Page 1
Perhitungan.
Perhitungan daya keluaran Turbin (P).
Setelah debit dan head diketahui, maka untuk
menghitung besarnya daya yang dapat dihasilkan
turbin digunakan persamaan berikut[11]:
P=ρxgxQxhxηh
1000
P=
998kgm3 x9,81
ms2 x0,11
m3s x5mx0,8
1000P=4,37kW
Perhitungan Kecepatan Spesifik (nQE).
Kecepatan spesifik digunakan untuk menentukan
parameter ukuran dan karateristik dari sifat
hidrolik turbin tersebut dimana Head efektif
Hn dan Efesiensi termal ηh (0.9), kecepatan
spesifik dapat dicari dengan persamaan berikut[11]:
Hn = Hηh
= 5 m x 0,80
= 4 m
nQE=2,29440,486
= 1,169
Page 2
Perhitungan Kecepatan Putaran (n).
Kecepatan putaran turbin dihitung untuk
menyesuaikan jenis dari generator yang akan
digunakan, sebelumnya dihitung energi spesifik
hidrolik E (J/Kg) pada head efektif yang
dirancang, dapat dihitung dengan persamaan
berikut [11] :
E = Hn x g
= 4m x 9.81m/s2
= 39,24 J/kg
n=nQExE
3 /4
√Q
n=1,169x(39,24)3 /4j/kg
√0,11 m3
s= 55,283 S-1
Perhitungan Putaran Maksimal.
Putaran maksimal perlu dihitung untuk
menyesuaikan dengan putaran maksimal dari
generator sehingga generator tidak rusak
akibat putaran dari turbin melebihi batas
putaran maksimal dari generator, putaran
maksimal dapat dihitung dengan persamaan
berikut [11]:
Page 3
nmax= 3,2 x n
= 3,2 x 55,283 S-1
=176,90 S-1
Perhitungan Diameter terluar sudu (De).
Menentukan diameter luar sudu turbin dengan
menggunakan persamaan berikut:
Perhitungan Diameter Hub (Di)
Menentukan diameter dalam sudu turbin dengan
menggunakan persamaan berikut [11]:
De=84.5×(0.79+1.602×nQE )×√Hn
60×n
De=84.5×(0.79+1.602×1,169 )× √4 m60×55,283
De=0,150 m=150 mm bulatkan 6 inch
Di=(0,25 +0,095nQE ) x De
Di=(0,25 +0,0951,169 )x 0,150 m
Di= 0,0496 m=49,6 mm bulatkan 2 Inch
Page 4
Gambar. Ukuran Diameter Hub dan Impeler [11]
Perhitungan Kavitasi (Hs)
Pada turbin bagian yang sering mengalami
kavitasi adalah bagian dari tepi sudu sehingga
perlu dilakukan perhitungan untuk menghindari
kerusakan sudu turbin pada bagian ujung
turbin. Kavitasi dapat dihitung menggunakan
persamaan (2.9) berikut:
Patm = 101325 pa
Pu = 2985,7 pa (tabel)
ρ = 998 kg/m3
g = 9.81 m/s2
c4 = 2m/s
Hn = 4 m
σ= 1.5241. nQE1.46+
c42
2.g.HnHs=
Patm−Pvρ.g +
c42
2.g−σ.Hn
σ= 1.5241 x 1,1691.46+ (2m /s)2
2x 9,81 ms2.4m
Page 5
Perhitungan sudut distorsi sudu (180°-β∞)
Untuk perancangan sudu, sudu tidak hanya
tergantung pada analisis tegangan, beberapa
faktor lainnya juga mempunyai peran penting.
Yang paling utama adalah segitiga kecepatan
yang dapat dilakukan perhitungan sebagai
beriku [11]t:
d = De = 0,0496m
n = 55,283 s-1
Hn = 4m
H1 = 3,25 m
H2 = 4,75 m
Q = 0,11m3/s
De = 0,150 m
Kecepatan tangensial (u) merupakan gaya yang
diberikan oleh aliran air masuk turbin dan
aliran air keluar dari turbin, besarnya
kecepatan tangensial dapat ditentukan dengan
persamaan berikut:
u = π. n . d
= 3,14 x 55,283 s-1 x 0,150 m
σ= 2,1
Hs=101325−2985,7
998 kgm3
.x .9,81 ms2
+
(2 ms
)2
2 x 9,81 ms2
−2,1. x 4m Hs= 1,84 m
Page 6
= 26,083 m/s
Kecepatan mutlak (c) merupakan gaya yang
diberikan oleh ketinggian jatuh air pada saat
mengenai permukaan turbin H1 (3,992 m) dan
gaya grafitasi g (9.81 m2/s) dapat ditentukan
dengan persamaan berikut[11] :
cu1=H1xgu
cu1=
3,25mx9,81 ms2
26,083m /scu1=1,222m /s
cu2=H2xgu
cu2=
4,25mx9,81 ms2
26,083m /scu2=1,598m /s
Kecepatan relatif (W) merupakan gaya yang
diberikan oleh aliran air masuk turbin dan
aliran air keluar dari turbin, besarnya
kecepatan relatif dapat ditentukan dengan
persamaan berikut[11] :
Wu1 = Cu1 – u
= 1,222 m/s – 26,083 m/s
= -24,861 m/s
Wu2 = Cu2 – u
= 1,159 – 26,083 m/s
Page 7
= -24,924 m/s
wu =wu1+wu1
2
wu =(−24,861m/s )+(−24,924m /s)
2wu =−24,892m /s
wm=QA
A =π(De
2−Di2)
4
A =3,14 (0,150m)2−(0,050m)2
4
A =0,0157m2
wm=0,11 m
3
s0,0157m2
wm=7,006m /s
w1=√wu12 +wm
2
w1=√ (−24,861m /s)2+(7,006m /s)2
w1=25,829m /s
w2=√wu22 +wm
2
w2=√ (−24,924m /s)2+(7,006m /s)2
w2=25,889m /s
w =√wu2 +wm
2
w =√ (−24,892m /s)2+(m7,006/s)2
w =25,859m /s
Page 8
Untuk mendapatkan sudut yang akurat dari
penyimpangan, sudut serang harus dikurangkan
dari sudut luncur (180-β∞), maka besarnya
penyimpangan sudut dapat dihitung dengan
persamaan berikut [11]:
β =arccoswu
w
β =arccos−24,892m /s25,859m /s
β =¿164
(180o - β∞) = 1800 – 1640 = 16o
Gambar 4.7. Segitiga Kecepan [11]
Langkah-langkah menentukan dimensi utama sudu
Koefisien gaya angkat untuk setiap radius
dapat ditentukan dengan persamaan berikut[11]:
Dimana:
W2 = 25,889 m/s
Page 9
W∞ = 25,985 m/s asumsi ηs = 0,88÷0,91
p/γ = 10m K
= 2,6÷3
Hs = 1,84 m Pmin =
2÷2,5
pmin/γ = 2
ηs = 0.8
c4 = 2m/s
K = 2.6
Q = 0,11 m3/s
A3=Di2
4A3=3,14x¿¿¿
A3=0,017m2
C3=0,11m3/s0,017m2
C3=6,470m /s
Maka dari persamaan di atas dapat dihitung
Koefisien angkat [11]
ζa=
w22−w2+2xg(PƔ−Hs−
PminƔ −ηs
c32−cc42
2xg )kxw2
(25,889m /s)2−(25,859m /s)2+2x9,81 ms2 (10−1,84m−2m−0,8x
(6,470 ms )2
−(2 ms)2
2x9,81m /s )2,6x(25,859m /s)2
Page 10
ζa=0,056
Perbandingan l/t
Ketika koefisien gaya angkat diketahui untuk
menentukan ketebalan dari sudu, maka
perbandingan l/t dapat ditentukan sebagai
persamaan berikut:
ηh = 0.8
H = 5 m
cm = wm = 7,006 m/s
w∞ = 25, 859 m/s
u = 26,083 m/s
β∞ = 164°
ζa = 0,056
λ = 3° (assumsi)
lt=gxηxH
w2 xcm
ucosλ
sin(180−β ¿−λ)x 1ζa
¿
¿
9,81 ms2 x0,8x5m
(25,859m /s)2x (7,006m /s)2
26,083m /s x cos3
sin(180−164¿−3)x 10,056 ¿
lt=1,19
Page 11
Perhitungan Nilai untuk l/t
Untuk nilai l/t tidak sama persis dengan nilai
secara teoritis, pada teoritis nilai l/t
dipakai satu, namun nilai yang sebenarnya
adalah 0,95. Nilai tersebut didapat menggunaka
nmetoda numerik, namun dalam perhitungan di
atas datanumerik dibulatkan, nilai l/t dapat
dihitung menggunakan persamaan berikut [11]:
lt=1,19
lt= 11,19
lt=0,840
lt
(maximum allowed)=0.9to 1.05
Perhitungan Coeffesien Gaya Angkat ζA
Nilai timbal balik dari perban dingan l/t harus
ditetapkan. Melalui nilai timbal balik, rasio
koefisien gaya angkat ζa/ζA dapat dibaca
dalam mengikuti Gambar Menggunakan rasio ini
maka koefisien ζA dapat dibentuk.
Page 12
Gambar 4.8. Grafik untuk menentukan nilai [11]
Dari Gambar (4.1) maka dapat di tentukan nilai
dari ζa / ζA berdasarkan hasil perhitungan
dari l/t, maka untuk selanjutnya dapat hitung
ζA dengan persamaan sebagai berikut [11]
:
ζa/ζA=0,5
ζA=0,056/0,5
ζA=0,112
Drag Coefficient ( ζW )
Grafik pada Gambar berikut memberikan
informasi tentang hambatan koefisien ζW dari
profil yang berbeda. Berdasarkan Grafik maka
kita dapat menentukan profil sudu yang akan
Page 13
dibuat, profil sudu dapat dipilih berdasarkan
tingkat kesulitan dari bentuk sudu tersebut
dan berdasarkan dimensi turbin yang
direncanakan, dapat dilihat pada Gambar .
Gambar Grafik untuk menentukan profil yang akan
digunakan[11]
Dari Grafik diatas maka dapat ditentukan
profil sudu yang akan digunakan, pada
perancangan kali ini profil sudu yang
digunakan adalah profil sudu dengan nomor 444,
Page 14
karena profil sudu 444 merupakan profil sudu
yang paling mudah utuk proses pembuatan dari
sudu turbin propeler yang dirancang.
Perhitungan Sudut Luncur λ
Sudut luncur dihitung untuk menentukan
ketebalan dari diameter dalam sudu turbin,
untuk menentukan ketebalan dari sudu turbin
maka dapat digunakan persamaan berikut [11]:
λ=tan−1 ζw
ζA
λ=tan−1 0,00420,111
λ=2,160
Perhitungan Sudut Serang (δ)
Sudut serang dihitung untuk menentukan
ketebalan dari diameter luar sudu turbin,
untuk menentukan ketebalan dari sudu turbin
maka dapat digunakan dari Grafik .
Page 15
Gambar Grafik untuk menentukan sudut serang[11]
Berdasarkan Grafik diatas maka didapatkan sudut
serang => δ = 2° dan sudut distorsi.
(180°-β - δ) = 180°-164°-(2°) = 14°
Analisa Gaya-Yang Bekerja
Analisa gaya-gaya yang bekerja dilakukan untuk
memastikan beban yang bekerja pada sudu turbin
tidak melebihi dari beban yang mampu ditahan
oleh sutu turbin yang dirancang, adapun
langah-langkah yang dilakukan untuk menentukan
gaya yang bekerja pada sudu turbin seperti
dibawah ini:
Perhitungan Gaya Dalam Arah Tangensial
Gaya – gaya yang bekerja pada impeller dalam
arah tangensial dapat dilihat pada gambar
berikut:
Page 16
Gambar Gaya-gaya yang bekerja pada sudu turbin [11]
Dimana:
Daya (P) = 4,37 kW
Kecepatan putaran sudu (n) = 55 s-1
Jumlah sudu (z) = 4
Jari-Jari terluar sudu (Re) = 0,075 m
Jari-Jari terdalam sudu (Ri) = 0,0248 m ≈0,025 m
Ft=P
2xπxnxzxr
r=√Re2+Ri
2
2=√ (0,075m)2+(0,025m)2
2=0,055m
Page 17
Ft=5000w
2x3,14x55s−1x4x0,055m
Ft=65,80N
Perhitungan Gaya Dalam Arah Aksial
Perhitungan gaya dalam arah aksial dapat
ditentukan melelui persamaan berikut [11]:
Hn = m
α = 80°
β∞ = 164°
δ = 2°
Ab=πxαx(Re
2−Ri2)
3600 `
Ab=3,14x800x(0,075)2−(0,025)2¿ ¿
3600
= 0,0035m2
Fa=9,81ms2 x998
kgm3
x4mx0,0035m2
Fa=137,06N
Perhitungan Resultan Gaya
Page 18
Resultan gaya adalah penjumlahan dari gaya
aksial dan gaya tangensial, Perhitungan
resultan gaya dapat ditentukan melelui
persamaan berikut:
Fr=√Ft2+Fa2Fr=√¿¿
Fr=152,52N
Perhitungan Momen Hydrolik
Momen hidrolik (Mh) pada keseluruhan sudu
turbin dapat diabaikan karena dalam perancangan
kali ini sudu turbin yang dibuat memeliki 5
buah sudu sehingga momen hidrolik antara ke
lima sudu tersebut saling menghilangkan, namun
disini kita perlu mengetahui momen hidrolik
dari salah satu sudu turbin tersebut yang dapat
dicari dengan persamaan berikut:
Fa = 137,06 N
Ab = 0.0034m2
Re = 0,075m = 75mm
Ri = 0.025m = 25mm
a = 80° =>α ) = 1.396
ε = 20°
Page 19
Mh=Frxey
Maka untuk menghitung momen hidrolik dari
momen inersia (Is) dan titik berat dari sudu
turbin (ys) tersebut, maka dapat dicari dengan
persamaan berikut [11]:
ey=Is
ysxAb
Is=Re4−Ri
4
4x( α̂2−sinα
2xcosα
2 )Is=
75mm4−25mm4
4x(1,3962
−sin802xcos80
2 )Is=867187,5mm
4
Untuk mencari titik berat pada sebuah sudu
turbin dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut [11]:
ys=Fa
gxρxAbxcosε
ys=137,06N
9,81 ms2x998 kg
m3 x0,0035m2xcos160
ys=4,2m
ey=Is
ysxAb
ey=867187,5mm4
4mx103mmx0,0034x106mm2
ey=0,063mm
Page 20
Mh=152,52Nx0,063mmMh=9,70N.mm
Perhitungan Gaya Sentrifugal
Perputaran sebuah turbin menyebabkan terjadinya
gaya sentrifugal dimana MG merupakan berat
total dari sudu turbin dan Rcg merupakan titik
pusat grafitasi dari turbin, gaya sentrifugal
yang dialami oleh sudu dapat dicari dengan
persamaan berikut [11]:
Nmax =176,5 S-1
∑Gi=0,75KgRi = 0.025m = 25mm
∑GixRi=0,75Kgx25mm=18,75kgmm
MG=∑ Gi=0,75Kg
RCg=∑ GixRi∑ Gi
=18,75kgmm0,75kg
=25mm=0,025m
Kecepatan sudut (ω) merupakan kecepatan putaran
yang dialami oleh sudu turbin yang dapat dicari
dengan persamaan berikut:
ω=2xπxnmax
ω=2xπxnmax=2x3,14x176s−1=1105,28s−1
Fc=MGxRcgxω2
Fc=0,75Kgx0,025mx(1105,28s¿¿−1)2=22904N¿
Page 21
Perhitungan Kecepatan Kritis
Kecepatan kritis sudu adalah dimana sudu
perputar pada frekuensi alaminya. Ketika sudu
beroperasi pada atau dekat dengan kecepatan
kritis, getaran tinggi yang mungkin terjadi
dapat merusak sudu. Untuk memastikan bahwa
kecepatan rasional tidak sama atau mendekati
kecepatan kritis, kecepatan kritis dapat
ditentukan sebagai berikut [11]:
G = 1,5kg
E = 69,000N/mm2
D = 40mm
d = 30mm
l = 150 mm
ne=1
2xπx√cqG
cq=3xEIl3
I=π64
x (D4−d4 )
I=3,1464
x ((40mm)4−(30mm)4 )
I=85859,37mm4
cq=¿¿
Page 22
cq=2221,61Nmm
Perancangan Draft Tube
Dalam perancangan ini tipe Draft Tube yang digunakan
adalah tipe conical draft tube. Draft Tube memiliki fungsi
sebagai mengembalikan beberapa energi kinetik
(berdasakan kelajuan) yang meninggalkan runner
menjadi energi tekanan. Gambar dibawah memberikan
gambaran tentang hal hal yang harus di
pertimbangkan dalam mendisain draft tube.
Gambar 4,12. Dimensi conical Draft Tube[19]
Perhitungan Dimensi Draft Tube
Untuk menghitung dimensi draft tube kita
pergunakan persamaan[13] :
Page 23
tan∅=R0
(X+L)
Dimana:
L = Panjang draft tube (mm)
RO = Jari Jari saluran keluar draft tube (300
mm)
RI = Jari Jari saluran masuk draft tube
(150 mm)
∅= sudut kemiringan draft tube (60)
x=Ri
tanθx=75/(tan6¿¿0)¿
x=75/0,105x=714,28mm
(x+L )=R0
tan∅
L=R0
tan60−x
L=150mm0,105
−714,28mm
L=1428,57mm
Draft Tube Head loses
HLD=TP¿−TPout
ρgHLD=Headlosesdrafttube
H¿=Tekanansaluranmasukdrafttube(Pa)
Page 24
Hout=Tekanansalurankeluardrafttube(Pa)
H¿=ρxgxh
H¿=998kgm3 x9,81
ms2 x 1,428 m
H¿=11710,53Pa
Hout=ρxv42
2
Hout=998kgm3 x
(2 ms2
)2
2
Hout=1996Pa
Sehingga loses yang terjadi dalam draft tube
HLD=11710,53Pa−1996Pa
998 kgm3
x9,81 ms2
HLD=1,19m
Pemulihan Head (Head Recovery)
∆Hd=( v322g−v42
29 )−HLD
∆Hd=( (6,47 ms
)2
2x9,81 ms2
−
(2 ms
)2
2x9,81 ms2 )−1,19m
∆Hd=0,74m (Head Recovery)
Page 25
Koefisien Pemulihan Head (Head Recovery Coefficient)
∆Hd=( v322g−v42
29 )−HLD
∆Hd=( (6,47 ms
)2
2x9,81 ms2
−
(2 ms
)2
2x9,81 ms2 )−1,19m
∆Hd=0,74m (Head Recovery)
Effisiensi
ηd=∆Hd
v32
2g
x100%
ηd=0,74m
(6,47ms)2
2x9,81 ms2
x100%
ηd=32,86%
Perancangan Poros
Page 26
Penentuan Momen Puntir Atau Momen Rencana
Momen Rencana (T) Momen rencana dihitung
dengan persamaan:
Dimana:
T = momen rencana (kg mm)
Pd = daya rencana = 5k W
N = 3000 rpm
T=9,74x105Pdn
T=9,74x105 5kW3000rpm
T=1623,33kgmm
Penentuan Tegangan Geser Izin Poros (Τa)
Dimensi poros yang diizinkan apabila memiliki
tegangan geser izin (τa) material poros yang
dipilih adalah baja difinis dingin dengan
lambang S55C-D dan mempunya kekuatan tarik (
) 72kgf/mm2 faktor keamanan pengaruh massa dan
baja paduan (Sf1) = 6,0 dan faktor keamananakibat konsentrasi tegangan (Sf2) =2,0 makabesarnya tegangan geser izin dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut[14]:
Page 27
Penentuan diameter poros rencana (ds)
Diameter poros dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan[14] berikut [14]:
Dimana:
Cb = faktor beban lentur (1.2 s/d 3.0
dan 1.0 tidak mengalami beban lentur)
Kt = faktor impact atau tumbukan (1,0
bila dikenakan secara halus, 1,0 - 1,5 jika
sedikit kejutan dan 1,5 -3,0 bila impact
besar)[8]
ds = Diameter poros (mm)
τa = Tegangan geser yang diizinkan = 6
kgf/mm2
Kt = faktor koreksi momen puntir (1 –
1,5)
Cb = faktor koreksi beban lentur (1,2 –
2,3)
T = Torsi rencana = 1623,33 kg.mm
ds=[ 5,1τaxKtxCbxT]
1 /3
Page 28
ds=[ 5,16kgf/mm2
x2x1,5x1623,33kgf.mm]1/3
ds=[ 5,16kgf/mm2
x2x1,5x1623,33kgf.mm]1/3
ds=16,05mm
Maka pada perancangan kali ini digunakan poros
dengan diameter 16 mm. Tegangan geser yang
dialami oleh momen puntir (Mp) dan diameter
poros (ds) dapat dicari denagan persamaan[14]
beikut:
τ=5,1xds3
τ=5,1x1623,33kgf.mm
(16,05mm )3
τ=2,00kg/mm2
Sehinnga pengecekan poros 6 kg/mm2 ≥ 2,0
kg/mm2 Karena τa ≥ τ maka untuk pemakaian
diameter 16,05 mm untuk perencanaan poros
dianggap layak.
Pemilihan Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang mendukung mesin
atau menumpu poros yang berputar. Karena beban dari
sudu turbin adalah beban arah aksial maka dipilih
penggunaan bantalan glinding yang mampu menahan gaya
Page 29
aksial. Bentuk dari bantalan bola dan bantalan
luncur ini dapat dilihat pada Gambar (4.8).
Gambar 4.13 Bantalan Glinding
Beban Ekivalen dinamis (Pr)
Pr=XVFr+YFa
Dimana :
Pr = Beban Ekivalen (N)
Fr = Gaya yang dialami Poros Arah Radial
(152,50 N=34,17 lb)
Fa = Gaya aksial dialami Poros arah aksial
(137, 06 N=30,81 lb)
X = Faktor beban arah X
Y = Faktor beban arah Y
Bantalan yang digunakan dalam perancangan kali
ini adalah jenis Axial load thrust ball
bearing, beban bantalan dipengaruhi oleh gaya
pada bantalan, Faktor gaya (X dan Y), faktor
Page 30
putaran (V1) dan faktor beban kejut (impact,
C1) [14]
P = C1 (XV1 Fr + Y Fa)
Dimana:
Bila inner ring yang berputar ,maka V1 = 1
Bila outer ring yang berputar, maka V1 = 1,2
Umur bantalan (L atau L10) dipengaruhi oleh
beban (P), putaran (n) dan beban dinamik (C)
[10]
Jenis bantalan SKF 6210 diperoleh:[2]
C0 (static rating load) = 5590 lbf
C1 (basic rating load) = 7170 lbf
Faktor beban C1 = 1,5 – 3,0 dipilih = 2,0
(untuk moderate impact)
Bantalan dengan beban radial dan aksial
ifα
Co=30.81lbf5590lbf
=0.005daritabelreferensididapat
e = 0,26
X= 0,56
Page 31
Y= 1,71
V=1
P = 2 (0,56 x 1x 34,50 lbf + 1.71 x 30,81 lbf)
P= 144 lb
L=10360xn
x(C1P33)2
L=103
60x3000x(7170lbf)
¿¿ ¿