BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang berkualitas dalam jumlah, jenis dan mutu pelayanan diperlukan biaya yang memadai yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2002 tentang retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 13 Tahun 2003; b. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada Dinas Kesehatan, perlu adanya penyesuaian tarif retribusi didasarkan atas kemampuan Dinas Kesehatan dalam menyediakan layanan yang bersangkutan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah- Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BUPATI BOGOR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2010
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BOGOR,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang berkualitas dalam jumlah, jenis dan mutu pelayanan
diperlukan biaya yang memadai yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2002 tentang retribusi Pelayanan Kesehatan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 13 Tahun 2003;
b. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada
Dinas Kesehatan, perlu adanya penyesuaian tarif retribusi didasarkan atas kemampuan Dinas Kesehatan dalam menyediakan layanan yang
bersangkutan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah-
Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 8) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan
mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor
31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang ...
- 2 -
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389);
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043);
9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
11. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
13. Peraturan ...
- 3 -
13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 1986 tentang Penunjukan dan Pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang
Melakukan Penyidikan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah yang Memuat Ketentuan Pidana (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun
1986 Nomor 9 Seri C);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 7);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Susunan dan Kedudukan Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 9);
20. Peraturan Daerah kabupaten Bogor Nomor 11 tahun 2008 tentang pembentukan Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun
2008 Nomor 11);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Bogor Tahun 2009 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Nomor 37);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bogor
Nomor 40);
Dengan ...
- 4 -
Dengan persetujuan bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOGOR
dan
BUPATI BOGOR
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN
KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Bogor.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bogor.
3. Bupati adalah Bupati Bogor.
4. Dinas Kesehatan adalah dinas yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang kesehatan.
5. Pelayanan Kesehatan adalah kegiatan dalam rangka untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan (Promotif),mencegah dan
menyembuhkan Penyakit (preventivie dan kuratif) serta memulihkan kesehatan (rehabilitatif) baik untuk perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat yang dilaksanakan secara menyeluruh terpadu dan
berkesinambungan.
6. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang retribusi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Pusat kesehatan masyarakat, selanjutnya dapat disingkat Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya.
8. Puskesmas dengan Tempat Perawatan, selanjutnya dapat disingkat
Puskesmas DTP adalah Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat inap (tingkat
pertama/primer).
9. Puskesmas ...
- 5 -
9. Puskesmas pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menjaga dan membantu melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.
10. Puskesmas keliling adalah unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda empat atau perahu
bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas.
11. Pos kesehatan Desa adalah tempat pelayanan kesehatan yang dilayani
seorang paramedis perawatan dan berada didesa serta merupakan perpanjangan pelayanan di puskesmas.
12. Laboratorium kesehatan adalah laboratorium kesehatan yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang melayani keperluan pemeriksaan penunjang diagnostik dan non-penunjang diagnostik.
13. Kepala Laboratorium kesehatan Daerah adalah Kepala Laboratorium kesehatan Daerah Kabupaten Bogor.
14. Kepala Unit Pelayanan Teknis Kesehatan Kerja adalah kepala Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Kesehatan.
15. UPT Kesehatan Kerja adalah UPT Kesehatan Kerja yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum serta memberikan pelayanan khusus bagi para pekerja yang meliputi pelayanan kesehatan,
penelitian dan pelatihan kesehatan kerja di wiayah Kabupaten Bogor.
16. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa,
organisasi sosial pilitik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
17. Retribusi pelayanan kesehatan selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pelayanan atau jasa yang
khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
18. Jasa Sarana adalah imbalan yang diterima oleh Pemilik Sarana atas
pemakaian sarana, fasilitas , bahan, obat-obatan, bahan kimia dan alat kesehatan habis pakai yang digunakan langsung dalam rangka
pelayanan kesehatan.
19. Jasa ...
- 6 -
19. Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien,pemohon dalam
20. Pasien adalah seseorang yang membutuhkan dan memperoleh pelayanan kesehatan.
21. Pasien tidak mampu adalah Pasien pemegang kartu jaminan kesehatan yang dijamin oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dan diberlakukan sesuai ketentuan yang berlaku.
22. Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik mengenai masalah
kesehatan baik vertikal maupun horisontal.
23. Pelayanan gawat Darurat adalah pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah/menanggulangi
resiko kematian atau cacat.
24. Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan kepada pasien untuk
observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal di Rawat Inap.
25. Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur.
26. Pelayanan Medik Gigi dan Mulut adalah pelayanan paripurna meliputi upaya penyembuhan dan pemulihan yang selaras dengan upaya
pencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan kesehatan gigi dan mulut pasien di Puskesmas.
27. Pengujian Kesehatan adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan oleh dokter spesialis atau dokter umum dengan pemeriksaan penunjang kesehatan.
28. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik adalah pelayanan dibidang kedokteran yang menunjang upaya penegakan diagnosa dan terapi.
29. Pelayanan Persalinan adalah tindakan kebidanan bagi wanita yang melahirkan dan perawatan bayi yang baru lahir.
30. Tenaga medis adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi di dalam maupun diluar negeri yang diakui oleh Pemerintah.
31. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik didalam maupun diluar negeri dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
32. Bidan adalah seorang wanita yang mengikuti dan telah menyelesaikan pendidikan dan telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
persyaratan yang berlaku.
33. Pemeriksaan ...
- 7 -
33. Pemeriksaan Visum et Repertum adalah pemeriksaan kepada orang hidup maupun mayat yang dilakukan untuk kepentingan proses
peradilan, dan dilakukan berdasarkan permintaan dari penyidik atau pejabat yang berwenang.
34. Tindakan Cito adalah tindakan medik dan terapi yang harus dilakukan segera dan tidak dapat ditunda untuk menyelamatkan jiwa pasien (life saving).
35. Pemeriksaan Penunjang Cito adalah pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan segera dan tidak dapat ditunda atas permintaan dari
dokter yang akan melaksanakan tindakan life saving.
36. Ambulans adalah alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut
pasien dalam rangka rujukan medik dan pelayanan lain yang diberikan terhadap pasien.
37. Konsultasi adalah konsultasi dokter dan tenaga ahli untuk keperluan
terapi.
38. Pelayanan konsultasi khusus adalah pelayanan yang diberikan dalam
bentuk konsultasi gizi dan konsultasi lainnya.
39. Visite adalah kunjungan dokter kepada pasien dalam rangka
penegakan diagnostik, tindakan medik dan terapi di ruang Rawat Inap.
40. Dokumen Medis adalah kumpulan dari fakta-fakta atau bukti keadaan
pasien, riwayat penyakit dan pengobatan masa lalu serta saat ini yang di tulis oleh profesi kesehatan yang memberikan pelayanan pada
pasien tersebut. 41. Bahan dan alat habis pakai adalah obat, bahan kimia, alat kesehatan
dan bahan lainnya yang dipergunakan langsung dalam rangka pelayanan.
42. Dokter pendamping adalah dokter spesialis yang mendampingi dalam
melakukan tindakan medik operatif atau tindakan persalinan sesuai kebutuhan medik.
43. Pasien Baru adalah pasien yang baru pertama kali berkunjung dan belum memiliki nomor Dokumen Medik.
44. Pasien Tertanggung Perusahaan adalah pasien dari perusahaan atau badan hukum yang telah mengadakan perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan.
45. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau badan.
46. Pembimbing ...
- 8 -
46. Pembimbing praktek, magang, penelitian dan sejenisnya adalah orang yang ditunjuk menjadi pembimbing dan memperoleh imbalan, honor
dari Lembaga, Institusi Pendidikan yang melaksanakan praktek, magang, penelitian dan sejenisnya.
47. Pelayanan One Day Care (ODC) di Puskesmas adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan,
rehabilitasi medis dan atau pelayanan kesehatan lain dan menempati tempat tidur kurang dari satu hari.
48. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.
49. Masa retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perijinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
50. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh
Bupati.
51. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah
pokok retribusi yang terutang.
52. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya
disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi
lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
53. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD,
adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
54. Kas Daerah adalah kas daerah Kabupaten Bogor.
55. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan retribusi.
56. Penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat keterangan
tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
57. Tarif ...
- 9 -
57. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas, Laboratorium Daerah, UPT Kesehatan Kerja yang
dibebankan kepada masyarakat atas jasa pelayanan yang diterimanya.
BAB II
NAMA, OBYEK, SUBYEK, DAN WAJIB RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut retribusi atas pelayanan kesehatan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 3
(1) Obyek retribusi adalah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan di :
a. Puskesmas;
b. Puskesmas DTP;
c. Puskesmas Pembantu;
d. Puskesmas Keliling;
e. Pos Kesehatan Desa;
f. Laboratorium Kesehatan Daerah;
g. Unit Pelaksana Teknis Kesehatan Kerja; dan
h. Dinas Kesehatan.
(2) Tidak termasuk obyek retribusi adalah :
a. pelayanan pendaftaran; dan
b. pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dalam rangka bakti sosial.
Pasal 4
Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan jasa
pelayanan kesehatan.
Pasal 5
Wajib retribusi adalah setiap orang pribadi atau badan yang berdasarkan
(4) Rincian besaran tarif pelayanan Laboratorium Klinik adalah sebagai berikut:
NO PELAYANAN LABORATORIUM JASA
SARANA (Rp)
JASA
PELAYANAN (Rp)
JUMLAH (Rp)
A HEMATOLOGI
1 Hemaglobbin 2.500 2.500 5.000
2 Hematrokit 2.500 2.500 5.000
3 Eritrosit 2.500 2.500 5.000
4 Lekosit 2.500 2.500 5.000
5 Trombosit 2.500 2.500 5.000
6 Eosinofil 2.500 2.500 5.000
7 Retikulosit 2.500 2.500 5.000
8 Masa Perdarahan 2.500 2.500 5.000
9 Laju endap darah 2.500 2.500 5.000
10 Retraksi 2.500 2.500 5.000
11 Masa pembekuan 2.500 2.500 5.000
12 Golongan darah 7.500 7.500 15.000
13 Rhesus factor 2.500 2.500 5.000
B KIMIA DARAH
1 Glucosa puasa 7.500 7.500 15.000
2 Glukosa jam PP 7.500 7.500 15.000
3. SGOT….
- 32 -
3 SGOT 15.000 15.000 30.000
4 SGPT 15.000 15.000 30.000
5 AMILASE 10.000 10.000 20.000
6 Urea 10.000 10.000 20.000
7 Creatinine 10.000 10.000 20.000
8 Asam Urat 10.000 10.000 20.000
9 Kalsium 10.000 10.000 20.000
10 Acid Fosfatase 10.000 10.000 20.000
11 Alkali Fosfatase 10.000 10.000 20.000
12 Bilirubin Direct 10.000 10.000 20.000
13 Bilirubin Indirect 15.000 15.000 30.000
14 Bilirubin Total 15.000 15.000 30.000
15 Albumin 10.000 10.000 20.000
16 Globulin 15.000 15.000 30.000
17 HDL Cholesterol 10.000 10.000 20.000
18 LDL Cholesterol 10.000 10.000 20.000
19 Klirens Ureum 10.000 10.000 20.000
20 Klirens Kreatinin 10.000 10.000 20.000
21 Trigliserida 15.000 15.000 30.000
C SEROLOGI
1 Rhematoid Factor 12.500 12.500 25.000
2 Widal test (TO/TH) 12.500 12.500 25.000
3 PP Test 12.500 12.500 25.000
4 ASTO 12.500 12.500 25.000
5 HBs Ag 12.500 12.500 25.000
D BAKTERIOLOGI
1 Pewarnaan Gram 5.000 5.000 10.000
2 Pewarnaan BTA 20.000 25.000 45.000
E. URINE…
- 33 -
E URINE
1 Urine Rutine 7.500 7.500 15.000
2 Esbach 5.000 5.000 10.000
3 Sedimen 5.000 5.000 10.000
4 Reduksi/Protein 5.000 5.000 10.000
5 Urine Lengkap 10.000 10.000 20.000
F FAESES
1 Rutine 10.000 10.000 20.000
(5) Tarif Pelayanan Kesehatan Kerja Paripurna adalah sebagai berikut :
NO JENIS PELAYANAN
JASA
SARANA (Rp)
JASA
PELAYANAN (Rp)
JUMLAH
(Rp)
1 EKG
(Echocardiografi,hasil langsung SpJ)
30.000 30.000 60.000
2 Audiometri 30.000 30.000 60.000
3 Spirometri 20.000 20.000 40.000
Pengukuran lingkungan tempat kerja:
4 Penilaian factor risiko di tempat
kerja (Risk Assesment) 500.000 1.000.000 1.500.000
5 Kualitas Udara (indoor air quality) (Temp,RH, CO2,Co,NO2,SO2,NH3,H2S)
560.000 220.000 780.000
6 Dust Sampler Meter 70.000
(pertitik)
120.000 190.000
7 Kebisingan 40.000
(pertitik)
120.000 160.000
8 Vibrasi/Getaran 45.000 (pertitik)
120.000 165.000
9 Pemeriksaan Pencahayaan 40.000 (pertitik)
120.000 160.000
10 Konsultasi /Rujukan dokter Spesialis
Okupasi (SpOK)
130.000 170.000 300.000
11. Konsultasi...
- 34 -
11 Konsultasi Kesehatan Kerja (Gizi kerja, Ergonomi,dll)
100.000 170.000 270.000
12 Penyuluhan Kesehatan Kerja/ jam 350.000 400.000 750.000
13 Pelatihan P3K Kerja (sesuai jenis
industri )/per kelompok max 20 orang/2 jam
1.000.000 1.500.000,- 2.500.000,-
14 Pelatihan Kesehatan kerja (Ergonomi, APD, Emergency respond Plan) per kelompok max 20 orang/materi
1.000.000 1.500.000 2.500.000
15
Pemeriksaan Kesehatan pekerja
(MCU- Job Related) - Standar
25.000 90.000 115.000
Pemeriksaan Laboratorium Penunjang Kerja :
16 Pb dalam darah 75.000 25.000 100.000
17 Merkuri dalam darah 75.000 25.000 100.000
18 Kandungan logam lain dalam darah.
100.000 25.000 125.000
19 Kandungan logam lain dalam urine. 100.000 25.000 125.000
Pasal 17
Tarif Pelayanan Ambulan belum meliputi Bahan bakar, Biaya Tol, Sopir, Perawat
Pendamping, ditetapkan sebagai berikut :
a. jarak sampai dengan 10 kilometer sebesar Rp. 40.000,- (empat puluh ribu rupiah);
b. jarak 11 sampai dengan 20 kilometer sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah);
c. jarak 21 sampai dengan 30 kilometer sebesar Rp. 60.000,- (enam puluh ribu rupiah);
d. jarak 31 sampai dengan 40 kilometer sebesar Rp. 70.000,- (tujuh puluh ribu rupiah); dan
e. jarak lebih dari 40 kilometer dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) untuk setiap 10 kilometer.
Pasal 18
Tarif pelayanan untuk pasien pemegang kartu jaminan kesehatan yang dijamin oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah diberlakukan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 19...
- 35 -
Pasal 19
Jenis pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b, kecuali pelayanan
kesehatan untuk tindakan medik dan terapi non operatif, khusus pelayanan cito dikenakan tambahan biaya sebesar 25% (dua puluh lima perseratus).
Pasal 20
(1) Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, dan Pasal 19 ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Peninjauan kembali Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VII
WILAYAH PUNGUTAN
Pasal 21
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah.
BAB VIII
MASA RETRIBUSI
Pasal 22
Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas bagi wajib
retribusi untuk mendapatkan jasa pelayanan kesehatan dari Pemerintah Daerah.
Pasal 23
(1) Retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
BAB IX...
- 36 -
BAB IX
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 24
(1) Pembayaran retribusi dilakukan di kas daerah atau di tempat lain yang ditunjuk
sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi daerah harus disetor ke kas daerah paling lambat 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditetapkan dengan peraturan bupati.
Pasal 25
(1) Pembayaran retribusi harus dilunasi sekaligus.
(2) Retribusi yang terutang dilunasi paling lambat 15 (lima belas) hari sejak ditebitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
Pasal 26
(1) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 diberikan tanda bukti pembayaran berupa Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD) atau dokumen lain
yang dipersamakan.
(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.
BAB X
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 27
Apabila wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua peseratus) setiap bulan dari besarnya retribusi yang terutang atau kurang bayar dan ditagih dengan menerbitkan STRD.
BAB XI
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 28
(1) Penagihan retribusi terutang menggunakan STRD dengan didahului Surat Teguran.
(2) Surat…
- 37 -
(2) Surat teguran atau peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan retribusi diterbitkan oleh Bupati atau pejabat paling lama 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(3) Paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau peringatan atau surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.
BAB XII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 29 (1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan
permohonan pengembalian secara tertulis kepada Bupati atau pejabat.
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati atau pejabat, dengan mencantumkan keterangan antara
lain :
a. nama dan alamat wajib retribusi;
b. masa retribusi;
c. besarnya kelebihan pembayaran retribusi; dan
d. alasan yang singkat dan jelas.
(3) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.
(4) Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati atau
pejabat memberikan keputusan.
(5) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), telah dilampaui dan
Bupati atau pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(6) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya kelebihan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), langsung diperhitungkan untuk melunasi
terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(7) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(8) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat
jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati atau pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran retribusi.
BAB XIII...
- 38 -
BAB XIII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 30
(1) Dengan alasan tertentu Bupati atau pejabat yang berwenang dapat memberikan pengurangan, keringanan atau pembebasan besarnya retribusi.
(2) Tata cara pengurangan, keringanan atau pembebasan besarnya retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Bupati.
BAB XIV
PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA
Pasal 31
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila
Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh apabila :
a. Diterbitkan Surat Teguran; atau
b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi, baik langsung mapun tidak langsung;
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih
mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan
pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi.
Pasal 32
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati…
- 39 -
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XV
KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA
Pasal 33
(1) Kepala Dinas dapat melakukankan kerjasama dengan pihak ketiga sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Hasil penerimaan dari kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor ke
Kas Daerah.
BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 34
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan pemerintah daerah diberi kewenangan khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi daerah.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan
tindak pidana retribusi daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap
bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
g. menyuruh...
- 40 -
g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
orang lain dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud dalam huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut Umum melalui Penyidik Kepolisian Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
BAB XVII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 35
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan Negara.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku :
1. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 13 Tahun 2002 tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2002 Nomor 60); dan
2. Peraturan....
- 41 -
2. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 13 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 13 Tahun 2002 tentang Retribusi
Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2003 Nomor 137);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 37
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di Cibinong pada tanggal 31 Desember 2010