PERILAKU P STADIUM V D NOR Untuk Meme PROG PENDERITA GAGAL GINJAL K DALAM MEMPERTAHANKAN RMAL BUN DAN KREATININ SKRIPSI enuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawa Oleh : Laras Setio Anggraini NIM. S11024 GRAM STUDI S-1 KEPERAWATA STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i KRONIK N KADAR atan AN
136
Embed
PERILAKU PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK STADIUM V …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-larassetio...8. Ns. Agus Kiswanto S.Kep selaku staf perawat unit hemodialisa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERILAKU PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK
STADIUM V DALAM MEMPERTAHANKAN KADAR
NORMAL BUN DAN KREATININ
SKRIPSIUntuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
Laras Setio Anggraini
NIM. S11024
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
PERILAKU PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK
STADIUM V DALAM MEMPERTAHANKAN KADAR
NORMAL BUN DAN KREATININ
SKRIPSIUntuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
Laras Setio Anggraini
NIM. S11024
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
PERILAKU PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK
STADIUM V DALAM MEMPERTAHANKAN KADAR
NORMAL BUN DAN KREATININ
SKRIPSIUntuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
Laras Setio Anggraini
NIM. S11024
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
ii
iiiiiiiii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Perilaku Penderita Gagal Ginjal Kronik Stadium V Dalam
Mempertahankan Kadar Normal Bun Dan Kreatinin”, dalam penyusunan skripsi
ini, peneliti banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Peneliti menyadari
tanpa adanya bimbingan dan dukungan maka kurang sempurna penyelesaian
skripsi ini. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Galih Setia Adi S.Kep.,Ns., M.Kep selaku pembimbing utama yang telah
memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Ns. Meri Oktariani, M.Kep selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan.
5. Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep selaku penguji yang telah memberikan
banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Direktur Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta yang memberikan ijin dan
arahan untuk peneliti dalam melakukan penelitian.
7. Ns. Bagiyo S.Kep selaku kepala unit hemodialisa Rumah Sakit Dr. Moewardi
yang telah membantu dan mengarahkan peneliti selama proses penelitian.
iv
8. Ns. Agus Kiswanto S.Kep selaku staf perawat unit hemodialisa Rumah Sakit
Dr. Moewardi yang telah memberikan banyak masukan selama proses
peneltian.
9. Ns. Rendy Editya Dermawan S.Kep yang telah mengarahkan peneliti dalam
penelitian ini.
10. Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah membantu peneliti.
11. Seluruh partisipan yang telah berkenan menjadi partisipan dalam penelitian
ini dan telah membantu peneliti dalam memberikan informasi.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu dalam penyusunan
skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan, untuk
itu peneliti mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak. Semoga
skripsi penelitian ini dapat memberikan manfaat.
Surakarta, 6 Juli 2015
Laras Setio Anggraini
NIM. S11024
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bapak Suyono dan Ibu Sunarmi, Bapak dan Ibuku tercinta yang tak henti-
hentinya mendoakan dan selalu memberikan dukungan yang besar kepada
peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal.
Mas Gatot dan Mbak Feby yang selalu mendoakan peneliti dan memberikan
dukungan dari jauh kepada peneliti.
Paman Salim dan Bibi Harsi yang selalu mendoakan dan memberikan banyak
nasehat kepada peneliti.
Kakek dan Nenek yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada
peneliti.
Alm. Siti Hawa yang pernah menguatkan peneliti, semoga selalu
mendapatkan tempat yang baik disisi Allah SWT.
Keponakan ku tersayang Ismoyo Budi Utomo, Sekar Indah Pratiwi dan Razqa
Javas Nararya yang selalu memberikan semangat kepada peneliti.
Beny Susilo Satmoko yang selalu memberikan semangat, motivasi dan
dukungan kepada peneliti.
Sahabat ku Siti Muyassaroh dan Suci Mustika Sari terima kasih untuk
kebersamaan empat tahun ini.
Surakarta, 6 Juli 2015
Laras Setio Anggraini
NIM. S11024
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Laras Setio Anggraini
PERILAKU PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK STADIUM VDALAM MEMPERTAHANKAN KADAR NORMAL BUN DAN
KREATININ
Abstrak
Gagal ginjal kronik yang juga disebut penyakit ginjal kronik ditandai olehadanya penurunan fungsi ginjal yang cukup besar, biasanya lebih dari enam bulan.Faktor – faktor yang mempengaruhi pola hidup pada pasien gagal ginjal kronikadalah aktivitas, nutrisi dan latihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperilaku penderita gagal ginjal kronik stadium v dalam mempertahankan kadarnormal BUN dan kreatinin.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologis, sampeldalam penelitian ini adalah delapan informan, tehnik sampling yang digunakanpurposive sampling, data dianalisa dengan menggunakan metode Colaizzi,kemudian data dianalisa dan didapatkan kata kunci, makna dan tema.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan aktivitas dannutrisi pada pasien gagal ginjal kronik yang melakukan hemodialisa satu minggusekali dan satu minggu dua kali.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah didapatkan perbedaan aktivitasinteraksi sosial, rekreasi, keluhan dan alat bantu, perbedaan juga didapatkan padanutrisi yaitu karbohidrat, pada latihan tidak terdapat perbedaan. Hasil penelitianini diharapakan dapat menjadi motivasi bagi informan dan penderita gagal ginjakkronik stadiumv dalam mempertahankan kadar normal BUN dan kreatinin.
Kata kunci : Gagal Ginjal Kronik, Pola Hidup, Aktivitas, Nutrisi, LatihanDaftar Pustaka : 67 (2002-2015)
xvi
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Laras Setio Anggraini
BEHAVIOR OF THE CHRONIC RENAL FAILURE PATIENTS OFLEVEL V IN MAINTAINING THE BUN AND CREATININE NORMAL
LEVEL
ABSTRACT
Chronic renal failure is also called as chronic kidney disease which ischaracterized by sizeable reduction of kidney function, usually for more than 6months. Factors which influence lifestyle of the patient of chronic renal failure areactivity, nutrition, and training. The objective of this research is to investigate thebehavior of the chronic renal failure patients of Level V in maintaining the bunand creatinine normal level.
This research used phenomenological qualitative method. The samples ofresearch consisted of 8 informants and were taken by using the purposivesampling technique. The data of research were analyzed by using the Colaizzi’smethod.
The result of this research shows that there were differences of activitiesand nutrition of the chronic renal failure patients who underwent hemodialysisonce a week and twice a week.
Thus, there were differences in social interaction activities, recreations,complaints and helping tools. In addition there were also differences in nutritionsuch as carbohydrate, but there was not any difference in training. The result ofthis research is expected to motivate the chronic renal failure patients of Level Vin maintaining the BUN and creatinine normal level.
injury, setelah terjadi penyembuhan maka otot akan
menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Salah satu cara
38
yang dapat dilakukan dengan melakukan latihan fisik
(Klinger, 2004).
Latihan fisik didefinisikan sebagai pergerakkan
terencana, terstruktur yang dilakukan untuk memperbaiki
atau memelihara satu atau lebih aspek kebugaran fisik
(Orti, 2010). Latihan fisik penting untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh
secara keseluruhan (Potter & Perry, 2006). Secara umum
tiga metode latihan yang dapat dilakukan pada penderita
dengan penyakit gagal ginjal tahap akhir yaitu program
latihan di pusat rehabilitasi dengan supervisi, program
rehabilitasi latihan di rumah dan program latihan selama
satu jam pertama pada saat dilakukan hemodialisa di unit
hemodialisa (Knapp et al, 2005).
Selama dialisa banyak program latihan fisik yang
dapat dilakukan penderita dengan didukung fasilitas dan
dimonitor oleh tim kesehatan. Latihan fisik yang
dilakukan selama dialisa dapat meningkatkan aliran
darah pada otak dan memperbesar jumlah kapiler serta
memperbesar luas permukaan kapiler sehingga
meningkatkan perpindahan urea dan toksin dari jaringan
ke vaskuler kemudian dialirkan ke dializer atau mesin
hemodialisa. Latihan fisik yang dilakukan meliputi
39
latihan fleksibilitas untuk membantu persendian bekerja
dengan halus dan membantu untuk menekuk sendi,
menyentuh dan memindahkan benda lebih mudah.
Latihan fleksibilitas menggunakan perenggangan otot
halus dan pergerakkan yang lambat. Latihan fleksibilitas
untuk membuat otot menjadi lebih kuat. Latihan
fleksibilitas menggunakan tahanan (beban, elastic band,
atau beban badan penderita sendiri) untuk membuat otot
menjadi lebih keras dan kuat. Latihan atau exercise
(disebut juga aerobik atau latihan ketahanan) ini untuk
jantung, paru dan sirkulasi bekerja secara efisien.
Latihan fleksibilitas mengembangkan daya tahan
sehingga dapat aktif lebih lama tanpa merasa lelah
(Parson & Wayne, 2006).
2.1.5. BUN dan Kreatinin
2.1.5.1. Pengertian
BUN (Blood Urea Nitrogen) adalah hasil metabolisme
protein yang dikeluarkan melalui urine, sedangkan kreatinin
adalah produk akhir dari metabolisme kreatinin. Kreatinin yang
terutama disintesis oleh hati, terdapat hampir semuanya dalam
otot rangka, disana ia terikat secara irrreversibel kepada fosfat
dalam bentuk fosfokreatin, yakni senyawa penyimpan energi.
Reaksi kreatin + fosfat ↔ fosfokreatin bersifat irreversibel pada
40
waktu energi dilepas atau diikat. Sebagian kecil dari kreatin itu
secara irreversibel berubah menjadi kreatin yang tidak
mempunyai fungsi sebagai zat berguna dan adanya dalam darah
beredar hanyalah untuk diangkut ke ginjal. Jumlah kreatinin yang
disusun sebanding dengan massa otot rangka kegiatan otot tidak
banyak mempengaruhi (Mark & Graber, 2005).
2.1.5.2. Nilai Normal
Nilai normal BUN dan kreatinin pada pria dan wanita
tidak ada perbedaan berkisar antara 15-40 (mg/dl), sedangkan
nilai normal kreatininnya berkisar antara 0,5-1,5 (mg/dl)
(Kaliahpan, 2011).
2.1.5.3. Faktor yang Mempengaruhi
Beberapa kegiatan yang berpotensi memberikan efek
negatif antara lain makan berlebihan atau nutrisi yang buruk,
kurang tidur dan istirahat, dan kebersihan pribadi yang buruk.
Seseorang yang tidak memperhatikan komposisi nutrisi yang
terkandung dalam makanan sehari-hari, akan lebih mudah
terserang penyakit dibandingkan yang berhati-hati dalam
mengkonsumsi makanan. Kebiasaan lain yang beresiko
menyebabkan seseorang menderita penyakit yaitu kebiasaan
merokok atau minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan obat.
Stres emosional dapat menjadi faktor risiko bila bersifat berat,
terjadi dalam waktu yang lama atau jika seseorang yang
41
mengalaminya tidak mempunyai koping yang adekuat dapat
meningkatkan peluang terjadinya sakit (Potter & Perry, 2005).
2.2. Kerangka Berfikir
PenyakitPenyakit Penyakit Infeksi
VaskulerTubulointerstitial Peradangan
Hipertensif
Gagal Ginjal Kronik
Stadium IIIStadium IStadium IILFG 30-59 LFG>90
LFG 60-89
KepatuhanPenderita GGK
DukunganKeluarga
Hemodialisa
GangguanJaringan
Ikat
Stadium IVLFG 15-29
GangguanKongenital
dan Herediter
Stadium VLFG <15
- 1x seminggu- 2x seminggu
Pola Hidup
Konsep DiriPenderita
Keterangan :
Diteliti :
Tidak Diteliti :
Kadar normal BUN danKreatinin
Gambar 2.1 skema kerangka berfikir
(Sumber : Price & Wilson, 2005)
41
mengalaminya tidak mempunyai koping yang adekuat dapat
meningkatkan peluang terjadinya sakit (Potter & Perry, 2005).
2.2. Kerangka Berfikir
PenyakitPenyakit Penyakit Infeksi
VaskulerTubulointerstitial Peradangan
Hipertensif
Gagal Ginjal Kronik
Stadium IIIStadium IStadium IILFG 30-59 LFG>90
LFG 60-89
KepatuhanPenderita GGK
DukunganKeluarga
Hemodialisa
GangguanJaringan
Ikat
Stadium IVLFG 15-29
GangguanKongenital
dan Herediter
Stadium VLFG <15
- 1x seminggu- 2x seminggu
Pola Hidup
Konsep DiriPenderita
Keterangan :
Diteliti :
Tidak Diteliti :
Kadar normal BUN danKreatinin
Gambar 2.1 skema kerangka berfikir
(Sumber : Price & Wilson, 2005)
41
mengalaminya tidak mempunyai koping yang adekuat dapat
meningkatkan peluang terjadinya sakit (Potter & Perry, 2005).
2.2. Kerangka Berfikir
PenyakitPenyakit Penyakit Infeksi
VaskulerTubulointerstitial Peradangan
Hipertensif
Gagal Ginjal Kronik
Stadium IIIStadium IStadium IILFG 30-59 LFG>90
LFG 60-89
KepatuhanPenderita GGK
DukunganKeluarga
Hemodialisa
GangguanJaringan
Ikat
Stadium IVLFG 15-29
GangguanKongenital
dan Herediter
Stadium VLFG <15
- 1x seminggu- 2x seminggu
Pola Hidup
Konsep DiriPenderita
Keterangan :
Diteliti :
Tidak Diteliti :
Kadar normal BUN danKreatinin
Gambar 2.1 skema kerangka berfikir
(Sumber : Price & Wilson, 2005)
42
2.3. Fokus Penelitian
Pola AktivitasHemodialisa Seminggu sekali
Pola Nutrisi
Hemodialisa Seminggu dua kaliPola Latihan
Gambar 2.2 skema fokus penelitian
Alasan peneliti melakukan penelitian pada kelompok pasien yang menjalani
hemodialisa satu minggu sekali dan satu minggu dua kali di unit hemodialisa
RSUD Dr. Moewardi dikarenakan hanya ada dua kelompok pasien tersebut yang
menjalani hemodialisa.
2.4. Keaslian Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada kadar normal BUN dan kreatinin penderita gagal
ginjal kronik stadium V di unit hemodialisa RSUD Dr. Moewardi
Tabel 2.2 Keaslian Penelitian
NamaPenelitiSaryonodanHandoyo2006
NurWahidaMakmur2013
Judul Penelitian
Kadar Ureum danKreatinin Darah padaPenderita yangMenjalani TerapiHemodialisa DiRumah Sakit UmumMargono SoekarjoPurwokerto.Pengaruh HemodialisaTerhadap KadarUreum dan KreatininDarah pada PenderitaGagal Ginjal KronikYang MenjalaniHemodialisa Di UnitHemodialisa (Hd)RSUP Dr. WahidinSudirohusodoMakassar.
Berdasarkaan hasil penelitian,kadar ureum rata-rataresponden mengalamipeningkatan di atas normal.
Adanya penurunan ureum dankreatinin setelah hemodialisaakan tetapi tidak semuakembali ke nilai normal. Jaditetap terjadi penurunan tetapikadarnyamasih cukup tinngi(melebihi kadar normal). Jadidari beberapa responden yangmengalami perubahan kadarureum dan kreatinin dalam halini mengalami penurunansetelah hemodialisa.
42
2.3. Fokus Penelitian
Pola AktivitasHemodialisa Seminggu sekali
Pola Nutrisi
Hemodialisa Seminggu dua kaliPola Latihan
Gambar 2.2 skema fokus penelitian
Alasan peneliti melakukan penelitian pada kelompok pasien yang menjalani
hemodialisa satu minggu sekali dan satu minggu dua kali di unit hemodialisa
RSUD Dr. Moewardi dikarenakan hanya ada dua kelompok pasien tersebut yang
menjalani hemodialisa.
2.4. Keaslian Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada kadar normal BUN dan kreatinin penderita gagal
ginjal kronik stadium V di unit hemodialisa RSUD Dr. Moewardi
Tabel 2.2 Keaslian Penelitian
NamaPenelitiSaryonodanHandoyo2006
NurWahidaMakmur2013
Judul Penelitian
Kadar Ureum danKreatinin Darah padaPenderita yangMenjalani TerapiHemodialisa DiRumah Sakit UmumMargono SoekarjoPurwokerto.Pengaruh HemodialisaTerhadap KadarUreum dan KreatininDarah pada PenderitaGagal Ginjal KronikYang MenjalaniHemodialisa Di UnitHemodialisa (Hd)RSUP Dr. WahidinSudirohusodoMakassar.
Berdasarkaan hasil penelitian,kadar ureum rata-rataresponden mengalamipeningkatan di atas normal.
Adanya penurunan ureum dankreatinin setelah hemodialisaakan tetapi tidak semuakembali ke nilai normal. Jaditetap terjadi penurunan tetapikadarnyamasih cukup tinngi(melebihi kadar normal). Jadidari beberapa responden yangmengalami perubahan kadarureum dan kreatinin dalam halini mengalami penurunansetelah hemodialisa.
42
2.3. Fokus Penelitian
Pola AktivitasHemodialisa Seminggu sekali
Pola Nutrisi
Hemodialisa Seminggu dua kaliPola Latihan
Gambar 2.2 skema fokus penelitian
Alasan peneliti melakukan penelitian pada kelompok pasien yang menjalani
hemodialisa satu minggu sekali dan satu minggu dua kali di unit hemodialisa
RSUD Dr. Moewardi dikarenakan hanya ada dua kelompok pasien tersebut yang
menjalani hemodialisa.
2.4. Keaslian Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada kadar normal BUN dan kreatinin penderita gagal
ginjal kronik stadium V di unit hemodialisa RSUD Dr. Moewardi
Tabel 2.2 Keaslian Penelitian
NamaPenelitiSaryonodanHandoyo2006
NurWahidaMakmur2013
Judul Penelitian
Kadar Ureum danKreatinin Darah padaPenderita yangMenjalani TerapiHemodialisa DiRumah Sakit UmumMargono SoekarjoPurwokerto.Pengaruh HemodialisaTerhadap KadarUreum dan KreatininDarah pada PenderitaGagal Ginjal KronikYang MenjalaniHemodialisa Di UnitHemodialisa (Hd)RSUP Dr. WahidinSudirohusodoMakassar.
Berdasarkaan hasil penelitian,kadar ureum rata-rataresponden mengalamipeningkatan di atas normal.
Adanya penurunan ureum dankreatinin setelah hemodialisaakan tetapi tidak semuakembali ke nilai normal. Jaditetap terjadi penurunan tetapikadarnyamasih cukup tinngi(melebihi kadar normal). Jadidari beberapa responden yangmengalami perubahan kadarureum dan kreatinin dalam halini mengalami penurunansetelah hemodialisa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono,
2008). Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif disini sama artinya
dengan faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta hanya menyelidiki
hubungan yang terdapat antara fakta-fakta (Praja, 2005).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil yang
diperoleh dalam penelitian. Pemilihan tempat penelitian harus disesuaikan dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, sehingga tempat ditentukan benar-
benar menggambarkan kondisi informan yang sesungguhnya. Tempat penelitian
adalah tempat interaksi informan dengan lingkungannya yang akan membangun
pengalaman hidupnya (Saryono & Anggraeni, 2010). Penelitian ini akan
dilaksanakan di unit hemodialisa RSUD Dr. Moewardi dan dirumah informan
pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2015.
43
44
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah setiap subyek (misalnya manusia,
penderita) yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam,
2011). Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian atau obyek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh penderita gagal ginjal kronik stadium V yang melakukan
hemodialisa di unit hemodialisa RSUD Dr. Moewardi.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili, dalam mengambil sampel penelitian ini
digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut
sedapat mungkin mewakili populasinya (Notoatmodjo, 2005). Sampel
dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai
narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian.
Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik,
tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
menghasilkan teori (Sugiyono, 2012). Besar sampel dalam penelitian ini
adalah tergantung dari kejenuhan data yang didapat dan diambil dari
kriteria pasien yaitu empat pasien yang menjalani hemodialisa seminggu
satu kali dan empat pasien yang menjalani hemodialisa seminggu dua kali.
45
3.3.3. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu metode pemilihan informan dalam suatu
penelitian dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan
dimasukkan dalam penelitian, dimana informan yang diambil dapat
memberikan informasi yang berharga bagi penelitian (Sutopo, 2006).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Menjalani hemodialisa dengan frekuensi satu sampai dua kali dalam
seminggu.
2. Telah menderita gagal ginjal kronik stadium V selama lebih dari enam
bulan.
3. Mampu berkomunikasi secara verbal dengan baik.
4. Peneliti memilih informan yang bisa berbahasa Indonesia.
5. Penderita gagal ginjal kronik yang kadar BUN dan kreatinin normal
dilihat dari hasil laboratorium terakhir.
Rekruitmen informan dimulai dengan mengidentifikasi nama-nama
informan yang didapatkan di unit hemodialisa RSUD Dr. Moewardi atau
data dari rekam medik. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah
semua penderita penderita gagal ginjal kronik stadium V yang sesuai
dengan kriteria inklusi yang telah dibuat. Fokus penelitian kualitatif adalah
pada kedalaman dan proses sehingga pada penelitin ini hanya melibatkan
jumlah informan yang sedikit. Pertemuan dengan informan dilakukan
secara bertahap (Saryono & Anggraeni, 2010).
46
3.4. Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data
3.4.1 Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini adalah :
1. Lembar alat pengumpul data mengenai nama, usia, alamat
2. Pedoman wawancara dengan menggunakan metode wawancara semi terstruktur
(in dept interview)
3. Handphone
4. Alat tulis
(Sugiyono, 2012)
3.4.2 Pengumpulan Data
Data merupakan faktor penting dalam penelitian, untuk itu
diperlukan teknik tertentu dalam pengumpulan data. Teknik pengumpulan
data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mendekatkan peneliti ke orang-orang
yang ditelitinya dan ke situasi atau lingkungan mereka yang
sebenarnya. Peneliti dapat masuk ke lingkungan yang ditelitinya atau
yang dikenal dengan observasi partisipatif. Observasi ini, peneliti
mengamati peristiwa, kejadian dan sejenisnya disertai dengan daftar
yang perlu diobservasi (Basuki & Sulistiyo, 2010).
2. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik
47
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam (in dept interview). Wawancara mendalam (in dept
interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama. Pedoman wawancara dalam
penelitian ini dibuat sesuai dengan indikator-indikator pola hidup.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
datanya diperoleh dari buku, internet, atau dokumen lain yang
menunjang penelitian yang dilakukan. Dokumen merupakan catatan
mengenai peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang akan dilihat
oleh peneliti antara lain dokumen rekam medik penderita gagal ginjal
kronik di RSUD Dr. Moewardi yang bertujuan untuk mengetahui nama
penderita, usia, alamat, nomor rekam medik, nomor registrasi, nama
penanggung jawab penderita, hasil laboratorium dan lama menjalani
hemodialisa (Sugiyono, 2012).
3.5 Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode fenomenologi
deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit & Back, 2006), metode Colaizzi dinilai
efektif digunakan dalam penelitian ini, dikarenakan dengan metode Colaizzi
48
fenomena-fenomena dapat terungkap dengan jelas sesuai dengan makna-makna
yang didapat. Adapun metode analisa data Colaizzi adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Peneliti menggambarkan fenomena dari pengalaman hidup informan yang
diteliti yaitu mengenai perilaku penderita gagal ginjal kronik stadium V
dalam mempertahankan kadar normal BUN dan kreatinin.
Peneliti mengumpulkan gambaran fenomena informan berupa perbedaan
perilaku penderita gagal ginjal kronik stadium V dalam mempertahankan
kadar normal BUN dan kreatinin.
Peneliti membaca semua protokol atau transkrip untuk mendapatkan perasaan
yang sesuai dari informan dan mengidentifikasi pernyataan informan yang
relevan dan membaca transkrip secara berulang-ulang hingga ditemukan kata
kunci dari pernyataan-pernyataan.
Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan ke dalam tema.
a. Merujuk kelompok tema kedalam transkrip dan protokol asli untuk
memvalidasi.
b. Memperhatikan perbedaan antara satu kelompok dengan kelompok yang
lain dan menghindari perbedaan diantara kelompok tema tersebut.
Peneliti mengintegrasikan hasil kedalam deskripsi lengkap dari fenomena
yang diteliti.
6. Merumuskan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai
pernyataan tegas dan didentifikasi kembali.
49
7. Kembali kepada informan untuk langkah validasi akhir/verifikasi tema-
tema segera setelah proses selesai dilakukan dan peneliti tidak
mendapatkan data tambahan baru selama verifikasi.
(Polit & Back 2006)
3.6 Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman
sejawat, analisis kasus negatif dan member check.
2. Pengujian Transferability
Transferability (validitas eksternal) menunjukkan derajat ketepatan
atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel
tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana
hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi
peneliti naturalistik, nilai transfer bergantung pada peneliti, hingga hasil
penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain.
3. Pengujian Dependability
Uji depenadability dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi
50
peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa
memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji depenability nya. Kalau
proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian
tersebut tidak reliabel atau dependable.
4. Pengujian Confirmability
Penelitian kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji
dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.
Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan
proses yang dilakukan. Hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi
standar confirmability.
(Sugiyono, 2012)
3.7 Etika Penelitian
Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus
diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian.
Penelitian ini sebelum peneliti mendatangi calon informan untuk meminta
kesediaan menjadi informan penelitian peneliti harus melalui beberapa tahap
pengurusan perijinan sebagai berikut :
1. Self Determination
Informan diberikan kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau
tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela. Peneliti
51
memberikan kebebasan kepada informan untuk ikut berpartisipasi. Peneliti
memberikan penjelasan kepada calon informan mengenai tujuan dan manfaat
penelitian yang dilakukan. Peneliti juga menjelaskan bahwa informan yang
mengikuti penelitian tidak dipungut biaya apapun, seluruh biaya sudah
ditanggung peneliti.
2. Informed Consent
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan informan, dengan
memberikan lembar persetujuan (Informed Consent). Informed Consent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilaksanakan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi informan. Tujuan Informed Consent adalah agar
informan mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika
informan bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan,
serta bersedia untuk direkam dan jika informan tidak bersedia maka peneliti
harus menghormati hak informan.
3. Anonimity (tanpa nama)
Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang disajikan.
4. Protections For Discomfort
Selama pengambilan data penelitian, peneliti memberi kenyamanan
pada informan dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan keinginan
informan. Sehingga informan dapat leluasa tanpa ada pengaruh lingkungan
52
untuk mengungkapkan masalah yang dialami. Penelitian ini dilakukan di unit
hemodialisa RSUD Dr. Moewardi dan di rumah informan.
5. Kerahasiaan (Confidentiality)
Merupakan etika dalam penelitian untuk menjamin kerahasiaan dari
hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua
informan yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.
(Polit & Hungler, 2005)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai karakteristik seluruh informan dan
berbagai pengalaman kehidupan pasien dengan gagal ginjal kronik stadium V
yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.
Moewardi, dalam penelitian ini telah ditemukan tema-tema yang memberikan
sebuah gambaran mengenai pola hidup penderita gagal ginjal kronik stadium V
yang menjalani terapi hemodialisa.
4.1. Informan Dengan Hemodialisa Satu Minggu Sekali
A. Aktivitas
1) Interaksi Sosial
Empat informan menyatakan melakukan interaksi sosial dengan tetangga.
Seperti pernyataan berikut :
“...saya dirumah itu ya bermain ditempat tetangga...”(A1 )“...kadang ya main kerumah tetangga nek sore...”(A2 )“...Ngobrol-ngbrol sama tetangga mbak didepan rumah...”(A3 )“...yo ngobrol-ngobrol main kerumah tetangga sebelah...”(A4 )
Rekreasi
Tiga informan menyatakan tiduran merupakan salah satu aktivitas yang
dilakukan dirumah. Seperti pernyataan berikut :
“...tiduran kadang juga...”(A1 )“...Enak e kalok tiduran...”(A2 )“...Tidur...”(A3 )
Satu informan menyatakan istirahat merupakan salah satu aktivitas yang
dilakukan dirumah. Seperti pernyataan berikut :
“...yo istirahat...”(A4 )
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai karakteristik seluruh informan dan
berbagai pengalaman kehidupan pasien dengan gagal ginjal kronik stadium V
yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.
Moewardi, dalam penelitian ini telah ditemukan tema-tema yang memberikan
sebuah gambaran mengenai pola hidup penderita gagal ginjal kronik stadium V
yang menjalani terapi hemodialisa.
4.1. Informan Dengan Hemodialisa Satu Minggu Sekali
A. Aktivitas
1) Interaksi Sosial
Empat informan menyatakan melakukan interaksi sosial dengan tetangga.
Seperti pernyataan berikut :
“...saya dirumah itu ya bermain ditempat tetangga...”(A1 )“...kadang ya main kerumah tetangga nek sore...”(A2 )“...Ngobrol-ngbrol sama tetangga mbak didepan rumah...”(A3 )“...yo ngobrol-ngobrol main kerumah tetangga sebelah...”(A4 )
Rekreasi
Tiga informan menyatakan tiduran merupakan salah satu aktivitas yang
dilakukan dirumah. Seperti pernyataan berikut :
“...tiduran kadang juga...”(A1 )“...Enak e kalok tiduran...”(A2 )“...Tidur...”(A3 )
Satu informan menyatakan istirahat merupakan salah satu aktivitas yang
dilakukan dirumah. Seperti pernyataan berikut :
“...yo istirahat...”(A4 )
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai karakteristik seluruh informan dan
berbagai pengalaman kehidupan pasien dengan gagal ginjal kronik stadium V
yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.
Moewardi, dalam penelitian ini telah ditemukan tema-tema yang memberikan
sebuah gambaran mengenai pola hidup penderita gagal ginjal kronik stadium V
yang menjalani terapi hemodialisa.
4.1. Informan Dengan Hemodialisa Satu Minggu Sekali
A. Aktivitas
1) Interaksi Sosial
Empat informan menyatakan melakukan interaksi sosial dengan tetangga.
Seperti pernyataan berikut :
“...saya dirumah itu ya bermain ditempat tetangga...”(A1 )“...kadang ya main kerumah tetangga nek sore...”(A2 )“...Ngobrol-ngbrol sama tetangga mbak didepan rumah...”(A3 )“...yo ngobrol-ngobrol main kerumah tetangga sebelah...”(A4 )
Rekreasi
Tiga informan menyatakan tiduran merupakan salah satu aktivitas yang
dilakukan dirumah. Seperti pernyataan berikut :
“...tiduran kadang juga...”(A1 )“...Enak e kalok tiduran...”(A2 )“...Tidur...”(A3 )
Satu informan menyatakan istirahat merupakan salah satu aktivitas yang
dilakukan dirumah. Seperti pernyataan berikut :
“...yo istirahat...”(A4 )
53
54
Empat informan menyatakan menonton televisi merupakan aktivitas sehari-
Empat informan menyatakan masih bisa melakukan ibadah solat 5 waktu.
Seperti pernyataan berikut :
“...yang penting satu kita tidak meninggalkan solat 5 waktu...”(A1 )“...kalok waktunya solat ya solat mbak...”(A2 )“...Solat mbak alhamdulillah 5 waktu...”(A3 )“...Yo ibadah mbak, solat kadang ke mesjid...”(A4 )
54
Empat informan menyatakan menonton televisi merupakan aktivitas sehari-
Empat informan menyatakan masih bisa melakukan ibadah solat 5 waktu.
Seperti pernyataan berikut :
“...yang penting satu kita tidak meninggalkan solat 5 waktu...”(A1 )“...kalok waktunya solat ya solat mbak...”(A2 )“...Solat mbak alhamdulillah 5 waktu...”(A3 )“...Yo ibadah mbak, solat kadang ke mesjid...”(A4 )
54
Empat informan menyatakan menonton televisi merupakan aktivitas sehari-
Empat informan menyatakan masih bisa melakukan ibadah solat 5 waktu.
Seperti pernyataan berikut :
“...yang penting satu kita tidak meninggalkan solat 5 waktu...”(A1 )“...kalok waktunya solat ya solat mbak...”(A2 )“...Solat mbak alhamdulillah 5 waktu...”(A3 )“...Yo ibadah mbak, solat kadang ke mesjid...”(A4 )
55
2) Jenis Pekerjaan
Dua informan menyatakan sudah tidak bisa bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...sekarang sudah berhenti bekerja...”(A1 )“...Sudah gak bisa kerja kok mbak...”(A2 )
Satu informan menyatakan bekerja sebagai buruh pabrik. Seperti pernyataan
berikut :
“...Buruh pabrik...”(A3 )
Satu informan menyatakan bekerja sebagai pegawai negeri dan bertani.
Seperti pernyataan berikut :
“...Yo sebagai PNS mestinya, sore jam 4 bertani...”(A4 )
Keluhan Bekerja
Dua informan menyatakan sakit kepala, kelelahan fisik, keterbatasan
ekstremitas dan bengkak sehingga tidak dapat bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...sering pusing, lemes...”(A1 )“...kalok jongkok ndungkruk ndak bisa, faktor perut e kan
membengkak, badan yo rasane lemes...”(A2 )
Dua informan menyatakan tidak ada keluhan yang dirasakan sehingga masih
bisa bekerja. Seperti pernyataan berikut :
“...ndak ada keluhan...”(A3 )“...masih kuat ndak ada keluhan ya kerja...”(A4 )
55
2) Jenis Pekerjaan
Dua informan menyatakan sudah tidak bisa bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...sekarang sudah berhenti bekerja...”(A1 )“...Sudah gak bisa kerja kok mbak...”(A2 )
Satu informan menyatakan bekerja sebagai buruh pabrik. Seperti pernyataan
berikut :
“...Buruh pabrik...”(A3 )
Satu informan menyatakan bekerja sebagai pegawai negeri dan bertani.
Seperti pernyataan berikut :
“...Yo sebagai PNS mestinya, sore jam 4 bertani...”(A4 )
Keluhan Bekerja
Dua informan menyatakan sakit kepala, kelelahan fisik, keterbatasan
ekstremitas dan bengkak sehingga tidak dapat bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...sering pusing, lemes...”(A1 )“...kalok jongkok ndungkruk ndak bisa, faktor perut e kan
membengkak, badan yo rasane lemes...”(A2 )
Dua informan menyatakan tidak ada keluhan yang dirasakan sehingga masih
bisa bekerja. Seperti pernyataan berikut :
“...ndak ada keluhan...”(A3 )“...masih kuat ndak ada keluhan ya kerja...”(A4 )
55
2) Jenis Pekerjaan
Dua informan menyatakan sudah tidak bisa bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...sekarang sudah berhenti bekerja...”(A1 )“...Sudah gak bisa kerja kok mbak...”(A2 )
Satu informan menyatakan bekerja sebagai buruh pabrik. Seperti pernyataan
berikut :
“...Buruh pabrik...”(A3 )
Satu informan menyatakan bekerja sebagai pegawai negeri dan bertani.
Seperti pernyataan berikut :
“...Yo sebagai PNS mestinya, sore jam 4 bertani...”(A4 )
Keluhan Bekerja
Dua informan menyatakan sakit kepala, kelelahan fisik, keterbatasan
ekstremitas dan bengkak sehingga tidak dapat bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...sering pusing, lemes...”(A1 )“...kalok jongkok ndungkruk ndak bisa, faktor perut e kan
membengkak, badan yo rasane lemes...”(A2 )
Dua informan menyatakan tidak ada keluhan yang dirasakan sehingga masih
bisa bekerja. Seperti pernyataan berikut :
“...ndak ada keluhan...”(A3 )“...masih kuat ndak ada keluhan ya kerja...”(A4 )
56
3) Kepuasan Dalam Bekerja
Dua informan menyatakan tidak puas dalam bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...Kalau keadaan sekarang sih keinginannya kerja tapi udah tidakmampu gak seperti dulu lagi....”(A1 )“...Ya ndak puas wong yo sakit gimana lagi, pengen e jalan-jalan...”(A2 )
Dua informan menyatakan puas dalam bekerja. Seperti pernyataan berikut :
“...Ya puas lah...”(A3 )“...Ya sudah begini, puas...”(A4 )
4) Hambatan Ketidakberdayaan Dalam Aktivitas
Dua informan menyatakan hambatan dalam bekerja seperti stres, ekonomi
dan fisik. Seperti pernyataan berikut :
“...pikirannya terlalu tinggi, materi keuangan juga...”(A1 )“...kaki e ini ndak kuat, kaki sakit itu tok...”(A2 )
Dua informan menyatakan tidak ada hambatan dalam bekerja. Seperti
pernyataan berikut :
“...Ndak ada hambatan mbak...”(A3 )“...masih kuat ndak ada hambatan ya kerja...”(A4 )
5) Alat Bantu
Dua informan menyatakan dibantu alat dan keluarga dalam beraktivitas.
Seperti pernyataan berikut :
“...gak berani jalan sendiri mbak jadi pakai bantuan alat kayak krukgitu wolker...”(A1 )“...bapak yang bantuin...”(A2 )
56
3) Kepuasan Dalam Bekerja
Dua informan menyatakan tidak puas dalam bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...Kalau keadaan sekarang sih keinginannya kerja tapi udah tidakmampu gak seperti dulu lagi....”(A1 )“...Ya ndak puas wong yo sakit gimana lagi, pengen e jalan-jalan...”(A2 )
Dua informan menyatakan puas dalam bekerja. Seperti pernyataan berikut :
“...Ya puas lah...”(A3 )“...Ya sudah begini, puas...”(A4 )
4) Hambatan Ketidakberdayaan Dalam Aktivitas
Dua informan menyatakan hambatan dalam bekerja seperti stres, ekonomi
dan fisik. Seperti pernyataan berikut :
“...pikirannya terlalu tinggi, materi keuangan juga...”(A1 )“...kaki e ini ndak kuat, kaki sakit itu tok...”(A2 )
Dua informan menyatakan tidak ada hambatan dalam bekerja. Seperti
pernyataan berikut :
“...Ndak ada hambatan mbak...”(A3 )“...masih kuat ndak ada hambatan ya kerja...”(A4 )
5) Alat Bantu
Dua informan menyatakan dibantu alat dan keluarga dalam beraktivitas.
Seperti pernyataan berikut :
“...gak berani jalan sendiri mbak jadi pakai bantuan alat kayak krukgitu wolker...”(A1 )“...bapak yang bantuin...”(A2 )
56
3) Kepuasan Dalam Bekerja
Dua informan menyatakan tidak puas dalam bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...Kalau keadaan sekarang sih keinginannya kerja tapi udah tidakmampu gak seperti dulu lagi....”(A1 )“...Ya ndak puas wong yo sakit gimana lagi, pengen e jalan-jalan...”(A2 )
Dua informan menyatakan puas dalam bekerja. Seperti pernyataan berikut :
“...Ya puas lah...”(A3 )“...Ya sudah begini, puas...”(A4 )
4) Hambatan Ketidakberdayaan Dalam Aktivitas
Dua informan menyatakan hambatan dalam bekerja seperti stres, ekonomi
dan fisik. Seperti pernyataan berikut :
“...pikirannya terlalu tinggi, materi keuangan juga...”(A1 )“...kaki e ini ndak kuat, kaki sakit itu tok...”(A2 )
Dua informan menyatakan tidak ada hambatan dalam bekerja. Seperti
pernyataan berikut :
“...Ndak ada hambatan mbak...”(A3 )“...masih kuat ndak ada hambatan ya kerja...”(A4 )
5) Alat Bantu
Dua informan menyatakan dibantu alat dan keluarga dalam beraktivitas.
Seperti pernyataan berikut :
“...gak berani jalan sendiri mbak jadi pakai bantuan alat kayak krukgitu wolker...”(A1 )“...bapak yang bantuin...”(A2 )
57
Dua informan menyatakan masih bisa mandiri dalam beraktivitas. Seperti
pernyataan berikut :
“...masih bisa sendiri...”(A3 )“...Tidak masalah bisa-bisa, bisa sendiri...”(A4 )
B. Nutrisi
1) Sayuran
Satu informan menyatakan mengkonsumsi sayur berkuah, penyedap dan
tidak mengkonsumsi sayuran hijau. Seperti pernyataan berikut :
“...nasi sayur bening, sayur yang pake santen atau masakan pakekecap, sayuran hijau tidak boleh mbak...”(A1 )
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi sayuran hijau. Seperti
pernyataan berikut :
“...Paling sawi, kadang yo godong pohong itu...(A2 )“...Ya bayam, ya kangkung, ya daun singkong...”(A3 )“...ya sayur daun telo...”(A4 )
2) Protein Hewani
Dua informan menyatakan mengkonsumsi protein hewani. Seperti
pernyataan berikut :
“...ada pake bandeng atau pake ayam pake abon...”(A1 )“...ayam kampung makan...”(A2 )“...Ayam...”(A3 )“...ayam kampung ya saya makan...”(A4 )
57
Dua informan menyatakan masih bisa mandiri dalam beraktivitas. Seperti
pernyataan berikut :
“...masih bisa sendiri...”(A3 )“...Tidak masalah bisa-bisa, bisa sendiri...”(A4 )
B. Nutrisi
1) Sayuran
Satu informan menyatakan mengkonsumsi sayur berkuah, penyedap dan
tidak mengkonsumsi sayuran hijau. Seperti pernyataan berikut :
“...nasi sayur bening, sayur yang pake santen atau masakan pakekecap, sayuran hijau tidak boleh mbak...”(A1 )
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi sayuran hijau. Seperti
pernyataan berikut :
“...Paling sawi, kadang yo godong pohong itu...(A2 )“...Ya bayam, ya kangkung, ya daun singkong...”(A3 )“...ya sayur daun telo...”(A4 )
2) Protein Hewani
Dua informan menyatakan mengkonsumsi protein hewani. Seperti
pernyataan berikut :
“...ada pake bandeng atau pake ayam pake abon...”(A1 )“...ayam kampung makan...”(A2 )“...Ayam...”(A3 )“...ayam kampung ya saya makan...”(A4 )
57
Dua informan menyatakan masih bisa mandiri dalam beraktivitas. Seperti
pernyataan berikut :
“...masih bisa sendiri...”(A3 )“...Tidak masalah bisa-bisa, bisa sendiri...”(A4 )
B. Nutrisi
1) Sayuran
Satu informan menyatakan mengkonsumsi sayur berkuah, penyedap dan
tidak mengkonsumsi sayuran hijau. Seperti pernyataan berikut :
“...nasi sayur bening, sayur yang pake santen atau masakan pakekecap, sayuran hijau tidak boleh mbak...”(A1 )
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi sayuran hijau. Seperti
pernyataan berikut :
“...Paling sawi, kadang yo godong pohong itu...(A2 )“...Ya bayam, ya kangkung, ya daun singkong...”(A3 )“...ya sayur daun telo...”(A4 )
2) Protein Hewani
Dua informan menyatakan mengkonsumsi protein hewani. Seperti
pernyataan berikut :
“...ada pake bandeng atau pake ayam pake abon...”(A1 )“...ayam kampung makan...”(A2 )“...Ayam...”(A3 )“...ayam kampung ya saya makan...”(A4 )
58
3) Protein Nabati
Empat informan menyatakan mengkonsumsi protein nabati. Seperti
Satu informan menyatakan frekuensi makan satu kali sehari. Seperti
pernyataan berikut :
“...makan pagi, siang, sore ganti menu mbak....”(A1 )
Tiga informan menyatakan makan tiga sampai empat kali sehari. Seperti
pernyataan berikut :
“...3 kali sehari...”(A2 )“...3 sampai 4 kali mbak...”(A3 )“...3 kali mbak...”(A4 )
59
6) Porsi Makan Yang Dilarang
Dua informan menyatakan sedikit mengkonsumsi porsi makan yang
dilarang. Seperti pernyataan berikut :
“...saya makan separoh, makan saya sedikit kok mbak gakberlebihan tapi sering tapi sedikit-sedikit...”(A1 )“...Ndak pengen yo ndak makan, kalok pengen yo sedikit...”(A2 )
Satu informan menyatakan banyak mengkonsumsi porsi makan yang
dilarang. Seperti pernyataan berikut :
“...Gak, makan saja...”(A3 )
Satu informan menyatakan tidak mengkonsumsi porsi makan yang dilarang.
Seperti pernyataan berikut :
“...Yo gak dimakan gitu saja, ada kalau tidak boleh gak sayamakan...”(A4 )
7) Buah-Buahan
Tiga informan menyatakan tidak mengkonsumsi buah-buahan. Seperti
pernyataan berikut :
“...tapi untuk waktu ini buah ndak aku makan...”(A2 )“...Buah tak boleh makan...”(A3 )“...Ini buah-buahan ndak sama sekali ndak konsumsi...”(A4 )
Satu informan menyatakan mengkonsumsi buah-buahan. Seperti pernyataan
berikut :
“...Biasa buah apel ijo yang kecil...”(A1 )
Dua informan menyatakan buah-buahan mengandung banyak air yang tidak
boleh dikonsumsi. Seperti pernyataan berikut :
“...kayak melon terus semangka, belimbing...”(A1 )“...ya melon, semangka..”(A2 )
59
6) Porsi Makan Yang Dilarang
Dua informan menyatakan sedikit mengkonsumsi porsi makan yang
dilarang. Seperti pernyataan berikut :
“...saya makan separoh, makan saya sedikit kok mbak gakberlebihan tapi sering tapi sedikit-sedikit...”(A1 )“...Ndak pengen yo ndak makan, kalok pengen yo sedikit...”(A2 )
Satu informan menyatakan banyak mengkonsumsi porsi makan yang
dilarang. Seperti pernyataan berikut :
“...Gak, makan saja...”(A3 )
Satu informan menyatakan tidak mengkonsumsi porsi makan yang dilarang.
Seperti pernyataan berikut :
“...Yo gak dimakan gitu saja, ada kalau tidak boleh gak sayamakan...”(A4 )
7) Buah-Buahan
Tiga informan menyatakan tidak mengkonsumsi buah-buahan. Seperti
pernyataan berikut :
“...tapi untuk waktu ini buah ndak aku makan...”(A2 )“...Buah tak boleh makan...”(A3 )“...Ini buah-buahan ndak sama sekali ndak konsumsi...”(A4 )
Satu informan menyatakan mengkonsumsi buah-buahan. Seperti pernyataan
berikut :
“...Biasa buah apel ijo yang kecil...”(A1 )
Dua informan menyatakan buah-buahan mengandung banyak air yang tidak
boleh dikonsumsi. Seperti pernyataan berikut :
“...kayak melon terus semangka, belimbing...”(A1 )“...ya melon, semangka..”(A2 )
59
6) Porsi Makan Yang Dilarang
Dua informan menyatakan sedikit mengkonsumsi porsi makan yang
dilarang. Seperti pernyataan berikut :
“...saya makan separoh, makan saya sedikit kok mbak gakberlebihan tapi sering tapi sedikit-sedikit...”(A1 )“...Ndak pengen yo ndak makan, kalok pengen yo sedikit...”(A2 )
Satu informan menyatakan banyak mengkonsumsi porsi makan yang
dilarang. Seperti pernyataan berikut :
“...Gak, makan saja...”(A3 )
Satu informan menyatakan tidak mengkonsumsi porsi makan yang dilarang.
Seperti pernyataan berikut :
“...Yo gak dimakan gitu saja, ada kalau tidak boleh gak sayamakan...”(A4 )
7) Buah-Buahan
Tiga informan menyatakan tidak mengkonsumsi buah-buahan. Seperti
pernyataan berikut :
“...tapi untuk waktu ini buah ndak aku makan...”(A2 )“...Buah tak boleh makan...”(A3 )“...Ini buah-buahan ndak sama sekali ndak konsumsi...”(A4 )
Satu informan menyatakan mengkonsumsi buah-buahan. Seperti pernyataan
berikut :
“...Biasa buah apel ijo yang kecil...”(A1 )
Dua informan menyatakan buah-buahan mengandung banyak air yang tidak
boleh dikonsumsi. Seperti pernyataan berikut :
“...kayak melon terus semangka, belimbing...”(A1 )“...ya melon, semangka..”(A2 )
60
Dua informan menyatakan buah-buahan mengandung kalium yang tidak
boleh dikonsumsi. Seperti pernyataan berikut :
“...pisang, timun..”(A1 )“...pisang ya ndak boleh terus pepaya itu ndak boleh...”(A2 )
8) Minuman
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi air putih. Seperti pernyataan
berikut :
“...kadang-kadang minum air putih...”(A1 )“...minum e air putih sama es batu itu tok...”(A2 )“...minum air putih terus...”(A3 )
Satu informan mengkonsumsi air putih dan mengurangi teh. Seperti
pernyataan berikut :
“...Yang pasti putih, teh nya dikurangi...”(A4 )9) Porsi
Empat informan menyatakan porsi minum yang dikonsumsi setiap hari.
Seperti pernyataan berikut :
“...Saya pokoknya kalau pas pipisnya banyak saya berarti minumbanyak, tapi kalau sedikit saya minumnya lebih sedikit lagi. Sehariitu minimal mungkin anu mbak pipisnya ya sekitar botol aquatanggung itu. Pas makan separoh gelas, nanti siang separoh gelas,sore separuh gelas...”(A1 )“...Saya ndak pernah saya anu saya takar, saya kira-kira sendiripokoknya minum banyak yo wes saya kurangi pokoknya takaransaya minum sedikit ndak banyak-banyak...”(A2 )“...Gak ada batasnya, minum air putih terus. Kalau haus minum,kalau haus minum, kalau ditakar ya satu botol lah...”(A3 )“...Itu yo diatur untuk minumnya, dikurangi ya itu biasanya untukminum satu gelas jadi ya dikurangi menjadi seperempat gelas gitusaya masukkan kedalam botol aqua tanggung...”(A4 )
60
Dua informan menyatakan buah-buahan mengandung kalium yang tidak
boleh dikonsumsi. Seperti pernyataan berikut :
“...pisang, timun..”(A1 )“...pisang ya ndak boleh terus pepaya itu ndak boleh...”(A2 )
8) Minuman
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi air putih. Seperti pernyataan
berikut :
“...kadang-kadang minum air putih...”(A1 )“...minum e air putih sama es batu itu tok...”(A2 )“...minum air putih terus...”(A3 )
Satu informan mengkonsumsi air putih dan mengurangi teh. Seperti
pernyataan berikut :
“...Yang pasti putih, teh nya dikurangi...”(A4 )9) Porsi
Empat informan menyatakan porsi minum yang dikonsumsi setiap hari.
Seperti pernyataan berikut :
“...Saya pokoknya kalau pas pipisnya banyak saya berarti minumbanyak, tapi kalau sedikit saya minumnya lebih sedikit lagi. Sehariitu minimal mungkin anu mbak pipisnya ya sekitar botol aquatanggung itu. Pas makan separoh gelas, nanti siang separoh gelas,sore separuh gelas...”(A1 )“...Saya ndak pernah saya anu saya takar, saya kira-kira sendiripokoknya minum banyak yo wes saya kurangi pokoknya takaransaya minum sedikit ndak banyak-banyak...”(A2 )“...Gak ada batasnya, minum air putih terus. Kalau haus minum,kalau haus minum, kalau ditakar ya satu botol lah...”(A3 )“...Itu yo diatur untuk minumnya, dikurangi ya itu biasanya untukminum satu gelas jadi ya dikurangi menjadi seperempat gelas gitusaya masukkan kedalam botol aqua tanggung...”(A4 )
60
Dua informan menyatakan buah-buahan mengandung kalium yang tidak
boleh dikonsumsi. Seperti pernyataan berikut :
“...pisang, timun..”(A1 )“...pisang ya ndak boleh terus pepaya itu ndak boleh...”(A2 )
8) Minuman
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi air putih. Seperti pernyataan
berikut :
“...kadang-kadang minum air putih...”(A1 )“...minum e air putih sama es batu itu tok...”(A2 )“...minum air putih terus...”(A3 )
Satu informan mengkonsumsi air putih dan mengurangi teh. Seperti
pernyataan berikut :
“...Yang pasti putih, teh nya dikurangi...”(A4 )9) Porsi
Empat informan menyatakan porsi minum yang dikonsumsi setiap hari.
Seperti pernyataan berikut :
“...Saya pokoknya kalau pas pipisnya banyak saya berarti minumbanyak, tapi kalau sedikit saya minumnya lebih sedikit lagi. Sehariitu minimal mungkin anu mbak pipisnya ya sekitar botol aquatanggung itu. Pas makan separoh gelas, nanti siang separoh gelas,sore separuh gelas...”(A1 )“...Saya ndak pernah saya anu saya takar, saya kira-kira sendiripokoknya minum banyak yo wes saya kurangi pokoknya takaransaya minum sedikit ndak banyak-banyak...”(A2 )“...Gak ada batasnya, minum air putih terus. Kalau haus minum,kalau haus minum, kalau ditakar ya satu botol lah...”(A3 )“...Itu yo diatur untuk minumnya, dikurangi ya itu biasanya untukminum satu gelas jadi ya dikurangi menjadi seperempat gelas gitusaya masukkan kedalam botol aqua tanggung...”(A4 )
61
10) Frekuensi
Empat informan menyatakan frekuensi dalam mengkonsumsi cairan. Seperti
pernyataan berikut :
“...Mengatur setiap harinya ya kadang-kadang minum air putih nyakadang-kadang pas makan aja, pas makan separoh gelas, nanti siangseparoh gelas, sore separuh gelas...”(A1 )“...aku pengen e hari panas...”(A2 )“...Kecil itu satu hari...”(A3 )“...satu hari satu malam itu dari jam enam malam sampai jam enampagi...”(A4 )
11) Akibat Mengkonsumsi Larangan Diit
Empat informan menyatakan akibat yang dirasakan apabila melanggar pola
diit. Seperti pernyataan berikut :
“...Lemes...”(A1 )“...Bengkak lagi kakinya, pusing, ndak sesak, kalok minum es jerukitu perut e agak kenceng...”(A2 )“...sesak...”(A3 )“...Menjadi bengkak nya seluruh tubuh tapi tidak sesak...(A4 )
c. Latihan
1) Jenis
Satu informan menyatakan jalan kaki dan berjemur. Seperti pernyataan
berikut :
“...Kalau aku biasane pagi jalan didepan rumah sama itu loh mbaksama berjemur...”(A1 )
Satu informan menyatakan berjemur. Seperti pernyataan berikut :
“...Berjemur...(A2 )
Dua informan menyatakan jalan kaki. Seperti pernyataan berkut :
Empat informan menyatakan frekuensi dalam mengkonsumsi cairan. Seperti
pernyataan berikut :
“...Mengatur setiap harinya ya kadang-kadang minum air putih nyakadang-kadang pas makan aja, pas makan separoh gelas, nanti siangseparoh gelas, sore separuh gelas...”(A1 )“...aku pengen e hari panas...”(A2 )“...Kecil itu satu hari...”(A3 )“...satu hari satu malam itu dari jam enam malam sampai jam enampagi...”(A4 )
11) Akibat Mengkonsumsi Larangan Diit
Empat informan menyatakan akibat yang dirasakan apabila melanggar pola
diit. Seperti pernyataan berikut :
“...Lemes...”(A1 )“...Bengkak lagi kakinya, pusing, ndak sesak, kalok minum es jerukitu perut e agak kenceng...”(A2 )“...sesak...”(A3 )“...Menjadi bengkak nya seluruh tubuh tapi tidak sesak...(A4 )
c. Latihan
1) Jenis
Satu informan menyatakan jalan kaki dan berjemur. Seperti pernyataan
berikut :
“...Kalau aku biasane pagi jalan didepan rumah sama itu loh mbaksama berjemur...”(A1 )
Satu informan menyatakan berjemur. Seperti pernyataan berikut :
“...Berjemur...(A2 )
Dua informan menyatakan jalan kaki. Seperti pernyataan berkut :
Empat informan menyatakan frekuensi dalam mengkonsumsi cairan. Seperti
pernyataan berikut :
“...Mengatur setiap harinya ya kadang-kadang minum air putih nyakadang-kadang pas makan aja, pas makan separoh gelas, nanti siangseparoh gelas, sore separuh gelas...”(A1 )“...aku pengen e hari panas...”(A2 )“...Kecil itu satu hari...”(A3 )“...satu hari satu malam itu dari jam enam malam sampai jam enampagi...”(A4 )
11) Akibat Mengkonsumsi Larangan Diit
Empat informan menyatakan akibat yang dirasakan apabila melanggar pola
diit. Seperti pernyataan berikut :
“...Lemes...”(A1 )“...Bengkak lagi kakinya, pusing, ndak sesak, kalok minum es jerukitu perut e agak kenceng...”(A2 )“...sesak...”(A3 )“...Menjadi bengkak nya seluruh tubuh tapi tidak sesak...(A4 )
c. Latihan
1) Jenis
Satu informan menyatakan jalan kaki dan berjemur. Seperti pernyataan
berikut :
“...Kalau aku biasane pagi jalan didepan rumah sama itu loh mbaksama berjemur...”(A1 )
Satu informan menyatakan berjemur. Seperti pernyataan berikut :
“...Berjemur...(A2 )
Dua informan menyatakan jalan kaki. Seperti pernyataan berkut :
Empat informan menyatakan lama waktu yang digunakan untuk melakukan
latihan. Seperti pernyataan berikut :
“...Kadang-kadang ya sekitar seperempat jam kali...”(A1 )“...Satu jam, jam delapan sampai jam sembilan...”(A2 )“...Dua jam...”(A3 )“...Ya cuma sebentar sebelum berangkat sekolah, habis subuhitu...”(A4 )
3) Efek
Tiga informan menyatakan efek saat melakukan latihan. Seperti pernyataan
berikut :
“...Enak, kayaknya dikaki itu darahnya mengalir-mengalir gituenak...”(A1 )“...Badannya sedap, seger...”(A3 )“...Ya kalau terlalu banyak ya saya kecapekkan juga...”(A4 )
Satu informan menyatakan alasan mengapa tidak pernah berolahraga.
Seperti pernyataan berikut :
“...Ndak pernah olahraga, kakinya kesel rasanya kemengsemua...”(A2 )
Satu informan menyatakan efek yang dirasakan kalau tidak berolahraga.
Seperti pernyataan berikut :
“...Badannya sakit kalau tidak olahraga...”(A3 )4) Waktu
Empat informan menyatakan melakukan latihan pada pagi. Seperti
pernyataan berikut :
“...Setiap pagi setengah enam itu sampai matahari terbit nya itusampai setengah delapan...”(A1 )“...jam delapan sampai jam sembilan...”(A2 )“...Ya tiap pagi, adzan lepas sembahyang shubuh...”(A3 )
62
2) Lama
Empat informan menyatakan lama waktu yang digunakan untuk melakukan
latihan. Seperti pernyataan berikut :
“...Kadang-kadang ya sekitar seperempat jam kali...”(A1 )“...Satu jam, jam delapan sampai jam sembilan...”(A2 )“...Dua jam...”(A3 )“...Ya cuma sebentar sebelum berangkat sekolah, habis subuhitu...”(A4 )
3) Efek
Tiga informan menyatakan efek saat melakukan latihan. Seperti pernyataan
berikut :
“...Enak, kayaknya dikaki itu darahnya mengalir-mengalir gituenak...”(A1 )“...Badannya sedap, seger...”(A3 )“...Ya kalau terlalu banyak ya saya kecapekkan juga...”(A4 )
Satu informan menyatakan alasan mengapa tidak pernah berolahraga.
Seperti pernyataan berikut :
“...Ndak pernah olahraga, kakinya kesel rasanya kemengsemua...”(A2 )
Satu informan menyatakan efek yang dirasakan kalau tidak berolahraga.
Seperti pernyataan berikut :
“...Badannya sakit kalau tidak olahraga...”(A3 )4) Waktu
Empat informan menyatakan melakukan latihan pada pagi. Seperti
pernyataan berikut :
“...Setiap pagi setengah enam itu sampai matahari terbit nya itusampai setengah delapan...”(A1 )“...jam delapan sampai jam sembilan...”(A2 )“...Ya tiap pagi, adzan lepas sembahyang shubuh...”(A3 )
62
2) Lama
Empat informan menyatakan lama waktu yang digunakan untuk melakukan
latihan. Seperti pernyataan berikut :
“...Kadang-kadang ya sekitar seperempat jam kali...”(A1 )“...Satu jam, jam delapan sampai jam sembilan...”(A2 )“...Dua jam...”(A3 )“...Ya cuma sebentar sebelum berangkat sekolah, habis subuhitu...”(A4 )
3) Efek
Tiga informan menyatakan efek saat melakukan latihan. Seperti pernyataan
berikut :
“...Enak, kayaknya dikaki itu darahnya mengalir-mengalir gituenak...”(A1 )“...Badannya sedap, seger...”(A3 )“...Ya kalau terlalu banyak ya saya kecapekkan juga...”(A4 )
Satu informan menyatakan alasan mengapa tidak pernah berolahraga.
Seperti pernyataan berikut :
“...Ndak pernah olahraga, kakinya kesel rasanya kemengsemua...”(A2 )
Satu informan menyatakan efek yang dirasakan kalau tidak berolahraga.
Seperti pernyataan berikut :
“...Badannya sakit kalau tidak olahraga...”(A3 )4) Waktu
Empat informan menyatakan melakukan latihan pada pagi. Seperti
pernyataan berikut :
“...Setiap pagi setengah enam itu sampai matahari terbit nya itusampai setengah delapan...”(A1 )“...jam delapan sampai jam sembilan...”(A2 )“...Ya tiap pagi, adzan lepas sembahyang shubuh...”(A3 )
63
Satu informan menyatakan melakukan latihan pada pagi dan sore hari.
Seperti pernyataan berikut :
“...Tiap pagi, kadang ya anu tiap sore...”(A4 )4.2. Informan Dengan Hemodialisa Dua Minggu Sekali
a. Aktivitas
1) Interaksi Sosial
Tiga informan menyatakan masih melakukan interaksi sosial. Seperti
pernyataan berikut :
“...Ya kadang ikut pengajian kadang pengajian tiap bulanan itu lohdi desa, kampung...”(B1 )“...Sosialisasinya ya dirumah mbak, kalau sore itu ngbrol-ngbrolsama tetangga....”(B3 )“...Di mess, ngobrol sama teman...”(B4 )
Satu informan menyatakan tidak melakukan interaksi sosial karena sakit.
Seperti pernyataan berikut :
“...Saya tidak pernah sosialisasi mbak karena sakit ini, jadinya sayadirumah terus...”(B2 )
Pekerjaan Rumah Tangga
Empat informan menyatakan membersihkan rumah setiap harinya. Seperti
Satu informan menyatakan aktivitas sehari-harinya berolahraga. Seperti
pernyataan berikut :
“...Olahraga...”(B4 )
64
Rekreasi
Dua informan menyatakan istirahat termasuk aktivitas sehari-hari. Seperti
pernyataan berikut :
“...kalau kecapekan ya istirahat...”(B1 )“...kalau merasa lelah ya sudah istirahat duduk...”(B2 )
Satu informan menyatakaren tiduran sebagai aktivitas sehari-hari. Seperti
pernyataan berikut :
“...Iya tiduran...”(B3 )
Satu informan menyatakan jalan-jalan sebagai aktivitas sehari-hari. Seperti
pernyataan berikut :
“...Kadang jalan-jalan...”(B4 )
Ibadah
Empat informan menyatakan masih bisa melakukan ibadah. Seperti
pernyataan berikut :
“...Solat sebisanya mbak soal e kan perut bengkak mau sujud rukususah...”(B1 )“...tidak lupa solat mbak...”(B2 )“...Saya biasa hari minggu ke gereja, sama istri dan anak...”(B3 )“...ibadah mbak solat kalau udah waktunya...”(B4 )
2) Jenis Pekerjaan
Satu informan menyatakan bekerja sebagai wiraswasta. Seperti pernyataan
berikut :
“...biasa bantu suami ditoko kan suami buka toko sandal grosirsandal itu ditoko pulang sore...” (B1 )
64
Rekreasi
Dua informan menyatakan istirahat termasuk aktivitas sehari-hari. Seperti
pernyataan berikut :
“...kalau kecapekan ya istirahat...”(B1 )“...kalau merasa lelah ya sudah istirahat duduk...”(B2 )
Satu informan menyatakaren tiduran sebagai aktivitas sehari-hari. Seperti
pernyataan berikut :
“...Iya tiduran...”(B3 )
Satu informan menyatakan jalan-jalan sebagai aktivitas sehari-hari. Seperti
pernyataan berikut :
“...Kadang jalan-jalan...”(B4 )
Ibadah
Empat informan menyatakan masih bisa melakukan ibadah. Seperti
pernyataan berikut :
“...Solat sebisanya mbak soal e kan perut bengkak mau sujud rukususah...”(B1 )“...tidak lupa solat mbak...”(B2 )“...Saya biasa hari minggu ke gereja, sama istri dan anak...”(B3 )“...ibadah mbak solat kalau udah waktunya...”(B4 )
2) Jenis Pekerjaan
Satu informan menyatakan bekerja sebagai wiraswasta. Seperti pernyataan
berikut :
“...biasa bantu suami ditoko kan suami buka toko sandal grosirsandal itu ditoko pulang sore...” (B1 )
64
Rekreasi
Dua informan menyatakan istirahat termasuk aktivitas sehari-hari. Seperti
pernyataan berikut :
“...kalau kecapekan ya istirahat...”(B1 )“...kalau merasa lelah ya sudah istirahat duduk...”(B2 )
Satu informan menyatakaren tiduran sebagai aktivitas sehari-hari. Seperti
pernyataan berikut :
“...Iya tiduran...”(B3 )
Satu informan menyatakan jalan-jalan sebagai aktivitas sehari-hari. Seperti
pernyataan berikut :
“...Kadang jalan-jalan...”(B4 )
Ibadah
Empat informan menyatakan masih bisa melakukan ibadah. Seperti
pernyataan berikut :
“...Solat sebisanya mbak soal e kan perut bengkak mau sujud rukususah...”(B1 )“...tidak lupa solat mbak...”(B2 )“...Saya biasa hari minggu ke gereja, sama istri dan anak...”(B3 )“...ibadah mbak solat kalau udah waktunya...”(B4 )
2) Jenis Pekerjaan
Satu informan menyatakan bekerja sebagai wiraswasta. Seperti pernyataan
berikut :
“...biasa bantu suami ditoko kan suami buka toko sandal grosirsandal itu ditoko pulang sore...” (B1 )
65
Satu informan menyatakan sudah tidak bisa bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...sekitar empat tahun ini saya sudah tidak aktivitas sama sekalindak kerja...”(B2 )
Dua informan menyatakan sebagai pegawai negeri. Seperti pernyataan
berikut :
“...melatih karawitan digereja, disekolah-sekolahan di kampung-kampung itu kalok malem...”(B3 )“...Di mess TNI...”(B4 )
Keluhan
Empat informan menyatakan keluhan saat beraktivitas. Seperti pernyataan
berikut :
“...Ya capek kalau jalan jauh...”(B1 )“...Capeknya dipunggung karena sakit ginjal terasa capek...”(B2 )“...cuma berapa meter itu nafas itu sudah sesak...”(B3 )“...cepet capek...”(B4 )
3) Kepuasan Dalam Bekerja
Tiga informan menyatakan puas dalam bekerja. Seperti pernyataan berikut :
“...Ya puas disyukuri aja...”(B1 )“...Ya puas...”(B2 )“...Puas mbak karena kerja kan butuh uang untuk menghidupikeluarga...”(B4 )
Satu informan menyatakan belum puas dalam bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...Ya sebetulnya untuk faktor manusiawi ya belum...”(B3 )
65
Satu informan menyatakan sudah tidak bisa bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...sekitar empat tahun ini saya sudah tidak aktivitas sama sekalindak kerja...”(B2 )
Dua informan menyatakan sebagai pegawai negeri. Seperti pernyataan
berikut :
“...melatih karawitan digereja, disekolah-sekolahan di kampung-kampung itu kalok malem...”(B3 )“...Di mess TNI...”(B4 )
Keluhan
Empat informan menyatakan keluhan saat beraktivitas. Seperti pernyataan
berikut :
“...Ya capek kalau jalan jauh...”(B1 )“...Capeknya dipunggung karena sakit ginjal terasa capek...”(B2 )“...cuma berapa meter itu nafas itu sudah sesak...”(B3 )“...cepet capek...”(B4 )
3) Kepuasan Dalam Bekerja
Tiga informan menyatakan puas dalam bekerja. Seperti pernyataan berikut :
“...Ya puas disyukuri aja...”(B1 )“...Ya puas...”(B2 )“...Puas mbak karena kerja kan butuh uang untuk menghidupikeluarga...”(B4 )
Satu informan menyatakan belum puas dalam bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...Ya sebetulnya untuk faktor manusiawi ya belum...”(B3 )
65
Satu informan menyatakan sudah tidak bisa bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...sekitar empat tahun ini saya sudah tidak aktivitas sama sekalindak kerja...”(B2 )
Dua informan menyatakan sebagai pegawai negeri. Seperti pernyataan
berikut :
“...melatih karawitan digereja, disekolah-sekolahan di kampung-kampung itu kalok malem...”(B3 )“...Di mess TNI...”(B4 )
Keluhan
Empat informan menyatakan keluhan saat beraktivitas. Seperti pernyataan
berikut :
“...Ya capek kalau jalan jauh...”(B1 )“...Capeknya dipunggung karena sakit ginjal terasa capek...”(B2 )“...cuma berapa meter itu nafas itu sudah sesak...”(B3 )“...cepet capek...”(B4 )
3) Kepuasan Dalam Bekerja
Tiga informan menyatakan puas dalam bekerja. Seperti pernyataan berikut :
“...Ya puas disyukuri aja...”(B1 )“...Ya puas...”(B2 )“...Puas mbak karena kerja kan butuh uang untuk menghidupikeluarga...”(B4 )
Satu informan menyatakan belum puas dalam bekerja. Seperti pernyataan
berikut :
“...Ya sebetulnya untuk faktor manusiawi ya belum...”(B3 )
66
4) Hambatan Ketidakberdayaan Dalam Aktivitas
Dua informan menyatakan tidak ada hambatan ketidakberdayaan dalam
aktivitas. Seperti pernyataan berikut :
“...Kalau disini ndak pa-pa ya langsung bantu suami nek repotngono...”(B1 )“...Sekarang sudah tidak bekerja mbak jadi tidak adahambatan...(B 2 )
Dua informan menyatakan ada hambatan ketidakberdayaan dalam aktivitas.
Seperti pernyataan berikut :
“...Ya karna kan, ya gimana ya masih punya anak masih tanggungjawab anak itu untuk menyelesaikan tugas, tugas seorang bapak ibukan kalau punya anak kan kalau istilah orang jawa kanngentaske...”(B3 )“...cepet capek...”(B4 )
5) Alat Bantu
Tiga informan menyatakan masih bisa mandiri dalam beraktivitas. Seperti
pernyataan berikut :
“...Bisa sendiri, bisa kok...”(B1 )“...Bisa sendiri, ke kamar mandi bisa sendiri...”(B2 )“...Saya bisa sendiri mbak, kemana-mana saya sendiri...”(B4 )
Satu informan menyatakan menyatakan dibantu keluarga dan mandiri dalam
beraktivitas. Seperti pernyataan berikut :
“...Kalau ibu ada dirumah dibantu, kalau ibu sudah dines ke kantorya sendiri...”(B3 )
66
4) Hambatan Ketidakberdayaan Dalam Aktivitas
Dua informan menyatakan tidak ada hambatan ketidakberdayaan dalam
aktivitas. Seperti pernyataan berikut :
“...Kalau disini ndak pa-pa ya langsung bantu suami nek repotngono...”(B1 )“...Sekarang sudah tidak bekerja mbak jadi tidak adahambatan...(B 2 )
Dua informan menyatakan ada hambatan ketidakberdayaan dalam aktivitas.
Seperti pernyataan berikut :
“...Ya karna kan, ya gimana ya masih punya anak masih tanggungjawab anak itu untuk menyelesaikan tugas, tugas seorang bapak ibukan kalau punya anak kan kalau istilah orang jawa kanngentaske...”(B3 )“...cepet capek...”(B4 )
5) Alat Bantu
Tiga informan menyatakan masih bisa mandiri dalam beraktivitas. Seperti
pernyataan berikut :
“...Bisa sendiri, bisa kok...”(B1 )“...Bisa sendiri, ke kamar mandi bisa sendiri...”(B2 )“...Saya bisa sendiri mbak, kemana-mana saya sendiri...”(B4 )
Satu informan menyatakan menyatakan dibantu keluarga dan mandiri dalam
beraktivitas. Seperti pernyataan berikut :
“...Kalau ibu ada dirumah dibantu, kalau ibu sudah dines ke kantorya sendiri...”(B3 )
66
4) Hambatan Ketidakberdayaan Dalam Aktivitas
Dua informan menyatakan tidak ada hambatan ketidakberdayaan dalam
aktivitas. Seperti pernyataan berikut :
“...Kalau disini ndak pa-pa ya langsung bantu suami nek repotngono...”(B1 )“...Sekarang sudah tidak bekerja mbak jadi tidak adahambatan...(B 2 )
Dua informan menyatakan ada hambatan ketidakberdayaan dalam aktivitas.
Seperti pernyataan berikut :
“...Ya karna kan, ya gimana ya masih punya anak masih tanggungjawab anak itu untuk menyelesaikan tugas, tugas seorang bapak ibukan kalau punya anak kan kalau istilah orang jawa kanngentaske...”(B3 )“...cepet capek...”(B4 )
5) Alat Bantu
Tiga informan menyatakan masih bisa mandiri dalam beraktivitas. Seperti
pernyataan berikut :
“...Bisa sendiri, bisa kok...”(B1 )“...Bisa sendiri, ke kamar mandi bisa sendiri...”(B2 )“...Saya bisa sendiri mbak, kemana-mana saya sendiri...”(B4 )
Satu informan menyatakan menyatakan dibantu keluarga dan mandiri dalam
beraktivitas. Seperti pernyataan berikut :
“...Kalau ibu ada dirumah dibantu, kalau ibu sudah dines ke kantorya sendiri...”(B3 )
67
b. Nutrisi
1) Sayuran
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi berbagai macam sayuran. Seperti
pernyataan berikut :
“...Sayur hijau, daun pohong...”(B1 )“...Setiap hari ya itu dari ubi-ubian itu ya sama sayuran wortel,buncis, jipan...”(B2 )“...Kangkung, daun ketela rambat...”(B3 )
Satu informan menyatakan tidak mengkonsumsi kol dan kangkung. Seperti
pernyataan berikut :
“...Kol, kangkung itu tidak boleh...”(B4 )2) Protein Hewani
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi protein hewani seperti
pernyataan berikut :
“...ikan yo makan, daging telur yo sembarang makan...”(B1 )“...ikan ya ikan laut itu ya itu daging sapi karo ayam kampung
itu...”(B2 )“...diperbanyak putih telur...”(B3 )
Satu informan menyatakan tidak boleh mengkonsumsi daging kambing.
Seperti pernyataan berikut :
“...Kalau lauk ndak ada larangan, seperti daging. Khusus dagingkambing ndak boleh...”(B4 )
3) Protein Nabati
Dua informan menyatakan mengkonsumsi tahu dan tempe. Seperti
pernyataan berikut :
“...ya lauknya ada tahu tempe yo makan...”(B1 )“...Tahu tempe...”(B3 )
67
b. Nutrisi
1) Sayuran
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi berbagai macam sayuran. Seperti
pernyataan berikut :
“...Sayur hijau, daun pohong...”(B1 )“...Setiap hari ya itu dari ubi-ubian itu ya sama sayuran wortel,buncis, jipan...”(B2 )“...Kangkung, daun ketela rambat...”(B3 )
Satu informan menyatakan tidak mengkonsumsi kol dan kangkung. Seperti
pernyataan berikut :
“...Kol, kangkung itu tidak boleh...”(B4 )2) Protein Hewani
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi protein hewani seperti
pernyataan berikut :
“...ikan yo makan, daging telur yo sembarang makan...”(B1 )“...ikan ya ikan laut itu ya itu daging sapi karo ayam kampung
itu...”(B2 )“...diperbanyak putih telur...”(B3 )
Satu informan menyatakan tidak boleh mengkonsumsi daging kambing.
Seperti pernyataan berikut :
“...Kalau lauk ndak ada larangan, seperti daging. Khusus dagingkambing ndak boleh...”(B4 )
3) Protein Nabati
Dua informan menyatakan mengkonsumsi tahu dan tempe. Seperti
pernyataan berikut :
“...ya lauknya ada tahu tempe yo makan...”(B1 )“...Tahu tempe...”(B3 )
67
b. Nutrisi
1) Sayuran
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi berbagai macam sayuran. Seperti
pernyataan berikut :
“...Sayur hijau, daun pohong...”(B1 )“...Setiap hari ya itu dari ubi-ubian itu ya sama sayuran wortel,buncis, jipan...”(B2 )“...Kangkung, daun ketela rambat...”(B3 )
Satu informan menyatakan tidak mengkonsumsi kol dan kangkung. Seperti
pernyataan berikut :
“...Kol, kangkung itu tidak boleh...”(B4 )2) Protein Hewani
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi protein hewani seperti
pernyataan berikut :
“...ikan yo makan, daging telur yo sembarang makan...”(B1 )“...ikan ya ikan laut itu ya itu daging sapi karo ayam kampung
itu...”(B2 )“...diperbanyak putih telur...”(B3 )
Satu informan menyatakan tidak boleh mengkonsumsi daging kambing.
Seperti pernyataan berikut :
“...Kalau lauk ndak ada larangan, seperti daging. Khusus dagingkambing ndak boleh...”(B4 )
3) Protein Nabati
Dua informan menyatakan mengkonsumsi tahu dan tempe. Seperti
pernyataan berikut :
“...ya lauknya ada tahu tempe yo makan...”(B1 )“...Tahu tempe...”(B3 )
68
Dua informan menyatakan tidak mengkonsumsi tahu dan tempe. Seperti
pernyataan berikut :
“...tahu tempe sudah 3 tahun tidak makan...”(B2 )“...Makan tahu tempe gak boleh...”(B4 )
4) Frekuensi
Empat informan menyatakan frekuensi makan sehari-hari. Seperti
pernyataan berikut :
“...makan ya sesukanya sehari tiga kali kadang ya empat kali...(B1 )“...4 kali mbak...”(B2 )“...ya 2 minggu sekali makan kangkung, 2 minggu sekali makan ituapa daun ketela rambat, ya boleh ya kan tahu tempe harus dibatasiseminggu cuma satu kotak itu ya...”(B3 )“...Sehari 3x mbak...”(B4 )
5) Porsi
Satu informan menyatakan tidak membatasi porsi makan. Seperti
pernyataan berikut :
“...makan itu tidak terlalu dibatasi...”(B1 )
Dua informan menyatakan sedikit membatasi porsi makan. Seperti
pernyataan berikut :
“...Ya makan ya kalau pengen walaupun sedikit...”(B2 )“...harus banyak sayuran tapi diperhitungkan, makan itu ndak usahkenyang-kenyang yang penting perutnya isi...”(B3 )
Satu informan menyatakan membatasi porsi makan. Seperti pernyataan
berikut :
“...Ya ndak makan, walaupun pengen...”(B4 )
68
Dua informan menyatakan tidak mengkonsumsi tahu dan tempe. Seperti
pernyataan berikut :
“...tahu tempe sudah 3 tahun tidak makan...”(B2 )“...Makan tahu tempe gak boleh...”(B4 )
4) Frekuensi
Empat informan menyatakan frekuensi makan sehari-hari. Seperti
pernyataan berikut :
“...makan ya sesukanya sehari tiga kali kadang ya empat kali...(B1 )“...4 kali mbak...”(B2 )“...ya 2 minggu sekali makan kangkung, 2 minggu sekali makan ituapa daun ketela rambat, ya boleh ya kan tahu tempe harus dibatasiseminggu cuma satu kotak itu ya...”(B3 )“...Sehari 3x mbak...”(B4 )
5) Porsi
Satu informan menyatakan tidak membatasi porsi makan. Seperti
pernyataan berikut :
“...makan itu tidak terlalu dibatasi...”(B1 )
Dua informan menyatakan sedikit membatasi porsi makan. Seperti
pernyataan berikut :
“...Ya makan ya kalau pengen walaupun sedikit...”(B2 )“...harus banyak sayuran tapi diperhitungkan, makan itu ndak usahkenyang-kenyang yang penting perutnya isi...”(B3 )
Satu informan menyatakan membatasi porsi makan. Seperti pernyataan
berikut :
“...Ya ndak makan, walaupun pengen...”(B4 )
68
Dua informan menyatakan tidak mengkonsumsi tahu dan tempe. Seperti
pernyataan berikut :
“...tahu tempe sudah 3 tahun tidak makan...”(B2 )“...Makan tahu tempe gak boleh...”(B4 )
4) Frekuensi
Empat informan menyatakan frekuensi makan sehari-hari. Seperti
pernyataan berikut :
“...makan ya sesukanya sehari tiga kali kadang ya empat kali...(B1 )“...4 kali mbak...”(B2 )“...ya 2 minggu sekali makan kangkung, 2 minggu sekali makan ituapa daun ketela rambat, ya boleh ya kan tahu tempe harus dibatasiseminggu cuma satu kotak itu ya...”(B3 )“...Sehari 3x mbak...”(B4 )
5) Porsi
Satu informan menyatakan tidak membatasi porsi makan. Seperti
pernyataan berikut :
“...makan itu tidak terlalu dibatasi...”(B1 )
Dua informan menyatakan sedikit membatasi porsi makan. Seperti
pernyataan berikut :
“...Ya makan ya kalau pengen walaupun sedikit...”(B2 )“...harus banyak sayuran tapi diperhitungkan, makan itu ndak usahkenyang-kenyang yang penting perutnya isi...”(B3 )
Satu informan menyatakan membatasi porsi makan. Seperti pernyataan
berikut :
“...Ya ndak makan, walaupun pengen...”(B4 )
69
6) Kepatuhan Diit
Satu informan menyatakan tidak diit. Seperti pernyataan berikut :
“...Tidak memang tidak diet aku...”(B1 )
Tiga informan menyatakan kepatuhannya dalam diit. Seperti pernyataan
Dua informan menyatakan mengkonsumsi buah-buahan. Seperti pernyataan
berikut :
“...paling yo buah seperti jeruk, apel masam, pepaya itu...”(B1 )“...Yang biasa saya konsumsi buah naga, anggur sama apel sekalitempo kates untuk melancarkan BAB nya...”(B3 )
Dua informan menyatakan tidak mengkonsumsi buah-buahan. Seperti
pernyataan berikut :
“...Semua buah ndak boleh...”(B2 )“...Semua macam buah ndak boleh...”(B4 )
8) Minuman
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi air putih. Seperti pernyataan
berikut :
“...air putih tok mbak...”(B1 )“...putih boleh...(B3 )“...minum banyak air putih segar...”(B4 )
69
6) Kepatuhan Diit
Satu informan menyatakan tidak diit. Seperti pernyataan berikut :
“...Tidak memang tidak diet aku...”(B1 )
Tiga informan menyatakan kepatuhannya dalam diit. Seperti pernyataan
Dua informan menyatakan mengkonsumsi buah-buahan. Seperti pernyataan
berikut :
“...paling yo buah seperti jeruk, apel masam, pepaya itu...”(B1 )“...Yang biasa saya konsumsi buah naga, anggur sama apel sekalitempo kates untuk melancarkan BAB nya...”(B3 )
Dua informan menyatakan tidak mengkonsumsi buah-buahan. Seperti
pernyataan berikut :
“...Semua buah ndak boleh...”(B2 )“...Semua macam buah ndak boleh...”(B4 )
8) Minuman
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi air putih. Seperti pernyataan
berikut :
“...air putih tok mbak...”(B1 )“...putih boleh...(B3 )“...minum banyak air putih segar...”(B4 )
69
6) Kepatuhan Diit
Satu informan menyatakan tidak diit. Seperti pernyataan berikut :
“...Tidak memang tidak diet aku...”(B1 )
Tiga informan menyatakan kepatuhannya dalam diit. Seperti pernyataan
Dua informan menyatakan mengkonsumsi buah-buahan. Seperti pernyataan
berikut :
“...paling yo buah seperti jeruk, apel masam, pepaya itu...”(B1 )“...Yang biasa saya konsumsi buah naga, anggur sama apel sekalitempo kates untuk melancarkan BAB nya...”(B3 )
Dua informan menyatakan tidak mengkonsumsi buah-buahan. Seperti
pernyataan berikut :
“...Semua buah ndak boleh...”(B2 )“...Semua macam buah ndak boleh...”(B4 )
8) Minuman
Tiga informan menyatakan mengkonsumsi air putih. Seperti pernyataan
berikut :
“...air putih tok mbak...”(B1 )“...putih boleh...(B3 )“...minum banyak air putih segar...”(B4 )
70
Satu informan menyatakan mengkonsumsi air putih dan teh. Seperti
pernyataan berikut :
“...Air putih, kadang kalau gulanya merasa drop merasa dingin itucuma minum teh anget...”(B2 )
Satu informan menyatakan minum campur - campur. Seperti pernyataan
berikut :
“...anu minumnya tu campur-campur teh boleh, susu boleh...”(B3 )9) Porsi
Dua informan menyatakan porsi minum dibatasi. Seperti pernyataan berikut
:
“...ya dibatasin ya dua gelas air putih...”(B1 )“...tidak boleh lebih dari 4 cangkir ini, dulu gelas sekarang cangkirsatu cangkir ndak saya habiskan saya buang tapi kalok kurang akukurang ya tambah...”(B3 )
Satu informan menyatakan porsi minum yang sedikit. Seperti pernyataan
Tiga informan menyatakan frekuensi minum setiap hari. Seperti pernyataan
berikut :
“...sehari semalam...”(B1 )“...Sehari 2x pagi sama sore, ya pagi paling jam setengahtujuh...”(B3 )“...Setiap hari..”(B4 )
70
Satu informan menyatakan mengkonsumsi air putih dan teh. Seperti
pernyataan berikut :
“...Air putih, kadang kalau gulanya merasa drop merasa dingin itucuma minum teh anget...”(B2 )
Satu informan menyatakan minum campur - campur. Seperti pernyataan
berikut :
“...anu minumnya tu campur-campur teh boleh, susu boleh...”(B3 )9) Porsi
Dua informan menyatakan porsi minum dibatasi. Seperti pernyataan berikut
:
“...ya dibatasin ya dua gelas air putih...”(B1 )“...tidak boleh lebih dari 4 cangkir ini, dulu gelas sekarang cangkirsatu cangkir ndak saya habiskan saya buang tapi kalok kurang akukurang ya tambah...”(B3 )
Satu informan menyatakan porsi minum yang sedikit. Seperti pernyataan
Tiga informan menyatakan frekuensi minum setiap hari. Seperti pernyataan
berikut :
“...sehari semalam...”(B1 )“...Sehari 2x pagi sama sore, ya pagi paling jam setengahtujuh...”(B3 )“...Setiap hari..”(B4 )
70
Satu informan menyatakan mengkonsumsi air putih dan teh. Seperti
pernyataan berikut :
“...Air putih, kadang kalau gulanya merasa drop merasa dingin itucuma minum teh anget...”(B2 )
Satu informan menyatakan minum campur - campur. Seperti pernyataan
berikut :
“...anu minumnya tu campur-campur teh boleh, susu boleh...”(B3 )9) Porsi
Dua informan menyatakan porsi minum dibatasi. Seperti pernyataan berikut
:
“...ya dibatasin ya dua gelas air putih...”(B1 )“...tidak boleh lebih dari 4 cangkir ini, dulu gelas sekarang cangkirsatu cangkir ndak saya habiskan saya buang tapi kalok kurang akukurang ya tambah...”(B3 )
Satu informan menyatakan porsi minum yang sedikit. Seperti pernyataan
Tiga informan menyatakan frekuensi minum setiap hari. Seperti pernyataan
berikut :
“...sehari semalam...”(B1 )“...Sehari 2x pagi sama sore, ya pagi paling jam setengahtujuh...”(B3 )“...Setiap hari..”(B4 )
71
Satu informan menyatakan frekuensi minum dengan cara ditimbang. Seperti
pernyataan berikut :
“...Kan ditimbang, tiap HD ini kan ditimbang nanti turun dari siniberapa terus mau naik itu ditimbang lagi berapa naiknya itu...”(B2 )
Satu informan menyatakan frekuensi minum air putih seminggu 2 kali.
Seperti pernyataan berikut :
“...seminggu 2x minum air tawar air putih...”(B2 )11) Efek Konsumsi Cairan Berlebih
Empat informan mengatakan efek yang ditimbulkan apabila mengkonsumsi
cairan berlebihan. Seperti pernyataan berikut :
“...Bisa bengkak...”(B1 )“...sesak nafasnya...”(B2 )“...cairan tu naik ke paru...”(B3 )“...kalau kelebihan ya sesak dan bengkak mbak...”(B4 )
12) Eliminasi
Empat informan menyatakan eliminasi seperti input dan output. Seperti
pernyataan berikut :
“...Ndak pipis, sudah lama ndak pipis...”(B1 )“...pipisnya juga sering tapi sedikit-sedikit...”(B2 )“...Ya sedikit-sedikit tapi sering kok mbak...”(B3 )“...Pokoknya cairan itu seharusnya pengeluaran dan pemasukkan ituseimbang mbak ndak boleh kelebihan...”(B4 )
13) Akibat Mengkonsumsi Larangan Diit
Empat informan menyatakan akibat mengkonsumsi larangan diit. Seperti
pernyataan berikut :
“...Reaksinya biasa sesek yang pasti sesek napas kadang yowlemes...”(B1 )“...sesak itu...”(B2 )“...buah kates tapi nek terlalu banyak sesak itu...”(B2 )“...sesak juga...”(B4 )
71
Satu informan menyatakan frekuensi minum dengan cara ditimbang. Seperti
pernyataan berikut :
“...Kan ditimbang, tiap HD ini kan ditimbang nanti turun dari siniberapa terus mau naik itu ditimbang lagi berapa naiknya itu...”(B2 )
Satu informan menyatakan frekuensi minum air putih seminggu 2 kali.
Seperti pernyataan berikut :
“...seminggu 2x minum air tawar air putih...”(B2 )11) Efek Konsumsi Cairan Berlebih
Empat informan mengatakan efek yang ditimbulkan apabila mengkonsumsi
cairan berlebihan. Seperti pernyataan berikut :
“...Bisa bengkak...”(B1 )“...sesak nafasnya...”(B2 )“...cairan tu naik ke paru...”(B3 )“...kalau kelebihan ya sesak dan bengkak mbak...”(B4 )
12) Eliminasi
Empat informan menyatakan eliminasi seperti input dan output. Seperti
pernyataan berikut :
“...Ndak pipis, sudah lama ndak pipis...”(B1 )“...pipisnya juga sering tapi sedikit-sedikit...”(B2 )“...Ya sedikit-sedikit tapi sering kok mbak...”(B3 )“...Pokoknya cairan itu seharusnya pengeluaran dan pemasukkan ituseimbang mbak ndak boleh kelebihan...”(B4 )
13) Akibat Mengkonsumsi Larangan Diit
Empat informan menyatakan akibat mengkonsumsi larangan diit. Seperti
pernyataan berikut :
“...Reaksinya biasa sesek yang pasti sesek napas kadang yowlemes...”(B1 )“...sesak itu...”(B2 )“...buah kates tapi nek terlalu banyak sesak itu...”(B2 )“...sesak juga...”(B4 )
71
Satu informan menyatakan frekuensi minum dengan cara ditimbang. Seperti
pernyataan berikut :
“...Kan ditimbang, tiap HD ini kan ditimbang nanti turun dari siniberapa terus mau naik itu ditimbang lagi berapa naiknya itu...”(B2 )
Satu informan menyatakan frekuensi minum air putih seminggu 2 kali.
Seperti pernyataan berikut :
“...seminggu 2x minum air tawar air putih...”(B2 )11) Efek Konsumsi Cairan Berlebih
Empat informan mengatakan efek yang ditimbulkan apabila mengkonsumsi
cairan berlebihan. Seperti pernyataan berikut :
“...Bisa bengkak...”(B1 )“...sesak nafasnya...”(B2 )“...cairan tu naik ke paru...”(B3 )“...kalau kelebihan ya sesak dan bengkak mbak...”(B4 )
12) Eliminasi
Empat informan menyatakan eliminasi seperti input dan output. Seperti
pernyataan berikut :
“...Ndak pipis, sudah lama ndak pipis...”(B1 )“...pipisnya juga sering tapi sedikit-sedikit...”(B2 )“...Ya sedikit-sedikit tapi sering kok mbak...”(B3 )“...Pokoknya cairan itu seharusnya pengeluaran dan pemasukkan ituseimbang mbak ndak boleh kelebihan...”(B4 )
13) Akibat Mengkonsumsi Larangan Diit
Empat informan menyatakan akibat mengkonsumsi larangan diit. Seperti
pernyataan berikut :
“...Reaksinya biasa sesek yang pasti sesek napas kadang yowlemes...”(B1 )“...sesak itu...”(B2 )“...buah kates tapi nek terlalu banyak sesak itu...”(B2 )“...sesak juga...”(B4 )
72
Satu informan menyatakan bengkak akibat mengkonsumsi larangan diit.
Seperti pernyataan berikut :
“...Bengkak mbak kaki bengkak...”(B4 )c. Latihan
1) Jenis
Satu informan menyatakan tidak pernah berolahraga. Seperti pernyataan
berikut :
“...Ndak pernah olahraga aku...”(B1 )
Tiga informan menyatakan jalan-jalan setiap pagi. Seperti pernyataan
berikut :
“...Saya kalau pagi itu jalan-jalan setiap pagi harus jalan-jalan yalari-lari kecil gitu...”(B2 )
“...saya jalan kaki aja sambil berjemur...”(B3 )“...Jalan aja...”(B4 )
2) Efek
Dua informan menyatakan kelelahan fisik setelah latihan. Seperti pernyataan
berikut :
“...kalau berdiri lama saya merasa capek”...(B2 )“...Ya kalau merasa lelah ya sudah istirahat duduk...”(B3 )
Satu informan menyatakan segar setelah latihan. Seperti pernyataan berikut :
“...Ya seger aja...”(B3 )
Satu informan menyatakan sesak setelah latihan. Seperti pernyataan berikut
:
“...Kalau terlalu lama sesak...”(B4 )
72
Satu informan menyatakan bengkak akibat mengkonsumsi larangan diit.
Seperti pernyataan berikut :
“...Bengkak mbak kaki bengkak...”(B4 )c. Latihan
1) Jenis
Satu informan menyatakan tidak pernah berolahraga. Seperti pernyataan
berikut :
“...Ndak pernah olahraga aku...”(B1 )
Tiga informan menyatakan jalan-jalan setiap pagi. Seperti pernyataan
berikut :
“...Saya kalau pagi itu jalan-jalan setiap pagi harus jalan-jalan yalari-lari kecil gitu...”(B2 )
“...saya jalan kaki aja sambil berjemur...”(B3 )“...Jalan aja...”(B4 )
2) Efek
Dua informan menyatakan kelelahan fisik setelah latihan. Seperti pernyataan
berikut :
“...kalau berdiri lama saya merasa capek”...(B2 )“...Ya kalau merasa lelah ya sudah istirahat duduk...”(B3 )
Satu informan menyatakan segar setelah latihan. Seperti pernyataan berikut :
“...Ya seger aja...”(B3 )
Satu informan menyatakan sesak setelah latihan. Seperti pernyataan berikut
:
“...Kalau terlalu lama sesak...”(B4 )
72
Satu informan menyatakan bengkak akibat mengkonsumsi larangan diit.
Seperti pernyataan berikut :
“...Bengkak mbak kaki bengkak...”(B4 )c. Latihan
1) Jenis
Satu informan menyatakan tidak pernah berolahraga. Seperti pernyataan
berikut :
“...Ndak pernah olahraga aku...”(B1 )
Tiga informan menyatakan jalan-jalan setiap pagi. Seperti pernyataan
berikut :
“...Saya kalau pagi itu jalan-jalan setiap pagi harus jalan-jalan yalari-lari kecil gitu...”(B2 )
“...saya jalan kaki aja sambil berjemur...”(B3 )“...Jalan aja...”(B4 )
2) Efek
Dua informan menyatakan kelelahan fisik setelah latihan. Seperti pernyataan
berikut :
“...kalau berdiri lama saya merasa capek”...(B2 )“...Ya kalau merasa lelah ya sudah istirahat duduk...”(B3 )
Satu informan menyatakan segar setelah latihan. Seperti pernyataan berikut :
“...Ya seger aja...”(B3 )
Satu informan menyatakan sesak setelah latihan. Seperti pernyataan berikut
:
“...Kalau terlalu lama sesak...”(B4 )
73
3) Lama Latihan
Tiga informan menyatakan lama latihan yang dilakukan. Seperti pernyataan
berikut :
“...Paling setengah jam masih kuat, paling 10 menit kalau kreatintinggi...”(B2 )“...Paling 30 menit lah...”(B3 )“...gak sampai satu jam mbak...”(B4 )
4) Waktu
Tiga informan menyatakan waktu melakukan latihan. Seperti pernyataan
berikut :
“...setiap pagi...”(B2 )“...kalau matahari sudah terbit ya sekitar jam setengah tujuh lah satujam setengah tujuh sampai setengah delapan...”(B3 )“...Setiap jam lima pagi mbak selesai adzan shubuh kadang sampaijam enam pagi, kadang ya setengah jam saja ndakdipaksakan...”(B4 )
73
3) Lama Latihan
Tiga informan menyatakan lama latihan yang dilakukan. Seperti pernyataan
berikut :
“...Paling setengah jam masih kuat, paling 10 menit kalau kreatintinggi...”(B2 )“...Paling 30 menit lah...”(B3 )“...gak sampai satu jam mbak...”(B4 )
4) Waktu
Tiga informan menyatakan waktu melakukan latihan. Seperti pernyataan
berikut :
“...setiap pagi...”(B2 )“...kalau matahari sudah terbit ya sekitar jam setengah tujuh lah satujam setengah tujuh sampai setengah delapan...”(B3 )“...Setiap jam lima pagi mbak selesai adzan shubuh kadang sampaijam enam pagi, kadang ya setengah jam saja ndakdipaksakan...”(B4 )
73
3) Lama Latihan
Tiga informan menyatakan lama latihan yang dilakukan. Seperti pernyataan
berikut :
“...Paling setengah jam masih kuat, paling 10 menit kalau kreatintinggi...”(B2 )“...Paling 30 menit lah...”(B3 )“...gak sampai satu jam mbak...”(B4 )
4) Waktu
Tiga informan menyatakan waktu melakukan latihan. Seperti pernyataan
berikut :
“...setiap pagi...”(B2 )“...kalau matahari sudah terbit ya sekitar jam setengah tujuh lah satujam setengah tujuh sampai setengah delapan...”(B3 )“...Setiap jam lima pagi mbak selesai adzan shubuh kadang sampaijam enam pagi, kadang ya setengah jam saja ndakdipaksakan...”(B4 )
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Aktivitas
5.1.1. Interaksi Sosial
Kurang bersosialisasi termasuk dalam interaksi sosial pada pasien
gagal ginjal dan dampak dari hemodialisis. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Farida (2010) mengungkapkan bahwa pasien yang menjalani
hemodialisis mengalami perubahan interaksi sosial. Sebelum menjalani
hemodialisis, pasien aktif melakukan aktivitas, seperti bekerja diluar
rumah, namun setelah menjalani hemodialisis aktivitas pasien menjadi
terbatas, pasien lebih banyak dirumah sehingga pola interaksi sosial juga
berubah. Interaksi sosial yang dilakukan informan A pada penelitian ini
didapatkan hasil bahwa ke empat informan masih bisa melakukan
sosialisasi dengan tetangga sekitar rumah seperti main kerumah tetangga
dan ngobrol, sedangkan sosialisasi yang dilakukan oleh informan B tiga
informan menyatakan masih melakukan sosialisasi dengan tetangga
sekitar, paguyuban campursari dan masih bisa mengikuti pengajian di
desa, namun ada satu informan yang sudah tidak bersosialisasi karena
malu dengan sakit yang diderita. Secara garis besar interaksi pada
informan B lebih luas daripada interaksi informan A sebab interaksi sosial
pada informan B masih dapat melakukan interaksi sosial ditingkat
masyarakat seperti paguyuban campursari dan pengajian di desa
74
75
sedangkan informan A hanya berinteraksi sosial pada tingkat keluarga dan
tetangga dekat rumah.
Klien yang menjalani hemodialisis mengalami perubahan dalam
interaksi sosial. Sebelum menjalani hemodialisis, klien aktif melakukan
aktivitas, seperti bekerja diluar rumah, namun setelah menjalani
hemodialisis aktivitas klien menjadi terbatas, klien lebih banyak dirumah,
sehingga pola interaksi sosial juga berubah. Klien lebih banyak
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar rumah. Untuk melakukan
interaksi sosial yang jauh menjadi terbatas, namun menurut pengakuan
partisipan mereka dapat bersosialisasi dilingkungan yang baru, seperti
melakukan sosialisasi di masjid dengan solat berjamaah, interaksi sosial
dengan tetangga yang selama ini hampir tidak bisa dilakukan karena
kesibukkan sehari-hari, sekarang bisa dilakukan (Cahyaningsih, 2010).
Tallis (2005) sebagian dari interaksi orang, melibatkan makan dan
minum sehingga tidak jarang untuk pasien dengan gagal ginjal kronik
untuk mengurangi keterlibatan sosial mereka karena pembatasan makanan
dan minuman yang ketat. Tallis juga mengaitkan asupan nutrisi dengan
pola interaksi sosial. Nutrisi merupakan komponen penting dalam
kehidupan pasien dengan gagal ginjal kronik. Efek samping gangguan
nutrisi adalah hiperkalemia, hiper fosfatemia dan kelebihan cairan.
Masalah sosial lainnya adalah hubungan antara keluarga dan teman-teman,
bahkan untuk melakukan kegiatan rekreasi. Perubahan aspek sosial dapat
disebabkan oleh perubahan fisik atau psikologis. Hal tersebut sesuai
76
dengan hasil penelitian ini yang mana informan mengalami perubahan
dalam proses sosialisasi.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
informan yang menjalani hemodialisis mengalami perubahan interaksi
sosial. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa interaksi sosial pada
informan B lebih baik daripada informan A. Hal ini membuktikan bahwa
pasien yang melakukan hemodialisis dua kali seminggu memiliki interaksi
yang lebih baik dari pasien yang melakukan hemodialisis satu kali
seminggu sebab pada pasien yang melakukan hemodialisis dua kali
seminggu kadar ureum kreatinin lebih dapat terkontrol yang
mengakibatkan kondisi fisik pasien lebih baik sehingga pasien mampu
melakukan interaksi sosial yang luas.
5.1.2. Rekreasi
Berdasarkan wawancara pada informan didapatkan hasil bahwa
rekreasi yang dilakukan oleh informan A antara lain istirahat, menonton
televisi dan tiduran, sedangkan pada informan B dapat melakukan rekreasi
yang lebih luas antara lain jalan-jalan, istirahat, tiduran, menonton televisi
dan berkumpul dengan teman. Dilihat dari jangkauan rekreasi yang
dilakukan oleh informan, pada informan B lebih dapat melakukan rekreasi
dilingkungan masyarakat yang lebih luas seperti jalan-jalan dan berkumpul
bersama teman-teman dilingkungan luar rumah, informan A
mengungkapkan bahwa hanya dapat melakukan rekreasi dilingkungan
rumah seperti menonton televisi, tiduran dan istirahat.
77
Rekreasi pada pasien gagal ginjal biasanya dibatasi oleh stres fisik
dan psikologis, karena bagi sebagian pasien gagal ginjal mengalami
perubahan pada fisik sehingga pasien malu untuk melakukan rekreasi
dengan jarak yang jauh. Pasien lebih nyaman berada dirumah atau sekedar
bersantai bersama keluarga dan orang terdekat (Kastrouni et al, 2010).
Rekreasi dirumah seperti menonton televisi, membaca dan
mendengarkan musik sering dilakukan oleh pasien-pasien gagal ginjal
tahap akhir. Rekreasi berfungsi mengendurkan ketegangan otak untuk
mengalihkan perhatian kepada hal-hal yang menyenangkan (Muhamad et
al, 2011).
Pembahasan diatas menunjukan rekreasi pada pasien gagal ginjal
sangat dipengaruhi oleh perubahan fisik pasien dalam menjalankan
aktivitasnya pada pasien yang memiliki kondisi fisik yang baik masih
dapat berpergian keluar rumah dan dapat melakukan rekreasi diluar rumah
sedangkan pasien yang mengalami perubahan fisik cenderung hanya
melakukan rekreasi didalam rumah seperti tidur, menonton televisi dan
mengobrol dengan tetangga.
5.1.3. Pekerjaan Rumah Tangga
Hasil wawancara tentang pekerjaan rumah tangga yang dapat
dilakukan oleh informan didapatkan hasil seperti yang diungkapkan oleh
informan A pekerjaan rumah tangga yang dilakukan biasanya memasak,
menyuci dan menyapu. Pernyataan yang sama diungkapkan oleh tiga
informan B bahwa pekerjaan rumah tangga yang dilakukan membersihkan
78
rumah, namun salah satu informan B menyebutkan bahwa pekerjaan
sehari-hari dirumah berolahraga.
Data diatas menunjukan bahwa seluruh informan mampu
melakukan aktifitas rumah tangga secara ringan sebab kedua informan
juga mengungkapkan bahwa kurang beraktivitas dapat mengakibatkan
keluhan yang dirasakan pada tubuh seperti rasa lemas dan lelah. Pekerjaan
rumah tangga pada pasien gagal ginjal dapat berupa pekerjaan yang berat
dan pekerjaan ringan. Pekerjaan yang berat misalkan mengangkat beban,
pekerjaan ringan membersihkan rumah. Pasien gagal ginjal kronik dalam
melakukan pekerjaan rumah tangga dibatasi, pasien tidak boleh melakukan
pekerjaan yang berat, pasien boleh melakukan pekerjaan yang ringan
seperti membersihkan rumah (Kastrouni et al, 2010).
Sebab dalam penelitian ini terungkap bahwa pasien yang menjalani
hemodialisis tetap mampu manjalankan aktivitasnya seperti mengerjakan
pekerjaan rumah tangga namun jenis pekerjaan rumah yang dapat
dilakukan oleh pasien tergantung tingkat keadaan fisik individu, semakin
baik keadaan individu maka pasien akan lebih mampu melakukan
pekerjaan rumah tangga lebih berat.
5.1.4 Ibadah
Ungkapan dari empat informan A dan empat informan B
menyatakan bahwa selalu menjalankan ibadah. Keseluruhan dari informan
selalu menjalankan ajaran agama seperti berdoa kepada tuhan untuk
meminta bantuan. Informan selalu mengharapkan dirinya dapat sembuh dan
79
lepas dari tindakan hemodialisis yang dijalaninya saat ini. Kondisi pasien
membuat pasien menjadi lebih meningkat dalam menjalankan ibadah.
Dengan kondisi yang dihadapi, membuat informan lebih giat beribadah dan
berdoa (Farida, 2010).
Informan dalam penelitian ini mengatakan bahwa setelah dinyatakan
gagal ginjal dan mengalami hemodialisis, informan merasakan lebih
bersyukur, karena dengan kondisi saat ini membuat informan lebih dekat
dengan sang pencipta karena masih diberi kesempatan untuk beribadah dan
bertobat. Informan mengatakan kalau seandainya tidak sakit seperti ini,
informan tidak tahu berapa banyak dosanya, karena saat sehat betapa
banyak nikmat yang diberikan Tuhan kepadanya tapi informan tidak
mensyukuri. Kondisi saat ini membuat informan menyadari dan bersyukur
atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan kepadanya, rasa syukur itu
diwujudkan oleh informan dengan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Seseorang akan memperoleh manfaat yang besar ketika seseorang
menggunakan kepercayaannya sebagai kekuatan yang dapat memberikan
dukungan pada kesehatannya. Berdasarkan pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa baik pasien yang menjalani hemodialisis satu kali
seminggu maupun dua kali seminggu tidak memiliki perbedaan dalam
aktifitas beribadah (Potter & Perry, 2005).
5.1.5 Jenis Pekerjaan
Hasil penelitian yang didapatkan dari berbagai jenis pekerjaan
seperti wiraswasta, pegawai negeri, buruh pabrik namun ada informan yang
80
menyatakan sudah berhenti bekerja akibat sakit yang diderita. Dua Informan
A menyatakan sudah tidak bisa bekerja karena sakit yang diderita, dua
informan A masih bisa bekerja sebagai buruh pabrik dan pegawai negeri
karena tidak mengeluhkan apa-apa, sedangkan satu informan B masih bisa
bekerja sebagai wiraswasta, satu informan B sudah tidak bisa bekerja karena
sakit yang diderita dan dua informan B bekerja sebagai pegawai negeri.
Jenis pekerjaan informan tidak dipengaruhi oleh terapi hemodialisis namun
jenis pekerjaan informan lebih dipengaruhi oleh komplikasi gagal ginjal dan
tingkat kemampuan fisik masing-masing informan.
Pekerjaan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup pasien gagal ginjal. Hanya kurang dari setengah dari laki-laki (47,1%)
memiliki pekerjaan profesional atau semiprofesional, (20,7%) yang terampil
atau pekerja semi-terampil, (24,3%) yang tidak terampil atau buruh manual
dan (7,9 %) adalah driver atau pedagang. Pada saat penelitian, (64,6%)
pensiunan. Mengenai wanita, (54,3%) adalah ibu rumah tangga sedangkan
(45,7%) adalah bekerja di luar rumah. Yang terakhir, (62,1%) masih bekerja
pada saat studi. Status pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik
pada pria maupun wanita (Youssef dkk, 2005).
Hal ini disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan di tempat
pekerjaan dengan berbagai suasana lingkungan yang berbeda. Pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa jenis pekerjaan pasien sangat
mempengaruhi penyembuhan pasien, dan pada tema ini tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna tentang jenis pekerjaan yang dimiliki pasien
81
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis satu kali maupun dua kali
seminggu.
5.1.6 Keluhan
Hasil penelitian yang didapatkan dari tema keluhan fisik saat
beraktivitas didapatkan dua informan A mengalami keluhan seperti sakit
kepala, kelelahan fisik, keterbatasan ekstremitas dan bengkak dan dua
informan A tidak merasakan keluhan apa-apa sehingga masih bisa
beraktivitas dengan normal, sedangkan empat informan B menyatakan
keluhan yang dirasakan seperti capek dan sesak nafas. Secara garis besar
informan A merasakan keluhan yang lebih berat daripada informan B seperti
kelelahan fisik, pusing, bengkak dan keterbatasan ekstremitas, sedangkan
informan B merasakan keluhan seperti sesak nafas dan capek saat
melakukan aktivitas yang berat.
Pasien gagal ginjal kronik sebelum menjalani dialisis akan sangat
terganggu aktivitasnya baik untuk bekerja maupun bergaul, juga kesulitan
dalam tidur karena rasa sakit yang dirasakan. Berbagai keluhan fisik
dikeluhkan oleh pasien tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya dan
komplikasi yang menyertai yang tidak sama antara pasien yang satu dengan
pasien lainnya. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pasien
gagal ginjal kronik akan merasakan adanya rasa tidak nyaman, sesak,
edema, nyeri dada, rasa mual atau bahkan muntah, serta kram otot yang
Pasien yang tidak membatasi jumlah asupan cairan maka cairan akan
menumpuk di dalam tubuh dan akan menimbulkan edema di sekitar tubuh
seperti tangan, kaki dan muka. Banyak juga penumpukan cairan terjadi di
rongga perut yang membuat perut disebut asites. Kondisi ini akan membuat
tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung. Penumpukan
cairan juga akan masuk ke paru – paru sehingga membuat pasien mengalami
sesak nafas, karena itulah pasien perlu mengontrol dan membatasi jumlah
asupan cairan yang masuk dalam tubuh. Pembatasan tersebut penting agar
pasien tetap merasa nyaman pada saat sebelum, selama dan sesudah terapi
hemodialisis (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Sari, 2009).
101
Berdasarkan pembahasan tema diatas mematuhi diit sangatlah
penting untuk kelangsungan hidup pasien sebab mengkonsumsi diit yang
dilarang dapat mengakibatkan komplikasi yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup pasien, kepatuhan diit pada pasien gagal ginjal juga
sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pendidikan pasien, bahwa
ada hubungan pengetahuan dengan tingkat kepatuhan diet pada pasien gagal
ginjal kronik.
5.3 Latihan
5.3.1 Jenis
Hasil penelitian yang didapatkan dari empat informan A menyatakan
bahwa setiap pagi dan sore hari melakukan latihan fisik seperti berjalan kaki
dan berjemur, sedangkan tiga informan B menyatakan bahwa setiap pagi
melakukan latihan fisik seperti lari-lari kecil, berjalan kaki dan berjemur,
alasan informan melakukan latihan fisik agar dapat mengeluarkan keringat
secara maksimal dan untuk melancarkan peredaran darah. Ada satu
informan B yang tidak melakukan latihan fisik dengan alasan setiap pagi
selalu menyapu rumah, menurut informan menyapu rumah sudah termasuk
dalam latihan fisik karena saat menyapu rumah informan jalan-jalan. Secara
keseluruhan tidak ada perbedaan pada kedua kelompok informan karena
kedua kelompok informan setiap pagi dan sore hari melakukan latihan fisik
seperti lari-lari kecil, jalan kaki dan berjemur.
Latihan yang dilakukan secara teratur dan sesuai menjadi bagian
yang penting dalam mempertahankan kesehatan dan menjadi salah satu
102
bagian program rehabilitasi dan terapi penyakit kronis. Tubuh yang sehat
dan bugar akan membuat seseorang menjadi lebih baik. Pasien gagal ginjal
kronik penting untuk melakukan latihan yang disesuaikan dengan kondisi
secara teratur. Latihan fisik secara teratur menjadi salah satu bagian dari
program terapi dan rehabilitasi pada pasien penyakit ginjal tahap akhir.
Latihan ringan hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak
menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau ketahanan (endurance).
Contoh latihan ringan seperti berjalan kaki, jogging, dan berjemur dengan
menggerakkan sedikit ekstremitas untuk menghasilkan keringat (Knap et al,
2005).
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
latihan fisik pada pasien gagal ginjal sangatlah penting dan pada dasarnya
semua pasien telah malakukan latihan fisik secara ringan. Latihan fisik yang
dilakukan bukan dipengaruhi frekuensi hemodialisis yang dijalani namun
lebih dipengaruhi oleh kemauan dan kemampuan individu.
5.3.2 Lama
Hasil penelitian yang didapatkan dari tiga informan A menyatakan
lama latihan lebih dari 30 menit dan satu informan A hanya melakukan
latihan sekitar 20 menit, sedangkan tiga informan B melakukan latihan lebih
dari 30 menit, satu informan B hanya melakukan latihan sekitar 20 menit.
Keseluruhan informan menyatakan bahwa latihan fisik yang dilakukan lebih
dari 30 menit dan kurang dari 20 menit. Latihan fisik efektif dilakukan
minimal 30 sampai 45 menit secara umum (Knap et al, 2005). Untuk latihan
103
pada pasien gagal ginjal kronik program latihan dilakukan antara 20 sampai
30 menit apabila pasien gagal ginjal kronik mengalami obesitas maka
latihan dilakukan selama 20 sampai 60 menit (Djoko Pekik, 2004). Hasil
penelitian diatas menunjukan bahwa lama melakukan latihan fisik dapat
dipengaruhi oleh kemampuan individu pada dasarnya kebutuhan latihan
fisik pada pasien hemodialisis baik yang menjalani hemodialisis satu kali
seminggu atau dua kali seminggu memiliki kebutuhan latihan yang sama.
5.3.3 Efek
Hasil penelitian yang didapatkan dari tiga informan A menyatakan
perasaan nyaman setelah melakukan latihan, satu informan A menyatakan tidak
pernah berolahraga, sedangkan satu informan B menyatakan nyaman setelah
melakukan olahraga seperti jalan kaki, tiga informan B menyatakan apabila
terlalu lama berolahraga akan menjadi sesak. Keseluruhan informan melakukan
olahraga, setelah berolahraga kedua informan mengungkapkan efek yang
dirasakan seperti segar dan nyaman, ada juga informan yang mengungkapkan
efek terlalu lama berolahraga akan mengakibatkan sesak.
Jalan kaki, aktifitas sederhana yang sudah semakin ditinggalkan karena
tuntutan hidup serba cepat yang difasilitasi oleh pesatnya perkembangan
teknologi. Namun kenyataannya, jalan kaki memiliki banyak manfaat yang
tidak kita sadari. Manfaat jalan kaki selain berperan dalam peningkatan derajat
kesehatan, berjalan kaki juga secara tidak langsung berpengaruh dalam
kehidupan sosial masyarakat. Dengan berjalan kaki secara reguler akan
membuat tubuh anda merasa nyaman karena adanya gerakan yang terjadi pada
tubuh, termasuk pergerakan tangan dan yang paling utama adalah kaki (Djoko
104
Pekik, 2004). Efek yang dirasakan pasien yang melakukan latihan fisik secara
rutin dan teratur dapat menimbulkan efek positif bagi pasien namun jika pasien
apabila latihan fisik yang dilakukan berlebihan dapat menimbulkan komplikasi
seperti sesak nafas dan kelelahan fisik. Efek yang timbul akibat latihan fisik
yang dilakukan oleh informan A maupun B tidak memiliki perbedaan yang
signifikan sebab rata-rata seluruh merasakan nyaman setelah melakukan latihan
fisik.
5.3.4 Waktu
Hasil penelitian yang didapatkan dari empat informan A dan empat
informan B menyatakan melakukan olahraga dipagi hari. Melakukan latihan
dipagi hari pada pasien gagal ginjal sangat dianjurkan sebab dapat
menimbulkan berbagai efek positif bagi pasien, melancarkan peredaran
darah dan mencegah kekakuan sendi akibat terapi hemodialisis yang
dialami, pada kasus komplikasi gagal ginjal seperti hipertensi dan diabetes
latihan jalan kaki dipagi hari dapat membakar kalori dan melancarkan
peredaran darah.
Pasien gagal ginjal kronik yang memiliki komplikasi diabetes
militus waktu yang paling baik untuk melakukan olahraga jalan kaki
disarankan pada pagi hari untuk menghindari terjadinya penurunan kadar
gula terlalu rendah saat berjalan kaki. Berjalan kaki pada pasien gagal ginjal
yang memiliki komplikasi biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum
sarapan, hal tersebut didasarkan hasil studi yang telah diterbitkan dalam The
Journal of Physiology, 2012.
105
Berdasarkan pembahasan tersebut latihan dipagi hari tidak terdapat
teori khusus yang menyatakan keharusan namun pada pasien yang
mengalami komplikasi akibat gagal ginjal latihan pagi hari sangatlah
bermanfaat bagi pasien. Hasil pembahasan tema ini juga menampilkan fakta
bahwa pasien yang menjalani hemodialisis satu kali maupun dua kali tidak
memiliki perbedaan yang berarti, perbedaan latihan pada pasien gagal ginjal
lebih dipengaruhi oleh komplikasi yang dialami.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah
didapat mengenai tema-tema yang telah dianalisa. Kesimpulan akan menjelaskan dan
menjawab dari tujuan-tujuan khusus dan masalah-masalah yang sudah dirumuskan.
Selain itu, pada bab ini akan dijelaskan mengenai saran-saran bagi institusi yang
bersangkutan.
6.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, maka simpulan yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
6.1.1 Pola aktivitas pada pasien gagal ginjal kronik yang melakukan
hemodialisa adalah interaksi sosial dan rekreasi, dimana pasien
berinteraksi dengan lingkungan sekitar rumah dan diluar lingkungan
rumah, selain berinteraksi dan berekreasi pasien juga masih bisa
melakukan ibadah dirumah maupun di masjid. Pekerjaan rumah tangga
seperti membersihkan rumah masih bisa dilakukan pasien gagal ginjal
kronik. Jenis pekerjaan pasien gagal ginjal kronik bermacam-macam ada
yang bekerja sebagai wiraswasta, buruh pabrik dan pegawai negeri,
namun ada beberapa pasien yang sudah tidak bekerja karena keluhan
yang dirasakan seperti kelelahan fisik dan keterbatasan ekstremitas.
Pasien yang masih memiliki pekerjaan menyatakan kepuasaan dalam
bekerja karena dapat menghidupi keluarga, ada beberapa pasien yang
106
107
menggunakan alat bantu dalam beraktivitas karena keterbatasan
ekstremitas. Beberapa aktivitas tersebut terdapat perbedaan, perbedaan
yang didapatkan antara lain pada aktivitas interaksi sosial, rekreasi,
keluhan dan alat bantu. Perbedaan yang terjadi karena keterbatasan fisik
pada informan A lebih besar dari keterbatasan fisik informan B.
6.1.2 Pola nutrisi pada pasien yang melakukan hemodialisa adalah sayuran,
beberapa pasien masih mengkonsumsi sayuran hijau dan sayuran
berkuah, selain sayuran pasien juga mengkonsumsi protein dan
karbohidrat. Pasien yang mengkonsumsi protein dan karbohidrat ada yang
membatasi dan ada yang tidak membatasi. Pasien yang membatasi
karbohidrat adalah pasien yang melakukan hemodialisa dua kali
seminggu karena pasien memiliki komplikasi diabetes militus. Frekuensi
makan pasien gagal ginjal rata-rata tiga sampai empat kali sehari. Pasien
gagal ginjal dilarang mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung
kalium dan yang mengandung banyak cairan, apabila pasien
mengkonsumsi maka akan menimbulkan efek seperti sesak dan edema.
Jenis cairan yang dikonsumsi pasien ginjal juga bermacam-macam seperti
air putih, air jeruk dan teh manis, pasien yang mengkonsumsi teh manis
adalah pasien yang kadar gula darahnya masih kurang. Porsi dalam
mengkonsumsi cairan juga dibatasi karena pada pasien gagal ginjal tidak
boleh mengkonsumsi cairan yang berlebihan. Akibat mengkonsumsi
larangan diit pasien akan edema dan sesak. Perbedaan yang didapatkan
108
pada pola nutrisi adalah karbohidrat karena pada informan B cenderung
membatasi karbohidrat dengan alasan memiliki riwayat diabetes militus
dan resiko obesitas, sedangkan pada informan A tidak membatasi
karbohidrat.
6.1.3 Pola latihan pada pasien gagal ginjal kronik yang melakukan hemodialisa
adalah jenis latihan dimana jenis latihan yang dilakukan adalah berjemur
dan berjalan kaki, lama latihan yang dilakukan pasien gagal ginjal
biasanya 30 menit sampai dengan satu jam, waktu yang digunakan untuk
latihan biasanya pagi hari. Pasien menyatakan efek dari latihan yang
dirasakan segar dan nyaman dibadan. Tidak terdapat perbedaan pada pola
latihan pasien hemodialisa satu kali seminggu dan dua kali seminggu.
6.2 SARAN
6.2.1 Informan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi
informan untuk memperbaiki pola hidup yang salah dalam
mempertahankan kadar normal BUN dan kreatinin.
6.2.2 Penderita Gagal Ginjal Kronik Lain
Bagi penderita gagal ginjal kronik diharapkan penelitian ini dapat
membantu memberikan informasi mengenai pola hidup yang benar dalam
hal aktivitas, nutrisi dan latihan sehingga perilaku yang dijalani menjadi
lebih baik.
109
6.2.3 RSUD Dr. Moewardi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan dalam praktik
layanan keperawatan khususnya kepada penderita gagal ginjal kronik
stadium V dalam mempertahankan kadar normal BUN dan kreatinin.
6.2.4
6.2.5
Perawat Unit Hemodialisa
Bagi perawat unit hemodialisa hendaknya memberikan pendidikan
kesehatan untuk pasien dan keluarga agar pasien dan keluarga dapat
mengetahui bagaimana pola hidup yang benar dalam mempertahankan
kadar normal BUN dan kreatinin.
Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan acuan dalam mata kuliah gawat darurat untuk
mengetahui perilaku penderita gagal ginjal kronik stadium V dalam
mempertahankan kadar normal BUN dan kreatinin.
6.2.6 Peneliti Lain
Bagi peneliti selanjutnya bisa dilakukan penelitian pola hidup
penderita gagal ginjal kronik stadium V dalam pembatasan asupan nutrisi
dan cairan, peneliti selanjutnya juga bisa dilakukan dengan metode
penelitian kuantiatif.
110
6.2.7 Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan ilmu
pengetahuan tentang kegawatdaruratan gagal ginjal kronik stadium V
dalam mempertahankan kadar normal BUN dan kreatinin.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M, Z. (2008). Korelasi antara Kadar Oxygen Delivery Dengan Length ofStay pada Pasien Cedera Kepala Sedang, Program Pendidikan Bedah DasarBagian Bedah FK Unpad.
Arikunto, Suharsimi,. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik(Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta.
Baulch, I. (2010). Assessment and management of pain in the paediatric patient.Nursing Standard.
Black, M. J., & Hawks, H.J. (2009). Medical Surgical Nursing ClinicalManagement for Positive Outcomes. 8 th Edition. St Louis Missouri: ElsevierSaunders.
Brooker, C. (2005). Ensiklopedia Keperawatan (Churchill Livingstone’s MiniEncyclopediaOf Nursing 1” Editing ). Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth’s. (2004). Textbook of Medical Surgical Nursing, Lippincott:Williams & Wilkins.
Bustan, M, N. (200). Epidemologi penyakit tidak menular. Rineka Cipta, Jakarta.
Corwin, E, J. (2009). Handbook Of Pathophysiology,3 rd Ed. Jakarta : EGC.
Dahlan, S, M., (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif,Bivariat, dan Multivariat. Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika.
Damanik, R, P. (2011). Karakteristik Penderita Cidera Kepala Akibat KecelakaanLalulintas Darat Rawat Inap Di RSUD DR. H. Kumpulan Pane TebingTinggi Tahun 2010-201. Fakultas Kesehatan Masyarakan UniversitasSumatra Utara.
Deem, S. (2006). Management of Acute Brain Injury and Associated RespiratoryIssues, Symposium Papers, Journal Respiratory Care.
Dewanto, G. Suwodo, W, J. Riyanto, B. Turana, Y. (2009). Panduan PraktisDiagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC.
Downey, L.V. (2009). The Effects of Deep Breathing Training on PainManagement in The Emergency Department. Southern Medical Journal,(102), 688-692.
Geng, A., & Ikiz, A. (2009). Effect of Deep Breathing Exercises on oxygenatipnafter head and neck surgery. Elsevier Mosby.
Grace, P, A & Neil, R, B. (2007). At Glance Ilmu Bedah. Jakarta : PT. GeloraAksara Pratama.
Hanley & belfus. (2008). Emergency Nurcing Secrets. Jakarta : EGC.
Hickey, V.J. (2004). The Clinical Practice Of Neurological and NeurosurgicalNursing, 4 th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Hidayat, A,. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.Surabaya : Salemba.
Jerath, R., Edry, J.W., Barnes, V.A., Jerath, V. (2006). Physiology of longpranayamic breathing : Neural respiratory elements may provide amechanism that explains how slow deep breathing shifts the autonomicnervous system, Medical Hypothesis.
Ktistmas, Sheren., (2015). Slow Deep Breathing Dalam Menurunkan Skala NyeriKepala Pada Penderita Hipertensi. Skripsi. Universitas Pelita HarapanTanggerang.
Larsson, B., & Jane, C. (2004). Relaxation Treatment of Adolescent HeadacheSufferers : Results From a School-Based Replication Series, diakses tanggal18 desember.2014http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=5&hid=111&sid=76de80e5-5527-4f6d,.
Li, Liu & Herr, (2007), Post Operatif Pain Intensity Assessment: A Comparison
Of Four Scale In Chinese Adult. Diunduh Tanggal 19 Desember 2014 Dari
Lusiyawati (2009). Asuhan Keperawatan Pada Nn. S Dengan Cedera KepalaRingan Di Bangsal Flamboyan Rsud Pandan Arang Boyolali. Karya TulisIlmiah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Machfoed, M Hassan., (2010). Konsensus Nasional III, Diagnostik danPenatalaksanaan Nyeri Kepala, Kelompok Studi Nyeri Kepala. Surabaya :Airlangga University Press.
Madikians, A., & Giza, C.C. (2006). A Clinician’s Guide to the Pathophysiologyof Traumatic Brain Injury. Indian Journal of Neurotrauma.
Martini, F. (2006). Fundamentals of Anatomy & Physiology. Seventh Edition,Pearson, Benjamin Cummings.
Miller, Corol, A. (2009). Nursing For Wellness In Older Adults. China.
Nasution. E.S.(2010). Karakteristik Cedera Kepala Akibat Kecelakaan LaluLintas. http://repository.usu.ac.id/bitstream, diakses tanggal 20 Juni 2015
Notoadmojo, Soekidlo,. (2005), Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta.
Nurfaise. (2012). Hubungan Derajat Cidera Kepala Dan Gambaran Ct ScanPada Penderita Cidera Kepala Di RSU DR. Soedarso Periode Mei-Juli2012. Universitas Tanjungpura.
Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Dan IlmuKeperawatan Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen PenelitianKeperawatan. Jakarta : Salemba Medika .
Oktalina, lidia., (2014) Pemberian slow deep breathing terhadap penurunanintensitas nyeri pada asuhan keperawatan Ny.s dengan pasca CA.BULIDiruang mawar RSUD Dr. Moewardi Surakarta. KTI. Prodi D IIIKeperawatan Stikes Kusuma Husada.
Potter, A.P., & Perry, A. (2006). Fundamentals of Nursing. 6 th Edition. St. LouisMissouri: Mosby-Year Book, Inc.
Rola, Fasti., (2006). Hubungan Konsep Diri Dengan Motivasi Berprestasi BagiRemaja. Universitas Sumatra Utara.
Santoso, Singgih,. (2010). Statistik Parametrik. Jakarta : Pt Elex MediaKomputindo
Soertidewi L, Misbach J, Sjahrir H, Hamid A, Jannis J, Bustami M, editors.(2006). Konsensus nasional penanganan trauma kapitis dan trauma spinal.Jakarta : Perdossi.
Soertidewi L, Misbach J, Sjahrir H, Hamid A, Jannis J, Bustami M, editors.(2006). Konsensus nasional penanganan trauma kapitis dan trauma spinal.Jakarta : Perdossi.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta.
Syamsuddin, A. (2009). Efektifitas Terapi Relaksasi Napas Dalam denganBermain Meniup Baling-baling untuk menurunkan tingkat nyeri pada anakpost perawatan luka operasi di dua Rumah Sakit di Banda Aceh, NanggoeAceh Darussalam. Tesis: Tidak dipublikasikan.
Tarwoto. (2011). Pengaruh Latihan Slow Deep Breathing Terhadap IntensitasNyeri Kepala Akut Pada Pasien Cedera Kepala Ringan. UniversitasIndonesia.
Umar, Husein,. (2005). Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama.
Velkumary, G.K.P.S., & Madanmohan. (2004). Effect of Short-term Practice ofBreathing Exercise on Autonomic Function in Normal Human Volunteers.Indian Journal Respiration.
Wagner AK. (2006). Conducting research in TBI: current concepts and issues. In:Zasler ND, Katz DI, Zafonte RD. Brain Injury Medicine. New York: DemosMedical Publishing.
Wijayasakti, R. (2009), Glasgow Coma Scale (GCS) dengan Keluhan NyeriKepala Pasca Trauma pada Pasien Cedera Kepala di Rumah Sakit PKUMuhammadiyah Karanganyar, Skripsi, Fakultas Kedokteran UniversitasMuhammadiyah Surakarta.
Zainuddin, Siti Z. (2013), Hubungan Amnesia Post Trauma Kepala DenganGangguan Neurobehavior Pada Penderita Cidera Kepala Ringan DanSedang, Universitas Hasanudin.