1 Pergerakan Harga Saham dan Pengukuran Pengembalian Risiko Saham BUMN Teddy Oswari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta E-mail : [email protected]Satiningsih, Antik Damayanti Alumni Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta ABSTRAK Penelitian ini ingin menganalisa pergerakan harga saham dengan grafik dapat dijadikan pengambilan keputusan di masa mendatang dan bagaimana membuktikannya bahwa dengan grafik seorang investor dapat mengambil keputusan investasi? Penulis menggunakan teknik Bar Chart, Moving Average dan Relative Strength Index untuk dapat meramalkan kondisi di masa mendatang yaitu dengan meramalkan trend atau kondisi yang akan dihadapi. Dengan model indeks tunggal kita dapat mengukur return dan risiko yang akan diperoleh. Saham-saham yang digunakan penulis yaitu saham-saham BUMN yang merupakan saham unggulan (Blue Chip). Saham yang mempunyai return tertinggi yaitu saham Indosat dan return terendah yaitu saham Semen Gresik. Sedangkan risiko yang paling rendah adalah saham Semen Gresik dan risiko paling tinggi adalah saham Bank Mandiri. Kondisi bearish dimiliki oleh saham Bank Mandiri, Semen Gresik dan Indosat. Sedangkan kondisi bullish dimiliki oleh saham Telkom. Kondisi bearish pada saham Indosat dikarenakan adanya stock split sehingga harga menjadi sangat murah. Saham Telkom dan Indosat baik untuk dibeli karena teknik Moving Average dan Relative Strength Index menunjukan kondisi yang baik untuk dibeli, sedangkan pada Semen Gresik sebaiknya dijual dan saham Bank Mandiri sebaiknya ditahan terlebih dahulu karena adanya kemungkinan harga saham akan naik. Kata Kunci : penilaian saham, return dan risiko, model indeks tunggal PENDAHULUAN Berinvestasi di saham yang berisiko dan penuh ketidakpastian merupakan sebuah keputusan karena melihat adanya peluang untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak melalui saham yang merupakan surat berharga yang mempunyai potensi untuk memberikan hasil yang lebih tinggi. Saham bisa menimbulkan risiko yang lebih tinggi daripada instrumen investasi lainnya. Maka dengan alasan ingin mendapatkan hasil yang lebih seorang pemodal akan bersedia membeli saham dan bersedia menanggung risiko, yakni penyimpangan hasil dari yang diharapkan. Salah satu faktor risiko yang menghadang pemodal saham Indonesia adalah kinerja pasar. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang oleh Chester dan kawan-kawan disebut sumber-sumber risiko tidak menguntungkan pemodal saham. Ekonomi biaya tinggi, yang membuat laju inflasi dan kemudian suku bunga tinggi menjadi kendala pemodal memperoleh hasil maksimal dari saham. Suku bunga tinggi juga mengurangi nafsu pemilik dana untuk berinvestasi di saham. Untuk meningkatkan peluang memperoleh gain atau meningkatkan nilai pemodal hendaknya menghindari hazard. Untuk menghindari risiko yang akan terjadi diperlukan penilaian saham. Penilaian saham dapat berupa analisia fundamaental dan analisa teknikal. Banyak penjelasan yang menunjukkan bahwa analisa teknikal dapat membantu pemodal berinvestasi, meskipun banyak pendapat yang menentangnya. Ada pendapat yang menyatakan bahwa analisis teknikal
17
Embed
Pergerakan Harga Saham dan Pengukurantoswari.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/17058/Full+Paper... · saham dalam analisis teknikal Dalam gambar diatas ditunjukan beberapa trend
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Pergerakan Harga Saham dan Pengukuran Pengembalian Risiko Saham BUMN
Teddy Oswari
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta E-mail : [email protected]
Satiningsih, Antik Damayanti
Alumni Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta
ABSTRAK Penelitian ini ingin menganalisa pergerakan harga saham dengan grafik dapat
dijadikan pengambilan keputusan di masa mendatang dan bagaimana membuktikannya bahwa dengan grafik seorang investor dapat mengambil keputusan investasi? Penulis menggunakan teknik Bar Chart, Moving Average dan Relative Strength Index untuk dapat meramalkan kondisi di masa mendatang yaitu dengan meramalkan trend atau kondisi yang akan dihadapi. Dengan model indeks tunggal kita dapat mengukur return dan risiko yang akan diperoleh.
Saham-saham yang digunakan penulis yaitu saham-saham BUMN yang merupakan saham unggulan (Blue Chip). Saham yang mempunyai return tertinggi yaitu saham Indosat dan return terendah yaitu saham Semen Gresik. Sedangkan risiko yang paling rendah adalah saham Semen Gresik dan risiko paling tinggi adalah saham Bank Mandiri. Kondisi bearish dimiliki oleh saham Bank Mandiri, Semen Gresik dan Indosat. Sedangkan kondisi bullish dimiliki oleh saham Telkom. Kondisi bearish pada saham Indosat dikarenakan adanya stock split sehingga harga menjadi sangat murah. Saham Telkom dan Indosat baik untuk dibeli karena teknik Moving Average dan Relative Strength Index menunjukan kondisi yang baik untuk dibeli, sedangkan pada Semen Gresik sebaiknya dijual dan saham Bank Mandiri sebaiknya ditahan terlebih dahulu karena adanya kemungkinan harga saham akan naik. Kata Kunci : penilaian saham, return dan risiko, model indeks tunggal PENDAHULUAN
Berinvestasi di saham yang berisiko dan penuh ketidakpastian merupakan sebuah
keputusan karena melihat adanya peluang untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak melalui
saham yang merupakan surat berharga yang mempunyai potensi untuk memberikan hasil yang
lebih tinggi. Saham bisa menimbulkan risiko yang lebih tinggi daripada instrumen investasi
lainnya. Maka dengan alasan ingin mendapatkan hasil yang lebih seorang pemodal akan
bersedia membeli saham dan bersedia menanggung risiko, yakni penyimpangan hasil dari yang
diharapkan.
Salah satu faktor risiko yang menghadang pemodal saham Indonesia adalah kinerja
pasar. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang oleh Chester dan kawan-kawan disebut
sumber-sumber risiko tidak menguntungkan pemodal saham. Ekonomi biaya tinggi, yang
membuat laju inflasi dan kemudian suku bunga tinggi menjadi kendala pemodal memperoleh
hasil maksimal dari saham. Suku bunga tinggi juga mengurangi nafsu pemilik dana untuk
berinvestasi di saham. Untuk meningkatkan peluang memperoleh gain atau meningkatkan nilai
pemodal hendaknya menghindari hazard.
Untuk menghindari risiko yang akan terjadi diperlukan penilaian saham. Penilaian
saham dapat berupa analisia fundamaental dan analisa teknikal. Banyak penjelasan yang
menunjukkan bahwa analisa teknikal dapat membantu pemodal berinvestasi, meskipun banyak
pendapat yang menentangnya. Ada pendapat yang menyatakan bahwa analisis teknikal
2
berkaitan dengan derajat probabilitas bahwa sebuah event akan terjadi, bukan kepastian event
tersebut. Kesimpulan sebuah analisis teknikal mungkin bermasalah, tetapi sebuah analisis
fundamental pun bisa keliru karena ketidakakuratan data. Analisa teknikal terutama berguna
untuk short-term trading.
Tujuan Penelitian ini adalah menilai pergerakan harga saham dengan menggunakan
grafik Bar Chart dan menganalisis pergerakan harga saham dengan menggunakan indikator
teknis yaitu moving average dan Relative strength index serta menganalisis return dan risiko
dengan model indeks tunggal.
KAJIAN TEORI
Secara umum analisis teknikal adalah sebuah metode peramalan gerak harga saham,
indeks atau instrumen keuangan lainnya dengan menggunakan grafik berdasarkan data
histories. Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa pakar sebagai berikut :
Alexander Elder (“Trading For a Living”) Analis teknikal adalah studi psikologi massa, sebagian
ilmiah sebagiannya lagi adalah seni. Jhon J Murphy (“Technician Analysis for Financial
Markets”) Analis teknikal adalah studi tentang perilaku pasar yang digambarkan melalui grafik,
untuk memprediksi kecenderungan (trends) harga dimasa yang akan datang. Stuart Frost
(“Technical Analysis for Financial Markets”) Analis teknikal adalah studi tentang gerak harga
yang juga mencakup volume atau hal lain yang lebih luas.
Tujuan dari analisis teknikal adalah memperhitungkan supply dan demand dari sebuah
saham sehingga dapat diprediksi. Analisis teknikal berusaha untuk mendeteksi perilaku pasar
yang dapat diidentifikasikan karena pernah terjadi sebelumnya dan sesuai dengan indikator
teknis yang digunakan untuk memprediksi harga yang akan datang. Analis teknikal disebut
sebagai “chartis”, tidak mencoba untuk menjelaskan mengapa harga bergerak seperti apa yang
terjadi. Mereka hanya memperhatikan harga yang bergerak dalam pola yang dapat diprediksi
oleh kaidah analis teknikal. Analisis teknikal adalah studi tentang perilaku pasar itu sendiri,
sehingga nilai instrinsik saham dalam analisis teknikal adalah tidak relevan.
Chart Pola Pergerakan Harga Saham
a. Bar Chart. Merupakan cara yang paling sederhana dalam analisis teknikal yang
menggamabarkan pergerakan harga saham. Sumbu vertical dalam bar chart
menunjukkan harga saham, sedangkan sumbu horizontal menunjukan waktu.
Gambar 1. Struktur Bar Chart
b. Point-and-Figure Chart. Penggunaan grafik dengan angka dan gambar untuk
menggambarkan pergerakan harga saham juga cukup dikenal dalam analisis teknikal.
Rata-rata Bergerak (moving average)
High
Close
Open
Low
3
Moving average digunakan untuk mengidentifikasi sinyal bahwa trend telah dimulai,
sedang berlangsung atau segera berakhir. Moving average adalah follower bukan leader,
sehingga kita baru akan mengetahui suatu trend sekarang akan berbalik atau berlanjut setelah
hal itu terjadi. Penggunaan periode dalam moving average juga bermacam-macam tergantung
dari jenis pasarnya. Namun dalam perdagangan saham biasanya terdapat periode-periode
yang popular dikalangan analis seperti periode 9/10 untuk jangka pendek dan 10/20 untuk
jangka panjang. Periode lain yang sering digunakan adalah 18/20, 40/50 dan 100/200. Sinyal
beli dalam penggunaan dua moving average terjadi apabila harga asli berada diatas MA yang
periodenya lebih pendek bergerak dari bawah dan memotong keatas MA yang periodenya lebih
panjang. Sinyal jual terjadi jika MA yang periodenya lebih pendek bergerak dari atas dan
memotong kebawah MA yang lebih panjang periodenya serta harga aslinya dibawah
persilangan (cross-over) tersebut. Sinyal jual/beli akan menjadi lebih signifikan apabila
persilangan antara kedua moving average yang digunakan memiliki arah yang sama. Jika
kedua garis moving average bergerak keatas sering disebut dengan Golden Cross dan
sebaliknya adalah Death Cross.
Relative Strength
Menggambarkan rasio antara harga saham dengan indeks pasar atau industri tertentu.
Hasil perbandingan biasanya digambarkan dengan plot-plot yang menunjukkan perbandingan
harga relatif saham selama jangka waktu tertentu.
Average Upclose value
Relative Strength = Average Downclose Value (1)
Relative Strength dengan sendirinya tidak memberikan kepada kita informasi yang
cukup mengenai pergerakan harga suatu sekuritas. Nilai Relative Strength biasanya digabung
menjadi rumus lain yang disebut dengan Relative Strength Index (RSI), suatu indicator yang
dikembangkan oleh J. Welles Wilder, Jr. Rumus Relattive Strength Index adalah sebagai berikut
:
Relattive Strength Index = 100 - 100 (2)
MA- periode pendek MA-periode panjang
Jual
Beli
Jual
Gambar 2. Sinyal Jual atau Beli
4
(1 + RS)
RSI diplotkan pada skala vertikal antara 0 – 100. Ketika harga-harga naik diatas 70
(indeks 80 menunjukkan pasar dalam keadaan ‘Bull Market’), instrumen sekuritas dianggap
mengalami overbought. Jika harga-harga turun dibawah level 30 (indeks 20 menunjukkan pasar
dalam keadaan ‘Bear Market’), maka instrumen sekuritas tersebut dianggap harus dijual.
Thomas A.Mayer (1992) dalam bukunya “the Technical Analysis Course’, probus Publishing
Company, Chicago, Illinois, memberikan “tip” bahwa saran beli sebaiknya diberikan apabila RSI
meningkat melewati 50 dan saran jual apabila RSI menurun dan melewati angka 50 (N yang
dipergunakan biasanya adalah 14 hari).
Trading Rules dalam Analisis Teknikal
Dalam tataran praktek para analis teknikal, mereka biasanya membuat suatu aturan
perdagangan (trading Rules) yang bisa dipakai sebagai patokan dalam pengambilan keputusan
membeli atau menjual saham.
Gambar 3. Aturan perdagangan (Trading rule) sebagai indikator membeli atau menjual
saham dalam analisis teknikal
Dalam gambar diatas ditunjukan beberapa trend pergerakan harga saham yang terdiri
dari trend penurunan (declining trend), trend peningkatan (raising trend) dan trend mendatar
(flat trend). Trend pergerakan harga saham mencapai titik tertinggi pada saat mencapai titik
Saat Beli saham
Titik terendah
Trend
Peningkatan
Trend
mendatar Trend
Penurunana
Harga saham
Waktu
Saat Menjual
Titik
Puncak
Trend
Penurunan
Titik terendah
Trend
Peningkatan
Saat Beli saham
5
puncak (peak point) dan mencapai titik yang paling rendah (through point). Dalam gambar
diatas juga ditunjukan kapan sebaiknya investor membeli atau menjual saham.
Retrun dan Risiko
Return adalah keuntungan atau aliran kas netto yang diperoleh dari suatu investasi.
Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan
imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.
Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu
investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain :
a. Risiko suku bunga
Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris
paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun ceteris
paribus. Demikian sebaliknya, jika suku bunga turun, harga saham naik.
b. Risiko Pasar
Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu
investasi disebut sebagai risiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh
perubahan indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh
banyak factor seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, ataupun perubahan
politik.
c. Risiko Inflasi
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah
diinvestasikan. Oleh karenanya, risiko inflasi juga disebut sebagai risiko daya beli. Jika
inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi
untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya.
d. Risiko Bisnis
Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut sebagai risiko
bisnis. Misalnya perusahaan pakaian jadi yang bergerak pada industri tekstil, akan
sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu sendiri.
e. Risiko Finansial
Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam
pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan perusahaan,
semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan.
f. Risiko Likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa
diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan,
semakin likuid sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. Semakin tidak likuid suatu
sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan.
g. Risiko Nilai Tukar Mata Uang
6
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (negara
perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal
sebagai risiko mata uang (currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk).
h. Risiko Negara (country risk)
Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi
perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas
politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk
menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.
Model Indeks Tunggal
Kalau kita melakukan pengamatan maka akan nampak bahwa pada saat “pasar”
membaik (yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia) harga saham-saham individual
juga meningkat. Demikian pula sebaliknya pada saat pasar memburuk maka harga saham-
saham akan turun harganya. Hal ini menunujukkan bahwa tingkat keuntungan suatu saham
nampaknya berkolerasi dengan perubahan pasar. Kalau perubahan pasar bisa dinyatakan
sebagai tingkat keuntungan indeks pasar.
Perhatikan bahwa model tersebut menunujukan bahwa tingkat keuntungan yang
diharapkan terdiri dari dua komponen; bagian yang unik yaitu α i dan bagian yang berhubungan
dengan pasar yaitu βi E(Rm). Demikian juga variance tingkat keuntungan terdiri dari dua bagian,
yitu risiko yang unik (σei2 ) dan risiko yang berhubungan dengan pasar βi
2 σm
2 . Sebaliknya
covariance semata-mata tergantung dari risiko pasar. Ini berarti model indeks tunggal
menunjukkan bahwa satu-satunya alasan mengapa saham-saham “bergerak bersama” adalah
bereaksi terhadap gerakan pasar.
7
METODOLOGI PENELITIAN
Saham yang akan diteliti :
Gambar 4. Pemilihan saham yang akan diteliti
Data yang digunakan :
Untuk analisis Teknikal yaitu :
a. Harga Pembukaan (Open Price) yaitu harga pada saat pembukaan pasar dalam suatu
periode perdagangan.
b. Harga Tertinggi (High Price) yaitu harga tertinggi saham selama diperdagangkan pada
suatu periode perdagangan. Harga tertinggi menunjukan bahwa pada saat itu lebih banyak
penjual daripada pembeli atau menunjukkan harga tertinggi yang mau dibayar oleh
pembeli.
c. Harga Terendah (Low Price) yaitu harga terendah selama diperdagangkan pada suatu
periode perdagangkan. Harga Terendah menunjukan bahwa pada saat itu lebih banyak
pembeli dari pada penjual atau harga yang menunjukkan harga terendah yang mau
diterima oleh penjual.
d. Harga Penutupan (Close Price) yaitu harga terakhir pada periode perdagangkan. Data
harga penutupan sering digunakan para analis dalam menganalisis pergerakan harga,
Saham-saham milik pemerintah (BUMN)
1. Aneka Tambang (Persero) Tbk 2. Bank Negara Indonesia Tbk 3. Bank Rakyat Indonesia Tbk 4. Bank Mandiri Tbk 5. Indofarma Tbk
6. Indosat Tbk 7. Kimia Farma Tbk 8. Perusahaan Gas Negara Tbk 9. Semen Gresik (Persero) Tbk 10. Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk
11. Telekomunikasi Indonesia Tbk
12. Timah Tbk
Saham-saham Unggulan (Blue Chip)
1. Astra Internasional Tbk 2. Bank Central Asia Tbk 3. Bank Mandiri Tbk 4. Gudang Garam Tbk 5. H M Sampoerna Tbk 6. Indosat Tbk 7. Ramayana Lestari Sentosa Tbk 8. Semen Gresik Tbk 9. Telekomunikasi Indonesia Tbk
10. Unilever Indonesia Tbk
Saham-saham BUMN yang menjadi Blue Chips :
1. Bank Mandiri Tbk 2. Indosat Tbk 3. Semen Gresik Tbk 4. Telekomunikasi Indonesia Tbk
8
selain mudah didapat harga penutupan juga merupakan “harga konsolidasi” pada suatu
periode perdagangan.
e. Volume yaitu jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada suatu periode
perdagangan. Hubungan antara harga dan volume adalah sangat penting dalam hal
konfirmasi pergerakan trend.
Untuk Mengukur Return dan Risiko
a. Harga Penutupan
b. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan): menggunakan semua saham yang tercatat
sebagai komponen perhitungan indeks.
c. IHS (Indeks Harga Saham): menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap
harga dasarnya.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian kepustakaan (Library Research)
Metode ini dilakukan dengan cara-cara studi literature, yaitu dengan cara mempelajari,
meneliti, mengkaji serta menelaah literature yang ada kaitannya dengan penelitian. Penelitian
dilakukan Gedung Bursa Efek Jakarta, lantai 1, sejak tanggal 21 Juli sampai 9 Agustus 2004
Analisis Teknikal
a. Bar chart yaitu menggambarkan pergerakan saham secara visual (Grafik) dan
memperlihatkan daya tarik pernintaan dan penawaran.
b. Moving Average (MA)
- Menggunakan MA 9/10 untuk masa “timing” atau masa menahan atau kapan sebaiknya
dibeli dan dijual.
- Menggunakan MA 10/20 untuk mengindikasikan trend yang terjadi.
c. Relative Strength Index
Average Upclose value
Relative Strength = (3)
Average Downclose Value
Relattive Strength Index = 100 - 100 (4)
(1 + RS)
Model Indeks Tunggal (Single Market Model)
Return realisasi yaitu return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data histories.
Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu kinerja dari perusahaan. Return
histories juga berguna sebagai dasar penentuan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected
return).
9
PEMBAHASAN
Analisis Teknikal Bank Mandiri
• Bar Chart dan Moving Average
2003 Aug Sep Oct Nov Dec 2004 Feb Mar Apr May Jun Jul