TESIS PERGULATAN REPRESENTASI URANG DALAM PARADIGMA MASYARAKAT MINANGKABAU: KASUS PERANTAU DI KOTA YOGYAKARTA SUBHAN NIM 1390261020 EVA YANTI NIM 1390261019 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016
27
Embed
PERGULATAN REPRESENTASI URANG DALAM PARADIGMA MASYARAKAT ... Awal.pdfdi dalam banyaknya tumpukan ideologi yang bertebaran di ruang-ruang sosial-budaya masyarakat Minangkabau. Namun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
TESIS
PERGULATAN REPRESENTASI URANG DALAM
PARADIGMA MASYARAKAT MINANGKABAU:
KASUS PERANTAU DI KOTA YOGYAKARTA
SUBHAN
NIM 1390261020
EVA YANTI
NIM 1390261019
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
PERGULATAN REPRESENTASI URANG DALAM
PARADIGMA MASYARAKAT MINANGKABAU:
KASUS PERANTAU DI KOTA YOGYAKARTA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Kajian Budaya
Program Pascasarjana Universitas Udayana
EVA YANTI
NIM 1390261019
PROGAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 6 JANUARI 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Phil I Ketut Ardhana, M.A Prof. Dr. A.A Bagus Wirawan, S.U
NIP. 196007291986011001 NIP. 194807201978031001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Direktur Program Pascasarjana
Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Universitas Udayana,
Dr. I GustiKetut Gde Arsana, M.Si. Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp. S(K)
NIP. 195208151981031004 NIP. 195902151985102001
iv
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 6 Januari 2016
Panitia Penguji Tesis
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No. 4356/UN.14.4/HK/2015
Tanggal 30 Desember 2015
Ketua : Prof. Dr. Phil I Ketut Ardhana, M.A
Anggota :
1. Prof. Dr. A.A Bagus Wirawan, S.U
2. Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S
3. Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si.
4. Dr. Purwadi, M.Hum
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA : Eva Yanti
NIM : 1390261019
PROGRAM STUDI : S2 KAJIAN BUDAYA
JUDUL TESIS : PERGULATAN REPRESENTASI URANG DALAM
PARADIGMA MASYARAKAT MINANGKABAU:
KASUS PERANTAU DI KOTA YOGYAKARTA.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun
2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 6 Januari 2016
Yang Membuat Pernyataan,
Eva Yanti
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama kali penulis kebingungan untuk menuliskan pada siapa ucapan terima
kasih yang lebih agung layak dipersembahkan, Puji syukur dengan memuliakan
Tuhan Allah, Tuhan Yesus atau kepada Ida sang Hyang Widhi Wasa? kepada
Tuhan yang telah mati atau Tuhan-Tuhan baru yang lahir berbarengan dengan
kelahiran modernitas itu sendiri. Realitasnya, halaman kertas ini harus dipenuhi
dengan kalimat thanks giving. Agar tesis dengan judul “Pergulatan Representasi
Urang dalam Paradigma Masyarakat Minangkabau: Kasus Perantau di Kota
Yogyakarta” dapat diselesaikan menurut standarisasi aturan buku pedoman
penulisan usulan tesis. Kajian ini merupakan suatu upaya pencarian identitas diri
di dalam banyaknya tumpukan ideologi yang bertebaran di ruang-ruang sosial-
budaya masyarakat Minangkabau. Namun di dalam tesis ini lebih banyak
menjelaskan fenomena pergulatan masyarakat Minangkabau di kota Yogyakarta
dalam merepresentasikan urang sebagai konstruksi identitas manusia ideal di
dalam kebudayaan Minangkabau. Banyaknya ideologi baru yang bermunculan
dewasa ini, menjadikan orientasi nilai-nilai ideal seperti nilai urang di dalam
paradigma masyarakat Minangkabau menjadi tidak jelas, nilai- nilai lama hanya
tinggal pada tingkat wacana, dalam artian nilai-nilai lama tidak menyatu dalam
praktik keseharian kehidupan masyarakat Minangkabau, masyarakat
Minangkabau kini sedang berada dalam suatu krisis identitas, krisis kepercayaan
diri, seolah-olah masyarakat Minangkabau kehilangan pegangan.
Tidak dapat disangkal bahwa dalam proses penyelesaian tesis ini, penulis
mendapatkan banyak dukungan baik dalam bentuk moral maupun materi dari
vii
segenap pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya dengan tulus penulis
mengungkapkan rasa terima kasih dan apresiasi yang mendalam kepada;
1. Prof. Dr. A.A Bagus Wirawan, S.U dan Prof. Dr. Phil I Ketut Ardhana, M.A
selaku pembimbing yang telah dengan sabar dan teliti dalam membimbing dan
penuh perhatian telah memberikan dorongan semangat, pengarahan, ide-ide kritis
dan saran-saran berkualitas dalam menyelesaikan tulisan ini.
2. seluruh pejabat struktural di lingkungan Universitas Udayana, khususnya Prof.
Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp. P.D., KEMD selaku Rektor Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S.(K) selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si selaku Ketua Program
Studi Magister (S2) Kajian Budaya sekaligus Pembimbing Akademik, dan Dr. I
Nyoman Dhana, MA selaku Sekretaris Program Studi Magister (S2) Kajian
Budaya Universitas Udayana yang telah menyetujui dan memberi kesempatan
bagi penulis untuk mengikuti studi.
3. seluruh dosen di lingkungan Program Studi S2 Kajian Budaya Universitas
Udayana yang selalu berkenan membagi ilmu dan membangun paradigma berpikir
kritis serta Staf Sekretariat di lingkungan Program Studi S2 dan S3 Kajian
Budaya, Pak Putu Sukaryawan, Bu Iluh, Bu Komang, Pak Ketut Songket dan
segenap staf yang telah membantu, memberikan layanan administrasi, informasi
dan suasana yang akrab selama penulis menjalani masa studi.
4. semua Narasumber yang selalu terbuka memberikan informasi yang dibutuhkan
penulis selama pembuatan tesis ini, Bapak Hajizar, Pak Sahrul, Pak Andar, Pak
Ali Umar. Begitu juga Da Nop, Bang Dolly, Da Arif, serta teman-teman sesama
viii
urang awak di kota Yogyakarta yang senantiasa memberi pengertian dan
pemahaman
5. Happy family: Ibunda tercinta Nurbaidah, Kak Emi, Kak Ema, Uda Hen, Bang
wis, Abang Uki selaku kakak-kakak yang ganteng dan cantik lagi baik, dan
seluruh ponakan- ponakan yang tiada henti mendukung penulis lewat doa dan
cinta yang begitu besar.
6. Dayon, Alva dan Psyche sebagai inspirasi tercantik yang selalu sabar
memberikan perhatian kepada penulis
7. keluarga besar Cultural Studies UNUD angkatan 2013 atas kebersamaan dan
suasana studi yang menyenangkan, akrab dan saling memotivasi. Bersama teman-
teman, saya tidak merasa sendirian selama hidup merantau di Bali.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua
pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
Denpasar, 17 November 2015
Penulis
ix
ABSTRAK
PERGULATAN REPRESENTASI URANG DALAM PARADIGMA
MASYARAKAT MINANGKABAU: KASUS, PERANTAU DI KOTA
YOGYAKARTA
Penelitian ini menjelaskan fenomena pergulatan masyarakat Minangkabau
di kota Yogyakarta dalam merepresentasikan urang sebagai identitas ideal di
dalam paradigma masyarakat Minangkabau. Pergulatan ini disebabkan karena
banyaknya nilai-nilai baru atau ideologi-ideologi baru yang tumbuh, seperti
modernitas dengan kecendrungan individual, hedonisme dan materialisme yang
berbenturan dengan budaya Minangkabau. Banyaknya ideologi baru yang
bermunculan, menjadikan orientasi nilai masyarakat Minangkabau menjadi tidak
jelas, nilai- nilai lama hanya tinggal pada tingkat wacana, dalam artian nilai-nilai
lama tidak menyatu dalam praktik keseharian kehidupan masyarakat
Minangkabau, masyarakat Minangkabau kini sedang berada dalam suatu krisis
identitas, krisis kepercayaan diri, seolah-olah masyarakat Minangkabau
kehilangan pegangan.
Masalah yang diurai dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan
sebagai berikut: (1) bagaimana urang direpresentasikan di dalam paradigma
masyarakat Minangkabau, (2) apa yang menyebabkan pergulatan representasi
urang dalam paradigma masyarakat Minangkabau di kota Yogyakarta, (3)
bagaimana implikasi pergulatan representasi urang di dalam membangun
kebudayaan Minangkabau sekarang. Penelitian ini berupaya untuk menemukan
bentuk, proses dan makna urang di dalam kebudayaan Minangkabau. Teori yang
digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Psikoanalisis-
Erich Fromm, Teori Identitas-Anthony Giddens, Teori Sistemik-Fritjof Capra.
Perspektif kajian budaya merupakan fokus penelitian, sehingga pendekatan
kualitatif merupakan metode utama penelitian, dengan teknik observasi
partisipasi, purposive, wawancara mendalam dan studi perpustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa penafsiran masyarakat Minangkabau
tentang urang atau orang yang ideal dalam paradigma masyarakat Minangkabau
selalu berbeda-beda, urang atau orang yang dibentuk di dalam paradigma
masyarakat Minang modern mengandaikan bahwa manusia adalah sebuah mesin,
yang bisa dirangkai serta dibentuk sesuai wacana yang berkembang. Konsekuensi
dari paradigma ini adalah munculnya masyarakat yang berorientasi materialistik,
karena diri atau orang dilihat dari perwujudan material. Sebagaimana yang
dijelaskan Fromm orientasi tidak dipusatkan ke dalam diri, tetapi ke luar,
mengikuti alur dan sistem yang telah ada (blueprint) di dalam suatu institusi untuk
membentuk subjek. Persoalan ini sangat berbeda dan bertolak belakang dari
temuan di dalam tesis ini mengenai paradigma urang pada kebudayaan
Minangkabau. Dalam kebudayaan Minangkabau karakter urang di bedakan
berdasarkan kepada konsepsi tumbuh dan berkembang. Hal ini dimanifestasikan
kepada proses untuk manjadi urang.
Kata kunci: Pergulatan, manjadi urang, paradigma masyarakat Minangkabau,
paradigma kebudayaan modern
x
ABSTRACT
STRUGGLE TO REACH THE NOTION „URANG‟ WITHIN THE
PERSPECTIVE OF THE MINANGKABAU PEOPLE: CASE STUDY,
MIGRANTS IN THE CITY OF YOGYAKARTA
This research seeks to explain the ever-present struggle the Minangkabau
people put to define their most ideal identity – urang. This struggle is caused due
to the presence of many contemporary values on the side of new ideologies also
flowering; such as the individuality of modernity, hedonism, and materialism
which seem to clash with Minangkabau traditional norms. Much new values are
created, creating lasting confusion, shifting old applied values to become mere
rhetorics. The Minangkabau is now experiencing a crisis of identity, an attack on
self-esteem, losing the old path they once held dear.
The issues addressed in this research will correspond the following
questions: 1. How is urang represented within the perspective of the Minangkabau
people. 2. What causes the struggle to define the most ideal urang. 3. What is the
implication of the struggle to define urang towards the shaping of the
Minangkabau contemporary culture today. This research attempts to find shapes,
processes, and meanings of urang within the Minangkabau culture. The theories
used to analyse the data would be the Psychoanalysis of Erich Fromm, the Identity
theory of Anthony Giddens, and the Systemic theory of Fritjof Capra. The
perspective of cultural studies will be the main focus of research, so that
qualitative methodology will be widely used, alongside participatory observation
technique, purposive, interviews, and literature studies.
The result of this research shows that, the interpretation of the
Minangkabau people on urang or the ideal form of the human individual is always
different, urang or the ideal form of human shaped within the perspective of the
modern Minangkabau people assume that humans are machines, that can be
shaped in accordance to the present tendencies. The consequence of this paradigm
is that there appears people who are materialisticly oriented, because the self or
the people are regarded solely from their materialistic achievements. This is the
same as what Fromm explains whereas the orientation is not centered around the
self, but outside, following the existing system (blueprint) in an institution to
shape subjects. This issue is very much different and contradictory to the finding
of this research regarding the notion urang in the Minangkabau culture. In the
Minangkabau culture, the character urang is different as it is defined as the idea
that humans grow and develop. This is then shown in the notion manjadi urang.
The word manjadi shows that there is no one circumstance or position that is
assured, or fixed in the identity of a person. However, someone might always be
seeking, searching and finding their new potentials.
Key words: Struggle, manjadi urang, Minangkabau paradigm, modern paradigm
xi
RINGKASAN
Pergulatan representasi urang di dalam paradigma masyarakat
Minangkabau di kota Yogyakarta, setidaknya ada hal-hal yang digaris bawahi,
yaitu adanya dua atau lebih paradigma mengenai urang yang dipengaruhi dari luar
kebudayaan Minangkabau. Pasalnya apa yang menjadi paradigma masyarakat
Minangkabau mengenai urang telah dirumuskan dan disepakati di dalam sistem
nilai, norma maupun falsafah hidup mereka. Pergulatan representasi urang dalam
paradigma masyarakat Minangkabau lebih menekankan adanya suatu medan yang
di dalamnya terjadi interaksi maupun benturan antarnilai, norma, pemahaman dan
pemikiran individu di dalam kebudayaan Minangkabau mengenai nilai ideal atau
identitas ideal masyarakat yang seharusnya diaplikasikan di dalam realitas sosial.
Singkatnya, Pergulatan paradigma urang merupakan suatu perjuangan dan
pertarungan paradigma yang sama-sama hidup di dalam suatu gelanggang
kebudayaan.
Urang dalam arti kriteria manusia “ideal” dalam konstruksi nilai
masyarakat Minangkabau, dalam pemaknaan ini, kata urang tidak berdiri sendiri,
biasanya didahului dengan kata manjadi dan digabung manjadi urang atau dalam
bahasa Indonesia adalah menjadi orang. Manjadi urang atau dalam struktur ejaan
bahasa Indonesia menjadi orang, merupakan dua komponen kata yang berbeda
maksud dan penekanannya. Manjadi lebih pada kriteria proses, sementara urang
ialah kriteria orang yang “ideal” dalam konstruksi nilai masyarakat. Maka
manjadi urang adalah sebuah kriteria proses yang harus dilalui oleh seseorang
xii
supaya nantinya bisa masuk pada kriteria “urang” sebagai identitas ideal di dalam
kebudayaan Minangkabau.
Prinsip-prinsip manjadi urang menekankan bahwa kriteria proses lebih
ditekankan dari pada hasil, karena sebuah hasil ditentukan sejauh mana usaha
seseorang saat proses manjadi urang. Maka hal yang ditekankan di dalam proses
manjadi urang adalah mengenai keberadaan potensi dan proyeksi. Sederhananya,
pemahaman mengenai manjadi urang dalam paradigma masyarakat Minangkabau
adalah apabila individu telah menjadi orang yang berguna bagi masyarakat,
memiliki kesadaran yang tinggi dimana mampu menggunakan akal dengan
optimal untuk hidup, dan mati dalam keadaan beriman, seperti yang tertuang
dalam pepatah iduik baaka mati baiman (hidup berakal mati beriman), serta
memiliki keberanian untuk merantau. Namun suatu pergulatan terjadi
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dikarenakan adanya paradigma baru
mengenai urang. Hal ini dapat ditelusuri dengan adanya kriteria urang yang
dipengaruhi oleh kebudayaan modern karena globalisasi.
Pengaruh ini, tidak hanya membawa implikasi dalam aspek-aspek
kebudayaan, seperti arsitektur, hubungan sosial, relasi, dan implikasi lainnya,
melainkan juga membawa nilai-nilai baru. Konsekuensinya urang sebagaimana
yang dipahami di dalam kebudayaan Minangkabau sebelumnya juga bergeser dan
berubah. Pergeseran ini dikarenakan paradigma yang telah berubah dari kriteria
menjadi (to be) ke memiliki (to have). Akhirnya capaian-capaian yang bersifat
materialistik menjadi tujuan utama, seperti jabatan, uang, gelar, dan seterusnya.
Singkatnya identitas urang yang dipahami masyarakat dilihat dari capaian-capaian
xiii
materialistik di dalam kebudayaan modern. Pegulatan ini secara tidak langsung
mempengaruhi seluruh pola hidup masyarakat, baik itu dari aspek psikologi,
sosial dan budaya.
Melihat bagaimana posisi urang di dalam paradigma masyarakat
Minangkabau sekarang. Penelusuran Fromm digunakan untuk melihat bentukan
dan bangunan bawah sadar masyarakat Minangkabau. Selaras dengan yang
dijelaskan oleh Fromm sendiri, bahwa di Minangkabau juga dipengaruhi oleh
kebudayaan modern yang lebih menitik beratkan kepada pencapaian material atau
yang dalam kata-kata Fromm sebagai cara memiliki. Konsekuensinya paradigma
urang sebagai suatu individu yang memiliki potensi yang selalu hidup dalam
manjadi atau berproses dilupakan. Urang lebih dipandang dari capaian-capaian
materialnya dari pada penemuan jati dirinya. Hal ini memperlihatkan bahwa
kedudukan manjadi urang terlupakan dikarenakan lebih berorientasi kepada hasil
dari pada proses. Singkatnya seperti di dalam konsep Fromm mengenai alienasi
atau keterasingan, bahwa urang selalu memproyeksikan dirinya kepada hal-hal
diluar dirinya, seperti: manjadi urang dianggap ketika mampu memperoleh
kekayaan, sekolah untuk mendapatkan pekerjaan, gelar maupun harta yang ikut
andil dalam meningkatkan harga diri seseorang. Akhirnya seseorang tersebut
menjadi asing dengan dirinya sendiri, karena selalu berorientasi kepada yang
bukan dirinya tetapi diri sang liyan. Hal ini seperti yang dijelaskan masyarakat
Minangkabau sebagai bukan urang, atau takah urang yaitu urang yang hanya
meniru orang lain dan seolah-olah seperti orang lain, tanpa mengenal potensi dan
“bijo” dirinya sendiri.
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PRASYARAT GELAR .................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
RINGKASAN .................................................................................................. xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xx
DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA ...................................................... xxi