BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan – peramalan (forecast) untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu diproduksikan pada waktu yang akan datang. Peramalan produksi bermaksud untuk memperkirakan permintaan akan barang – barang atau jasa perusahaan. Tetapi hampir semua perusahaan tidak dapat selalu menyesuaikan tingkat produksi mereka dengan perubahan permintaan nyata. Oleh karena itu, perusahaan mengembangkan rencana – rencana rasional yang menunjukan bagaimana mereka akan memberi tanggapan terhadap pasar. Perencanaan agregat bersangkutan dengan cara kapasitas organisasi digunakan untuk memberikan tanggapan terhadap permintaan yang diperkirakan. Perencanaan agregat adalah proses perencanaan kuantitas 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kegiatan perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan –
peramalan (forecast) untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu
diproduksikan pada waktu yang akan datang. Peramalan produksi bermaksud
untuk memperkirakan permintaan akan barang – barang atau jasa perusahaan.
Tetapi hampir semua perusahaan tidak dapat selalu menyesuaikan tingkat
produksi mereka dengan perubahan permintaan nyata. Oleh karena itu, perusahaan
mengembangkan rencana – rencana rasional yang menunjukan bagaimana mereka
akan memberi tanggapan terhadap pasar.
Perencanaan agregat bersangkutan dengan cara kapasitas organisasi
digunakan untuk memberikan tanggapan terhadap permintaan yang diperkirakan.
Perencanaan agregat adalah proses perencanaan kuantitas dan pengaturan waktu
keluaran selama periode waktu tertentu (biasanya antara tuga bulan sampai satu
tahun) melalui penyesuaian variable – variable tingkat produksi, karyawan,
persediaan dan variable – variable yang dapat dikendalikan lainnya.
Digunakannya istilah “agregat” adalah karena ramalan – ramalan permintaan akan
berbagai barang atau jasa individual digabungkan menjadi unit – unit yang
homogeny. Perencanaan agregat mencerminkan strategi perusahaan dalam
pelayanan kepada langganan, tingkat persediaan, tingkat produksi, jumlah
karyawan dan lain – lain.
1
2
Perencanaan agregat adalah suatu langkah pendahuluan untuk perencanaan
kebutuhan kapasitas yang lebih terperinci. Perencanaan ini merupakan salah satu
tanggung jawab personalia yang ada sekarang, informasi yang akurat tentang
biaya dan pengetahuan penuh mengenai tujuan – tujuan system dan bagian –
bagiannya. Manjemen puncak hendaknya memberikan pengarahan atau pedoman
bagi kegiatan perencanaan agregat ini, karena seperti yang telah disebutkan diatas,
keputusan – keputusan perencanaan agregat sering mencerminkan kebijaksanaan
dasar perusahaan. Beberapa pedoman umum perencanaan agregat secara ringkas
dapat diperinci sebagai berikut (T. Hani Handoko : 1984;235):
1. Tentukan kebijaksanaan perusahaan dengan memperhatikan variable –
variable yang dapat dikendalikan;
2. Gunakan hasil ramalan yang baik sebagai dasar perencanaan;
3. Buat rencana – rencana dalam unit – unit kapasitas yang tepat;
4. Sedapat mungkin pelihara stabilitas karyawan;
5. Lakukan pengawasan efektif tehadap persediaan;
6. Pelihara fleksibilitas untuk menghadapi perubahan;
7. Tanggapi permintaan dengan suatu cara yang terkendali;
8. Evaluasi perencanaan secara teratur.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan perumusan masalah
sebagai berikut:
a. Apa pengertian dari perencanaan produksi agregat?
b. Apa tujuan dari kegiatan perencanaan produksi agregat?
3
c. Biaya dan strategi apa yang ada dalam kegiatan perencanaan produsi
agregat?
d. Metode apa saja yang dapat digunakan dalam perhitungan perencanaan
produksi agregat?
e. Metode apa yang terbaik untuk diterapkan pada produksi bola lampu LED
di PT Phillips Light?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian praktikum ini untuk mengetahui dan mampu
menganalisa metode perencanaan produksi agregat yang terbaik dalam kegiatan
produksi dan operasionalnya agar dapat memenuhi permintaan produk bola
Lampu LED di PT Phillips Light. Adapun tujuan praktikum ini adalah:
a. Memahami tentang pengertian dari perencanaan produksi agregat.
b. Mengetahui fungi dan tujuan perencanaan produksi agregat.
c. Mengetahui biaya-biaya dan strategi apa saja yang ada dalam perencanaan
produksi agregat.
d. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam perencanaan produksi
agregat.
e. Mendapatkan metode yang terbaik untuk produksi bola Lampu LED di PT
Phillips Light.
1.4. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas tidak meluas, maka perlu adanya
pembatasan masalah, yaitu sebagai berikut:
4
1. Penelitian hanya dilakukan pada produk bola Lampu LED di PT Phillips
Light.
2. Data peramalan yang digunakan didapatkan dari hasil metode peramalan
yang terbaik pada penelitian sebelumnya.
3. Perhitungan perencanaan agregat hanya menggunakan 3 metode yaitu,
Variasi tingkat persedian, Variasi jumlah tenaga kerja, dan Sub kontrak.
1.5. Metode Pengumpulan Data
A. Primer
1. Wawancara :
Wawancara yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya
langsung kepada responden, atau tatap muka antara responden dengan peneliti.
2. Observasi :
Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian
secara langsung terhadap obyek penelitian permintaan.
B. Sekunder
Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data sekunder.
Dokumentasi yaitu metode pangumpulan data dengan cara mendapatkan data
melalui buku-buku, catatan-catatan atau dokumentasi perusahaan yang ada
kaitannya dengan penelitian.
5
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Menyajikan tentang latar belakang penelitian peramalan yang menunjang dalam
praktikum ini.
1.2. Perumusan Masalah
Menspesifikasi suatu bahasan dari permasalahan yang ada, sehingga permasalahan
yang akan kita pecahkan menjadi lebih terarah. Perumusan tentang masalah yang
akan dibahas dalam praktikum peramalan.
1.3. Maksud dan Tujuan Praktikum
Apa yang diharapkan dan apa yang akan kita dapatkan dari pelaksanaan
praktikum peramalan.
1.4. Pembatasan Masalah
Membuat batasan tentang hipotesa dan uji apa saja yang akan digunakan dalam
praktikum.
1.5. Metode Pengumpulan data
Metode yang digunakan pada saat mengumpulkan data yang akan digunakan
dalam praktikum.
1.6. Sistematika Penulisan
Urutan-urutan atau susunan-susunan sistematik dari penulisan laporan.
6
BAB II. Landasan Teori
Teori-teori yang dapat digunakan sebagai acuan dalam praktikum dan teori-teori
yang berhubungan dengan praktikum.
BAB III. Kerangka Pemecahan Masalah
3.1. Flowchart Pemecahan Masalah
Suatu gambaran yang berbentuk Flowchart untuk memecahkan suatu masalah.
3.2. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Cara-cara yang sistematik untuk memecahkan suatu masalah.
BAB IV. Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.1. Pengumpulan Data
Mengumpulkan dan menuliskan data-data yang diperlukan dalam praktikum.
4.2. Pengolahan Data
Penyajian dari data yang telah didapat dari praktikum.
BAB V. Analisa Dan Pembahasan
Mengidentifikasi, menganalisis atau menyelidiki hasil dari pengolahan data.
7
BAB VI. Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil metode perhitungan masing-masing data atau hasil akhir
semua isi laporan.
6.2. Saran
Masukan-masukan yang kita kemukakan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
dalam penyusunan laporan dan dalam praktikum di masa yang akan datang.
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1. Pengertian Agregat
Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk
menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang.AP
juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand
dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input,
transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP dibuat untuk produksi,
staffing, inventory, dan backorder level.
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan
Agregat adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer
operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah
(biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat
digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang
diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat
persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat
dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan
dan kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan
permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam
rencana jangka menengah.
8
9
Proses perencanaan dapat digolongkan dalam tiga tingkatan yaitu:
1. Long Range Plans
Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut perencanaan
produk baru,biaya perluasan dan sebagainya. Long Range Plans ditetapkan oleh
manajer pucak.
2. Intermediete Range Plans
Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut rencana
penjualan, rencana produksi, rencana inventory, anggaran tenaga kerja dan
sebagainya. Intermediate range plans ditetapkan oleh Manajer Operasi.
3. Short Range Plans
Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut job
assignment, ordering, Job scheduling. Short Range Plans ditetapkan oeh Manajer
Operasi bersama dengan supervisor dan operator.
Dalam tiga tingkatan proses perencanaan tersebut, perencanaan agregat
berada pada tingkatan kedua yaitu Intermediate plans yang menyangkut rencana
produksi / operasi perusahaan.
Perencanaan agregat membentuk keterkaitan antara perencanaan fasilitas
di satu pihak dan penjadwalan dipihak lain. Perencanaan fasilitas membatasi
keputusan perencanaan agregat.penjadwalan berkenaan dengan jangka waktu
yang pendek (beberapa bulan atau kurang) dan dibatasi oleh keputusan
perencanaan agregat. Perencanaan agregat berkaitan dengan perolehan sumber
daya, sedangkan penjadwalan berkaitan denngan pengalokasian sumber daya yang
10
tersedia terhadap pekerjaan dan pesanan tertentu. Jadi perbedaan dasar harus
dilakukan antara perolehan sumber daya melalui penjadwalan.
Hirarki keputusan kapasitas ini diperlihatkan pada gambar 2.1. perhatikan
bahwa keputusan diproses dari atas ke bawah, dan umpan balik dari bawah ke
atas. Keputusan penjadwalan seringkali menunjukan kebutuhan akan perbaikan
perencanaan agregat dan perencanaan agregat juga dapat mencakup kebutuhan
akan fasilitas.
1.2. Fungsi Perencanaan Agregat
Pada dasarnya perencanaan produksi agregat merupakan suatu proses
penetapan tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi
tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan
meminimalkan total biaya produksi.
Beberapa fungsi perencanaan agregat yaitu :
1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap
rencana strategi perusahaan
2. Alat ukur performansi proses perencanaan produksi
3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi
4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan
membuat penyesuaian
5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target dan membuat
penyesuaian
11
6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi.
2.3. Tujuan Perencanaan Agregat
Pada dasarnya tujuan dari perencanaan agregat adalah berusaha untuk
memperoleh suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan pada
periode perencanaan. Namun bagaimanapun juga, terdapat permasalahan strategis
lain yang mungkin lebih penting daripada biaya rendah. Permasalahan strategis
yang dimaksud itu antara lain mengurangi permasalahan tingkat ketenagakerjaan,
menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat bertujuan menghubungkan sasaran
strategis perusahaan dengan rencana produksi, tetapi untuk perusahaan jasa,
penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran dengan jadwal pekerja.
Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain:
1. Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan dan output
2. Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah
yang layak pada waktu agregat.
3. Metode untuk menentukan biaya
4. Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan
penjadwalan dapat dibuat untuk periode perencanaan.
12
2.4. Strategi – Strategi Perencanaan Agregat
Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh manajer operasi dalam
merumuskan rencana agregat yaitu:
1. Apakah persediaan digunakan untuk menyerap perubahan selama
periode permintaan ?
2. Apakah perubahan akan diakomodasikan dengan cara mengubah jumlah
tenaga kerja?
3. Apakah perlu penggunaan tenaga kerja paruh waktu atau waktu lembur
dan waktu kosong untuk menghadapi fluktuasi ?
4. Apakah perlu menggunakan subkontraktor untuk antisipasi pesanan
yang fluktuatif sehingga dapat mempertahankan jumlah tenaga kerja yang stabil?
5. Apakah perlu mengubah harga atau faktor lain untuk mempengaruhi
permintaan?
Semua ini adalah stategi perencanaan yang benar. Strategi-strategi ini
melibatkan manipulasi persediaan, nilai produksi, tingkat tenaga kerja, kapasitas,
dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Terdapat delapan pilihan secara lebih
terinci. Lima pilihan pertama disebut pilihan kapasitas (capacity option) sebab
pilihan ini tidak berusaha untuk mengubah permintaan tetapi untuk menyerap
fluktuasi dalam permintaan. Tiga pilihan yang terakhir adalah pilihan permintaan
(demand option) dimana perusahaan berusaha untuk mengurangi perubahan pola
permintaan selama periode perencanaan.
13
2.4.1. Pilihan Kapasitas
Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas dasar (produksi) berikut:
1. Mengubah tingkat persediaan
Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama periode permintaan
rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa mendatang. Jika strategi
ini dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi,
penanganan, keusangan, pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan
meningkat. (Biaya-biaya ini pada umumnya berkisar 15% hingga 40% dari nilai
sebuah barang setiap tahunnya). Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa
dimana permintaan meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat
mengakibatkan tidak terjadinya penjualan yang disebabkan waktu tunggu yang
lebih panjang dan pelayanan pelanggan yang lebih buruk.
2. Meragamkan jumlah tenaga kerja
Dilakukan dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan. Salah satu
cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau
memberhentikan para pekerja produksi untuk menyesuaikan tingkat produksi.
Bagaimanapun, sering karyawan baru memerlukan pelatihan, dan produktivitas
rata-rata menurun untuk sementara karena mereka menjadi terbiasa.
Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral semua pekerja dan dapat
mendorong ke arah produktivitas yang lebih rendah.
14
3. Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong
Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan
waktu kerja, mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan
menambah jam kerja pada saat permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika
permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan seberapa banyak lembur yang
dapat dilakukan. Upah lembur membutuhkan lebih banyak uang, dan terlalu
banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan
merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan
untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan. Pada sisi lain, disaat permintaan
menurun, perusahaan harus mengurangi waktu kosong pekerja-yang biasanya
merupakan proses yang sulit.
4. Subkontrak
Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan
melakukan subkontrak selama periode permintaan tinggi. Bagaimana pun,
subkontrak, memiliki beberapa kekurangan antara lain :
a) Mahal
b) Membawa resiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing
c) Seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna,
yang selalu dapat mengirimkan produk bermutu tepat waktu.
5. Penggunaan karyawan paruh waktu
15
Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan
tenaga kerja tidak terampil. Praktik ini umum dilakukan di restoran, toko eceran,
dan supermarket.
2.4.2. Pilihan Permintaan
Pilihan permintaan dasar adalah sebagai berikut :
1. Mempengaruhi permintaan.
Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk
meningkatkan permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan diskon.
Perusahaan penerbangan dan hotel telah lama menawarkan diskon akhir pekan
dan tarif musim sepi; perusahaan telepon membebankan biaya yang lebih murah
pada malam hari; beberapa perguruan tinggi member diskon bagi warga senior;
dan pendingin udara dijual lebih murah pada waktu musim dingin. Bagaimana
pun, bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu
mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi.
2. Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi.
Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang diterima
perusahaan tetapi tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi
pada saat itu. Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik
mereka maupun pesanannya, tunggakan pesanan adalah strategi yang mungkin
dijalankan. Banyak perusahaan menggunakan tunggakan pesanan, tetapi
pendekatan ini sering mengakibatkan hilangnya penjualan.
16
3. Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal (dengan musim yang
berbeda).
Sebuah teknik pelancar masalah aktif yang secara luas digunakan para
pengusaha manufaktur adalah mengembangkan sebuah produk yang merupakan
perpaduan dari barang counterseasonal. Contohnya adalah perusahaan yang
membuat pemanas dan pendingin ruangan atau mesin pemotong rumput dan
penyingkir salju. Bagaimanapun, perusahaan yang menerapkan pendekatan ini
mungkin mendapati diri mereka terlibat dengan produk atau jasa di luar area
keahlian atau target pasar mereka.
2.4.3. Pilihan Campuran
Walupun setiap lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan permintaan dapat
menghasilkan sebuah jadwal agregat yang efektif, beberapa kombinasi diantara
pilihan kapasitas dan pilihan permintaan mungkin akan lebih baik.
Kebanyakan pengusaha manufaktur berasumsi bahwa penggunaan pilihan
permintaan telah diteliti secara menyeluruh oleh bagian pemasaran dan pilihan-
pilihan yang layak itu digabungkan dengan prediksi permintaan. Manajer operasi
lalu membuat rencana agregat berdasarkan pada prediksi itu. Bagaimanapun,
dengan menggunakan lima pilihan kapasitas dalam otoritasnya, manager operasi
masih memiliki banyak kemungkinan rencana. Rencana ini dapat terdiri dari :
1. Strategi perburuan (chase strategy)
Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output bagi
setiap periode yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut.
Strategi ini dapat terpenuhi dengan berbagai jalan. Sebagai contoh, manager
17
operasi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja dengan merekrut atau
menghentikan karyawan , atau dapat memvariasikan produksi dengan waktu
lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu, atau subkontrak.
Rata-rata produksi = 230800 unit : 233 hari = 991 unit/hari
29
Sehingga jumlah produksi per bulan = jumlah hari kerja pd bulan tersebut
x rata-rata produksi/hari
Jumlah produksi bulan Januari = 20 x 991= 19820 unit ...dst
1 hari kerja = 8 jam, waktu produksi/unit= 0.5 jam/unit/orang, sehingga
total produksi hari kerjanya = 8jam/hari : 0.5 jam/unit
= 16 unit / hari/karyawan
Dengan rata-rata produksi = 991 unit/ hari, maka Tenaga Kerja yang
diperlukan
= Rata-rata produksi/hari: total /hari/karyawan
= 991 unit/ hari : 16 unit/hari/karyawan = 62 orang
Biaya dari penggunaan strategi ini adalah:
Biaya tenaga kerja = 62 x 233 x Rp. 70.000 = Rp 1.011.220.000
Biaya persediaan = 28218 x Rp 2000 = Rp 56.436.000
Total biaya dari penggunaan strategi ini; biaya tenaga kerja + biaya persediaan =
Rp 1.011.220.000 + Rp 56.436.000 = Rp 1.067.656.000,00
30
4.2.3. Metode variasi jumlah tenaga kerja
Tabel 4.3. Perhitungan metode variasi jumlah tenaga kerja
Bulan DemandJumlah
Hari KerjaTK yang
diperlukanPenambahan
TKPengurangan
TK Biaya TKJanuari 18000 20 57 3 Rp 79.800.000,00
Februari 20000 18 70 13 Rp 88.200.000,00 Maret 17000 18 60 10 Rp 75.600.000,00 April 17800 20 56 4 Rp 78.400.000,00 Mei 16400 21 49 7 Rp 72.030.000,00 Juni 18700 18 65 16 Rp 81.900.000,00 Juli 20900 18 73 8 Rp 91.980.000,00
Agustus 21300 19 71 2 Rp 94.430.000,00 September 18400 20 58 13 Rp 81.200.000,00
Oktober 19700 21 59 1 Rp 86.730.000,00 November 20800 20 65 6 Rp 91.000.000,00 Desember 21800 20 69 4 Rp 96.600.000,00
Jumlah 230800 233 752 48 39 Rp 1.017.870.000,00
Perhitungan metode variasi jumlah tenaga kerja:
Jumlah Tenaga Kerja awal = 60 orang
Jumlah Tenaga Kerja yang diperlukan = peramalan demand/jumlah hari
kerja/total produksi per unit per karyawan
Jumlah Tenaga Kerja pada bulan Januari = 18000 : 20 hari : 16
unit/hari/orang= 57 orang, dst.
Biaya dari penggunaan strategi ini adalah:
Biaya tenaga kerja = Rp 1.017.870.000
Biaya penambahan TK = 48 x Rp 100.000 = Rp 4.800.000
Biaya pengurangan TK = 39 x Rp 150.000 = Rp 5.850.000