahun, Sarjito 14 tahun

dan FX Supono 15 tahun.37

Sebelum anak asuhnya melakukan pekerjaannya, Dullah memberikan

nasihat kepada mereka, sebagai berikut:

Melukis itu tidak ada berhentinya, harus terus melukis. Meskipun Yogya sekarang diduduki oleh tentara Belanda, kita harus tetap melukis. Malahan sekarang banyak obyek-obyek yang menarik yang sebelum diduduki Belanda tadak ada. Lihat itu misalnya tank-tank Belanda, jembatan-jembatan yang ambruk, mobil-mobil dibakar, rumah-rumah yang hancur atau Belanda yang menangkapi penduduk, menggeledah penduduk dirumahnya atau dijalan, pembersihan dipasar-pasar. Itu semua obyek yang menarik sekalidan perlu digambar. Pokoknya yang menari hatimu gambarlah.38

Selanjutnya Dullah berkata:

36 Sudarmadji., 1988, op.cit., hlm 21. 37 Dullah., , Karya Dalam Peperangan dan Revolusi, Jakarta: Balai

Pustaka, 1983, hlm 15. 38 Ibid.,

Page 61: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

47

Saya tahu kamu-kamu melukis biasanya langsung di tempat, meskipun saya tahu juga bisa melukis di rumah selalu peristiwa yang baru atau belum lama kamu lihat atau alami. Tetapi untuk menjaga jangan sampai waktu melukis kamu terganggu oleh orang lain apalagi tentara Belanda, kamu harus hati-hati waktu melukis. Pertama kertas yang kamu lukis harus berukuran kecil-kecil saja. Kedua karena melukis harus mencari tempat yang terlindung, kalau kekurangan alat-alat melukis, apa kertas, apa cat atau pensil, nanti saya kasih. Pokoknya kamu melukis sebebas-bebasnya, jangan pikir kehabisan alat.39 Karya lukis anak-anak ini dibuat reproduksinya dan disusun dalam sebuah

buku, disunting langsung oleh Dullah. Sebagian besar lukisan ini, yang bejumlah

seluruhnya 84 lukisan, adalah lukisan Moh. Toha yang berjumlah 74 buah

sedangkan 10 lukisan lainnya dihasilkan keempat murid lainnya.

Peristiwa pemboman kota Yogyakarta oleh pesawat Belanda menarik

perhatian Moh. Toha, sebanyak 9 lukisan yang saling berkaitan dengan awal

pendudukkan Belanda. Lukisan-lukisan itu berjudul “Bertepatan dengan

menyisingnya fajar di Timur datanglah squadron kapal terbang Belanda dengan

suaranya yang gemuruh terbang melingkari Yogyakarta , Bombarden dimulai,

Sebuah bomber sedang menukik dan mengebom daerah sekip, Kapal terbang

Belanda mengebom benteng ditengah kota Yogyakarta, Iring-iringan cocor merah,

Cocor merah menukik menghanburkan peluru, Pesawat itu terbang rendah, dan

Sebuah bomber.”

39 Ibid, hlm 23.

Page 62: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

48

Gambar 4.8. Moh. Toha., Kapal terbang Belanda melingkari Yogyakarta.

(sumber:Karya Dalam Perjuangan dan Revolusi, Dullah)

Akibat dari pemboman itu menimbulkan akibat-akibat yang sangat

merugikan rakyat, sebagaimana digambarkan dalam lukisan berjudul “Kaca-kaca

jendela rumah hancur akibat getaran pemboman, Getaran pemboman telah

menghancurkan kaca-kaca jendela rumah.”

Page 63: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

49

Gambar 4.9. Sri Suwarno, suasana lenggang kota yogyakarta pada 1 maret 1949.

(sumber:Karya Dalam Perjuangan dan Revolusi, Dullah)

Setelah mengadakan pemboman pesawat-pesawat Belanda menerjunkan

tentara di lapangan terbang Maguwo, sebagaimana digambarkan dalam lukisan

berjudul “Dilapangan terbang Maguwo kapal terbang Belanda menerjunkan

tentara payung, Tentara payung itu sudah hampir tiba di tanah.”

Page 64: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

50

Gambar 4.10.Moh. Toha., Kapal terbang Belanda nenerjunkan tentara payung.

(sumber:Karya Dalam Perjuangan dan Revolusi, Dullah)

Untuk menghambat laju penyerangan terhadap kota Yogyakarta, maka

para pejuang melakukan bumi hangus terhadap obyek-obyek vital, digambarkan

dalam lukisan yang berjudul “Bumi hangus oleh pasukan Republik pada waktu

tentara Belanda menyerbu Yogyakarta, Bangkai kendaraan yang dibumi

hanguskan sendiri oleh pasukan republik di Lempuyangan Yogyakarta”, lukisan

dari Moh. Affandi, “Jembatan Winongo yang dihancurkan oleh pasukan republik

pada waktu tentara Belanda menyerbu kota Yogyakarta,” selain itu lukisan serupa

ternyata dibuat juga oleh F.X. Supono.

Page 65: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

51

Gambar 4.11.Moh. Toha.,Kendaraan yang dibumi hangus oleh pasukan republik di

Lempuyangan. (sumber:Karya Dalam Perjuangan dan Revolusi, Dullah)

Akibat dari pendudukkan Belanda di Yogyakarta maka mengalirlah arus

mengungsi dari kota ke desa, sebagaimana dilukiskan Moh. Toha yaitu “

Penduduk mulai mengungsi meninggalkan kota”, terlihat iring-iringan penduduk

yang mengungsi ke luar kota pada waktu tentara Belanda memasuki kota

Yogyakarta.

Page 66: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

52

Gambar 4.12. Moh. Toha., Iring-iringan penduduk mengungsi keluar kota.

(sumber:Karya Dalam Perjuangan dan Revolusi, Dullah)

Tanggal 1 Maret 1949 pasukan republik melancarkan serangan umum

terhadap kota Yogyakarta. Berbagai momen yang terekam dalam bentuk lukisan,

seperti serbuan pasukan republik, pemakaian atribut “Janur Kuning” bagi para

gerilyawan, pemasangan plakat atau poster perjuangan, pemasangan rintangan dan

sebagainya, yang dituangkan Moh. Toha dalam 9 lukisan, sedangkan Sri Suwarno

sebanyak 2 lukisan.

Page 67: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

53

Gambar 4.13. Sri Sowarno., Pos penjagaan. (sumber:Karya Dalam Perjuangan dan

Revolusi, Dullah)

Babak terakhir dari pendudukan Belanda di Yogyakarta, dituangkan Moh.

Toha dalam lukisannya yang berjudul: Tentara Belanda yang akan meninggalkan

Yogyakarta berkeliling kota dengan kendaraan dan pengeras suara menghasut

penduduk supaya mengungsi, truk-truk konvoy tentara Belanda meninggalkan

Yogyakarta, pasukan republik yang berada diluar kota dan di gunung-gunung

masuk kota Yogyakarta di bawah kekuasaan republik dan Jeep KTN.

Page 68: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

54

Gambar 4.14.Moh. Toha.,Presiden dan wakil presiden ditahan dan diasingkan ke

sumatera. (sumber:Karya Dalam Perjuangan dan Revolusi, Dullah)

Selain lukisan yang dibuat oleh anak asuh Dullah, peristiwa pendudukkan

Belanda juga terekam dalam lukisannya S. Sujojono, berjudul “Setelah Peboman”.

Lukisan ini menggambarkan puing-puing bangunan yang sudah kehilangan

seluruh atapnya dan tinggal beberapa dindingnya yang tegak, dengan bongkaran-

bongkaran yang berserakan di sekitar gedung rusak. Lukisan ini tampak

mengerikan dan selalu mengingatkan siapa pun yang melihatnya akan keganasan

perang.

Selain lukisan-lukisan yang telah disebutkan di depan sebenarnya masih

banyak lagi lukisan yang dibuat oleh para seniman lukis lainnya, seperti: Sudarso

yang membuat lukisan berjudul “Pabrik Senjata”, Kantono Yadokusumo melukis

“Barisan Benteng,” Trubus melukiskan “Gadis Duduk,” S Harijadi melukis

Page 69: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

55

“Biografi II Malioboro,” Hendra Gunawan melukis “Pengantin Revolusi” dan

sebagainya. Lukisan-lukisan perjuangan tersebut menunjukkan keterlibatan

seniman lukis dalam berperan mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945.

Page 70: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

56

BAB V

DAMPAK KARYA-KARYA SENIMAN LUKIS TERHADAP

PERJUANGAN KEMERDEKAAN

Revolusi 1945-1950 dapat dikatakan sebagai perang rakyat semesta,

karena dalam peperangan ini ternyata bukan hanya kedua belah pihak angkatan

bersenjata saja yang berperang. Peperangan saat itu mempunyai sifat fisik yang

semesta, seantero rakyat baik harta dan tenaganya tersedia untuk diolah demi

mencapai kemenangan. Semua sumber yang tersedia digunakan dengan tujuan

untuk mengalahkan lawan, baik angkatan bersenjatanya maupun semua susunan

dan lembaga politik dan sosial ekonominya. Oleh Nasution peperangan tersebut

dinilai sebagai suatu pergolakan yang sekaligus menyangkut sektor militer,

politik, psikologis dan sosial-ekonomi.40

Dalam arti yang umum perang gerilya adalah perang rakyat semesta,

perang militer, sosial-ekonomi dan psikologis. Dengan demikian dapatlah

dikatakan bahwa perang gerilya berarti menghantam musuh dengan serangan

bersenjata dan sabotase. Menurut Lawrence adalah cuma 2% gerilya dan 98%

rakyat yang bersimpati, jadi 2% yang bertempur dan 98% yang membantu, 2%

yang aktif bergerilya dan 98% yang pasif.41

Berangkat dari pemikiran Lawrence, maka dapatlah dikatakan bahwa

bangsa Indonesia tidak bisa melupakan karya-karya seniman terhadap perjuangan

40 A.H. Nasution., “Pokok-pokok Gerilya dan Pertahanan Indonesia di

Masa Lalu dan Yang Akan Datang”, Jakarta: Pembimbingan, 1953, hlm 3. 41 Ibid, hlm. 4.

Page 71: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

57

kemerdekaan. Meski para seniman itu hanya bisa dikategorikan sebagai kelompok

yang bersimpati terhadap perjuangan bangsanya, namun setidaknya mereka telah

berbuat sesuatu untuk perjuangan bangsannya. Di antaranya lewat beberapa hasil

karyanya yang dapat menggugah semangat nasionalisme ataupun perjuangan.

Diproklamirkannya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 disambut

rakyat dengan gembira dan memberi dukungan penuh kemerdekaan itu, tidak

ketinggalan juga para seniman lukis yang ikut ambil bagian dengan mencoret-

coret gerbong kereta api dengan slogan-slogan heroik. Slogan-slogan itu

dituliskan pada dinding-dinding toko atau bangunan yang ditulisi dengan cat

minyak, misalnya: ”Sekali Merdeka Tetap Merdeka, Lebih baik mati daripada

dijajah lagi”. Selain lukisan, ide-ide para seniman juga dituangkan dalam bentuk

poster, misalnya poster yang menggambarkan seorang pemuda yang membawa

bendera merah putih berkibar di belakang kepalanya sambil mengangkat

tangannya yang masih ada borgol rantai putus, sambil meneriakkan “Bung Ayo

Bung”. Poster ini dapat diartikan sebagai suatu ajakkan untuk melawan penjajah,

karena begitu mudah menyentuh hati setiap orang yang melihatnya, sebab corak

lukisannya realistik impresemiomistik, sehingga mempunyai dampak yang besar

dalam membangkitkan semangat juang rakyat.

Sejak awal proklamasi sampai akhir perjuangan, para seniman lukis telah

berhasil melakukan propaganda. Selain itu mereka mengabadikan perjuangan itu

lewat lukisan dan berhasil mendokumentasikannya. Karya yanng dihasilkan

berdasarkan kejadian sesungguhnya yang mereka dapat langsung dari lapangan.

Pendapat ini kiranya dapat dibenarkan dengan adanya dokumentasi lukisan yang

Page 72: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

58

dibuat oleh anak-anak asuh Dullah. Selama Yogyakarta diserbu oleh tentara

Belanda anak-anak didik Dullah sempat merekamnya lewat lukisan sebanyak 84

buah lukisan, gambar-gambar yang dibuat sesuai dengan apa yang dilihat sendiri

oleh mereka, seperti truk-truk konvoi Belanda, pengungsian penduduk, jembatan

hancur, penagkapan terhadap penduduk, pesawat-pesawat terbang Belanda dan

sebagainya. Lukisan-lukisan yang dibuat tersebut pada umumnya menggambarkan

kekejaman yang dilakukan oleh pihak Belanda, sehngga dengan demikian jelaslah

dampaknya membuat rakyat terus ingin berjuang melawan penjajah. Dampak

yang lain adalah lukisan ini dapat mengantisipasi propaganda yang dilakukan oleh

Belanda, sehingga timbul rasa antipati terhadap Belanda dan para pejuang

semakin bersemangat untuk melakukan perlawanan. Menurut Ki Nayono produk

seni mempunyai potensi sangat besar dalam menyemangati rakyat Indonesia

untuk setia berjuang terus dalam suasana derita lahir batin, tetapi cinta pada

Negara Republik Indonesia dengan segala konsekuensi semangat juang yang telah

menjadi kenyataan timbul dan meninggi berkat produk seni.42

Di samping melalui saluran resmi dalam rangka melawan serangan musuh,

maka tidak sedikit poster atau plakat yang dikeluarkan pemerintah pada masa itu.

Poster yang beredar pada masa itu bukanlah poster dengan bahan yang bagus dan

ditulis dalam waktu yang lama, tetapi yang terpenting adalah fungsinya, yaitu

sebagai sarana penyampaian informasi, berhubungan dengan media massa seperti

radio dan surat kabar tidak selalu sampai ke pelosok-pelosok karena keadaan yang

tidak memungkinkan pada masa itu. Bahkan tidak jarang terjadi perang plakat

42 Ki Nayono., Peranan Seniman Dalam Perjuangan Bangsa Indonesia (makalah), Yogyakarta 12 Agustus 1994, hal 3.

Page 73: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

59

dengan pihak musuh, dimana poster yang telah terpasang pada malam harinya,

paginya sudah disobek begitu selanjutnya atau malahan diganti dengan provokasi

oleh pihak musuh. Menurut fungsinya plakat-plakat atau poster ini dapat

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Plakat ditujukan untuk pembinaan kalangan pejuang sendiri.

2. Plakat untuk pembinaan wilayah (masyarakat pada umumnya).

3. Plakat untuk menjawab provokasi lawan.

Page 74: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

60

Sebagai contoh berikut ini akan ditunjukkan plakat 1 untuk pembinaan

kalangan para pejuang.

Gambar 5.1, plakat untuk pembinaan kalangan pejuang.(sumber: Poster-Poster

Perjuangan, Basuki)

Asal benda : Jawatan Penerangan Kabupaten Galar, Kulon Progo.

Ukuran : Panjang 35,5 cm; Lebar 27,5 cm.

Masa : Tanggal 5 Maret 1949.

Diskripsi : Berbentuk empat persegi panjang,terbuat dari kertas tipis,

berwarna kecoklatan karena usia.

Dengan tulisan : Seorang perwira tentara dirayu seorang wanita yang

berhiaskan kalung liontin bermotif jantung hati.

Page 75: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

61

Maksud plakat : Memberi peringatan kepada para pejuang agar tidak

tergoda wanita cantik, karena mungkin mereka mata-mata

sehingga mengendorkan semangat juang atau pencurian

rencana pasukan.

Dari contoh plakat itu ternyata mampu memberikan peringatan kepada

setiap pejuang yang membacanya agar senantiasa berhati-hati dan waspada

terhadap segala bentuk godaan dan rayuan wanita cantik yang dapat meruntuhkan

semangat juang.

Gambar 5.2 Plakat untuk pembinaan wilayah.(sumber: Poster-Poster

Perjuangan,Basuki)

Page 76: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

62

Plakat 2 untuk pembinaan wilayah (masyarakat pada umumnya) Dapat

dilihat pada plakat ini:

Asal benda : Jawatan Penerangan Kabupaten Galur, Kulon Progo.

Ukuran : Panjang 42 cm, lebar 33 cm.

Masa : Di waktu pendudukan Belanda tahun 1948.

Diskripsi : Berbentuk empat persegi panjang, terbuat dari kertas

tipis, berwarna kecoklatan karena waktu.

Dengan tulisan : “Sabda dalem” ditulis warna coklat tua, “sing pada

rukun

lan” ditulis warna coklat muda, “Belanana” ditulis warna

kuning, “Negaramu” ditulis warna merah (perintah sultan,

agar semua bersatu, belalah negaramu).

Gambar poster : Sri Sultan Hamengku buwono mengenakan

pakaian daerah (belangkon dan surjan).

Maksud plakat : Beliau minta agar semua bersatu dan membela negara.

Pada plakat tersebut memberikan dampak yang besar terhadap masyarakat

agar tetap memperkokoh persatuan, kegotong royongan dan keteladanan dalam

membela negara.

Page 77: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

63

Gambar 5.3,Plakat untuk menjawab provokasi lawan. (sumber:Poster-Poster

Perjuangan, Basuki)

Pada plakat 3 adalah poster untuk menangkis provokasi musuh.

Asal benda : Jawatan Penerangan Kabupaten Galur, Kulon Progo.

Ukuran : Panjang 35 cm, lebar 27 cm.

Masa : Tanggal 5 april 1949

Diskripsi : Berbentuk empat persegi panjang, terbuat dari kertas tipis,

berwarna kecoklatan karena waktu.

Page 78: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

64

Dengan tulisan : “Berita tentara Belanda di Jogja”, ditulis besar dengan

warna hitam.

Gambar poster : Tengkorak berderet-deret di kuburan Kristen dengan latar

belakang bendera Belanda berkibar setengah tiang dan

tampak seekor burung gagak di makam.

Maksud plakat : Untuk membalas provokasi Belanda yang membesar –

besarkan berita bahwa para pejuang atau geriliawan yang

gugur, terkesan bahwa tentara Belanda menjadi korban.

Dampak dari plakat-plakat atau poster itu bagi perjuangan kemerdekaan

antara lain plakat yang ditujukan untuk pembinaan dikalangan para pejuang yaitu

agar para pejuang tetap teguh pada pendirian dan tidak goyah oleh bujuk rayu

wanita. Dikuatirkan apabila seorang pejuang tergoda oleh wanita, maka akan

menjadi goyah imannya dan mudah membuka rahasia. Plakat lain digunakan

untuk pembinaan wilayah, dampak yang diharapkan agar masyarakat tetap dalam

mendukung dan membela perjuangan demi berlangsungnya persatuan dan

kesatuan agar selalu terjaga dan tidak mudah dipecah belah oleh musuh. Dampak

dari poster-poster ini sangat efektif, dibuktikan dengan adanya partisipasi dari

seluruh masyarakat khususnya rakyat pedesaan. Dengan kesadaran dan keikhlasan

mereka memberikan logistik pada para pejuang serta rumah-rumah dapat

difungsikan sebagai markas tentara. Selain itu mereka juga rela menjadi kurir dan

mata-mata tentara republik. Terlebih lagi dalam poster pembinaan wilayah ada

gambar Sultan Hamengku Buwono IX, yang jelas pengaruhnya sangat besar di

Page 79: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

65

Yogyakarta. Bagi masyarakat pedesaan Sultan adalah merupakan raja, sedangkan

penduduk adalah kawulah, maka segala perintahnya akan selalu dituruti.

Plakat lain yang berdampak pada perjuangan kemerdekaan yaitu poster

yang mempunyai tujuan untuk menjawab provokasi lawan. Sebagaimana

digambarkan dalam poster “Berita Tentara Belanda di Yogya”, ini mengambarkan

banyaknya tentara Belanda yang meninggal atas kegigihan tentara republik dalam

usaha mempertahankan kemerdekaan. Plakat ini menggandung arti bahwa korban

pertempuran itu tidak hanya dari tentara gerilya saja, melainkan pihak tentara

Belanda juga banyak menjadi korban. Dengan adanya plakat tersebut diharapkan

mental rakyat dan para pejuang tidak menjadi kendor. Kenyataan menunjukkan

bahwa adanya provokasi Belanda tidak menyurutkan perjuangan masyarakat,

selebihnya kampung-kampung dan desa-desa menjadi basis kekuatan gerilya dan

saling bahu-membahu untuk satu tujuan yaitu melawan penjajah.

Demikianlah rasa nasionalisme para seniman sudah tertanam dalam

jiwanya, sehingga jiwa patriot para seniman tidak diragukan lagi. Secara singkat

dapat dijelaskan bahwa :

- Para seniman telah mampu memberikan penerangan-penerangan dan

propaganda ke daerah-daerah.

- Karya-karya seninya dapat menjadi saksi dari kekejaman Belanda dalam

bentuk dokumentasi.

Dampaknya mereka telah mampu menjaga masyarakat untuk tetap setia

pada republik, membangunkan kesadaran masyarakat untuk berjuang maju ke

front depan dengan menjadi anggota laskar serta membangkitkan semangat para

Page 80: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

66

pejuang untuk tetap gigih melawan penjajah. Kondisi ini tetap terjaga karena

tindakan dan kepiawaian para seniman dalam melakukan propaganda dan

penerangan ke daerah-daerah.

Page 81: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

67

BAB VI

KESIMPULAN

Kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamirkan tanggal 17 Agustus

1945, tidak menyurutkan pihak asing, yaitu: NICA dan Sekutu, untuk kembali

menguasai Indonesia. Tanggal 10 Oktober 1945, NICA dan Sekutunya mendarat

di Jakarta. Kedatangan mereka diawali dengan mengibarkan bendera Belanda dan

melakukan kerusuhan serta teror dengan tujuan agar rakyat yang dulu pernah

dikuasainya merasa gentar akan aksi-aksi tersebut.

Situasi tersebut tidak menyurutkan semangat seluruh rakyat Indonesia

untuk tetap mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan darah dan

air mata. Rakyat bersatu bersama dengan semua kelompok masyarakat untuk

mempertahankan semua yang telah diraih, begitu juga dengan kelompok seniman

lukis yang bahu membahu dengan masyarakat dan pejuang ikut andil dalam

situasi tersebut.

Seniman lukis berperan aktif dengan caranya sendiri, yaitu dengan kreatif

menghasilkan karya-karya seni, seperti lukisan, poster dan coretan-coretan

dinding yang memiliki arti untuk membangkitkan semangat juang rakyat.

Walaupun cara yang digunakan tidak seperti orang kebanyakkan yaitu dengan

turun langsung ke garis depan dan mengangkat senjata, tetapi cara ini termasuk

sukses, karena dapat menjangkau masyarakat sampai ke seluruh pelosok seperti

dengan diedarkannya pamflet-pamflet serta yang menggunakan sarana umum

epert gerbong kereta api. Cara ini juga dapat dengan mudah dipahami oleh

Page 82: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

68

khalayak ramai karena gambar yang dibuat juga terkesan sederhana dan

menggambarkan realita yang terjadi pada masa itu.

Meski seniman bisa dikategorikan sebagai kelompok yang bersimpati

terhadap perjuangan bangsa namun mereka telah berbuat sesuatu untuk

perjuangan bangsanya, diantaranya melalui hasil karya yang dapat menggugah

semangat nasionalis atau perjuangan.

Page 83: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

69

DAFTAR PUSTAKA

Ajip Rosidi. 1978. Affandi 70 tahun. Jakarta: Pustaka Jaya. Ajip Rosidi. 1982. S. Sudjojono. Jakarta: Pustaka Jaya. Basuki. 1978. Poster-Poster perjuangan. Yogyakarta: Museum Perjuangan. Ben Anderson., 1988. Revolusi Pemuda. Jakarta: CV. Muliasari. Brita, L.M., 1998. Menguak Luka Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Dullah. 1983. Karya Dalam Peperangan dan Revolusi. Jakarta:Balai Pustaka. --------. 1989. Seniman dan Wartawan Dalam Perjuangan 1942-1950.

Yogyakarta: Masyarakat Sejarawan Indonesia. Gie The Liang., 1976. Filsafat Keindahan, Yogyakarta: Kanisius. Harmoko., 1955. 50 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: PT. Citra Media Persada. Ki Nayono. 1985. Yogya Benteng Proklamasi. Jakarta: Badan Musyawarah

MUSEA. ---------------. 1994. Peranan Seniman Dalam Perjuangan Bangsa Indonesia.

Yogyakarta: Museum Perjuangan. Lapian .A.B. 1985. Semangat 45 Dalam Rekaman Gambar. Jakarta: Sinar

Harapan. Nasution, A.H. 1953. Pokok-Pokok Gerilya Dan Pertahanan Indonesia Di Masa

Lalu Dan Yang Akan Datang. Jakarta. Nooryan Bahari. 2008. Kritik Seni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rosihan Anwar. 1989. Seniman Dan Wartawan Dalam Perjuangan 1942-1950.

Yogyakarta: Masyarakat Sejarawan Indonesia. Sartono Kartodirjo. 1993. Pendekatan Ilmu Soosial Dalam Metodologi Sejarah.

Jakarta: Gramedia. Sudarmadji. 1988. Dullah Raja Realisme Indonesia. Bali: Sanggar Penjeng. Suwarno, P.J. 1994. Hamengku Buwono IX dan Sistem Birokrasi Pemerintahan

Yogyakarta 1942-1972. Yogyakarta: Kanisius.

Page 84: PERJUANGAN SENIMAN LUKIS PADA MASA REVOLUSI ...repository.usd.ac.id/27257/2/014314002_Full[1].pdfPada khususnya seni lukis ini dapat dirasakan juga semangat yang di tampilkan oleh

70

------------. 1994. Yogyakarta Menantang Empat Tahun Berjuang (1946-1949).

Yogyakarta: Museum Benteng. Tashadi. 1986. Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-1949) di DIY. Yogyakarta:

Departemen Pendidikkan dan Kebudayaan. ----------. 1996. Partisipasi Seniman Dalam Perjuangan Kemerdekaan Daerah

Istimewa Yogyakarta. Jakarta: Departemen Pendidikkan dan Kebudayaan. Morghentau. H.J. 1990. Politik Antar Bangsa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Zaini. 1956. Almanak Seni. Jakarta: Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional.