PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA TERHADAP PILWAKO TANJUNGPINANG 2012 (Masyarakat Etnis Tionghoa di Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang) KARYA ILMIAH Oleh : Izuwanto NIM. 100565201219 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
36
Embed
PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA …jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/KARYA_ILMIAH_IZUWANTO_NIM.-1005… · to the parties concerned and document data obtained from the ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA TERHADAP
PILWAKO TANJUNGPINANG 2012
(Masyarakat Etnis Tionghoa di Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang)
KARYA ILMIAH
Oleh :
Izuwanto
NIM. 100565201219
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
ABSTRAK
Penyusunan skripsi ini berkaitan dengan prilaku pemilih masyarakat etnis
tionghoa senggarang dalam Pilwako Tanjungpinang 2012 di Kelurahan
Senggarang Kecamatan Tanjungpinang Kota yang tidak memilih kandidat yang
sama. Pemilihan kandidat berdasarkan kesamaan suku dan etnis tergolong
kedalam solidaritas mekanik.
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat kualitatif yang bertujuan untuk
mengetahui faktor apakah yang menyebabkan kandidat dari Etnis Tionghoa yaitu
Rudi Chua tidak tepilih oleh masyarakat Senggarang khususnya yang Etnis
Tionghoa dan merupakan tanah kelahiran Rudi Chua di Senggarang. Dalam
penelitian ini penulis mengumpulkan data melalui wawancara kepada pihak yang
bersangkutan dan data dokumen yang diperoleh dari instansi terkait.
Berdasarkan penelitian di lapangan, dapat disimpulkan bahwa Adanya
perpindahan pandangan pola pikir masyarakat senggarang yaitu peralihan dari
solidaritas mekanis ke organik dalam artian masyarakat tidak memandang etnis
dan suku akan tetapi lebih memandang keuntungan yang diperoleh sebelum
melakukan pencoblosan dan sesudah memperoleh kekuasaan seperti halnya yang
terjadi di Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang.
Kata Kunci : Solidaritas, Mekanik, Organik, Prilaku Pemilih
ABSTRACT
Preparation of this paper deals with the behavior of the Chinese ethnic
community voters Pilwako Senggarang in 2012 in the village Senggarang
Tanjungpinang Tanjungpinang District of the City who do not choose the same
candidate. Selection of candidates based on ethnicity and ethnic classified into
mechanical solidarity.
This research is a qualitative nature which aims to determine whether the
factors that led to candidates from ethnic Chinese are not tepilih by Rudi Chua
Senggaran society, especially the ethnic Chinese and is the birthplace of Rudi
Chua in Senggarang. In this study the authors collected data through interviews
to the parties concerned and document data obtained from the relevant agencies.
Based on research in the field, it can be concluded that the existence of
displacement views of the public mindset Senggarang namely the transition from
mechanical to organic solidarity in the sense that people do not look at ethnicity
and tribe but rather looked at the profits earned prior to the election and after
gaining power as was the case in the Village Senggaran Tanjungpinang.
penarikan simpulan peneliti melakukan pengkajian tentang simpulan yang telah
diambil dengan data dilakukan perbandingan dengan teori tertentu.
G. Hasil Penelitian
1. Solidaritas
Konsep solidaritas berhubungan dengan identifikasi manusia dan dukungan
anggota kelompok yang lain yang termasuk didalamnya. Konsep ini berkaitan
dengan Durkheim dalam bukunya The Division of Labour in Society yang
mengimplikasikan pembagian dari apa yang ia sebut sebagai solidaritas mekanik
dan solidaritas organik.9
Durkheim10 membagi dua tipe solidaritas yaitu solidaritas mekanis dan
solidaritas organis. Menurut Durkheim perubahan cara masyarakat bertahan dan
bagaimana anggotanya melihat diri mereka sebagai suatu bagian yang utuh.
Adapun Indikator pokok yang penting solidaritas yaitu:
a. Ruang lingkup dan kerasnya hubungan yang bersifat represif atau
menekan.
b. Hukum itu didefinisikan bahwa penyimpangan dianggap sesuatu yang
jahat dan mengancam kesadaran kolektif.
c. Memiliki aturan sosial atau kesepakatan bersama.
9 Jurnal nurul kurnia dkk. Ikatan Solidaritas Sosial Berdasarkan Latarbelakang Pendidikan
Pekerja Di Pt Sari Bumi Kusuma, Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas tanjungpura 10 Ramadhani Setiawan, SOLIDARITAS MEKANIK KE SOLIDARITAS ORGANIK (Suatu Ulasan
Singkat Pemikiran Emile Durkheim), hlm 259
Solidaritas merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan
kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut
bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Perubahan dalam
pembagian kerja kerja memiliki implikasi yang sangat besar bagi struktur
masyarakat.
Durkheim membagi dua tipe solidaritas yaitu solidaritas mekanis dan
solidaritas organis. Solidaritas mekanis didasarkan pada suatu tingkatan
homogenitas tinggi dalam kepercayaan, sentimen, pekerjaan, dan lain-lain.
Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu karena
orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi karena mereka
terlibat dalam aktifitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama.
Solidaritas sosial adalah adanya rasa saling percaya, cita-cita bersama,
kesetiakawanan, dan rasa sepenanggungan diantara individu sebagai anggota
kelompok karena adanya perasaan emosional dan moral yang dianut bersama.11
1.1 Prilaku Pemilih Berdasarkan Solidaritas Mekanik
Secara etimologi arti solidaritas adalah kesetiakawanan atau kekompakkan.
Dalam bahasa Arab berarti tadhamun (ketetapan dalam hubungan) atau takaful
(saling menyempurnakan/melindungi). Pendapat lain mengemukakan bahwa
Solidaritas adalah kombinasi atau persetujuan dari seluruh elemen atau individu
sebagai sebuah kelompok.
11
M. Rahmat Budi Nuryanto, 2014, Studi Tentang Solidaritas Sosial Di Desa Modang Kecamatan
Kuaro Kabupaten Paser (Kasus Kelompok Buruh Bongkar Muatan), eJournal Konsentrasi
Sosiologi, ejournal.pin.or.id
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa solidaritas
diambil dari kata Solider yang berarti mempunyai atau memperliatkan perasaan
bersatu. Dengan demikian, bila dikaitkan dengan kelompok sosial dapat
disimpulkan bahwa Solidaritas adalah: rasa kebersamaan dalam suatu kelompok
tertentu yang menyangkut tentang kesetiakawanan dalam mencapai tujuan dan
keinginan yang sama.
Adapun beberapa hasil temuan yang terjadi di lapangan yaitu di kelurahan
senggarang di mana masyarakat senggarang yang mayoritas adalah masyarakat
etnis tionghoa tidak memberikan hak suaranya kepada pasangan huznizar hood
dan rudi chua. Sedangkan rudi chua sendiri adalah kandidat yang berasal dari
kalangan etnis tionghoa.
Secara mendasarkan dari berbagai kasus yang terjadi di Indonesia faktor
etnis ternyata sangat kuat mempengaruhi perilaku pemilih dalam sebuah proses
pemilihan kepala daerah. Pemilih biasanya cenderung memilih calon yang
berdasarkan kesamaan etnis dalam sebuah artian kesamaan ras dan etnis pemilih
dengan partai politik atau pejabat publik.
Perilaku pemilih memanglah ada yang dipengaruhi oleh faktor sosiologi
yaitu etnis dan budaya yang sama. Menurut Kusnaedi12 Pendekatan sosiologi
merupakan pendekatan yang memahami bahwa kelompok-kelompok masyarakat
formal ataupun nonformal akan mempengaruhi penentuan pilihan seseorang
kepada kandidat. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang
berinteraksi satu dengan yang lainnya didalam sebuah kelompok.
12 Kusnaedi, Memenangkan Pemilu dengan Pemasaran Efektif, Jakarta: Duta Media Tama, 2009,
hlm 176
Menurut data wawancara terhadap salah satu warga senggarang yang
beretnis tionghoa yaitu bapak Nenking saat di wawancarai mengapa tidak memilih
kandidat rudi chua dan beliau menyatakan :
“Dulu kan pak rudi chua kurang dekat sama masyarakat disini walaupun
dia orang sini tapikan tidak seharusnya juga kita pilih dia”13
Pendapat lain juga dikemukakan oleh bapak Ngieheng dari hasil wawancara
yang menyatakan bahwa :
“Memang benar pak rudi orang senggarang tapi beliau juga jarang datang
kesini sehingga kami juga merasa kurang yakin untuk memilih beliau
makanya kami mencoba untuk memilih yang beda suku seperti dr. Maya
semoga pilihan kami bisa membuat masyarakat disini menjadi masyarakat
yang lebih mandiri”14
Pendapat lain juga dikemukakan oleh bapak Eng kiang dari hasil wawancara
yang mengatakan :
“Pada waktu pilwako dulu pak rudi agak kurang datang untuk
bersosialisasi disini jadi saya juga kurang tau apa visi dan misi beliau dan
kurang mengenal juga pasangan beliau mengkin dari pak rudi kami kenal
sedangkan pasangannya kami belum begitu mengenalnya jadi agak ragu
untuk melakukan pilihan kepada pasangan ini”15
Pendapat serupa dikemukakan oleh bapak Meiling yang mengatakan bahwa:
“Dulu kan pak rudi chua kurang dekat sama masyarakat disini jadi saya
memilih maya karena ibu dari dr. Maya memimpin tanjungpinang dengan
baik jadi anaknya kemungkinan bisa mempertahankan prestari ibunya
sewaktu menjabat sebagai waliKota Tanjungpinang.”16
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas penulis dapat mengalisa bahwa
meskipun memiliki etnis yang sama anatara pemilih dan kandidat tidak
berpengaruh besar terhadap pemenangan kandidat. Hal ini menunjukkan
13 Bapak Nenking. Hasil wawancara pada Senin Tanggal 3 November 2014 Pukul 15.30 wib 14 Bapak Ngieheng. Hasil wawancara pada Selasa Tanggal 4 november 2014 Pukul 10.00 wib 15 Bapak Eng kiang. Hasil wawancara pada Selasa 4 november 2014 pukul 11.00 wib 16 Meiling, Ketua RT.03. Hasil wawancara pada Senin 03 November 2014 Pukul 14.00 wib
masyarakat senggarang tidak tergolong ke dalam solidaritas mekanis yang
merupakan sesuatu yang bergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-
sifat yang sama dan menganut kepercayaan dan pola norma yang sama.
Solidaritas mekanis dibentuk oleh hukum represif karena anggota masyarakat
jenis ini memiliki kesamaan satu sama lain, dan karena mereka cenderung sangat
percaya pada moralitas bersama, apapun pelanggaran terhadap sistem nilai
bersama tidak akan dinilai main-main oleh setiap individu.
Pendekatan secara sosiologis dari sisi etnis ternyata untuk masyarakat
senggarang sudah tidak masuk dalam kategori sebagai pilihan masyarakat
senggarang pada umumnya. Pendekatan sosiologi pada dasarnya merupakan
pendekatan yang memahami bahwa kelompok-kelompok masyarakat formal
ataupun nonformal akan mempengaruhi penentuan pilihan seseorang kepada
kandidat. Suatu masyarakat yang memiliki Solidaritas Mekanis adalah masyarakat
dimana individu-individu terikat secara homogen kedalam kesatuan-kesatuan
sosial dan concience collective di dalam masyarakat.17
Solidaritas mekanis didasarkan pada suatu tingkatan homogenitas tinggi
dalam kepercayaan, sentimen, pekerjaan, dan lain-lain. Masyarakat yang ditandai
oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu karena orang adalah generalis.
Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi karena mereka terlibat dalam aktifitas
yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama. Individu dalam masyarakat
seperti ini cenderung homogen dalam banyak hal. Keseragaman tersebut
17 Departemen Sosiologi, Pergeseran Nilai dalam Hubungan Antar Generasi Serta Dampak
Terhadap Lansia (Studi Deskriptif Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha “Majapahit”
Mojokerto) FISIP, Universitas Airlangga. http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id
berlangsung terjadi dalam seluruh aspek kehidupan, baik sosial, politik bahkan
kepercayaan atau agama.
1.2 Peralihan Prilaku Pemilih ke Solidaritas Organik
Realitanya masyarakat senggarang butuh pendekatan yang lebih khusus
sehingga mereka mendapatkan informasi yang akan direalisasikan ketika menjadi
walikota dan wakil walikota khususnya untuk masyarakat Senggarang. Dengan
demikian penulis menyimpulkan bahwa masyarakat senggarah sudah bisa berfikir
rasional dan tidak mengedepankan latar belakang etnis. Mereka lebih tertarik
memilih kandidat yang dapat memberikan dampak nyata kepada mereka dan
bukan hanya janji belaka. Hal ini di buktikan dari hasil wawancara kepada
masyarakat senggarang yang lebih memilih pasangan kandidat lainnya
dibandingkan yang berasal dari sesama etnis tionghoa.
Menurut data wawancara masyarakat yang lebih memilih kandidat lainnya
yaitu pasangan Maya dan Dahlan dari pada sesama etnisnya sendiri yaitu bapak
Ngieheng yang mengatakan :
“Saya lebih tertarik untuk pilih pasangan ini karena melihat dari visi dan
misi beliau selain itu juga karena saya melihat pada masa ibuk suryatati
dulu sewaktu menjadi walikota beliau juga sering turun kesini dan banyak
juga membantu masyarakat disini jadi karena itu saya memilih dr. Maya
dan Dahlan”18
Pendapat lain juga di kemukakan oleh bapak Ahua melalui proses
wawancara yang menyatakan bahwa :
“Saya memilih pasangan Maya dan Dahlan di karenakan kami sebagai
masyarakat Tinghoa khususnya di senggarang ini kami juga ingat dengan
jasa pada ibuk Surya Tatik A. Manan dulu karena beliau juga banyak
18 Ngieheng. Op.cit
membantu kami. Contohnya perbaikan bak air sumber air kebutuhan
masyarakat Senggarang”19
Perilaku pemilih apabila berdasarkan pada suku etnis tertentu menurut
analisa penulis juga termasuk ke dalam solidaritas mekanis yang merupakan
sesuatu yang bergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang
sama dan menganut kepercayaan dan pola norma yang sama. Oleh karena itu sifat
individualitas tidak berkembang, individual ini terus-menerus akan dilumpuhkan
oleh tekanan yang besar sekali untuk konformitas.
Individu tersebut tidak harus mengalami atau menjalani satu tekanan yang
melumpuhkan, karena kesadaran akan persoalan hal yang lain mungkin juga tidak
berkembang. Inilah yang menjadi akar memudarnya atau deintegrasi nilai pada
solidaritas mekanis20.
Berlawanan dengan solidaritas mekanis, solidaritas organis muncul karena
pembagian kerja yang bertambah besar. Solidaritas ini didasarkan pada tingkat
saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai
hasil dari bertambahnya spesialisasi dalam pembagian pekerjaan, yang
memungkinkan dan juga menggalakkan bertambahnya perbedaan pada kalangan
individu. Hal ini terjadi di wilayah Kelurahan Senggarang dalam pemilihan calon
Walikota dan calon Wakil WaliKota Tanjungpinang pada tahun 2012 dimana
masyarakat nya lebih percaya terhadap kandidat yang beda etnis. Wilayah
Senggarang mayoritas etnis tionghoa akan tetapi kandidat yang memperoleh suara
19 Ahua. Wawancara pada Senin tanggal 3 november 2014 pukul 10.00 wib 20 Ramadhani Setiawan, Op.cit. hlm 261
terbanyak bukan berasal dari sesama etnisnya yaitu etnis tionghoa melainkan
pasangan dr. Maya dan dahlan.
Menurut hasil wawancara penulis untuk menanggapi hal ini sebagaimana
dinyatakan oleh bapak Acok yaitu :
“Memang benar kandidat Rudi Chua merupakan etnis tionghoa. Tapi saya
jujur lebih tertarik dengan kandidat Maya Dahlan karena saya menilainya
dari kinerja ibu Tatik yang dulunya menjabat sebagai WaliKota
Tanjungpinang yang sangat baik dan selalu memperhatikan kami selaku
masyarakat Senggarang. Contohnya dalam hal bantuan dalam
pembangunan infrastruktur Plantar Senggarang. Jadi apabila anaknya
yaitu buk dr. maya naik menjadi walikota kemungkinan besar masih
memperhatikan nasip kami masyarakat Senggarang. “21
Pendapat lain juga dikemukan oleh bapak A mong yang menyatakan
memilih kandidat lain dibandingkan sesama etnis yaitu :
“Pilihan saya pada waktu pemilihan tersebut memilih pasangan dr. Maya
dan Dahlan karena pada pemerintahan ibunya selalu perhatiaan dengan
masyarakat senggarang terutama dalam hal bantuan air bersih.
Sedangkan pasangan Rudi Chua dan Huznizar tidak nampak
kontribusinya terhadap masyarakat Senggarang.”22
Berbeda dari sisi bantuan yang telah diberikan kepada masyarakat
Senggarang ada masyarakat yang melihat dari visi dan misi setelah menjabat
sebagai WaliKota Tanjungpinang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh bapak
Aseng yaitu :
“Saya tertarik memilih pasangan dr. Maya dan Dahlan karena visi dan
misi beliau sangat cocok untuk masyarakat seperti halnya mencetak 1000
wirausahawan baru. Dengan adanya wirausahawan baru maka akan
menyerap tenaga kerja juga sehingga tingkat pengangguran pun
berkurang.”23
21 Acok, Ketua RW.03/RT.01, hasil wawancara pada kamis 6 november 2014 pukul 15.00 wib. 22 A mong, hasil wawancara pada hari senin tanggal 3 november 2014 pukul 14.00 wib. 23 Aseng, hasil wawancara pada hari rabu 05 november 2014 pukul 08.00 wib
Masyarakat Senggarang menurut analisa penulis masih percaya dengan
kinerja Walikota Suryatatik A Manan yang lebih peduli terhadap masyarakat
umumnya sehingga masyarakat senggarang lebih mempercayai agar waliKota
Tanjungpinang di jabat oleh anaknya sehingga pembangunan yang telah beliau
kerjakan dapat dilanjutkan dengan baik. Hal ini juga dikemukan oleh bapak Acua
yang menyatakan :
“Pasangan dr. Maya dan dahlan saya pilih dengan harapan agar bisa
melanjutkan pembangunan yang telah dikerjakan oleh ibu selaku walikota
sebelumnya.”24
Munculnya perbedaan-perbedaan pada kalangan individu ini merombak
kesadaran kolektif itu, yang pada gilirannya menjadi kurang penting lagi sebagai
dasar untuk keteraturan sosial dibandingkan dengan saling ketergantungan
fungsional yang bertambah antara individu-individu yang memiliki spesialisasi
dan secara relatif lebih otonom sifatnya.
Peralihan dari solidaritas mekanik ke yang organis tidak selalu merupakan
proses yang lancar dan penuh keseimbangan tanpa ketegangan. Karena ikatan
sosial primordial yang lama dalam bidang agama, kekerabatan, dan komunitas
dirusak oleh meningkatnya pembagian kerja, mungkin ada ikatan-ikatan sosial
lainnya yang tidak berhasil menggantikannya.
Hal ini terlihat jelas terjadi terhadap perilaku pemilih etnis tionghoa di
wilayah Kelurahan Senggarang. Mereka lebih cenderung memilih kandidat yang
bukan bersal dari etnis yang sama. Mereka lebih yakin terhadap kandidat yang
bukan berasal dari etnisnya dikarenakan tidak memberikan kontribusi apapun
24 A cua, hasil wawancara pada hari selasa tanggal 04 november 2014 pukul 15.00 wib
kepada masyarakat Senggarang khususnya. Akibatnya masyarakat menjadi
terpecah yang ditandai individu-individu terputus dengan ikatan sosialnya, dan
kelompok yang menjadi perantara individu menjadi tidak berkembang dengan
baik.25
Hal di atas penulis simpulkan dari pernyataan Bapak Aseng ketika di
wawancara mengenai tidak memilih kepada kandidat Rudi Chua dan beliau
mengatakan :
“Kadang-kadang susah juga lah walaupun kita satu suku tapikan dia juga
jarang datang kesini jadi apa yang diinginkan masyarakat kita. macam
mana kita mau sampaikan kalau beliau juga jarang muncul”26
Penulis juga mendapat saran dari masyarakat untuk kandidat Rudi Chua
yang dinyatakan oleh bapak Ahua yaitu :
“Kalau menurut saya, kalau mereka mau di pilih (Huznizar Hood dan Rudi
Chua) oleh masyarakat mereka juga harus tau apa yang di inginkan oleh
masyakat tersebut dan harus sering turun ke masyarakat”.27
Beberapa pendapat diatas jelas menyatakan bawa masyarakat etnis tionghoa
Senggarang sudah beralih ke solidaritas organis dalam pemberian suara dalam
pemilihan kepala daerah Kota Tanjungpinang. Hal ini disebabkan oleh masyarakat
Senggarang lebih memberikan hak suaranya kepada kandidat yang kinerjanya
terlihat.
Kinerja yang terlihar seperti halnya bantuan air bersih yang diberikan
kepada masyarakat senggarang ketika musim kemarau. Telah ditetahui bahwa
wilayah senggarang pada dasarnya sulit untuk mendapatkan air bersih dan hanya
mengandalkan air ledeng. Pada musim panas air ledeng tidak berfungsi karena
25 Ibid. hlm 263 26 Aseng. Hasil wawancara pada 17 November 2014 pukul 15.00 27 Ahua. Op.cit
persediaan air sudah habis sehingga masyarakat lebih memilih kandidat lainnya
dibandingkan sesama etnis tionghoa.
Pasangan dr. Maya dikelurahan senggarang dapau unggul dibandingkan
pasangan kandidat lain menurut analisa penulis disebabkan oleh pengaruh
kepemimpinan walikota Suryatatik A Manan selaku ibunya dr. Maya yang
memiliki nama baik dalam pemerintahannya sehingga harapan masyarakat
Senggarang agar tanjungpinang kedepannya bisa maju seperti pimpinan ibunya.
Hal ini terbukti dengan perolehan suara sebesar 1.073 suara.
Berdasarkan data KPU Kota Tanjungpinang Tahun 2012 menyatakan urutan
suara terbanyak kedua setelah pasangan dr. Maya dan dahlan adalah pasangan Lis
Darmansyah dan Syahrul dengan perolehan suara sebanyak 921 suara. Penulis
melakukan wawancara terhadap masyarakat Etnis Tionghoa Senggarang yang
memilih pasangan Lis Darmansyah dan Syahrul menyatakan :
“Pilihan saya tentunya pak lis karena beliau menjanjikan untuk perbaikan
infrastuktur kelenteng seperti rencana pengaspalan kelenteng dan
sekarang sudah terlaksana dengan baik setelah beliau menjabat sebagai
walikota tannjungpinang.”28
Pendapat lain juga di kemukakan oleh bapak Lim Tai Long yang
menyatakan sebagai berikut :
“Saya tertarik untuk memilih pasangan lis Darmansyah dan Syahrul
karena pak lis pernah membantu kami Masyarakat Senggarang seperti
bantuan air bersih. Saya memilih kandidat pak Lis Darmansyah dan
Syahrul karena beliau sangat dekat dan peduli dengan kami. Pada waktu
kampanye kemarin beliau menjanjikan pengaspalan kelenteng. Jadi kami
selaku masyarakat etnis tionghoa lebih tertarik kepada beliau karena
28 A hui, hasil wawancara pada hari rabu tanggal 05 november 2014 pukul 10.00 wib.
beliau istilahnya lebih peduli terhadap masyarakat etnis tionghoa di
bandingkan sesama etnis.”29
Penulis menganalisa bahwa masyarakat senggarang sudah bisa berfikir
secara modern. Dalam artian tidak memandang latarbelakang kandidat calon
Walikota dan Calon Wakil WaliKota Tanjungpinang sesama etnis tionghoa.
Masyarakat lebih memandang kinerja yang baik dan membawa kontribusi dan
manfaat terhadap Masyarakat Senggarang.
Pasangan dr. Maya Dan Dahlan yang dipandang Masyarakat Senggarang
adalah kinerja ibunya dulu yang memiliki kinerja yang baik meskipun dr.Maya
bukan berasal dari latar belakang politik. Akan tetapi intervensi Suryatatik A
Manan sangat berpengaruh jika dr.maya terpilih menjadi WaliKota
Tanjungpinang. Hal ini berdampak positif dalam artian pembangunan akan tetap
berlanjut sebagaimana yang telah dijalankan oleh Suryatatik A Manan baik dari
segi infrastruktur maupun suprastruktur.
Bantuan pembangunan plantar dan bak air di senggarang yang merupakan
bantuan dari Suryatatik A Manan. Selain dr Maya ada pasangan Lis Darmansyah
yang menjanjikan perbaikan kelenteng. Dalam hal ini masyarakat senggarang
lebih berfikir untuk kemajuan wilayahnya walaupun pasangan yang menjanjikan
kemajuan berasal dari etnis lain bukan dari etnis tionghoa.
Pola pemikiran seperti ini yang bisa juga disebut berfikir rasional. Berfikir
secara rasional termasuk ke dalam teori yang disebut Rational Choise Theory
(Teori Pilihan Rasional) sebagaimana yang dikemukakan oleh David Marsh dan
29 Lim Tai Long, hasil wawancara pada hari kamis tanggal 06 november 2014 pukul 15.00 wib
Gerry Stoker30 mengatakan bahwa dalam teori pilihan rasional setelah mempunyai
asumsi tertentu, individu memilih seolah mereka sedang memaksimalkan dugaan
manfaat, menilai bobot imbalan dari berbagai kemungkinan hasil tindakan dengan
kemungkinan kejadiannya.
Menurut Daniel Little31 teori rasional choise memiliki dasar-dasar konsep
yaitu sebagai berikut:
1. Utilitas (Utility)
Utilitas merupakan sebuah manfaat dan kegunaan yang digunakan sebagai
pondasi untuk membandingkan antara kebaikan dan keburukan maupun antara
keuntungan dan biaya. Menurut F.C Susila Adiyanta mengemukakan bahwa teori
utilitas didesain untuk memberi pengukuran umum atas manfaat penghasilan,
kesenangan dan biaya, tantangan intelektual, dan lingkungan sosial.
2. Peluang (Probability)
Peluang dapat diartikan sebagai perbandingan resiko atau upaya
mempertimbangkan resiko yang akan terjadi dan ketidakpastian dalam
pengambilan sebuah keputusan.
3. Aturan Keputusan (Decision Rule)
Hal ini bermaksud untuk mengetahui kinerja aturan pengambilan
keputusan maka perlu dilihat kembali pilihan tindakan yang bermasalah. Hal
tersebut ditinjau dari proses bagaimana pengambilan keputusan yang merupakan
tindakan yang harus dilakukan.
30 David Marsh dan Gerry Stoker, Op.cit, hlm 80 31Adiyanta, F.C Susila, Op.cit, hlm 83
David Marsh dan Gerry Stoker32 mengatakan bahwa dalam teori pilihan
rasional setelah mempunyai asumsi tertentu, individu memilih seolah mereka
sedang memaksimalkan dugaan manfaat, menilai bobot imbalan dari berbagai
kemungkinan hasil tindakan dengan kemungkinan kejadiannya.
Pilihan rasional (rational choise theory) disebut juga sebagai pilihan
publik (public choise) yang lebih mengedepankan dasar proses politik berdasarkan
pertukaran dua belah pihak dengan basis kepentingan yang rasional33. Teori
pilihan publik secara dasar didefinisikan sebagai teori perilaku yang berguna
untuk memprediksi segala bentuk perilaku pengusaha, birokrat, dan politisi dalam
sistem ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan oleh birokrat merupakan sebuah kebijakan publik
yang pada dasarnya memiliki fungsi preventif, kuratif (penyembuhan) serta
pengembangan (developmental) yang menawarkan kesejahteraan sebagai wujud
kewajiban negara dalam memenuhi kebutuhan dan hak-hak masyarakat34.
Hal ini dapat diartikan sebagai apabila kandidat dipandang
menguntungkan mulai dari saat pencoblosan sampai berkuasa nantinya maka
pemilih akan memilihnya. Begitu juga sebaliknya apabila hanya merugikan waktu
kerja tenaga dan menghabiskan biaya pemilih tidak akan memberikan hak
suaranya atau biasa disebut sebagai golput. Hal ini biasanya dilihat oleh para
pemilih dari sisi kualitas, kompetensi, dan integrasi kandidat kepada masyarakat
senggarang.
32 David Marsh dan Gerry Stoker, Op.cit, hlm 80 33 Didik J. Rachbini, 2006, Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik, hlm 84 34 Edi Suharto, 2009, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri, hlm 149
Secara mendasar tidak semua pilihan pemilih berdasarkan pada prinsip-
prinsip yang bersifat rasional. Pemilih yang berprinsip rasional lebih banyak
biasanya ditemukan pada masyarakat yang bermukim di perkotaan. Tingkat
pendidikan yang membawa serta pemahaman terhadap politik yang memiliki
keterkaitan positif terhadap perilaku pemilihyang semakin rasional.
Oleh karena itu, pola pemikiran rasional sangat dibutuhkan untuk
melahirkan pemimpin yang berkopetensi di bidangnya sehingga segala bentuk
permasalahan yang terjadi dapat ditangani sesuai dengan harapan yang diharapkan
masyarakat dan bukan atas ego seorang pemimpin yang pada akhirnya masyarakat
yang merasakan dampaknya.
Perilaku Pemilih pada dasarnya menurut Firmanzah35 dapat digolongkan
atas dasar beberapa tipologi pemilih, salah satu diantaranya adalah tipologi
pemilih rasional. Tipologi pemilih rasional yang berarti memiliki tingkat perhatian
yang tinggi terhadap pogram kerja partai maupun kandidat. Hal tersebut di
implementasikan dengan melihat jejak rekam partai atau kandidat. Pemilih jenis
rasional tidak mengedepankan ideologi seperti halnya etnis, asal usul, agama,
budaya dan lainnya. Akan tetapi, pemilih jenis rasional mudah untuk berpindah ke
pilihan partai atau kandidat lainnya.
. Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis cantumkan dalam
pembahasan ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa masyarakat senggarang
sudah berpola pikir rasional seperti halnya masyarakat urban dan tidak
terpengaruh oleh ras, suku dan etnis. Mereka hanya menginginkan kandidat yang
35 Firmanzah, Marketing Politik Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2007, hlm. 113
mau mendegarkan aspirasi mereka baik sebelum dan sesudah mendapatkan
kekuasaan sebagai kepala daerah (walikota dan wakil walikota) Tanjungpinang.
Oleh karena itu, meskipun masyarakat organis memiliki kesadaran kolektif,
namun masyarakat tersebut adalah bentuk yang lemah yang tidak memungkinkan
terjadinya perbedaan individual.
H. Penutup
1. Kesimpulan
Solidaritas merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan
kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut
bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Perubahan dalam
pembagian kerja kerja memiliki implikasi yang sangat besar bagi struktur
masyarakat.
Penulis dalam hal ini dapat menyimpulkan hasil dari penelitian skripsi yang
berjudul Perilaku Pemilih Masyarakat Etnis Tionghoa Terhadap Pilwako
Tanjungpinang 2012 (Masyarakat Etnis Tionghoa di Kelurahan Senggarang Kota
Tanjungpinang) adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Masyarakat
Senggarang dapat diambil kesimpulan bahwa Masyarakat Senggarang
tidak memilih pasangan Huznizar Hood dan Rudi Chua sebagai
pasangan handalan mereka dikarenakan mereka tidak mendapat
perhatian khusus dari pasangan tersebut seperti bantuan yang sangat
diharapkan pada waktu itu. Meskipun Rudi Chua sendiri adalah kandidat
yang berasal dari wilayah Senggarang. Padahal seharusnya kandidat
yang berasal dari wilayah nya sendiri dan sesama etnis pasti akan lebih
fokus memperhatikan wilayah nya sendiri untuk menjadi lebih maju
(kurangnya pendekatan secara sosiologis dan masyarakat sudah berpola
pikir rasional).
2. Adanya kandidat lainnya seperti pasangan Lis Darmansyah dan Syahrul
yang senantiasa memberikan kebutuhan sesuai dengan keadaan
masyarakat senggarang pada saat itu. Begitu juga pasangan dr. Maya
dan Tengku Dahlan yang memperhatikan kondisi mereka sehingga
mereka lebih yakin terhadap pasangan tersebut.
3. Adanya perpindahan pandangan pola pikir Masyarakat Senggarang yaitu
peralihan dari solidaritas mekanis ke organik dalam artian masyarakat
tidak memandang etnis dan suku akan tetapi lebih memandang
keuntungan yang bersifat kemajuan untuk wilayah Kelurahan
Senggarang Kota Tanjungpinang yang diperoleh sebelum melakukan
pencoblosan dan sesudah memperoleh kekuasaan. Seperti bantuan dari
lis darmansyah yaitu air dan akan melakukan pengaspalan kelenteng dan
untuk pasangan dr.maya yang dilihat dari pengaruh Suryatatik A Manan
yang memiliki kinerja baik dalam pemerintahan dan memberikan bnyak
bantuan seperti air bersih, perbangunan plantar dan pembangunan bak
air bersih di Senggarang.
4. Masyarakat senggarang sudah berpola pikir rasional seperti halnya
masyarakat urban dan tidak terpengaruh oleh ras, suku dan etnis. Mereka
hanya menginginkan kandidat yang mau mendegarkan aspirasi mereka
baik sebelum dan sesudah mendapatkan kekuasaan sebagai kepala
daerah (Walikota dan Wakil Walikota) Tanjungpinang.
2. Saran
Saran penulis kepada khalayak umum dan akademisi sesuai dari hasil
penelitian ini adalah pada saat ingin memberikan hak suara haruslah sesuai
dengan hati nurani jangan sesuai dengan bantuan dan uang semata karena semua
itu biasanya hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, pilihlah kandidat yang
benar-benar memiliki basic dan kemampuan yang sesuai dibidangnya sehingga
dapat memimpin negeri ini menjadi lebih baik ke depannya bukan untuk
sebaliknya.
I. DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Budiardjo, Miriam. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Firmanzah. 2007. Marketing Politik Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika
Marsh, David dan Gerry Stoker. 2010. Teori dan Metode dalam Ilmu Politik.
Bandung: Penerbit Nusa Media
Maksudi, Beddy Irawan. 2012. Sitem Politik Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Parsada
Leo, Suryadinata. 2002. Negara dan Etnis Tionghoa. Jakarta: Pustaka LP3ES
Indonesia
Pawito. 2007. Penelitian komunikasi kualitatif. Yogyakarta: PT.LKiS Pelangi
Aksara
Rachbini, J.Didik. 2006. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Bogor: Ghalia