PERENCANAAN UMUM DRAINASE PERKOTAAN SNI : 02-2406-1991 TATA
CARAPERENCANAAN UMUM DRAINASE PERKOTAANSNI : 02-2406-1991RUANG
LINGKUP:Standar ini menetapkan Tata cara perencanaan umum Drainase
perkotaan yang dapat digunakan untukmemperoleh hasil perencanaan
drainase perkotaan yang dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
-ketentuan teknik perencanaan.
RINGKASAN:Faktor - faktor umum :- Sosial ekonomi: pertumbuhan
penduduk, urbanisasi, angkatan kerja; kebutuhan nyata dan prioritas
daerah; keseimbangan pembangunan antar kota dan dalam kota,
ketersediaan tataguna tanah: pertumbuhan fisik kota dan ekonomi
pedesaan
- Lingkungan : topografi. eksisting jaringan drainase Jalan,
sawah. perkampungan , laut, pantai, tataguna tanah, pencemaran
lingkungan, estetika yang mempengaruhi sistem drainase kota,
kondisi lereng dan kemungkinan longsor; untuk daerah datar
diperhitungkan pengelontoran, pengendapan dan pencemaran; untuk
daerah yang terkena pengempangangan dari laut, danau atau sungai
diperhitungkan masalah pembendungan dan pengempangan.
Perencanaan
- Landasan : didasarkan pada konsep kelestarian lingkungan dan
konservasi sumberdaya air yaitu pengendalian air hujan agar lebih
banyak meresap ke dalam tanah dan mengurangi aliran permukaan.
- Tahapan : pembuatan rencana induk, studi kelayakan,
perencanaan detail; didasarkan pada pertimbangan teknik, sosial
ekonomi. Financial dan lingkungan: dilakukan dengan survai lokasi,
topografi, hidrologi, geoteknik tataguna tanah, sosial ekonomi,
institusi, peran serta masyarakat, kependudukan, lingkungan dan
pembiayaan; penyelidikan terhadap parameter disain; penyiapan
tanah; pelaksanaan drainase; operasi dan pemeliharaan. Data dan
persyaratan; data primer mencakup data 'banjir meliput luas, lama,
kedalaman rata - rata, frekuensi genangan, keadaan fungsi, sistem,
geometi dan dimensi saluran, daerah pengaliran sungai: prasarana
dan fasilitas kota yang ada dan yang direncanakan; data sekunder
meliputi rencana pembangunan kota, geoteknik foto udara,
pembiayaan, kependudukan, institusi, sosial ekonomi, peran serta
masyarakat, kesehatan lingkungan; persyaratan kualitas dan kualitas
data, peralatan, metode perhitungan dan asumsi yang digunakan.
Sistem drainase perkotaan : sistem drainase terpisah dan
ganungan ; sistem saluran terbuka dan tertutup.Kriteria :
pertimbangan teknik meliput aspek hidrologi, hidraulik dan
struktur; pertimbangan lain meliputi biaya dan pemeliharaan.
Koordinasi dan tanggung jawab : seluruh penyelenggara teknis
pekerjaan dilaksanakan dibawah seorang ahli yang berkompeten dalam
tim terpadu; masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh instansi
yang berwenang harus diajukan kepada pihak yang berwenang di
atasnya.
Sistem Drainase Perkotaan
Siklus alamiah air menuntut kita untuk peduli terhadap
lingkungan. Pada akhirnya, air yang ter-buang atau di-buang akan
berpengaruh terhadap air yang akan kita terima kembali
Makin hari, makin banyak masalah lingkungan yang terus memburu
kita. Mulai dari sampah, sungai tercemar, banjir bandang dan banyak
lagi. Bolehlah kita sesekali membuka mata bahwa permasalahan
lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Kota tempat kita berpijak
adalah ruang kehidupan kita bersama. Ruang yang harus kita rawat
siklus kealamiannya. Air menjadi salah satu kata kuncinya.
Permasalahan air adalah permasalahan yang tak kunjung usai. Karena
bagaimanapun juga permasalahan lingkungan bukan permasalahan
rekayasa teknis semata tapi juga permasalahan sosial yang buntutnya
adalah soal budaya.Membahas air berarti tak dapat lepas dari
keberadaanya, air di permukaan tanah atau air di bawah tanah.
Berdasar siklus air, air hujan turun ke bumi kemudian meresap di
dalam tanah. Air yang meresap ke dalam tanah ini akan mengalir
menuju hilir. Sedangkan air hujan yang tidak dapat meresap ke dalam
tanah, melimpas, menjadi genangan di permukaan atau mengalir ke
sungai. Air sungai mengalir menuju hilir atau bermuara di lautan.
Siklus ini akan terus berulang hingga air dari penguapan laut turun
kembali sebagai hujan.Siklus air alami ini tidak akan menyebabkan
permasalahan ketika air tidak diganggu alirannya. Gangguan ini
dapat berupa pembatasan gerak air, pencemaran lingkungan atau juga
pengurangan jumlah air yang meresap ke tanah. Proses alami air ini
tentu saja mau tidak mau harus diganggu. Perkembangan kota,
pertambahan jumlah penduduk disertai dengan meningkatnya kebutuhan
masyarakat menjadi faktor utama penentu proses siklus air.Drainase
perkotaan menjadi tema yang mendesak untuk dibicarakan karena
memegang fungsi sentral dalam hal pengendalian air. Sistem Drainase
berarti sistem pengatusan atau pengeringan kawasan atas air hujan
yang menggenang.Idealnya, pada rencana induk kota, Sistem Drainase
Perkotaan harus dikembangkan salurannya sendiri, mulai dari air
hujan, masuk ke selokan/parit sampai dengan meresap ke dalam tanah
kembali atau mengalir ke sungai dan bermuara di laut.Sebagai
sistem, penanganan drainase tidak dapat dilakukan secara
individual, wilayah per wilayah. Rencana induk kota harus mampu
mengintegrasikan jaringan air mulai dari hulu sampai dengan hilir.
Oleh karena itu, kebijakan pemerintah punya pengaruh yang besar.
Kebijakan ini memayungi prosedur-prosedur standar pengendalian air,
semisal, standar penyambungan saluran air hujan, air limbah, atau
juga septictank rumah tangga. Melalui konsultan teknisnya,
pemerintah harus menjadi fasilitator bagi masyarakat. Begitu juga
dengan masyarakat, partisipasi dan sikap proaktif akan menentukan
keberhasilan rencana induk kota.
.JENIS DRAINASE DAN PERMASALAHANYABanyak hal yang menjadi
permasalahan dan kendala dalam sistem drainase perkotaan, masalah
teknis konsep drainase perkotaan kita. Air hujan yang turun ke
permukaan tanah masih dibuang secepat-cepatnya ke sungai. Air hujan
yang turun tidak diberi kesempatan untuk meresap sebagai cadangan
air tanah. Akibatnya tanah tak punya cadangan air, muka air tanah
turun, kekeringan melanda. Sementara itu, sungai tidak lagi
mengalirkan air bersih. Air sungai bercampur juga dengan air
limbah, baik itu skala kecil maupun besar. Tumpang tindih fungsi
atas keberadaan sungai ini jelas membawa banyak permasalahan yang
potensial merusak lingkungan.Muncul dalam pengelolaan sistem
drainase perkotaan adalah integrasi jaringan antar
wilayah/kabupaten. Sebagai sebuah jaringan dan sistem, tidak
mungkin bila aliran air dikelola sendiri-sendiri. Pendimensian
saluran, penggunaan sungai secara terpadu, sosialisasi kepada
masyarakat harus dilakukan secara menyeluruh.Drainase yang meliputi
jenis, system, dan permasalahannya:Drainase merupakan salah satu
factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir
(float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan
suplai air pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai
usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas.
a) Jenis jenis drainase : Menurut sejarah terbentuknya :1.
Drainase alamiah (natural drainage)Terbentuk secara alamiah , tidak
terdapat bangunan penunjang2. Drainase buatan (artificial
drainage)Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan
khusus
Menurut letak bangunan :1. Drainase permukaan tanah (surface
drainage)Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air
dipermukaan tanah. Hal ini berguna untuk mencegah adanya
genangan.2. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface
drainage)Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air
dibawah tanah.Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat
untuk mengurangi ketinggian muka air tanah sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan baik. Menurut fungsi :1. Single purposeSuatu jenis
air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah industri dll2.
Multi purposeBeberapa jenis air buangan tercampur Menurut kontruksi
:1. Saluran terbuka2. Saluran tertutupUntuk air kotor disaluran
yang terbentuk di tengah kota.b) Sistem dan permasalahan
drainaseSistem drainase dibagi menjadi:1. tersier drainage2.
secondary drainage3. main drainage4. sea drainagePermasalahan
drainase:Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana.
Banyak faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam
perencanaan, antara lain :1. Peningkatan debitmanajemen sampah yang
kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan
saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi
berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air
meluap dan terjadilah genangan.2. Peningkatan jumlah
pendudukmeningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat,
akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah
penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan,
disamping itu peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh
peningkatan limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.3. Amblesan
tanahdisebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan,
mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut
pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran5. Reklamasi6. Limbah
sampah dan pasang surutc) Penanganan drainase perkotaan :1.
Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah2.
Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke
drainase dapat dibuang dengan cepat agar tidak mengendap.3.
pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama
pembuangan sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya
melanggar drainase.4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan
kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungn.5. Mengelola
limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air
hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.2 a.
Drainase Jalan RayaDrainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan
dan luar kota.Umumnya di perkotaan dan luar perkotaan,drainase
jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (Surface
drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai
bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan,
ada juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka
lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga
air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan
elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan
.Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa
inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang
lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan
jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran
akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan
jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran
akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus
,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti
jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini
menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang
rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak
tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah
badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.b. Drainase Lapangan
TerbangDrainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada
draibase area run way dan shoulder karena runway dan shoulder
merupakan area yang sulit diresapi , maka analisis kapasitas /
debit hujan memepergunakan formola drainase muka tanah atau surface
drainage.Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih
kecil atau samadengan 1,50 % , kemiringan shoulder ditentukan
antara 2,50 % sampai 5 %.Kemiringan kea rah memanjang ditentukan
sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10 % ,ketentuan dari FAA.
Amerika Serikat , genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm,
dan harus segera dialirkan.Di sekeliling pelabuhan udara terutama
di sekeliling runway dan shoulder , harus ada saluran terbuka untuk
drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis luar
lapangan terbang.
c. Drainase Lapangan OlahragaDrainase lapangan olahraga
direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan pada
lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage)
tidak boleh terjadi genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan
lapangan harus lebih kecil atau sama dengan 0,007. Rumput di
lapangan sepakbola harus tumbuh dan terpelihara dengan baik. Batas
antara keliling lapangan sepakbola dengan lapangan jalur atletik
harus ada collector drain.JENIS DRAINASE DAN PERMASALAHANNYA
1. Drainase yang meliputi jenis, system, dan
permasalahannya:Drainase merupakan salah satu factor pengembangan
irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection),
sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada
tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.a)
Jenis jenis drainase :
Menurut sejarah terbentuknya :1. Drainase alamiah (natural
drainage)Terbentuk secara alamiah , tidak terdapat bangunan
penunjang2. Drainase buatan (artificial drainage)Dibuat dengan
tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus Menurut letak bangunan
:
1. Drainase permukaan tanah (surface drainage)Suatu system
pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini
berguna untuk mencegah adanya genangan.2. Drainase bawah permukaan
tanah (subsurface drainage)Suatu sistem pembuangan untuk
mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.Pada jenis tanaman tertentu
drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air tanah
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Menurut fungsi :1.
Single purposeSuatu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic,
limbah industri dll2. Multi purpose
Beberapa jenis air buangan tercampur
Menurut kontruksi :1. Saluran terbuka2. Saluran tertutupUntuk
air kotor disaluran yang terbentuk di tengah kota.
b) Sistem dan permasalahan drainaseSistem drainase dibagi
menjadi:
1. tersier drainage2. secondary drainage3. main drainage4. sea
drainage
Permasalahan drainase:Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal
yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan
yang matang dalam perencanaan, antara lain :
1. Peningkatan debitmanajemen sampah yang kurang baik memberi
kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai.
Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga
tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah
genangan.
2. Peningkatan jumlah pendudukmeningkatnya jumlah penduduk
perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun
urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh
penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn
penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah
cair maupun pada sampah.
3. Amblesan tanahdisebabkan oleh pengambilan air tanah yang
berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka
air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. reklamasi
6. limbah sampah dan pasang surut
c) Penanganan drainase perkotaan :
1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang
sampah2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang
masuk ke drainase dapat dibuang dengan cepat agar tidak mengendap3.
pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama
pembuangan sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya
melanggar drainase.4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan
kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungn.5. Mengelola
limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air
hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.
2 a. Drainase Jalan RayaDrainase jalan raya dibedakan untuk
perkotaan dan luar kota.Umumnya di perkotaan dan luar
perkotaan,drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka
tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu
ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman
diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak
tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka
jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi
perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka
jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat
berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya
yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan
jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran
akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan
jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran
akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus
,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti
jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini
menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang
rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak
tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah
badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.b. Drainase Lapangan
TerbangDrainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada
draibase area run way dan shoulder karena runway dan shoulder
merupakan area yang sulit diresapi , maka analisis kapasitas /
debit hujan memepergunakan formola drainase muka tanah atau surface
drainage.Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih
kecil atau samadengan 1,50 % , kemiringan shoulder ditentukan
antara 2,50 % sampai 5 %.Kemiringan kea rah memanjang ditentukan
sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10 % ,ketentuan dari FAA.
Amerika Serikat , genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm,
dan harus segera dialirkan.Di sekeliling pelabuhan udara terutama
di sekeliling runway dan shoulder , harus ada saluran terbuka untuk
drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis luar
lapangan terbang.
c. Drainase Lapangan Olahraga
Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi
atau resapan air hujan pada lapisan tanah, tidak run of pada muka
tanah (sub surface drainage) tidak boleh terjadi genangan dan tidak
boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih kecil atau sama
dengan 0,007. Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh dan
terpelihara dengan baik. Batas antara keliling lapangan sepakbola
dengan lapangan jalur atletik harus ada collector drain.
LAYAKNYA berondongan peluru, makin hari, makin banyak masalah
lingkungan yang terus memburu kita. Mulai dari sampah, sungai
tercemar, banjir bandang dan banyak lagi. Bolehlah kita sesekali
membuka mata bahwa permasalahan lingkungan adalah tanggung jawab
bersama. Kota tempat kita berpijak adalah ruang kehidupan kita
bersama. Ruang yang harus kita rawat siklus kealamiannya. Air
menjadi salah satu kata kuncinya. Permasalahan air adalah
permasalahan yang tak kunjung usai. Karena bagaimanapun juga
permasalahan lingkungan bukan permasalahan rekayasa teknis semata
tapi juga permasalahan sosial yang buntutnya adalah soal
budaya.
Membahas air berarti tak dapat lepas dari keberadaanya, air di
permukaan tanah atau air di bawah tanah. Berdasar siklus air, air
hujan turun ke bumi kemudian meresap di dalam tanah. Air yang
meresap ke dalam tanah ini akan mengalir menuju hilir. Sedangkan
air hujan yang tidak dapat meresap ke dalam tanah, melimpas,
menjadi genangan di permukaan atau mengalir ke sungai. Air sungai
mengalir menuju hilir atau bermuara di lautan. Siklus ini akan
terus berulang hingga air dari penguapan laut turun kembali sebagai
hujan.
Siklus air alami ini tidak akan menyebabkan permasalahan ketika
air tidak diganggu alirannya. Gangguan ini dapat berupa pembatasan
gerak air, pencemaran lingkungan atau juga pengurangan jumlah air
yang meresap ke tanah. Proses alami air ini tentu saja mau tidak
mau harus diganggu. Perkembangan kota, pertambahan jumlah penduduk
disertai dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat menjadi faktor
utama penentu proses siklus air.
Drainase dan sanitasi perkotaan menjadi tema yang mendesak untuk
dibicarakan karena memegang fungsi sentral dalam hal pengendalian
air. Sistem Drainase berarti sistem pengatusan atau pengeringan
kawasan atas air hujan yang menggenang. Sedangkan sistem sanitasi
berarti sistem pengendali tingkat higienis, kebersihan dan
kesehatan air.
Idealnya, pada rencana induk kota, kedua alur sistem ini harus
dipisah. Sistem drainase harus dikembangkan salurannya sendiri,
mulai dari air hujan, masuk ke selokan/parit sampai dengan meresap
ke dalam tanah kembali atau mengalir ke sungai dan bermuara di
laut. Pun sistem sanitasi, karena sebagian besar berhubungan dengan
limbah, maka perlu diusahakan saluran yang benar-benar sehat agar
nantinya dapat diolah di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan
output-nya memenuhi standar baku air.
Sebagai sistem, penanganan drainase maupun sanitasi tidak dapat
dilakukan secara individual, wilayah per wilayah. Rencana induk
kota harus mampu mengintegrasikan jaringan air mulai dari hulu
sampai dengan hilir. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah punya
pengaruh yang besar. Kebijakan ini memayungi prosedur-prosedur
standar pengendalian air, semisal, standar penyambungan saluran air
hujan, air limbah, atau juga septictank rumah tangga. Melalui
konsultan teknisnya, pemerintah harus menjadi fasilitator bagi
masyarakat. Begitu juga dengan masyarakat, partisipasi dan sikap
proaktif akan menentukan keberhasilan rencana induk kota.
Modal Alami Yogyakarta, Air Mudah Mengalir
Secara geografis, Propinsi Yogyakarta membentang dari batas
utara Gunung Merapi sampai dengan batas selatan Samudra Indonesia.
Topografi Yogyakarta membentang dari kontur tanah tinggi ke rendah.
Untuk pengaliran air, kondisi ini jelas menguntungkan dan tidak
membutuhkan rekayasa bangunan sipil yang istimewa. Selain itu,
Yogyakarta juga memiliki 3 sungai utama yang membelah wilayah
perkotaan. Sungai-sungai tersebut adalah Winongo di sisi barat,
Code di sisi tengah dan Gajah Wong di sisi timur. Keunikan alami
lainnya, jenis tanah di Yogyakarta adalah tanah berpasir, hal ini
karena adanya keberadaan gunung vulkanik. Dengan tanah berpasir,
air yang menggenang lebih mudah meresapnya.
Yogya juga memiliki beberapa mata air di sisi utara kota. Modal
ini ditambah lagi dengan konsep tradisional masyarakat pinggir
sungai dalam memelihara konservasi air. Konsep ini biasa disebut
dengan Mbelik. Mbelik adalah sisi pinggir sungai yang menghasilkan
mata air kecil dari resapan tanah atau pepohonan. Masyarakat
biasanya membatasi daerah ini dengan gundukan tanah atau semen.
Daerah tetesan air dicekungi agar air menggenang dan dapat
digunakan.
Lewat paparan ini, jelas sudah bahwa sebenarnya Yogyakarta
merupakan daerah yang serba kecukupan dan tidak rumit pengelolaan
airnya. Masalah drainase dan sanitasi muncul ketika manusia tidak
lagi bijaksana menjaga ekosistem. Konsep-konsep tradisional ini
diganti ke konsep modern yang setengah hati. Sementara penduduk
bertambah banyak, rencana induk kota kurang tersosialisasi kepada
masyarakat. Sebaliknya, respon masyarakat terhadap kebijakan kota
juga ragu-ragu.
Sistem Drainase Saat Ini, Tergesa Membuang Air
Konsep utama drainase di kota Yogyakarta, secara konvensional
mengandalkan 3 sungai utama. Air dari daerah tangkapan (catchment
area) dibuang ke sungai lewat jaringan drainase. Seiring dengan
bertambahnya permukiman dan pusat kegiatan masyarakat, air yang
mengalir di kota semakin sulit meresap dan semakin mudah melimpas
(run off). Tanah, sebagai peresap alami air, diganti dengan semen,
aspal dan beton. Perubahan-perubahan alam ini terjadi karena
peningkatan kebutuhan dan aktivitas masyarakat. Faktor-faktor lain
seperti keterdesakan ruang ekonomi, juga mendorong orang untuk
berurbanisasi, meninggalkan gaya lama dan pindah ke kota, membangun
tempat tinggal, membutuhkan air bersih dan membuang air kotor
tentunya. Akibatnya, semakin banyak bangunan dibuat, semakin tinggi
peluang air menggenang, semakin besar jumlah limbah yang
dibuang.
Banyak hal yang menjadi permasalahan dan kendala dalam sistem
drainase perkotaan. Masalah yang pertama yaitu, masalah teknis
konsep drainase perkotaan kita. Air hujan yang turun ke permukaan
tanah masih dibuang secepat-cepatnya ke sungai. Air hujan yang
turun tidak diberi kesempatan untuk meresap sebagai cadangan air
tanah. Akibatnya tanah tak punya cadangan air, muka air tanah
turun, kekeringan melanda. Sementara itu, sungai tidak lagi
mengalirkan air bersih. Air sungai bercampur juga dengan air
limbah, baik itu skala kecil maupun besar. Tumpang tindih fungsi
atas keberadaan sungai ini jelas membawa banyak permasalahan yang
potensial merusak lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya
pembagian fungsi sungai secara jelas. Saluran drainase dan sanitasi
harus terpisah. Masing-masing perlu solusi yang konkret.
Masyarakat dan pemerintah perlu bersinergi dan peduli pada
lingkungannya.Untuk sistem drainase, pembuatan sumur resapan dan
kolam konservasi adalah solusinya, baik itu secara pribadi (per
bangunan) atau massal. Pemerintah saat ini sedang giat dalam usaha
membangun embung. Embung ini diharapkan mampu menampung air hujan
yang turun agar tidak langsung terbuang. Usaha ini perlu didukung
masyarakat agar masalah pemeliharaannya dapat berlangsung.
Sementara itu, sungguh sulit untuk menggalakkan pembuatan sumur
resapan pribadi. Saat ini kebanyakan permukiman dan bangunan tidak
membuat sumur peresapan, padahal menurut IMB (Ijin Mendirikan
Bangunan), setiap bangunan harus memilikinya, ketentuan ini
tercantum dalam Perda No. 4 tahun 1988. Jadi, seharusnya air hujan
yang mengalir/melimpas dari bangunan turun ke tanah, diresapkan
lewat sumur resapan, lalu baru sisanya dibuang ke SAH (Saluran Air
Hujan).
Memang sulit untuk mulai menggalakkan pembuatan sumur resapan,
kondisi ini disebabkan juga oleh keterbatasan lahan di kota.
Padahal, setelah dikulik lebih lanjut, ternyata sumur resapan
merupakan warisan teknologi tradisional, sebagaimana diungkapkan
dalam sebuah leaflet sosialisasi sumur resapan milik Bapedalda
(Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah), Sumur peresapan air
hujan, secara konsep sistem ini merupakan teknologi nenek moyang
yang diekpresikan dengan 'tabu' menimbun sumur yang oleh suatu
sebab tidak berfungsi lagi dan pada umumnya dimanfaatkan untuk
menampung air hujan dari halaman di sekitarnya. Begitulah
kebiasaan-kebiasaan masyarakat di pedesaan dengan membuat
lubang-lubang di halaman yang secara teknis dapat di terjemahkan
sebagai retarding basin (kolam penunda aliran air-red) dan
sekaligus berfungsi sebagai artificial recharge (pengisi air
buatan-red).
Usaha pembuatan sumur resapan ini harus mulai digalakkan sejak
saat ini. Sebuah desa di sebelah utara kota Yogya telah menggunakan
teknologi tradisional sumur resapan ini. Lewat berbagai modifikasi,
warga desa wisata Tanjung, Sleman, telah berhasil membangun 20
sumur resapan. Pembuatan sumur resapan ini dibantu oleh lembaga
GGWRM (Good Government in Water Resources Management), Uni Eropa.
Akhir November 2004, kita akan merampungkan 20 sumur baru lagi
bantuan dari Bapedalda, jadi akhir Desember kita sudah punya 20
sumur resapan, ungkap Jamhadi, ketua umum desa wisata Tanjung.
Prinsip sumur resapan yang diterapkan di desa Tanjung sebenarnya
sederhana. Pertama, kita butuh lahan ukuran 2 X 2 m. Di areal itu
digali, dimasuki buis beton ke dalam, diberi tutup semen, di
sebelah tumpukan buis beton tadi diberi bak kontrol semen ukuran
0,7 X 0,7 m, bak itu diberi tutup juga. Di samping bak kontrol,
ditanam grass block di permukaan tanah, diberi rumput sebagai
penyaring, ucap Sutoyo, salah seorang warga desa tanjung. Cara
kerjanya, air hujan turun dari tritisan rumah, menuju grass block,
tersaring, kemudian masuk ke bak kontrol dan akhirnya masuk ke buis
tadi dan meresap ke dalam tanah, tambahnya.
Teknologi tradisional nan murah di desa Tanjung ini seharusnya
mampu menjadi pembelajaran bagi desa-desa lain. Lewat gotong-royong
warga, kita juga bisa menyelamatkan lingkungan dari tempat kita
berpijak. Tanpa disadari, air yang diresapkan warga desa Tanjung
ini, nantinya akan memperbaiki siklus air kota secara keseluruhan.
Mengesankan.
Permasalahan kedua yang muncul dalam pengelolaan sistem drainase
perkotaan adalah integrasi jaringan antar wilayah/kabupaten.
Sebagai sebuah jaringan dan sistem, tidak mungkin bila aliran air
dikelola sendiri-sendiri. Pendimensian saluran, penggunaan sungai
secara terpadu, sosialisasi kepada masyarakat harus dilakukan
secara menyeluruh. Sebagai contoh, saluran drainase di Jalan
Parangtritis di sebelah utara dan selatan Ring Road. Area saluran
ini terletak di dua wilayah administrasi yang berbeda, sebelah
Utara wewenang Kodya Yogyakarta, sedangkan selatan wewenang
kabupaten Bantul. Tidak mungkin Kodya hanya menangani wilayahnya
saja dan tidak bertanggung jawab atas aliran air ke Bantul. Oleh
karena itu dibutuhkan perbaikan saluran-saluran di masing-masing
wilayah dan juga kerjasama yang terpadu.
Seperti diungkapkan Ir. Toto Subroto, Kepala Sub Dinas Prasarana
Pengairan dan Drainase Kota Yogyakarta, Dinas Prasarana Kota
Yogyakarta saat ini sedang melaksanakan berbagai perubahan saluran
drainase. Pada tahun anggaran lalu, Dinas Prasarana Kota sudah
mencoba memperbaiki saluran drainase di berbagai tempat. Di sebelah
timur misalnya, di Jl. Sudarsono, di dekat rel kereta api, Timoho,
saluran drainase dari utara di-sudet ke arah timur dan dialirkan ke
Sungai Gajah Wong, agar debit air ke selatan tidak bertambah besar.
Di sebelah Barat, di Jl. HOS Cokroaminoto, saluran drainase
di-sudet ke barat dan diarahkan ke sungai Winongo. Sudetan ini juga
dimaksudkan agar air yang masuk ke kota lebih sedikit. Selain itu,
agar kawasan Pakuncen juga tidak tergenang air karena relief
tanahnya yang relatif cekung. Lain lagi di sebelah selatan, di Jl.
Sorogenen, air di-sudet ke barat agar masuk ke sungai Code. Di
tengah kota, di Gayam, air dari Sungai Belik di-sudet ke arah
sungai Gajah Wong agar mencegah terjadinya banjir di Jl.
Batikan.
Sebenarnya kami masih ingin melakukan perbaikan di banyak tempat
lagi, tapi semua kegiatan pemerintah selalu berhadapan dengan skala
prioritas, ungkap Toto. Ada 4 prioritas dalam kegiatan kami saat
ini. Prioritas pertama, kegiatan berhubungan dengan keselamatan
jiwa. Kedua, kegiatan yang bila tidak ditangani akan menimbulkan
dampak kerusakan yang lebih meluas. Ketiga, kegiatan yang bersumber
pada masukan masyarakat, butuhnya apa? Keempat, kegiatan
berorientasi keindahan dan kerapian. Jelas Toto. Itu makanya,
rencana pemerintah membuat ini-itu sering tertunda, karena
terbentur skala prioritas, kalau mau bikin saluran drainase, eh
ternyata ada talud yang jebol dan itu membahayakan jiwa manusia, ya
itu yang didahulukan, tambah Toto.
Setelah perbaikan di masing-masing wilayah, masalah sinkronisasi
dan koordinasi saluran drainase menjadi sangat penting diagendakan.
Untuk itu, pemerintah saat ini sedang mengusahakan sebuah lembaga
koordinasi secara bersama-sama. Sekber Kartamantul (Sekretariat
Bersama Yogyakarta-Sleman-Bantul) adalah salah satu hasil kerja
bareng antar wilayah administratif. Sekber ini mengarahkan
lembaganya pada kerjasama pengelolaan prasarana dan sarana
perkotaan Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.
Selain saluran drainase di Jalan Parangtritis, Menukan dan
Sisingamangaraja, Sekber juga mendorong perbaikan saluran drainase
di Jalan Dongkelan, Karanglo, Jambon, Magelang dan AM Sangaji. Di
Kelurahan Singosaren, Bantul, lewat Sekber, kini Pemerintah Kota
Yogyakarta akan meneruskan membangun saluran drainase yang terhenti
di kota.
Di Yogyakarta, Sekber Kartamantul ini didukung oleh Lembaga
Kerjasama Teknis Jerman, GTZ (Deutsche Gesellschaft fr Technische
Zusammenarbeit) Urban Quality. Keberadaan GTZ ini bertujuan untuk
memperkuat kelembagaan Sekber. Bukan hanya itu, Yogyakarta juga
mendapat bantuan konsultan teknis lewat proyek kerjasama dengan
Swiss, YUIMS (Yogyakarta Urban Infrastructure Management Support)
atau YUDP (Yogyakarta Urban Development Project).
Untuk memperbaiki siklus alami air, saat ini Bapedalda juga
membantu untuk menyumbang dana bagi pembangunan sumur-sumur resapan
dan atau penanaman kembali bibit-bibit pohon di sepanjang bantaran
sungai. Bantuan ini secara konkret antara lain diberikan kepada
desa Tanjung (Sleman), Markurejo (Kalasan), Wonosalam,
Panggungharjo (Bantul) dan desa lainnya, yang secara keseluruhan
berjumlah 9 lokasi.
Sistem Sanitasi, Yang Dibuang Sayang
Sama halnya dengan drainase, sistem sanitasi juga memiliki
permasalahan dan kendala tersendiri. Secara konsep, sistem sanitasi
yang diterapkan di perkotaan seharusnya terpadu, komunal atau
terpusat, jadi limbah dan saluran air kotor dapat diolah dengan
teratur. Saluran-saluran yang membentuk jaringan sanitasi harus
diarahkan pada kawasan pengolahan tersendiri, yaitu IPAL (Instalasi
Pengolahan Air limbah). Melalui IPAL, warga kota bisa merasa nyaman
karena tak perlu lagi membuang air kotor secara sembarangan. IPAL
ini tidak hanya diperuntukkan bagi limbah rumah tangga, tetapi juga
bagi sentra industri-industri, baik kecil atau besar. Jika konsep
ini tercapai, wah, berarti tak perlu khawatir lagi air sehari-hari
kita akan tercemar. Kini pertanyaannya, apakah konsep ini mampu
berjalan di alur yang kita inginkan?
Sistem sanitasi selalu terkait dengan masalah limbah dan saluran
air kotor. Sebagai kota dengan segudang predikat, praktis
Yogyakarta menyangga berbagai keberagaman aktivitas manusia sebagai
penghasil limbah. Mulai dari limbah rumah tangga (mandi, kakus,
mencuci atau memasak), perkantoran, sekolah, universitas, hotel,
rumah makan, mall, sampai dengan industri skala kecil dan besar.
Dari data monitoring kami, industri yang tercatat di Yogya sejumlah
932, kegiatan pelayanan kesehatan (rumah sakit, laboratorium
kesehatan, balai kesehatan dll) sejumlah 197, kegiatan
jasa/pariwisata, khususnya hotel 231. Data ini masih kami
kembangkan lagi karena masih banyak yang belum tercatat. Masih
banyak kegiatan-kegiatan lain yang belum terdeteksi seperti usaha
bengkel dan salon misalnya. Ini membuktikan eksplorasi sumber daya
air yang luar biasa, sedangkan upaya pengembalian keseimbangan air
bersih masih kecil, baik itu air permukaan ataupun air tanah, jelas
Ir. Endro Waluyo, Kepala Sub Bidang Pengendalian Pencemaran
Bapedalda.
Endro menambahkan, saat ini mayoritas universitas-universitas di
Yogya pun juga masih belum memiliki IPAL dan sumur peresapan
sendiri. Padahal dengan daerah gedung yang luas ditambah dengan
adanya laboratorium, pengolahan air mandiri mutlak diperlukan.
Di Yogyakarta, saluran limbah cair dari perkotaan sebagian besar
dialirkan ke IPAL Sewon, Bantul. Sedangkan sisanya, saluran-saluran
air kotor masih tetap mengandalkan sungai dan septictank yang non
kedap air. Sungai-sungai dijadikan tempat pelarian, akibatnya,
sungai tidak lagi bersih dan ini memperburuk siklus air secara
alamiah. Beban kota masih ditambah lagi dengan air tanah kota yang
tak lagi sehat, septictank non kedap air mengakibatkan merembesnya
limbah dan bercampur dengan air tanah. Limbah berjabat tangan
dengan air tanah yang sehari-hari kita perlukan.
Agar perkotaan kita tetap sehat, masalah-masalah sanitasi harus
menjadi perhatian serius pemerintah beserta dengan warganya.
Jogjaku Bersih harus menjadi slogan yang mampu diwujudkan. Hal ini
senada dengan penjelasan Pieter Lawoasal, Kepala Seksi Pemantauan
dan Pemulihan KPDL (Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan), Kami
(KPDL-red) sekarang ini baru fokus ke IPAL komunal/domestik yang
dirancang untuk menjaga air sungai dan air tanah yang ada di Yogya,
khususnya untuk masyarakat yang ada di pinggir sungai.
Bagi Pieter, penting untuk menyadarkan masyarakat yang bermukim
di pinggiran sungai-sungai karena cukup banyak warga yang membuang
limbah langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Maka dari
itu, perlu antisipasi seperti pembuatan septictank. Masih banyak
pula masyarakat yang maaf mekong (mepe bokong, buang kakus sambil
jongkok-red) di sungai, ujar Pieter tersenyum.
Menanggapi fenomena lingkungan yang cukup meresahkan ini, KPDL
telah berinisiatif untuk membangun IPAL-IPAL komunal di berbagai
tempat di Yogyakarta. IPAL komunal ini dibuat dengan tujuan agar
masyarakat sadar dan turut terlibat dalam hal kepedulian
lingkungan. Selain itu, IPAL komunal memang lebih murah dan ringkas
daripada membuat septictank pribadi. Diharapkan, pembuatan
IPAL-IPAL ini mampu menjadi pilot project bagi daerah-daerah
lainnya juga. Karena ini pilot project, jadi untuk mencapai
kesempurnaan pembuatan IPAL membutuhkan waktu yang cukup lama.
Sejak tahun 2000, kami sudah mulai buat IPAL di beberapa lokasi,
tapi hasilnya tidak memuaskan, baru tahun 2003-2004 ini mulai baik,
jadi membutuhkan waktu sekitar 3-4 tahun untuk mencapai yang lebih
baik, ujar Pieter. Pieter juga menambahkan bahwa IPAL komunal yang
dibuat ini dapat digunakan untuk skala 50-100 keluarga, dengan
harapan agar setelah dibuang ke sungai, air sudah memenuhi baku
mutu standar SK Gubernur nomor 214 tentang baku mutu air
sungai.
Cara yang digunakan KPDL dalam membuat IPAL Komunal pun tidak
semata-mata membangun sepihak. Masyarakat dilibatkan bersama-sama.
Pemerintah yang memberi dana, konsultan, dan memberi contoh bentuk,
sedangkan yang melaksanakan adalah masyarakat setempat. Dananya pun
dikelola oleh mereka, sehingga kekurangan yang ada ditanggung oleh
masyarakat sebagai pengelola. Bahkan pernah pembuatan IPAL ini, 50
% dananya dari masyarakat daerah itu sendiri. Bagi pemerintah, ini
merupakan partisipasi dari masyarakat yang sangat besar, ucap
Pieter bersemangat. Pemerintah tetap memberi konsultan yang
membantu, tapi tanggung jawab pembangunan diberikan penuh kepada
masyarakat. Pieter juga memberi kebebasan apabila masyarakat merasa
tidak membutuhkan atau merasa kurang sreg (yakin-red) dengan
konsultan teknis dari pemerintah, masyarakat tidak perlu memakai
jasa konsultan tersebut.
Beberapa IPAL komunal yang telah dibantu oleh KPDL antara lain
di daerah Serangan, Patangpuluhan, Bumijo, Pringgan (Kotagede),
Tegalrejo dan di Rusunawa (Rumah Susun Sewa Sederhana) dekat Hotel
Melia.
Mengenai teknis perancangan, Pieter menjelaskan bahwa IPAL
komunal yang dibuat ini berbeda dengan septictank pada umumnya.
IPAL yang dibuat, sengaja dirancang kedap air, agar air limbah
jangan meresap ke dalam tanah. Jadi nantinya, limbah yang dibuang
dapat disedot kembali, atau diolah sebagai pupuk.
Soal olah-mengolah limbah, warga Prawirodirjan bahkan telah
memulai usaha kreatif ini. Di RT 7, 8, 9 di Prawirodirjan ini, kami
mengolah limbah rumah tangga menjadi pupuk. Anak-anak muda banyak
yang terlibat. Bukan itu saja, bahkan fasilitas MCK (Mandi, Cuci,
Kakus) komunal kami juga akan dibuat proyek biogas. Belum pasti
kapan, tapi yang jelas, nantinya limbah ini dapat digunakan untuk
menghasilkan panas/api, sehingga ada semacam dapur bersama di
kampung ini, jelas Suhayatmojo, Sekretaris Kelurahan Prawirodirjan.
Melalui contoh usaha kreatif ini, masyarakat dapat mulai untuk
minimal peduli dengan lingkungan desanya sendiri. Yang dibuang
sayang, usaha ini pantas ditumbuhkembangkan.JENIS DRAINASE DAN
PERMASALAHANNYA
1. Drainase yang meliputi jenis, system, dan
permasalahannya:Drainase merupakan salah satu factor pengembangan
irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection),
sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada
tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.a)
Jenis jenis drainase :
Menurut sejarah terbentuknya :1. Drainase alamiah (natural
drainage)Terbentuk secara alamiah , tidak terdapat bangunan
penunjang2. Drainase buatan (artificial drainage)Dibuat dengan
tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus Menurut letak bangunan
:
1. Drainase permukaan tanah (surface drainage)Suatu system
pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini
berguna untuk mencegah adanya genangan.2. Drainase bawah permukaan
tanah (subsurface drainage)Suatu sistem pembuangan untuk
mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.Pada jenis tanaman tertentu
drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air tanah
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Menurut fungsi :1.
Single purposeSuatu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic,
limbah industri dll2. Multi purpose
Beberapa jenis air buangan tercampur
Menurut kontruksi :1. Saluran terbuka2. Saluran tertutupUntuk
air kotor disaluran yang terbentuk di tengah kota.
b) Sistem dan permasalahan drainaseSistem drainase dibagi
menjadi:
1. tersier drainage2. secondary drainage3. main drainage4. sea
drainage
Permasalahan drainase:Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal
yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan
yang matang dalam perencanaan, antara lain :
1. Peningkatan debitmanajemen sampah yang kurang baik memberi
kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai.
Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga
tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah
genangan.
2. Peningkatan jumlah pendudukmeningkatnya jumlah penduduk
perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun
urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh
penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn
penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah
cair maupun pada sampah.
3. Amblesan tanahdisebabkan oleh pengambilan air tanah yang
berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka
air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. reklamasi
6. limbah sampah dan pasang surut
c) Penanganan drainase perkotaan :
1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang
sampah2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang
masuk ke drainase dapat dibuang dengan cepat agar tidak mengendap3.
pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama
pembuangan sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya
melanggar drainase.4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan
kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungn.5. Mengelola
limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air
hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.