01/11/2013 1 Samarinda, 2013 Farida Herry Susanty KERAGAAN KARAKTERISTIK BIOMETRIK PEMULIHAN TEGAKAN HUTAN DIPTEROCARPACEAE Latar Belakang Increment Ingrowth Data & Informasi Ragam Hutan Perencanaan dan Pengelolaaan Hutan Hutan Alam Karakteristik Biometrik -Ragam Kondisi Hutan -Struktur, komposisi jenis, potensi, mortalitas, ingrowth (Lewis et al. 2004; Ishida et al. 2005) Pengelolaan Hutan Lestari Penyediaan Perangkat Manajemen Kuantitatif (Phillips et al. 2002) Karakteristik Dinamika Hutan Hutan Dipterocarpaceae campuran Richard (1964) Whitmore (1990) Ashton (1982) FAO (2001) Potensi > 25% (volume 50-160 m 3 ha -1 ) wilayah Kalimantan (Nicholson 1979; Rasyid et al 1991; Pinard dan Putz 1996; Sist et al. 1998, Sist et al. 2003) Ragam Hutan Dipterocarpaceae Struktur, komposisi jenis, potensi, mortalitas, ingrowth (Lewis et al. 2004; Ishida et al. 2005) Hutan Alam Produksi (77.49 juta ha) 54.9% (Ditjen Planologi Kehutanan 2011) Tegakan Hutan Proses dinamis, heterogen, site spesifik Keragaan (Morgan et al. 1994; Finegan 1996; Delgado et al. 1997; Finegan dan Delgado 2000; Ghazoul dan Hellier 2000; Davis et al. 2001; Weishampel et al. 2001; Gullison dan Bourque 2001; Andresen 2005; Smith dan Nichols 2005; Aguilar-Amuchastegui dan Henebry 2007) Hambatan heterogenitas dan kompleksitas berupa keragaman tegakan dan variasi kondisi serta keterbatasan atau ketiadaan data yang bersifat jangka panjang (Phillips et al. 2002; Vanclay 2003; Bunyavejchewin et al. 2003; Gourlet-Fleury et al. 2005; Bischoff et al. 2005; Mex 2005; Hardiansyah et al. 2005; Kariuki et al. 2006; Kurinobu et al. 2006; Muhdin 2012; Setiawan 2013) 1) Dimensi atau variabel apa sajakah yang bersifat statis maupun dinamis sebagai penciri karakteristik dimensi tegakan hutan Dipterocarpaceae yang dapat menggambarkan kecenderungan arah perkembangan hutan setelah penebangan? 2) Bagaimanakah rumusan variabel yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemulihan hutan Dipterocarpaceae campuran setelah ditebang?
21
Embed
Performa Unit Pengelolaan Hutan dalam Pemenuhan Kriteria ... · 1) Dimensi atau variabel apa sajakah yang bersifat statis maupun dinamis sebagai penciri karakteristik dimensi tegakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
01/11/2013
1
Samarinda,
2013
Farida Herry Susanty
KERAGAAN KARAKTERISTIK BIOMETRIK PEMULIHAN TEGAKAN HUTAN DIPTEROCARPACEAE
Latar Belakang
Increment
Ingrowth
Data & Informasi
Ragam Hutan Perencanaan dan Pengelolaaan
Hutan
Hutan Alam
Karakteristik Biometrik
-Ragam Kondisi Hutan -Struktur, komposisi jenis,
potensi, mortalitas, ingrowth (Lewis et al. 2004; Ishida et al.
2005)
Pengelolaan
Hutan Lestari
Penyediaan Perangkat Manajemen Kuantitatif
(Phillips et al. 2002)
Karakteristik Dinamika Hutan Hutan
Dipterocarpaceae
campuran Richard (1964) Whitmore
(1990) Ashton (1982)
FAO (2001)
Potensi > 25% (volume
50-160 m3 ha-1) wilayah
Kalimantan (Nicholson 1979; Rasyid et al
1991; Pinard dan Putz 1996;
Sist et al. 1998, Sist et al.
2003)
Ragam Hutan Dipterocarpaceae Struktur, komposisi jenis, potensi, mortalitas,
ingrowth (Lewis et al. 2004; Ishida et al. 2005)
Hutan Alam Produksi
(77.49 juta ha) 54.9% (Ditjen Planologi Kehutanan 2011)
Tegakan Hutan
Proses dinamis, heterogen, site spesifik Keragaan (Morgan et al. 1994; Finegan 1996; Delgado et al. 1997; Finegan dan Delgado 2000;
Ghazoul dan Hellier 2000; Davis et al. 2001; Weishampel et al. 2001; Gullison dan Bourque
2001; Andresen 2005; Smith dan Nichols 2005; Aguilar-Amuchastegui dan Henebry 2007)
Hambatan heterogenitas dan kompleksitas berupa keragaman
tegakan dan variasi kondisi serta keterbatasan atau ketiadaan data
yang bersifat jangka panjang (Phillips et al. 2002; Vanclay 2003; Bunyavejchewin et al. 2003; Gourlet-Fleury et al. 2005;
Bischoff et al. 2005; Mex 2005; Hardiansyah et al. 2005; Kariuki et al. 2006; Kurinobu et al.
2006; Muhdin 2012; Setiawan 2013)
1) Dimensi atau variabel apa sajakah yang bersifat statis maupun dinamis sebagai penciri karakteristik dimensi tegakan hutan Dipterocarpaceae yang dapat menggambarkan kecenderungan arah perkembangan hutan setelah penebangan?
2) Bagaimanakah rumusan variabel yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemulihan hutan Dipterocarpaceae campuran setelah ditebang?
01/11/2013
2
Tujuan Penelitian
Mendapatkan metode untuk mengukur tingkat keterpulihan hutan Dipterocarpaceae campuran setelah penebangan menuju bentuk hutan alam primer yang tumbuh di tempat tersebut
Memperoleh variabel penting dan rumusannya dalam penilaian pemulihan tegakan hutan Dipterocarpaceae setelah penebangan yang dapat menjelaskan kecenderungan arah perkembangan tegakan menuju ke arah kondisi tegakan awal sebelum penebangan.
Sasaran Penelitian
METODE PENELITIAN Lokasi Plot Penelitian
Tj. Redeb
KHDTK Labanan di Labanan, Kabupaten Berau Kalimantan Timur
Plot Permanen dengan Teknik Penebangan yang Berbeda
Seri Petak Ukur Permanen (I)
Þ RIL 50 Þ RIL 60 Þ CNV Þ Hutan Primer
Þ RIL 50 : Penebangan metode Ramah Lingkungan >50 cm Þ RIL 60 : Penebangan metode Ramah Lingkungan >60 cm Þ Penebangan metode Konvensional diameter >60 cm Þ Hutan Primer (Kontrol)
01/11/2013
3
Seri Petak Ukur Permanen (II) Uji Coba Teknik Pembebasan yang Berbeda
Sistematis PPB Kontrol
Þ Teknik pembebasan secara sistematik (PS): semua jenis non komersial >20 cm (maksimal 30% bd/ha) Þ Teknik pembebasan berbasis pohon binaan (PPB) : semua jenis non komersial >20 cm radius 10 m & >40 cm
diluar radius (maksimal 30% total bd/ha) Þ Tanpa perlakuan (kontrol)
Desain plot Desain plot penelitian permanen berukuran 200 m x 200 m (4 ha)
terbagi dalam 4 subplot (square )
Tiap square plot berukuran 100 m x 100 m (1 ha).
Masing-masing square dibuat sub subplot berukuran 20 m x 20 m
13 tahun setelah pembebasan : 87.4-108.0% (BD HBT < HP
Bonino dan Araujo 2005)
0
10
20
30
40
HBT11 1 3 5 7 9 11 13
Bid
an
g d
asa
r (m
2 h
a-1
)
Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)
PS PPB CTR
Dinamika Tegakan Hutan
Berdasarkan dimensi kerapatan dan bidang dasar tegakan:
Tegakan hutan 17 tahun setelah penebangan mendekati kondisi hutan primer, tetapi masih didominasi kelompok jenis non Dipterocarpaceae
Tegakan HBT 13 tahun setelah pembebasan belum memberikan perbedaan yang nyata baik untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae maupun non Dipterocarpaceae
Pemulihan tegakan/respon tindakan pembebasan kelompok jenis Dipterocarpaceae akan lebih lambat dibandingkan kelompok jenis non Dipterocarpaceae
Model Struktur Tegakan
0
50
100
150
200
250
0
7,5
12,5
17,5
22,5
27,5
32,5
37,5
42,5
47,5
52,5
57,5
62,5
67,5
72,5
77,5
82,5
87,5
92,5
97,5
102
,5
Kera
pa
tan
(b
tg h
a-1
)
Diameter (cm)
Kerapatan rataan
Eksponensial
Gamma
Lognormal
Weibull
Model Struktur tegakan
Model famili sebaran eksponensial, gamma, Lognormal, weibull Terpilih : Model famili sebaran Lognormal berdasarkan nilai fungsi kemungkinan maksimum (L)
01/11/2013
6
• Suhendang (1985): kelompok jenis komersial, meluang dan semua jenis di
Bengkunat, Lampung
• Boreel (2009): Torem dan non Torem di pulau Yamdema, Maluku
• Setiawan (2013) : Dipterocarpaceae dan non Dipterocarpaceae di Sei Seleq,
Kalimantan Timur
Model famili sebaran Lognormal berdasarkan nilai fungsi kemungkinan maksimum (L) : D (S, Ds), nD dan semua jenis
Hutan Dipterocarpaceae di Asia 1.5% th-1 (Nguyen-The et al. 1998)
Hutan rawa gambut : 6.13% th-1 dan hutan kerangas 4.26% th-1
(Nishimua et al. 2006)
Efek pembebasan:
hingga tahun ke-5
PS menyerupai
PPB
Mortalitas
menurun setelah
tahun ke-5
Mortalitas ND>D
0
20
40
60
80
100
1 3 5 7 9 11 13
Mo
rtali
tas
(b
tg h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)
PS
PPB
CTR
0
20
40
60
80
100
1 3 5 7 9 11 13
Mo
rtali
tas
(b
tg h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)
PSPPBCTR
Dipterocarpaceae
Non Dipterocarpaceae
Mortalitas HSP
01/11/2013
8
Kondisi P1 P3 P5 P7 P9 P11 P13
(% ha-1
2th-1
)
PS Rataan 3.4 13.6 6.1 9.5 4.0 7.7 3.2
SD 1.5 2.7 3.8 4.6 1.6 5.8 1.4
PPB Rataan 4.6 13.2 6.0 8.7 2.9 3.3 3.3
SD 3.2 2.8 3.6 3.3 1.0 1.0 1.2
HBT13 HBT15 HBT17 HBT19 HBT21 HBT23 HBT25
CTR Rataan 3.7 4.3 2.4 9.6 4.7 3.1 3.9
SD 1.3 1.5 1.6 5.0 3.6 1.3 1.7
Mortalitas tegakan semua jenis HSP
Fluktuasi utama tingkat mortalitas tegakan terjadi pada 1-3 tahun setelah penebangan dan 1-7 tahun setelah pembebasan. Perubahan utama tegakan setelah penebangan terjadi pada 5–10 tahun setelah penebangan (Kariuki et al. 2006)
Ingrowth meningkat pada 8 tahun pertama setelah penebangan
(Silva et al. 1995)
Tingkat ingrowth tertinggi HBT pada tahun ke-3 (Kao dan Iida 2006)
Efek pembebasan
D hingga tahun ke-
5, ND tahun ke-7
Menurun setelah
tahun ke-7
ND>D
Ingrowth HSP
Dipterocarpaceae non Shorea
0
20
40
60
80
1 3 5 7 9 11 13
Ing
row
th (
btg
ha
-1 2
th-1
)
Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)
PS
PPB
CTR
Dipterocarpaceae
0
20
40
60
80
1 3 5 7 9 11 13
Ing
row
th (
btg
ha
-1 2
th-1
)
Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)
PS
PPB
CTR
Non Dipterocarpaceae
Kondisi P1 P3 P5 P7 P9 P11 P13
(% ha-1 2th-1)
PS Rataan 4.7 12.3 13.9 11.4 2.3 5.0 3.1
SD 2.0 4.3 4.4 1.6 0.8 2.0 1.3
PPB Rataan 4.2 8.4 9.6 10.1 5.0 3.5 2.5
SD 2.0 2.7 2.8 2.0 7.1 1.4 1.4
HBT13 HBT15 HBT17 HBT19 HBT21 HBT23 HBT25
CTR Rataan 3.7 4.7 7.1 4.7 2.8 3.2 2.8
SD 2.8 2.4 2.6 1.3 3.6 2.2 2.1
Ingrowth tegakan semua jenis HSP
Tingginya ingrowth didorong pembukaan kanopi setelah penebangan ataupun pembebasan. Respon perubahan utama tegakan yang terjadi pada 5–10 tahun setelah penebangan atau perlakuan (Kariuki et al. 2006) serta adanya kompetisi dalam tegakan (Gourlet-Fleury et al. 2005)
Hubungan antara Jangka Waktu Setelah
Penebangan dan Setelah Pembebasan
dengan Mortalitas dan Ingrowth
01/11/2013
10
Dipterocarpaceae Mortalitas
Ingrowth
0
5
10
15
20
25
30
35
1 3 5 7 9 11 13 15 17
La
ju (
n h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu setelah tebangan (tahun)
Mortalitas
Ingrowth
0
2
4
6
8
10
1 3 5 7 9 11 13 15 17
La
ju (
n h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu (tahun)
HBT
Hutan Primer
Non
Dipterocarpaceae Mortalitas
Ingrowth
0
20
40
60
80
1 3 5 7 9 11 13 15 17
La
ju (
btg
ha
-1 2
th-1
)
Jangka waktu setelah tebangan (tahun)
Mortalitas
Ingrowth
0
4
8
12
16
20
1 3 5 7 9 11 13 15 17
Laju
(b
tg h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu (tahun)
HBT
Hutan Primer
Semua jenis Mortalitas
Ingrowth
0
20
40
60
80
100
120
1 3 5 7 9 11 13 15 17
Laju
(b
tg h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu setelah tebangan (tahun)
Mortalitas
Ingrowth
0
5
10
15
20
25
30
1 3 5 7 9 11 13 15 17
Laju
(b
tg h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu (tahun)
HBT
Hutan Primer
Ingrowth akan
meningkat setelah
penebangan dan akan
menurun sejalan
dengan kompetisi
tegakan (Gourlet-Fleury
et al. 2005)
Mortalitas dan Ingrowth
Variasi kondisi HBT dengan teknik penebangan yang berbeda dan teknik pembebasan yang berbeda tidak memberikan perbedaan yang nyata, baik terhadap tingkat mortalitas maupun ingrowth tegakan baik untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae dan non Dipterocarpaceae
Fluktuasi tingkat mortalitas dan ingrowth pada hutan primer relatif rendah dibandingkan pada variasi kondisi hutan bekas tebangan.
Korelasi intensitas penebangan dengan riap bidang dasar tetapi
tidak selalu linear (Scmidt dan Nichols 2005)
0,0
1,0
2,0
3,0
1 3 5 7 9 11 13 15 17
RB
d (
m2 h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu setelah tebangan (tahun)
RIL 50RIL 60CNVHP
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
1 3 5 7 9 11 13 15 17
RB
d (
m2 h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu setelah tebangan (tahun)
RIL 50
RIL 60
CNV
HP
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
1 3 5 7 9 11 13 15 17
RB
d (m
2 h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu setelah tebangan (tahun)
RIL 50
RIL 60
CNV
HP
Riap bidang dasar tegakan periodik (m2 ha-1 2th-1) HBT
Dipterocarpaceae nD
Semua jenis
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
1 3 5 7 9 11 13
RB
d (
m2 h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)
PS
PPB
CTR
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
1 3 5 7 9 11 13
RB
d (
m2 h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)
PS
PPB
CTR
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
1 3 5 7 9 11 13
RB
d (
m2 h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)
PS
PPB
CTR
Riap bidang dasar tegakan periodik (m2 ha-1 2th-1) HSP
Dipterocarpaceae non Dipterocarpaceae
Semua jenis
01/11/2013
12
Hubungan antara Jangka Waktu Setelah
Penebangan dan Setelah Pembebasan
dengan Riap Tegakan Periodik
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
1 3 5 7 9 11 13 15 17
Ria
p B
d p
eri
od
ik
(m2 h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu (tahun)
D S Ds nD SJ
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
1 3 5 7 9 11 13 15 17
Ria
p B
d p
eri
od
ik
(m2 h
a-1
2th
-1)
Jangka waktu setelah tebangan (tahun)
D S Ds nD SJ
Hutan bekas tebangan
Hutan primer
Perbedaan HBT dan HP untuk semua kelompok jenis tidak berbeda nyata (Fhit < Ftabel(3,32;0.05) = 2.9011). Perbedaan antar teknik penebangan tidak berbeda nyata untuk semua kelompok jenis (Fhit < Ftabel(2,24;0.05) = 3.4028)
Riap Tegakan Periodik
Õ Secara individu kelompok jenis Dipterocarpaceae lebih tinggi dibandingkan non Dipterocarpaceae tetapi total riap bidang dasar tegakan periodik lebih besar untuk non Dipterocarpaceae
Õ Variasi kondisi hutan bekas tebangan tidak memberikan perbedaan terhadap nilai riap bidang dasar tegakan periodik untuk kedua kelompok jenis tersebut
DIMENSI KUANTITATIF EKOLOGI
TEGAKAN HUTAN DIPTEROCARPACEAE
01/11/2013
13
Rekapitulasi jumlah jenis
Kelompok jenis Dipterocarpaceae : 8 genera Anisoptera, Cotylelobium, Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Parashorea, Shorea, Vatica dan mencakup 92 jenis Dipterocarpaceae di dunia 9 genera, 267 species (Indrawan 2002)
0
50
100
150
200
HP 1 3 5 7 9 11 13 15 17
Jum
lah
jen
is
Jangka waktu setelah tebangan (tahun)
RIL50 RIL60 CNV HP
0
50
100
150
200
Jangka waktu setelah pembebasan (tahun)
PS PPB CTR
Kelimpahan jenis (N1) :
HP : 113-121 > HBT 17 :71–108
CTR : 64-74 > HSP : 49-73
0
5
10
15
20
Ind
eks N
ila
i P
en
tin
g (
%)
10 jenis INP tertinggi pada hutan primer
Total INP Dipterocarpaceae : 91 – 102%
INP salah satu parameter gambaran peranan jenis dalam komunitasnya (Sundarapandian dan Swamy 2000)
HP Ip 0.43 0.48 0.42 0.36 0.42 0.44 0.44 0.45 0.48 0.37
Ps Cl Cl Cl Cl Cl Cl Cl Cl Cl Cl
HBT11 P1 P3 P5 P7 P9 P11 P13
PS Ip 0.19 0.25 0.25 0.21 0.20 0.18 0.29 0.27
Ps Cl Cl Cl Cl Cl Cl Cl Cl
PPB Ip 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
Ps Cl Cl Cl Cl Cl Cl Cl Cl
HBT11 HBT13 HBT15 HBT17 HBT19 HBT21 HBT23 HBT25
CTR Ip 0.25 0.29 0.34 0.35 0.39 0.31 0.34 0.33
Ps Cl Cl Cl Cl Cl Cl Cl Cl
Semua pengelompokkan jenis : mengelompok (clumped)
Anisoptera costata, Dipterocarpus alatus, Hopea odorata dan Vatica cinerea
mengelompok (Bunyavejchewin et al. 2003)
Bentuk sebaran spasial jenis umumnya mengelompok sesuai dengan
batasan atau kebutuhan tempat tumbuh yang spesifik (Lee et al. 2006)
Dimensi Kuantitatif Ekologi
Pergeseran dominansi kelompok jenis Dipterocarpaceae pada hutan setelah penebangan dikarenakan perkembangan gap opportunist species
Tegakan HBT maupun HSP mempunyai nilai keanekaragaman, kelimpahan jumlah jenis dan kekayaan jenis yang lebih rendah dibandingkan kondisi hutan primer, tetapi cenderung meningkat seiring waktu pemulihan
Sebaran kelimpahan jenis dominan dalam tegakan HBT relatif tetap tetapi jenis penyusun dalam tegakan terjadi pergeseran
PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN
HUTAN DIPTEROCARPACEAE
01/11/2013
16
Hasil klasifikasi
tutupan lahan
Citra Landsat TM tahun
1989, 1991, 1994, 1997,
2002 dan 2006
path 117 dan row 59 Luasan analisis ± 36 900 ha
Metode : supervised
classification Maximum
Likelihood Classification
(MLC)
Perubahan tutupan lahan
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
1989 1991 1994 1997 2002 2006
Lu
as (
ha)
Tahun
Badan air
Hutan 1
Hutan 2
Tanah Terbuka
Klasifikasi kerapatan hutan dengan 2 kelas (separabilitas > 1800)
Hutan 2 : 14.2% (1989) 39.7% (2006)
FORMULASI KERAGAAN KARAKTERISTIK
BIOMETRIK HUTAN DIPTEROCARPACEAE
Formulasi Keragaan Karakteristik Biometrik
Y (KKB) = ƒ WiXi dimana:
Y = keragaan karakteristik biometrik hutan Dipterocarpaceae
Wi = bobot atau koefisien untuk variabel ke-i Xi = variabel ke-i (dimensi kuantitatif yaitu kerapatan
tegakan[K], bidang dasar tegakan [BD], riap bidang dasar [rBD], indeks keanekaragaman jenis [H’], kelimpahan jenis [N1], indeks kekayaan [R1], indeks kemerataan [E], mortalitas [M], ingrowth [i])
10 variabel input
01/11/2013
17
Analisis Biplot
5.02.50.0-2.5-5.0
5.0
2.5
0.0
-2.5
-5.0
PC 1
PC
2
IM
N1
E
R1H
J
rBD
BDK
Biplot KKB HBT
Analisis Komponen Utama/PCA (KKB HBT17)
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance
Cumul
ative
%
1 4.277 42.773 42.773 4.277 42.773 42.773
2 2.740 27.398 70.171 2.740 27.398 70.171
3 2.050 20.501 90.672 2.050 20.501 90.672
4 .651 6.510 97.182
5 .158 1.580 98.762
6 .077 .770 99.532
7 .034 .343 99.875
8 .010 .098 99.973
9 .002 .025 99.997
10 .000 .003 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Berdasarkan kumulatif proporsi keragaman total > 80%, nilai eigenvalue > 1, koefisien komponen matrik > 0.5 (Timm 2002; Mattjik & Sumertajaya 2011)
Analisis Komponen Utama/PCA (KKB HBT17)
3 PC
2 PC
1 PC
Analisis Komponen Utama/PCA (KKB HBT17)
Component Matrixa Component
1 2 3
K .622 -.559 .617
BD .354 -.838 .287
rBD -.075 .572 .678
J .953 -.099 .256
H .937 .204 -.274
R1 .978 .021 .141
E .485 .635 -.726
N1 .941 .203 -.261
M .085 .612 .653
I .069 .861 .419
Extraction Method: Principal Component Analysis.a
a. 3 components extracted.
Penyusun PC : berdasarkan koefisien komponen matrik > 0.5 (+/-) (Timm 2002; Mattjik & Sumertajaya 2011)
01/11/2013
18
Analisis Faktor (KKB HBT17)
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .660
Uji Bartlett’s nilai KMO > 0.5 : korelasi signifikan, Penentuan jumlah variabel dan koefisien variabel berdasarkan msa > 0.5 (Timm 2002; Mattjik & Sumertajaya 2011)
Penilaian Konsistensi PC HBT
PCA Variabel penyusun Konsisten
2 PC PC1 bidang dasar, kerapatan, riap bidang dasar,
jumlah jenis, tingkat mortalitas dan ingrowth HBT5, HBT7
PC2 indeks keanekaragaman, indeks kekayaan, jumlah jenis, indeks kemerataan dan kelimpahan jenis.
HBT5, HBT7
3 PC PC1 indeks kekayaan jenis, indeks
keanekaragaman, tingkat kelimpahan, jumlah jenis dan kerapatan
HBT9, HBT11, HBT15, HBT17
PC2 kerapatan, bidang dasar, riap bidang dasar, indeks kemerataan jenis, tingkat mortalitas dan ingrowth
HBT9, HBT11, HBT15, HBT17
PC3 kerapatan, riap bidang dasar, indeks kemerataan jenis dan tingkat mortalitas
PC1 indeks kekayaan jenis, indeks keanekaragaman, tingkat kelimpahan, jumlah jenis, indeks kemerataan, tingkat mortalitas dan ingrowth
HSP7, HSP9, HSP11, HSP13
PC2 kerapatan dan indeks kemerataan jenis HSP9, HSP11, HSP13
PC3 riap bidang dasar HSP7, HSP9, HSP11, HSP13
01/11/2013
19
50
60
70
80
90
100
110
HSP7 HSP9 HSP11 HSP13
KK
B
Jangka waktu (tahun)
KKB HSP7 = 0.72 H’ + 0.83 N1 + 0.72 M + 0.63 I KKB HSP9 = 0.83 H’ + 0.78 N1 + 0.84 M + 0.76 I KKB HSP11 = 0.83 H’ + 0.80 N1 + 0.80 M + 0.69 I KKB HSP13 = 0.83 H’ + 0.90 N1 + 0.79 M + 0.71 I
Analisis Faktor KKB HSP
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penilaian keragaan karakteristik biometrik (KKB) tegakan hutan Dipterocarpaceae campuran dilakukan dengan pendekatan dimensi statis dan dinamis yang meliputi: kerapatan, luas bidang dasar, riap bidang dasar, jumlah jenis, indeks keanekaragaman shannon, kelimpahan jenis, indeks kekayaan, indeks kemerataan, tingkat mortalitas dan ingrowth
Simpulan
Penilaian KKB hutan Dipterocarpaceae setelah penebangan dapat menggunakan pendekatan 3 komponen utama yaitu
kelimpahan, jumlah jenis, indeks kemerataan, tingkat
mortalitas dan ingrowth;
(b)Indeks pemulihan tegakan (recovery index) meliputi: kerapatan dan indeks kemerataan jenis
(c) Indeks dinamis (dynamic index) meliputi: riap bidang dasar
Simpulan
Rumusan variabel penting penyusun KKB hutan Dipterocarpaceae campuran pada tegakan hutan bekas tebangan yaitu pada saat 11 tahun setelah penebangan meliputi: bidang dasar, riap bidang dasar, indeks kemerataan dan kelimpahan jenis
Dan tegakan hutan setelah pembebasan (HSP) pada saat 9 tahun setelah pembebasan meliputi: indeks keanekaragaman, kelimpahan jenis, tingkat mortalitas dan ingrowth.
Simpulan
Rumusan KKB hutan Dipterocarpaceae:
KKB HBT = 0.77 Bd + 0.74 rBd + 0.83 E + 0.80 N1
KKB HSP = 0.83 H’ + 0.78 N1 + 0.84 M + 0.76 I
Ukuran akhir dalam KKB hutan Dipterocarpaceae merupakan penilaian tingkat kedekatan (closeness) kondisi tegakan hutan terhadap kondisi hutan primer yang mendukung penilaian paradigma pembangunan hutan close to the natural forest.
Saran
Penyusunan perencanaan hutan perlu meninjau karakteristik biometrik tegakan hutan berdasarkan variasi kondisi dengan evaluasi respon yang beragam dari kelompok jenis yang berbeda.
Konsekuensi pemilihan input atau tindakan silvikultur yang diperlukan dalam mencapai tujuan pengelolaan terutama dalam rangka memacu produktivitas tegakan berdasarkan evaluasi KKB tegakan hutan yang khas dengan mempertimbangkan karakteristik variabel-variabel penting dalam tegakan tersebut