BAB IPENDAHULUAN1.1 Tujuana. Untuk membuat larutan argentum
nitrat (AgNO3)b. Untuk membuat larutan natrium klorida (NaCl)c.
Untuk menstandarisasi larutan NaCl dengan larutan atandard AgNO3d.
Menetapkan kadar/kemurnian natrium klorida (NaCl) dalam garam dapur
kotor dengan menggunakan metode Mohr1.2 PendahuluanIstilah
Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti
perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk
menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan
titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada
titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator
dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).Salah
satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan
adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan
cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada
pengukuranvolumenya.
1.3 Dasar TeoriSalah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa
dalam suatu larutan adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri
(titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya
didasarkan pada pengukuranvolumenya. Berdasarkan pada jenis
reaksinya, volumetri dibedakan atas :1. Asidimetri dan
alkalimetriVolumetri jenis ini berdasar atas reaksi netralisasi
asam-basa.2. OksidimetriVolumetri jenis ini berdasar atas reaksi
oksidasi-reduksi.
3. ArgentometriVolumetri jenis ini berdasar atas reaksi
kresipilasi (pengendapan dari ion Ag+).Istilah Argentometri
diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar
pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat
pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan
standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan
standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
(Al.Underwood.1992)Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk
titrasi dengan AgNO3 yaitu :1. Indikator2. Amperometri3. Indikator
kimiaTitik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode
perak yang dicelupkan kedalam larutan analit. Titik akhir
amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara
sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik
akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari
perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang
dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan
indikator titrasi netralisasi, yaitu :1. Perubahan warna harus
terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen /analit.2.
Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk
analit.(Skogg.1965)
Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat
dibedakan atas :1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)Metode
Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan
K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan
dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 9,0. Dalam
suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan
dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi
yang terjadi adalah :Asam: + 2H- + H2OBasa : 2 Ag+ + 2OH- 2 AgOH
2AgOH Ag2O + H2OSesama larutan dapat diukur dengan natrium
bikorbonat atau kalsium karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu
dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan
kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan
tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini. Namun
oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang
kromat, maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat
ditetapkan dengan titrasi menggunakan NaCl sebagai titran karena
endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada
titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau
agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat
menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida
telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan
bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah
bata sebagai titik akhir titrasi.Sebagai indikator digunakan
larutan kromat K2CrO4 0.003 M atau 0.005 M yang dengan ion perak
akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak
alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu
warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu
titrasi tanpa zat uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai
pengganti endapan AgCl.2. Model Valhard (Penentu zat warna yang
mudah larut).Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br -,
dan I- dengan penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang
dipakai adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar
garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar
berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KCNS,
sedangkan indikator yang digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan
larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah
dari FeSCN.3. Motode Fajans (Indikator Absorbsi)Titrasi argenometri
dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya
terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator
yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti
cosine atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh
Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah.
pH tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai.
Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan
endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat
diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih
macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen
tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai
ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan
digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan
sekunder.(Khopkhar, SM.1990)Pembentukan Endapan BerwarnaSeperti
sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indicator untuk
titrasi asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan
untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal
ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak
dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang
permanen dan dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu
diambil sebagai titik akhir (TE). Titrasi Mohr terbatas untuk
larutan dengan perak dengan pH antara 6,010,0. Dalam larutan asam
konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4- hanya
terionisasi sedikit sekali. Lagi pula dengan hidrogen kromat berada
dalam kesetimbangan dengan dikromat terjadi reaksi :2H+ + - 2HCrO4
+ 2H2OMengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya
menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan ion
kromat dan karenanya menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya
garam dikromat cukup dapat larut. Proses argentometri termasuk
dalam titrasi yang menghasilkan endapan dan pembentukan ion
kompleks. Proses argentometri menggunakan AgNO3 sebagai larutan
standar. Proses ini biasanya digunakan untuk menentukan garam-garam
dari halogen dan sianida. Karena kedua jenis garam ini dapat
membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan ion Ag+ sesuai
dengan persamaan reaksi sebagai berikut :NaCL + Ag+ AgCl + Na+KCN +
Ag+ AgCl + K+KCN + AgCN K [Ag(CN)2 ]Karena AgNO3 mempunyai
kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat digunakan sebagai
larutan standar primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion CN-
tercapai untuk garam kompleks K[Ag(CN)2] karena proper tersebut
dikemukakan pertama kali oleh Lieberg, cara ini tidak dapat
dilakukan dalam suasana amoniatial karena garam kompleks dalam
larutan akan larut menjadi ion komplek diamilum.(Harizul, Rivai.
1995)
BAB IIMETODOLOGI PERCOBAAN2.1 Bahan-bahan KimiaBahan-bahan kimia
yang digunakan:1. NaCl2. K2CrO4 5%3. AgNO3 0.1 M4. HNO3 6 N5.
Fe(NO)36. KSCN 0.1 M
2.2 Alat-alat yang DigunakanAlat-alat yang digunakan:1.
Erlenmeyer 250 ml2. Pipet Volume 25 ml3. Pipet tetes
2.3 Prosedur Percobaana. Penentuan Klorida Secara Mohr1. Buat
larutan NaCl2. Pipet 10 ml larutan tersebut dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 ml (duplo).3. Tambahkan indikator 1 ml K2CrO4 5%4.
Titrasi dengan larutan standar AgNO3 0.1 M sampai terjadi endapan
merah kuning.5. Hitung normalitas klorida.b. Penentuan Klorida
Secara Volahrda. Buat larutan NaClb. Pipet 10 ml larutan tersebut
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml (duplo)c. Tambahkan 5 ml HNO3
6 Nd. Tambahkan 30 ml larutan AgNO3 0.1 M berlebih dan terukure.
Tambahkan 1 ml larutan Fe3+ (indikator)f. Kocok agak kuatg. Titrasi
langsung dengan larutan standar KSCN 0.1 M sampai timbul warna
coklat kemerahan yang permanenh. Hitung kenormalan klorida
BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Pengamatana. Penentuan Klorida
Secara MohrTabel 3.1 Prosedur Penentuan Klorida secara
MohrNoBahanPerlakuanHasil Pengamatan
110 ml NaClDicampurkan 3 tetes K2CrO4 5%Larutan berwarna
kuning
2Larutan berwarna kuning (pada nomor 1) Ditritasi dengan AgNO3
0.1 MEndapan berwarna merah kuning
Volume AgNO3 yang terpakai adalah 10 ml.
b. Penentuan Klorida Secara VolhardTabel 3.2 Prosedur Penentuan
secara VolhardNoBahanPerlakuanHasil Pengamatan
110 ml NaCl Dicampurkan dengan 5 ml HNO3 6 NTidak berwarna
2Larutan hasil nomor 1Dicampurkan dengan Fe3+Endapan berwarna
merah kuning
3Larutan yang endapannya berwarna merah kuning (hasil nomor
2)Dititrasi dengan KSCN 0.1 MTerbentuk endapan berwarna coklat
kemerahan
Volume KSCN yang terpakai sebanyak 18.8 ml.
3.2 Reaksi-reaksi Kimiaa. Penentuan Klorida secara MohrAg+ + Cl-
AgCl2Ag+ + Ag2CrO4b. Penentuan Klorida Secara VolhardAg+ + Cl-
AgClAg+ + SCN- AgSCNFe3+ + SCN- (FeSCN)2+3.3 Hasil3.3.1 Metode
MohrNoVolume AgNO3 yang terpakai dalam
titrasiKonsentrasiAgNO3Volume NaCl yang dipakaiKonsentrasiNaCl
110 ml0.01 N10 ml0.01 N
3.3.2 Metode VolhardNoVolume KSCN yang terpakai dalam
titrasiKonsentrasiKSCNVolume NaCl yang dipakaiKonsentrasiNaCl
118.8 ml0.01 N10 ml0.19 N
3.4 Pembahasan3.4.1 Metode MohrPada percobaan penentuan klorida
secara Mohr, AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl
yang berwarna putih. Bila semua Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+
dari AgNO3, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi dengan dari
indikator K2CrO4 5% yang ditambahkan, dan titik akhir titrasi
dicapai pada saat terbentuk warna merah bata dari endapan
Ag2CrO4.Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini ialah
membuat larutan NaC namun kali ini larutan sudah tersedia. Setelah
itu, pipet 10 ml larutan tersebut dan dimasukkan kedalam
Erlenmeyer, kemudian tambahkan indicator K2CrO4 5% kemudian
dititrasi dengan larutan AgNO3 yang sudah diketahui molaritasnya.
Titrasi sampai terjadi perubahan warna dari endapan putih sampai
terbentuk endapan merah kuning.Ketika melakukan titrasi asam-basa,
digunakan indicator untuk mendeteksi titk akhir titrasi, Begitu
pula dengan titrasi argentometri. Pada titrasi ini, digunakan
kromat sebagai indicator sebab bila dibandingkan dengan Ag2CrO4
maka yang mengendap terlebih dulu adalah AgCl. Titik akhir titrasi
ditandai dengan endapan merah bata dari perak kromat (Ag2CrO4).
Kelarutan perak kromat beberapa kali lebih besar daripada kelarutan
perak klorida. Akibatnya, endapan perak terbentuk lebih dulu
daripada endapan perak kromat. Dengan mengatur ion kromat sebagai
indicator, pembentukan perak kromat dapat ditangguhkan hingga semua
ion klorida terendapkan sebagai perak klorida atau hingga
konsentrasi ion mencapai titik ekivalen.Volume dari AgNO3 yang
digunakan dalam titrasi adalah 10 ml, sehingga konsentrasi dari
NaCl adalah 0.01 N3.4.2 Metode VolhardPada percobaan penentuan
klorida secara Volhard, larutan perak nitrat ditambahkan secara
berlebih kepada larutan NaCl yang telah ditambahkan HNO3 dan
kelebihan konsentrasi larutan Ag+ ditrasi dengan menggunakan
larutan standar tiosianida (SCN-) dengan menggunakan indikator ion
Fe3+. Ion besi(III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat
membentuk kompleks yang berwarna merah. Aplikasi metode Volhard
yang sangat penting adalah penentuan ion halida secara tak
langsung. Dibandingkan dengan perak halide lainnya, perak klorida
lebih mudah larut daripada perak tiosianat. Akibatnya, dalam
penentuan ion klorida, reaksinya:AgCl(s) + SCN- AgSCN(s) + Cl-Dalam
percobaan ini, volume dari KSCN yang digunakan sebanyak 18.8 ml,
sehingga konsentrasi dari NaCl adalah 0.19 N.
BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan1. Argentometri
merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu
larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan
dengan ion Ag+.2. Pada percobaan secaara Mohr, volume AgNO3 yang
digunakan sebanyak 10 ml, dan normalitas dari NaCl adalah 0.1 N3.
Pada percobaan secara Volhard, volume KSCN yang digunakan sebanyak
18.8 ml dan normalitas adri NaCl 0.19 N4.2 Saran Dalam melakukan
titrasi, kecepatan dari tetesan haruslah lambat dan konstan.
BAB VJAWABAN PERTANYAAN1. Buatlah kurva titrasi dari 25 ml NaCl
0.1 N dengan AgNO3 0.1 N.
2. Apakah akibatnya jika titrasi secara Mohr dilakukan pada pH
< 7 atau pH>0,5. Jika pH < 7, sebagian indicator K2CrO4
akan berbentuk , reaksinya adalah:H+ + Hal ini menyebabkan titik
akhir titrasi tidak trlihat, dan larutan AgNO3 lebih banyak
dibutuhkan untuk membentuk endapan Ag2CrO4. Jika pH>10.5,
sebagian Ag+ akan diendapkan menjadi Ag(OH)2 atau perak karbonat,
sehingga larutan AgNO3 sebagai penitrasi lebih benyak yang
dibutuhkan.3. Apa guna nitrobenzene dalam titrasi Volhard.
Nitrobenzen berfungsi sebagai pengendali dari NaCl jika ion Cl-
berlebih.4. Dari titrasi diatas, metode titrasi manakah yang
dilakukan secara titration. Titrasi secara Volhard5. AgCl dan
Ag2CrO4, diantaranya yang mana mengendap lebih dahulu, apa
sebabnya. Yang lebih dahulu mengendap adalah AgCl yaitu endapan
berwarna putih, karena Ksp AgCl lebih besar dari Qc atau hasil kali
ion-ionnya.
DAFTAR PUSTAKADay RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia
Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta : ErlanggaHarizul, Rivai. 1995.
Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI PressKhopkhar, SM. 1990.
Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI PressSkogg, Douglass.
1965. Analytical Chemistry Edisi keenam. Florida : Sounders College
Publishing
LAMPIRAN PERHITUNGAN1. Perhitungan normalitas kloridaVNaCl .
NNaCl = . 10 ml . NNaCl= 10 ml . 0.1 N NNaCl = 0.01 N2. Perhitungan
normalotas klorida VNaCl . NNaCl = . 10 ml . NNaCl= 18.8 ml . 0.1 N
NNaCl = 0.188 N NNaCl 0.19 N
Laporan Praktikum Kimia AnalitikTITRASI ARGENTOMETRI
Nama: Hery Fiza SimarmataNIM: 1107111994Hari / Tanggal
Praktikum: Jumat, 27 April 2012 Kelompok II ( Dua )Mutiara Adheva
Putri1107114320Ricson Rinaldi1107136525Wan Elsa Novtari
Adiani1107120246Fadhil Mubarak1107114207Program Sarjana Teknik
KimiaFakultas TeknikUniversitas RiauPekanbaru2012
BAB IIKAJIAN PUSTAKAA. Teori UmumArgentometri merupakan titrasi
pengendapan sample yang dianalisis dengan menggunakan ion perak.
Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion
halida (Cl-, Br-, I-) (Khopkar,1990).Hasil kali konsentrasi ion-ion
yang terkandung suatu larutan jenuh dari garam yang sukar larut
pada suhu tertentu adalah konstan. Misalnya suatu garam yang sukar
larut AmBn dalam larutan akan terdisosiasi menjadi m kation dan n
anion (Khopkar,1990).AmBn Ma++ Nb-Hasil kali kelarutan = (CA+)M
(CB-)N titrasi argentometri adalah titrasi dengan menggunakan perak
nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar
larut. Jika larutan perak nitrat ditambahkan pada larutan kalium
sianida maka mula-mula akan terbentuk endapan putih yang pada
pengadukan akan larut membentuk larutan kompleks yang stabil
(Harrizul.1995).Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan
putih yang permanent. salah satu kesulitan dalam menentukan titik
akhir ini terletak pada fakta dimana perak sianida yang diendapkan
oleh adanya kelebihan ion perak yang agak lebih awal dari titik
ekuivalen, sangat lambat larut kembali dan titrasi ini makan waktu
yang lama (Underwood.1992).Larutan jenuh dapat dicapai dengan
penambahan zat ke dalam pelarut secara terus menerus hingga zat
tidak melarut lagi dengan cara menaikkan lagi konsentrasi ion-ion
tertentu hingga terbentuk endapan (Khopkar.1990).Faktor yang
mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, sifat pelarut, ion sejenis,
aktivitas ion, pH, hidrolisis, hidroksida logam, dan pembentukan
senyawa kompleks (Skogg.1965).Pada kebanyakan garam anorganik,
kelarutan meningkat jika suhu naik. Sebaiknya proses pengendapan,
penyaringan dan pencucian endapan dilakukan dalam keadaan larutan
panas kecuali untuk endapan yang dalam larutan panas memiliki
kelarutan kecil cukup disaring setelah terlebih dahulu didinginkan
di lemari es. Kebanyakan garam anorganik larut dalam air dan tidak
arut dalam pelarut organik. Air memiliki momen dipol yang besar dan
tertarik oleh kation dan anion membentuk ion hidrat
(Underwood.1995).Teknik penambahan ion sejenis dilakukan oleh
analis untuk tujuan (Harizul.1995) :1) Menyempurnakan pengendapan2)
Pencucian endapan dengan larutan yang mengandung ion sejenis dengan
endapanUntuk larutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCI maka
mula-mula terbentuk suspensi yang kemudian terkoagulasi (membeku).
Laju terjadinya koagulasi menyatakan mendekamya titik ekivalen.
Penambahan NaCI ditersukan sampai titik akhir tercapai. Perubahan
ini dilihat dengan tidak terbentuknya endapan AgCI pada cairan
supernatan. Akan tetapi sedikit NaCI harus ditambahkan untuk
menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag sebagai AgCI dapat
dilakukan dengan pengukuran turbidimetri yaitu dengan pembauran
sinar (Underwood,1986).Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCI yang
mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan
berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan,
tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna
disebabkan adanya adsorpsi indikator pada endapan AgCI. Warna zat
yang terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada penukaan
(Khopkar, 1990).Semua indikator adsorpsi bersifat ionik. Selain
indikator adsorpsi tersebut terdapat pula indikator-indikator
adsorpsi yang digunakan dalam titrasi pengendapan, yaitu turunan
krisodin. Indikator tersebut merupakan indikator asam basa dan
indikator reduksi oksidasi dan memberikan perubahan warna yang
reversibel dengan brom. Indikator ini berwarna merah pada suasana
asam clan kuning pada suasana basa. Indikator ini juga digunakan
untuk titrasi ion I" dengan ion Ag+. Kongo merah adalah indikator
asam basa lainnya (Khopkar, 1990).Selain kelemahan, indikator
adsorpsi mempunyai beberapa keunggulan. Indikator ini memberikan
kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan
warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi
pada permukaan berjalan baik jika endapan mempunyai luas permukaan
yang besar. Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan
terkoagulasi. Kita tidak dapat menggunakan indikator tersebut
karena koagulasi. Koloid pelindung dapat mengurangi masalah
tersebut. Indikator-indikator tersebut bekerja pada batasan
daerah-daerah pH tertentu juga pada konsentrasi tertentu saja,
yaitu pada keadaan yang sesuai dengan peristiwa adsorpsi dan
desorpsi saja (Svehla,1985).Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kelarutan (Svehla,1985) : a. Kelarutan bertambah dengan naiknya
temperatur. Kadangkala endapan yang baik terbentuk pada larutan
panas, tetapi jangan dilakukan penyaringan terhadap larutan panas
karena pengendapan dipengaruhi oleh faktor temperatur. Garam-garam
anorganik lebih larut dalam air. Berkurangnya kelarutan di dalam
pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat.
Kelarutan endapan dalam air berkurang jika lanitan tersebut
mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan
Ks.p (konstanta hasil kali kelarutan). Baik kation atau anion yang
ditambahkan, mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan sehingga
endapan garam bertambah. Pada analisis kuantitatif, ion sejenis ini
digunakan untuk mencuci larutan selama penyaringan.b. Beberapa
endapan bertambah kelarutannya bila dalam lanitan terdapat
garam-garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut sebagai
efek garam netral atau efek aktivitas. Semakin kecil koefesien
aktivitas dari dua buah ion, semakin besar hasil kali konsentrasi
molar ion-ion yang dihasilkan. Kelarutan garam dari asam lemah
tergantung pada pH larutan. Jika garam dari asam lemah dilarutkan
dalam air, akan menghasilkan perubahan (H). Kation dari spesies
garam mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya c.
Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat
lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Beberapa
endapan membentuk kompleks yang larut dengan ion pengendap itu
sendiri. Mula-mula kelarutan berkurang (disebabkan ion sejenis)
sampai melalui minuman. Kemudian bertambah akibat adanya reaksi
kompleksasiAda beberapa metode dalam titrasi argentometri yang
dibedakan berdasarkan indikator yang digunakan pada penentuan titik
akhir titrasi, antara lain (Harizul,1995) :a. Metode MohrMetode
Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl,
dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik
akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari
kuning menjadi kuning coklat. Perubahan warna tersebut terjadi
karena timbulnya Ag2CrO4, saat hampir mencapai titik ekivalen,
semua ion Cl- hamper berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang
digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N
atau 0,05 N.Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik
akhir dengan titran, sehingga terbentuk endapan yang berwarna
merah-bata, yang menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda
dari warna endapan analat dengan Ag+ .b. Metode VolhardMetode
Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan larutan
Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi
reaksi antara titrant dan Ag, membentuk endapan putih.Konsentrasi
indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang, karena
titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga
kedua reaksi itu saling mempengaruhi.Penerapan terpenting cara
Volhard ialah untuk penentuan secara tidak langsung ion-ion
halogenida: perak nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya
ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan
titrasi kembali dengan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus
asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan keuntungan
dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion halogenida karena
ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab
garamnya larut dalam keadaan asam.
c. Metode FajansDalam titrasi Fajans digunakan indikator
adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada
permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna.
Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen,
antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.Cara
kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah
asam lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan
dengan ion perak. Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi
ion klorida. Dalam larutan, fluoresein akan mengion (untuk mudahnya
ditulis HFl saja).HFl(aq) H+(aq) +Fl-(aq)Ion Fl- inilah yang
diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah
muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi ini
diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya
perubahan warna yang tampak sejelas mungkin, maka endapan harus
berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang koloid
itu bermuatan positif, dengan perkataan lain setelah sedikit
kelebihan titrant (ion Ag+).Suatu kesulitan dalam menggunakan
indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak diantara zat warna tersebut
membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya
(fotosensifitasi) dan menyebabkan endapan terurai.Titrasi
menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan
terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan
endapan berbentuk koloid yang juga harus dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Analisis.
Universitas Muslim Indonesia : Makassar.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas
Indonesia Press 22 : Jakarta.
Khopkhar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas
Indonesia Press : Jakarta.
Skogg. 1965. Analytical Chemistry. Edisi keenam. Sounders
College Publishing : Florida.
Svehla,G. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Ke Lima. PT. Kalman Media Pusaka : Jakarta.
Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Erlangga : Jakarta.