PERENCANAAN PROGRAM KESEHATAN 1.1. Muka Dari berbagai fungsi administrasi yang dikenal, yang terpenting diantaranya adalah fungsi perencanaan ( planning ) . Mudah dipahami karena berbagai fungsi administrasi lainnya baru berperan ketika fungsi perencanaan telah selesai dilaksanakan. Lebih dari pada itu sebenarnya, pelaksanaan berbagai fungsi administrasi lainnya tersebut, hanya akan berjalan sempurna bila dapat selalu berpedoman pada perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Dalam kehidupan masyarakat modern sebagaimana yang terjadi sekarang, posisi dan peran perencanaan telah sedemikian pentingnya. Kemajemukan hidup yang ditemukan pada masyarakat modern, telah sangat memerlukan adanya berbagai peraturan. Kondisi seperti ini akan dapat terwujud, antara lain ketika pekerjaan perencanaan telah dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Pentingnya pekerjaan perencanaan juga di temukan pada bidang kesehatan. Luasnya pengertian sehat yang menjadi subyek dan obyek upaya kesehatan, menyebabkan pelaksanaan berbaai upaya kesehatan sudah sangat membutuhkan adanya perencanaan. Secara umum disebutkan apabila pelaksanaan suatu upaya kesehatan tidak didukung oleh suatu perencanaan yang baik, maka akan sulit dapat diharapkan tercapainya tujuan dari upaya kesehatan tersebut. Pentingnya posisi dan peran perencanaan makin bertanbha nyata, ketika upaya kesehatan masyarakat yan dibicarakan. Pada pelaksanaan berbagai upaya kesehatan masyarakat, banyak pengaturan diperlukan. Tidak hanya yang menyangkut masalah- masalah kesehatan saja, tetapi juga pada masalah-masalah kemasyarakatan secara keseluruhan. Karena pentingnya posisi dan peran perencanaan tersebut, maka telah merupakan kewajibanbagi semua pihak yang bergerak dalam bidang kesehatan, untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dimaksud dalam ilmu administrasi kesehatan tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus, yang disebut dengan nama perencanaan kesehatan ( Health Planning ). 1.2. Pengertian Batasan tentang perencanaan banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang dipandang cukup penting adalah:
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERENCANAAN PROGRAM KESEHATAN
1.1. Muka
Dari berbagai fungsi administrasi yang dikenal, yang terpenting diantaranya adalah
fungsi perencanaan ( planning ) . Mudah dipahami karena berbagai fungsi administrasi
lainnya baru berperan ketika fungsi perencanaan telah selesai dilaksanakan. Lebih dari pada
itu sebenarnya, pelaksanaan berbagai fungsi administrasi lainnya tersebut, hanya akan
berjalan sempurna bila dapat selalu berpedoman pada perencanaan yang telah disusun
sebelumnya.
Dalam kehidupan masyarakat modern sebagaimana yang terjadi sekarang, posisi dan
peran perencanaan telah sedemikian pentingnya. Kemajemukan hidup yang ditemukan pada
masyarakat modern, telah sangat memerlukan adanya berbagai peraturan. Kondisi
seperti ini akan dapat terwujud, antara lain ketika pekerjaan perencanaan telah dapat
dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Pentingnya pekerjaan perencanaan juga di temukan pada bidang kesehatan. Luasnya
pengertian sehat yang menjadi subyek dan obyek upaya kesehatan, menyebabkan
pelaksanaan berbaai upaya kesehatan sudah sangat membutuhkan adanya
perencanaan. Secara umum disebutkan apabila pelaksanaan suatu upaya kesehatan tidak
didukung oleh suatu perencanaan yang baik, maka akan sulit dapat diharapkan tercapainya
tujuan dari upaya kesehatan tersebut.
Pentingnya posisi dan peran perencanaan makin bertanbha nyata, ketika upaya kesehatan
masyarakat yan dibicarakan. Pada pelaksanaan berbagai upaya kesehatan masyarakat, banyak
pengaturan diperlukan. Tidak hanya yang menyangkut masalah-masalah kesehatan saja,
tetapi juga pada masalah-masalah kemasyarakatan secara keseluruhan.
Karena pentingnya posisi dan peran perencanaan tersebut, maka telah merupakan
kewajibanbagi semua pihak yang bergerak dalam bidang kesehatan, untuk memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang dimaksud dalam ilmu administrasi kesehatan tercakup
dalam suatu cabang ilmu khusus, yang disebut dengan nama perencanaan kesehatan ( Health
Planning ).
1.2. Pengertian
Batasan tentang perencanaan banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang
dipandang cukup penting adalah:
1. Perencanaan dalah kemampuan untuk memilih satu kemungkinan dari berbagai
kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan ( Billy E.
Goetz ).
2. Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyuusunan konsep serta kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik
( Le Breton ).
3. Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok yang
dipandang paling penting dan yang akan dilaksanakan menurut urutannya guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan ( Maloch dan Deacon).
4. Perencanaan adalah proses penetapan pengarahan yang resmi dan menetapkan berbagai
hambatan yang di perkirakan ada dalam menjalan kan suatu program guna dipakai sebagai
pedoman dalam suatu organisasi ( Ansoff danBrendenburg ).
5. Perencanaan adalah suatu proses kerja yang terus menerus yang meliputi pengambilan
keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan dilaksanakan secara sistematis,
dengan melakukan perkiraan-perkiraan dengan mempergunakan segala macam pengetahuan
yang ada tentang masa depan, mengorganisir secara sistematis segala upaya yang dipandang
dan perlu untuk melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan serta mengukur
keberhasilandari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan dengan hasil yang
dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang telah
diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik ( Drucker ).
6. Perencanaan adalah suatu proses menganalisis dan memahami sistem yang dianut,
merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin di capai, memperkirakan segala
kemampuan yang dimiliki, menguraikan segala kemampuan yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, menganalisis efektivitas dari berbagai kemungkinan
tersebut, menyusun perincian selengkapnya dari kemungkinan yang terpilih serta
mengikatnya dari suatu sistem pengawasan terus-menerus sehingga dapat dicapai hubungan
yang optimal antara rencana yang dihasilkan dengan sistem yang dianut
( Levey dan Omba ).
Dalam kehidupan sehari-hari dikenal beberapa istilah yang dengan perencanaan. Istilah
yang dimaksud adalah peramalan ( forcasting ), penyelesaian masalah ( problem solving ) ,
penyusunan program (programming ), penyusunan rencana ( designing ), pengkajian
kebijakan ( policy analisis ), serta proses pengambilan keputusan ( decision making
process ). Dalam Ilmu administarsi kesehatan, ke-6 istilah ini di kenal dengan istilah
perencanaan. Perbedaan yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Peramalan
Peramalan ( forcasting ) adalah suatu upaya menduga apa yang akan terjadi pada masa
depan, yang juga fitur perencanaan. Tetapi peramalan bukan perencanaan, karena pada
peramalan tidak di temukan adanya unsur-unsur yang bersifat pasti dan karena itu dapat di
perhitungkan.
2. Solusi Masalah
Solusi masalah (problem solving) adalah suatu upaya menghilangkan hambatan atau
masalah, yang juga nerupakan fitur perencanaan. Tetapi solusi masalah bukan perencanaan
karena dalam pada solusi masalah tidak ada uraian yang lengkap tentang bagaimana
melaksanakan berbagai kegiatan.
3. Penyusunan Program
Penyusunan program ( pemrograman) adalah suatu upaya menyusun rangkaian kegiatan
kegiatan yang akan dilaksanakan, yang juga merupakan fitur perencanaan. Tetapi penyusunan
program bukan perencanaan, karena hasil akhir dari perencanaan tidak terbatas hanya pada
penusunan pedoman (grafik) kerja saja.
4. Penyusunan Rencana
Penyusunan rencana ( designing) adalah suatu upaya menghasilkan pedoman (bagan kerja)
yang juga merupakan fitur perencanaan. Tetapi penyusunan rencana bukan perencanaan.
5. Pengkajian Kebijakan
Pengkajian Kebijakan ( Policy analisis) adalah suatu upaya untuk menyelesaikan masalah
yang juga merupakan fitur perencanaan. Tetapi pengkajian kebijakan bukan perencanaan
karena kegiatan yang dilakukan pada pengkajian kebijakan kebijakan bukan perencanaan,
karena kegiatan yang dilakukan pada pengkajian kebijakan bersifat retospektif, yakni hanya
mengkaji berbagai kebujakan dengan segala akibatnya yang telah ada atau telah
terjadi.Sedangkan kegiatan yang dilakukan pada perencanaan bersifat prospektif serta berarti
menghasilkan gagasan baru.
6. Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan ( decision making proces) adalah suatu upaya menetapkan
keputusan, yang juga merupakan fitur perencanaan. Tetapi proses pengambilan keputusan
bukan perencanaan, karena proses yang berlangsung pada pengambilan keputusan umumnya
lebih komplek dari perencanaan. Perencanaan hanya merupakan salah satu masukan atau
pengambila keputusan.
1.3. Aspek Perencanaan
Dalam membicarakan perencanaan, ada tiga aspek pokok yang harus diperhatikan. Ketiga
sapek yang dimaksud adalah hasil dari pekerjaan perencanaan ( outcome of plan ) , perangkat
organisasi yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan perencanaan ( Mekanik of
planning ), serta proses atau langkah-langkah melakukan pekerjaan perencanaan ( proces of
planning ). Dalam Ilmu administarsi kesehatan, ketiga aspek ini tidak sama.Uraian dari
masing-masing aspek ini adalah sebagai berikut adalah:
1. Hasil dari Pekerjaan Perencanaan
Hasil dari pekerjaan perencanaan ( outcome of plan) disebut dengan nama rencana ( plan )
yang dapat berbeda antara satu pekerjaan perencanaan dengan pekerjaan perencanaan
lainnya. Hasil pekerjaan perencanaan yang dilakukan oleh organisasi yang bergerak dalam
bidang kesehatan adalah rencana kesehatan ( Health Plan ). Sedangkan hasil pekerjaan
perencanaan yang dilakukan oleh organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan adalah
rencana pendidikan ( educational plan ).
2. Perangkat Perencanaan
Perangkat perencanaan ( Mekanik of Plan) adalah satuan organisasi yang ditugaskan atau
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pekerjaan perencanaan. Sama halnya dengan
hasil perangkat perencanaan juga dapat berbeda antara satu pekerjaan perencanaan dengan
pekerjaan perencanaan lainnya. Pada suatu organisasi yang besar dan kompleks, perangkat
perencanaan ini mungkin satu fitur khusus. Sedangkan pada suatu organisasi yang kecil dan
sederhana, mungkin dijabat hanya oleh beberapa orang staf saja.
3. Proses Perencanaan
Proses perencanaan ( proces of Planning ) adalah langkah-langkah yang harus dilaksanakan
pada pekerjaan perencanaan. Berbeda dengan hasil dan perangkat, proses perencanaan ini
pada dasarnya adalah sama untuk berbagai perencanaan. Untuk dapat menghasilkan suatu
rencana yang baik, sebaiknya langkah-langkah yang ditempuh adalah sama.
Dari ketiga aspek ini jelas yang terpenting pada pekerjaan perencanaan, bukanlah hasil
atau perangkat perencanaan, melainkan proses perencanaan. Untuk keberhasilan pekerjaan
perencanaan sangat dianjurkan kepada semua pihak yang bergerak dalam bidang
perencanaan, untuk memahami proses yang dimaksud.
1.4. Fitur Perencanaan
Perencanaan yang baik, memiliki beberapa fitur yang harus diperhatikan. Fitur yang
dimaksud secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagian dari sistem administrasi
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan pekerjaan perencanaan
sebagai bagian dari sistem administrasi secra keseluruhan. Sesungguhnyalah, perencanaan
pada dasarnya merupakan salah satu fungsi administrasi yang amat penting. Pekerjaan
adminstrasi yang tida didukung oleh perencanaan, bukan merupakan pekerjaan administrasi
yang baik.
2. Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Perencanaan yang dilakukan hanya sekali bukan perencanaan yang
dianjurkan. Menurut Mary Arnold , ada hubungan yang berkelanjutan antara perencanaan
dengan berbagai fungsi administrasi lain yang dikenal. Disebutkan perencanaan penting
untuk pelaksanaan, yang apabila hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan
perencanaan. Demikian seterusnya, sehingga terbentuk suatu spiral yang tidak mengenal titik
akhir.
3. Berorientasi pada masa depan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan artinya hasil dari
pekerjaan perencanaan tersebut, bila dapat dilaksanakan, akan mendatangkan berbagai
kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa yang akan datang.
4. Mampu menyelesaikan masalah
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mapu menyelesaikan berbagai masalah dan
ataupun tantangan yang di hadapi. Solusi masalah atau tanatangan yang dimaksud di sini
tentu harus disesuaikan dengan kemampuan. Dalam arti solusi masalah apapun tantangan
tersebut dilakukan secara bertahap, yang harus tercermin pada pertahapan perencanaan yang
akan dilakukan.
5. Memiliki tujuan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang memiliki tujuan yang dicantumkan secara
jelas. Tujuan yang dimaksudkan disini biasanya di bedakan atas dua macam yakni tujuan
umum yang berisikan uraian secara garis besar, serta tujuan khusus yang berisikan uraian
lebih spesifik.
6. Bersifat mampu kelola
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam arti bersifat wajar,
logis, obyektif, jelas, runtun, fleksibel, serta telah disesuaikan dengan sumber
daya. Perencanaan yang di susun tidak logis serta tidak runtun, apalagi yang tidak sesuai
dengan sumber daya, bukanlah perencanaan yang baik.
1.5. Macam Perencanaan
Perencanaan banyak macamnya. Untuk keberhasilan pekerjaan perencanaan, harus di
pahami berbagai perencanaan tersebut. Macam perencanaan yang di maksud adalah:
1. Ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana
Jika ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana, perencanaan dibedakan atas tiga macam
yakni:
a. Perencanaan jangka panjang
Disebut perencanaan jangka panjang ( longe-range planning ), jika masa berlakunya
rencana tersebut antara 12 sampai 20 tahun.
b. Perencanaan jangka menengah
Disebut perencanaan jangka menengah ( medium-range planning ), jika masa berlakunya
rencana tersebut antara 5 sampai 7 tahun.
c. Perencanaan jangka pendek
Disebut perencanaan jangka pendek ( short-range planning ), jika masa berlakunya rencana
terebut hanya unutk jangka waktu 1 tahun saja.
2. Ditinjau dari frekuensi pengunaan
Jika ditinjau dari frekuensi penggunaan rencana yang dihasilkan, perencanaan dapat diedakan
atas dua macam yakni:
a. Digunakan satu kali
Disebut penggunaan satu kali ( single-use planning ), ketika rencana yang dihasilkan hanya
dapat di pergunakan satu kali. Perencanaan yang seperti ini dapat secara sengaja dilakukan
atau karena memang tidak dapat digunakan lagi. Antara lain karena kondisi lingkungan
yangbtelah berubah.
b. Digunakan berulang kali
Disebut penggunaan berulang ( repeat-use planning ), ketika rencana yang di hasilkan dapat
di pergunakan dari lebih dari satu kali. Menurut Newman , perencanaan kali ini model ini
hanya dapat dilakukan apabila situasi dan kondisi normal serta tidak terjadi perubahan yang
terlalu mencolok. Perencanaan berulang kali ini disebut pula dengan nama perencanaan
standar ( standar planning ).
3. Ditinjau dari tingkat rencana
Jika ditinjau dari tingkatan (hirarki) rencana, perencanaan dapat di bedakan atas tiga macam,
yakni:
a. Perencanaan induk
Disebut sebagai perencanaan induk ( master planning ), ketika rencana yang dihasilkan lebih
menitik beratkan pada aspek kebijakan, memiliki ruang linkup yang amat luas serta berlaku
untuk jangka waktu yang panjang.
b. Perencanaan operasional
Disebut perencana operasional ( operasional planning ), ketika rencana yang di hasilkan
lebih menitik beratkan pada aspek pedoman pelaksanaan yang akan di pakai sebagai indikasi
pada waktu melaksanakan kegiatan.
c. Perencanaan harian
Disebut sebagai perencanaan harian (day-to-day planning), ketika rencana yang dihasilkan
telah disusun secara rinci. Artikel harian biasanya disusun untuk program yang telah bersifat
rutin.
4. Ditinjau dari filosofi perencanaan
Jika ditinjau dari filosofi yang dianut pada waktu melaksanakan perencanaan, maka
perencanaan dapat di bedakan atas tiga macam yakni:
a. Perencanaan memuaskan
Disebut sebagai perencanaan memuaskan ( satisfying planning ), ketika filosofi yang di anut
pada waktu melakukan perencanaan tidak terlalu mementingkan keuntungan golongan
melainkan kepuasan semua pihak yang terlibat.
b. Perencanaan optimal
Disebut sebagai perencanaan optimal ( optimizing ), ketika filosofi yang di antu pada waktu
melakukan perencanaan sangat mementingkan pencapaian tujuan. Pada perencanaan ini
ukuran-ukuran kuantitas menjadi penting, dan karena itu perhatian lebih diutamakan pada
bagian-bagian yang produktif.
c. Perencanaan adaptasi
Disebut sebagai perencanaan adaptasi ( adaptivizer planning ), apa bila filosofi yang dianut
pada waktu melakukan perencanaan cenderung berupaya untuk selalu menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi yang di hadapi.
5. Ditinjau dari orientasi waktu
Jika di tinjau dari orientasi waktu pada waktu melakukan perencanaan, maka perencanaan
dapat atas dua macam:
a. Perencanaan berorientasi masa lalu-sekarang
Disebut sebagai perencanaan berorientasi masa lalu-sekarang ( Past present plan ), ketika
rencana yang di hasilkan semata-mata bertitik tolak dari pengalaman yang pernah di peroleh
pada masa lalu saja. Perencanaan model ini biasanya dilakukan ketika menghadapi situasi
darurat serat waktu yang dimiliki sangat singkat. Misalnya dalam keadaan
wabah. Perencanaan masa lalu-sekarang di sebut pula dengan nama ameliorative planning.
b. Perencanaan berorientasi masa depan
Disebut sebagai perencanaan berorientasi masa depan ( future oriented planning ), ketika
rencana yang dihasilkan memperhitungkan perkiraan-perkiraan yang akan terjadi pada masa
yang akan datang. Perencanaan model ini di bedakan atas tiga macam yakni:
· Perencanaan redistributif
Pada perencanaan redistributif ( redistributive planning ), sekalipun orientasinya adalah masa
depan, tetapi rencana yang di susun tidak pada penelitian masa depan yang terlalu
mendalam. Perencanaan model ini dilakukan karena kebutuhan yang mendesak saja. Pada
umumnya perencanaan model ini merupakan kelanjutan dari perencanaan masa lalu-sekarang
( past-present planning ). sekalipun mungkin dilakukan dengan mempergunakan data, tetapi
terlalu berani.
· Perencanaan spekulatif
Pada perencanaan spekulatif ( speculative planning ), sifat spekulatif sangat di rasakan.kajian
tentang masa depan, sekalipun mungkin dilakukan dengan mempergunakan data, tetapi
terlalu berani.
· Perencanaan Kebijakan
Perencanaan kebijakan ( policy planning ) adalah perencanaan yang sangat berorientasi pada
masa depan, serta di susun atas penelitian yang seksama dan mendalam terhadap berbagai
data yang tersedia.
6. Ditinjau dari ruang lingkup
Jika di tinjau dari ruang lingkup rancana ynag di hasilkan, perencanaan dapat di bedakan atas
empat macam yakni:
a. Perencanaan strategis
Disebut perencanaan strategis ( strategic planning ), ketika rencana yang dihasilkan
menguraikan dengan lengkap kebijakan jangka panjang yang ingin diterapkan, tujuan jangka
panjang yang Inigin di capai, serta jaringan dan pentahapan kegiatan yang kan
dilakukan. Perencanaan strategis umumnya sulit di ubah.
b. Perencanaan taktis
Disebut perencanaan taktis ( tactical planning ), ketika rencana yang di hasilkan hanya
mengandung uraian tentang kebijakan, tujuan serta kegiatan jangka panjang
saja. Perencanaan taktik mudah menyesuaikan diri dengan perkembangan situasi dan kondisi.
c. Perencanaan menyeluruh
Disebut perencanaan menyeluruh ( compherensive planning ), ketika rencana yang dihasilkan
mengandung uraian yang bersifat menyeluruh. Dalam arti mencakup seluruh aspek dan ruang
lingkup berbagai kegiatan yang akan dilakukan.
d. Perencanaan terpadu
Disebut perencanaan terpadu ( integrated planning ), ketika rencana yang di hasilkan jelas
menggambarkan keterpaduan antara kegiatan yang akan dilakukan, dan atau dengan kegiatan
lain yang telah ada.
1.6. Unsur Rencana
Untuk dapat melakukan pekerjaan perencanaan dengan baik sehingga akan dapat
dihasilkan suatu rencana yang lengkap, perlu dipahami tentang unsur-unsur yang ada dalam
suatu rencana. Unsur-unsur yang dimaksud banyak macamnya. Secara sederhana dapat di
uraikan sebagai berikut:
1. Rumusan misi
Suatu rencana yang baik harus mengandung rumusan tentang misi ( mission formulation ),
yang dianut oleh organisasi yang menyusun rencana. Uraian yang tercantum dalam misi
mencakup ruang lingkup yang sangat luas. Antara lain dengan latar belakang, cita-cita, tujuan
pokok, tugas pokok, serta ruang lingkup kegiatan ruang organisasi. Uraikanlah misi ini
dengan lengkap dan jelas. Dalam praktek sehari-hari, uraian tentang misi ini sering tercantum
dalam latar belakang ( back ground ).
Jika ditinjau dari sudut perencanaan, uraian tentang misi ini memiliki peran yang sangat
penting sekali. Peran yang dimaksud, bukan saja penting unutk di pakai sebagai pedoman
bagi mereka yang akan melaksanakan rencana yang telah di susun, tetapi juga untuk
mempeoleh dukungan dari pihak ketiga. Misalnya dukungan dana dari pihak donor, dan atau
dukungan izin dari petugas pemerintah.
2. Rumusan masalah
Suatu rencana yang baik harus mengandung rumusan tentang masalah ( problem statement )
yang ingin di selesaikan. Rumusan masalah yang baik, banyak syaratnya. Beberapa
diantaranya yang terpenting adalah:
a. Harus memiliki tolak ukur
Tolak ukur yang dimaksud banyak macamnya. Paling tidak mencakup lima hal pokok, yakni
tentang apa masalahnya, siapa yang terkena masalah, dimana masalah
ditemukan, bilamana masalah terjadi serta berapa besar masalahnya.
b. Bersifat netral
Bersifat netral dalam arti tidak mengandung uraian yang dapat diartikan sebagai
menyalahkan orang lain, menggambarkan penyebab timbulnya masalah dan taupun cara
mengatasi masalah.
Contoh:
· 10% akseptor pil yang dilayani oleh rumah sakit X Jakarta tidak datang lagi pada
kunjungan ulang karena petugasnya tidak ramah.
Rumusan masalah ini tidak baik, karena kecuali tidak menjelaskan bila mana masalah
tersebut terjadi, juga mengandung uraian yang menyalahkan orang lain serta sekaligus
mencantumkan penyebab masalah.
· Sebagian rekam medis akseptor IUD yang dilayani oleh Rumah sakit X Jakarta tidak di
temukan, dan karena itu sebaiknya mulai dilakukan komputerisasi.
Rumusan masalah tidak baik, karena kecuali tidak menjelaskan besarnya masalah serta bila
mana masalah terjadi, juga mengandung uraian tentang cara penyelesaian masalah.
· 8% akseptor IUD yang berkunjung di Rumah sakit X Jakarata pada bulan Mei 1994
mengalami kompilkasi infeksi panggul pasca insersi.
Rumusan masalah ini baik, karena menjelaskan apa masalahnya, siapa yang terkena masalah,
dimana masalah itu terjadi, serta berapa besar masalahnya, disamping tidak mengandung
uraian yang dapat di interpretasikan sebagai menyalahkan orang lain, tidak menjelaskan
tentang penyebab timbulnya masalah serta tidak menjelaskan tentang cara mengatasi
masalah.
3. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus
Suatu rencana yang baik harus mengandung rumusan tujuan ( goal and objective
formulation ) yang ingin di capai. Tujuan tersebut secara umum dapat di bedakan atas dua
macam yakni:
a. Tujuan umum
Persyaratan rumusan tujuan umum ( goal ), yang baik banyak macamnya. Jika
disederhanakan dapat dibedakan atas tiga, macam yakni:
· Jelas keterkaitannya dengan misi organisasi
Rumusan tujuan umum pada dasarnya dikembangkan dari misi organisasi. Oleh karena itu
dalam merumuskan tujuan umum, harus diupayakan adanya keterkaitan dengan misi
organisasi.
· Jelas keterkaitannya dengan masalah yang ingin di capai
Rumusan tujuan umum pada dasarnya menggambarkan kondisi umum yang ingin di capai
ketika masalah dapat diatasi. Oleh karena itu dalam merumuskan tujuan umum harus di
upayakan adanya keterkaitan dengan masalah yang inign di atasi.
· Menggambarkan situasi yang ingin di capai
Rumusan tujuan umum harus menggambarkan keadaan yang ingin di capai buka
nmenggambrkan kegiatan yang akan dilakukan. Rumusan tujuan umum yan baik adalah yang
mempergunakan kata benda bukan kata kerja.
Contoh:
· Meningkatkan kondisi ekonomi penduduk wilayah kerja PUSKESMAS
Rumusan tujuan umum ini tidak baik, karena kecuali tidak menggambarkan suatu keadaan
(meningkatkan = bukan kata benda, melainkan kata kerja), juga keinginan untuk
meningkatkan kondisi ekonomi penduduk, sekalipun dapat saja di capai ketika kondisi
kesehatan penduduk baik sifatnya sudah luas, yang tidak dengan misi puskesmas, yang hanya
membatasi diri hanya pada peningkatan derajat kesehatan saja.
· Meningkatkan kondisi kesehatan wilayah masyarakat wilayah kerja PUSKESMAS
Rumusan tujuan umum ini baik, karena telah menggambarkan kondisi yang ingin di capai
(meningkatnya = kata benda, melainkan kata kerja), juga sesuai dengan misi puskesmas.
b. Tujuan khusus
Persyaratan rumusan tujuan khusus ( objective ) banyak macamnya kecuali harus memenuhi
semua syarat rumusan tujuan umum, juga harus memiliki tolak ukur. Tolak ukur yang
dimaksu di bedakan atas lima macam, yakni tentang apa masalah yang ingin di atasi oleh
rencana kerja yang akan dilaksanakan, siapa yang akan memperoleh manfaat bila rencana
kerja dilaksanakan kerja akan dilaksanakan, berapa besarnya target yang kan dicapai, serta
berapa lama rencana kerja akan dilaksanakan.
Dari kelima tolak ukur tujuan khusus ini, tiga diantaranya telah memiliki yakni tentang apa,
siapa, dan di mana yang keduanya dapat di peroleh dari rumusan masalah. Tetapi akan
bagaimanakah untuk besarnya target serta jangka waktu pelaksanaan rencana kerja?
· Menetapkan besarnya target
Terus terang untuk menetapkan besarnya target tidaklah mudah. Semuanya sangat tergantung
dari berat ringannya masalah yang di hadapi serta kemampuan yang dimiliki. Secara umum di
sebut -
Bertitik tolak dari uraian ini, maka secara statistik dapat dihitung besarnya target minimal
tersebut. Rumus yang dipergunakan adalah rumus perbedaan dua proporsi sebagai berikut:
p1 = besarnya masalah sebelum program dalam%
p2 = besarnya masalah setelah program dalam% (target)
q1 = 100% - p1
q2 = 100% - p2
N1 = jumlah populasi sebelum program
N2 = jumlah populasi setelah program
Besarnya p2 (target) yang ingin dicapai dapat dicari dengan mempergunakan rumus
persamaan kuadrat sebagai berikut:
Contoh:
Klinik KB Rumah Sakit X Jakarta pada bulan Mei 1994 berhasil melayani 25 orang akseptor
baru IUD (N1). Hasil penelitian rekam medis untuk bulan Mei 1994 tersebut menemukan
20% diantaranya mengalami infeksi panggul (p1) pasca insersi. Jika jumlah akseptor baru
IUD yang dilayani tiap bulan tidak berubah (N2), berapakah besarnya target penurunan
infeksi panggul yang minimal harus dicapai (p2)?
1.154 p2 - 55,4 p2 + 151,1 = 0
p2 (1,2) =
p2 (1) = 45
p2 (2) = 2,93
Karena target yang ingin dicapai adalah penurunan, maka angka p2 yang dipakai disini
adalah p2 (2) yakni 2,93%. Setelah besarnya target selesai dihitung, dan jangka waktu
pelaksanaan program berhasil ditetapkan (misal untuk 1 tahun), dapat dirumuskan tujuan
khusus yang ingin dicapai.
Pada contoh di atas rumusan tujuan khusus yang dimaksud adalah menurunkan angka infeksi
panggul pasca insersi IUD di Klinik KB Rumah Sakit X Jakarta dari 20% pada bulan Mei
1994 menjadi setidaknya 2,93% pada bulan Mei 1995.
§ Menetapkan Jangka Waktu Pelaksanaan
Sama halnya dengan target, untuk menentukan jangka waktu pelaksanaan rencana kerja,
sehingga target minimal dapat dicapai, tidaklah mudah. Pegangan yang lazim dipakai adalah
kemampuan yang dimiliki. Makin besar kemampuan tersebut, makin pendek jangka waktu
yang dibutuhkan. Sebaliknya jika kemampuan terbatas, jangka waktu pelaksanaan bisa
panjang.
Dari uraian ini menjadi jelas, perbedaan dua organisasi dalam melaksanakan suatu
program yang sama, tidak terletak pada perbedaan besarnya target minimal, melainkan pada
jangka waktu pelaksanaan program dalam mencapai target minimal. Makin mampu suatu
organisasi, makin pendek jangka waktu pelaksanannya.
Dengan kata lain, penetapan jangka waktu pelaksanaan program dapat sangat
fleksibel. Asal saja selalu diingat, makin pendek jangka waktu tersebut, makin dibutuhkan
kemampuan yang tinggi, dalam arti harus dapat melaksanakan berbagai kegiatan secara lebih
intensif.
Untuk contoh rumusan tujuan khusus menurunkan persentase infeksi panggul pasca
insersi IUD diatas, penetapan jangka waktu pelaksanaan bisa saja kurang dari satu
tahun. Dengan konsekwensi, pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah ditetapkan harus lebih
giat.
4. Rumusan Kegiatan
Suatu rencana kerja yang baik harus mencantumkan rumusan kegiatan (activities) yang
akan dilaksanakan. Kegiatan yang dimaksud disini adalah, di satu pihak, dapat mengatasi
masalah yang dihadapi, dan dipihak lain, dapat mencapai tujuan (target) yang telah
ditetapkan.
Kegiatan yang tercantum dalam rencana banyak macamnya. Semuanya sangat ditentukan
dari masalah serta tujuan dari rencana kerja itu sendiri. Perbagai kegiatan tersebut, jika
ditinjau dari peranannya dalam mengatasi masalah serta mencapai tujuan, dapat dibedakan
atas dua macam:
a. Kegiatan Pokok
Disebut sebagai kegiatan pokok (molar activities) apabila kegiatan tersebut bersifat mutlak
dan merupakan kunci bagi keberhasilan rencana.
b. Kegiatan Tambahan
Disebut sebagai kegiatan tambahan (molecular activities) apabila kegiatan tersebut bersifat
fakultatif. Artinya apabila kegiatan tersebut tidak dilaksanakan, tidak akan menentukan
keberhasilan suatu rencana. Tetapi ketika kegiatan tersebut dilaksanakan, pelaksanaan
rencana akan lebih sempurna.
Susunlah semua kegiatan tersebut secara runtun. Maksudnya untuk memudahkan
pelaksanaannya kelak. Untuk kepentingan praktis, berbagai kegiatan tersebut sering
dikelompokkan ke dalam tiga macam saja yakni:
§ Kegiatan persiapan (preparation activities)
§ Kegiatan pelaksanaan (implementation activities)
§ Kegiatan evaluasi (evaluation activities)
5. Asumsi Perencanaan
Suatu rencana yang baik harus mengandung uraian asumsi perencanaan (planning
assumption). Asumsi perencanaan tersebut banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan
atas dua macam:
a. Asumsi perencanaan yang bersifat positif
Yang dimaksud dengan asumsi perencanaan yang bersifat positif adalah uraian tentang
berbagai faktor penunjang yang diperkirakan ada dan yang berperan dalam memperlancar
pelaksanaan rencana. Asumsi perencanaan yang bersifat positif ini banyak
macamnya. Beberapa di antaranya adalah:
§ Adanya kerja sama yang baik dengan berbagai instansi pemerintah dan lembaga masyarakat
§ Tersedianya tenaga pelaksana yang terampil dengan jumlah yang cukup
§ Tingginya kemampuan masyarakat membiayai pelayanan kesehatan
b. Asumsi perencanaan yang bersifat negatif
Yang dimaksud dengan asumsi perencanaan yang bersifat negatif adalah uraian tentang
berbagai faktor penghambat yang diperkirakan ada dan yang berperan sebagai kendala
pelaksanaan rencana. Contoh asumsi perencanaan yang bersifat negatif adalah:
§ Kondisi alam dan lingkungan yang sulit
§ Dedikasi tenaga pelaksana yang kurang
§ Tingkat pendidikan penduduk yang rendah
Ketika berbagai asumsi perencanaan ini berhasil diuraikan dengan lengkap, akan besar
perannya dalam membantu tenaga pelaksana menyelenggarakan berbagai kegiatan yang telah
direncanakan.
6. Strategi Pendekatan
Suatu rencana yang baik harus mencantumkan uraian tentang strategi pendekatan (strategi
of approach) yang akan dipergunakan pada pelaksanaan rencana. Tergantung dari macam dan
ruang lingkup rencana, strategi pendekatan yang dapat dipergunakan banyak
macamnya. Secara umum strategi tersebut berkisar antar dua kutub utama sebagai berikut:
a. Pendekatan Institusi
Kutub utama pertama dari strategi pendekatan adalah pendekatan kelembagaan (institutional
approach). Pada strategi ini, pendekatan yang dilakukan sangat membutuhkan dukungan
legalitas, dan karena itu biasanya sering menerapkan prinsip-prinsip kekuasaan dan
kewenangan. Keuntungan dari penerapan strategi ini adalah dapat mempercepat pelaksanaan
program. Tapi kekurangannya hasil yang dicapai tidak langgeng, karena seolah-olah ada
pemaksaan.
b. Pendekatan Komunitas
Kutub utama kedua dari strategi pendekatan adalah pendekatan komunitas (community
approach). Pada strategi ini pendekatan yang dilakukan bertujuan untuk menimbulkan
kesadaran dalam diri masyarakat sendiri. Untuk dilaksanakan berbagai program komunikasi,
informasi dan edukasi yang maksudnya agar masyarakat dengan kesadaran sendiri mau
melaksanakan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara mandiri. Keuntungan dari
penerapan strategi ini adalah perubahan yang dicapai akan bertahan lama, karena memang
bertolak dari adanya kesadaran. Kerugiannya, pelaksanaan program akan membutuhkan
waktu yang lebih lama.
Strategi pendekatan yang dipandang sesuai, adalah yang memadukan secara serasi dan
seimbang kedua strategi pendekatan diatas. Penerapannya, tentu harus disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi. Jika situasi dan kondisi memang diperlukan, tidak ada
salahnya menerapkan pendekatan institusi.
7. Kelompok Sasaran
Biasanya pada setiap program kesehatan ditemukan adanya kelompok sasaran (target
group), yakni kepada siapa program kesehatan tersebut ditujukan. Kelompok sasaran tersebut
banyak macamnya. Jika disederhanakan dapat dibedakan atas dua macam:
a. Kelompok Sasaran Langsung
Yang dimaksud dengan kelompok sasaran langsung (direct target group) adalah anggota
masyarakat yang memanfaatkan langsung program kesehatan. Contoh kelompok sasaran
langsung adalah bayi-bayi untuk program imunisasi dasar, dan atau ibu-ibu hamil untuk
program antental.
b. Kelompok Sasaran Tidak Langsung
Yang dimaksud dengan kelompok sasaran tidak langsung (indirect target group) adalah
kelompok sasaran antara. Contohnya adalah ibu-ibu untuk program imunisasi dasar
bayi. Pada contoh ini, program imunisasi dasar bayi tidak akan berhasil jika ibu-ibu tidak di
ikutsertakan. Dalam program kesehatan, peran kelompok sasaran antara ini banyak
ditemukan. Termasuk para suami untuk keberhasilan program keluarga berencana.
8. Waktu
Suatu rencana yang baik harus mencantumkan uraian tentang jangka waktu pelaksanaan
(time) rencana. Cantumkan uraian tentang jangka waktu tersebut, sebaiknya dilengkapi
dengan rinciannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan jangka waktu banyak macamnya. Termasuk
yang terpenting adalah:
a. Kemampuan organisasi dalam mencapai target
Faktor pertama yang mempengaruhi penetapan jangka waktu adalah kemampuan yang
dimiliki oleh organisasi dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Jika kemampuan
tersebut cukup, jangka waktu pelaksanaan dapat singkat.
b. Strategi pendekatan yang akan diterapkan
Secara umum disebutkan jika strategi pendekatan lebih banyak menerapkan pendekatan
komunitas, maka jangka waktu pelaksanaan program lebih lama. Tetapi jika lebih banyak
menerapkan pendekatan institusi, akan lebih singkat.
Cantumkan uraian jangka waktu tersebut rinci. Sebaiknya untuk tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan. Uraian tentang jangka waktu yang terkait dengan kegiatan ini dapat disusun
dalam suatu diagram khusus yang disebut dengan nama Gantt Chart.
9. Organisasi dan Tenaga Pelaksana
Suatu rencana yang baik harus mencantumkan uraian tentang organisasi serta susunan
tenaga pelaksana (organization and staff) yang akan menyelenggarakan rencana. Cantumkan
struktur organisasi dan susunan staf pelaksana tersebut.
Sangat dianjurkan, uraian tentang pelaksana dapat dilengkapi dengan pembagian tugas
serta kewenangan masing-masing (job description and authority).
10. Biaya
Suatu rencana yang baik harus mencantumkan uraian tentang biaya (cost) yang
diperlukan untuk melaksanakan rencana. Besarnya biaya yang diperlukan sangat bervariasi
sekali. Karena semuanya tergantung dari jenis dan jumlah kegiatan yang akan
dilakukan. Dalam program kesehatan ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk
menghitung biaya. Patokan yang dimaksud antara lain jumlah dan penyebaran sasaran yang
ingin dicapai, jumlah dan jenis kegiatan yang akan dilakukan, jumlah dan jenis tenaga
pelaksana yang terlibat, waktu pelaksanaan program serta jumlah dan jenis sarana yang
dipergunakan.
Cantumkanlah jumlah biaya yang dibutuhkan tersebut. Sebaiknya dilengkapi dengan
rinciannya. Misalnya biaya personalia, biaya operasional, biaya sarana dan fasilitas, biaya
penilaian dan biaya pengembangan.
11. Metoda Evaluasi dan Kriteria Keberhasilan
Suatu rencana yang baik harus mencantumkan uraian tentang metoda penilaian serta
kriteria keberhasilan (method of evaluation and milestone) yang akan
dipergunakan. Cantumkanlah metoda penilaian tersebut. Metoda evaluasi yang baik
sebaiknya berdasarkan data. Untuk itu uraikan metoda pengumpulan data, pengolahan data,
penyajian data serta interpretasi data yang akan dipergunakan.
Kriteria keberhasilan yang dapat dipergunakan banyak macamnya. Secara umum dapat
dikelompokkan ke dalam tiga macam:
a. Kriteria keberhasilan unsur masukan
Yakni yang menujuk pada terpenuhinya unsur masukan. Misalnya tersedianya tenaga, dana
dan sarana sesuai dengan rencana.
b. Kriteria keberhasilan unsur proses
Yakni yang menunjuk pada terlaksananya unsur proses. Misalnya terselenggaranya
penyuluhan kesehatan sesuai dengan rencana, atau terselenggaranya pertemuan dengan
masyarakat sesuai dengan rencana.
c. Kriteria keberhasilan unsur keluaran
Yakni yang menunjuk pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya, berhasil
menurunkan angka komplikasi sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Kesebelas unsur rencana ini saling berhubungan dan mempengaruhi, yang secara keseluruhan
terangkai dalam satu uraian rencana yang terpadu.
1.7. Menetapkan Prioritas Masalah
Telah disebutkan bahwa yang terpenting dalam perencanaan adalah yang menyangkut
proses perencanaan (process of planning). Adapun yang dimaksud dengan proses
perencanaan di sini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun suatu
rencana. Untuk bidang kesehatan, langkah-langkah yang sering dipergunakan adalah
mengikuti prinsip lingkaran pemecahan masalah (problem solving cycle). Sebagai langkah
pertama dilakukan upaya menetapkan prioritas masalah (problem priority). Adapun yang
dimaksud dengan masalah di sini adalah kesenjangan antara apa yang ditemukan (what is)
dengan apa yang semestinya (what should be).
Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penetapan prioritas masalah ini
dipandang sangat penting. Paling tidak ada dua alasan yang ditemukan. Pertama, karena
terbatasnya sumber daya yang tersedia, dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua
masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya, dan
karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan.
Cara menetapkan prioritas masalah banyak macamnya. Sebagian lebih mengutamakan
lembaga, sebagai lainnya lebih mengandalkan ilham atau petunjuk atasan. Ketika cara
mengatur masalah ini, meskipun hasilnya sering tepat, tetapi tidak dianjurkan. Cara
menetapkan prioritas masalah yang dianjurkan adalah memakai teknik data. Untuk dapat
menetapkan prioritas masalah dengan teknik penelitian data, ada beberapa kegiatan yang
harus dilakukan. Kegiatan yang dimaksud adalah:
1. Melakukan Pengumpulan Data
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data. Adapun yang dimaksud
dengan data di sini adalah hasil dari suatu pengukuran dan atau pun pengamatan. Agar data
yang dikumpulkan tersebut dapat menghasilkan kesimpulan tentang prioritas masalah, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni:
a. Jenis Data
Jenis data yang harus dikumpulkan banyak macamnya. Sekedar pegangan dapat
dipergunakan pendapat Blum (1976) yang membedakan data kesehatan atas empat macam
yakni data tentang perilaku (behaviour), lingkungan (environment), pelayanan kesehatan
(health services) dan keturunan (heredity). Kelompok keempat macam data tersebut.
Tetapi, ketika waktu, tenaga, sarana dan dana cukup tersedia, tidak ada salahnya
mengumpulkan data yang lebih lengkap. Data lengkap yang dimaksud adalah:
§ Kondisi Geografis
Yang dimaksud dalam data geografis banyak macamnya. Yang terpenting antara lain
tentang luas dan batas-batas wilayah, kondisi tanah, kondisi iklim dan cuaca, kondisi flora,
keadaan flora, kondisi fauna. Peran data geografis sangat besar dalam memberikan arahan
tentang ada atau tidaknya suatu masalah kesehatan. Jika di wilayah tersebut banyak
ditemukan rawa misalnya, mungkin saja penyakit malaria akan banyak ditemukan.
Kecuali itu data geografis juga bermanfaat untuk menetapkan prioritas jalan keluar. Jika
kondisi geografis tidak menguntungkan, misalnya jika tidak ada sarana transportasi, perlu
dipertimbangkan pelayanan kesehatan yang bersifat mobil.
· Pemerintahan
Data yang perlu dikumpulkan disini antara lain tentang bentuk pemerintahan, peraturan
perundang-undangan yang berlaku, anggaran pendapatan dan belanjat kesehatan, serta
mekanisme dan proses pengambilan keputusan. Keemua data ini penting artinya pda waktu
menyusun rencana, terutama pada waktu merumuskan prioritas jalan keluar.
· Kependudukan
Data kependudukan yang diperluakn antara lain tentang jumlah, penyebaran (susunan
umur, jenis kelamin dan geografis), angka pertumbuhan serta angka kelahiran
penduduk. Peran data kependudukan bukan saja penting dalam mengatur masalah kesehatan,
tetapi juga dalam menyususn cara untuk masalah kesehatan tersebut.
· Pendidikan
Kumpulkan pula data tentang pendidikan, yang meliputi tingkat pendidikan serta fasilitas
pendidikan yang tersedia. Sama halnya dengan kependudukan, peran data pendidikan ini juga
penting dalam mengatur masalah dan cara penyelesaian masalah kesehatan.
· Pekerjaan dan Mata Pencaharian
Data lain yang perlu dikumpulkan adalah tentang pekerjaan dan mata pencaharian
penduduk. Uraikanlah data tersebut dengan lengkap.
· Kondisi Sosial Budaya
Data tentang sosial budaya meliputi pandangan, kebiasaan, larangan dan anjuran yang ada
kaitannya dengan bidang kesehatan. Semua data ini memiliki peran yang sangat penting
dalam membantu menetapkan masalah dan jalan keluar mengatasi maslah kesehatan tersebut.
· Kesehatan
Data terakhir yang perlu dikumpulkan adalah tentang kesehatan penduduk. Secara umum
data kesehatan dapat dibedakan atas tiga macam yakni.
Ø Data yang menunjuk status kesehatan penduduk, seperti angka kematian (umum, bayi, ibu
dan penyakti tertentu), angka harapan hidup rata-rata angka penyakit dan sebaginya yang
seperti ini.
Ø Data yang menunjuk kondisi kesehatan lingkungan pemukiman, seperti persentase penduduk
yang memiliki sumber air bersih, memiliki jamabn, memiliki tempat sampah, memiliki rumah
sehat dan lain sebagianya yang seperti ini.
Ø Data yang menunjuk kondisi fasilitas dan pelayanan kesehatan, seperti ratio penduduk /
sarana kesehatan, jumlah dokter, jumlah paramedis, jumlah kunjungan, luas cangkupan,
jumlah dan pemakaian tempat tidur dan lain sebagainya yang seperti ini.
b. Sumber Data
Apabila jenis data yang akan dikumpulkan telah ditetapkan, lanjutkanlah dengan
emnetapkan sumber data yang akan dipergunakan. Untuk ini ada tiga sumber data yang
dikenal yakni sumber primer, sumber sekunder dan sumber tertier. Contoh sumber data
primer adalah hasil pemeriksaan atau wawancara langsung dengan masyarakat. Contoh
sumber data sekunder adalah laporan bulanan PUSKESMAS dan Kantor
Kecamatan. Sedangkan contoh sumber data tersier adalah hasil publikasi badan-badan resmi,
seperti Kantor Dinas Statistik, Dinas Kesehatan dan Kantor Kabupaten. Pilihlah sumber data
yang sesuai.
c. Jumlah Responden
Jika kemampuan tersedia denga cukup, kumpulkan data dengan lengkap dalam arti
mencakup seluruh penduduk. Dalam praktek sehari-hari, pengumpulan data secara total ini
sulit dilakukan. Biasanya diambil data dari sebagian penduduk saja, yang besarnya, karena
hanya merupakan suatu survei diskriptif, ditentukan dengan mempergunakan rumus sampel
sebagai berikut:
n1 =
n2 =
n1 = Total sampai awal
n2 = Jumlah sampai akhir
p = Sifat suatu kondisi dalam% (jika tidak tahu dianggap 50%)
q = 100% - p
L = Derajat ketetapan yang diperguanka (0,005)
N = Jumlah penduduk
d. Cara Mengambil Sampel
Jika jumlah smpel telah ditentukan, lanjutkan dengan mengatur cara pengambilan
sampel. Untuk ini ada empat cara pengambilan sampel yang dikenal, yakni cara simple
random sampling, sistematic random sampling, stratified random sampling dan cluster
random sampling. Pilihlah yang seuai.
e. Cara Mengumpulkan Data
Cara mengumpulkan data ada empat macam yakni wawancara, pemeriksaan, pengamatan
(observasi) serta peranserta (partisipasi). Pilihlah cara pengumpulan data yang sesuai.
2. Melakukan Pengolahan Data
Kegiatan kedua yang harus dilakukan adalah mengolah data yang telah
dikumpulkan. Adapun yang dimaksud dengan pengolahan data disini adalah menyusun data
yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimilikinya. Cara pengolahan
data secara umum dapat dibedakan atas tiga macam yakni secara manual, mekanik serta
listrik. Pilihlah cara pengolahan data yang paling dikuasai.
3. Melakukan Penyajian Data
Kegiatan ketiga yang harus dilakukan menyajikan data yang telah diolah. Ada tiga
macam cara penyajian data yang lazim dipergunakan yakni secara tekstular, tabular dan
grafikal. Pilihlah cara penyajian data yang paling tepat.
4. Memilih prioritas masalah
Hasil penyajian data akan memiliki berbagai masalah. Apa berbagai masalah ini harus
diselesaikan? Tidak perlu. Pertama, kasrena antar masalah mungkin ada keterkaitan. Yang
perlu diperhatikan hanya menyelesaikan masalah pokok saja. Masalah lainnya akan selesai
dengan sendirinya. Kedua, karena kemampuan yang dimiliki oleh organisasi selalu bersifat
terbatas. Dalam keadaan yang seperti ini, lanjutkan kegiatan dengan memilih prioritas
masalah. Untuk itu banyak cara pemilihan yang harus dipergunakan. Cara yang dianjurkan
adalah memakai kriteria yang dituangkan dalam bentuk matriks. Dikenal dengan nama