Page 1
PERFEKSIONISME PADA MAHASISWA
DALAM MENGERJAKAN TUGAS AKADEMIK
(Studi Kasus pada Dua Orang Mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Fuad Insani Anif
141114039
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 2
i
PERFEKSIONISME PADA MAHASISWA
DALAM MENGERJAKAN TUGAS AKADEMIK
(Studi Kasus pada Dua Orang Mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Fuad Insani Anif
141114039
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 5
iv
HALAMAN MOTTO
“Karya tanpa ide akan hampa, ide tanpa karya
adalah omong kosong”
- Rekti Yoewono -
“Jangan remehkan keajaiban, keajaiban hanya terjadi pada mereka
yang tak pernah menyerah”
- Emporio Ivankov -
“Hidup ini keras, buktikan dirimu kuat. Yang membedakan pemenang
dan pecundang hanya satu: pemenang tahu cara berdiri saat jatuh,
pecundang lebih nyaman tetap ada di posisi jatuh”
- Fiersa Besari -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 6
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk
Kedua Orang Tuaku Tercinta
Agus Anta & Sriyati
Kedua kakakku Iin Sulchani Anif & Diah Aprilia Adha,
serta adikku Reyno Fatdeo Syafi’i
Dosen pembimbingku yang selalu sabar dan setia membantu selama proses
penulisan ini hingga akhir
Teman-teman dan keluarga BK Universitas Sanata Dharma yang telah menemani,
membantu, menolong, memotivasi, dan memberi semangat selama proses
penulisan ini hingga akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 9
viii
ABSTRAK
PERFEKSIONISME PADA MAHASISWA
DALAM MENGERJAKAN TUGAS AKADEMIK
(Studi Kasus pada Dua Orang Mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014)
Fuad Insani Anif
Universitas Sanata Dharma
2018
Penelitian ini bertujuan: 1) mendapatkan informasi bagaimana gambaran
perfeksionisme pada dua orang mahasiswa dalam mengerjakan tugas akademik;
2) mengetahui aspek perfeksionisme yang dominan pada dua orang mahasiswa
yang menjadi subjek penelitian; 3) mengetahui dampak perfeksionisme yang
dialami dua orang mahasiswa dalam mengerjakan tugas akademik; 4) menemukan
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan dua orang mahasiswa perfeksionis
dalam mengerjakan tugas akademik.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus.
Subjek penelitian terdiri dari dua mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis data kualitatif yang digunakan
yaitu dengan mereduksi data penelitian, pengelompokkan data berdasarkan
kategori, memberi kode, dan menafsirkan data. Untuk mengukur keabsahan
penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber.
Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran bahwa kedua subjek tersebut
memiliki aspek kepribadian perfeksionis yang berbeda, yaitu perfeksionis yang
berorientasi pada diri (self-oriented) dan perfeksionis yang diharapkan oleh orang
lain (socially-prescribed). Dampak yang sering terjadi pada kedua subjek adalah
sering terlambat mengerjakan tugas akademik dalam mengumpulkan tugas yang
telah ditentukan oleh dosen. Hal tersebut dikarenakan kedua subjek mengerjakan
tugas pada saat deadline dan pada saat pengumpulan tugas kedua subjek ini
merasa tidak puas terhadap tugas yang dikerjakan lalu mengecek hingga
mendetail. Ada perbedaan faktor yang menyebabkan kedua subjek sebagai pribadi
yang perfeksionis, yaitu internal dan eksternal. Faktor yang menyebabkan Mawar
sebagai pribadi perfeksionis adalah faktor eksternal dari pola asuh keluarga.
Sebaliknya, faktor yang membentuk pribadi perfeksionis pada Melati adalah
faktor internal. Melati tidak dituntut oleh orangtuanya untuk unggul dalam semua
mata kuliah namun orangtuanya meminta Melati paham dan mengerti terhadap
apa yang dipelajari. Melati sendiri yang membentuk dirinya sebagai pribadi yang
perfeksionis. Hal tersebut dikarenakan Melati merasa tertantang untuk
mendapatkan nilai yang sempurna dan membuktikan bahwa dirinya memiliki
kualitas yang pantas untuk dibanggakan.
Kata Kunci: Perfeksionisme, Mahasiswa, Tugas Akademik, Studi Kasus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 10
ix
ABSTRACT
COLLAGE STUDENTS PERFECTIONISM
IN DOING ACADEMIC TASKS
(Case Study on Two Collage Students of Guidance and Counseling Study
Program Sanata Dharma University, 2018)
Fuad Insani Anif
Universitas Sanata Dharma
2018
The objectives of the study are 1) to get information about the description
of perfectionism on two collage students who do academic tasks; 2) to know the
dominant of perfectionism aspects on these two college students; 3) to know the
impact of perfectionism on the two college students while doing academic tasks;
4) to find the factors which cause the two perfectionist college students in doing
academic tasks.
This study is a qualitative case study. The subjects of the study are two
college students of Guidance and Counseling Study Program Sanata Dharma
University. The techniques to collect the data are observation and interview. To
analyze the qualitative data used are with reducing the research data, grouping
the data based on its category, coding, and interpreting data. To measure the
validity of this study, the researcher uses triangulation source.
The result of this study shows descriptions that the two subjects have
different perfectionist personality; self-oriented perfectionist and socially-
prescribed perfectionist (perfectionist caused by other people expectation). The
frequently impact happened on the two subjects are often doing academic tasks
lately; when they submit the tasks given by the lecturer. It is caused by doing the
tasks on the deadline and in that time, they are not satisfied with what they have
done, moreover they still check in detail. There are different factors which make
the two subjects become perfectionist person; internal and external factors.
Mawar, the first subject has perfectionist personality; it is because of parenting
from her family. Otherwise, Melati, the second subject becomes perfectionist
person because of internal factor. Melati’s parents do not insist on getting
excellent result on her all courses, however they ask Melati to comprehend and
grasp what she studied. Melati makes herself to be perfectionist person. She has
challenges to get excellent mark and to prove that she has a good quality to be
proud of.
Key Words : Perfectionism, College student, Academic task, Case Study
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 11
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, perlindungan, serta
penyertaan-Nya dalam proses penyelesaian skripsi ini dengan judul
“Perfeksionisme pada Mahasiswa dalam Mengerjakan Tugas” dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Peneliti menyadari bahwa selama proses menulis skripsi ini banyak pihak
yang berperan dalam membimbing, mendampingi, mengingatkan, mendukung,
dan mendoakan setiap proses yang dijalani. Oleh sebab itu, peneliti ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
4. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd. selaku dosen pembimbing kesayangan
yang selalu sabar membimbing dan memotivasi peneliti.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas
bimbingan dan pendampingan selama peneliti menempuh studi.
6. Bapak Stefanus Priyatmoko selaku petugas sekretariat Program Studi
Bimbingan dan Konseling yang membantu dan melayani administrasi selama
peneliti menempuh studi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 12
xi
7. Teman-teman mahasiswa yang meluangkan diri menjadi subjek dalam
penelitian ini.
8. Orangtuaku Agus Anta dan Sriyati yang selalu memberikan doa, dukungan,
perhatian, kasih sayang, nasihat serta penguatan yang diberikan kepada
peneliti.
9. Saudaraku Iin Sulchani Anif, Diah Aprilia Adha, Reyno Fatdeo Syafi’i atas
nasihat, kasih sayang, dan dukungan yang diberikan kepada peneliti.
10. Guslita Seventina, Rahmi Suciana, Rachmadi Bambang PW, Estorina Br
Bangun, Fajar Ahmad, Mita Yuliani yang bersedia membantu dan
mendukung peneliti.
11. Teman-teman satu bimbingan Michael Rio Jatikusumo, Tyas Umirah,
Nicolaus Daru P, Yasinta Kusuma A, Chandra Filemon, Pandu Wibisono,
Amandus Febrian yang telah memberikan motivasi satu dengan yang lain.
12. Sahabatku yang telah senantiasa memberi dukungan dan semangat Yonatan
Vernandito TK, Ramdhani Kurniawan, Argo Tri Aji, Anan Purnama
Priantoro DS.
13. Ikatan Remaja Urang Ayu Ngadiwinatan (IRUNG Crew) yang telah
senantiasa memberikan semangat dan doa.
14. Teman-teman BK angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling
atas kebersamaan selama studi hingga penulisan skripsi.
15. Semua pihak yang telah mendoakan, mendukung, dan membantu dalam
proses pembuatan hingga penyelesaian skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 14
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................................ vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .......................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah .............................................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 10
G. Batasan Istilah .................................................................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................................... 12
A. Hakikat Perfeksionisme ..................................................................................... 12
1. Pengertian Perfeksionisme ........................................................................... 12
2. Sebab-sebab Terbentuknya Kepribadian Perfeksionisme ............................ 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 15
xiv
3. Jenis-jenis Perfeksionisme ........................................................................... 15
4. Aspek Perfeksionisme .................................................................................. 16
5. Karakteristik Individu yang Perfeksionis ..................................................... 19
6. Perfeksionis di Bidang Akademik ................................................................ 21
7. Dampak Perfeksionis pada Perkembangan Akademik ................................ 23
B. Mahasiswa dan Tugas Akademik....................................................................... 24
1. Karakteristik Mahasiswa dan Aktifitas Akademik ...................................... 24
2. Hakikat Tugas Akademik ............................................................................. 25
3. Ragam Tugas Akademik pada Mahasiswa .................................................. 26
4. Perfeksionis dalam Mengerjakan Tugas Akademik, Sebab dan
Akibatnya ..................................................................................................... 27
C. Kerangka Pikir ................................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................. 31
A. Jenis Penelitian ................................................................................................... 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 32
C. Subjek Penelitian ................................................................................................ 32
1. Identitas Subjek Pertama .............................................................................. 33
2. Identitas Subjek Kedua ................................................................................ 34
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ......................................................... 34
1. Observasi ...................................................................................................... 35
2. Wawancara ................................................................................................... 38
E. Keabsahan Data .................................................................................................. 41
F. Teknik Analisis Data .......................................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................................... 45
A. Deskripsi Data .................................................................................................... 45
B. Pelaksanaan Intervensi dan Hasil Penelitian ...................................................... 46
C. Pembahasan ........................................................................................................ 54
BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 59
A. Simpulan ............................................................................................................ 59
B. Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 61
C. Saran ................................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 63
LAMPIRAN ................................................................................................................... 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 16
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 ......................................................................................................................... 35
Tabel 3.2 ......................................................................................................................... 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 17
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ................................................................................... 67
Lampiran 2. Verbatim Wawancara ................................................................................ 68
Lampiran 3. Lembar Coding .......................................................................................... 85
Lampiran 4. Observasi Mawar ....................................................................................... 89
Lampiran 5. Observasi Melati ........................................................................................ 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Setiap mahasiswa tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang
berbeda-beda, baik secara internal maupun eksternal, sehingga mahasiswa
memiliki sifat yang unik dan personal. Perbedaan-perbedaan ini dapat
menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap setiap mahasiswa, sehingga
situasi atau tugas yang sama akan dipersepsi dan disikapi berbeda-beda oleh
setiap mahasiswa. Salah satu lingkungan pendidikan yaitu kampus,
merupakan salah satu contoh dimana ditemukan banyak mahasiswa yang
beraneka ragam. Sikap mahasiswa dalam menghadapi masalah dan
melaksanakan tugas, baik tugas harian ataupun tugas akhir akan berbeda-beda
meskipun berada dalam jenjang pendidikan yang sama.
Mahasiswa satu dan yang lainnya akan membuat tugas dari dosen
dengan cara yang berbeda-beda, dan hasil yang berbeda-beda pula. Sebagian
mahasiswa menganggap tugas dari dosen baik itu tugas harian maupun tugas
akhir sebagai sebuah beban yang sangat berat, sebagian merasa tidak
mempermasalahkan tugas tersebut. Ada mahasiswa yang menuntut standar
nilai yang cukup tinggi agar membuat dirinya termotivasi untuk mencapainya
namun tidak realistis. Perasaan untuk mencapai standar nilai yang tinggi akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 19
2
ditekan oleh diri dan orang lain. Tekanan berupa kritikan dari orang lain
merupakan hal yang tidak menyenangkan bagi mahasiswa. Hal tersebut
merupakan indikasi perfeksionis yang ditentukan pada mahasiswa
perfeksionis berlomba mengumpulkan tugas lebih cepat dari waktu yang
ditentukan karena tugas yang terlalu mudah, atau mengumpulkan tugas lebih
lambat karena individu berusaha mengerjakan sesempurna mungkin.
Bukti nyata bahwa perfeksionis dapat mengganggu mahasiswa dalam
suatu pekerjaan adalah mahasiswa perfeksionis yang menganggap target
realistis, dapat menerima dan belajar dari kesalahan, dan memaafkan diri
sendiri memandang sebagai hal yang menghambat karir. Mungkin hal-hal itu
berat dilakukan untuk seorang yang perfeksionis (Rickt, 2015). Perfeksionisme
bisa memperburuk kondisi seseorang karena selalu mengkhawatirkan
kesalahan dan membuat perasaan orang lain terpuruk. Kondisi ini bisa
membuat kelelahan dan berpotensi menimbulkan sejumlah masalah
kesehatan, antara lain depresi, gangguan kecemasan, gangguan makan,
kelaparan, dan bahkan kematian dini (Rezkisari, 2015).
Tjahjono (Dessy, 2010) mengatakan harapan dan tuntutan yang terlalu
tinggi dapat menimbulkan perfeksionisme yang berlebihan. Akibatnya kasus
perfeksionisme yang berat dapat menghalangi mahasiswa untuk berprestasi
sesuai dengan potensinya. Sejalan dengan Peters (Aditomo dan Retnowati,
2010) yang menyatakan bahwa perfeksionisme lebih banyak ditemui pada
mahasiswa yang memiliki kapasitas intelektual di atas rata-rata atau pada
populasi berpendidikan tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 20
3
Stoeber dan Roche (2014) berpendapat bahwa perfeksionisme
berkembang dalam diri individu melalui pola asuh ataupun dengan meniru
perilaku keluarga. Individu perfeksionis tidak terlepas dari pola asuh yang
merasa kurang aman. Pola asuh yang tidak aman membuat individu merasa
kurang diterima, tertolak, dan kurang dicintai oleh keluarga. Menurut Ellis
(Klibert dkk, 2015) perasaan tertolak menimbulkan evaluasi dan kritik yang
melekat pada diri individu. Oleh karena itu, individu cenderung mencari
penerimaan dan cinta dengan menerapkan standar yang tinggi. Individu yang
sudah menerapkan standar yang tinggi dan sulit dicapai dapat membuat
dirinya tidak puas apa yang sudah dilakukan selama berproses.
Menurut Adler & Hamachek (Rice, 1998) perfeksionisme terbagi
menjadi dua macam, yaitu normal dan neurotik. Menurut Hamachek,
perfeksionis yang normal dapat menetapkan standar pencapaian mereka
dalam batas-batas keterbatasan dan kekuatan mereka. Dengan demikian,
kesuksesan lebih mungkin dicapai. Perfeksionis normal mendapatkan
kepuasan dan kenikmatan mendalam dari upaya keras dalam melakukan
sesuatu. Sebaliknya, perfeksionis yang neurotik menetapkan standar
pencapaian yang lebih tinggi daripada yang biasanya dapat dicapai. Mereka
sulit merasa puas karena mereka jarang berhasil melakukan sesuatu sebaik
yang mereka inginkan. Karena itu mereka memandang bahwa dirinya tidak
pantas untuk merasa puas dan merasa bahwa dirinya tidak berharga karena
gagal mencapai standar yang mereka tetapkan sendiri. Sejalan dengan Adler
(Aditomo dan Retnowati, 2004) mengatakan bahwa perfeksionisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 21
4
merupakan aspek perkembangan yang normal dan hanya menjadi masalah
ketika individu menetapkan standar-standar superioritas yang tidak realistis
dalam mencapai tujuan.
Menurut Hewit dan Flett (1991) perfeksionisme adalah berjuang
untuk tidak melakukan kesalahan dan untuk mencapai kesempurnaan dalam
setiap aspek kehidupan individu. Perfeksionisme mencakup standar yang
tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya
bahwa orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya.
Komponen percaya pada orang lain dapat menciptakan harapan
kesempurnaan untuk dirinya menimbulkan dampak buruk pada penyesuaian
psikologis mahasiswa.
Dalam Multidimensionsal Perfectionism Scale yang disusun Hewitt,
dkk. (Aditomo dan Retnowati, 2004) disebutkan perfeksionisme terbagi
menjadi tiga komponen, yaitu perfeksionis self-oriented, perfeksionisme
other-oriented, dan perfeksionis socially prescribed. Perfeksionis self-
oriented terkait dengan menetapkan standar yang amat tinggi terhadap diri,
kritik, dan pengawasan diri berlebihan yang membuat seseorang tidak bisa
menerima kesalahan atau kegagalan. Dimensi perfeksionisme yang ini
mengandung hasrat untuk terus-menerus berusaha agar tidak pernah salah
atau gagal. Perfeksionisme self-oriented yang tinggi memiliki potensi adaptif
sebagai rangsangan yang sehat untuk mencapai prestasi atau menghasilkan
karya besar, namun bila berinteraksi dengan pengalaman yang negatif, dapat
menghasilkan depresi (Hewitt dkk., 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 22
5
Perfeksionisme other-oriented terkait dengan kecenderungan individu
menuntut agar orang lain memenuhi standar-standar yang amat tinggi,
sedangkan perfeksionisme yang socially prescribed adalah persepsi bahwa
orang lain menuntut dan mengharapkan dirinya untuk selalu berhasil
mencapai prestasi dengan standar yang tidak realistis. Tuntutan yang datang
dari orang lain ini terkait dengan persepsi individu perfeksionis bahwa hal itu
harus dipenuhi untuk mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari
lingkungannya (Blatt, 1995).
Hasil observasi peneliti pada dua orang mahasiswa Bimbingan dan
Konseling angkatan 2014, peneliti melihat pada subjek berinisial Mawar dan
Melati. Pada subjek Mawar, peneliti melihat bahwa awalnya subjek
merupakan salah satu mahasiswa yang cerdas dalam perkulihan baik pada
saat proses pembelajaran atau dilihat nilai akademiknya, oleh karena itu
orangtuanya menuntut Mawar untuk mendapatkan nilai yang maksimal. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa subjek termasuk socially prescribed, yaitu
orangtuanya menuntut dan mengharapkan dirinya untuk selalu berhasil
mencapai prestasi dan mendapatkan beasiswa. Oleh karena itu tuntutan dari
orangtua yang mengharapkan target tinggi dalam mengerjakan tugas harian
ataupun tugas akhir membuat subjek yang perfeksionis dapat menimbulkan
ketidakseimbangan antara tugas akademik dan tugas organisasi. Hal tersebut
tidak sesuai dengan target yang telah dibuatnya. Akibatnya justru membuat
nilainya menurun sehingga subjek mendapatkan berbagai kritikan dari
mahasiswa lain maupun dosen. Subjek sering khawatir dengan nilainya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 23
6
turun karena akan mempengaruhi syarat untuk memenuhi beasiswanya dan
takut akan mengecewakan orangtuanya. Subjek mengakui bahwa dirinya
seorang perfeksionis namun hal itu hanya demi memotivasi dirinya agar bisa
mendapatkan nilai yang maksimal dan syarat untuk tetap mendapatkan
beasiswa.
Berbeda dengan subjek kedua yang berinisial Melati, peneliti melihat
bahwa subjek yang kedua ini termasuk perfeksionis self-oriented yang selalu
menetapkan target nilai yang tinggi seperti setiap mata kuliah harus
mendapatkan nilai A. Namun subjek dalam proses perkuliahan sering
terlambat mengumpulkan tugas dari waktu yang telah ditentukan. Hal
tersebut dikarenakan subjek sering tidak puas dengan apa yang telah
dikerjakannya lalu subjek memeriksa lagi tugasnya sebelum
mengumpulkannya hingga mendetail agar dapat diperbaiki lagi. Subjek
beranggapan bahwa untuk terus-menerus berusaha agar tidak pernah salah
atau gagal dalam mengerjakan tugas apapun. Pada saat berdiskusi subjek
sering membebaskan pendapat kepada orang lain namun pada akhirnya tetap
saja secara tidak langsung mengharuskan orang lain untuk menyetujui
pendapat subjek. Hal ini membuktikan bahwa masih ada kecenderungan
perfeksionisme dalam diri mahasiswa.
Berdasarkan latar belakang dan fakta yang telah terjadi, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang mengangkat judul “Perfeksionisme
pada Mahasiswa dalam Mengerjakan Tugas Akademik” (Studi Kasus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 24
7
pada Dua Orang Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat
diketahui berbagai masalah yang terjadi terkait dengan perfeksionisme pada
mahasiswa dalam mengerjakan tugas akademik, dapat diidentifikasikan
berbagai masalah sebagai berikut :
1. Ada mahasiswa yang menuntut standar nilai yang cukup tinggi agar
membuat dirinya termotivasi untuk mencapainya namun tidak realistis.
2. Perasaan untuk mencapai standar nilai yang tinggi akan ditekan oleh diri
dan orang lain.
3. Mahasiswa perfeksionis berlomba mengumpulkan tugas lebih cepat dari
waktu yang ditentukan karena tugas yang terlalu mudah, atau
mengumpulkan tugas lebih lambat karena individu berusaha mengerjakan
sesempurna mungkin.
4. Mahasiswa perfeksionis yang menganggap target realistis, dapat
menerima dan belajar dari kesalahan, dan memaafkan diri sendiri
memandang sebagai hal yang menghambat karir.
5. Harapan dan tuntutan yang terlalu tinggi dapat menimbulkan
perfeksionisme yang berlebihan.
6. Kasus perfeksionisme yang berat dapat menghalangi mahasiswa untuk
berprestasi sesuai dengan potensinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 25
8
7. Subjek yang perfeksionis dapat menimbulkan ketidakseimbangan antara
tugas akademik dan tugas organisasi.
8. Subjek mengakui bahwa dirinya seorang perfeksionis namun hal itu
hanya demi memotivasi dirinya agar bisa mendapatkan nilai yang
maksimal dan syarat untuk tetap mendapatkan beasiswa.
9. Subjek sering tidak puas dengan apa yang telah dikerjakannya lalu subjek
memeriksa lagi tugasnya sebelum mengumpulkannya hingga mendetail
agar dapat diperbaiki lagi.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, agar tidak keluar dari topik permasalahan perlu
dilakukan pembatasan dari beberapa masalah yang ada. Maka peneliti
memilih butir 1, 2, 3 menjadi fokus masalah yang diteliti. Dari 3 butir
permasalahan tersebut peneliti akan melakukan penelitian studi kasus tentang
“Perfeksionisme Pada Mahasiswa Dalam Mengerjakan Tugas Akademik”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran perfeksionisme pada mahasiswa dalam mengerjakan
tugas akademik?
2. Aspek perfeksionis mana yang dominan pada dua orang mahasiswa yang
menjadi subjek penelitian?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 26
9
3. Dampak perfeksionisme apa saja yang dialami mahasiswa dalam
mengerjakan tugas akademik?
4. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mahasiswa perfeksionis dalam
mengerjakan tugas-tugas akademik?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan informasi bagaimana gambaran perfeksionisme pada
mahasiswa dalam mengerjakan tugas akademik.
2. Mengetahui aspek perfeksionisme yang dominan pada dua orang
mahasiswa yang menjadi subjek penelitian.
3. Mengetahui dampak perfeksionisme yang dialami mahasiswa dalam
mengerjakan tugas akademik.
4. Menemukan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mahasiswa
perfeksionis dalam mengerjakan tugas akademik.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi mengenai
gambaran perfeksionis pada mahasiswa mengerjakan tugas, kemudian
mengetahui apa saja gejala perfeksionis yang dialami mahasiswa dalam
mengerjakan tugas akademik dan faktor-faktor mana saja yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 27
10
menyebabkan mahasiswa perfeksionis dalam mengerjakan tugas
akademik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini mampu memberikan pengetahuan dan informasi
tentang perfeksionisme pada mahasiswa dalam mengerjakan tugas
akadmeik.
b. Bagi Mahasiswa prodi BK USD
Penelitian ini diharapkan menjadi suatu informasi yang berguna bagi
mahasiswa mengenai gejala perfeksionis apasaja yang dialami ketika
mengerjakan tugas akademik.
c. Bagi Dosen prodi BK USD
Memiliki pandangan mengenai gambaran perfeksionis pada mahasiswa
mengerjakan tugas akademik dan memiliki pengetahuan mengenai
gejala perfeksionis yang dialami selama mengerjakan tugas akademik.
G. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dan terjadinya penafsiran yang
berbeda dalam memaknai judul, maka peneliti akan mencoba memberikan
batasan untuk memperjelas kata-kata yang menjadi variabel penelitian
sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 28
11
1. Perfeksionisme
Perfeksionisme adalah keinginan individu untuk berusaha mencapai suatu
kesempurnaan dalam hal akdemik karena adanya standar tinggi yang
ditetapkan oleh diri sendiri maupun orang lain yang tidak realistis.
2. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling adalah individu yang sedang
menempuh pendidikan di program studi bimbingan dan konseling di
Universitas Sanata Dharma.
3. Tugas Akademik adalah hal yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan
untuk dilakukan, pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang,
pekerjaan yang dibebankan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 29
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori yang dijadikan dasar untuk membangun
kerangka konseptual. Berdasarkan judul penelitian, maka dalam bab ini peneliti
akan mengemukakan beberapa konsep yang berkaitan dengan variabel penelitian,
yaitu: kajian teori, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir.
A. Hakikat Perfeksionisme
1. Pengertian Perfeksionisme
Menurut Hewitt dan Flett’s (1991) perfeksionisme merupakan
sebuah paham kepribadian yang memiliki karakteristik untuk berjuang
dengan standar yang tinggi dan berlebihan pada kritikan dan evaluasi.
Menurut Horney (dalam Yustinus, 2013) perfeksionis merupakan salah
satu kebutuhan neurotik akan kesempurnaan dan ketaktercelaan, dengan
berjuang terus-menerus akan kesempurnaan, orang-orang neurotik
“menerima” bukti tentang harga diri dan superioritas mereka. Mereka
takut membuat kesalahan-kesalahan dan dikritik. Orang-orang yang
memiliki kebutuhan ini berusaha membuat dirinya tak terkalahkan dan
tanpa cela. Mereka terus-menerus mencari kekurangan dalam diri mereka
supaya kekurangan-kekurangan itu dapat disembunyikan dari orang lain.
Tuntutan dari lingkungan sekitar seperti orangtua dan dosen yang
selalu menginginkan hasil yang terbaik membuat mahasiswa menjadi
sangat peka terhadap kegagalan. Keadaan ini dapat membuat perasaan
mahasiswa menjadi tidak nyaman apabila pada saat ditengah-tengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 30
13
penyelesaian tugas mereka merasa kesulitan untuk menyelesaikan tugas
tersebut secara sempurna. Perasaan bersalah yang muncul sebagai akibat
dari rasa peka yang berlebihan terhadap kegagalan dapat membuat
mereka memilih aktivitas-aktivitas yang dapat memberikan kesenangan
dibandingkan dengan mengerjakan tugas. Dengan begitu individu yang
perfeksionis akan melakukan penghindaran dengan melakukan
prokrastinasi sebagai bentuk coping terhadap segala tuntutan dan tekanan
yang mereka rasakan.
2. Sebab-sebab Terbentuknya Kepribadian Perfeksionisme
Menurut Stoeber dan Roche (2014) hal yang paling mendasar
yang membentuk individu dengan kepribadian perfeksionis adalah pola
asuh dari lingkungan terutama keluarga. Dalam lingkungan keluarga,
individu berkembang dengan pola asuh orangtua yang membentuk
sebuah kebiasaan. Untuk membentuk sebuah kebiasaan individu
cenderung meniru pengasuh mereka.
Dalam hal ini, orangtua sengaja membandingkan seorang
individu dengan yang lain untuk membuat malu individu dengan harapan
individu mengubah perilakunya, tetapi yang diperoleh bukan perubahan
perilaku positif, melainkan rasa tidak aman, minder dan rasa tidak
mampu. Perfeksionisme dari orangtua inilah yang juga bisa menjadi
dasar terbentuknya perasaan minder individu. Banyak orangtua mematok
standar yang terlalu tinggi dan tidak realistis terhadap individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 31
14
Akibatnya, ketika ternyata harapan itu tidak dapat terpenuhi, individu
jadi merasa dirinya tidak berguna lalu minder. Permasalahan tersebut
terus-menerus terjadi sampai mereka berkembang di dalam masyarakat.
Permasalahan individu tidak hanya berakibat terhadap perasaannya,
namun juga pada pemikirannya.
Individu yang memiliki permasalahan dan hidup di lingkungan
masyarakat cenderung membandingkan pada hal lain untuk diterima oleh
masyarakat. Individu tersebut cenderung individualistik dan menerapkan
standar diri berdasarkan standar masyarakat agar dapat mengembangkan
diri supaya dapat diterima di lingkungan masyarakat. Mereka ingin
diterima oleh lingkungan namun tidak mau mendapat kritik maupun
evaluasi oleh masyarakat, sehingga cenderung menerapkan standar yang
tinggi dalam diri. Menerapkan standar yang tinggi dilakukan secara terus
menerus dan membuat individu tidak pernah puas.
Hal ini secara tidak sadar, individu memiliki pemikiran yang
tidak realistik pada dirinya sendiri maupun anggapan orang lain. Individu
akan merasa ditekan oleh lingkungan atas pencapainya. Mereka akan
menerapkan standar yang tinggi bagi diri, kemudian mereka juga
menerapkan standar tersebut pada orang lain.
Ketika individu gagal dalam melakukan suatu hal, maka individu
akan mengevaluasi dirinya dengan terus mengatakan “seharusnya”. Oleh
karena itu, individu sering menekan diri dan lingkungan secara terus-
menerus sehingga membentuk kecenderungan perfeksionis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 32
15
3. Jenis-Jenis Perfeksionisme
Hamachek (dalam Peters, 1996) menjabarkan perfeksionisme
dalam dua jenis, yaitu perfeksionisme normal dan neurotik.
Perfeksionisme normal dijabarkan sebagai seseorang yang memperoleh
perasaan kesenangan atau kenikmatan yang sangat nyata dari usaha kerja
yang sungguh-sungguh. Sementara perfeksionisme neurotik adalah ketika
seseorang tidak dapat merasakan kepuasan, dalam pandangannya mereka
tidak pernah terlihat cukup baik sesuai keinginannya.
Perfeksionisme neurotik ini dipaparkan pula oleh Pachts (dalam
Codd, 2001) yang menyatakan sikap perfeksionisme merupakan sikap
seseorang untuk mencapai kesempurnaan yang hampa serta membuat
seseorang kacau, dan dihubungkan secara signifikan dengan masalah
psikologi. Masalah psikologi tersebut antara lain depresi, anorexia
nervosa, bulimia, obsessive-compulsive personality disorder, Type A
coronary-prone behavior, migraine, psychosomatic disorder, panic
disorder, dan bunuh diri.
Codd (dalam Dessy, 2010) membagi perfeksionisme menjadi dua
bagian, yaitu perfeksionisme sehat dan perfeksionisme menyimpang.
Perfeksionisme sehat ditunjukkan pada sikap adanya kebutuhan yang
kuat untuk tertib dan teratur, menunjukkan penerimaan diri terhadap
kesalahan, menikmati harapan tinggi orangtua, menunjukkan coping
positif terhadap tendensi perfeksionisme, mempunyai model peran yang
mampu menekankan untuk selalu melakukan yang terbaik, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 33
16
menunjukkan usaha diri sendiri untuk mendapatkan kesempurnaan.
Penyimpangan perfeksionisme ditunjukkan pada kecemasan terhadap
kesalahan yang diperbuat, memiliki standar yang terlalu tinggi, merasa
orang lain memiliki harapan berlebih dan adanya kritik negatif dari orang
lain terhadap dirinya, menanyakan kembali keputusannya sendiri,
kehilangan strategi coping yang efektif, dan menunjukkan kebutuhan
terhadap izin.
4. Aspek Perfeksionisme
Hewitt dan Flett (1991) menyimpulkan bahwa perfeksionisme
memiliki aspek intrapersonal dan aspek sosial. Secara lebih spesifik,
analisis faktor terhadap MPS (Multidimensional Perfectionism Scale)
menghasilkan tiga komponen perfeksionisme: self-oriented perfectionism
sebagai dimensi intrapersonal, dan other-oriented perfectionism dan
socially prescribed perfectionism sebagai dimensi sosial atau
interpersonalnya.
a. Perfeksionisme self-oriented
Perfeksionis ini berfokus pada orientasi diri sendiri terkait dengan
menetapkan standar yang amat tinggi terhadap diri, kritik, dan
pengawasan diri berlebihan yang membuat seseorang tidak bisa
menerima kesalahan atau kegagalan. Dimensi perfeksionisme yang
ini mengandung hasrat untuk terus-menerus berusaha agar tidak
pernah salah atau gagal. Perfeksionisme self-oriented yang tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 34
17
memiliki potensi adaptif sebagai rangsangan yang sehat untuk
mencapai prestasi atau menghasilkan karya besar, namun bila
berinteraksi dengan pengalaman yang negatif, dapat menghasilkan
depresi (Hewitt dkk., 1995; Blatt, 1995).
b. Perfeksionisme other-oriented
Perfeksionis ini, lebih berorientasi kepada orang lain terkait dengan
kecenderungan individu menuntut agar orang lain memenuhi
standar-standar yang amat tinggi dan reaktivitas kesalahan yang
dibuat oleh orang lain. Pada aspek ini individu menampilkan
kekakuan, kemarahan dan tidak dapat memberi toleransi yang
menimbulkan permasalahan dalam relaasi dengan orang lain baik di
rumah ataupun dalam pekerjaan. Permintaan dan harapan yang
berlebihan pada orang lain seringkali membuat individu
menyalahkan orang lain, sombong dan dominan pada orang lain.
Individu tersebut memiliki masalah ketika menyerahkan tugas pada
orang lain karena khawatir hasilnya tidak sempurna.
c. Perfeksionisme socially prescribed
Perfeksionis ini adalah persepsi bahwa orang lain menuntut dan
mengharapkan dirinya untuk selalu berhasil mencapai prestasi
dengan standar yang tidak realistis. Tuntutan yang datang dari orang
lain ini terkait dengan persepsi individu perfeksionis bahwa hal itu
harus dipenuhi untuk mendapatkan penerimaan dan penghargaan
dari lingkungannya (Blatt, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 35
18
Menurut Frost, dkk (dalam Blatt, 1995; Dunkley, 2000)
mengkonseptualisasikan perfeksionisme menjadi enam dimensi: (1)
excessive concern over making mistakes (ketakutan berlebihan terhadap
kesalahan), (2) high personal standards (standar-standar personal yang
tinggi), (3) perception of high parental expectations (persepsi bahwa
orangtua punya harapan-harapan yang tinggi terhadap diri), (4)
perception of high parental criticism (persepsi bahwa orangtua amat
kritis terhadap diri), (5) doubt regarding the quality of one’s actions
(keraguan tentang kualitas tindakan yang dilakukan), dan (6) preference
for order and organization (kecenderungan pada kerapian dan
keteraturan).
Dua aspek, yaitu standar personal yang tinggi dan keteraturan-
kerapian, diasosiasikan dengan kebiasaan kerja yang baik, kerja keras,
dan prestasi tinggi. Aspek-aspek lain, terutama aspek ketakutan
berlebihan terhadap kesalahan, persepsi bahwa orangtua menetapkan
standar tinggi, dan keraguan terhadap kualitas tindakan, terkait dengan
penyesuaian maladaptif. Salah satu aspek positif, yaitu keteraturan-
kerapian, dipandang kurang dekat dengan konsep perfeksionisme umum,
karena perfeksionis belum tentu merupakan individu yang teratur, dan
sebaliknya, individu yang sangat rapi dan teratur belum tentu
perfeksionis (Frost dkk., dalam Chang, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 36
19
5. Karakteristik Individu yang Perfeksionis
Menurut Ratna & Widayat (2012) karakteristik individu yang
perfeksionis terbagi menjadi enam, yaitu:
a. Memiliki cita-cita tinggi, standar pribadi yang tinggi (High Self-
expectation) dalam berbagai hal, orang lain memiliki
standar/ekspetasi tinggi, dan ekspetasi tinggi terhadap orang lain
dikelompokkan menjadi karakteristik penetapan standar.
Karakteristik ini dibagi menjadi 3, yaitu: memiliki standar tinggi
pribadi pada berbagai hal; mempercayai bahwa orang lain juga
menetapkan standar tinggi yang harus dicapat; dan memiliki standar
tinggi pada orang lain dalam berbagai hal.
b. Melakukan usaha terbaik untuk mencapai kesempurnaan atau
standar, dan toleransi rendah terhadap kesalahan atau kegagalan
dikelompokkan menjadi karakteristik pencapaian standar yaitu:
melakukan usaha terbaik untuk mencapai kesempurnaan atau
standar, dan toleransi rendah terhadap kesalahan atau kegagalan.
c. Kebanggan terhadap usaha sendiri, menyalahkan diri sendiri atas
kesalahan atau kegagalan yang berkaitan dengan faktor yang dapat
dikontrol, merasa frustasi ketika mengalami kegagalan meskipun
telah memberikan usaha terbaik, ragu-ragu ketika mengumpulkan
tugas atau ujian karena takut melakukan kesalahan, sulit menerima
kritik atau saran dari orang lain, memiliki ketelitian dan kehati-
hatian dalam mengerjakan sesuatu, keyakinan kuat terhadap diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 37
20
sendiri, tidak suka dikalahkan oleh orang lain, keinginan kuat untuk
dihargai, merasa lebih hebat/baik dari orang lain, merasa selalu
bekerja sendiri meskipun dalam kelompok, mengerjakan tugas
berurutan satu per satu, dan keteraturan dalam setiap hal
dikelompokkan menjadi karakteristik personal. Karakteristik ini
dibagi menjadi 9, yaitu: memperhatikan detil, keteraturan, dan
organisasi; keyakinan yang kuat pada diri sendiri; kekhawatiran
terhadap kesalahan; mengukur perpedaan antara apa yang dicapai
dan yang seharusnya dicapai; kecenderungan untuk tidak mudah
menerima kritik dari orang lain; meragukan kemampuan orang lain;
dan kiritik terhadap kesalahan atau kegagalan diri sendiri.
d. Reaksi negatif berlebihan ketika melakukan kesalahan atau
mengalami kegagalan, mood yang cepat berubah ketika melakukan
kesalahan atau mengalami kegagalan, tidak mudah melupakan
kesalahan atau kegagalan yang dialami, dan perasaan negatif ketika
tidak bisa memenuhi harapan orang lain di kelompokkan menjadi
karakteristik emosional yang terdiri dari 6 karakteristik, yaitu:
kecenderungan bereaksi negatif terhadap kesalahan atau kegagalan,
memiliki mood yang cepat berubah ketika membuat kesalahan atau
mengalami kegagalan, dan perasaan malu ketika tidak memenuhi
harapan orang lain.
e. Orang lain akan memberikan kritik jika tidak mencapai standar yang
mereka tetapkan, dan memberikan kritik pada orang lain yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 38
21
sesuai standar yang diinginkan dikelompokkan karakteristik sosial
yang terbagi menjadi: kepercayaan bahwa orang lain akan
memberikan kritik jika tidak mencapai standar atau ekspetasi yang
mereka tetapkan, dan kecenderungan menyalahkan atau mengkritik
orang lain ketika tidak sesuai standar pribadi.
f. Memiliki motivasi tinggi untuk sempurna, orang lain memberikan
semangat (support) untuk mencapai kesempurnaan, dan mengerjakan
segala sesuatu dengan sempurna demi mendapatkan nilai yang
sempurna dikelompokkan menjadi karakteristikmotivasional, yaitu:
memiliki motivasi intrinsik dan ekstrinsik untuk mencapai
kesempurnaan atau standar, dan memiliki motivasi kuat untuk
menghindari kegagalan.
6. Perfeksionis di Bidang Akademik
Ines (2010) mengungkapkan ciri-ciri orang yang perfeksionis di
bidang akademik, yaitu:
a. Selalu bekerja dengan sepenuh hati dan totalitas.
b. Berambisi untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan.
c. Cenderung memaksakan diri untuk melakukan segalanya, walaupun
sebenarnya sudah di luar batas kemampuannya.
d. Mudah sekali kecewa, jika ada satu atau sedikit kekurangan saja,
yang walaupun di mata orang lain biasa saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 39
22
e. Cenderung sulit untuk rela mendelegasikan tugas atau pekerjaannya
kepada orang lain.
f. Cenderung tidak mudah percaya atau terkadang meremehkan
kemampuan orang lain.
g. Mudah emosi dan sering egois.
Selain ciri-ciri di atas, menurut Ines (2010) sikap yang sering ditunjukkan
oleh seorang perfeksionis di bidang akademik adalah sebagai berikut :
a. Sangat berkomitmen, bahkan sering berlebihan dan bisa mencapai
terobsesi.
b. Tidak suka mendelegasikan tugas bagi orang lain, atau kurang
percaya pada kemampuan orang lain.
c. Memiliki kesulitan untuk menghitung prioritas dengan sehat.
d. Memiliki dorongan yang sangat besar untuk mengendalikan segala
sesuatu.
e. Berkompetisi dengan kuat, terdorong untuk menang dalam banyak
hal, bahkan untuk hal-hal yang tidak berarti sekalipun.
f. Memiliki standar yang sangat tinggi, bahkan cenderung tidak
realistis.
g. Sulit untuk fleksibel, cenderung kaku, dan menuntut orang lain
dengan menggunakan standar yang tinggi.
Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
perfeksionisme adalah keinginan seseorang untuk mencapai suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 40
23
kesempurnaan dalam hal akademik karena adanya standar tinggi yang
ditetapkan oleh individu kepada dirinya, orang lain dan pengharapan
orang lain untuk standar tinggi tersebut.
7. Dampak Perfeksionisme pada Perkembangan Akademik
Perfeksionisme memiliki dampak positif dan negatif. Dampak
positifnya adalah dapat mendorong seseorang untuk dapat menghadapi
halangan dan rintangan dalam mengerjakan segala sesuatu. Sedangkan
dampak negatifnya adalah apabila sering menunda-nunda pekerjaan
karena ingin mencari kesempurnaan dalam mencapai hasil dari pekerjaan
itu. Sementara itu Baron dan Wagele (2005: 28) mengungkapkan dampak
positif menjadi tipe perfeksionis adalah :
a. Disiplin dan mampu menyelesaikan banyak hal.
b. Bekerja keras untuk menjadikan dunia ini lebih baik.
c. Memiliki standar dan etika tinggi, tidak terkecuali bagi diri sendiri.
d. Logis, bertanggung jawab dan berdedikasi dalam segala hal yang di
lakukan.
e. Bisa menyatukan fakta-fakta sehingga mendapatkan pemahaman
yang baik dan dapat menemukan solusi yang bijaksana.
f. Menjadi yang terbaik sebisa mungkin dan mengangkat sisi terbaik
dari diri orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 41
24
Sedangkan dampak negatif menjadi tipe perfeksionis menurut
Baron dan Wagele (2005: 29) antara lain:
a. Dikecewakan diri sendiri atau orang lain ketika yang diharapkan tak
terlaksana.
b. Merasa dibebani tanggung jawab yang terlalu berat.
c. Merasa hal yang dilakukan tak pernah cukup memuaskan.
d. Tidak mendapat penghargaan atas apa yang telah dilakukan untuk
orang lain.
e. Kecewa karena orang lain tidak berusaha sekeras saya.
f. Terobsesi atas apa yang telah dilakukan dan yang seharusnya
dilakukan.
g. Merasa tegang, gelisah, dan memandang segala hal terlalu serius.
B. Mahasiswa dan Tugas Akademik
1. Karakteristik Mahasiswa dan Aktivitas Akademik
Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang
menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta
atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa
dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam
berpikir dan keerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak
dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada
diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 42
25
Mahasiswa adalah manusia yang tercipta untuk selalu berpikir yang
saling melengkapi (Dwi Siswoyo, 2007: 121).
Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di
universitas, institut atau akademi, mereka yang terdaftar sebagai murid di
perguruan tinggi. Karakteristik mahasiswa secara umum yaitu stabilitas
dalam kepribadian yang mulai meningkat, karena berkurangnya gejolak-
gejolak yang ada didalam perasaan. Mereka cenderung memantapkan dan
berpikir dengan matang terhadap sesuatu yang akan diraihnya, sehingga
mereka memiliki pandangan yang realistik tentang diri sendiri dan
lingkungannya. Selain itu, para mahasiswa akan cenderung lebih dekat
dengan teman sebaya untuk saling bertukar pikiran dan saling
memberikan dukungan, karena dapat kita ketahui bahwa sebagian besar
mahasiswa berada jauh dari orang tua maupun keluarga. Karakteristik
mahasiswa yang paling menonjol adalah mereka mandiri, dan memiliki
prakiraan di masa depan, baik dalam hal karir maupun hubungan
percintaan. Mereka akan memperdalam keahlian dibidangnya masing-
masing untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja yang
membutuhkan mental tinggi.
2. Hakikat Tugas Akademik
Tugas akademik yang diberikan oleh guru/dosen dapat dikerjakan di
sekolah, kampus, dan rumah. Tugas-tugas tersebut dapat membangun
prestasi dan kemampuan siswa/mahasiswa dalam bidang akademik. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 43
26
Woolfolk (1990) menegaskan tugas akademik adalah pekerjaan yang harus
dipenuhi oleh siswa/mahasiswa, termasuk lingkup muatan dan operasi
mental yang diperlukan untuk mengasah kemampuan siswa/mahasiswa.
Tugas akademik mengandung sejumlah operasi tertentu yang menuntut
siswa/mahasiswa untuk menghafal, membuat suatu kesimpulan,
menganalisa, menggolongkan, ataupun menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Erika ( 2012) menjelaskan tugas akademik merupakan sesuatu yang
bersifat ilmu pengetahuan, wajib dikerjakan dan dilakukan. Oleh karena itu,
tugas akademik tersebut perlu untuk dikerjakan dengan baik. Tugas
akademik juga sesuatu yang harus dikerjakan atau beban yang diserahkan
kepada orang lain untuk diselesaikan, yang berhubungan dengan akademik
atau berhubungan dengan dunia pendidikan dan bersifat akademis.
3. Ragam Tugas Akademik pada Mahasiswa
Menurut Slameto (Nugrahani, 2012) mengerjakan tugas dapat
berupa pengerjaan tes atau ulangan atau ujian yang diberikan guru/dosen,
termasuk membuat atau mengerjakan latihan - latihan yang ada di dalam
buku-buku ataupun soal-soal buatan sendiri. Jadi, tugas akademik
merupakan tugas bersifat akademis yang diserahkan kepada
siswa/mahasiswa untuk dikerjakan dan diselesaikan seperti mengerjakan PR
(pekerjaan rumah), membuat laporan praktikum dengan membuat
kesimpulan, ringkasan, dan menganalisa, menghafal materi belajar, serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 44
27
4. Perfeksionis dalam Mengerjakan Tugas Akademik, Sebab dan
Akibatnya
Perfeksionisme adalah perilaku menetapkan dan berjuang
memenuhi standar yang tinggi terhadap diri sendiri, orang lain, serta
memenuhi ekspetasi dari orang lain untuk mencapai kesempurnaan (Frost
et al, 1990; Hewitt & Flett, 1991). Individu dengan standar tinggi
personal menetapkan standar berlebihan dirinya. Individu dengan standar
tinggi personal juga berupaya keras agar standarnya tercapai. Tidak
jarang individu dengan standar tinggi personal memberikan punishment
bagi dirinya apabila tidak mampu mencapai standar yang ia tetapkan.
Standar tinggi ditetapkan individu berkaitan dengan kualitas
akademik. Individu yang memiliki standar tinggi berusaha secara keras
dan memaksa dirinya agar mencapai tujuan. Individu dengan standar
personal tinggi juga kurang mampu mengontrol emosi dan tekanan
membuat individu mudah terserang stres. Individu tersebut juga merasa
tidak puas terhadap statusnya sebagai mahasiswa apabila tidak mampu
memenuhi standar.
Individu perfeksionis juga memiliki standar interpersonal. Standar
interpersonal adalah standar tinggi yang dibuat oleh individu terhadap
pekerjaan orang lain. Individu dengan standar interpersonal juga
memiliki harapan agar orang lain mampu bekerja dengan sempurna.
Individu perfeksionis memiliki persepsi bahwa orang lain
menetapkan bagi dirinya (Shafran, Egan, Wade, 2010). Persepsi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 45
28
seperti orang lain menuntut individu untuk bekerja dengan sempurna
dengan menilai pekerjaan individu.
Individu perfeksionis memiliki respon negatif akan kesalahan.
Individu tersebut memandang bahwa kesalahan adalah sebuah kegagalan
dan merasa inferior atas kesalahan tersebut. Individu perfeksionis juga
percaya bahwa dirinya kehilangan rasa hormat dari orang lain. Respon
negatif akan kesalahan berkaitan dengan motivasi dan performasi
akademik. Individu yang memiliki respon negatif akan kesalahan juga
kurang mampu mengontrol emosi dan mengatasi tekanan yang berasal
dari dirinya dan tekanan sosial.
Individu perfeksionis selalu merasa tidak puas atas pekerjaannya.
Individu tersebut merasa ragu-ragu dan merasa pekerjaan yang ia lakukan
belum selesai. Keetidakpuasan pada pekerjaan individu terkait dengan
hasil dan jangka waktu bekerja. Ketidakpuasan pada pekerjaan ini juga
terkait dengan kualitas akademik, kontrol emosi dan pengelolaan tekanan
atau tuntutan dalam dirinya.
C. Kerangka Pikir
Mahasiswa mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengerjakan
tugas dan mempunyai potensi masing-masing. Sebagian mahasiswa
menganggap tugas dari dosen baik itu tugas harian maupun tugas akhir
sebagai sebuah beban yang sangat berat, sebagian merasa tidak
mempermasalahkan tugas tersebut. Dari hal tersebut, mengindikasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 46
29
bahwa mahasiswa yang menuntut standar nilai yang cukup tinggi agar
membuat dirinya termotivasi untuk mencapainya adalah mahasiswa yang
mempunyai sifat perfeksionis yang normal. Namun, jika perasaan untuk
mencapai standar nilai yang tinggi akan ditekan oleh diri dan orang lain.
Tekanan berupa kritikan dari orang lain merupakan hal yang tidak
menyenangkan bagi mahasiswa. Hal tersebut, akan mengarah kepada
kepribadian perfeksionis yang neurotik. Tanda-tanda seperti ditentukan pada
beberapa mahasiswa menjadikan mengumpulkan tugas lebih cepat dari
waktu yang ditentukan karena tugas yang terlalu mudah, atau mengumpulkan
tugas lebih lambat karena individu berusaha mengerjakan sesempurna
mungkin.
Kepribadian perfeksionis tersebut, dapat menimbulkan stimulus ketika
mengerjakan tugas akademik. Stimulus pada mahasiswa yang mempunyai
kepribadian perfksionis neurotik dalam mengerjakan tugas seperti selalu
mempunyai standar yang tinggi dan berpikir untuk melakukan sesuatu dengan
sempurna, tanpa kesalahan apapun. Mereka yakin bahwa kesempurnaan itu
akan berbuah kesuksesan. Di satu sisi lain, sifat ini diperlukan agar kita bisa
memberikan hasil terbaik.
Untuk mendapatkan hasil yang sempurna membutuhkan waktu lama
sehingga mahasiswa harus melewati tenggat waktu atau bahkan membuat
orang lain kesulitan karena mahasiswa akan menuntut mereka memiliki
standar kerja yang sama. Akibatnya, ketika keinginan untuk sempurna
semakin tinggi tidak bisa dikendalikan sehingga berubah menjadi obsesi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 47
30
Ketika mahasiswa tidak bisa mencapai apa yang diharapkannya (nilai
A) maka mahaiswa tersebut merasa tidak puas dan menyalahkan dirinya
sendiri karena sudah terobsesi. Maka mahasiswa tersebut akan memperbaiki
caranya namun dengan hal yang sama. Berbeda dengan mahasiswa normal,
walaupun mereka mempunyai target yang cukup tinggi tetapi mereka sadar
akan potensi yang dimilikinya. Hasilnya mereka cukup puas dan mensyukuri
atas hasil kerja kerasnya.
Mahasiswa
Perfeksionisme
Neurotik
Perfeksionisme
Normal
Stimulus dalam
mengerjakan tugas
Harapan pencapaian dan
tuntutan penerimaan dari
lingkungan tinggi
Harapan pencapaian dan
tuntutan penerimaan dari
lingkungan rendah
Evaluasi dan kritik
terhadap hasil negatif
Ketidakpuasan terhadap
hasil mengerjakan tugas
akademik
Kepuasan terhadap hasil
mengerjakan tugas
akademik
Evaluasi dan kritik
terhadap hasil positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 48
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini dipaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek
penelitian, teknik dan instumen data, keabsahan data, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
metode studi kasus. Bogdan dan Tailor (Moleong, 2007) menjelaskan bahwa
penelitian yang menggunakan metode kualitatif menghasilkan data deskriptif,
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Penelitian kualitatif ini bersifat alamiah. Penelitian tidak berusaha
memanipulasi keadaan maupun kondisi lingkungan penelitian melainkan
melakukan penelitian terhadap suatu keadaan pada situasi dimana keadaan
tersebut memang ada. Penelitian ini secara sengaja melihat dan membiarkan
kondisi yang diteliti berada dalam keadaan yang sebenarnya.
Metode penelitian adalah studi kasus. Studi kasus merupakan studi
yang mendalam tentang individu dan berjangka waktu relatif lama, terus
menerus serta menggunakan objek tunggal, artinya kasus dialami oleh satu
orang. Dalam kasus ini peneliti mengumpulkan data mengenai diri subjek dari
keadaan masa sebelumnya, masa sekarang dan lingkungan sekitarnya.
Kelebihan dari studi kasus adalah kemungkinan untuk melakukan
penyeledikan secara mendalam dimana studi kasus berusaha untuk
memahami individu atau orang dewasa secara utuh dalam totalitas lingkungan
individu tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 49
32
Peneliti melakukan studi kasus dengan landasan teori sebagai acuan
ketika peneliti akan menggali suatu hal yang berkaitan dengan subjek.
Diharapkan dengan landasan teori yang telah disebutkan pada bab
sebelumnya dapat mendasari setiap langkah yang dilakukan oleh peneliti,
baik ketika menyusun pedoman wawancara, ketika melakukan wawancara
ketika menggali data dari sumber lain yang terkait.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018 dan bulan Febuari
2018 di kos subjek. Kos subjek dipilih sebagai tempat dari penelitian ini
dikarenakan kos tersebut nyaman dan aman untuk wawancara serta menjaga
asas kerahasiaan dari subjek. Waktu yang digunakan oleh peneliti selama
wawancara pada Melati sekitar satu jam dari pukul 16.00-17.00 WIB
sedangkan wawancara peneliti dengan Mawar sekitar satu jam dari pukul
20.00-21.00 WIB.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Mawar dan Melati (nama
samaran). Alasan pemilihan Mawar dan Melati sebagai subjek karena
memperlihatkan tanda-tanda seseorang yang perfeksionis dalam mengerjakan
tugas, hal ini berhasil dilihat langsung oleh peneliti dari sifatnya yang
memiliki standar yang tinggi, keteraturan dalam mengerjakan sesuatu dengan
terstruktur, reaktivitas terhadap kesalahan, detail dan memeriksa setiap apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 50
33
yang dikerjakan. Sifatnya tersebut muncul ketika Mawar dan Melati sedang
mendapatkan tugas dari dosen baik kelompok maupun individu. Mawar dan
Melati memiliki standar yang tinggi untuk hasil yang ingin dicapai yaitu
mendapatkan nilai A.
Peneliti sebelumnya sudah meminta ijin kepada Mawar dan Melati
untuk dijadikan subjek penelitian dan beruntungnya Mawar dan Melati
bersedia untuk diajak kerjasama dalam proses penelitian ini. Mawar dan
Melati merupakan teman sekelas peneliti, sehingga diharapkan peneliti bisa
dan mau terbuka dalam proses penelitian ini sehingga nantinya mendapatkan
hasil yang baik.
1. Identitas Subjek Pertama
a. Nama : Mawar (disamarkan)
b. Tempat, tanggal lahir : Madiun, 11 Agustus 1995
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Kristen
e. Alamat : Madiun
f. Anak ke (dari) : 1 (tunggal)
g. Pendidikan terakhir : SMK
h. Hobi : Membaca dan Menyanyi
i. Cita-cita : Dosen/ Berkarir dalam dunia pendidikan
j. Cacat Tubuh : Tidak ada
k. Bahasa Sehari-hari : Bahasa Indonesia
l. Motto Hidup : Blessed for Blessing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 51
34
2. Identitas Subjek Kedua
a. Nama : Melati (disamarkan)
b. Tempat, tanggal lahir : Boawae, 05 Agustus 1997
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Katolik
e. Alamat : Nagenai
f. Anak ke (dari) : 1 dari 2 bersaudara
g. Pendidikan terakhir : SMA
h. Hobi : Membaca, menari, memasak, menyanyi
i. Cita-cita : Konselor Profesional dan Pengusaha
j. Cacat Tubuh : Tidak ada
k. Bahasa Sehari-hari : Bahasa Indonesia
l. Motto Hidup : Selalu jadi berkat untuk sesama dan
senantiasa percaya kepada Tuhan
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2010) teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan
data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data
dapat menggunakan sumber primer, dan sekunder. Sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 52
35
sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, contohnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi
yang alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih
banyak pada observasi berperanserta, wawancara yang mendalam, dan
dokumentasi. Terdapat empat macam teknik pengumpulan data yaitu: teknik
pengumpulan data dengan observasi, teknik pengumpulan data dengan
wawancara, teknik pengumpulan data dengan dokumen, triangulasi. Dalam
hal ini, peneliti menggunakan tiga macam teknik yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah salah satu cara mengumpulkan dengan
mengamati perilaku subjek secara langsung. Melalui observasi, peneliti
belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono,
2013). Peneliti melakukan observasi saat pertama datang ke tempat
subjek berkumpul dan selama proses penggalian data yang dilakukan
bersama subjek.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif menggunakan instrumen
penelitian berupa pengamatan (observasi), karena observasi merupakan
teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesfik dari sifat
perfeksionis harus dicermati, sebab sifat perfeksionis akan tampak dalam
wujud perilaku. Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah
mengamati sifat perfeksionis pada mahasiswa dalam mengerjakan tugas
meliputi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 53
36
a. Tujuan :
Untuk memperoleh informasi dan data baik mengenai kondisi fisik
maupun non fisik dalam pelaksanaan penelitian kualitatif.
b. Aspek yang diamati:
Tabel 3.1 Pedoman Observasi
1) Perilaku mahasiswa ketika sedang mengerjakan tugas di kampus.
No Mawar Melati
1. Subjek mengerjakan ketika
waktunya sudah deadline.
Mengerjakan tugas sambil
mendengarkan musik.
2. Subjek fokus mengerjakan
tugas dengan adanya
referensi (buku dan internet)
Ketika sedang berdiskusi, subjek
mengerjakan tugas yang belum
diselesaikan.
3. Subjek mengerjakan sambil
ngobrol dengan teman.
Ketika subjek mengerjakan tugas,
ia jarang memperdulikan
disekitarnya
4. Subjek mengerjakan dengan
terstruktur
Subjek mengerjakan tugas dengan
membanding-bandingkan dengan
teman yang lain, jika ada yang
kurang ditambahi oleh subjek.
2) Ketakutan berlebihan terhadap kesalahan mengerjakan tugas
No Contoh Perilaku
1. Subjek cemas tidak mendapatkan nilai A.
2. Subjek khawatir dengan tugas yang sudah dikumpulkan.
3. Subjek mengecek kembali tugas yang sudah dikerjakan
3) Standar-standar personal yang tinggi terhadap diri
No Contoh Perilaku
1. Subjek membandingkan hasil nilai dirinya dengan teman yang
lebih tinggi
2. Subjek selalu mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh demi
meraih IPK yang memuaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 54
37
4) Hasrat untuk terus-menerus berusaha agar tidak pernah salah atau
gagal.
No Contoh Perilaku
1. Subjek cenderung mengeluh dan tidak puas dalam mencapai
tujuan.
2. Subjek lebih teliti dalam mengerjakan tugas untuk meminimalisir
kesalahan.
3. Subjek meminta tugas pengganti kepada dosen ketika ia terlambat
mengumpulkan tugas.
5) Keraguan tentang kualitas tindakan yang dilakukan.
No Contoh Perilaku
1. Subjek ragu-ragu dengan jawabannya.
2. Subjek terlambat mengumpulkan tugas demi menyempurnakan
tugas.
3. Subjek cenderung detil dan memeriksa sedang mengerjakan tugas.
6) Perilaku yang cenderung pada kerapian dan keteraturan.
No Contoh Perilaku
1. Subjek mengerjakan tugas secara terstruktur.
2. Subjek mengerjakan tugas dalam keadaan rapi.
3. Subjek cenderung mengerjakan tugas secara sistematik dan sesuai
dengan aturan.
4. Subjek mengurutkan jawaban tugas secara tertata.
7) Proses belajar mengerjakan tugas baik sendiri maupun dengan
teman-teman.
8) Suasana/iklim kehidupan sehari-hari baik secara akademik
maupun sosial.
9) Interaksi dengan teman di kampus.
No Contoh Perilaku
1. Subjek sering berbeda pendapat dengan temannya.
2. Subjek sering berdiskusi dalam mengerjakan tugas
3. Subjek sering berkomunikasi dengan semua orang atau orang-
orang tertentu saja
10) Sarana belajar (buku referensi, laptop, internet, alat tulis, dsb).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 55
38
2. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini diadakan bebas terpimpin yang
menggunakan petunjuk umum wawancara. Dalam hal ini pewawancara
terlebih dahulu membuat kerangka dan garis pokok pertanyaan yang
telah dirumuskan tidak harus ditanyakan secara berurutan. Penggunaan
petunjuk wawancara sebagai garis besar dimaksudkan agar fokus yang
telah ditetapkan, sehingga semua fokus dapat terungkap. Dalam
mengumpulkan data, peneliti melakukan wawancara langsung dengan
narasumber yang diperlukan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.
Pada teknik ini, peneliti datang berhadapan muka secara langsung dengan
responden atau subjek yang diteliti, kemudian peneliti menanyakan
sesuatu yang telah direncanakan dalam pedoman wawancara kepada
responden.
Pedoman wawancara ini diadakan bebas terpimpin yang
menggunakan petunjuk umum wawancara. Dalam hal ini pewawancara
terlebih dahulu membuat kerangka dan garis pokok pertanyaan yang
telah dirumuskan tidak harus ditanyakan secara berurutan. Penggunaan
petunjuk wawancara sebagai garis besar dimaksudkan agar fokus yang
telah ditetapkan, sehingga semua fokus dapat terungkap. Dalam
mengumpulkan data, peneliti melakukan wawancara langsung dengan
narasumber yang diperlukan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.
Pada wawancara ini, peneliti datang berhadapan muka secara langsung
dengan responden atau subjek yang diteliti, kemudian peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 56
39
menanyakan sifat perfeksionis pada mahasiswa dalam mengerjakan tugas
yang telah direncanakan dalam pedoman wawancara kepada responden.
a. Pertanyaan penelitian :
Berdasarkan Skala Perfeksionisme Multidimensi
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara
No Aspek Indikator Pertanyaan
1. Self-Oriented Menetapkan Standar
yang amat tinggi
terhadap diri.
1. Apa tujuan anda mengerjakan
tugas?
2. Apa yang anda pikirkan dan
rasakan ketika anda tidak berhasil
mencapai tujuan anda?
3. Apa yang dimaksud dengan
kesuksesan menurut anda?
4. Menurut anda seberapa penting,
jika anda mendapatkan nilai A?
5. Bagaimana usaha anda untuk
menjadi yang terbaik dalam
mengerjakan tugaas?
Kritik dan pengawasan
diri.
6. Hal-hal apa sajakah yang membuat
anda merasa ada yang kurang dari
pekerjaan yang anda lakukan?
7. Seberapa penting anda melakukan
hal terbaik dalam mengerjakan
tugas?
8. Bagaimana perasaan anda ketika
tugas yang anda kerjakan belum
maksimal?
Hasrat untuk terus-
menerus berusaha agar
tidak pernah salah atau
gagal.
9. Menurut anda, apakah anda merasa
tidak mempunyai kekurangan
ketika mengerjakan tugas?
10. Apakah anda harus bekerja dengan
potensi penuh setiap saat?
11. Apakah anda selalu memotivasi
diri anda ketika anda mulai
kesusahan dalam mengerjakan
tugas?
Kecenderungan pada
kerapian dan keteraturan
yang sangat detail.
12. Apakah anda mengerjakan tugas
dengan terstruktur?
13. Apakah anda mengerjakan tugas
secara sistematik dan sesuai
dengan aturan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 57
40
14. Apakah anda dalam mengerjakan
tugas selalu tertata rapi?
2. Other-Oriented Kecenderungan individu
menuntut agar orang lain
memenuhi standar-
standar yang amat tinggi.
15. Apakah anda berharap lebih
terhadap teman-teman anda?
16. Jika anda meminta seseorang untuk
melakukan sesuatu, apa yang anda
harapkan dari seorang tersebut?
17. Seberapa sering anda mengkritik
teman anda dalam mengerjakan
tugas?
18. Apakah anda tidak tahan melihat
orang lain membuat kesalahan?
19. Apakah anda memiliki harapan
yang tinggi (nilai A) untuk teman
anda?
20. Apakah anda berusaha mengajak
belajar kepada teman yang
mempunyai nilai rata-rata agar
mendapatkan nilai A?
21. Apakah anda pernah menyuruh
teman anda untuk mengerjakan
tugas yang sulit?
Reaktivitas terhadap
kesalahan
22. Apakah anda sering mengatur
teman anda ketika teman anda
melakukan kesalahan?
23. Apakah anda merasa selalu ada
yang kurang terhadap tugas yang
orang lain kerjakan?
3. Socially-
Prescribed
Orang lain menuntut dan
mengharapkan individu
untuk selalu berhasil
mencapai prestasi
dengan standar yang
tidak realistis.
24. Bagaimana tanggapan orang-orang
ketika anda membuat kesalahan?
25. Apakah keluarga anda
mengharapkan anda untuk
mencapai nilai maksimal?
26. Apakah orangtua anda
mengharapkan anda untuk unggul
dalam semua mata kuliah?
27. Bagaimana pendapat orangtua anda
jika gagal mendapatkan hasil yang
maksimal?
28. Bagaimana menurut pendapat
orang lain ketika anda sudah
melakukan yang terbaik?
29. Apakah anda merasa bahwa orang
terlalu menuntut anda?
30. Apakah orang-orang yang penting
bagi anda “seharusnya” tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 58
41
pernah mengecewakan anda?
Tuntutan dari orang lain,
terkait dengan persepsi
individu perfeksionis
dapat dipenuhi untuk
mendapatkan
penerimaan dan
penghargaan dari
lingkungannya.
31. Bagaimana perasaan anda untuk
memenuhi harapan orang lain?
32. Jika anda membantu teman anda
mengerjakan tugas dengan baik,
dengan begitu apakah anda
diharapkan untuk membantunya
lagi?
33. Bagaiamana tanggapan orang lain
jika anda tidak unggul dalam
segala hal?
34. Bagaimana pendapat anda ketika
anda tidak dapat diganggu dengan
orang-orang yang tidak mau
berusaha untuk menjadi lebih baik?
Keraguan tentang
kualitas tindakan yang
dilakukan.
35. Bagaimana orang lain
mengharapkan lebih dari anda?
36. Bagaimana pendapat orang lain
ketika anda masih berkompeten
bahkan jika anda melakukan
kesalahan?
E. Keabsahan Data
Agar penelitian ini menjadi penelitian ilmiah, maka data yang
diperoleh perlu diperiksa keabsahannya. Metode pengujian keabsahan data
yang digunakan adalah triangulasi. Triangulasi merupakan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Meleong,
2008). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber.
Hal itu dapat dicapai dengan cara: (1) membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang
di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3)
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengna apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa
yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 59
42
dikatakannua sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat
biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan (Meleong, 2008:331).
F. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan,dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menysusn ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain. Tahapan analisis yang dilakukan peneliti
yaitu:
1. Rekam
Peneliti merekan seluruh pembicaraan wawancara dengan responden
menggunakan recorder.
2. Menyusun verbatim
Peneliti menyusun verbatim dari seluruh pembicaraan yang terekam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 60
43
3. Reduksi data
Dari hasil verbatim yang kompleks dan rumit, peneliti merangkum
verbatim, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dan membuang yang tidak perlu.
4. Pengkodean/Coding
Pengkodean yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengkondean
berbuka. Pengkodean berbuka merupakan bagian dari analisis yang
terutama barkaitan dengan pemberian nama dan pengelompokkan
fenomena melalui pemeriksaan data yang cermat (Strauss & Corbin,
2003:56). Adapun prosedur yang digunakan yaitu:
a. Penemuan Kategori
Konsep-konsep hasil penelitian dikelompokkan yang sama dengan
yang sama. proses pengelompokkan konsep yang tampaknya
berhubungan dengan fenomena yang sama disebut pengkategorian
(Strauss & Corbin, 2003:60).
b. Penamaan Kategori
Setelah data dikategorikan, kategori-kategori tersebut perlu diberikan
nama/coding. Sumber nama yang digunakan peneliti adalah kata dan
frase yang digunakan mudah diinigat. Pentingnya penamaan kategori
yaitu agar peneliti dapat mengingatnya dan membahasnya.
c. Variasi Cara Pengkodean Berbuka
Terdapat beberapa cara pendekatan terhadap proses pengkodean
berbuka. Pendekatan yang peneliti gunakan yaitu mengkodean per
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 61
44
kalimat atau paragraf. Peneliti mencari gagasan utama yang
terkandung dalam kalimat atau paragraf, lalu memberikannya nama/
kode.
5. Analisis
Peneliti menganalisis data yang telah disusun dan sudah diberi kode.
Setelah memberi kode pada tema yang muncul dalam verbatim,
selanjutnya adalah kategorisasi atau penyajian data. Kategorisasi berarti
memilah-milah tema-tema yang besar, sub-sub tema dari semua data
sehingga dapat ditemukan pola dari verbatim. Setelah menemukan
kalimat yang memperkuat tema, maka tahap selanjutnya menyaring data.
Penyaringan data dilakukan dengan mencari gambaran besar dari hasil
penelitian, memilah yang penting dan yang tidak penting, temuan yang
utama atau yang hanya penunjang. Setelah semua tahap dilakukan,
selanjutnya melakukan interpretasi akhir. Tahap ini menjelaskan makna
yang terpenting dari data yang diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 62
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang informasi-informasi yang telah diperoleh
dilapangan pada saat penelitian sebagai studi kasus seperti yang telah dijelaskan
dalam BAB III. Informasi berikut diperoleh langsung dari sumber yang relevan
sebagai penguat data.
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan
wawancara. Terlebih dahulu dilakukan dengan observasi di lapangan, setelah
itu observasi penelitian dilakukan terhadap dua subjek. Observasi dilakukan
demi untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan lingkungan kehidupan
sehari-hari subjek. Hasil observasi ini akan digunakan dalam penyusunan
guide interview (pedoman wawancara) yang akan digunakan dalam
penelitian. Guide interview yang disusun akan berisi beberapa pertanyaan
yang diharapkan mampu mengungkapkan permasalahan penelitian.
Guide interview yang disusun berdasarkan perntanyaan yang
diharapkan mampu mengungkapkan hal-hal yang menjadi pertanyaan
penelitian. Kemudian disusun daftar pertanyaan yang dapat dilihat pada
lampiran. Dalam proses wawancara, pertanyaan dapat dikembangkan sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan penelitian.
Pelaksanaan penelitian dilakukan setelah peneliti mencari subjek yang
tepat untuk dijadikan bahan penelitian. Peneliti menemui langsung kedua
subjek yang akan diteliti karena kedua subjek menyadari bahwa diri subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 63
46
adalah pribadi yang perfeksionis. Setelah itu peneliti berbicara dengan baik-
baik mengenai diri subjek sebagai pribadi yang perfeksionis sehingga
mendapatkan ijin dari kedua pihak subjek untuk dijadikan bahan penelitian.
Setelah adanya kesediaan dari subjek untuk diteliti, maka selanjutnya
menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan penelitian. Penentuan
waktu yang disepakati untuk penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 Januari
2018 dan 31 Januari 2018.
Wawancara yang pertama dilakukan di kos Melati pada tanggal 28
Januari 2018 pukul 16.00-17.00 WIB. Wawancara kedua dilaksanakan di kos
Mawar pada tanggal 31 Januari pukul 21.00-22.00 WIB.
B. Pelaksanaan Intervensi dan Hasil Penelitian
Dari observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap kedua
subjek diperoleh hasil yang berkaitan dengan pribadi perfeksionisme dalam
mengerjakan tugas akademik.
1. Gambaran perfeksionis pada mahasiswa dalam mengerjakan tugas
akademik.
a. Mawar
Mawar merupakan anak perempuan tunggal yang
mempunyai hobi membaca dan menyanyi. Mawar lulusan dari SMK
yang mempunyai cita-cita sebagai dosen atau berkarir di dunia
pendidikan. Ekonomi keluarga Mawar tergolong menengah, hal itu
membuat Mawar berhenti satu tahun setelah lulus SMK untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 64
47
bekerja demi membantu perekonomian orangtua dan sambil mencari
beasiswa untuk melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Setelah
mendapatkan beasiswa penuh untuk masuk program studi
Bimbingan dan Konseling di Universitas Sanata Dharma, Mawar
dituntut oleh orangtuannya untuk selalu berhasil mencapai prestasi.
Oleh karena itu, tuntutan orangtua mengharapkan nilai yang
maksimal (A) dalam mengerjakan tugas.
Dalam proses perkuliahan, Mawar termasuk mahasiswa yang
selalu fokus saat proses pembelajaran berlangsung. Bagi Mawar
sembilan puluh persen harus memperhatikan dosen karena Mawar
cenderung menggunakan gaya belajar mendengarkan (auditory) dan
selalu mencatat penjelasan dari dosen. Hal ini terbukti ketika proses
belajar berlangsung handphone miliknya selalu di matikan karena
dapat mengganggu dirinya untuk konsentrasi. Usaha-usaha tersebut
bertujuan untuk mencapai nilai yang maksimal (A) dan dapat
membanggakan kedua orangtua. Namun disisi lain Mawar juga
merasa kecewa dan tertekan ketika tidak berhasil mencapai tujuan.
Dalam mengerjakan tugas, Mawar mempunyai target sendiri kapan
dia mengerjakan tugas tetapi sering kelewat batas dari target yang
ditetapkan. Mawar juga sering mencemaskan isi atau konten yang
dikerjakan orang lain (merasa tidak puas).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 65
48
b. Melati
Melati adalah anak pertama dari dua bersaudara, Melati
mempunyai hobi membaca, menari, memasak, dan menyanyi. Cita-
cita Melati adalah menjadi seorang konselor profesional dan
sekaligus pengusaha. Melati memiliki target yang tinggi karena
menurut Melati memiliki kualitas diri untuk mampu mencapai tujuan
yang diinginkan. Melati selalu memiliki pola pikir sendiri yang
menuntut dirinya sendiri untuk mengerjakan tugas dengan usaha
terbaik karena ingin membuktikan bahwa Melati mampu dan
membuat bangga orangtua.
Melati sering mendengarkan musik sambil mengerjakan
tugas. Dalam proses mengerjakan tugas Melati cenderung menunda-
nunda hingga deadline. Terkadang ketika kerja kelompok Melati
memprioritaskan mengerjakan tugasnya terlebih dahulu karena
dalam waktu dekat akan dikumpulkan.
2. Aspek perfeksionis yang dominan pada 2 mahasiswa yang menjadi
subjek penelitian.
Kedua subjek memiliki jenis perfeksionis yang berbeda dalam
mengerjakan tugas. Hasil data yang didapatkan oleh peneliti terhadap
Mawar bahwa subjek merupakan pribadi perfeksionis socially prescribed
yang mengarah ke perfeksionis yang menyimpang. Hal tersebut
dikarenakan subjek dituntut oleh orangtuanya untuk bisa mendapatkan
nilai yang maksimal. Oleh karena itu, Mawar merasa tertekan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 66
49
tuntutan orangtua yang mengharapkan nilai yang maksimal (A) dalam
mengerjakan tugas. Dalam hal ini Mawar mengungkapkan:
Mawar: “Iya sangat, mama biasanya “hah IPmu segitu? Kok turun”
oh my god, terutama papaku sih, papaku tuh orangnya menuntut
banget nilai. Jadi itulah kenapa aku jadi kayak ambisius, yang harus
gini-gini, orangtuaku juga nuntut. Apalagi aku anak tunggal, ya
cuman aku yang bisa diharapkan, biasanya kayak kemaren “loh
kemaren 4, kok sekarang jadi 3,8” ya gitu-gitulah. Sebenernya kalo
marah tuh enggak cuman kalimat-kalimatnya itu membuatku untuk ya
gak boleh aku dapet nilai segitu, kek pernah papaku ngomong tpi aku
lupa kalimatnya yang intinya “loh anak e papa kan pinter Ipnya tuh
4” jadi membuat seolah-olah gak boleh nilai turun. Marahin bentak-
bentak itu enggak cuman ya itu tadi mengucapkan kalimat-kalimat
harapan dan menuntuk untuk aku bisa yang kayak gini dan gak boleh
kayak gitu. Kalo papaku sering banding-bandingin aku sama si A si B
padahal papaku gak tau juga nilainya berapa, kalo mamaku lebih
mendetail biasanya “kenapa toh nilaimu bisa turun? Kebanyakan
rapat yo? Kecapekan? Mana yang lebih jadi prioritasmu gitu-gitu.”
Untuk alasan apa Mawar ingin selalu nilai yang unggul, dalam hal ini
subjek mengungkapkan sebagai berikut:
Mawar: “Ya itu tadi sama kayak itu. “Yo kan kamu dulu bisa to
ngerjain kayak gini kok sekarang gak bisa?”. Kalo papaku sih ya itu
tadi “anak e papa itu pinter toh? Lhaiya kamu pasti bisa”. Intinya
kalimatnya diulang-ulang kurang lebih kayak gitu. Aku tau papaku
nuntut kayak gitu alesannya kenapa? Misalkan aku kan dapet
beasiswa aku tahu kebutuhanku maksudte itu segagai dasar kenapa
aku harus unggul. Tapi kalo mamaku ingetin “kamu kan dapet
beasiswa kan? Kamu harus tau prioritasmu apa?” diingetin juga
masa perjuanganku biar daper beasiswa untuk terus bertahan. Ohiya
gini juga “kamu kan dari keluarga yang sederhana ya? Jadi bawa
nama baik keluarga. Kamu juga harus bisa kayak yang lain-lain.”
Sedangkan hasil data yang didapatkan oleh peneliti terhadap
Melati bahwa subjek merupakan pribadi perfeksionis self-oriented yang
mengarah ke perfeksionis menyimpang. hal tersebut dikarenakan Melati
mempunyai standar yang tinggi dalam tujuannya sehingga Melati
menekan dirinya sendiri harus bisa mencapainya. Jika Melati gagal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 67
50
mencapai tujuannya maka Melati akan merasa terpukul. Hal ini dapat
dilihat kutipan hasil wawancara dengan subjek Melati.
Untuk tujuan apa Melati mengerjakan tugas, dalam hal ini subjek
mengungkapkan sebagai berikut:
Melati: “Tujuan saya adalah saya ingin.. yang pertama
menyelesaikan tugas yang di berikan dosen, tapi lebih dari itu saya
mengerjakan tugas karena saya ingin memberikan yang terbaik, saya
ingin orang tau kualitas saya seperti ini dilihat dari tugas saya. Saya
ingin tugas saya itu berkualitas baik dan orang yang melihat itu akan
paham, mengerti, memuji “oh ternyata dia bisa berpikir seperti ini”
kayak gitu sih.”
Melati memikirkan dan merasakan ketika tidak mencapai tujuan yang
diharapkan, dalam hal ini subjek mengungkapkan sebagai berikut:
Melati: “Pertama sedih iya pasti, kayak ngerasa minder apalagi
ngeliat temen ada yang berhasil. Itu mungkin kalo dari 100%
perasaanku ada di 10% lebih dari itu saya sadar, saya harus belajar
karena saya seperti ini karena salah saya sendiri. Lebih melihat kesitu
yaa sebagai pelajaran “lain kali jangan lagi seperti itu”.
Menyalahkan diri sendiri juga ada sih pas pada hari itu tapi esok
harinya terus lupa karena kan itu salah saya sendiri.”
3. Dampak perfeksionis yang dialami mahasiswa dalam mengerjakan
tugas akademik.
Dampak yang sering dialami oleh Mawar antara lain merasa
kecewa dan tertekan ketika tidak berhasil mencapai tujuan, sering
menunda-nunda mengerjakan tugas, mencemaskan isi atau konten yang
dikerjakan orang lain (tidak puas). Setelah merasa gagal, Mawar
merefleksikan diri untuk melihat kembali dimana letak kesalahan yang
dilakukannya. Hal tersebut terbukti dengan kutipan hasil wawancara pada
Mawar sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 68
51
Mawar: “Wah kalo aku sih rasanya sedih, kecewa, terus tertekan
juga. Nah pas sedih itu aku pasti merefleksikan diriku, dimana yang
kurang apa yang belum? Dari situ aku mesti menuntut diri untuk lebih
baik lagi.”
Hal-hal yang membuat Mawar merasa ada yang kurang dari pekerjaan
dilakukan, dalam hal ini subjek mengungkapkan sebagai berikut:
Mawar: “Kalo aku tipikal orangnya sebernernya bertarget gitukan
aku bakal ngerjainnya hari ini selesainya segini gitu kan? Tapi
kadangnya meleset gitulah manusia hahaha, kelewat dari target.
Kadang kayaknya molor gitu, misal masih ada dua hari lagi kok.
Akhirnya gitu deh. Kadang baru mulai sedikit terus ada yang lebih
diperioritaskan lagi jadi ditunda. Jadi meleset gak tepat
deadlinenya.”
Dampak yang dialami Mawar tidak hanya dari orientasi diri saja
(internal) namun juga berorientasi pada orang lain (eksternal). Seperti
dalam kerja kelompok, Mawar selalu merasa ada yang kurang dalam
pekerjaan salah satu anggota kelompok. Hal tersebut terbukti dari
ungkapan wawancara Mawar sebagai berikut:
Mawar: “Iya, biasanya gak sempurna. Bukan gak sempurna lebih
tepatnya kek gini. Biasanya sebenernya dia bisa ngerjain lebih, tapi
dikerjainnya yaudahlah 1 paragraf aja cukup ngapain sih banyak-
banyak kek curhat. Kayak dia tuh sebenernya dong, maksudte masih
banyak yang dia bisa gali dan aku ngerti dia bisa lebih ngerjain
daripada itu tapi gak maksimal. Lebih ke isi sih konten kurang
maksimal gak lengkap.”
Sedangkan dampak yang dialami oleh Melati antara lain sering
merasa sedih dan minder melihat orang lain berhasil, masih sering
terlambat dalam mengumpulkan tugas karena mengerjakan tugas saat
deadline, selalu merasa ada yang kurang terhadap tugas yang dikerjakan
teman. Ungkapan tersebut terdapat pada hasil wawancara. Kutipan hasil
wawancara pada Melati sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 69
52
Melati: “Pertama sedih iya pasti, kayak ngerasa minder apalagi
ngeliat temen ada yang berhasil. Itu mungkin kalo dari 100%
perasaanku ada di 10% lebih dari itu saya sadar, saya harus belajar
karena saya seperti ini karena salah saya sendiri. Lebih melihat kesitu
yaa sebagai pelajaran “lain kali jangan lagi seperti itu”.
Menyalahkan diri sendiri juga ada sih pas pada hari itu tapi esok
harinya terus lupa karena kan itu salah saya sendiri.”
Hal-hal yang membuat Melati merasa ada yang kurang dari pekerjaan
yang dilakukan, dalam hal ini subjek mengungkapkan sebagai berikut:
Melati: “Yang merasa kurang itu karena deadline, mengerjakan ya
saat itu mau dikumpulkan kalo misalnya beberapa jam sebelum
dikumpulkan maksudnya saya mengukur dulu tingkat kesulitannya
dimana atau sehari sebelum itu. Makanya saya masih merasa kurang
yaitu saya kan kerjanya deadline kayak gini, khawatirnya nanti bener
atau enggak ya itu karna deadline sih. Karena aku tipe deadline.”
Dampak lain yang dialami Melati dalam memandang pekerjaan
orang lain ketika sedang kerja kelompok adalah merasa kurang sempurna
dalam mengerjakan tugas. Hal tersebut terbukti dalam ungkapan
wawancara Melati sebagai berikut:
Melati: “Iya ketika saya diminta untuk mengecek kembali tugas teman
yang belum dikumpulkan nah disitu saya sering minta untuk
diperbaiki kalo ada yang salah.”
4. Faktor-faktor yang menyebabkan mahasiswa perfeksionis dalam
mengerjakan tugas akademik.
Mawar menunjukkan faktor-faktor yang menyebabkan mahasiswa
perfeksionis dalam mengerjakan tugas. Salah satu faktor penyebab
pembentukan kepribadian perfeksionis yang paling mendasar adalah
pola asuh dari lingkungan keluarga. Sesuai dengan pendapat Stoeber dan
Roche (2012) yang mengatakan dalam lingkungan keluarga, individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 70
53
berkembang dengan pola asuh orangtua yang membentuk sebuah
kebiasaan. Untuk membentuk sebuah kebiasaan individu cenderung
meniru mengasuh mereka. Hal ini dapat ditemukan kutipan wawancara
berikut:
Mawar: “Iya sangat, mama biasanya “hah IPmu segitu? Kok turun”
oh my god, terutama papaku sih, papaku tuh orangnya menuntut
banget nilai. Jadi itulah kenapa aku jadi kayak ambisius, yang harus
gini-gini, orangtuaku juga nuntut. Apalagi aku anak tunggal, ya
cuman aku yang bisa diharapkan, biasanya kayak kemaren “loh
kemaren 4, kok sekarang jadi 3,8” ya gitu-gitulah. Sebenernya kalo
marah tuh enggak cuman kalimat-kalimatnya itu membuatku untuk ya
gak boleh aku dapet nilai segitu, kek pernah papaku ngomong tpi aku
lupa kalimatnya yang intinya “loh anak e papa kan pinter Ipnya tuh
4” jadi membuat seolah-olah gak boleh nilai turun. Marahin bentak-
bentak itu enggak cuman ya itu tadi mengucapkan kalimat-kalimat
harapan dan menuntuk untuk aku bisa yang kayak gini dan gak boleh
kayak gitu. Kalo papaku sering banding-bandingin aku sama si A si B
padahal papaku gak tau juga nilainya berapa, kalo mamaku lebih
mendetail biasanya “kenapa toh nilaimu bisa turun? Kebanyakan
rapat yo? Kecapekan? Mana yang lebih jadi prioritasmu gitu-gitu.”
Orangtua Mawar mengharapkan mawar untuk unggul dalam semua
mata kuliah, dalam hal ini subjek mengungkapkan sebagai berikut:
Mawar: “Iya mereka selalu mengharapkan unggul dalam semua mata
kuliah, karena hal itu menjadi dasar agar saya tetap mendapatkan
beasiswa untuk terus kuliah dan membawa nama baik orangtua.”
Menurut pendapat orangtua Mawar jika Mawar gagal mendapatkakn
hasil yang maksimal, dalam hal ini subjek mengungkapkan sebagai
berikut:
Mawar: “Itu tadi sih, kurang lebih sama. intinya gak boleh turunlah
minimal sama kayak yang kemaren. Kalo turun pasti ditanya yaa
ujung-ujungnya kayak gitu lagi. Gitu sih.”
Berbeda dengan Melati, orangtua Melati tidak menuntut Melati
untuk mendapatkan nilai yang sempurna atau unggul dalam semua mata
kuliah namun Melati sendiri yang menetapkan bahwa dirinya harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 71
54
sempurna. Melati mempunyai tolak ukur sendiri bagaimana dirinya bisa
mengerjakan tugas dengan baik. Hal ini dapat ditemukan kutipan
wawancara berikut:
Melati: “Kalo dari keluarga sih tidak tapi orangtua cuman
menginginkan yang terbaik saja dan yang penting saya dapat
memahami dan mengerti materi yang dipelajari.”
Orangtua Melati mengharapkan Melati untuk unggul dalam semua
mata kuliah, dalam hal ini subjek mengungkapkan sebagai berikut:
Melati: “Tidak, karena orangtua saya bukan tipe yang menuntut
anaknya untuk harus ini-itu mereka cukup yang terbaik buat saya. Ya
saya tau mana yang terbaik buat saya.”
Menurut pendapat orangtua Melati jika Melati gagal mendapatkakn
hasil yang maksimal, dalam hal ini subjek mengungkapkan sebagai
berikut:
Melati: “Biasanya Orangtua saya cuman memaklumi dalam arti tidak
menjatuhkan saya kalo saya gagal dapat nilai A misalnya. Terus
biasanya motivasi saya untuk bisa lebih baik lagi.”
C. Pembahasan
1. Gambaran perfeksionis pada mahasiswa dalam mengerjakan tugas
akademik.
Gambaran perfeksionisme pada kedua mahasiswa dalam
mengerjakan tugas merupakan suatu proses dimana kedua subjek
berusaha untuk tidak melakukan kesalahan untuk mencapai nilai
maksimal. Namun untuk mencapai nilai maksimal kedua subjek harus
menuntut dirinya atau dituntunt oleh orangtua untuk tidak membolehkan
nilainya turun. Kedua subjek mempuyai jenis yang berbeda tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 72
55
berdampak negatif yang sama pada kedua subjek seperti sedih dan
kecewa akan dirinya sendiri ketika kedua subjek merasa kurang puas apa
yang dikerjakannya.(WMRDP-1)(WMLAP-1)
2. Aspek perfeksionis yang dominan pada 2 mahasiswa yang menjadi
subjek penelitian
Dalam proses mengerjakan tugas akademik, gambaran dari kedua
mahasiswa yang menjadi subjek penelitian ini menemui berbagai macam
masalah karena memiliki kepribadian perfeksionis. Kepribadian
perfeksionis ini menjadi suatu hambatan bagi mahasiswa dalam
mengerjakan tugas, hambatan yang dialami mahasiswa berupa tekanan
dari dalam diri (Self-Oriented) maupun dari orang lain (Socially-
prescribed). Subjek Mawar yang mengalami kepribadian perfeksionis
berupa tekanan dari diri dan orang lain (WMRAP-1, WMRAP-2,
WMRFP-1, WMRDP-2). Hal ini juga dikatakan temannya bahwa Mawar
seringkali dituntut oleh orangtuanya untuk berprestasi agar tetap
mendapatkan beasiswa, karena keluarga Mawar memiliki ekonomi
menengah. Sedangkan subjek Melati mengalami kepribadian perfeksinis
berupa tekanan dari dalam diri (WMLAP-1). Pendapat teman Melati juga
mengatakan bahwa Melati sering berjuang agar tidak melalukan
kesalahan untuk mendapatkan nilai yang terbaik. Sejalan dengan Hewitt
dan Flett (1991, 1993) yang menjelaskan bahwa perfeksionis ini berfokus
pada orientasi diri terkait dengan menetapkan standar yang amat tinggi
terhadap diri, kritik, dan pengawasan diri berlebihan yang membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 73
56
seseorang tidak bisa menerima kesalahan atau kegagalan. Dimensi
perfeksionisme yang ini mengandung hasrat untuk terus-menerus
berusaha agar tidak pernah salah atau gagal. Sedangkan hambatan berupa
tekanan dari orang lain terkait persepsi bahwa orang lain menuntut dan
mengharapkan dirinya untuk selalu berhasil mencapai prestasi dengan
standar yang tidak realistis.
3. Dampak perfeksionis yang dialami mahasiswa dalam mengerjakan
tugas akademik.
Dampak dari kepribadian perfeksionis ini membuat subjek merasa
sedih, kecewa, dan tertekan untuk berusaha lebih baik lagi. Melihat dari
situ subjek langsung merefleksikan diri untuk melihat dimana
kekurangannya dan menuntut diri untuk lebih sempurna. Dampak lain
dari kedua subjek adalah sering mengerjakan tugas kelewat batas
pengumpulan yang telah ditentukan oleh dosen. Hal tersebut dikarenakan
kedua subjek mengerjakan tugas pada saat deadline dan pada saat
pengumpulan tugas kedua subjek ini merasa tidak puas terhadap tugas
yang dikerjakan lalu mengecek hingga mendetail. Akibatnya kedua
subjek sering terlambat mengumpulkan tugas (WMRDP-1)(WMLDP-2).
Hal ini juga didukung dengan pernyataan salah satu teman kedua subjek
yang beranggapan bahwa subjek Melati selalu mengerjakan tugas ketika
waktunya sudah deadline baru serius dan fokus mengerjakan tugas.
Akibatnya subjek Melati sering mengeluh kepada salah satu temannya
karena cemas akan tugasnya yang belum maksimal. Sedangkan anggapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 74
57
untuk subjek Mawar adalah seringkali menunda-nunda mengerjakan
tugas dimana menurut salah satu temannya subjek Mawar
memperioritaskan tugas yang sudah deadline dahulu. Tidak hanya itu,
menurut salah teman Mawar juga berpendapat bahwa Mawar terlalu
mendetail untuk menuntut teman hinggga sempurna.
4. Faktor-faktor yang menyebabkan mahasiswa perfeksionis dalam
mengerjakan tugas akademik.
Terdapat dua faktor yang mampu membentuk kepribadian
perfeksionis yaitu internal dan eksternal. Dalam faktor eksternal, menurut
Stober dan Roche (2014) menyebutkan bahwa hal yang paling mendasar
membentuk individu dengan kepribadian perfeksionis adalah pola asuh
dari lingkungan terutama dari keluarga. Dalam lingkungan keluarga,
individu berkembang dengan pola asuh orangtua yang membentuk
sebuah kebiasaan. Secara tidak sengaja individu meniru kebiasaan cara
pola asuh mereka. Seperti yang dilakukan oleh orangtua Mawar terhadap
Mawar, orangtua Mawar selalu mengharapkan Mawar untuk unggul
dalam semua mata kuliah (WMRAP-2), karena hal itu menjadi dasar agar
Mawar tetap mendapatkan beasiswa untuk terus kuliah dan membawa
nama baik orangtua (WMRFP-2). Mawar dituntut oleh orangtuannya
sejak dari dulu ketika masih sekolah, hingga saat ini Mawar terbiasa
dengan tuntutan dari orangtuanya karena orangtuanya menginginkan
yang terbaik untuk Mawar. Hal ini juga didukung pendapat dari teman
Mawar yang beranggapan bahwa Mawar selalu menuntut dirinya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 75
58
sempurna karena tidak ingin mengecewakan orangtuanya. Sebaliknya
dengan Mawar, faktor yang membentuk kepribadian Melati adalah faktor
internal. Melati tidak dituntut oleh orangtuanya untuk unggul dalam
semua mata kuliah namun orangtuanya meminta Melati paham dan
mengerti terhadap apa yang dipelajari. Melati sendiri yang membentuk
dirinya sebagai pribadi yang perfeksionis. Hal tersebut dikarenakan
Melati merasa tertantang untuk mendapatkan nilai yang sempurna dan
membuktikan bahwa dirinya memiliki kualitas yang pantas untuk
dibanggakan (WMLFP-1). Menurut salah satu teman Melati bahwa
Melati selalu menuntut dirinya sendiri dan ingin mendapatkan nilai A
karena Melati ingin menunjukkan bahwa dirinya bisa mengerjakan tugas
yang sulit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 76
59
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini dipaparkan simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.
Bagian kesimpulan memaparkan keseluruhan hasil penelitian. Bagian
keterbatasan penelitian memuat keterbatasan peneliti. Bagian saran memuat
masukan bagi peneliti lain supaya dapat melakukan penelitian yang jauh lebih dari
peneliti ini.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan
penelitian yang berkaitan dengan perfeksionisme pada mahasiswa
mengerjakan tugas adalah:
1. Gambaran perfeksionisme pada mahasiswa dalam mengerjakan tugas
merupakan suatu proses dimana kedua subjek berusaha untuk tidak
melakukan kesalahan dalam mencapai nilai maksimal. Namun untuk
mencapai nilai maksimal kedua subjek harus menuntut dirinya untuk
tidak melakukan kesalahan. Hal itu berdampak negatif pada kedua subjek
seperti sedih dan kecewa akan dirinya sendiri ketika kedua subjek merasa
kurang puas apa yang dikerjakannya.
2. Kasus yang diteliti oleh peneliti adalah dua mahasiswa yang khususnya
mengalami kepribadian perfeksionis. Kedua subjek tersebut, memiliki
jenis kepribadian yang berbeda yaitu perfeksionis yang berorientasi pada
diri (self-oriented) dan perfeksionis yang diharapkan oleh orang lain
(socially-prescribed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 77
60
3. Kedua subjek juga merasakan dampak sebagai seorang yang
perfeksionis. Dampak yang sering terjadi oleh kedua subjek adalah sering
mengerjakan tugas kelewat batas pengumpulan yang telah ditentukan
oleh dosen. Hal tersebut dikarenakan kedua subjek mengerjakan tugas
pada saat deadline dan pada saat pengumpulan tugas kedua subjek ini
merasa tidak puas terhadap tugas yang dikerjakan lalu mengecek hingga
mendetail. Akibatnya kedua subjek sering terlambat mengumpulkan
tugas. Disitu kedua subjek merasa sedih, kecewa, dan tertekan untuk
berusaha lebih baik lagi. Lalu subjek langsung merefleksikan diri untuk
melihat dimana kekurangan dan menuntut diri untuk lebih sempurna.
4. Ada perbedaan faktor yang menyebabkan kedua subjek sebagai pribadi
yang perfeksionis, yaitu internal dan eksternal. Faktor yang
menyebabkan Mawar sebagai pribadi perfeksionis adalah faktor eksternal
dari pola asuh dari keluarga. Dimana pola asuh orangtua yang
membentuk sebuah kebiasaan. Secara tidak sengaja individu meniru
kebiasaan cara pola asuh mereka. Orangtua subjek sering menginginkan
kedua subjek untuk semaksimal mungkin mengerjakan tugas karena
orangtua menginginkan yang terbaik, dari situlah kedua subjek membuat
standar yang tinggi secara terus menerus dan subjek tidak pernah puas.
Sebaliknya dengan Mawar, faktor yang membentuk kepribadian Melati
adalah faktor internal. Melati tidak dituntut oleh orangtuanya untuk
unggul dalam semua mata kuliah namun orangtuanya meminta Melati
paham dan mengerti terhadap apa yang dipelajari. Melati sendiri yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 78
61
membentuk dirinya sebagai pribadi yang perfeksionis. Hal tersebut
dikarenakan Melati merasa tertantang untuk mendapatkan nilai yang
sempurna dan membuktikan bahwa dirinya memiliki kualitas yang pantas
untuk dibanggakan.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih mempunyai keterbatasan dan kekurangan. Peneliti ini
sadar bahwa masih banyak yang harus di perbaiki dan di sempurnakan.
Adapun keterbatasan peneliti antara lain:
1. Subjek menggunakan bahasa indonesia dan bahasa daerah subjek
sehingga sulit dipahami oleh peneliti.
2. Waktu yang terbatas karena subjek sering mengikuti kegiatan organisasi
masing-masing sehingga peneliti sulit mengatur waktu untuk wawancara.
3. Peneliti sulit mencari literatur buku cetak yang berkaitan dengan
perfeksionisme sehingga peneliti hanya menggunakan jurnal.
C. Saran
1. Pihak prodi BK USD
Pihak prodi BK USD dapat memiliki kegiatan yang mampu memicu
kesadaran diri mahasiswa sebagai pribadi perfeksionis agar dalam
mengerjakan tugas tidak cenderung menunda-nunda pekerjaan dan cemas
terhadap tugas yang sudah dikumpulkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 79
62
2. Mahasiswa Perfeksionis
Ada baiknya mahasiswa yang memiliki kepribadian perfeksionis harus
memahami dirinya sendiri, dengan begitu mahasiswa dapat mengarahkan
dirinya sebagai perfeksionis yang normal atau positif.
3. Peneliti Lain
a. Peneliti hendakknya dapat membangun relasi yang hangat dan
mendalam dengan subjek yang akan menjadi responden dalam
penelitian tersebut. Hal ini menghindari persepsi negatir yang pernah
diterima/dimiliki oleh peneliti tersebut.
b. Peneliti tidak menutup kemungkinan untuk membangun relasi dengan
subjek yang lain. Hal itu akan memperkaya informasi yang
dibutuhkan sehingga informasi tersebut tidak hanya terfokus pada
subjek yang sudah ditentukan.
c. Peneliti hendaknya fleksibel dengan keadaan yang terjadi di lapangan
karena tidak menutup kemungkinan akan menjumpai hal-hal yang
baru/informasi yang baru terlepas dari tujuan yang ingin diteliti.
d. Peneliti dapat mengobservasi setiap perkembangan yang terjadi pada
diri subjek dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 80
63
DAFTAR PUSTAKA
Aditomo, A & S. Retnowati. (2004). Perfeksionisme, Harga Diri, dan
Kecenderungan Depresi pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi no 1, ISSN:
0215-8884.
Baron, R. & Wagele, E. (2005). Eneagram, Mengenal 9 Tipe Kepribadian
Manusia dengan Lebih Asyik. (Penerjemah: Leinovar Bahvein). Jakarta: PT.
Serambi Ilmu Semesta.
Blatt, S.J. 1995. The Destructiveness of Perfectionism: Implications for the
Treatment of Depression. American Psychologist.
Chang, E.C. 2000. Perfectionism as a Predictor of Positive and Negative
Psychological Outcomes: Examining a Mediation Model in Younger and
Older Adults. Journal of Counseling Psychology.
Codd, M. (2001). Perfectionism and Gifted Adolescent: Recognizing and helping
Gifted Adolescent Deal with their Perfectionism Tendencies.
http://www.riage.org/perfectionism2.html. Diakses tanggal 15 November
2017.
Dunkley, D.M., Blankstein, K.R., Halsall, J., Williams, M., & Winkworth, G.
2000. The Relation Between Perfectionism and Distress: Hassles, Coping,
and Perceived Social Support as Mediators and Moderators. Journal of
Counseling Psychology.
Dwi Siswoyo. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Erika Tjan. (2012). Komitmen terhadap Tugas Akademik Ditinjau dari Persepsi
terhadap tugas. Diakses dari http://eprints.unika.ac.id/4141/ pada tanggal 14
April 2018.
Flett, P.L., Hewitt, P.L., Shapiro, B., & Rayman, J. (2001). Perfectionism, and
Adjusment in Dating Relationship. Current Psychology.
Hewitt, P.L., & Flett, G.L. (1990). Perfeksionisme dan depresi: Analisis
multidimensi Jurnal Perilaku Sosial dan Kepribadian.
Hewitt,P.L., & Flett, G.L. (1991). Perfectionism in Self and Social Context:
Conzeptualization, Assesment, and Assosiation with Psychopatology. Jurnal
of Personality and Social Psychology.
https://beritaonline24.com/perfeksionis-bahaya-yang-dapat-merusak-karir-anda/ diakses
pada tanggal 12 Mei 2017.
http://gayahidup.republika.co.id/berita/gaya-hidup/trend/15/08/03/nshrtz328-sifat-
perfeksionis-bisa-mengganggu-kesuksesan diakses pada tanggal 12 Mei 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 81
64
Ines. (2010). Plus Minus Perfectionist Type. Diakses dari
http://kenesannes.blogspot.com/2010/07/plus-minus-perfectionist-type.html.
Pada tanggal 14 April 2018.
Klibert, J., Lamis, D.A., Naufel, K, Yancey, C.T., & Lohr, S. (2015). Associations
between Perfectionism and Generalized Anxiety: Examining Cognitive
Schmas and Gender. J Rat-Emo Cognitive – Behav Ther Spinger Science.
Martin M Antony. (1998). When Perfect Isn’t Good Enough: Strategies for
Coping with Perfectionism. US: New Harbinger Publications.
Meleong, Lexy J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Meleong, Lexy J. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Nugrahani U.P., (2010). Hubungan antara Persepsi terhadap Tugas
Akademik dengan Motivasi Belajar pada Siswa program Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (SMA Negeri 7 Purworejo). Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/10934/1/INTISARI.pdf pada tanggal 15 April 2018
Peters, C. (1996). Perfectionism. http://www.nexos.edu.au/teachstud/
~gat/peters.htm. Diakses tanggal 15 November 2017.
Pranungsari, Dessy. (2010). Kecerdasan dan Perfeksionisme Pada Anak Gifted di
Kelas Akselerasi. Humanitas.
Pratiwi, Sardiyah. (2016). Hubungan antara Perfeksionisme dan Ketidakpuasan
Terhadap Citra Tubuh Dewasa Awal. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Pishghadam, Reza (2011). Leaner Perfectionism and its Role in Foreign Language
Learning Success, Academic Achievement, and Leaner Anxiety. Journal of
Language Teaching and Research, Vol 2, No 2, Finland: Academy Publisher
Manufactured in Finland.
Rice, K.G., Ashby, J.S., & Slaney, R.B. 1998. Self-Esteem as a Mediator Between
Perfectionism and Depression: A Structural Equations Analysis. Journal of
Counseling Psychology.
Sekartini, R., Machmuroch, Karyanta, N., (2013). Pengaruh Perfeksionisme
Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Program Akselerasi. Jurnal
Psikologi dan Perkembangan Volume 2, No.3, Bandung: Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga.
Semiun, Yustinus, OFM. (2013). Teori-Teori Kepribadian Psikoanalitik
Kontemporer – 2. Yogyakarta : Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 82
65
Shafran, R, Egan, S., &Wade, T. (2010). Overcoming Perfectionism A self-help
guide using Cognitive Behavioral Tecniques. London: Constable & Robinson
Ltd.
Stairs, A.M, Smith, G.T., Zapolski,C.B., Comb, J.L., & Settles, R.E. (2012).
Clarifying the Construct of Perfectionism. Assesment SAGE.
Stoeber, J., & Roche, D.L. (2014). Affect Intensity Contribute to Perfectionistic
Self – Presentation in Adolescents Beyond Perfectionism. J Rat-Emo
Cognitive – Behave Ther.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung :Sinar Baru
Algensido Offset.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Ratna, Paramita & Widayat, Iwan (2012). Perfeksionisme pada Remaja Gifted
(Studi Kasus pada Peserta Didik Kelas Akselerasi di SMAN 5 Surabaya).
Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Wattimena, Elizabeth (2015). Hubungan Antara Perfeksionisme Dengan
Prokrastinasi Akademik Dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa di
Fakultas Psikologi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana.
Winkel, W.S. (2012). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.
Woolfolk, A. E. 1990. Educational Psychology Fourth Edition. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 83
66
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 85
68
LAMPIRAN VERBATIM WAWANCARA
A. Subjek Mawar
Waktu : 1 Febuari 2018
Tempat : Kos Mawar
NO. Subjek Wawancara
1. Peneliti Apa yang dimaksud dengan kesuksesan menurut anda?
2. Mawar Kesuksesan menurutku itu berarti ketika aku punya tujuan yang
terwujud, jadi aku punya visi gitu ya dan aku bisa mewujudkan visi
itu gimana caranya mewujudkan visi itu lewat misi jadi misi itu
kayak serangkaian strategi-strategi yang ditempuh untuk meraih
visi, kayak gitu sih.
3. Peneliti Apa tujuan anda mengerjakan tugas?
4. Mawar Tujuan saya mengerjakan tugas adalah untuk memperoleh hasil
yang terbaik (A).
5. Peneliti Apa yang anda pikirkan dan rasakan ketika anda tidak berhasil
mencapai tujuan anda?
6. Mawar Wah kalo aku sih rasanya sedih, kecewa, terus tertekan juga. Nah
pas sedih itu aku pasti merefleksikan diriku, dimana yang kurang
apa yang belum? Dari situ aku mesti menuntut diri untuk lebih
baik lagi.
7. Peneliti Apa usaha anda untuk menjadi yang terbaik dalam mengerjakan
tugas?
8 Mawar Pertama kalo di kelas berusaha memperhatikan dosen karena aku
tipe belajarnya auditori jadi yang belajar lewat pendengaran dan
pasti aku sangat memperhatikan. Kedua menyingkirkan segala
macam godaan yaitu hp, karena pasti data seluler tak matiin, terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 86
69
hp tak masukin dalam tas. Yang ketiga mencari tahu bagaimana
karakteristik dosen mengajar bagaimana cara mengajarnya dan
bagaimana memberikan nilai. Yang keempat memaksimalkan
mengerjakan tugas kalo bisa diberikan terbaik. Yang kelima
mencatat penjelasan dosen, karena yang keluar saat ujian adalah
penjelasan dosen.
9 Peneliti Menurut anda seberapa penting, jika anda mendapatkan nilai A?
10 Mawar Sangat penting gila, bagiku adalah suatu kewajiban mendapatkan
nilai A hahaha. Aku dapet nilai B aja tuh terpuruk banget, kok bisa
aku dapet nilai B apa yang salah? Kemarin apa tugas yang belum
dikumpulin? Atau hubunganku dengan pembimbingnya
maksudnya yang ngajar gimana. Pokoknya lebih merenung kenapa
kok gak dapet A. Ya menurutku terlalu idealis sih kadang gak
bagus juga. Jadi kalo menurutku mensyaratkan semua mata kuliah
itu A hahaha. 90% sih dapet A kalo gak sih 10% memaklumi diri.
11 Peneliti Hal-hal apa sajakah yang membuat anda merasa ada yang kurang
dari pekerjaan yang anda lakukan?
12 Mawar Kalo aku tipikal orangnya sebernernya bertarget gitukan aku bakal
ngerjainnya hari ini selesainya segini gitu kan? Tapi kadangnya
meleset gitulah manusia hahaha, kelewat dari target. Kadang
kayaknya molor gitu, misal masih ada dua hari lagi kok. Akhirnya
gitu deh. Kadang baru mulai sedikit terus ada yang lebih
diperioritaskan lagi jadi ditunda. Jadi meleset gak tepat
deadlinenya.
13 Peneliti Seberapa penting anda melakukan hal terbaik dalam mengerjakan
tugas?
14 Mawar Penting sekali, kalo diskala 1-10 aku di angka 8 jadi ya pentingnya
ya penting banget. Soalnya ya sebenarnya yang pertama dapat nilai
tapi gak cuman dapet nilai sebenernya waktu kita ngerjain tugas
jadi paham apa yang diajarkan dosen kayak ngukur kita dong apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 87
70
blong. Kalo kita paham berarti kita bisa mengerjakan, kalo belum
bisa berarti ada yang belum paham.
15 Peneliti Bagaimana perasaan anda ketika tugas yang anda kerjakan belum
maksimal?
16 Mawar Ihh sedih, kecewa kayak merasa beban oh besok harus gak boleh
kayak gini. Kadang merasa bersalah gitu, aku belum maksimal nih
gak boleh kayak gini padahal sebenernya kemarin tuh bisa ngerjain
kayak gini lebih maksimal. Solusinya jika dikasih kesempatan
dikerjain lebih maksimal lagi kayak ngeluarin effort terbaik
biasanya aku ngeliat itu tugas apa tugasi sisipan 1, 2, UTS makin
besar nilainya maka semakin mengerjakan dengan maksimal.
17 Peneliti Menurut anda, apakah anda merasa tidak mempunyai kekurangan
ketika mengerjakan tugas?
18 Mawar Ya enggaklah, jadi aku punya deadline akhirnya gak bisa tepatin
deadline. Jadi sebenernya aku punya deadlineku sendiri tapi gak
bisa nepatin deadlinenya itu gitu. Misalnya aku nargetin hari ini,
tapi ujung-ujungnya enggak tak kerjain. Besoklah aku kerjain
minjem buku perpus, udah minjem nih habis gitu besoknya gak tak
kerjain. Udah dapet materinyakan tapi malah gak tak kerjain ya
begitulah.
19 Peneliti Apakah anda harus bekerja dengan potensi penuh setiap saat?
20 Mawar Iya, misalkan di kelas 90% itu aku bakal memperhatikan dosen
mengajar, jarang banget aku gak perhatiin dosen. Kalo skala 1-10
nih ya berarti ya 9. Kecuali kalo bener-bener sakit banget atau
bener-bener ada suatu hal yang penting. Tapi aku gak bakalan
pegang hp tpi kalo aku pengang hp pasti gak konsen jadi bener-
bener nyatet dan dengerin dosen.
21 Peneliti Apakah anda selalu memotivasi diri anda ketika anda mulai
kesusahan dalam mengerjakan tugas?
22 Mawar Iya, misalnya kalo aku berdoa sih. Kalo aku mulai susah gak bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 88
71
ngapa-ngapain ya berdoa, kayak minta kekuatan dari Tuhan, baca
Alkitab, baca Firman kayak gitu. Karna kalo orang-orang dapet
quotes motivasi tapi kalo aku dapetnya dari Firman. Yang kedua
biasanya kayak refleksi diri yaa itu tadi kayak pertanyaan
sebelumnya seperti merenungkan diri, kalo aku gagal itu kira-kira
gagalku kenapa ya? Yang salah aku dimana? Yang ketiga sharing
dengan orang yang aku percaya, jadi kayak minta saran gitu. Aku
juga sering sih nulis-nulis visiku dan tujuanku. Kalo aku udah
mulai down ya aku liat kembali tulisan-tulisan itu.
23 Peneliti Apakah anda mengerjakan tugas dengan terstruktur?
24 Mawar Iya aku tipikal orang yang berurutan jadi gak bisa loncat-loncat,
bisa sih kalo kepepet tapi aku lebih suka kalo ngerjain sesuatu yaa
bertahap walaupun nomer satunya susah gitu. Kecuali kalo UAS,
karna kan kalo UAS waktunya mepet. Tapi kalo mengerjakan
tanpa waktu biasanya kerjainnya gitu.
25 Peneliti Apakah anda mengerjakan tugas secara sistematik dan sesuai
aturan?
26 Mawar Iya pasti aku baca peraturan dulu cermat-cerma. Tak baca, kadang
aku 2x bacanya terus aku tipikal orang yang sebelum ngerjain, aku
akan baca dulu soal itu sampai selesai jadi aku gak akan kerjain
dulu tapi tak pahami dulu. Biasanya soal itu saling berkaitan,
misalkan nomer 1 suruh jelasin apa nanti nomer 2 ada kaitannya
dengan nomer 1. Jadi aku baca dulu perintahnya terus baca soalnya
1-10 terus aku mengkonsep jawabannya nomer 1 ini, nomer 2 ini,
jadi pastiin jawabannya.
27 Peneliti Apakah anda dalam mengerjakan tugas selalu tertata rapi?
28 Mawar Iya biasanya nek aku tak bikin garis lurus dipinggir biar rapi terus
kalo gak ada penggaris biasanya tak lipet. Kalo UAS tertulis
tulisannya sih awal-awal bagus tapi kalo udah mepet tinggal 1 jam
setengah jam makin gak karuan. Tapi kalo rapi sih ya rapi, sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 89
72
penomoran juga kayak di skripsi gitu.
29 Peneliti Apakah anda berharap lebih terhadap teman-teman anda?
30 Mawar Tergantung sih, kalo layak ya gak papa tapi kalo karakternya gak
layak ya.. tau gak maksudku? Kalo misalkan dia kelihatan
sungguh-sungguh dalam studinya ya.. misalkan sering merhatiin
dosen, sering aktif di kelas, sering nyatet yaa gak papa tapi
ternyata dianya agak pie-pie terus dapet nilai yang sama kok
kayaknya gak adil gitu sih. Aku liatnya tergantung dia berjuangnya
sih.
31 Peneliti Jika anda meminta seseorang untuk melakukan sesuatu, apa yang
anda harapkan dari orang tersebut?
32 Mawar Ya dia juga, gini karna aku sering menuntut diriku untuk lebih baik
otomatis itu juga menjadi standar untuk menuntut orang kalo aku
minta ngelakuin yang terbaik gitu.
33 Peneliti Seberapa sering anda mengkritik teman anda dalam mengerjakan
tugas?
34 Mawar Emm ini kerja kelompok gak? Kalo kerja kelompok o yaiyalah
pasti itu buat kebaikan bersama itu nilaiku nilaimu e. Jadi itu ya
harus bersama-sama berjuangnya maksudte kek ayok larinya
bareng-bareng jangan nanti yang lain jalan. Jangan sampe aku
berjuang terus orang lain mung gak ada kontribusinya. Yaa aku
melakukan sempurna ya kamu juga dong. Itu kalo kelompok
sangat karena nilainya bareng-bareng. Tapi kalo kerjanya
individual karna kayak menurutku aku bertanggung jawab atas
hidupku, kalo bertanggung jawab atas hidupmu.
35 Peneliti Apakah anda tidak tahan melihat orang lain membuat kesalahan?
36 Mawar Hmm contohnya dirapat ini tadi deh, aku tuh orangnya paling gak
suka melanggar peraturan. Maksudte kalo udah sepakat siapa yang
gak bisa dateng di rapat hubungi aku gitu terus masih banyak
banget yang 5 menit sebelum rapat baru ngabarin. Maksudte halo?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 90
73
Ini aku udah ngomongin ini berminggu-minggu sebelumnya, mbok
ngertiin gitu maksudte yaa kecuali hal-hal yang mendadak,
misalnya kecelakaan atau apa. Tapikan itu beda, tapi kalo kayak
tiba-tiba ini kak ini masih ngambil baju korsa kak. Lho kan kamu
seharusnya bisa memilih prioritas. Kayak kadang aku suka susah
mentolerin kesalahan orang, terutama dalam hal peraturan.
Misalkan kamu gak boleh dateng rapat lebih dari 3 kali. Kalo misal
lebih mana komitmenmu? Gitu lho.
Kalo dalam konteks mengerjakan tugas, sama sih. Apalagi ada
sangkut pautnya sama aku di dalam kelompok. Misalkan dia
tugasnya download video terus aku ngerjain ppt. Tapi videonya
gak ada atau bahkan tidak ditemukan sama sekali, setidaknya apa
kek “ra ketang elek-elek seng penting video” setidaknya berusaha.
Kalo tidak sama sekali kayak bakal “lho kok bisa?” aku pasti akan
mencari alesannya kenapa samapai setedail-detailnya. Kalo aku
udah dapet penjelasan yang rasional bisa agak memaklumi tapi
kalo yang gak rasional gondok sih tapi berusaha menegurnya
dengan kasih maksudte yaudah nanti kita memohon dosen untuk
nyusulin videonya tapi aku tetep akan bikin dia untuk bertanggung
jawab. Gilak jadi inget masa-masa maba, sering aku dulu kayak
gitu.
37 Peneliti Apakah anda memiliki harapan yang tinggi ( nilai A) untuk teman
anda?
38 Mawar Enggak, kalo satu kelompok iya soalnya nilai kita bersama. Tapi
kalo individu enggak tapi kadang gak suka eh risih bukan gak
suka. Ketika ada orang yang sering bolos, sering banget gak
ngerjain tugas, terus lagi presentasi gak menguasai walaupun gak
sekelompok sama aku ya? Kayak pengen ayoklah mbok kamu
bangkit jangan kayak gitu to, ayok to maksudte udah mahasiswa
lho udah gede biaya mahaiswa itu gak murah rasanya pengen nilai
A enggak cuman pengen teriak ayok to mbok jangan gitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 91
74
39 Peneliti Apakah anda berusaha mengajak belajar kepada teman yang masih
mempunyai nilai rata-rata agar mendapatkan nilai A?
40 Mawar Ngajak? Berarti bukan dia yang minta? Kalo ngajak enggak, tapi
kalo dia minta diajarin, aku ya sebisa yang aku mampu. Misalkan
nilaimu standar nih terus aku yang ayok yok tak ajain itu enggak.
Tapi kalo kamu minta tolong war, kalo waktu aku bisa secara aku
bisa ya ayok-ayok aja. Karna kalo dia gak punya kemauan ya
percuma juga.
41 Peneliti Apakah anda pernah menyuruh teman anda untuk mengerjakan
tugas yang sulit?
42 Mawar Enggak, tugas-tugas yang sulit pasti aku lebih percaya aku yang
ngerjain. Jadi biasanya ada tugas kelompok, pasti aku cari soal
yang lebih sulit untuk dikerjain aku aja. Aku tipikal orang yang
kurang percaya sama pekerjaan orang jadi mending untuk hal-hal
yang sulit pasti aku yang kerjain mereka yang lebih agak gampang
aja. Pikirku main aman sih, aku mau bertanggung jawab untuk hal
yang sulit biar daripada nanti kenapa-napa mending aku aja
biasanya gitu.
43 Peneliti Apakah anda sering mengatur teman anda ketika teman anda
melakukan kesalahan?
44 Mawar Iya, ngingeting sih pasti. “enggak lho enggak kayak gitu itu
spasinya gak 1,5 lho 1 doang” ngingeting biasanya. Terus kalo
dikelompok biasanya emang lebih suka ini sih mengelola maksudte
kek “tugasnya ini kamu ini” kayak mimpin sih. Lebih kayak
manejemen mengelola “nanti aku ini kamu ini, kita ngumpul hari
ini jam segini.”
Kadang kalo aku ngeliat orang yang ngerjain terus aku ngecek
masih ada typo pasti aku ngingetin atau langsung memperbaiki,
tergantung karakter orangnya sih kalo enak dikasih tau ya cukup
dikasih tau tapi kalo ngeyel ya tak perbaiki diem-diem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 92
75
45 Peneliti Apakah anda merasa selalu ada yang kurang terhadap tugas yang
orang lain kerjakan?
46 Mawar Iya, biasanya gak sempurna. Bukan gak sempurna lebih tepatnya
kek gini. Biasanya sebenernya dia bisa ngerjain lebih, tapi
dikerjainnya yaudahlah 1 paragraf aja cukup ngapain sih banyak-
banyak kek curhat. Kayak dia tuh sebenernya dong, maksudte
masih banyak yang dia bisa gali dan aku ngerti dia bisa lebih
ngerjain daripada itu tapi gak maksimal. Lebih ke isi sih konten
kurang maksimal gak lengkap.
47 Peneliti Bagaimana tanggapan orang-orang ketika anda membuat
kesalahan?
48 Mawar Biasanya mereka juga ngingetin, gak tau sih mereka jangan-jangan
kayak aku juga gitu ya? Yang aku tau ya itu ngingetin misalnya
“heh ini salah lho, ternyata bukan teorinya Darwin, tapi teorinya
Maslow gitu, ohiya deng aku lupa”. Biasanya responnya kayak
gitu.
49 Peneliti Apakah keluarga anda mengharapkan anda untuk mencapai nilai
maksimal?
50 Mawar Iya sangat, mama biasanya “hah IPmu segitu? Kok turun” oh my
god, terutama papaku sih, papaku tuh orangnya menuntut banget
nilai. Jadi itulah kenapa aku jadi kayak ambisius, yang harus gini-
gini, orangtuaku juga nuntut. Apalagi aku anak tunggal, ya cuman
aku yang bisa diharapkan, biasanya kayak kemaren “loh kemaren
4, kok sekarang jadi 3,8” ya gitu-gitulah. Sebenernya kalo marah
tuh enggak cuman kalimat-kalimatnya itu membuatku untuk ya
gak boleh aku dapet nilai segitu, kek pernah papaku ngomong tpi
aku lupa kalimatnya yang intinya “loh anak e papa kan pinter
Ipnya tuh 4” jadi membuat seolah-olah gak boleh nilai turun.
Marahin bentak-bentak itu enggak cuman ya itu tadi mengucapkan
kalimat-kalimat harapan dan menuntuk untuk aku bisa yang kayak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 93
76
gini dan gak boleh kayak gitu. Kalo papaku sering banding-
bandingin aku sama si A si B padahal papaku gak tau juga nilainya
berapa, kalo mamaku lebih mendetail biasanya “kenapa toh
nilaimu bisa turun? Kebanyakan rapat yo? Kecapekan? Mana yang
lebih jadi prioritasmu gitu-gitu”
51 Peneliti Apakah orangtua anda mengharapkan anda untuk unggul dalam
semua mata kuliah?
52 Mawar Ya itu tadi sama kayak itu. “Yo kan kamu dulu bisa to ngerjain
kayak gini kok sekarang gak bisa?”. Kalo papaku sih ya itu tadi
“anak e papa itu pinter toh? Lhaiya kamu pasti bisa”. Intinya
kalimatnya diulang-ulang kurang lebih kayak gitu. Aku tau papaku
nuntut kayak gitu alesannya kenapa? Misalkan aku kan dapet
beasiswa aku tahu kebutuhanku maksudte itu segagai dasar kenapa
aku harus unggul. Tapi kalo mamaku ingetin “kamu kan dapet
beasiswa kan? Kamu harus tau prioritasmu apa?” diingetin juga
masa perjuanganku biar daper beasiswa untuk terus bertahan.
Ohiya gini juga “kamu kan dari keluarga yang sederhana ya? Jadi
bawa nama baik keluarga. Kamu juga harus bisa kayak yang lain-
lain.”
53 Peneliti Bagaimana pendapat orangtua anda jika gagal mendapatkan hasil
yang maksimal?
54 Mawar Itu tadi sih, kurang lebih sama. intinya gak boleh turunlah minimal
sama kayak yang kemaren. Kalo turun pasti ditanya yaa ujung-
ujungnya kayak gitu lagi. Gitu sih.
55 Peneliti Bagaima menurut pendapat orang lain ketika anda sudah
melakukan hal yang terbaik?
56 Mawar Kadang, pernah sih aku kalo diskala 1 -10 kalo gak 6 atau7 lah,
aku tuh ngerasa belum maksimal tapi orang lain nganggap itu
maksimal ki? Jadi misalkan disuruh cari 1 buku nih, tapi aku cari
3-4 buku biar bisa cari yang lain. Aku nangkepnya kan disuruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 94
77
carinya 1 doang tapi kok lebih dari 1 kadang aku pengen bandingin
teori A sama B atau dari buku ini tuh bukunya lebih mudah atau
gimana gitu. Biasanya pendapat orang-orang kalo aku bekerja sih
kan gaya belajarku auditori dan kemampuan lebihku dalam
berbicara atau verbal biasanya bakal “kak sering MC ya kok
ngomongnya lancar” biasanya gitu sih.
57 Peneliti Apakah anda merasa bahwa orang terlalu menuntut anda?
58 Mawar Kalo temen sih mempercayakan lebih, oh misalnya temenku “koe
wae koe wae sek ngomong ya aku aja tak ini.” Aku sih yaa..
59 Peneliti Apakah orang-orang yang penting bagi anda “seharusnya” tidak
pernah mengecewakan anda?
60 Mawar Kalo orang yang gak penting gak ada dampaknya gitu lho, tapi
kalo orang yang penting, sering ketmu, orang dekat punya peranan
penting kalo mereka salah gitu ya buat aku kecewa dan sedih.
Bahasa puitisnya menggoreskan luka eaa. Karna orangnya
bermakna yang membuat luka.
61 Peneliti Bagaimana perasaan anda untuk memenuhi harapan orang lain?
62 Mawar Ada satu titik itu bangga sih, kalo misalkan bisa memenuhi apa
yang orang lain pengen. Ada kepuasan lebih, misalkan temen
“ayoklah kamu aja yang ngomong”, kadang aduh kok aku lagi tapi
kadang oh aku dipercaya ya berarti aku mampu kok melakukannya
“yaudahlah aku sini”. Ada rasa bangga, rasa puas gitu.
63 Peneliti Jika anda membantu teman anda mengerjakan tugas dengan baik,
dengan begitu apakah anda diharapkan untuk membantunya lagi?
64 Mawar Oh misalkan kamu minta bantu kamu, terus nanti kamu merasa
terbantu dan pengen dibantu lagi? Ya mungkin merasa nyaman,
enak untuk minta tolong jadi ya nambah porsi misalkan “besok aku
ajarin lagi ya?”
65 Peneliti Bagaimana tanggapan orang lain jika anda tidakunggul dalam
segala hal?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 95
78
66 Mawar Harus berapa kali aku menyebut tentang papaku? Papaku yang
paling gak suka, papaku itu sangat membentuk karakter. Kalo
temen-temen itu kok kayaknya enggak ya? Tapi ternyata tante-
tanteku itu mereka juga selalu gitu. “mbak Mawar kan pinter wong
kemaren habis juara satu kok jadi gini” jadi diinget-inget masa lalu
dulu pernah dicapai itu intinya kamu jagan melenceng gitu jangan
turun harus naik.
67 Penelti Bagaimana pendapat anda ketika anda tidak dapat diganggu
dengan orang-orang yang tidak mau berusaha untuk menjadi lebih
baik?
68 Mawar Ya aku orangnya tegas sih, kalo misal enggak ya enggak. Misal
diajak temen nih dan aku gak suka kegiatan yang buatku gak
menarik. Intinya kalo itu gak menguntungkan buat aku,
menguntungkan dalam arti maksudte ada ketertarikan aku dapet
sesuatu hal.
69 Peneliti Bagaimana orang lain mengharapkan lebih dari anda?
70 Mawar Biasanya kalo dalam tim yah, ujung-ujungnya yang disuruh
mimpin aku sih. Maksudte kayak tadi “kamu deh yang ngomong”
“lah kamu bisanya kapan kita ngikut”. Soalnya iya lebih suka
mimpin daripada dipimpin soalnya kalo nunggu-nunggu kerja
kelompok atau apa? Kutunggu-tunggu kok gak ada aktif duluan?
Maksudte gak ada yang menggerakkan. Gak ada yang ngajak
ayoklah jampok
71 Peneliti Bagaimana pendapat orang lain ketika anda masih berkompeten,
tetapi anda melakukan kesalahan?
72 Mawar Orang lain ngeluh, loh oh harusnya pptnya cuman segitu aja
harusnya bisa lebih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 96
79
B. Subjek Melati
Waktu : 28 Januari 2018
Tempat : Kos Melati
NO. Subjek Wawancara
1. Peneliti Apa yang dimaksud dengan kesuksesan menurut anda?
2. Melati Kesuksesan itu kalo menurut aku adalah kita bisa mendapatkan
apa yang menjadi taeget kita, misalnya pengen lulus 3,5 tahun
dan hal itu tercapai maka itu sukses. Ketika saya melakukan
sesuatu terus saya dapat timbal balik, misalnya saya kerja maka
saya dapat uang artinya sukses. Kita melakukan sesuatu
mendapatkan hasilnya dan targetnya tercapai begitu.
3. Peneliti Apa tujuan anda mengerjakan tugas?
4. Melati Tujuan saya adalah saya ingin.. yang pertama menyelesaikan
tugas yang di berikan dosen, tapi lebih dari itu saya
mengerjakan tugas karena saya ingin memberikan yang
terbaik, saya ingin orang tau kualitas saya seperti ini dilihat dari
tugas saya. Saya ingin tugas saya itu berkualitas baik dan orang
yang melihat itu akan paham, mengerti, memuji “oh ternyata
dia bisa berpikir seperti ini” kayak gitu sih.
5. Peneliti Apa yang anda pikirkan dan rasakan ketika anda tidak berhasil
mencapai tujuan anda?
6. Melati Pertama sedih iya pasti, kayak ngerasa minder apalagi ngeliat
temen ada yang berhasil. Itu mungkin kalo dari 100%
perasaanku ada di 10% lebih dari itu saya sadar, saya harus
belajar karena saya seperti ini karena salah saya sendiri. Lebih
melihat kesitu yaa sebagai pelajaran “lain kali jangan lagi
seperti itu”. Menyalahkan diri sendiri juga ada sih pas pada hari
itu tapi esok harinya terus lupa karena kan itu salah saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 97
80
sendiri.
7. Peneliti Apa usaha anda untuk menjadi yang terbaik dalam mengerjakan
tugas?
8 Melati Usaha saya yang pertama banyak baca, setelah itu sebelum
menjawab membaca ulang pertanyaan diarahkan sebenarnya
yang mau ditanyakan itu kearah mana? Karena kalo cuman
baca sebentar “oh paling ini jawabannya padahal kan yang lain”
lebih lama membacanya, tempatkan teman lain maksudnya saya
juga harus bisa seperti dia atau saya harus bisa lebih dari dia,
setelah itu kalo saya masih belum paham saya akan
menanyakan kepada teman lain yang sudah paham “ini
maksudnya pertanyaan ini, dosen maunya seperti apa? Kalo
saya sudah mendapatkan gambaran dari orang lain lagi baru
saya mengerjakan.
9 Peneliti Menurut anda seberapa penting, jika anda mendapatkan nilai
A?
10 Melati Sangat-sangat penting dan lebih pada kepuasan diri, selain itu
juga bangga “oh ternyata kamu ni hebat bisa dapet segitu”
11 Peneliti Hal-hal apasajakah yang membuat anda merasa ada yang
kurang dari pekerjaan yang anda lakukan?
12 Melati Yang merasa kurang itu karena deadline, mengerjakan ya saat
itu mau dikumpulkan kalo misalnya beberapa jam sebelum
dikumpulkan maksudnya saya mengukur dulu tingkat
kesulitannya dimana atau sehari sebelum itu. Makanya saya
masih merasa kurang yaitu saya kan kerjanya deadline kayak
gini, khawatirnya nanti bener atau enggak ya itu karna deadline
sih. Karena aku tipe deadline.
13 Peneliti Seberapa penting anda melakukan hal terbaik dalam
mengerjakan tugas?
14 Melati Sangat-sangat penting, alesannya itu apa ya? Selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 98
81
membuktikan saya mampu itu juga kan nilai untuk
mendapatkan pujian dari orang lain juga apalagi dari dosen
yang seneng apa yang diharapkannya sesuai apa yang saya
kerjakan.
15 Peneliti Bagaimana perasaan anda ketika tugas yang anda kerjakan
belum maksimal?
16 Melati Perasaan saya sedih yang mengarah untuk membuat saya
menyalahkan diri sendiri. Rasanya pengen benerin lagi,
misalnya kalo dikasih kesempatan aduh saya ingin
memperbaiki pengen nambah ini, kok ini masih ada yang
kurang. Kurang lebih seperti itu.
17 Peneliti Menurut anda, apakah anda merasa tidak mempunyai
kekurangan ketika mengerjakan tugas?
18 Melati Punya, saya tetep punya kekurangan seperti saya tidak punya
catatannya dan saya cuman ngendelin mengingat saja.
19 Peneliti Apakah anda harus bekerja dengan potensi penuh setiap saat?
20 Melati Jika saya ingin mendapatkan hasil yang terbaik maka saya
harus juga maksimal. Kalo aku cuman pengen “udahlah segini
cukup” ya aku cuman dapet segitu. Kalo misal aku pengen
dapet nilai A maka saya juga fokus harus bener-bener kesitu.
21 Peneliti Apakah anda selalu memotivasi diri anda ketika anda mulai
kesusahan dalam mengerjakan tugas?
22 Melati Itu harus, selalu. Ketika capek ngingetin “ini udah jam berapa
kalo misal gak ngerjain tugas nilaimu jatuh, kamu sudah susah
payah seperti ini” kalo enggak “Melati kamu pasti bisa”gitu.
23 Peneliti Apakah anda mengerjakan tugas dengan terstruktur?
24 Melati Tidak, karena kalo saya terstruktur apalagi tipe mengerjakan
deadline kan karena sudah mendekati jamnya kalo saya
terstruktur berarti nanti tidak selesai karena terfokus pada yang
tersulit itu. Biasanya saya mengerjakan tugas yang mudah dulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 99
82
terus yang susah belakangan soalnya nanti soal yang sulit masih
ada waktu yang banyak.
25 Peneliti Apakah anda mengerjakan tugas secara sistematik dan sesuai
aturan?
26 Melati Saya mengerjakan sesuai dengan aturan, ketika dosen meminta
untuk mengerjakan 1-5 maka saya juga mengerjakan juga 5.
Terus kalo dosen maunya sebatas A ke B maksudnya saya tidak
nambah lagi dengan pemikiran saya sendiri kayak gitu, saya
menambah kecuali tidak ada aturan yang seperti itu.
27 Peneliti Apakah anda dalam mengerjakan tugas selalu tertata rapi?
28 Melati Iya selalu, ingin tugas saya tuh bisa dimengerti maksudnya pas
orang liat “wah ini rapi” dan sistematis karena orang dapat
mengerti apa yang saya tulis ketika saya mengerjakan dengan
rapi. Menurut saya itu kerapian itu nilai tambah.
29 Peneliti Apakah anda berharap lebih terhadap teman-teman anda?
30 Melati Kalo untuk setara dengan saya, saya tidak terlalu berharap.
Ketika dia menunjukkan bahwa dia punya keinginan untuk ikut
andil dalam tugas itu, saya sudah sangat bersyukur kemampuan
dia sampai mana pasti kan kita dipasangkan dengan teman lain
yang bisa sampai segitu-segitu. Maksudnya dapat mengerti jika
teman-temannya seperti itu mereka tunjukkan keinginan
harapan saya bahwa mereka cukup peduli dengan tugas itu. Ikut
aktif saja atau mencari referensi itu sudah cukup entah nanti
perkembangannya seperti apa? Bisa bekerja lebih keras juga
gak papa seperti itu.
31 Peneliti Jika anda meminta seseorang untuk melakukan sesuatu, apa
yang anda harapkan dari orang tersebut?
32 Melati Keaktifan dan kesungguhannya apa yang disuruh itu saja udah
cukup luar biasa.
33 Peneliti Seberapa sering anda mengkritik teman anda dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 100
83
mengerjakan tugas?
34 Melati Kalo diskala 1-10, saya diangka 3 soalnya kalo dia selalu
berpikiran pesimis. Misal “aduh kita cuman bisa kerja gini-gini
yah” saya cuman bisa bilang “jangan seperti itu karena gini-
gini”sebenernya ya saya biarkan saja gitu.
35 Peneliti Apakah anda tidak tahan melihat orang lain membuat
kesalahan?
36 Melati Iya, saya sangat tidak tahan. Itu untuk dirinya sendiri misalnya
gini, ini bukan tugas kelompok kan? Ini kalo kita kerja masing-
masing terus ada teman “udah ah cukup segini aja” itu paling
saya gemas kalo orang seperti itu. Kalo kerja kelompok masih
bisa nolong kan nah kalo kerja sendiri? Penting asal kerja itu
saya paling hhh.. bagaimana mau dapet niali baik kalo kerjanya
aja gini.
37 Peneliti Apakah anda memiliki harapan yang tinggi ( nlai A) untuk
teman anda?
38 Melati Tidak sih, maksudnya memang saya harus bilang kalau bekerja
harus dengan terbaik, saya juga harus melihat kemampuan
teman saya kan? Tapi kalo dia pesimis seperti itu kan saya tidak
pernah mengikuti jalan pemikirannya dia membantu saya itu
saja sudah cukup nanti untuk urusan supaya gimana dapet A
biasanya saya inisiatif sendiri.
39 Peneliti Apakah anda berusaha mengajak belajar kepada teman yang
masih mempunyai nilai rata-rata agar mendapatkan nilai A?
40 Melati Iya tetapi kalo saya yang menawarkan bantuan sih tidak, tapi
kalo teman yang berinisiatif sendiri meminta bantuan kepada
saya baru saya mau bantu sebisa saya.
41 Peneliti Apakah anda pernah menyuruh teman anda untuk mengerjakan
tugas yang sulit?
42 Melati Bukan menyuruh mengerjakan tetapi lebih pada menjelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 101
84
kepada saya bagaimana caranya lalu saya mengerjakan sendiri.
43 Peneliti Apakah anda sering mengatur teman anda ketika teman anda
melakukan kesalahan?
44 Melati Iya mungkin lebih ke memperbaiki sih. Misal ketika melihat
pekerjaan teman terus ada yang menurutku salah seperti “titik,
koma, spasi, margins, dsb” nah itu baru saya meminta untuk
memperbaiki
45 Peneliti Apakah anda merasa selalu ada yang kurang terhadap tugas
yang orang lain kerjakan?
46 Melati Iya ketika saya diminta untuk mengecek kembali tugas teman
yang belum dikumpulkan nah disitu saya sering minta untuk
diperbaiki kalo ada yang salah.
47 Peneliti Bagaimana tanggapan orang-orang ketika anda membuat
kesalahan?
48 Melati Kebanyakan orang-orang ya memaklumin saya terus ditegur
“besok-besok jangan diulangi lagi ya” biasanya sih gitu.
49 Peneliti Apakah keluarga anda mengharapkan anda untuk mencapai
nilai maksimal?
50 Melati Kalo dari keluarga sih tidak tapi orangtua cuman menginginkan
yang terbaik saja dan yang penting saya dapat memahami dan
mengerti materi yang dipelajari.
51 Peneliti Apakah orangtua anda mengharapkan anda untuk unggul dalam
semua mata kuliah?
52 Melati Tidak, karena orangtua saya bukan tipe yang menuntut anaknya
untuk harus ini-itu mereka cukup yang terbaik buat saya. Ya
saya tau mana yang terbaik buat saya
53 Peneliti Bagaimana pendapat orangtua anda jika gagal mendapatkan
hasil yang maksimal?
54 Melati Biasanya Orangtua saya cuman memaklumi dalam arti tidak
menjatuhkan saya kalo saya gagal dapat nilai A misalnya. Terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 102
85
biasanya motivasi saya untuk bisa lebih baik lagi.
55 Peneliti Bagaima menurut pendapat orang lain ketika anda sudah
melakukan hal yang terbaik?
56 Melati Kalo orang dekat sih biasanya lebih memuji saya “ wah kamu
hebat ya bisa begini” mereka juga bangga kalo saya bisa
melakukan pekerjaan sebaik mungkin.
57 Peneliti Apakah anda merasa bahwa orang terlalu menuntut anda?
58 Melati Tidak karena saya bukan tipe orang yang bisa dituntut oleh
orang lain.
59 Peneliti Apakah orang-orang yang penting bagi anda “seharusnya” tidak
pernah mengecewakan anda?
60 Melati Ketika orang dekat kecewa terhadap saya maka sebaliknya saya
juga akan merasa kecewa terhadap mereka.
61 Peneliti Bagaimana perasaan anda untuk memenuhi harapan orang lain?
62 Melati Saya merasa tertantang dan terdorong ingin membuktikan diri
saya bahwa saya bisa melakukannya.
63 Peneliti Jika anda membantu teman anda mengerjakan tugas dengan
baik, dengan begitu apakah anda diharapkan untuk
membantunya lagi?
64 Melati Iya mereka biasanya bilang“besok kapan-kapan bantuin aku
lagi ya” tetapi tidak tahu kapan teman akan meminta bantuan
lagi kepada saya. Jika waktu dan saya merasa bisa mengajari
saya akan membantu teman saya kembali.
65 Peneliti Bagaimana tanggapan orang lain jika anda tidakunggul dalam
segala hal?
66 Melati No comment
67 Penelti Bagaimana pendapat anda ketika anda tidak dapat diganggu
dengan orang-orang yang tidak mau berusaha untuk menjadi
lebih baik?
68 Melati Menurut saya tidak masalah karena setiap orang mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 103
86
usaha masing-masing.
69 Peneliti Bagaimana orang lain mengharapkan lebih dari anda?
70 Melati Orang-orang sih lebih mengharapkan saya untuk dapat
memiliki andil yang lebih besar dan lebih berat. Karena saya
tipe orang yang mudah tertantang dan ingin menunjukkan
kualitas saya agar dapat membanggakan teman-teman.
71 Peneliti Bagaimana pendapat orang lain ketika anda masih
berkompeten, tetapi anda melakukan kesalahan?
72 Melati Kebanyakan teman-teman masih tetap memuji (memaklumi)
walaupun saya melakukan kesalahan. “Lain kali jangan begini
ya, nanti akibatnya begini-begini”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 104
87
LEMBAR KODING WAWANCARA
Subjek Mawar
No
Urut
Data Teks Koding
001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
020
021
022
023
024
025
026
027
028
029
030
031
032
033
034
035
036
037
038
039
040
041
042
Apakah keluarga anda mengharapkan anda untuk
mendapatkan nilai yang maksimal?
Iya sangat, mama biasanya “hah IPmu segitu? Kok
turun” oh my god, terutama papaku sih, papaku tuh
orangnya menuntut banget nilai. Jadi itulah kenapa
aku jadi kayak ambisius, yang harus gini-gini,
orangtuaku juga nuntut. Apalagi aku anak tunggal, ya
cuman aku yang bisa diharapkan, biasanya kayak
kemaren “loh kemaren 4, kok sekarang jadi 3,8” ya gitu-
gitulah. Sebenernya kalo marah tuh enggak cuman
kalimat-kalimatnya itu membuatku untuk ya gak boleh
aku dapet nilai segitu, kek pernah papaku ngomong tpi
aku lupa kalimatnya yang intinya “loh anak e papa kan
pinter Ipnya tuh 4” jadi membuat seolah-olah gak boleh
nilai turun. Marahin bentak-bentak itu enggak cuman ya
itu tadi mengucapkan kalimat-kalimat harapan dan
menuntuk untuk aku bisa yang kayak gini dan gak boleh
kayak gitu. Kalo papaku sering banding-bandingin aku
sama si A si B padahal papaku gak tau juga nilainya
berapa, kalo mamaku lebih mendetail biasanya “kenapa
toh nilaimu bisa turun? Kebanyakan rapat yo?
Kecapekan? Mana yang lebih jadi prioritasmu gitu-
gitu.”
Apakah orangtua anda mengharapkan untuk unggul
dalam semua mata kuliah?
Ya itu tadi sama kayak itu. “Yo kan kamu dulu bisa
to ngerjain kayak gini kok sekarang gak bisa?”.
Kalo papaku sih ya itu tadi “anak e papa itu pinter
toh? Lhaiya kamu pasti bisa”. Intinya kalimatnya
diulang-ulang kurang lebih kayak gitu. Aku tau
papaku nuntut kayak gitu alesannya kenapa? Misalkan
aku kan dapet beasiswa aku tahu kebutuhanku maksudte
itu sebagai dasar kenapa aku harus unggul. Tapi kalo
mamaku ingetin “kamu kan dapet beasiswa kan? Kamu
harus tau prioritasmu apa?” diingetin juga masa
perjuanganku biar daper beasiswa untuk terus bertahan.
Ohiya gini juga “kamu kan dari keluarga yang
sederhana ya? Jadi bawa nama baik keluarga. Kamu
juga harus bisa kayak yang lain-lain.
Apa yang anda pikirkan dan rasakan ketika anda tidak
WMRAP-1 &
WMRFP-1
WMRAP-2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 105
88
043
044
045
046
047
048
049
050
051
052
053
054
055
056
057
058
059
060
061
062
063
064
065
066
067
068
069
070
071
072
berhasil mencapai tujuan anda?
Wah kalo aku sih rasanya sedih, kecewa, terus
tertekan juga. Nah pas sedih itu aku pasti
merefleksikan diriku, dimana yang kurang apa yang
belum? Dari situ aku mesti menuntut diri untuk lebih
baik lagi.
Hal-hal apa sajakah yang membuat anda merasa ada
yang kurang dari pekerjaan yang anda lakukan?
Kalo aku tipikal orangnya sebernernya bertarget
gitukan aku bakal ngerjainnya hari ini selesainya
segini gitu kan? Tapi kadangnya meleset gitulah
manusia hahaha, kelewat dari target. Kadang
kayaknya molor gitu, misal masih ada dua hari lagi kok.
Akhirnya gitu deh. Kadang baru mulai sedikit terus ada
yang lebih diperioritaskan lagi jadi ditunda. Jadi meleset
gak tepat deadlinenya.
Apakah anda merasa selalu ada yang kurang terhadap
tugas yang orang lain kerjakan?
Iya, biasanya gak sempurna. Bukan gak sempurna lebih
tepatnya kek gini. Biasanya sebenernya dia bisa
ngerjain lebih, tapi dikerjainnya yaudahlah 1
paragraf aja cukup ngapain sih banyak-banyak kek
curhat. Kayak dia tuh sebenernya dong, maksudte
masih banyak yang dia bisa gali dan aku ngerti dia bisa
lebih ngerjain daripada itu tapi gak maksimal. Lebih ke
isi sih konten kurang maksimal gak lengkap.
Bagaimana menurut pendapat orangtua anda jika anda
gagal mendapatkakn hasil yang maksimal?
Itu tadi sih, kurang lebih sama. intinya gak boleh
turunlah minimal sama kayak yang kemaren. Kalo
turun pasti ditanya yaa ujung-ujungnya kayak gitu
lagi. Gitu sih.
WMRDP-1
WMRDP-2
WMRDP-3
WMRFP-2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 106
89
LEMBAR KODING WAWANCARA
Subjek Melati
No
Urut
Data Teks Koding
001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
020
021
022
023
024
025
026
027
028
029
030
031
032
033
034
035
036
037
038
039
040
041
042
Apa tujuan anda mengerjakan tugas?
Tujuan saya adalah saya ingin.. yang pertama
menyelesaikan tugas yang di berikan dosen, tapi lebih
dari itu saya mengerjakan tugas karena saya ingin
memberikan yang terbaik, saya ingin orang tau
kualitas saya seperti ini dilihat dari tugas saya. Saya
ingin tugas saya itu berkualitas baik dan orang yang
melihat itu akan paham, mengerti, memuji “oh
ternyata dia bisa berpikir seperti ini” kayak gitu sih.
Apa yang anda pikirkan dan rasakan ketika anda tidak
berhasil mencapai tujuan anda?
Pertama sedih iya pasti, kayak ngerasa minder apalagi
ngeliat temen ada yang berhasil. Itu mungkin kalo
dari 100% perasaanku ada di 10% lebih dari itu saya
sadar, saya harus belajar karena saya seperti ini karena
salah saya sendiri. Lebih melihat kesitu yaa sebagai
pelajaran “lain kali jangan lagi seperti itu”.
Menyalahkan diri sendiri juga ada sih pas pada hari
itu tapi esok harinya terus lupa karena kan itu salah saya
sendiri.
Hal-hal apa sajakah yang membuat anda merasa ada
yang kurang dari pekerjaan yang anda lakukan?
Yang merasa kurang itu karena deadline, mengerjakan
ya saat itu mau dikumpulkan kalo misalnya
beberapa jam sebelum dikumpulkan maksudnya
saya mengukur dulu tingkat kesulitannya dimana
atau sehari sebelum itu. Makanya saya masih merasa
kurang yaitu saya kan kerjanya deadline kayak gini,
khawatirnya nanti bener atau enggak ya itu karna
deadline sih. Karena aku tipe deadline.
Apakah anda merasa selalu ada yang kurang terhadap
tugas yang orang lain kerjakan?
Iya saat saya diminta untuk mengecek kembali tugas
teman yang belum dikumpulkan nah disitu saya
sering minta untuk diperbaiki kalo ada yang salah.
Apakah keluarga anda mengharapkan anda untuk
mendapatkan nilai yang maksimal?
Kalo dari keluarga sih tidak tapi orangtua cuman
menginginkan yang terbaik saja dan yang penting
saya dapat memahami dan mengerti materi yang
WMLAP-1
WMLAP-2 &
WMLDP-1
WMLDP-2
WMLDP-3
WMLFP-1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 107
90
043
044
045
046
047
048
049
050
051
052
053
054
055
dipelajari.
Apakah orangtua anda mengharapkan anda untuk
unggul dalam semua mata kuliah?
Tidak, karena orangtua saya bukan tipe yang
menuntut anaknya untuk harus ini-itu mereka
cukup yang terbaik buat saya. Ya saya tau mana yang
terbaik buat saya.
Bagaimana menurut pendapat orangtua anda jika anda
gagal mendapatkakn hasil yang maksimal?
Biasanya orangtua saya cuman memaklumi dalam
arti tidak menjatuhkan saya kalo saya gagal dapat
nilai A misalnya. Terus biasanya motivasi saya untuk
bisa lebih baik lagi.
WMLFP-2
WMLFP-3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 108
91
1. Lampiran Observasi Mawar
No Hari/Tanggal Tempat Deskripsi
1. Rabu, 17 Januari
2018
Kampus Mawar datang terlambat ketika ada
pertemuan pelatihan skripsi.
Disitu, Mawar siap mengerjakan
skripsi dengan membawa buku
referensi agar skripsinya lebih
ilmiah.
Mawar seringkali berdiskusi atau
membandingkan pekerjaan dengan
teman satu tim untuk memecahkan
kebingungannya dalam
mengerjakan skripsi.
Mawar seringkali mengecek
kembali pekerjaan yang sudah
dikerjakan untuk ditelitii lagi
sehingga tidak ada lagi keraguan
mengumpulkan tugas. Ketika
sedang mengecek kembali terlihat
Mawar masih ingin
menyempurnakan pekerjaannya
walaupun waktu sudah diluar batas
pengumpulan, hal ini demi
mendapatkan nilai yang maksimal.
2. Kamis, 1 Febuari
2018
Kos Mawar Dalam mengerjakan skripsi selalu
terstruktur (berurutan dari BAB I,
BAB II, dst) agar terlihat rapi dan
enak dibaca oleh dosen.
Mawar menyadari bahwa dirinya
tidak bisa lulus tahun ini maka dari
itu Mawar sering datang terlambat
ataupun menunda-nunda
mengumpulkan tugas. Disisi lain,
Mawar juga cemas dengan
skripsinya jika tidak mendapatkan
hasil yang maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 109
92
2. Lampiran Observasi Melati
No Hari/Tanggal Tempat Deskripsi
1. Rabu, 17 Januari
2018
Kampus Melati datang terlambat ke kampus
ketika ada kegiatan pelatihan di
kampus. Saat kegiatan berlangsung
melati mengerjakan skripsi sambil
mendengarkan musik.
Ketika diajak berdiskusi, Melati
sibuk dengan mengerjakan tugas
yang belum diselesaikan.
Melati mengerjakan tugas dengan
rapi namun tidak terstruktur (tidak
diurutkan secara tertata)
2. Rabu, 31 Januari
2018
Kos Melati Melati cenderung memeriksa hasil
pekerjaannya sebelum
dikumpulkan.
Melati mengeluh dan kurang puas
saat nilainya tidak maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI