PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME NICHIREN (Studi Atas Pemikiran Dan Gerakan Perdamaian Daisaku Ikeda) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Ahmad Daenuri NIM: 1113032100013 PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKUTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M
97
Embed
PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN BUDDHISME ......terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERDAMAIAN DALAM PANDANGAN
BUDDHISME NICHIREN
(Studi Atas Pemikiran Dan Gerakan Perdamaian
Daisaku Ikeda)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
Ahmad Daenuri
NIM: 1113032100013
PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA
FAKUTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
i
ABSTRAK
Ahmad Daenuri
Perdamaian Dalam Pandangan Buddhisme Nichiren (Studi Atas Pemikiran
dan Gerakan Perdamaian Daisaku Ikeda)
Umat manusia di seluruh penjuru dunia kini dihadapkan pada dilema yang
tidak terelakkan : ancaman senjata nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya,
pertikaian etnis, perusakan lingkungan hidup akibat efek pemanasan global dan
penghancuran lapisan ozon, serta merebaknya kejahatan yang brutal.
Di abad milenium ketiga ini, harus dipastikan dapat terhapusnya
penderitaan yang tidak perlu di planet bumi ini. Dalam upaya mewujudkan tujuan
ini, untuk memulai suatu era baru pedamaian dan harapan, maka melalui ajaran
Buddhisme Nichiren, Daisaku Ikeda mencoba menerapkan tiga konsep utama
yang digagasnya yaitu penguasaan diri, dialog peradaban dan kewarganegaraan
global.
Menurutnya, untuk dapat menjadi warga dunia yang baik tergantung pada
tarap penguasaan diri yang dapat dicapai. Kemampuan untuk melihat menembus
ke dalam diri sendiri akan memungkinkan kita untuk melepaskan ikatan-ikatan
kebangsaan dan garis-garis keturunan etnis. Kemudian jalur dialog, jalur dialog
ini menurut Ikeda sangat penting sekali dalam menciptakan perdamaian, karena
kecenderungan pada logika dan diskusi adalah salah satu bukti kemanusiaan.
Selanjutnya dalam hal ini Ikeda berupaya menyadarkan seluruh manusia
dengan kesadaran kewarganegaraan global. Menurutnya kesadaran ini sangat
penting demi menciptakan perdamaian yang abadi. Untuk meletakkan fondasi
bagi perdamaian abadi, tentu harus menghapuskan perang, mendorong peralihan
dari budaya perang ke budaya damai. Bila semua manusia bergabung sebagai
mitra sejajar untuk menciptakan kebudayaan damai, maka dapat disaksikan
terbitnya suatu zaman ketika kebahagiaan dapat dinikmati setiap orang.
Penelitian ini secara sistematis membahas pemikiran perdamaian Daisaku
Ikeda yang mengacu pada ajaran-ajaran Buddhisme Nichiren dengan
memfokuskan pada analisa mengapa pemikiran ini kemudian timbul, dasar apa
yang menjadi pijakan atas pemikirannya dan bagaimana pemikiran tersebut dapat
diimplementasikan melalui gerakannya dan apakah pemikiran tersebut relevan
diterapkan pada zaman sekarang ini. Dalam penulisan ini menggunakan model
library research, dengan membaca buku-buku karya Daisaku Ikeda dan buku-
buku penunjang lainnya.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat ilahi rabbi dengan segala karunia dan
nikmat yang diberikan kepada umat manusia, hingga sebahagian kecil dari sebuah
perjalanan hidup yang diarungi oleh salah seorang hamba-Nya, tak pernah luput
dari pantauan dan perhatian-Nya. Penulis persembahkan syukur yang tak terbilang
kepada-Nya. Tuhanku dan tuhan semesta alam karena kesehatan fisik dan mental
yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat merampungkan penulisan
skripsi ini sebagai bagian dari tugas akademis di Program Studi Agama-agama
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Shalawat dan salam semoga tercurah selalu kepada nabi akhir zaman dan
kekasih Allah, Muhammad saw, sang peletak dasar prinsip pendidikan Islam yang
sekaligus menjadi suri tauladan bagi umatnya hingga akhir zaman.
Selama proses penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu,
pengumpulan bahan-bahan, maupun biaya yang dibutuhkan dan lain sebagainya.
Namun berkat kesungguhan hati dan doa serta kerja keras, dorongan dan bantuan
dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan
sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan, bantuan bimbingan, dan
motivasi dari semua pihak, penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik.
Maka sudah sepatutnya penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-
besarnya dan rasa hormat yang mendalam ditujukan kepada:
1. Bapak Dr. Hamid Nasuhi, M.A sebagai pembimbing dalam penulisan
skripsi ini yang di tengah kesibukannya masih berkenan meluangkan
iii
waktu dan tenaganya serta kesabaran memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis sehingga membuka cakrawaala berpikir dan nuansa
keilmuan yang baru. Hanya Allah yang dapat membalas semua kebaikan
Bapak, dan semoga Bapak beserta keluarga selalu dikaruniai kesehatan,
umur panjang, kelancaran rizki dan bahagia dunia maupun akhirat kelak.
2. Ibu Hermawati. M.Ag, selaku penasihat akademi penulis, yang telah
memberikan nasihat-nasihatnya.
3. Ketua Jurusan Studi Agama-agama, Dr. Media Zainul Bahri, MA yang
selalu menyenangkan ketika menyampaikan materi, semoga bapak selalu
diberi kesehatan dan umur yang berkah.
4. Para dosen Fakultas Ushuluddin terutama dosen Jurusan Studi Agama-
agama yang telah mentransfer ilmunya kepada penulis, semoga bapak dan
ibu dosen selalu diberikan kesehatan dan ilmu yang telah diberikan kepada
penulis dapat bermanfaat.
5. Pemimpin beserta Staf Perpustakaan Utama dan Staf Perpustakaan
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam memenuhi studi pustaka.
6. Pengurus Organisasi Soka Gakkai Indonesia, terutama Kepada Kak Kiki
Tanzil, Pak Ayong, dan Ibu Evi yang bersedia membantu penulis dalam
mencari informasi mengenai kajian skripsi penulis, dan terima kasih atas
buku-buku referensi yang telah diberikan kepada penulis, penulis merasa
senang atas perlakuan yang telah diberikan.
7. Kedua orang tua tercinta yakni Ayahanda Sambani dan Ibunda Sunari
yang selalu memberikan do’a restu dan dukungannya berupa materi,
iv
motivasi, nasihat, serta kasih sayang yang tiada tara bagi penulis, munajat
do’anya disetiap waktu telah memberikan kekuatan lahir dan batin dalam
mengarungi bahtera kehdupan. Ka Nurdin, Teh Rohimah, Ka Jejen, Teh
Pidoh, Teh Nur, Teh Rosidah terimakasih atas segala nasihat dan
perhatiannya kepada adekmu ini, semoga kalian selalu diberikan
kesehatan, keberkahan rizki. Dan untuk Adeku Syamsul, maafkan
kakakmu yang selalu marah marah, itu karena kecintaanku kepadamu,
semoga kamu selalu diberikan ketabahan dalam menjalani hidup ini, terus
semangat dan jangan lupa solat dan sabar. Kepada kakak-kakak ipar,
keponakan dan semua keluargaku terima kasih atas dukungan dan do’anya
semoga keluarga besar kita akan terus terjaga dengan bimbingan dan
rahmat Allah swt.
8. Kepada Pengurus Mushola Nurul Huda Mabad dan para jamaahnya yang
sangat perhatian kepada penulis, terimakasih banyak atas nasihat-nasihat
dan kebaikannya, semoga bapak-bapak dan ibu-ibu para jamaah
mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
9. Kepada teman-teman seperjuanganku yang tidak bisa disebutkan satu-
persatu terimakasih atas canda tawanya dan kegilaan kalian sehingga
terkadang hidup ini menjadi lebih segar dan hangat. Semoga kalian
menjadi orang-orang sukses yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan doa ke hadirat
Allah SWT. Semoga amal baik semua pihak yang telah membimbing,
mengarahkan, memperhatikan dan membantu penulis dicatat oleh Allah
v
sebagai amal soleh dan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Dan
mudah-mudahan apa yang penulis usahakan dapat bermanfaat. Amiin
Jakarta, 29 Maret 2018
Penulis
Ahmad Daenuri
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 11
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 11
F. Metode Penelitian......................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan .................................................................. 14
BAB II BIOGRAFI DAISAKU IKEDA
A. Riwayat Hidup Daisaku Ikeda .................................................... 16
B. Karir dan karya Intlektualnya....................................................... 25
BAB IV PEMIKIRAN DAN GERAKAN PERDAMAIAN
DAISAKU IKEDA
A. Reformasi Manusia ..................................................................... 33
1. Kondisi Jiwa Manusia ........................................................... 33
2. Sepuluh Alam Hidup Dan Sepuluh Faktor .......................... 39
3. Agama dan Revolusi Manusia: Sumber Penciptaan Nilai .... 49
B. Dialog Peradaban ....................................................................... 53
1. Budhisme dan Kekuatan Dialog ........................................... 53
3. Jalur Kesadaran Global ......................................................... 64
BAB IV IMPLEMENTASI DAN RELEVANSI KONSEP PERDAMAIAN
DAISAKU IKEDA
A. Perdamaian dan Perlucutan Senjata ........................................... 67
B. Bantuan Kemanusiaan ............................................................... 72
C. Pendidikan Hak Asasi Manusia ................................................. 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 80
B. Saran .......................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara fitrah manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini.
Manusia diberi akal pikiran yang dapat membedakan dengan makhluk
lainnya sehingga dalam setiap diri manusia mengalir rasa kasih sayang dan
perdamaian. Manusia senantiasa selalu memberikan kebebasan terhadap
manusia lainnya untuk melakukan hal-hal positif dan bukan menjadikan
manusia sebagai tumbal untuk memenuhi hawa nafsunya.
Kemajuan manusia dari waktu ke waktu terus meningkat, bahkan
ada sebuah keyakinan bahwa kemajuan manusia tidak terbatas. Namun
sejak permulaan abad ke- 20 tujuan luhur dalam mengembangkan kemajuan
dan peradaban tersebut telah dipudarkan oleh ideologi kaum ekstrimis yang
pada akhirnya mengakibatkan pembantaian manusia secara besar besaran.
Anggapan akan adanya prospek masa depan umat manusia yang jauh lebih
cerah setelah berakhirnya perang dingin pada tahun 1989, itu hanyalah
isapan jempol semata. Harapan itu segera sirna saat dunia dicabik-cabik
oleh berbagai konflik regional dan internal, dalam maupun luar negeri.
Sekitar kurang lebih 50 bangsa bergumul dalam konflik kekerasan,
perpecahan sehingga telah banyak menelan jutaan jiwa manusia.1
Akhir- akhir ini di seluruh penjuru dunia, umat manusia dihadapkan
dengan berbagai dilema: ancaman senjata nuklir, perusakan lingkungan,
merebaknya kejahatan, pertikaian etnis bahkan dalam hubungannya dengan
1 Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global (Jakarta: PT
Bhuana Ilmu Populer, 2008), h. 1.
2
keagamaan sekalipun. Hal ini mengindikasikan telah terjadi pertentangan
menyangkut berbagai kepentingan di antara berbagai kelompok baik di
tingkat regional, nasional maupun internasional. Dalam berbagai
pertentangan dan konflik itu, isu suku, agama, ras dan antar golongan
(SARA) begitu cepat menyebar ke berbagai lapisan sehingga tercipta
suasana konflik yang cukup berbahaya dalam kehidupan masyarakat.
Eskalasi pertentangan yang dilapisi baju SARA seringkali menciptakan
konflik kekerasan yang lebih menegangkan dan meresahkan. Dalam suasana
seperti ini agama seringkali menjadi titik singgung paling sensitif dan
eksklusif dalam pergaulan masyarakat yang beragam. Masing-masing pihak
mengklaim bahwa dirinyalah yang paling benar, sedangkan pihak lain
adalah yang salah. Persepsi bahwa perbedaan adalah sesuatu yang buruk,
suatu hal yang menakutkan, sudah begitu rupa mendarah daging dalam jiwa
manusia terutama umat beragama.
Akibat dari perseteruan tersebut adalah kesengsaraan semua pihak,
yang bertikai maupun yang tidak mengetahui apa-apa. Pada dasarnya akibat
dari konflik adalah kerugian yang menyeluruh di berbagai pihak. Rakyat
kecil lagi-lagi menjadi korban dan harus menanggung akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh konflik tersebut. Berbagai peristiwa itu telah memberi
gangguan cukup serius terhadap tekad bersama untuk menciptakan dunia
yang damai, yang toleran dalam kehidupan antar pemeluk agama, toleran
dalam kebudayaan, toleran dalam politik, dan toleran dalam aspek-aspek
kehidupan lainnya.
3
Berbicara tentang perdamaian dunia, Daisaku Ikeda mengatakan
bahwa ada beberapa kendala dalam menciptakan perdamaian dunia,
diantaranya; (1) Paham Menolak Relasi Internasional, (2) Kerakusan (3)
Kemiskinan (4) Pengabaian Masalah Lingkungan Hidup.
Menurut Ikeda manusia harus merasa berkepentingan tidak saja
terhadap negerinya sendiri, tetapi juga terhadap kondisi internasional.
Banyak orang merasa tidak nyaman bila berhadapan dengan arus
internasionalisasi sehingga menarik diri ke wilayah atau negara dan ke
dalam tradisi mereka sendiri atau disebut dengan isolationism. Kendala
lain bagi perdamaian berakar pada motivasi dasar keserakahan terhadap
kekuasaan yang saling incar, tanpa malu-malu dan secara keji siap merebut
hak orang lain ketika mendapat kesempatan. Selain itu berbagai konflik
terjadi di berbagai belahan dunia karena ketidakberdayaan ekonomi atau
kemiskinan. Faktor lainnya adalah tidak dihargainya lingkungan hidup
yang mengakibatkan rusaknya lingkungan seperti polusi udara, air dan
tanah, pembalakan hutan, penggurunan, kerusakan lapisan ozon dan
berbagai dampak pemanasan global.2
Tentu semua permasalahan-permasalahan di atas harus disingkirkan
dan dicarikan solusinya. Pada permulaan abad ketiga ini seseorang harus
memiliki komitmen untuk menghapuskan penderitaan tersebut dari muka
bumi dan harus menemukan kunci untuk menjamin bahwa pada abad baru
ini penderitaan yang telah terjadi tidak akan terulang lagi. Dengan kembali
2 Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 3-6
4
memusatkan perhatian pada kesakralan hidup, maka harapan terhadap
perdamaian akan segera tercapai.
Kaitannya dengan hal ini tentunya upaya-upaya untuk menuju
perdamaian harus terus dipromosikan baik di tingkat nasional maupun
internasional. Upaya-upaya dalam mempromosikan perdamaian tersebut
telah banyak dilakukan oleh para tokoh-tokoh perdamaian dunia, sebut saja
misalkan Mahatma Gandi, Nelson Mandela, Bunda Teresa, Marthin Luther,
Syech Abdul Halim Mahmoud, Anwar Al-Sadat, Abdurrahman Wahid dan
tokoh-tokoh lainnya. Mereka terus menggaungkan ide-ide pemikirannya
untuk mengupayakan perdamaian dunia dan mengimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari baik itu melalui kebudayaan, pendidikan dan lain
sebagainya. Senada dengan hal tersebut, penulis tertarik dengan pemikiran
dan gerakan perdamaian yang dipelopori oleh seorang tokoh perdamaian,
Daisaku Ikeda, Presiden Soka Gakkai Internasional (SGI).
Di mata para penggagas perdamaian, Ikeda sangat dihormati dan
dibanggakan seperti apa yang pernah dikatakan oleh Abdurrahman Wahid
(Gusdur) ”Orang yang saya hormati adalah orang yang memiliki semangat
pantang menyerah walau apapun yang terjadi. Bagi saya Bapak Ikeda adalah
salah seorang yang saya hormati sebagaimana sosok orang tersebut”. Ini
merupakan suatu ungkapan dan pujian yang luar biasa. Arnold Toynbee
sebagai rekan dialognya memberi penilaian kepada Ikeda dengan nilai A,
setelah Ikeda menanyakan nilai apa yang akan diberikan kepadanya sebagai
murid. Setelah mendapatkan nilai A dari Toynbee, Ikeda semakin bertekad
5
untuk melawan semua kekuatan negatif yang berusaha membawa
penderitaan bagi kemanusiaan.3
Ikeda adalah penggiat perdamaian yang telah diakui oleh dunia. Ide-
idenya dalam mewujudkan perdamaian telah banyak dipublikasikan di
seluruh dunia baik melalui buku, jurnal maupun seminar. Ia juga melakukan
dialog dengan berbagai cendikiawan maupun pemimpin negara di dunia.
Disamping itu ia merupakan Presiden organisasi Bhuddhis terbesar dunia
yang memiliki kurang lebih 90 organisasi konsisten dan 12 juta anggota di
192 negara termasuk Indonesia.4 Ia menerima gelar Doktor Honoris Causa
lebih dari 260 universitas/lembaga pendidikan di dunia, diantaranya
Universitas Moskow, Universitas Glasgow, Universitas Beijing dan
Universitas Buenos Aires.5
Ia terus mempromosikan perdamaian melalui pemikiran-
pemikirannya yang kemudian dimplementasikan dalam kehidupan nyata.
Dasar pemikiran yang mendorongnya untuk terus mengembangkan
pemikirannya terutama dalam hal perdamaian dan kemanusiaan adalah
falsafah hidup Budhisme. Hal tersebut terbukti melalui penulisan proposal
perdamaian yang diajukannya kepada PBB sejak tahun 1981 hingga
sekarang. Sejak tahun 1983, Ikeda dianugrahi “Penghargaan Perdamaian”,
“Penghargaan Kemanusiaan” dan “Duta Perdamaian” oleh PBB.6
3 The Heart of Dialog, 45 Years since the Toynbee-Ikeda Dialog, artikel diakses pada 15
Juli 2018 dari www.worldtribune.org 4 Daisaku Ikeda, Ikrar Perdamaian untuk Masa Depan yang lebih Manusiawi:
Menghapus Kesengsaraan dari Bumi (Japan: The Soka Gakai, 2015), h. 78. 5 Abdurrahman Wahid, Daisaku Ikeda, Dialog Peradaban untuk Toleransi dan
Perdamaian (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. Ix. 6 Abdurrahman Wahid, Daisaku Ikeda, Dialog Peradaban untuk Toleransi dan
Perdamaian, h. Ix.
6
Dalam hal ini, ada tiga pemikiran Daisaku Ikeda dalam mewujudkan
perdamaian dunia ; (1) Transformasi Manusia, (2) Dialog Peradaban, dan
(3) Kewargaan Global (Global Citizenship).7
Pertama, Transformasi Manusia. Berdasarkan falsafah hidup
Budhisme tentang penguasaan diri, Nichiren Daishonin menularkan
kepercayaan terhadap Gohonzon8 dan pembacaan berulang dari Nam-
myoho-renge-kyo9, yang kemudian kepercayaan tersebut dipercaya oleh
pengikutnya secara turun temurun hingga saat ini. Daisaku Ikeda sebagai
pengikut Budhaisme Nichiren mempercayai ajaran tersebut sehingga ia
menjadikannya sebagai pokok dasar dalam merevolusi individu manusia,
mengubah hidup untuk perbaikan diri sendiri dan seluruh umat manusia
serta membersihkan dari karma yang menyedihkan. Nichiren Daishonin
meramalkan bahwa di masa yang akan datang kegiatan manusia baik itu
politik, ekonomi, diplomatik, industri dan lainnya, harus dimulai dengan
revolusi dalam hati manusia individual yang dicapai melalui kepercayaan
Buddhis.10
Revolusi manusia merupakan gagasan utama Ikeda dalam
mewujudkan perdamaian dunia, menurutnya perdamaian tidak hanya
7 Daisaku Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 9-10.
8 Sutra Teratai mengajarkan bahwa Buddha Shakyamuni tidak lain adalah perwujudan
dari Buddha Abadi: sifat abadi Buddha yang ada di semua kehidupan dan semua makhluk yang
ditakdirkan untuk mewujudkan sebagai sifat mereka sendiri yang sebenarnya. Gohonzon
menggambarkan wawasan ini melalui penggunaan kaligrafi Cina dan mewakili kehidupan
mencakup semua Buddha Abadi, bukan obyek atau sesuatu.Gohonzon merupakan istilah yang
dipakai oleh ajaran Agama Budha Nichiren yang diistilahkan kepada Budha Sakyamuni.
Gohonzon artinya “ Yang Maha Mulia di Dunia ini”. 9 Nam-myoho-renge-kyo adalah hukum pokok alam semesta dan jiwa yang dapat
mengatasi penderitaan dari dasar, membuka kebahagiaan dan mencapai kesadaran Budha. Nam-
myoho-renge-kyo merupakan nama lengkap dari sutra bunga teratai yang diajarkan oleh Nichiren
Daisonin. 10
Daisaku Ikeda, Budhisme: Falsafah Hidup (Jakarta: PT Intermasa, 1988), h. 58.
7
ditandai dengan ketiadaan perang, melainkan terciptanya kondisi jiwa damai
yang berdampak positif bagi peningkatan martabat manusia sebagai
makhluk beradab. Perdamaian abadi diibaratkan sebuah garis lurus yang
dipertahankan secara sadar melalui interaksi individu-individu yang mampu
mengendalikan diri di dalam suatu masyarakat yang mampu menguasai
diri.11
Dalam ajaran Budhisme Nichiren terdapat istilah “Sepuluh Alam
Hidup” dalam hati manusia, Empat diantaranya merupakan alam kejahatan
yang memuat alam terendah; neraka (alam derita), kelobaan (alam yang
menguasai orang dengan kerakusan), kebinatangan (alam yang
menyebabkan orang dikuasai oleh naluri-nalurinya) dan keberangan (alam
yang menguasai orang dengan sifat persaingan). Keempat alam ini tidak
dipungkiri keberadaannya pada setiap individu manusia sebelum merevolusi
dirinya untuk mencapai martabat yang lebih tinggi. Reformasi internal
berarti proses tranformasi dari alam rendah itu naik ke alam mulia dan
tinggi; seperti alam kemanusiaan atau ketentraman, alam sorga atau
sukacita, alam kesarjanaan atau kebahagiaan berilmu, alam penciptaan atau
menghargai karya penciptaan, alam bodhisattwa dan kemudian terakhir
alam kebudhaan.12
Menurut hemat penulis, para pelaku teror dan konflik adalah orang
yang berada di dalam empat alam kejahatan tersebut di atas. Karena pada
dasarnya konflik dan teror merupakan bentuk kejahatan yang dilandasi
dengan hati yang kotor yang dikuasai oleh keinginan-keinginan materialistis
11
Ikeda , Demi Perdamaian, 7 Jalur Menuju Keharmonisan Global, h. 13. 12
Ikeda, Budhisme: Falsafah Hidup, h. 36-38.
8
untuk mencapai kekayaan, kemashuran, dan keuntungan non spiritual.
Sehingga martabatnya merosot seperti binatang, meninggalkan akal dan
etika dan mengikuti naluri buasnya kemudian hukum rimbapun berkuasa.
Kedua, Dialog Peradaban, Upaya-upaya lain Daisaku Ikeda dalam
mempromosikan perdamaian adalah dengan melalui dialog, hal ini telah
dilakukannya dengan berbagai cendekiawan dan pemimpin negara di dunia,
dan telah mengarang lebih dari 50 buku dialog, di antaranya Dialog
Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian dengan KH. Abdurrahman
Wahid (Gusdur), Dialog Menuju Abad ke 21 dengan Arnold Joseph
Toynbee, Pelajaran Moral di Abad ke-20 dengan Mikhail Gorbachev,
Menuju Abad Kemanusiaan yang Agung dengan John Kenneth Galbraith,
Sebuah Pencarian untuk Perdamaian Global dengan Joseph Rotblat,
Perjalanan Ke-Kebudayaan dan Kesenian dengan Jao Tsung-I.13
Dialog merupakan langkah yang konkrit untuk dilakukan sebagai
prinsip-prinsip penyelesaian konflik secara damai. Dialog seperti ini sudah
diajarkan oleh Budha Sakyamuni kepada murid-muridnya, ia terus
mendorong mereka untuk menanyakan padanya persoalan apa saja, dalam
kedudukannya sebagai teman. Dari gambaran ini dapat dipahami bahwa
dialog semata-mata untuk menyelesaikan masalah dan merekatkan tali
persaudaraan bukan malah sebaliknya. Dalam hal ini Ikeda percaya dengan
kekuatan akal budi –melalui dialog- dapat menepis perbedaan dan
merekatkan persatuan. Menurutnya dialog merupakan senjata paling ampuh
diantara senjata-senjata orang moderat, dialog hanya dapat dihidupkan
13
Wahid dan Ikeda, Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian,h. Ix.
9
dengan sumberdaya energi dan kekuatan spiritual, hal ini jauh lebih baik
daripada orang-orang yang selalu menggunakan kekerasan.14
Ketiga, Kewarganegaraan global,15
Atas dasar prinsip
kemanusiaan, Ikeda terus berupaya mendorong warga dunia berkomitmen
pada kesejahteraan dan solidaritas seluruh umat manusia, ini merupakan
teransformasi dari kebangsaan kepada kemanusiaan yang dapat membawa
kepada persoalan tentang bagaimana mengembangkan sumberdaya dan
karakter yang dengan berani mampu menentang dan menjinakan penguasa
yang melampaui batas.
Ikeda berkeyakinan, bahwa pernyataan-pernyataan yang mengangkat
kemuliaan manusia akan meresap ke dalam hati para warga dunia saat
menciptakan peradaban global. Ia terus menyeru dan mengajak seluruh umat
manusia agar menjadi warga global, dengan tujuan untuk memantapkan
kepedulian terhadap perdamaian dunia. Melihat situasi saat ini persoalan
manusia bukan hanya pada persoalan lokal dan nasional melainkan sudah
sampai pada persoalan global yang perlu diselesaikan bersama.
Dari ketiga konsep Daisaku Ikeda yang dijelaskan di atas tentu hal
ini tidak lepas dari tiga golongan nilai yang diperkenalkan oleh Soka Gakkai
yaitu keuntungan atau laba (ri), kepuasan hati akan keinginan-keinginan
material; keindahan sejati (bi), atau kepuasan hati akan keinginan-keinginan
14
Ikeda, Demi Perdamaian, hal. 33. 15
Kewarganegaraan global ini merujuk pada identitas seseorang sebagai masyarakat
global di atas identitasnya sebagai warga negara. Identitas ini sudah melintasi batas geografi atau
politik dan tanggungjawab beserta haknya yang merupakan bukti keanggotaan sebagai umat
manusia. Namun tidak berarti menolak atau mencabut identitas kebangsaan dan identitas lokalnya
identitas ini merupakan identitas kedua dalam keanggotaannya di komunitas global. Lihat Ronald
C Israel, What Does it Mean to be a Global Citizen, artikel jurnal diakses pada 14 Juli 2018 dari
www.kosmosjournal.org
10
spiritual; dan kebaikan (zen), kepuasan hati akan keinginan-keinginan
altruistis untuk membagi keuntungan dan keindahan dengan orang-orang
lain. Jenis kebaikan ini membebaskan manusia dari ke-akuan (egoisme) dan
menolongnya untuk melampaui egonya sendiri. Dalam falsafah Soka
Gakkai, jika ada konflik antara tiga nilai itu maka nilai kebaikanlah yang
harus didahulukan dari kedua nilai lainnya. Sesuai dengan ajaran Buddhis
bahwa hidup tak dapat dipahami sebagai budi semata-mata atau sebagai zat
semata-mata tetapi harus dipahami sebagai kedua-duanya, nilai-nilai
kebaikan, keindahan dan keuntungan tidak semata-mata bersifat
materialistis ataupun bersifat semata-mata spiritual. Nilai-nilai tersebut
bersifat kedua-duanya dan memang benar bahwa umat manusia memerlukan
kedua jenis nilai bagi kebahagiaannya. Menurut Daisaku Ikeda nilai-nilai
tersebut bukanlah hasil rangsangan dari luar tetapi dari diri setiap individu
yang telah memahami kebenaran dari ajaran-ajaran Buddhisme.16
Berangkat dari uraian diatas, maka penulis memandang bahwa
penelitian mengenai konsep perdamaian sebagai bentuk pemikiran Daisaku
Ikeda berlandaskan filsafat hidup Budhisme tersebut perlu untuk dibahas
lebih lanjut dikarenakan mengandung relevansi yang baik terhadap
kenyataan manusia saat ini. Bahwa berbagai ide untuk menjunjung
perdamaian dan keadilan diantara umat manusia sangatlah layak untuk
dikaji dan disampaikan kepada khalayak. Hal tersebut kemudin menjadi
latar belakang penulisan skripsi yang berjudul “Perdamaian dalam
16
Ikeda, Budhisme: Falsafah Hidup, h. 94
11
Pandangan Budhaisme Nichiren : Studi Pemikiran dan Gerakan Perdamaian
Daisaku Ikeda”
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
Untuk menghindari meluasnya pembahasan, penulis hanya
membatasi pembahasan seputar perdamaian Daisaku Ikeda, dengan fokus
pada gagasan perdamaian dan jalur menuju keharmonisan global.
Sedangkan rumusan masalah, penulis hanya terfokus kepada 2 masalah
yaitu:
1. Bagaimana Konsep Perdamaian Daisaku Ikeda?
2. Bagaimana Implementasi Konsep dan Gerakan Perdamaian Daisaku
Ikeda?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui Konsep Perdamaian Daisaku Ikeda
b. Untuk Melihat dan Mengetahui Implementasi Konsep dan Gerakan
Perdamaian Daisaku Ikeda
D. Kajian Pustaka
Sejauh ini penulis belum menemukan kajian mengenai konsep
perdamaian dalam pandangan Buddhisme Nichiren, studi atas pemikiran
dan gerakan perdamaian Daisaku Ikeda ataupun karangan lainnya yang
membahas hal tersebut.
E. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu penulis
perhatikan, diantaranya :
12
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian perpustakaan atau
library research, yaitu suatu cara kerja yang digunakan untuk memperoleh
data dengan mempelajari buku-buku di perpustakaan yang merupakan hasil
dari karya-karya Daisaku Ikeda.17
2. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
filosofis dan historis. Pendekatan filosofis digunakan untuk merumuskan
secara jelas hakikat yang mendasari konsep-konsep pemikiran.18
Sedangkan pendekatan historis dimaksudkan untuk mengkaji,
mengungkap latar belakang Daisaku Ikeda, karyanya serta corak
perkembaangan pemikirannya dari kecamata kesejarahan, yakni dilihat dari
kondisi sosial politik dan budaya pada masanya.
3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang bersifat kualitatif,
sehingga data yang digunakan diperoleh dari dokumen-dokumen atau
transkip yang telah ada. Data penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Data primer, yaitu data yang berupa pemikiran-pemikiran Daisaku
Ikeda secara langsung yang tertuang dalam bentuk tulisan-tulisan, baik
berupa buku yang ia tulis sendiri, maupun hasil dialog dengan para
tokoh terkemuka, proposal-proposal perdamaian, artikel-artikel,
makalah dan tulisan ilmiah lainnya. Misalnya; 1) Demi Perdamaian,
Tujuh Jalur Menuju Keharmonisan Global, 2) Dialog Peradaban untuk
17
Paul A. Partanto & M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, h. 461. 18
Anton Baker, Metode Filsafat (Jakarta: Galia Indonesia, 1996), h.10.
13
Toleransi dan Perdamaian 3) Jalan Sutra Baru, Dialog Kreatif Islam-
Budha, 4) Penghormatan Universal untuk Martabat Manusia: Jalan
Luhur Menuju Perdamaian (Proposal Perdamaian 2016), 4) Penciptaan
Nilai untuk Perubahan Global (Proposal 2014), 5) Ikrar Bersama untuk
Masa Depan yang Lebih Manusiawi: Menghapus Kesengsaraan dari
Bumi (Proposal Perdamaian 2015)
b. Data sekunder, yaitu data yang berupa bahan pustaka yang memiliki
kajian yang sama yang dihasilkan oleh pemikir lain, baik yang
berbicara tentang gagasan Daisaku Ikeda maupun gagasan mereka
sendiri yang membicarakan masalah yang terkait dalam penelitian ini.
Sehingga dapat membantu memecahkan permasalahan yang menjadi
fokus penelitian skripsi ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode dokumentasi,
yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa teks, catatan transkip, bahan-bahan dan
lain sebagainya.19
4. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini ialah Content
Analysis (analisis isi), yaitu upaya menafsirkan ide atau gagasan
“perdamaian” dari seorang tokoh Daisaku Ikeda, kemudian ide-ide tersebut
dianalisa secara mendalam dan seksama guna memperoleh nilai positif
untuk menjawab masalah krusial perdamaian dunia saat ini. Dengan
19
Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.5.
14
menggunakan metode content analysis maka prosedur kerja yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan karakteristik pesan, maksudnya adalah pesan dari ide
konsep perdamaian yang digagas oleh Daisaku Ikeda. Selanjutnya,
mencoba melakukan pemahaman yang mendalam apakah dari konsep
itu berimplikasi terhadap kehidupan yang damai dalam masyarakat
global.
b. Penelitian ini dilakukan secara sistematis, artinya dilakukan tidak saja
melihat ide pemikiran Daisaku Ikeda, tetapi juga melihat kondisi
masyarakat ketika ide itu muncul. Oleh karena itu untuk masuk kepada
konsep “perdamaian”, perlu bagi penulis untuk melihat secara
kronologis munculnya ide “perdamaian” yang digagas oleh Daisaku
Ikeda tentunya dengan tidak mengabaikan latar belakang kehidupan
serta pendidikan yang ditempuh oleh seorang Daisaku Ikeda.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini akan dirumuskan
sebagai berikut:
Bab I membahas tentang latar belakang masalah yang di dalamnya
memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting serta
memuat alasan pemilihan masalah tersebut sebagai judul. Bab ini juga berisi
rumusan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk
mempermudah penulis mengkaji dan mengarahkan pembahasan, tujuan
penulisan, tinjauan pustaka, metode dan teknik penulisan, dan sistematika
penulisan.
15
Bab II , membahas biografi Daisaku Ikeda, menjelaskan hasil karya-
karya intlektual yang dihasilkan oleh-Nya. Bagaimana Ikeda berjuang
melawan ketidakadilan yang disebabkan Perang Dunia II. Dengan tekad
yang kuat dalam mewujudkan perdamaian akhirnya Ikeda beserta gurunya,
Josei Toda melakukan perlawanan kepada pemerintahan Jepang pada masa
itu, terutama perlawanan secara pemikiran.
Bab III membahas tentang konsep dan gerakan perdamaian Daisaku
Ikeda, yang dituangkan dalam beberapa gagasan dan dihimpun menjadi tiga
gagasan utama yaitu, revolusi manusia, dialog peradaban, dan kewargaan
global. Selanjutnya gagasan-gagasan tersebut diimplementasikan dalam
kehidupan nyata dengan melalui gerakannya, SGI (Soka Gakkai
Internasional). Gerakannya fokus pada tiga aspek yaitu pendidikan,
kebudayaan dan perdamaian.
Bab IV Implementasi Konsep Perdamaian Daisaku Ikeda, meliputi
pembahasan Perdamaian dan Perlucutan Senjata, Bantuan Kemanusiaan dan
Pendidikan Hak Asasi Manusia
Bab V membahas kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis
peneliti terhadap masalah-masalah secara keseluruhan. Hasil temuan akhir
ini merupakan pandangan dan interpretasi tentang inti dari pembahasan
penulisan.
16
16
BAB II
BIOGRAFI DAISAKU IKEDA
A. Biografi Daisaku Ikeda
1. Dinamika Intlektual dan Spiritual Daisaku Ikeda
Daisaku Ikeda lahir di Tokyo pada tahun 1928 merupakan anak ke
lima dari delapan bersaudara. Semasa mudanya, Ikeda menderita sakit,
badannya kurus dan lemah, ia diagnosis mengidap penyakit tuberklosis
sehingga dokter memprediksi hidupnya tidak lebih dari tiga puluh tahun.
Namun Ikeda memiliki semangat yang kuat dalam menjalani hidupnya dan
tetap terus berkarya.1
Ikeda dibesarkan di Tokyo, pada masa perang antara Jepang dan
China yang kemudian menuju Perang Dunia II. Pada masa itu, rezim militer
Jepang mendorong masyarakat Jepang untuk ikut serta dalam peperangan,
hampir setiap orang dalam aspek kehidupan di Jepang ditekan untuk ikut
berperang tanpa terkecuali. Akibat pererangan itu, kediaman Ikeda hancur
dalam serangan udara sehingga ia dan orang tuanya terpaksa tinggal di tempat
penampungan. Sementara keempat saudara laki-lakinya dipaksa menjadi
militer dan terlibat dalam perang. Ikeda merasa tersiksa setelah mendengar
berita tentang kematian kakak paling tuanya, Kiichi. Peperangan inilah yang
kemudian mendorong semangat Ikeda dalam menegakkan dan
mempromosikan perdamaian ke seluruh dunia, dan memicu pencariannya
1 Soka Gakkai Indonesia, Kisah Kaneko: Sebuah Obrolan dengan Kaneko Ikeda, (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), h. 33.
17
untuk menyelesaikan penyebab mendasar konflik manusia. Mulai saat itu
kebenciaan Ikeda terhadap perang semakin mendalam.2
Dampak terbesar dari peperangan itu membuat mayoritas anak-anak
muda termasuk Ikeda jatuh ke dalam keadaan skeptisisme yang membuat
putus asa, tersiksa akan kehampaan rohani. Namun Ikeda merasa beruntung,
karena di masa yang paling sulit itu dapat betemu dengan Josei Toda3 yang
bersedia untuk terlibat dengan penyelesaian masalah yang dihadapinya dan
masalah anak-anak muda lainnya. Pertemuan itu tepatnya pada bulan Agustus
1947 dalam acara diskusi Buddhis. Sebagai hasil dari pertemuan itu, Ikeda
mulai mempelajari ajaran Buddhisme Nichiren4 dan bergabung dengan Soka
Gakkai. Dia menjadi anggota piagam divisi pemuda kelompok tersebut dan
menganggap Toda sebagai mentor spiritualnya, yang kemudian menyatakan
bahwa Toda mempengaruhinya melalui belas kasih yang mendalam yang
mencirikan setiap interaksinya.5
Toda sangat yakin bahwa filosofi Buddhisme Nichiren yang fokus
pada pembentukan karakter pada setiap diri manusia akan menjadi kunci
untuk mewujudkan transformasi sosial di Jepang. Gagasan dan pengaruhnya
kemudian mengilhami Ikeda untuk terus mendukung Toda dan visinya, tentu
saja memainkan peran sentral dalam pengembangan Soka Gakkai. Pengaruh
2 Biografi Daisaku Ikeda, artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2018 dari
www.daisakuikeda.org 3 Josei Toda (1900-58) adalah seorang pendidik, dan presiden kedua Soka Gakkai, yang
hidupnya diabdikan untuk memulihkan dan merevilatisasi semangat Budhisme di zaman sekarang.
Ia pernah dipenjara bersama bersama gurunya, Presiden Soka Gakkai pertama,Tsunesaburo
Makiguchi, selama Perang Dunia II, kemudian mengembangkan Soka Gakkai menjadi salah satu
perhimpunan Buddhis awam paling signifikan di Jepang sebagai presiden keduanya. 4 Buddhisme Nichiren adalah Tradisi Buddhis Mahayana yang dilandasi Sutra Bunga
Teratai dan mendorong penyebutan frasa Nam-myoho-renge-kyo sebagai pelaksanaan harian. 5 Soka Gakkai Indonesia, Dasar-Dasar Budhisme, (Jakarta, Soka Gakkai Indonesia,
2015), h. 75
18
kuat Ikeda dalam memperjuangkan perdamaian tidak terlepas dari apa yang
telah diajarkan Josei Toda kepadanya tentang Tiga Ajaran Budhisme
Nichiren. Nichiren Daishonin mengajarkan semua orang dengan cara untuk
memahami dan mempraktekkan semangat sejati ajaran Shakyamuni. Dia
mengajarkan tiga prinsip dasar yang yang didasarkan pada kebenaran utama
dari Sutra Teratai yang disebut Tiga Ajaran Besar Tersembunyi. Ketiga ajaran
itu sebagai berikut:
1. Nam-myoho-renge-kyo
Nam-myoho-renge-kyo berarti “Aku mengabdikan diriku terhadap
kebenaran falsafah hidup yang tak terkatakan kedalam dan keindahannya yang
dijelaskan di dalam Sutra Teratai yang mengandung ajaran Buddhisme yang
paling luhur”. Dengan kata lain kata-kata itu menyatakan pengabdian dirinya
kepada realitas hidup semesta terhadap hidup yang ada dimana-mana dalam
alam semesta. Nichiren Daishonin berpendapat bahwa hanya bilamana
manusia menjadi satu dengan hidup dari alam semesta dia benar-benar
mencapai kebahagiaan mutlak, yang tak tergoncangkan (alam ke-Buddha-an).6
2. Gohonzon
Sutra Teratai mengajarkan bahwa Buddha Shakyamuni tidak lain
adalah perwujudan dari Buddha Abadi: sifat abadi Buddha yang ada di semua
kehidupan dan semua makhluk yang ditakdirkan untuk mewujudkan sebagai
sifat mereka sendiri yang sebenarnya. Gohonzon menggambarkan wawasan
6 T Suwarto, Buddha Dharma Mahayana,( Jakarta, Majelis Agama Buddha Mahayana
Indonesia,tt), hal 521.
19
ini melalui penggunaan kaligrafi Cina dan mewakili kehidupan mencakup
semua Buddha Abadi, bukan obyek atau sesuatu.7
3. Teori Kaidan
Kaidan dianggap tempat di mana seseorang melantunkan Odaimoku,
demikian mendasarkan hidup seseorang pada semangat sejati ajaran Buddha
Shakyamuni. Nichiren Daishonin, menguniversalkan konsep Kaidan sehingga
semua orang bisa menegakkan ajaran dan praktik penting Sutra Teratai setiap
saat melalui lantunan Namu Myoho Renge Kyo.8
Dengan setia mengikuti ajaran dan praktek ini, ajaran Buddha dari
Nichiren mampu menciptakan penyebab yang akan memungkinkan mereka
mewujudkan kebijaksanaan sempurna dan kasih sayang yang besar dari Sang
Buddha dalam segala situasi dan mengubah tidak hanya kehidupan mereka
tetapi bahkan kehidupan orang lain, sehingga dunia ini tidak lagi menjadi
dunia penderitaan dan menjadi tanah murni perdamaian dan ketenangan.
Tiga Ajaran Budhisme Nichiren yang diajarkan Josei Toda kepada
Daisaku Ikeda merupakan salah satu kiprah perjuangan Tsunesaburo
Makiguchi dalam mengenalkan pendidikan penciptaan nilai. Hal ini bermula
setelah Ia menjadi pengikut ajaran Budhisme Nichiren Daishonin pada tahun
1928. Kemudian pada tahun 1930 Tsunesaburo Makiguchi, Josei Toda dan
satu kelompok anggota awam dari Nichiren Shoshu mendirikan Soka Kyoiku
Gakkai (Persatuan untuk pengembangan penelitian, pendidikan dan
pembentukan nilai-nilai baru), pelopor dari Soka Gakkai sekarang. Pada
7 Daisaku Ikeda, Mengungkap Misteri Hidup dan Mati, (Jakarta, PT Ufuk Publishing
House, 2011), h. 261 8 T Suwarto, Buddha Dharma Mahayana, hal 522.
20
mulanya Soka Kyoiku Gakkai merupakan sebuah organisasi pendidik yang
bersimpati dengan teori pendidikan penciptaan nilai. Kemudian orang yang
bukan pendidik pun mulai mengikuti, sehingga menjadi organisasi yang
melaksanakan Budhisme Nichiren Daishonin yang merupakan inti pokok dari
penciptaan nilai. Tsunesaburo Makiguchi memimpin pengikut-pengikutnya
dalam satu gerakan pendakwahan dengan menggunakan teknik yang
dinamakan shakubuku. Soka Kyoiku Gakkai secara aktif melaksanakan
shakubuku di luar daerah maupun pertemuan diskusi, sehingga berkembang
di seluruh Jepang dengan mencapai sekitar 3000 anggota.9
Pada tanggal 6 Juli tahun 1943, Tsunesaburo Makiguchi dan Josei
Toda ditangkap oleh pemerintahan jepang dengan alasan keduanya telah
berkhianat terhadap negara dan tidak mau mengikuti ajaran agama Shinto
yang menjadi agama nasional di Jepang. Pada tanggal 18 November 1944,
Makiguchi Sensei meninggal dunia di dalam Rumah Tahanan Tokyo karena
sakit akibat usia tua dan kurang gizi. Ia meninggal dunia pada hari yang sama
dengan 'hari berdirinya Soka Kyoiku Gakkai' di atas 73 tahun. Kehidupan
beliau adalah kehidupan agung sebagai perintis yang meneruskan
pelaksanaan dengan mengorbankan jiwa raga yang sesuai dengan apa yang
diucapkan di dalam Gosho, sehingga menghidupkan kembali semangat
Nichiren Daishonin untuk menyelamatkan umat manusia dan menyebarkan