Top Banner
PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI PASAR RAYA MOJOSARI MOJOKERTO (ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI OLEH TORIQOH NINGRATUL FIRDAUS 135110707111006 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2017
118

PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

Oct 30, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR

LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

DI PASAR RAYA MOJOSARI MOJOKERTO

(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK)

SKRIPSI

OLEH

TORIQOH NINGRATUL FIRDAUS

135110707111006

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017

Page 2: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR

LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

DI PASAR RAYA MOJOSARI MOJOKERTO

(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Brawijaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

TORIQOH NINGRATUL FIRDAUS

135110707111006

PENIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017

Page 3: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

Halaman persetujuan pembimbing skripsi

Page 4: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

iii

Page 5: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

iv

Page 6: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian berjudul Perbedaan Tuturan Tawar-Menawar Laki-Laki dan

Perempuan di Pasar Raya Mojosari Mojokerto (Analisis Sosiolinguistik) ini

merupakan tugas akhir perkuliahan untuk mendapat gelar S1 di Prodi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Brawijaya Malang. Proses penggarapan

penelitian ini tidak lepas dari rangkaian perjalanan panjang dengan keringanan

tangan dari beberapa pihak sebagai berikut.

1. Bapak Wahyu Widodo, S.S., M.Hum., pembimbing, pengarah, serta mata

air inspirasi yang telah mengantarkan saya dari keringnya pengetahuan

meneliti menuju ketuntasan menulis.

2. Dr. Eti Setiawati, M.Pd, penguji, yang telah mencurahkan segala

kebermanfaatan ilmu beliau demi kesempurnaan penulisan skripsi saya.

3. Bapak Nanang Bustanul Fauzi, M.Pd., Kepala Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan kelancaran dalam

proses perencanaan, pengerjaan, pelaksanaan, hingga penyelesaian

penelitian ini.

4. Bapak Machsun dan Ibu Maria Ulfah, orang tua saya, yang tiada henti

menyuntikkan motivasi setiap hari agar semangat senantiasa terbentuk

tanpa henti.

5. Seluruh Bapak/Ibu dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia

FIB UB, yang telah membentuk saya dari seseorang yang lemah dalam

Bahasa Indonesia menjadi seseorang yang kritis dalam memahami segala

fenomena Bahasa Indonesia, baik pada bidang Pendidikan, Sastra,

maupun Linguistik.

6. Fakultas Ilmu Budaya dan Universitas Brawijaya, yang telah menjadi

ladang subur bagi saya untuk menggali dan mengolah ilmu.

7. Ibu Siti Aisyah (pedagang), Mbak Fitri (pedagang), Cak Mat (pedagang),

dan seluruh masyarakat Pasar Raya Mojosari, yang telah berbaik hati

menyediakan tempat bagi saya untuk mengambil data penelitian.

8. Saudara Hidayatul Mahmudah, mahasiswa Diksasindo UB angkatan

2015, yang telah menjadi proof reader skripsi saya sehingga kelemahan

kepenulisan saya bisa terdeteksi.

9. Teman-teman Diksasindo FIB UB angkatan 2011—2016, yang telah

menjadi bagian dari terbentuknya pengetahuan dan kedewasaan saya

selama menjadi mahasiswa.

Apalah arti seorang raja jika tanpa singgasana, istana, prajurit, dan rakyat-

rakyatnya. Begitupun saya, bagaimana bisa seorang mahasiswa mampu melakukan

penelitian hingga usai tanpa adanya rangkaian pengetahuan yang dibentuk oleh

beberapa pihak secara bertahap dan perlahan. Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih

yang tidak teruraikan. Selanjutnya, penelitian saya tentunya masih jauh dari kata

sempurna. Untuk itu, masukan dari pembaca sangat saya butuhkan demi perbaikan

pada penulisan saya selanjutnya.

Penulis,

Page 7: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

vi

ABSTRAK

Firdaus, Toriqoh Ningratul. Perbedaan Tuturan Tawar-Menawar Laki-Laki

dan Perempuan di Pasar Raya Mojosari Mojokerto (Analisis Sosiolinguistik).

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Brawijaya.

Pembimbing : Wahyu Widodo

Kata Kunci : bahasa tawar-menawar, gender, pasar tradisional

Tawar-menawar biasa terjadi di pasar tradisional, salah satunya di Pasar Raya

Mojosari, pasar terbesar di Mojokerto. Negosiasi dilakukan penjual dan pembeli

untuk memperoleh harga yang disepakati. Bahasa yang diujarkan dalam proses

tawar-menawar tidak lepas dari faktor sosial yang memengaruhi terbentuknya pola

tutur, salah satunya gender. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengungkap

bagaimana pengaruh gender terhadap proses tawar-menawar dan bagimana

perbedaan proses tawa-menawar pada laki-laki dan perempuan. Fokus penelitian

terdapat pada (1) struktur teks tawar-menawar, (2) pemarkah linguistik (jenis

kalimat, diglosia, dan partikel) yang digunakan masyarakat pasar, serta (3)

perbedaan bahasa tawar-menawar laki-laki dan perempuan. Penelitian ini adalah

penelitian etnografi dengan teknik pengambilan data simak libat cakap. Analisis

menggunakan metode padan sehingga dapat diketahui kontras bahasa laki-laki dan

perempuan.

Struktur teks tawar-menawar di pasar tradisional berbeda dengan teks perdagangan

di barat dan toko modern lainnya. Teks tawar-menawar memiliki struktrur unik,

yakni Krb (keakraban) dan Prt (pertimbangan) yang menjadi ciri khas bahasa di

pasar. Kedua struktur unik tersebut sangat sering terjadi, terutama pada perempuan.

Selanjutnya, jenis kalimat yang digunakan masyarakat pasar cenderung beruas –

contohnya satu kalimat digunakan untuk bertanya dan memerintah— sehingga

kalimat tersebut berfungsi ganda. Penutur perempuan cenderung mengguakan jenis

kalimat tanya, menginginkan, dan mengharapkan. Sedangkan laki-laki

menggunakan kalimat yang bersifat menyatakan, memerintah, dan mengharuskan.

Keberadaan tingkat tutur dalam Bahasa Jawa membuat dua kode digunakan secara

bersamaan di pasar. Seorang penutur cenderung menggunakan ragam Jawa ngoko

saat bermitra tutur laki-laki. Sebaliknya, saat mitra tutur adalah perempuan, ragam

yag digunakan adalah Jawa kromo. Penutur perempuan menggunakan jenis partikel

lebih banyak dari laki-laki.

Berdasarkan analisis struktur dan pemarkah linguistik tersebut, perbedaan bahasa

laki-laki dan perempuan dalam proses tawar-menawar terdapat pada (1) sifat hal

yang dibicarakan, (2) sikap terhadap kesantunan berbahasa, (3) kekatifan bertutur

di ranah publik, (4) minat bertanya, (5) jumlah hal yang dibicarakan, dan (6) kontak

mata saat berhadapan dengan lawan tutur.

Page 8: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

vii

ABSTRACT

Firdaus, Toriqoh Ningratul. Male and Female Bargain Differences in Pasar

Raya Mojosari Mojokerto (Sociolinguistic Analysis). Indonesian Language and

Literature Education Study Program, Faculty of Cultural Studies, Universitas

Brawijaya.

Supervisor : Wahyu Widodo

Keywords : bargaining language, gender, traditional market.

Bargain is a common thing in traditional market. It is also happen in Mojosari Raya

Market, the biggest market in Mojokerto. Negotiation was made by the seller and

the buyer to obtain the fixed price. The language spoken in the process of bargaining

cannot be separated from social factors that influence the formation of speech

patterns, one of which is gender. Therefore, this study will reveal how gender

influence the bargaining process and how is the difference of male and female in

the bargaining process. This research focused on the (1) the text structure of

bargain, (2) linguistic markers (types of sentences, diglossia, and particles) used by

market society, and (3) male and female bargaining differences.

This research is an ethnography research which applied Involved Conversation

Observation Technique as the technique in collecting the data. In analyzing the data.

This research used identity method so that male and female language contras can

be known.

The text structure of bargaining in traditional markets is different from western

trading texts and other modern stores. The bargain text has an unique structure,

namely Krb (familiarity) and Prt (considerations) that become the characteristic of

the language in the market. Both unique structures are very common, especially in

female. Furthermore, the types of sentences used by the market society tend to be

overlapped – For example one sentence is used to ask and govern— so the sentence

has a double function. Female speakers tend to used the type of interrogative

sentence, desirative (want), and opative (hope). While the male speaker used

stating, commanding, and requiring sentences. The existence of speech levels in the

Javanese language makes two codes used simultaneously in the market. A speaker

tends to use Javanese ngoko if the interlocutor is a male. Conversely, if the

interlocutor is a female, the variety used is Javanese kromo. Female speakers used

more types of particles than male.

Based on the analysis of the structure and the linguistic marker, male and female

differences in bargaining process were (1) the nature of the thing that being

discussed, (2) the attitude toward the language politeness, (3) speech activeness in

the public sphere, (4) the interest to ask, (5) the number of the things discussed, and

(6) eye contact when facing the interlocutor.

Page 9: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

viii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI .......................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xi

DAFTAR SIMBOL ............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 13

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 13

1.4 Definisi Istilah ........................................................................................ 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pasar Tradisional .................................................................................... 15

2.2 Pasar Raya Mojosari ............................................................................... 15

2.3 Tawar-Menawar ...................................................................................... 16

2.4 Struktur Teks Tawar-Menawar ............................................................... 17

2.5 Jenis Kalimat dalam Bahasa Jawa .......................................................... 18

2.6 Diglosia ................................................................................................... 21

2.7 Partikel .................................................................................................... 22

2.8 Bahasa dan Gender ................................................................................. 23

2.9 Penelitian Sebelumnya............................................................................ 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 31

3.2 Waktu Pengambilan Data ....................................................................... 32

3.3 Metode Penyediaan Data ........................................................................ 33

3.4 Metode Analisis Data ............................................................................. 35

3.5 Metode Penyajian Data ........................................................................... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Teks .......................................................................................... 39

4.1.1 Pola Umum Struktur Teks yang Digunakan Para Penutur

di Pasar Raya Mojosari ............................................................... 41

4.1.2 Struktur Unik dalam Proses Tawar Menawar di Pasar Raya

Mojosari ....................................................................................... 42

Page 10: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

ix

4.1.3 Perbedaan Struktur Teks yang Digunakan Laki-Laki dan

Perempuan .................................................................................... 47

4.2 Pemarkah Linguistik ............................................................................... 48

4.2.1 Jenis Kalimat ................................................................................ 48

4.2.1.1 Jenis Kalimat yang Digunakan Para Penutur di Pasar

Raya Mojosari ................................................................. 48

4.2.1.2 Jenis Kalimat Unik yang Digunakan Para Penutur di

Pasar Raya Mojosari ......................................................... 52

4.2.1.3 Perbedaan Kecenderungan Jenis Kalimat yang

Digunakan Laki-Laki dan Perempuan .............................. 57

4.2.2 Diglosia ......................................................................................... 57

4.2.2.1 Kode-Kode Bahasa yang Digunakan Para Penutur di

Pasar Raya Mojosari ......................................................... 58

4.2.2.2 Perbedaan Kecenderungan Ragam Bahasa Jawa yang

Digunakan Laki-Laki dan Perempuan .............................. 59

4.2.3 Partikel .......................................................................................... 61

4.2.3.1 Partikel yang Digunakan Para Penutur di Pasar Raya

Mojosari ........................................................................... 62

4.2.3.2 Perbedaan Partikel yang Digunakan Laki-Laki dan

Perempuan ........................................................................ 63

4.3 Perbedaan Bahasa Laki-Laki dan Perempuan di Pasar Raya

Mojosari ................................................................................................. 65

4.3.1 Sifat Hal yang Dibicarakan........................................................... 65

4.3.1.1 Isi Struktur Krb (Keakraban) ........................................... 66

4.3.1.2 Cara Meyakinkan ............................................................. 66

4.3.1.3 Hubungan Temuan dengan Teori Gender ........................ 69

4.3.2 Sikap Terhadap Kesantunan Berbahasa ....................................... 70

4.3.2.1 Pilihan Ragam Bahasa...................................................... 70

4.3.2.2 Sapaan .............................................................................. 74

4.3.2.3 Hubungan Temuan dengan Teori Gender ........................ 77

4.3.3 Keaktifan Bertutur di Ranah Publik ............................................. 79

4.3.3.1 Dominansi Bertutur .......................................................... 79

4.3.3.2 Macam Partikel ................................................................ 80

4.3.3.3 Hubungan Temuan dengan Teori Gender ........................ 80

4.3.4 Minat Bertanya ............................................................................. 83

4.3.4.1 Jenis Kalimat yang Dituturkan ......................................... 83

4.3.4.2 Isi Struktur Prt (Pertimbangan) ........................................ 84

4.3.4.3 Hubungan Temuan dengan Teori Gender ........................ 86

4.3.5 Jumlah Hal yang Dibicarakan....................................................... 87

4.3.5.1 Orientasi Perbincangan .................................................... 87

4.3.5.2 Hubungan Temuan dengan Teori Gender ........................ 89

4.3.6 Kontak Mata Saat Berhadapan dengan Lawan Tutur ................... 90

4.3.6.1 Gelagat Saat Melayani Pembeli ....................................... 91

Page 11: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

x

4.3.6.2 Hubungan Temuan dengan Teori Gender ........................ 93

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ................................................................................................. 94

5.2 Saran ....................................................................................................... 95

5.2 Saran untuk Kajian Linguistik ......................................................... 95

5.2 Saran untuk Penulis Buku Teks Sekolah Menengah ....................... 96

5.2 Saran untuk Pengkaji Ilmu Komunikasi .......................................... 97

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 99

LAMPIRAN

Lampiran 1: Analisis Struktur Teks dan Pemarkah Linguistik .................. 102

Lampiran 2: Persentase Jenis Kalimat ........................................................ 146

Lampiran 3: Persentase Penggunaan Ragam Bahasa Kromo dan

Ngoko .................................................................................... 147

Lampiran 4: Persentase Jumlah Partikel ..................................................... 148

Lampiran 5: Foto Penelitian ....................................................................... 149

Lampiran 6: Berita Acara Bimbingan Skripsi ............................................ 158

Page 12: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

xi

DAFTAR SINGKATAN

1. B : Beruas

2. Ban : Baju Anak-Anak

3. Bcm : Baju Campur

4. ber : Bertingkat

5. Blk : Baju Laki-Laki

6. cam : Campuran

7. des : Desiratif

8. imp : Imperatif

9. ind : Indikatif

10. int : Interogatif

11. kec : Kecaraan

12. kew : Kewaktuan

13. kon : Konsesif

14. Lk : Laki-Laki

15. M : Majemuk

16. obl : Obligatif

17. opa : Opatif

18. Pb : Pembeli

19. PbLk : Pembeli Laki-Laki

20. Pbn : Pembelian.

21. PbPr : Pembeli Perempuan

22. pem : Pemilikan

23. per : Perlawanan

24. Pj : Penjual

25. PjLk : Penjual Laki-Laki

26. Pjn : Penjualan

27. PjPr : Penjual Perempuan

28. PmPj : Pemenuhan Penjualan

29. PngPj : Pengawalan Penjualan

30. PnPJ : Penanyaan Penjualan

31. Pny : Penyelesaian

32. Pr : Perempuan

33. PRM : Pasar Raya Mojosari

34. PrPj : Permintaan penjualan

35. PT : Pasar Tradisional

36. PtPb : Penutupan pembelian

37. seb : Sebab

38. set : Setara

39. Sl : Salam

40. sub : Subjungtif

41. sya : Syarat

42. T : Tunggal

43. TM : Tawar-Menawar

44. tuj : Tujuan

Page 13: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

xii

DAFTAR SIMBOL

1. ^ : diikuti

2. …n : struktur teks yang diikuti tanda ini berarti bahwa struktur tesebut

bisa berulang hingga beberapa kali

3. ‘….’ : titik-titik berisi kalimat yang merupakan gloss atau arti dari

kalimat asing –seperti Bahasa Jawa dan Inggris—yang diartikan ke

dalam Bahasa Indonesia

4. / : simbol ini berada pada urutan kodifikasi data yang menjadi

pemisah dari urutan kode-kode tersebut

Page 14: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Contoh Analisis Struktur Teks TM .................................................................... 6

1.2 Percakapan Penjual dan Pembeli tentang Keran Rumah yang Belum

Dimatikan .......................................................................................................... 8

2.1 Analisis Struktur Teks pada Transaksi Jual-Beli Panggangan ......................... 18

2.2 Pemetaan Penelitian Terdahulu ........................................................................ 24

3.1 Contoh Pengodifikasian Data ........................................................................... 37

4.1 Percakapan Transaksi ke-6 ............................................................................... 40

4.2 Percakapan Keakraban antara Penjual Perempuan dengan Pembeli

Perempuan ....................................................................................................... 43

4.3 Percakapan Keakraban Penjual Laki-Laki dengan Pembeli Laki-Laki ........... 44

4.4 Percakapan Pertimbangan (Prt) antara Penjual Perempuan dengan Pembeli

Perempuan .................................................................................................... 45

4.5 Percakapan Pertimbangan antara Penjual Perempuan dan Pembeli

Laki-Laki ...................................................................................................... 46

4.6 Perbedaan Isi Struktur Teks Keakraban (Krb) dan Pertimbangan (Prt) pada

Laki-Laki dan Perempuan............................................................................. 47

4.7 Pola Kenderungan Penggunaan Jenis Kalimat yang Digunakan Laki-Laki

dan Perempuan.............................................................................................. 57

4.8 Hubungan Gender dengan Pilihan Ragam Bahasa........................................... 61

4.9 Macam-Macam Partikel yang Digunakan Penutur di Pasar Raya Mojosari .... 63

4.10 Perbedaan Bahasa Laki-Laki dan Perempuan di Pasar Raya Mojosari ......... 64

4.11 Percakapan Penjual Laki-Laki Meyakinkan Pembeli dengan Penyebutan

Merek ............................................................................................................ 67

4.12 Percakapan Penjual Perempuan yang Meyakinkan Pembeli dengan

Kalimat Keakraban ....................................................................................... 67

4.13 Percakapan Penjual Laki-Laki dengan Pembeli Laki-Laki yang

Menggunakan Ragam Jawa Ngoko .............................................................. 71

4.14 Percakapan Penjual Laki-Laki dengan Pembeli Perempuan yang

Menggunakan Ragam Jawa Kromo .............................................................. 71

4.15 Percakapan Penjual Perempuan dengan Pembeli Perempuan yang

Menggunakan Ragam Jawa Kromo .............................................................. 73

4.16 Hubungan Gender dengan Pilihan Ragam Bahasa ........................................ 74

4.17 Percakapan Berisi Sapaan Bro yang Digunakan Penjual Laki-Laki untuk

Memanggil Pembeli Laki-Laki ..................................................................... 74

4.18 Percakapan Berisi Panggilan Bu Kaji dan Bu Nyai yang digunakan Penjual

Perempuan untuk memanggil Pembeli Perempuan ...................................... 75

4.19 Struktur Prt (Pertimbangan) pada Pembeli Laki-Laki ................................... 84

4.20 Struktur Prt (Pertimbangan) pada Pembeli Perempuan ................................. 85

4.21 Percakapan Penjual Perempuan yang Menanyakan Alamat Rumah Pembeli

Perempuan .................................................................................................... 88

4.22 Percakapan Penjual Perempuan dengan Pembeli Perempuan tentang

Hal-Hal yang Bersifat Fungsional ................................................................ 89

Page 15: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

xiv

4.23 Gelagat Penjual Laki-Laki ............................................................................. 92

4.24 Gelagat Penjual Perempuan ........................................................................... 93

Page 16: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Arah Pandangan Penjual Laki-Laki Saat Melayani Pembeli ........................ 91

4.2 Arah Pandangan Penjual Perempuan Saat Melayani Pembeli ...................... 91

Page 17: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1: Analisis Struktur Teks dan Pemarkah Linguistik ......................................... 102

2: Persentase Jenis Kalimat ............................................................................... 146

3: Persentase Penggunaan Ragam Bahasa Kromo dan Ngoko ......................... 147

4: Jumlah Partikel .............................................................................................. 148

4: Foto Penelitian .............................................................................................. 149

5: Berita Acara Bimbingan Skripsi ................................................................... 158

Page 18: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada Bab ini, pemaparan yang dijelaskan meliputi (1) latar belakang, (2)

rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, serta (4) definisi istilah.

1.1 Latar Belakang

Penjual dan pembeli melakukan transaksi penukaran barang dengan uang

di pasar tradisional. Pasar tradisional memiliki gambaran sosial budaya

masyarakat yang bersangkutan (Sumintarsih, dkk, 2011:17), seperti (1) penataan

kios yang sederhana –bangunan semi permanen yang berjajar dan berdempet-

dempet–, (2) penggunaan teknologi yang sederhana –penjualan sayur tanpa lemari

pendingin dan penghitungan jumlah belanjaan dengan kalkulator biasa, serta (3)

pemberlakuan proses tawar-menawar.

Geertz (1977:11) menyebut pedagang di pasar sebagai Masyarakat Pasar.

Geertz (1977:11) mengklasifikasi struktur sosial pada Masyarakat Pasar

Mojokuto yang terdiri atas (1) priyayi, (2) wong dagang, (3) wong cilik, dan (4)

wong Cina. Priyayi adalah golongan atas yang meliputi pegawai negeri dan

pegawai pabrik berpangkat tinggi. Wong dagang adalah para pedagang asli Jawa

yang mencakup pedagang tekstil, tembakau, barang kelontong, dan sebagainya.

Wong cilik merupakan golongan orang kecil yang terdiri atas buruh tak bertanah,

petani kecil, dan tukang marginal (tukang kayu dan tukang batu). Wong Cina

adalah golongan pedagang keturunan Cina yang melakukan perdagangan di Jawa.

Page 19: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

2

Meskipun sama-sama berdagang, golongan ke-4 sengaja dipisah dengan wong

dagang karena wong Cina berada di luar sistem sosial Jawa. Proses akulturasi ini

sudah pernah diusahakan oleh wong Cina, tetapi dasar mereka tetap asing.

Selain keempat golongan di atas, Geertz (1977:12) juga menambahkan

satu lagi golongan, yakni pedagang Arab. Mereka adalah para pedagang

keturunan Arab asli yang berjualan tekstil, tembakau, dan besi. Orang-orang Arab

ini adalah pendatang dari pantai utara Pulau Jawa yang selama berabad-abad

melakukan perdagangan dan penyebaran agama. Geertz menyebut para pedagang

ini sebagai orang Islam yang saleh karena identitas fisik dan psikis masyarakat

Timur Tengah melekat pada diri mereka. Organisasi yang dijalankan sangat maju

sehingga menjadi ancaman besar bagi pedagang Jawa dan Cina.

Dari pengantar deskripsi tersebut, penggolongan Masyarakat Pasar

ternyata masih relevan hingga sekarang, seperti di Kecamatan Mojosari,

Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Mojosari adalah daerah yang berorientasi

sebagai Masyarakat Pasar. Kecamatan dengan luas 28,85 km2 ini telah memiliki

beberapa tempat perbelanjaan yang terdiri atas empat swalayan besar (Ria, Prabu,

Metro, dan Duta) serta dua pasar tradisional. Jarak antarpusat perbelanjaan

tersebut kurang dari seratus meter. Jalan raya tempat mengakses tempat-tempat

tersebut juga dipenuhi oleh toko-toko, kantor pemerintah, serta pusat pelayanan

masyarakat –seperti rumah sakit, kantor polisi, dan sebagainya–. Dengan luas

yang tak lebih dari 30 km2 tersebut, kecamatan kecil yang tengah

mengembangkan diri untuk menjadi kota ini ternyata memiliki pasar tradisional

terbesar di Mojokerto, yakni Pasar Raya Mojosari (PRM).

Page 20: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

3

Keberadaan PRM dan beberapa pusat perbelanjaan telah menjadikan

Mojosari sebagai masyarakat pasar sehingga terdapat penggolongan struktur

sosial. Di dalam PRM, ada golongan priyayi, yakni para pembeli yang bekerja

sebagai pegawai. Pedagang lokal (Jawa) adalah pedagang yang paling banyak

jumlahnya. Mereka menjual pakaian, sepatu, sandal, tas, sembako, sayuran, dan

sebagainya. Pedagang Cina berperan sebagai grosir dan penjual emas. Pedagang

Arab menjual buku, kitab, minyak wangi, peralatan salat, dan bunga hias.

Pasar Raya Mojosari (PRM) adalah pasar tradisional yang berada di bawah

naungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kabupaten Mojokerto.

Selain PRM, Pemkab Mojokerto juga memiliki lima pasar tradisional lainnya

meliputi (1) Pasar Niaga, (2) Pasar Pugeran, (3) Pasar Dinoyo, (4) Pasar Kedung

Maling, dan (5) Pasar Kutorejo. PRM terletak di Jalan Pemuda Kecamatan

Mojosari. Jumlah pedagang PRM sebanyak 776 pedagang dalam los dan 359

pedagang luar los (lesehan) (Disperindag Pemkab Mojokerto, 2015:6). Jenis

dagangan yang dijual berupa pakaian, sandal, sepatu, sembako, sayuran, ikan,

makanan, dan burung. Daya listrik yang terpasang sejumlah 13.500 Watt dan

pemakaian listrik sebesar 2.750 Volt (Disperindag Pemkab Mojokerto, 2015:6).

Hal tersebut menunjukkan bahwa PRM merupakan pasar tradisional terbesar di

Kabupaten Mojokerto. Banyaknya jumlah pembeli dan pedagang memperkaya

aktivitas tawar-menawar harga barang di dalam pasar.

PRM dipilih sebagai objek penelitian karena beberapa pertimbangan

berikut.

Page 21: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

4

1. PRM merupakan pasar tradisional terbesar di Kabupaten Mojokerto.

Masyarakat yang berasal dari luar Kecamatan Mojosari berbelanja di PRM.

Pengunjung yang banyak dan beragam mampu memperkaya data yang

diambil.

2. PRM adalah pasar tradisional yang masih bertahan di tengah banyaknya

jumlah toko-toko besar. Toko-toko modern tersebut menawarkan barang

dengan harga bandrol tanpa proses TM. Hal tersebut dapat memengaruhi daya

tawar pembeli PRM yang memiliki skemata tentang harga di sekitar.

Di PRM, kesepakatan harga diperoleh melalui proses tawar-menawar.

Tawar-menawar (selanjutnya disingkat TM) merupakan hal yang lazim terjadi di

pasar tradisional. Dalam konsep Jawa, TM adalah proses memperoleh harga di

bawah harga biasa (Alexander dan Alexander, 1987:44). Penjual menawarkan

barang dengan harga tinggi kemudian pembeli menawarnya dengan harga rendah.

Sedikit demi sedikit, penjual menurunkan harga. Pembeli juga menaikkan harga

hingga mereka mencapai harga-temu. Proses TM menguji kepekaan pembeli

dalam memahami harga pasar. Selain itu, TM juga merupakan ajang bagi penjual

untuk memimpin pembeli yang tidak mengetahui informasi tentang harga kisaran

barang (Alexander dan Alexander, 1987:44).

Alexander dan Alexander (1987:47—53) menemukan beberapa teknik TM

yang biasa dilakukan di pasar tradisional. Teknik tersebut meliputi (1)

kemampuan berbicara penjual, (2) pengubahan satuan mata uang, (3) penukaran

barang, (4) kepergian pembeli, dan (5) pemberian bonus. Pertama, kemampuan

berbicara penjual adalah kecakapan dalam memengaruhi pembeli agar tertarik dan

Page 22: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

5

setuju dengan harga penawaran. Pembicara yang handal sangat diperlukan dalam

proses TM. Kedua, pengubahan satuan mata uang seperti penggunaan petong

talen di mana talen berarti Rp. 25,- sehingga petong talen berarti 7 x 25 = Rp.

175,-. Ketiga, pengubahan barang, yakni menunjukkan barang lain dengan harga

yang lebih murah mendekati keinginan pembeli. Keempat, kepergian pembeli

adalah tindakan pembeli meninggalkan toko. Mereka berpura-pura tidak terlalu

tertarik dengan barang. Mereka berharap dipanggil kembali oleh penjual. Kelima,

pemberian bonus berupa barang tambahan ketika harga yang disepakati melebihi

harapan penjual.

TM memang sebuah proses yang kompleks. Penjual dan pembeli seolah

bertarung menggunakan pelbagai cara demi mendapatkan harga yang diinginkan.

Namun, di balik kegiatan yang menguji kepandaian berargumen tersebut,

Alexander dan Alexander (1987:47) mengatakan, “walaupun sebagian proses TM

berlangsung secara agresif, ramai, dan kadang sengit, bakul selalu mengakhiri

kegiatan dengan ucapan terima kasih dan jabatan tangan”. Hal ini menunjukkan

bahwa meskipun penjual dan pembeli melakukan proses TM yang alot,

masyarakat Jawa mampu melakukan pengontrolan diri dengan kembali pada

hakikat keramahannya.

Penggunaan bahasa dalam TM dikaji menggunakan struktur teks

perdagangan Halliday dan Hasan. Halliday dan Hasan (1992:83—87) mengatakan

ada tiga jenis unsur teks yakni unsur wajib, pilihan, dan pengulangan. Pertama,

unsur wajib terdiri atas (1) PrPj (permintaan penjualan), (2) PmPj (pemenuhan

penjualan), (3) Pj (penjualan), (4) Pb (pembelian), dan (5) PtPb (penutupan

Page 23: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

6

pembelian). Kedua, unsur pilihan meliputi (1) PngPj (pengawalan penjualan), (2)

PnPJ (penanyaan penjualan), (3) Pny (penyelesaian), dan (4) Sl (salam). Ketiga,

unsur pengulangan mencakup (1) PnPJ (penanyaan penjualan), (2) PrPj

(permintaan penjualan), dan (3) PmPj (pemenuhan penjualan).

Berikut ini adalah contoh penerapan analisis struktur bahasa TM di PRM.

Tabel 1.1 Contoh Analisis Struktur Teks TM Percakapan Struktur

Pb : piro petene?

‘berapa petainya?’

PnPj

Pj : pitung ewu

‘tujuh ribu’

PmPj

Pb : Halah, limang ewu

‘halah, lima ribu’

Pj : ga oleh mbak

‘tidak boleh mbak.

Pb : moh limang ewu.

‘tidak mau lima ribu’

Pj : aduh mbak kulakane tok iku

‘aduh mbak. Dari pengepulnya itu, kalo segitu’

TM

Pb : iyo wes limangewu, iki duite

‘yaudah limaribu, ini uangnya’

Pj : hoawalah yowis buk kurang rongewu yo?

‘hoalah yaudah bu kurang duaribu ya?

PtPb

Pb : Ga wes podo ae.

‘Tidak, sama aja’

Pb : yowes suwun buk oalah rek rek

‘yaudah terimakasih bu, owalah owalah’

Pny

Pedagang laki-laki memiliki cara berbicara yang berbeda dengan pedagang

perempuan. Pedagang laki-laki memiliki intonasi tinggi sehingga memberikan

kesan tegas saat menawarkan barang pada pembeli yang lalu-lalang. Adapun

pedagang perempuan bernada lebih luwes dan penuh rasa keakraban. Berikut

adalah contoh penawaran yang diucapkan oleh pedagang laki-laki.

Page 24: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

7

(1) Ayo, Mbak dipilih-dipilih kudunge

‘Ayo, Mbak dipilih-pilih kerudungnya’

(2) Golek opo, Mbak? Daster a?

‘Cari apa, Mbak? Daster?’

Intonasi yang digunakan pedagang laki-laki tegas dan sedikit menantang.

Ketegasan dapat dilihat dari lambang intonasi yang diakhiri dengan angka 333 di

setiap ujung kalimat. Hal tersebut berbeda dengan penjual perempuan yang

menawarkan barang dengan kalimat berikut.

(3) Monggo, Mbak, pados nopo? Kene lho roke ayu-ayu.

Sampean melebu ae ndelok-ndelok sik

‘Mari, Mbak, cari apa? Mari sini roknya cantik-cantik. Kamu masuk

saja, lihat-lihat dulu’

Kalimat tersebut diucapkan dengan lembut. Susunan katanya juga lebih panjang

dan terkesan bersahabat. Setiap ujung kalimat selalu diakhiri dengan intonasi

menurun 321.

Selain itu, perempuan juga lebih sering menawar daripada laki-laki.

“Wanita Jawa merupakan pelaku utama dalam kegiatan TM. Mereka mengulang-

ulang tawaran dan menambah harga sedikit demi sedikit” (Alexander dan

Alexander, 1987:44). Hal tersebut berbeda dengan cara laki-laki melakukan

penawaran. Laki-laki hanya melakukan sedikit proses penawaran.

Di samping itu, percakapan tawar-menawar di pasar tidak hanya berisi

percakapan jual-beli saja. Beberapa penanyaan seperti alamat rumah dan

kehidupan sehari-hari kerap dilakukan untuk membangun keakraban. Hal ini lebih

sering terjadi pada perempuan. Mereka membicarakan aktivitas pagi ini,

Page 25: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

8

bagaimana anak bersekolah, dan hal-hal ringan lainnya seperti yang nampak pada

data berikut.

Tabel 1.2 Percakapan Penjual dan Pembeli tentang Keran Rumah yang

Belum Dimatikan Percakapan Struktur

Pb: Ben dino nang pasar ae.

Iki maeng gupuh kabeh setliko

‘Setiap hari ke pasar saja lho, ini tadi terburu-buru karena setrika’

Pj: Wis dicopot iki maeng?

‘Sudah dcopot tadi?’

Pb: Empun.

Tasniki banyu mak tak tinggal nganu uwamber.

Ketang nggerojoke nang njobo

‘Sudah, Kemarin airnya ibu saya tinggal sampai meluber. Untung saja

mengalirnya keluar’

Pj: Oh engge

‘Oh iya’

Pb: Tandone amber

‘Tandonya meluber’

Pj: Bek e ditinggal nggodog banyu

‘Saya kira ditinggal merebus airnya’

Pb: Mboten, nek memean iku enten tonggo rodok adoh kulo bel sing diserahi.

Niku wernone ngenten?

‘Tidak. Kalau jemuran itu ada tetangga agak jauh saya telepon yang diberi

amanah. Itu warnanya gini?’

Pj: Enggeh

‘Iya

7/Bcm/Pr

/Pr/Krb1

Penawaran yang berulang kali dilakukan dan pembicaraan hal-hal yang

tidak ada sangkut-pautnya dengan jual-beli pada perempuan menunjukkan bahwa

perempuan memiliki dominansi yang lebih daripada laki-laki saat memasuki ranah

jual-beli di pasar. Padahal, dalam kehidupan lain (di luar pasar), laki-laki justru

lebih dominan dalam bertutur. Perempuan adalah subordinat dari laki-laki

sehingga kedudukan mereka selalu berada di bawah. Namun, dominansi ini justru

terbalik saat berada di pasar. Untuk itu, hal inilah yang menjadi penyebab

Page 26: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

9

mengapa perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan di pasar tradisional sangat

menarik untuk dikaji.

Beberapa penelitian tentang bahasa di pasar sudah pernah dilakukan, yakni

satu penelitian di tahun 2012, dua penelitian di tahun 2014, dan tiga penelitian di

tahun 2016. Pertama, penelitian berjudul Register Perdagangan di Beteng Trade

Center Solo :Sebuah Kajian Sosiolinguistik oleh Sanjaya pada tahun 2012.

Sanjaya (2012:1—15) menggolongkan register yang digunakan di Beteng Trade

Center Solo ke dalam ragam lisan dan tulisan. Ragam lisan diambil dari

percakapan TM sedangkan ragam tulisan diambil dari bahasa promosi produk.

Ragam lisan memiliki tiga jenis register yakni (1) berdasarkan kategori (terdiri

atas nomina, verba, adjektiva, dan adverbia), (2) tuturan ringkas (terdiri atas

pemendekan dan sinkatan), serta (3) sapaan. Ragam tulisan mencakup empat

kelompok meliputi (1) pemendekan, (2) pelepasan, (3) akronim, dan (4)

penyingkatan.

Gaya bahasa yang digunakan dalam register tulisan (promosi) bersifat

hiperbola. Register yang digunakan di Beteng Trade Center Solo memiliki fungsi

dalam pelaksanaan proses TM. Fungsi spesifiknya adalah untuk menawarkan

barang, menilai barang, menanyakan barang, meminati barang, menawar harga,

dan menandai kegagalan transaksi. Adapun fungsi lain, yakni untuk

mengungkapkan perasaan dan untuk bercanda sehingga mampu mengurangi

ketegangan (Sanjaya, 2012:1—15).

Kedua, penelitian Saputra pada tahun 2014 tentang pola komunikasi tawar-

menawar di Pasar Klewer Surakarta. Ia berpendapat bahwa TM adalah proses

Page 27: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

10

yang selalu ada di pasar tradisional. Tanpa proses tersebut, pasar akan kehilangan

gaungnya atau diistilahkan dalam Bahasa Jawa, “pasar ilang kumandange”.

Saputra (2014:10—18) mendata tiga hal yang meliputi (1) pesan-pesan yang

muncul saat TM, (2) faktor yang menentukan kesepakatan TM, dan (3) hambatan

dalam proses TM.

Ketiga, penelitian yang dilakukan pada tahun yang sama, yakni 2014.

Sudono dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah mengatakan bahwa bahasa yang

paling dominan digunakan dalam interaksi antara Pj dan Pb di Pasar Winong

adalah bahasa Jawa karena bahasa tersebut dipakai oleh hampir seluruh penduduk

di Kecamatan Winong. Adapun kode yang digunakan oleh Pj dan Pb yang

berwujud tingkat tutur lebih didominasi oleh penggunaan bahasa Jawa ngoko.

Kode yang berwujud ragam ringkas (restricted code) lebih banyak digunakan oleh

Pj dan Pb karena komunikasi ragam transaksi membutuhkan model komunikasi

yang ringkas, singkat, dan tidak bertele-tele. Hanya sedikit sekali ditemukan

penggunaan ragam lengkap. Kode yang berwujud bahasa Jawa dialek Pati sangat

dominan digunakan jika dibandingkan dengan bahasa Jawa standar atau bahasa

Jawa baku karena hampir semua masyarakat di Kabupaten Pati merupakan

penutur dialek Pati.

Keempat, penelitian oleh Annisa dkk di 2016 dengan judul Campur Kode

dalam Transaksi Jual Beli pada Media Online Shop di Singaraja dan Denpasar.

Mereka menemukan tiga jenis campur kode yang ditemukan, yakni (1) campur

kode ke dalam (33,7%), (2) campur kode ke luar (43,5%), dan (3) campur kode

Page 28: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

11

campuran (22,8%). Bentuk campur kode terdiri atas campur kode pada tataran (1)

kalimat (65,35%), (2) frasa (14,80%), dan (3) klausa (19,80%).

Kelima, Tindak Tutur Ilokusi dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Burung

Jaya Jember (Kajian Pragmatik) yang diteliti oleh Wati dkk pada 2016. Mereka

menemukan bentuk dan strategi tidak tutur di pasar burung. Tuturan penjual

terdiri atas (a) memberitahukan harga burung, (b) penjelaskan keadaan burung, (c)

berjanji menyediakan pesanan, dan (d) memuji pembeli. Adapun bentuk tuturan

penjual terdiri atas a) mengeluhkan kualitas barang; b) memesan aksesoris

burung; c) menawar dagangan; d) memohon kemurahan harga burung; e) berjanji

membayar kekurangan uang kepada penjual; f) mengucapkan terima kasih kepada

penjual; g) mengkritik kualitas burung; h) membatalkan transaksi; serta i)

memaafkan penjual.

Strategi tawar-menawar penjual dan pembeli. Strategi penjual terdiri atas

a) menawarkan dengan menyapa pembeli; b) menawarkan dengan memuji barang

dagangan; c) menurunkan harga; d) menyetujui tawaran setelah ditawar; e)

menyetujui tawaran untuk pelaris; f) menyetujui tawaran karena langganan; g)

menolak tawaran dengan dalih merugi; serta h) menolak tawaran dengan daih

harga naik. Adapun strategi pembeli, yakni a) menawar dengan memohon; b)

menawar dengan gaya akrab; c) menawar dengan mencela dagangan; d) menawar

dengan persuasi bahwa harga terlalu mahal; e) serta menawar dengan gaya

ancaman.

Keenam, penelitian di 2016 oleh Cleopatra tentang Kesantunan Berbahasa

dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Pekan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

Page 29: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

12

Kabupaten Deli Serdang. Cleopatra (2016:1—6) mendata bentuk-bentuk

kesantunan bahasa yang digunakan dalam sebuah pasar tradisional. Wujud

kesantunan berbahasa di Pasar Sunggal dalam interaksi jual beli merupakan

tuturan yang digunakan penjual dan pembeli dalam proses TM. Jenis kalimat yang

digunakan meliputi kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Bentuk

kesantunan berbahasa di Pasar Sunggal yaitu berbentuk makna permintaan,

suruhan, ajakan, permohonan. Strategi kesantunan berbahasa yang sering muncul

dalam tuturan penjual dan pembeli di Pasar Sunggal adalah strategi tuturan yang

kurang santun dan strategi tuturan yang yang agak santun.

Keenam penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian saya.

Persamaan tersebut terdapat pada sumber data yang dikaji yakni masyarakat tutur

Pj dan Pb di PT. Mereka menemukan (1) register perdagangan, (2) wujud kode

pilihan bahasa, (3) campur kode, (4) tindak tutur ilokusi, dan (5) bentuk

kesantunan bahasa yang digunakan dalam proses TM di PT. Celah yang belum

tersentuh oleh keenam penelitian di atas, yakni analisis struktur teks TM dan

perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan di PT. Untuk itu, saya mengkaji hal

yang belum diteliti tersebut dalam penelitian ini. Keterbaruan yang ada dalam

penelitian saya terdiri atas (1) penganalisisan struktur teks TM secara utuh, (2)

penganalisisan linguistic marker (sapaan, partikel, dan campur kode), serta (3)

pembandingan bahasa laki-laki dan perempuan yang didasarkan pada faktor

ekstralingual (usia, status sosial, dan pendidikan).

Page 30: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

13

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini memiliki beberapa rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah struktur teks proses tawar-menawar yang terjadi di Pasar

Raya Mojosari?

2. Bagaimanakah wujud pemarkah linguistik yang terjadi pada proses

tawar-menawar di Pasar Raya Mojosari?

3. Bagaimanakah perbedaan tuturan tawar-menawar laki-laki dan

perempuan di Pasar Raya Mojosari?

1.3 Tujuan

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan untuk menjelaskan beberapa hal

sebagai berikut.

1. Struktur teks proses tawar-menawar yang terjadi di Pasar Raya Mojosari.

2. Wujud pemarkah linguistik bahasa tawar-menawar di Pasar Raya

Mojosari.

3. Perbedaan tuturan tawar-menawar laki-laki dan perempuan di Pasar Raya

Mojosari.

1.4 Definisi Istilah

1. Pasar tradisional : tempat jual beli yang memiliki gambaran sosial

masyarakat (terkait ekonomi, teknologi, struktur sosial, politik, dan

kekerabatan (Sumintarsih, dkk, 2011:17).

Page 31: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

14

2. Tawar-menawar : proses mendapatkan barang di bawah harga biasa

(Alexander dan Alexander, 1987:44—48).

3. Struktur teks Halliday dan Hasan : struktur yang digunakan untuk

memecah teks perdagangan. Pertama, unsur wajib terdiri atas (1) PrPj

(permintaan penjualan), (2) PmPj (pemenuhan penjualan), (3) Pj

(penjualan), (4) Pb (pembelian), dan (5) PtPb (penutupan pembelian).

Kedua, unsur pilihan meliputi (1) PngPj (pengawalan penjualan), (2)

PnPJ (penanyaan penjualan), (3) Pny (penyelesaian), dan (4) Sl (salam).

Ketiga, unsur pengulangan mencakup (1) PnPJ (penanyaan penjualan),

(2) PrPj (permintaan penjualan), dan (3) PmPj (pemenuhan penjualan)

(Halliday dan Hasan, 1992:83—87)

4. Kalimat tunggal : kalimat yang memiliki satu klausa bebas tanpa klausa

terikat (Wedhawati, dkk, 2001:426—531).

5. Kalimat majemuk : kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih

(Wedhawati, dkk, 2001:426—531).

6. Kalimat beruas : . kalimat yang tersusun setidaknya oleh dua ruas

(satuan gramatikal) dengan jeda sebagai pemisah secara fungsional

(Wedhawati, dkk, 2001:426—531).

7. Diglosia : Situasi dalam masyarakat yang memiliki dua kode berbeda dan

masing-masing memiliki fungsi yang terpisah (Wardaugh, 2006:89).

8. Partikel : kata yang hanya memiliki unsur gramatikal. Ciri-ciri partikel

ada dua, yakni (1) tidak dapat diderivasi atau diinfleksikan dan (2) tidak

memiliki makna leksikal (Wedhawati, 2001:372)

Page 32: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Beberapa kajian pustaka yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1)

pasar tradisional, (2) Pasar Raya Mojosari, (3) tawar-menawar, (4) struktur teks

tawar-menawar, (5) Jenis Kalimat dalam Bahasa Jawa, (6) diglosia, (7) partikel,

(8) bahasa dan gender, serta (9) penelitian sebelumnya yang terkait.

2.1 Pasar Tradisional

Sumintarsih, dkk (2011:17) mengatakan, “pasar tradisional adalah tempat

jual beli yang memiliki gambaran sosial masyarakat (terkait ekonomi, teknologi,

struktur sosial, politik, dan kekerabatan)”. Gambaran yang paling utama dari PT

adalah sangat bervariasinya barang, sangat beragamnya nilai transaksi perorangan

(selling point), dan jumlah pedagang yang sangat besar. Pedagang di pasar terbagi

menjadi dua golongan utama, yakni juragan dan bakul. Juragan adalah pedagang

besar yang biasanya laki-laki atau pedagang Cina. Bakul adalah pedagang kecil

yang biasanya memasok barang dari juragan (Alexander, 2000:292).

2.2 Pasar Raya Mojosari

Pasar Raya Mojosari (PRM) adalah pasar tradisional yang berada di bawah

naungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kabupaten Mojokerto.

Selain PRM, Pemkab Mojokerto juga memiliki lima pasar tradisional lainnya

meliputi (1) Pasar Niaga, (2) Pasar Pugeran, (3) Pasar Dinoyo, (4) Pasar Kedung

Page 33: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

16

Maling, dan (5) Pasar Kutorejo. PRM terletak di Jalan Pemuda Kecamatan

Mojosari Kabupaten Mojokerto.

Jumlah pedagang PRM sebanyak 776 pedagang dalam los dan 359

pedagang luar los (lesehan) (Disperindag Pemkab Mojokerto, 2015:6). Jenis

dagangan yang dijual berupa pakaian, sandal, sepatu, sembako, sayuran, ikan,

makanan, dan burung. Daya listrik yang terpasang sejumlah 13.500 Watt dan

pemakian listrik sebesar 2.750 Volt (Disperindag Pemkab Mojokerto, 2015:6). Hal

tersebut menunjukkan bahwa PRM merupakan pasar tradisional terbesar di

Kabupaten Mojokerto. Banyaknya jumlah pembeli dan pedagang memperkaya

aktivitas tawar-menawar harga barang di dalam pasar.

2.3 Tawar-Menawar

Salah satu hal yang menjadi ciri khas PT adalah keberadaan proses tawar

menawar (TM). Dalam konsep Jawa, TM adalah proses mendapatkan barang di

bawah harga biasa. Kegiatan ini adalah ajang bagi penjual untuk memimpin

pembeli yang tidak mengetahui informasi tentang harga kisaran barang. Penjual

berusaha menyembunyikan informasi harga jika pembeli melakukan tawar-

menawar untuk menguji harga barang. Pada umumnya, harga barang di pasar naik

ketika masa panen sudah tidak ada dan persediaan barang menurun. Namun, harga

barang menjadi turun di masa panen dan setelah hari raya. Di masa panen, penjual

percaya bahwa pembeli sedang membawa banyak uang sehingga sebagian dari

mereka kurang hati-hati dalam melakukan proses TM (Alexander dan Alexander,

1987:44—48).

Page 34: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

17

Barang yang memiliki daya tawar rendah adalah makanan sedangkan barang

yang memiliki daya tawar tinggi adalah barang-barang yang mahal seperti baju,

peralatan tembaga, dan sebagainya (Alexander dan Alexander, 1987:47).

Informasi mengenai harga barang adalah hal yang sangat langka di PT. Pelabelan

harga tidak dilakukan oleh para pedagang. Kegiatan transaksi dilakukan dalam

rundingan yang dilakukan secara berbisik-bisik. Harga sangat bervariasi dari satu

transaksi ke transaksi lain (Geertz, 1978 dalam Alexander, 2000:295). Hal

tersebuat dianggap sebagai peluang oleh para pedagang karena penyebaran

informasi harga tidak akurat (Plattner, 1985 dalam Alexander, 2000:295).

Keberhasilan seorang penjual dalam TM bergantung pada dua keahlian

dagang, yakni kemampuan merundingkan harga dan kemampuan

mempertahankan reputasi sebagai yang mampu membayar harga sesuai dengan

yang disepakati. Bakul harus memiliki keahlian TM termasuk menilai mutu

barang sebagai kunci keberhasilan. Dari sudut pandang pembeli, meraka juga

harus memiliki keahlian dalamTM. Pembeli yang cerdik harus gigih, berkali-kali

mengulang tawaran, dan menaikkan harga sedikit demi sedikit dalam rentang

waktu yang lama. Hal tersebut bertujuan untuk meyakinkan bakul bahwa pembeli

telah memahami harga kisaran pasar (Alexander, 2000:296).

2.4 Struktur Teks Tawar-Menawar

Penggunaan bahasa dalam TM dikaji menggunakan struktur teks

perdagangan Halliday dan Hasan. Halliday dan Hasan (1992:83—87) mengatakan

ada tiga jenis unsur teks yakni unsur wajib, pilihan, dan pengulangan. Pertama,

Page 35: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

18

unsur wajib terdiri atas (1) PrPj (permintaan penjualan), (2) PmPj (pemenuhan

penjualan), (3) Pj (penjualan), (4) Pb (pembelian), dan (5) PtPb (penutupan

pembelian). Kedua, unsur pilihan meliputi (1) PngPj (pengawalan penjualan), (2)

PnPJ (penanyaan penjualan), (3) Pny (penyelesaian), dan (4) Sl (salam). Ketiga,

unsur pengulangan mencakup (1) PnPJ (penanyaan penjualan), (2) PrPj

(permintaan penjualan), dan (3) PmPj (pemenuhan penjualan).

Berikut ini adalah contoh analisis struktur teks TM menggunakan teori

Halliday dan Hasan pada data yang ditemukan di PRM.

Tabel 2.1 Analisis Struktur Teks pada Transaksi Jual-Beli Panggangan Percakapan Struktur

Pb : Panggangan, Pak? PrPj

Pj : Sing iki empat puluh, tiga lapan ae gawe samean

‘Yang ini empat puluh, tida delapan saja lah buat kamu’

PmPj

Pb : Gak tiga lima ae ah buk?

‘Tidak tiga lima saja ta, Buk?’

Pj : Tiga lima. Yowes gawe pelaris wis. Gak popo

‘Tiga lima. Ya sudah buat pelaris. Tidak apa-apa’

TM

Pb : Yoiki mantep iki (sambl membayar)

‘Ya ini mantap ini’

PtPb

Pb : Suwun, Mas yo?

‘Makasih, Mas ya?’

Pj : Inggih, monggo, Buk

‘Iya, mari, Buk’

Pny

2.5 Jenis Kalimat dalam Bahasa Jawa

Wedhawati, dkk (2001:426—531) membagi jenis kalimat dalam Bahasa

Jawa ada tiga, yakni (1) kalimat tunggal, (2) kalimat majemuk, dan (3) kalimat

beruas. Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu klausa bebas tanpa

klausa terikat. Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau

lebih. Kaimat beruas adalah kalimat yang tersusun setidaknya oleh dua ruas

Page 36: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

19

(satuan gramatikal) dengan jeda sebagai pemisah secara fungsional. Contohnya

Adhiku // dhuwite ilang ‘Adikku // uangnya hilang’.

2.5.1 Jenis Kalimat Tunggal

Salah satu jenis kalimat tunggal adalah kalimat tunggal berdasarkan modus

verbal. Wedhawati, dkk (2001:426—531) merumuskan macam-macamnya

sebagai berikut.

1. Kalimat indikatif, yakni kalimat yang modus verbalnya bersifat netral.

Contohnya Maman gawe wedang teh ‘Maman membuat minuman teh’.

2. Kalimat imperatif, yakni kalimat yang modus verbalnya menyatakan perintah,

ajakan, atau larangan. Contohnya Jangane wenehana uyah! ‘Sayurnya berilah

garam!’.

3. Kalimat interogatif, yakni kalimat yang modus verbalnya menyatakan

pertanyaan. Contohnya Sapa sing tuku klambi? ‘Siapa yang membeli baju?’.

4. Kalimat desideratif, yakni kalimat yang modus verbalnya menyatakan

keinginan. Contohnya Mujiono adreng njaluk sepedha motor Supra ‘Mujiono

sangat ingin dibelikan sepeda motor Supra’.

5. Kalimat obligatif, yakni kalimat yang modus verbalnya menyatakan

keharusan. Contohnya Pemilu kudu dileksanakake kanthi temen ‘Pemilu

harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh’.

6. Kalimat opatif, yakni kalimat yang modus verbalnya menyatakan harapan.

Contohnya Gusti paringa kawelasan dhumaten kawula ‘Semoga Tuhan

memberi belas kasih kepada saya’.

Page 37: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

20

7. Kalimat subjungtif, yakni kalimat yang modus verbalnya menyatakan

ketidakpastian atau keragu-raguan. Contohnya Udana, aku mangkat ‘Hujan

pun, saya berangkat’.

2.5.2 Jenis Kalimat Majemuk

1. Majemuk setara, yakni kalimat majemuk yang klausa pertamanya bukan

bagian dari klausa lain. Kalimat ini tidak ada hubungan hirarki antar dua

klausa.

2. Majemuk bertingkat, yakni dua klausa atau lebih yang salah satunya adalah

bagian dari klausa yang lain.

3. Majemuk gabung, yakni gabungan majemuk setara dengan majemuk

bertingkat.

2.5.3 Jenis Kalimat Beruas

1. Hubungan makna pemilikan, yakni hubungan makna antara pemilik dan

termilik. Contohnya pak lurah // rawuhe telat ‘pak lurah, datangnya

terlambat’.

2. Hubungan makna perlawanan, yakni hubungan makna yang menunjukkan

ruas pertama menyampaikan satu keadaan dan ruas kedua menginformasikan

hal sebaliknya. Contohnya tuna satak // bathi sanak ‘rugi harta, (tetapi)

untung persaudaraan’.

3. Hubungan makna kewaktuan, yakni hubungan yang memperlihatkan bahwa

waktu kejadian dari peristiwa di gatra (ruas depan) depan bersamaan atau

Page 38: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

21

berdekatan dengan gatra di belakang. Contohnya bubar omong mangkono //

Darkum gage ninggal aku ‘selesai berkata begitu, Darkum segera

meninggalkan aku.

4. Hubungan makna sebab, yakni ruas depan menyebabkan kejadian di ras

belakang. Contohnya kudanan deres // saiki awakku krasa meriang ‘(karena)

kehujanan, sekarang tubuhku terasa tidak enak’.

5. Hubungan makna kecaraan, yakni ruas depan merupakan cara melakukan

peristiwa di ruas belakang. Contohnya ngguya-ngguyu // dheweke nyedhaki

aku ‘tersenyum-senyum, dia mendekati saya’.

6. Hubungan makna tujuan, yakni peristiwa di ruas depan adala sasaran atau

maksud dari ruas belakang. Contohnya ndadekake omah mau // aku kudu

cepak 7 yuta maneh ‘menjadikan rumah itu, saya harus punya 7 juta lagi’.

7. Hubungan makna konsesif, yakni peristiwa di ruas belakang tidak sesuai

dengan ruas depan. Contohnya dadi juara kelas // Adi tetep ora sombong

‘menjadi juara kelas, Andi tetap tidak sombong’.

8. Hubungan makna syarat, yakni peristiwa di ruas depan adalah keharusan

untuk peristiwa di ruas belakang. Contohnya dideleng saka blegere // uwong

mau jelas Pak Burhan ‘(jika) dilihat dari perawakannya // orang itu jelas Pak

Burhan’.

2.6 Diglosia

Situasi dalam masyarakat yang memiliki dua kode berbeda dan masing-

masing memiliki fungsi yang terpisah. Satu kode hanya digunakan pada sebuah

Page 39: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

22

kondisi dan kode lain digunakan pada situasi lain (Wardaugh, 2006:89).

Contohnya dalam Bahasa Jawa. Bahasa Jawa memiliki dua ragam bahasa, yakni

kromo dan ngoko. Ragam kromo dugunakan untuk erbicara dengan lawan tutur

yang lebih tua dan dihormati. Ragam ngoko digunakan untuk berbicara dengan

lawan tutur yang lebih muda. Dua situasi berbeda inilah yang disebut sebagai

diglosia.

2.7 Partikel

Partikel adalah kata yang hanya memiliki unsur gramatikal. Kehadirannya

mirip dengan imbuhan karena biasanya hanya terdiri atas satu suku kata. Ciri-ciri

partikel ada dua, yakni (1) tidak dapat diderivasi atau diinfleksikan dan (2) tidak

memiliki makna leksikal (Wedhawati, 2001:372). Wedhawati (2001:372—379)

membagi jenis partikel menjadi tiga, yakni partikel pelunak, partikel pelengkap,

dan partikel pementing.

Pertama, partikel pelunak digunakan dalam ragam informal serta

membentuk gatra utama dan pelengkap. Contohnya kok dan mbok. Kedua, partikel

pelengkap digunakan dalam ragam informal dan berfungsi membentuk gatra

pelengkap. Contohnya dhing, je, ya, dan ta. Ketiga, partikel pementing digunakan

pada ragam formal dan berfungsi menandai frase. Contohnya ta pada kalimat yen

ta kowe wani maju, yo endang! ‘jika kamu berani maju, segeralah!’ (Wedhawati,

2001:372—379).

Page 40: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

23

2.8 Bahasa dan Gender

Perempuan mulai banyak yang memasuki dunia kerja. Mereka dituntut

menjadi professional dan menyesuaikan diri dengan bahasa yang menjadi norma

dalam dunia kerja. Bagi perempuan, tidak mudah mengubah cara berbicara, cara

berkompromi, serta menunjukkan sifat-sifat lain yang sering muncul pada laki-

laki. Hal ini membuat wanita merasa terjepit di antara dua sisi. Sisi pertama,

wanita diharapkan mengadopsi gaya laki-laki yang asertif, keras, tegas, dan

berani. Di sisi lain, perempuan yang berlaku seperti gaya laki-laki tersebut akan

sering mendapatkan julukan “perempuan kok agresif dan menantang?”. Namun,

ada juga pendapat bahwa jika perempuan bekerja pada bidang yang kebanyakan

laki-laki, ia tetap bisa menunjukkan sikap feminim, suportif, dan penuh empati

(Kuntjara, 2012:164).

Orang yang lebih berkuasa biasanya lebih sering bertanya dari pada yang

kurang berkuasa. Perempuan biasanya menjawab pertanyaan dari yang lebih

berkuasa diharapkan mampu mengubah kebiasaan itu saat memasuki dunia kerja.

Namun, banyak perempuan lebih sering merasa nyaman dengan percakapan yang

bersifat pertemanan. Adapun pertanyaan lebih sering diajukan sebagai strategi

untuk mengisi percakapan ketimbang benar-benar untuk mencari informasi baru

(Kuntjara, 2012:166).

Ada beberapa cara yang dilakukan seseorang untuk memerintah seperti

memerintah secara gamblang, lebih halus dengan meminta tolong, dan

menambahkan beberapa alasan. Selain itu, perintah juga bisa berupa pernyataan

tidak langsung berupa sindirian. Semakin perintah itu diberikan secara jelas,

Page 41: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

24

semakin kita merasakan bahwa orang yang memberi perintah lebih berkuasa dari

yang diperintah (Kuntjara, 2012:166—167).

2.9 Penelitian Sebelumnya

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang terkait dengan judul penelitian

ini.

Tabel 2.2 Pemetaan Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti

dan Judul

Tahun Hasil Perbedaan Kekurangan

Sanjaya, A.

R.

Register

Perdaganga

n Di Beteng

Trade

Center Solo

: Sebuah

Kajian

Sosiolinguist

ik

2012 Peneliti menggolongkan register

yang digunakan di Beteng Trade Center

Solo ke dalam ragam lisan dan tulisan.

Ragam lisan diambil dari percakapan TM

sedangkan ragam tulisan diambil dari

bahasa promosi produk. Pertama, ragam

lisan memiliki tiga jenis register yakni (1)

berdasarkan kategori (terdiri atas nomina,

verba, adjektiva, dan adverbia), (2) tuturan

ringkas (terdiri atas pemendekan dan

sinkatan), serta (3) sapaan. Kedua, ragam

tulisan mecakup empat kelompok meliputi

(1) pemendekan, (2) pelepasan, (3)

akronim, dan (4) penyingkatan.

Gaya bahasa yang digunakan dalam

register tulisan (promosi) bersifat

hiperbola. Register yang digunakan di

Beteng Trade Center Solo memiliki fungsi

dalam pelaksanaan proses TM. Fungsi

spesifiknya adalah untuk menawarkan

barang, menilai barang, menanyakan

barang, meminati barang, menawar harga,

dan menandai kegagalan transaksi.

Adapun fungsi lain, yakni untuk

mengungkapkan perasaan dan melucu

dalam mengurangi ketegangan

Penelitian ini

berfokus

pada bentuk-

bentuk

register yang

digunakan

saat TM di

pasar

radisional.

Selain itu,

Sanjaya juga

menambahka

n data lain

berupa ragam

tulis dari

iklan di

pasar.

Dua ragam

bahasa, yakni

tulis dan lisan

yang digunakan

sebagai sumber

data kurang

seimbang.

Ragam tulis

yang diambil

dari bahasa

promosi produk

adalah keluaran

pabrik dan tidak

berasal dari

gambaran sosial

pasar.

Sudono, A.

Wujud Kode

Pilihan

Bahasa

Dalam Jual

Beli di

Pasar

2014 Bahasa yang paling dominan

digunakan dalam interaksi antara Pj dan Pb

di Pasar Winong adalah bahasa Jawa

karena bahasa dipakai oleh hampir seluruh

penduduk di Kecamatan Winong. Adapun

kode yang digunakan oleh Pj dan Pb yang

berwujud tingkat tutur lebih didominasi

oleh penggunaan bahasa Jawa ngoko.

Peneliti

menunjukkan

jenis kode

bahasa yang

sering

digunakan di

pasar

tradisional.

Penggolongan

antara Bahasa

Jawa Standar

dan Bahasa Jawa

Krama kurang

jelas garis

perbedaannya.

Page 42: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

25

Tradisional

Kecamatan

Winong,

Kabupaten

Pati

Kode yang berwujud ragam ringkas

(restricted code) lebih banyak digunakan

oleh Pj dan Pb karena komunikasi ragam

transaksi membutuhkan model komunikasi

yang ringkas, singkat, dan tidak bertele-

tele. Hanya sedikit sekali ditemukan

penggunaan ragam lengkap.

Kode yang berwujud bahasa Jawa

dialek Pati sangat dominan digunakan jika

dibandingkan dengan bahasa Jawa standar

atau bahasa Jawa baku karena hampir

semua masyarakat di Kabupaten Pati

merupakan penutur dialek Pati.

Annisa, dkk.

Campur

Kode dalam

Transaksi

Jual Beli

pada Media

Online Shop

di Singaraja

dan

Denpasar

2016 Ada tiga jenis campur kode yang

ditemukan, yakni (1) campur kode ke

dalam (33,7%), (2) campur kode ke luar

(43,5%), dan (3) campur kode campuran

(22,8%).

Bentuk campur kode terdiri atas

campur kode pada tataran (1) kalimat

(65,35%), (2) frasa (14,80%), dan (3)

klausa (19,80%).

Peneliti

mendata

jumlah

campur kode

yang ada di

dalam pasar.

Peneliti hanya

mendata jumlah

campur kode

secara kuantitaif

dan tidak

menafsirkan

kemunculan

jumlah tersebut

dalam bahasa

jual-beli.

Wati, dkk

Tindak Tutur

Ilokusi

dalam

Interaksi

Jual Beli di

Pasar

Burung Jaya

Jember

(Kajian

Pragmatik)

2016 Wati, dkk menemukan bentuk dan

strategi tidak tutur di Pasar Burung

tersebut.

Pertama, bentuk tuturan penjual dan

pembeli. Tuturan penjual terdiri atas (a)

memberitahukan harga burung, (b)

penjelaskan keadaan burung, (c) berjanji

menyediakan pesanan, dan (d) memuji

pembeli. Adapun bentuk tuturan penjual

terdiri atas a) mengeluhkan kualitas

barang; b) memesan aksesoris burung; c)

menawar dagangan; d) memohon

kemurahan harga burung; e) berjanji

membayar kekurangan uang kepada

penjual; f) mengucapkan terima kasih

kepada penjual; g) mengkritik kualitas

burung; h) membatalkan transaksi; serta i)

memaafkan penjual.

Kedua, strategi tawar-menawar penjual

dan pembeli. Strategi penjual terdiri atas:

a) menawarkan dengan menyapa pembeli;

b) menawarkan dengan memuji barang

dagangan; c) menurunkan harga; d)

menyetujui tawaran setelah ditawar; e)

menyetujui tawaran untuk pelaris; f)

menyetujui tawaran karena langganan; g)

menolak tawaran dengan dalih merugi; h)

menolak tawaran dengan daih harga naik;

serta. Adapun strategi pembeli, yakni a)

menawar dengan memohon; b) menawar

dengan gaya akrab; c) menawar dengan

Ada temuan

baru berupa

pemberian

janji penjual

pada pembeli

untuk

meyakinkan

pembeli

bahwa

kualitas

barang tidak

diragukan

lagi.

Kata “ilokusi”

pada judul

membingungkan

pembaca karena

kata tersebut

tidak terdapat di

KBBI sehingga

pembaca

kesulitan

melacak makna

kata “ilokusi”.

Page 43: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

26

mencela dagangan; d) menawar dengan

persuasi bahwa harga terlalu mahal; e)

serta menawar dengan gaya ancaman.

Cleopatra,

A. R.

Kesantunan

Berbahasa

dalam

Interaksi

Jual Beli di

Pasar Pekan

Sunggal

Kecamatan

Medan

Sunggal

Kabupaten

Deli

Serdang

2016 Peneliti mendata bentuk-bentuk

kesantunan bahasa yang digunakan dalam

sebuah pasar tradisional. Wujud

kesantunan berbahasa di Pasar Sunggal

dalam interaksi jual beli merupakan

tuturan yang digunakan penjual dan

pembeli dalam proses TM. Pertama, jenis

kalimat yang digunakan meliputi kalimat

berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.

Kedua, bentuk kesantunan berbahasa di

Pasar Sunggal yaitu berbentuk makna

permintaan, suruhan, ajakan, permohonan.

Ketiga, strategi kesantunan berbahasa yang

sering muncul dalam tuturan penjual dan

pembeli di Pasar Sunggal adalah strategi

tuturan yang kurang santun dan strategi

tuturan yang yang agak santun.

Peneliti

mendata

wujud

kesantunan

bahasa.

Peneliti tidak

menghubungkan

hasil penelitian

dengan aspek

sosiolinguistik

masyarakat.

2.9.1 Penelitian Sebelumnya tentang Register Perdagangan di Beteng Trade

Center Solo

Register perdagangan dikaji oleh Sanjaya (2012). Sanjaya (2012:1—15)

menggolongkan register yang digunakan di Beteng Trade Center Solo ke dalam

ragam lisan dan tulisan. Ragam lisan diambil dari percakapan TM sedangkan

ragam tulisan diambil dari bahasa promosi produk. Pertama, ragam lisan memiliki

tiga jenis register yakni (1) berdasarkan kategori (terdiri atas nomina, verba,

ajektiva, dan adverbia), (2) tuturan ringkas (terdiri atas pemendekan dan sinkatan),

serta (3) sapaan. Kedua, ragam tulisan mecakup empat kelompok meliputi (1)

pemendekan, (2) pelepasan, (3) akronim, dan (4) penyingkatan.

Gaya bahasa yang digunakan dalam register tulisan (promosi) bersifat

hiperbola. Register yang digunakan di Beteng Trade Center Solo memiliki fungsi

dalam pelaksanaan proses TM. Fungsi spesifiknya adalah untuk menawarkan

Page 44: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

27

barang, menilai branag, menanyakan barang, meminati barang, menawar harga,

dan menandai kegagalan transaksi. Adapun fungsi lain, yakni untuk

mengungkapkan perasaan dan melucu dalam mengurangi ketegangan (Sanjaya,

2012:1—15).

2.9.2 Penelitian Sebelumnya tentang Wujud Kode Pilihan Bahasa Dalam

Jual Beli di Pasar Tradisional Kecamatan Winong, Kabupaten Pati

Sudono, A dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah melakukan penelitian

ini pada tahun 2014. Bahasa yang paling dominan digunakan dalam interaksi

antara Pj dan Pb di Pasar Winong adalah bahasa Jawa karena bahasa tersebut

dipakai oleh hampir seluruh penduduk di Kecamatan Winong. Adapun kode yang

digunakan oleh Pj dan Pb yang berwujud tingkat tutur lebih didominasi oleh

penggunaan bahasa Jawa ngoko. Kode yang berwujud ragam ringkas (restricted

code) lebih banyak digunakan oleh Pj dan Pb karena komunikasi ragam transaksi

membutuhkan model komunikasi yang ringkas, singkat, dan tidak bertele-tele.

Hanya sedikit sekali ditemukan penggunaan ragam lengkap. Kode yang berwujud

bahasa Jawa dialek Pati sangat dominan digunakan jika dibandingkan dengan

bahasa Jawa standar atau bahasa Jawa baku karena hampir semua masyarakat di

Kabupaten Pati merupakan penutur dialek Pati.

Page 45: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

28

2.9.3 Penelitian Sebelumnya tentang Campur Kode dalam Transaksi Jual

Beli pada Media Online Shop di Singaraja dan Denpasar

Pada tahun 2016, Annisa, dkk melakukan penelitian ini. Mereka

menemukan tiga jenis campur kode yang ditemukan, yakni (1) campur kode ke

dalam (33,7%), (2) campur kode ke luar (43,5%), dan (3) campur kode campuran

(22,8%). Bentuk campur kode terdiri atas campur kode pada tataran (1) kalimat

(65,35%), (2) frasa (14,80%), dan (3) klausa (19,80%).

2.9.4 Penelitian Sebelumnya tentang Tindak Tutur Ilokusi dalam Interaksi

Jual Beli di Pasar Burung Jaya Jember (Kajian Pragmatik)

Pada tahun yang sama, 2016, Wati, dkk juga meneliti bahasa tawar-

menawar. Mereka menemukan bentuk dan strategi tidak tutur di Pasar Burung

tersebut. Pertama, bentuk tuturan penjual dan pembeli. Tuturan penjual terdiri

atas (a) memberitahukan harga burung, (b) penjelaskan keadaan burung, (c)

berjanji menyediakan pesanan, dan (d) memuji pembeli. Adapun bentuk tuturan

penjual terdiri atas a) mengeluhkan kualitas barang; b) memesan aksesoris

burung; c) menawar dagangan; d) memohon kemurahan harga burung; e) berjanji

membayar kekurangan uang kepada penjual; f) mengucapkan terima kasih kepada

penjual; g) mengkritik kualitas burung; h) membatalkan transaksi; serta i)

memaafkan penjual.

Kedua, strategi tawar-menawar penjual dan pembeli. Strategi penjual terdiri

atas: a) menawarkan dengan menyapa pembeli; b) menawarkan dengan memuji

barang dagangan; c) menurunkan harga; d) menyetujui tawaran setelah ditawar; e)

Page 46: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

29

menyetujui tawaran untuk pelaris; f) menyetujui tawaran karena langganan; g)

menolak tawaran dengan dalih merugi; serta h) menolak tawaran dengan daih

harga naikAdapun strategi pembeli, yakni a) menawar dengan memohon; b)

menawar dengan gaya akrab; c) menawar dengan mencela dagangan; d) menawar

dengan persuasi bahwa harga terlalu mahal; e) serta menawar dengan gaya

ancaman.

2.9.5 Penelitian Sebelumnya tentang Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi

Jual Beli di Pasar Pekan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

Kabupaten Deli Serdang

Penelitian ini dilakukan oleh Cleopatra. Cleopatra (2016:1—6) mendata

bentuk-bentuk kesantunan bahasa yang digunakan dalam sebuah pasar tradisional.

Wujud kesantunan berbahasa di Pasar Sunggal dalam interaksi jual beli

merupakan tuturan yang digunakan penjual dan pembeli dalam proses TM.

Pertama, jenis kalimat yang digunakan meliputi kalimat berita, kalimat tanya, dan

kalimat perintah. Kedua, bentuk kesantunan berbahasa di Pasar Sunggal yaitu

berbentuk makna permintaan, suruhan, ajakan, permohonan. Ketiga, strategi

kesantunan berbahasa yang sering muncul dalam tuturan penjual dan pembeli di

Pasar Sunggal adalah strategi tuturan yang kurang santun dan strategi tuturan yang

yang agak santun.

Page 47: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

30

2.9.6 Celah Penelitian (Research Gap)

Kelima penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian saya.

Persamaan tersebut terdapat pada sumber data yang dikaji yakni masyarakat tutur

Pj dan Pb di PT. Mereka menemukan (1) register perdagangan, (2) wujud kode

pilihan bahasa, (3) campur kode, (4) tindak tutur ilokusi, dan (5) bentuk

kesantunan bahasa yang digunakan dalam proses TM di PT. Celah yang belum

tersentuh oleh kelima penelitian di atas, yakni analisis struktur teks TM dan

perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan di PT. Untuk itu, saya mengkaji hal

yang belum diteliti tersebut dalam penelitian ini. Kedua hal tersebut sekaligus

menjadi pembeda antara penelitian sebelumnya dengan penelitian saya.

Page 48: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

31

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian yang meliputi (1) jenis penelitian,

(2) waktu pengambilan data, (3) metode penyediaan data, (4) metode analisis data,

dan (5) metode penyajian data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian Proses Tawar Menawar Laki-Laki dan Perempuan di Pasar Raya

Mojosari Kabupaten Mojokerto (Analisis Sosiolinguistik) ini menggunakan

metode etnografi. “Tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk

asli, hubungannya dengan kehidupan, dan untuk mendapatkan pandangannya

mengenai dunianya” (Malinowski, 1922:25 dalam Spradley, 1997:3). Peneliti

tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi juga belajar dari masyarakat

(Spradley, 1997:3).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian etnografi adalah observasi-

partisipasi dan wawancara terbuka dalam jangka waktu yang relatif lama, bukan

kunjungan singkat dengan daftar pertanyaan terstruktur, seperti pada teknik survei

(Spradley, 1997:xvi). Untuk itu, pengenalan dan pendekatan mendalam telah

dilakukan. Informan menduduki posisi utama dalam pengolahan data penelitian

etnografi. Tahap pengenalan dan permohonan izin telah dilakukan dengan empat

toko yang dijadikan sasaran penelitian. Masyarakat yang diteliti adalah

masyarakat Pasar Raya Mojosari Kabupaten Mojokerto. Pengambilan data

Page 49: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

32

dilakukan dengan teknik perekaman transaksi jual-beli dan pembuatan catatan

lapang.

3.2 Waktu Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan selama satu bulan, yakni bulan Maret hingga

April. Bulan ini bertepatan dengan Bulan Rajab dalam kalender Hijriyah dan

Jawa. “Puncak keramaian pasar terdapat pada bulan Ramadan. Pembeli

berbondong-bondong datang ke pasar untuk membeli segala kebutuhan Hari Raya

Idul Fitri, seperti baju baru, sepatu baru, kue lebaran, alat salat, gorden, hingga

barang-barang kecil seperti taplak meja dan lap. Dua bulan sebelumnya, yakni

Rajab dan Ruwah kondisi pasar stabil” (Aisyah, wawancara 28 Maret 2017).

“Menjelang Ramadan (Ruwah akhir), pasar mulai ramai dikunjungi para pembeli

yang merayakan Megengan” (Nurillah, wawancara 28 Maret 2017).

Berdasarkan pendapat tersebut, Rajab adalah bulan yang tepat untuk

melakukan pengambilan data karena pada bulan tersebut, kondisi pasar tidak

dalam puncak keramaian. Jika pengambilan data dilakukan pada saat Ramadan

(puncak keramaian pasar), daya tawar sangat kecil karena jumlah permintaan

(pembeli) lebih besar dari jumlah ketersediaan barang. Oleh karena itu, bulan

yang stabil (Rajab) sangat cocok dijadikan sebagai waktu pengambilan data.

Selama satu bulan pengambilan data, terdapat tiga hari tanggal merah.

“Selain Ramadan, keramaian pasar juga terjadi saat hari Minggu dan tanggal

merah (hari besar nasional)” (Nurillah, wawancara 28 Maret 2017). Keberadaan

tiga hari tanggal merah ini diharapkan mampu menunjukkan keberagaman pola

Page 50: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

33

tawar menawar di hari biasa dan di hari libur. Hari libur memungkinkan

kedatangan pembeli dari berbagai status sosial, termasuk para buruh dan pegawai

yang sedang berlibur.

Pengambilan data dilakukan pada pukul 07.00—12.00 WIB. Pasar Raya

Mojosari memulai aktivitas pada dini hari (pukul 02.00 WIB). Hal tersebut

ditandai oleh keramaian pedagang sayur dan ikan. Pada pukul 07.00, pedagang

sayur dan ikan mulai berkurang dan digantikan oleh pedagang pakaian, gerabah,

tas, sepatu, dan sebagainya. Kios pakaian, gerabah, tas, dan sepatu memiliki daya

tawar tinggi. Oleh karena itu, pengambilan data dilakukan di toko-toko tersebut

pada pukul 07.00—12.00.

3.3 Metode Penyediaan Data

Sampel dipilih dengan menggunakan teknik penarikan sampel secara

sistematis. “Cara ini dilakukan dengan menentukan persentase jumlah sampel

yang diambil” (Mahsun, 2014:235). Saya memilih transaksi TM di kios yang

menjual barang-barang dengan daya tawar tinggi, seperti baju, gerabah, sepatu,

dan tas. Sembako, makanan, dan sayur sengaja tidak dipilih karena tidak ada

proses TM di sana.

Baju, gerabah, tas, dan sepatu memiliki daya tawar karena barang-barang ini

berharga tinggi. Jenis, model, dan merek sangat beragam dan sulit dikenali

sehingga penjual biasa menawarkan harga barang terlebih dahulu sedangkan

barang kebutuhan sehari-hari —seperti sembako, sayur, dan buah-buahan—

adalah komoditas yang umum dijumpai. Sawi yang dijual pedagang A sama

Page 51: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

34

dengan sawi yang dijual pedagang B. Hal itu menyebabkan harga kisaran barang

sudah banyak dipahami pembeli dan pedagang pun tidak akan menawarkan harga.

Begitu juga pada peracangan (pedagang sembako). Rokok X adalah barang yang

dijual di toko mana saja karena banyak dicari dan dibeli orang setiap hari. Oleh

karena itu, harga rokok X sudah umum diketahui masyarakat. Pedagang tidak

akan menawarkan dagangannya.

Ada tiga lokasi yang saya pilih sebagai tempat pengambilan sampel, yakni

satu kios dengan pedagang laki-laki dan dua kios dengan pedagang perempuan.

Transaksi yang dipilih adalah transaksi pada pembeli perempuan dan pembeli

laki-laki dengan kategori berikut.

1. Kategori usia terdiri atas (a) remaja (15—25 tahun), (b) dewasa (26—40

tahun), dan (c) tua (41—60 tahun).

2. Kategori status sosial terdiri atas (a) tidak bekerja, (b) buruh pabrik, dan (c)

pegawai pemerintah.

3. Kategori pendidikan terdiri atas (a) tidak sekolah, (b) SD atau SMP, dan (c)

SMA atau perguruan tinggi.

Penyediaan data dilakukan dengan dua metode, yakni metode SBLC (Simak

Bebas Libat Cakap) dan metode wawancara. SBLC atau yang biasa dikenal

sebagai teknik sadap dipilih untuk mendapatkan peristiwa berbahasa agar berjalan

alami (Mahsun, 2014:242—243). SBLC memerlukan bantuan catatan lapang

untuk mendeskripsikan hal-hal yang tidak terekam dalam SBLC.

Page 52: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

35

Informasi yang dimuat dalam catatan lapang adalah sebagai berikut.

1. Tanggal penyimakan, jenis dagangan, dan jenis kelamin pedagang.

2. Kriteria informan yang meliputi jenis kelamin, usia, status sosial, dan

pendidikan pembeli.

3. Status kekerabatan antara penjual dan pembeli.

Selanjutnya, metode wawancara. Metode ini digunakan untuk

mewawancarai penjual. Hal-hal yang ditanyakan meliputi usia, status sosial, dan

pendidikan. Penjual diwawancarai sebelum pengambilan data dilakukan.

3.4 Metode Analisis Data

Penganalisisan data menggunakan metode yang biasa digunakan dalam ilmu

Sosiolinguistik, yakni metode padan. Metode padan merupakan cara menganalisis

data dengan “menghubung-bandingkan antar unsur yang bersifat lingual –jika itu

berupa metode padan lingual– atau menghubung-bandingkan unsur yang

ekstralingual –jika itu metode pada ekstralingual—“ (Mahsun, 2014:259).

Perbandingan yang dilakukan adalah tuturan laki-laki dengan tuturan perempuan

saat TM di PRM. Unsur intralingual yang menjadi bagian penelitian ini adalah

struktur teks dan beberapa pemarkah linguistik (jenis kalimat, diglosia, dan

partikel). Unsur ekstralingual bahasa TM di PRM, yakni usia, status sosial, dan

pendidikan penutur.

Page 53: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

36

Berikut ini adalah langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini.

3.4.1 Pengelompokan Data Berdasarkan Jenis Kelamin

Data dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin penutur sebagai berikut.

1. Penjual laki-laki dan pembeli laki-laki.

2. Penjual perempuan dan pembeli perempuan.

3. Penjual laki-laki dan pembeli perempuan.

4. Penjual perempuan dan pembeli laki-laki.

3.4.2 Pengodifikasian dan Penganalisisan Struktur Teks

Kodifikasi menggunakan urutan (1) nomor transaksi, (2) jenis barang yang

dijual, (3) jenis kelamin penjual, (4) jenis kelamin pembeli, serta (5) struktur teks

dan nomor struktur. Kelima elemen kodifikasi dipisah menggunakan garis miring

“/”. Nomor data adalah urutan dari seluruh data dari angka satu. Jenis barang yang

dijual disingkat menjadi (a) Ban (Baju Anak), (b) Bcm (Baju Campur), dan (c)

Blk (Baju Laki-Laki). Jenis kelamin disingkat menjadi “Lk” untuk laki-laki dan

“Pr” untuk perempuan. Struktur teks memiliki jenis sebagai berikut.

1. PngPj (pengawalan penjualan).

2. PnPJ (penanyaan penjualan).

3. PrPj (permintaan penjualan).

4. PmPj (pemenuhan penjualan).

5. Pj (penjualan).

6. Pb (pembelian).

7. PtPb (penutupan pembelian).

Page 54: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

37

8. Pny (penyelesaian).

9. Sl (salam).

Contohnya pada kodifikasi 1/Ban/Pr/Lk/PtPb1. Artinya adalah percakapan

tersebut berada pada transaksi ke-1 dengan jenis barang yang dijual adalah baju

anak-anak (Ban). Penjual berjenis kelamin perempuan (Pr) dan pembelinya laki-

laki (Lk). Struktur teks dialog tersebut adalah penutupan penjualan (PtPb) yang

ke-1.

Kode diberikan pada setiap struktur di tiap data. Satu data berarti satu

transaksi jual-beli yang dilakukan oleh penjual dengan pembeli. Berikut adalah

contoh pemberian kode pada sebuah percakapan.

Tabel 3.1 Contoh Pengodifikasian Data Percakapan Kodifikasi

Pb : Panggangan, Pak? 1/G/Pr/Lk/PrPj

Pj : Sing iki empat puluh, tiga lapan ae gawe samean

‘Yang ini empat puluh, tida delapan saja lah buat kamu’

1/G/Pr/Lk/PmPj

Pb : Gak tiga lima ae ah buk?

‘Tidak tiga lima saja ta, Buk?’

Pj : Tiga lima. Yowes gawe pelaris wis. Gak popo

‘Tiga lima. Ya sudah buat pelaris. Tidak apa-apa’

1/G/Pr/Lk/TM

Pb : Yoiki mantep iki (sambl membayar)

‘Ya ini mantap ini’

1/G/Pr/Lk/PtPb

Pb : Suwun, Mas yo?

‘Makasih, Mas ya?’

Pj : Inggih, monggo, Buk

‘Iya, mari, Buk’

1/G/Pr/Lk/Pny

3.4.3 Pendataan Pola Struktur, Penganalisisan Pemarkah Linguistik, dan

Penafsiran

Pendataan pola adalah menganalisis pola umum struktur teks yang terdapat

pada seluruh trasaksi. Selanjutnya, dianalisislah perbedaan bahasa laki-laki dan

Page 55: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

38

perempuan dari segi struktur teksnya. Setelah itu, penganalisisan berlanjut pada

penentuan pemarkah linguistik (jenis kalimat, diglosia, serta partikel) yang

menjadi pembeda bahasa laki-laki dengan perempuan. Hasil analisis pola struktur

dan tiga pemarkah linguistik tersebut digunakan sebagai acuan untuk menentukan

perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan.

3.5 Metode Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan dua metode, yakni metode formal dan

informal. Metode formal adalah penyajian menggunakan tanda-tanda dan lambang

sedangkan metode informal menggunakan kata-kata (Sudaryanto, 1993 dalam

Mahsun, 2014:123). Lambang-lambang yang digunakan pada metode formal

adalah sebagai berikut.

1. Kodifikasi data telah dijelaskan pada bagian di atas. Kodifikasi memadukan

tanda angka, singkatan huruf, dan pemisahan menggunakan garis miring (/).

2. Tanda petik tunggal (‘…’), yakni tanda yang dipakai untuk menandai glos

atau makna dari percakapan Pj dan Pb yang menggunakan Bahasa Jawa.

Penyajian data yang berupa kata-kata berisi hasil analisis, temuan, dan

pengontrasan perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan. Pertama, pola umum –

seperti struktur teks, jenis kalimat, diglosia, dan pertikel—yang digunakan para

penutur di PRM dijabarkan. Kemudian, perbedaan empat hal tersebut digunakan

untuk menemukan perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan. Terakhir, pola

perbedaan tersebut dihubungkan dengan teori gender yang dikemukakan oleh

Tanen, Wardaugh, Labov, Sumarsono, dan sebagainya.

Page 56: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini menjelaskan tiga hal, yakni struktur teks, pemarkah linguistik,

serta perbedaan bahasa Lk dan Pr pada proses tawar-menawar di Pasar Raya

Mojosari. Struktur teks dan pemarkah linguistik dalam teks TM di PRM

dijabarkan pada bagian 4.1 dan 4.2. Selanjutnya, hasil analisis 4.1 dan 4.2 tersebut

digunakan untuk menemukan ciri pembeda bahasa Lk dan Pr di bagian 4.3.

4.1 Struktur Teks

Struktur teks mengacu pada teori Halliday dan Hasan (1992:83—87) yang

memecah teks perdagangan menjadi tiga, yakni unsur wajib, pilihan, dan

pengulangan. Pertama, unsur wajib terdiri atas (1) PrPj (Permintaan Penjualan),

(2) PmPj (Pemenuhan Penjualan), (3) Pjn (Penjualan), (4) Pbn (Pembelian), dan

(5) PtPb (Penutupan Pembelian). Kedua, unsur pilihan meliputi (1) PngPj

(Pengawalan Penjualan), (2) PnPJ (Penanyaan Penjualan), (3) Pny (Penyelesaian),

dan (4) Sl (Salam). Ketiga, unsur pengulangan mencakup (1) PnPJ (Penanyaan

Penjualan), (2) PrPj (Permintaan Penjualan), dan (3) PmPj (Pemenuhan

Penjualan).

Page 57: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

40

4.1.1 Pola Umum Struktur Teks yang Digunakan Para Penutur di Pasar

Raya Mojosari

Berikut ini adalah salah satu hasil analisis struktur teks tawar-menawar di

Pasar Raya Mojosari.

Tabel 4.1 Percakapan Transaksi ke-6 Transaksi Ke- 6 (Suara 007)

Tanggal Pengambilan Data 23 Maret 2017

Kodifikasi Data 6/Bcm/Pr/Lk

Usia, Pendidikan Pj Tua, SMP

Usia, Status Sosial, Pendidikan Pb Remaja, -, -

Keterangan tambahan -

Percakapan Struktur

Pj: Golek opo, Mas?

‘Cari apa, Mas?’

6/Bcm/Pr/Lk/PngPj1

Pb: Katok, Buk.

‘Celana dalam, Bu’

6/Bcm/Pr/Lk/PrPj1

Pj: Oalah, iki lho pean milih-milih. 6/Bcm/Pr/Lk/PmPj1

Sak mene a?

‘Oalah, ini lho kamu milih. Segini a?’

6/Bcm/Pr/Lk/PnPj1

Pb: Sak menten ngge buk?

‘Segini ya, Bu’

Pj: L yo cukup.

Iki XL.

6/Bcm/Pr/Lk/Prt1

Pb: Pintenan niki?

‘Berapaan ini?’

Pj: Iki rongpuluh sakmene.

‘Ini duapuluh segini’

6/Bcm/Pr/Lk/PnPj4

Pb: Limabelas mboten atok a? Limabelas.

‘Limabelas apakah tidak boleh? Limabelas’

6/Bcm/Pr/Lk/PrPj4

Pj: Lho, lapo sampean wis langganan ae ditawakno.

Nek towo selawe telu limo sampean iku.

‘Lho, ngapain kamu sudah langganan kok ditawarkan. Kalau saya

tawarkan duapuluh lima kamu itu’

6/Bcm/Pr/Lk/PmPj4

Pb: Niki, Buk. (Membayar).

‘Ini, Bu (Membayar)’

6/Bcm/Pr/Lk/Pbn

Pj: Enggeh. (Memberikan kembalian). 6/Bcm/Pr/Lk/Pjn

Matur suwun.

Pelaris sing nukoni Wak Yai.

Nek gak anu sampean ijolno yah?

‘Iya. (Memberikan kembaian. Terima kasih. Pelaris, yang membeli

Pak Kyai. Kalau tidak anu kamu tukar ya?’

Pb: Engge.

‘Iya’

6/Bcm/Pr/Lk/PtPb1

Page 58: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

41

Penjual mengawali transaksi (PngPj) dengan cara menawarkan barang

dagangannya ke pembeli. PngPj yang terjadi pada data di atas adalah Pj yang

menanyai Pb mencari barang apa. Selanjutnya, Pb meminta barang yang ia

inginkan (PrPj) berupa celana dalam. Pj memenuhi permintaan tersebut dengan

menunjukkan celana dalam (PmPJ). Untuk mendapat kriteria barang yang pas, Pj

melakukan penanyaan kepada Pb tentang ukuran celana dalam yang diinginkan

(PnPj).

Setelah itu, Pb melakukan pertimbangan dalam memilih barang (Prt). Proses

pertimbangan dilakukan Pb dengan menanyai Pj apakah ukuran segini cukup

untuk orang yang sangat besar. Pj pun menjawab bahwa celana dalam ukuran L

cukup untuk ukuran yang diinginkan. Saat barang yang diinginkan sudah terpilih,

proses PnPj terulang kembali dengan penanyaan harga barang. Pj menanyai Pb

berapa harga celana dalam tersebut. Pj menjawab bahwa harganya dua puluh ribu.

Pb selanjutnya menawar harga barang melalui proses PrPj yang berbunyi, “apakah

tidak boleh lima belas?”. Pj memenuhi permintaan penawaran harga tersebut

dengan menjawab bahwa Pj tidak menawarkan harga jika langganan yang

membeli (PmPj). Terakhir, Pb melakukan proses pembayaran pada struktur

penjualan (Pjn) dan pembelian (Pbn). Transaksi di atas ditutup melalui ucapan

terima kasih (PtPb).

Berdasarkan tiga belas transaksi yang dianalisis, struktur umum yang

terbentuk dalam transaksi TM adalah sebagai berikut.

(4) PngPj^PrPj...n^PnPj..n^PmPj..n^Prt^PnPj^PrPj..n^PmPj..n^Krb…n^Pbn^Pjn^PtPb^Pny…n

Page 59: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

42

4.1.2 Struktur Unik dalam Proses Tawar-Menawar di Pasar Raya Mojosari

Teks TM di PT memiliki ciri khusus yang mampu membedakannya dengan

teks perdagangan lain. Ada dua struktur unik dalam teks tawar-menawar, yakni

(1) Keakraban (Krb) dan (2) Pertimbangan (Prt). Berikut ini adalah penjelasan dua

struktur unik tersebut.

Pertama, struktur unik keakraban. Keakraban berarti hal atau keadaan

akrab, kekariban (Sunendar, dkk, 2016). Saya mengakronimkannya menjadi Krb.

Percakapan di pasar tidak hanya memuat hal-hal yang bersifat transaksional jual-

beli, tetapi juga hal-hal fungsional seperti percakapan kehidupan pribadi untuk

membentuk kedekatan emosional antarpenutur. Di toko modern (swalayan),

percakapan yang terjadi hanya bersifat transaksional (total belanjaan) namun di

pasar tradisional, percakapan yang terjadi bersifat fungsional.

Struktur keakraban selalu muncul hampir di seluruh transaksi, baik pada

transaksi sesama gender, maupun berbeda gender. Semakin rendah tenggang

sosial –ada kedekatan-- yang terjadi antara penjual dan pembeli, maka proses Krb

akan semakin lama. Sebaliknya, semakin tinggi tenggang sosial –tidak ada

kedekatan-- penjual dan pembeli, maka Krb akan semakin pendek.

Keakraban (Krb) yang terjadi pada laki-laki berbeda dengan Krb pada

perempuan. Penjual dan pembeli perempuan melakukan Krb dengan perbincangan

seputar alamat rumah, bagaimana kehidupan di rumah, bagaimana anak pulang

sekolah, hingga hal kecil seperti mematikan keran di rumah, dan hal-hal lain yang

menyangkut ranah domestik. Berikut ini adalah data percakapan keakraban antara

PjPr dan PbPr.

Page 60: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

43

Tabel 4.2 Percakapan Keakraban antara Penjual Perempuan dengan

Pembeli Perempuan Percakapan Struktur

Pb: Iyo timbang jajan-jajan.

‘Iya daripada jajan-jajan’

Pj: Iyo timbang jajan-jajan.

Piro aku lho tuku roti jareku beke piro telungpuluhlimo cuwilik.

Ala rek tuwas ae tuku anu.

Eruh ngunu wani ikine lho.

Saiki ungsum ngunu-ngunu.

‘Iya daripada jajan-jajan. Aku beli roti tak kira berapa tigapuluh lima sangat

kecil. Aduh, nyesel beli ani. Tahu begitu lebih baik beli ini. Sekarang

musimnya gini-gini’

11/Bcm/Pr/P

r/Krb4

Percakapan di atas berisi penjual perempuan yang sedang menceritakan

pengalamannya setelah memebeli roti. Sebelumnya, pembeli perempuan memulai

kekaraban dengan menyatakan bahwa lebih baik membeli selimut daripada

membeli jajan sebagai hantaran pernikahan. Kemudian Pj menjawab pernyataan

tersebut dengan pengalamannya memebeli roti yang ternyata harganya lebih

mahal dari selimut, sehingga membeli selimut sebagai hantaran pernikahan lebih

baik daripada roti yang berukuran kecil. Pebincangan seputar pengalam pribadi ini

merupakan perbincangan khas para perempuan yang berkutat pada ranah

domestik.

Berbeda dengan hal tersebut, penjual dan pembeli laki-laki justru

membicarakan pekerjaan, pendidikan anak, dan hal-hal lain yang menyangkut

status sosial. Contohnya pada data berikut.

Page 61: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

44

Tabel 4.3 Percakapan Keakraban Penjual Laki-Laki dengan Pembeli Laki-

Laki Percakapan Struktur

Pj: Pun gedhe a anake?

‘Sudah besar anaknya?’

Pb2: Pun gedhe

‘Sudah besar’

Pj2: Kelas pinten?

‘Kelas berapa?’

Pb2: SMA kelas kale, Cak Mat

‘SMA kelas dua, Cak Mat’

Pj: O sekolah pundi?

‘O sekolah mana?’

Pb2: Aliyah mriku Sedati

‘Aliya situ Sedati’

Pj: Oh Sedati.

‘Oh Sedati’

16/Blk/Lk/PrLk/Krb7

Percakapan di atas berisi percakapan PjLk yang menanyai PbLk tentang usia anak

dan di mana tempat anak menempuh pendidikan. Pendidikan anak mampu

menunjukkan status sosial seseorang.

Kedua, struktur unik pertimbangan. Pertimbangan adalah pendapat tentang

baik dan buruknya sesuatu (Sunendar, dkk, 2016). Dalam hal ini, saya

akronimkan menjadi Prt. Hal yang dipertimbangkan oleh Pb adalah kualitas dan

kuantitas barang seperti warna, ukuran, dan sebagainya. Proses pertimbangan

dilakukan melalui pendiskusian antara Pb dan Pj. Hal ini hanya terjadi di pasar

tradisional dan tidak terjadi di pasar modern. Seorang Pb di pasar modern tidak

mungkin menanyi penjaga kasir tentang barang mana yang lebih cocok untuk Pb.

Percakapan di pasar modern hanya bersifat transaksional.

Proses pertimbangan PbPr lebih panjang daripada PbLk. Hal tersebut dapat

kita lihat dengan membandingkan data transaksi ke-13 dengan data transaksi ke-6.

Transaksi ke-13 dengan pembeli perempuan memiliki struktur Prt yang panjang

dan diulang beberapa kali. Berikut ini adalah datanya.

Page 62: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

45

Tabel 4.4 Percakapan Pertimbangan (Prt) antara Penjual Perempuan

dengan Pembeli Perempuan Percakapan Struktur

Pb: Seneng ungu ta kuning arek e iki?

‘Suka ungu atau kuning anak ini’

Pj: Yo loro ngunu ae wis.

‘Ya dua gitu saja lah’

Pb: Masaalah.

‘Masya Allah’

Pj: Hehe.

‘Hehe’

Pb: Ngomonge ma tumbasno sing kuning ae.

‘Bialangnya Ma, belikan yang kuning saja’

Pj: Yo kuninga ae.

Nek gak anu ijolno ngunu ae.

13/Bcm/Pr/Pr/

Prt1

Sing kuning niki beke yo.

‘Iya saya bilangkan kalau gitu. Yang kuning ini saja mungkin ya’

Pj: Yo nek arek e njaluk kuning kek ono kuning ae.

‘Ya kalau anaknya minta kuning ya kasih saja kuning’

13/Bcm/Pr/Pr/

Prt2

Pb: Oh. Apik iki, Yah.

‘Oh bagus ini, Yah’

Pj: Tapi lek anak sampean sak munu cukup.

‘Tapi kalau anak kamu segitu cukup’

Pb: Arek e lho niku gimbul.

‘Anaknya lho gendut’

Pj: Lha yo cukup iku nomer anu.

Wong awak e lho rong kilan.

Nek gak anu yo diuncalno se.

Kapan-kapan lapo gupuh-gupuh.

‘Lha iya cukup itu nomor anu. Badanya dua kil. Kalau tidak anu ya

dilempar sini. Kapan-kapan saja tidak usah terburu-buru’

Pb: Hehehe. Diuncalno.

‘Hehehe. Dilemparkan’

Pj: Kan wis eruh nggen e.

TK besar ta TK kecil?

‘Kan sudah tahu tempatnya. TK besar atau TK kecil?’

Pb: TK kecil.

‘TK kecil’

Pj: Lha yo, iku TK besar cukup.

‘Lha iya, itu TK besar cukup’

Pb: Tapi larene lho padet ngonten lho.

‘Tapi anaknya lho padat gitu lho’

Pj: Haha iyo. Poret.

‘Haha, iya, besar’

13/Bcm/Pr/Pr/

Prt3

Percakapan di atas adalah proses pertimbangan yang dilakukan PbPr. Dalam

satu transaksi, perempuan melakukan Prt hingga tiga kali. Pada Prt1

Page 63: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

46

(13/Bcm/Pr/Pr/Prt1), PbPr kebingungan memilih baju warna kuning atau ungu. Ia

berkata jika anaknya memesan warna kuning. Kemudian, PjPr menyarankan untuk

mengambil kuning saja. Setelah melakukan perbincangan lain, PbPr kembali

menunjukkan kebimbangangannya dalam memilih warna kuning pada Prt2

(13/Bcm/Pr/Pr/Prt2). Pj pun kembali menyarakan kuning saja jika anak benar-

benar meminta kuning. Beberapa saat kemudian, pertimbangan terjadi lagi pada

Prt3 (13/Bcm/Pr/Pr/Prt3). Kali ini, PbPr mempertimbangkan apakah ukuran

tersebut cukup untuk anaknya. Penjual pun akhirnya memberi kesempatan pada

Pb untuk menukarkan barang jika ukurannya kurang besar.

Berbeda dengan perempuan yang mampu mengulangi Prt hingga tiga kali,

Prt laki-laki hanya sedikit seperti yang nampak pada data berikut.

Tabel 4.5 Percakapan Pertimbangan antara Penjual Perempuan dan Pembeli

Laki-Laki Percakapan Struktur

Guwedhe engkok lah molor, Mas.

Sak munu iku wis.

Iku ae kegedhen.

‘L ya cukup. Ini XL. Silahkan, cari apa lagi? (Menawarkan barang pada

pembeli yang lalu-lalang). Besar sekali nanti juga molor, Mas. Sebesar itu lah.

Itu aja kebesaran’

Pb: Engge sak mas niku tiyange.

‘Iya, sebesar Mas itu orangnya’

Pj: He’em cukup guwedhe iki soale.

‘Iya. Cukup. Sangat besar ini’

6/Bcm/Pr

/Lk/Prt2

Percakapan di atas menunjukkan bahwa PbLk tidak terlalu panjang dalam

menentukan pilihan barang pada proses pertimbangan. Laki-laki hanya bertanya

satu kali tentang ukuran yang pas untuknya. Setelah penjual menyarankan ukuran

XL saja, PbLk langsung mengiayakan pemilihan barang dan meneruskan

Page 64: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

47

percakapan pada proses selanjutnya, yakni penanyaan harga. Hal ini menunjukkan

bahwa proses pertimbangan pada laki-laki lebih pendek daripada perempuan.

Kedua struktur baru –keakraban (Krb) dan pertimbangan (Prt)—tersebut

termasuk dalan jenis struktur pilihan. Keakraban dan pertimbangan tidak wajib

ada dalam setiap transaksi tawar-menawar. Keakraban dan pertimbangan muncul

sebagai upaya penutur untuk membentuk kedekatan dengan lawan tutur. Tanpa

kehadiran dua struktur tersebut, proses jual-beli masih bisa berlangsung.

.

4.1.3 Perbedaan Struktur Teks yang Digunakan Laki-Laki dan Perempuan

Berdasarkan hasil analisis strutur teks percakapan TM di PRM, ada

perbedaan isi struktur kekaraban dan pertimbangan pada laki-laki dan perempuan.

Berikut ini adalah tabel perbedaannya.

Tabel 4.6 Perbedaan Isi Struktur Teks Keakraban (Krb) dan Pertimbangan

(Prt) pada Laki-Laki dan Perempuan Struktur Teks Lk Pr

Krb (Keakraban) Berisi pembicaraan seputar status

sosial

Berisi pembicaraan di wilayah

domestik

Prt (Pertimbangan) Pendek Panjang

Perbedaan bahasa Lk dan Pr terdapat pada isi strutur Krb dan Prt yang

mereka tuturkan. Pada struktur Krb, Lk membicarakan hal-hal yang menyangkut

status sosial mereka, seperti pendidikan anak dan pekerjaan. Adapun Pr

membicarakan hal-hal di wilayah domestik untuk membentuk kedekatan. Pada

struktur Prt, Lk melakukan proses tersebut lebih pendek daripada Pr.

Page 65: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

48

4.2 Pemarkah Linguistik

Pemarkah linguistik yang digunakan untuk mengupas perbedaan bahasa Lk

dan Pr di PRM ada tiga, yakni (1) jenis kalimat, (2) diglosia, dan (3) partikel.

4.2.1 Jenis Kalimat

Ada empat golongan yang dibandingkan, yakni penjual laki-laki (PjLk),

penjual perempuan (PjPr), pembeli laki-laki (PbLk), dan pembeli perempuan

(PbPr). Jenis kalimat yang digunakan mengacu pada jenis kalimat dalam Bahasa

Jawa menurut Wedhawati, dkk (2001:427—535). Wedhawati, dkk (2001:427—

535) membagi kalimat ke dalam tiga jenis, yakni kalimat tunggal (T), beruas (B),

dan majemuk (M). Kalimat T memiliki sub-jenis tunggal induktif (T-ind), tunggal

imperatif (T-imp), tunggal interogatif (T-int), tunggal desiratif (T-des), tunggal

obligatif (T-obl), tunggal opatif (T-opa), dan tunggal subjungtif (T-sub). Kalimat

B memiliki sub-jenis beruas kepemilikan (B-pem), beruas perlawanan (B-per),

beruas kewaktuan (B-kew), beruas sebab (B-seb), beruas kecaraan (B-kec), beruas

tujuan (B-tuj), beruas konsesif (B-kon), dan beruas syarat (B-sya). Kalimat M

memiliki sub-jenis majemuk setara (M-set), majemuk bertingkat (M-ber), dan

majemuk ampuran (M-cam).

4.2.1.1 Jenis Kalimat yang Digunakan Para Penutur di Pasar Raya Mojosari

Pertama, jenis kalimat yang digunakan PjLk ada 12 jenis, yakni T-ind, T-

imp, T-int, T-des, T-sub, B-per, B-seb, B-kec, B-tuj, B-sya, M-set, dan M-ber.

Jenis kalimat yang tidak digunakan adalah T-obl, T-opa, B-pem, B-kew, B-kon,

Page 66: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

49

dan M-cam. Kedua, jenis kalimat yang digunakan PjPr ada 13 jenis, yakni T-ind,

T-imp, T-int, T-des, T-opa, T-sub, B-pem, B-kew, B-seb, B-kec, B-kon, M-set,

dan M-ber. Kalimat yang tidak digunakan PjPr meliputi T-obl, B-per, B-tuj, B-

sya, dan B-cam.

Ketiga, kalimat yang digunakan PbLk lebih sedikit, yakni 10 jenis, meliputi

T-ind, Timp, T-int, T-ob, T-opa, T-sub, B-kew, B-seb, B-kec, dan B-tuj. Kalimat

yang tidak digunakan PbLk terdiri atas T-des, B-pem, B-per, B-kon, B-sya, dan

semua jenis kalimat majemuk (M-set, M-ber, M-cam). Keempat, jenis kalimat

yang digunakan PbPr ada 12, yakni T-ind, T-imp, T-int, T-des, T-obl, T-opa, T-

sub, B-seb, B-kec, B-kon, M-set, dan M-ber. Kalimat yang tidak digunakan PbPr

meliputi B-pem, B-kew, B-per, B-tuj, B-sya, dan M-cam.

Berikut ini adalah contoh beberapa jenis kalimat yang digunakan penutur di

PRM.

(5) T-ind

Pokemon pun mboten medal, Mbak.

‘Pokemon sudah tidak keluar, Mbak’. (14/Blk/Lk/Pr/PmPj1)

Kalimat di atas kalimat indikatif karena verba pun mboten medal ‘sudah

tidak keluar’ bersifat netral (tidak memerintah atau menanyakan). Penyataan

bahwa pokemon sudah tidak keluar memang sesuai dengan kenyataan dan tidak

mempunyai unsur bertanya atau memerintah.

(6) T-imp

Sampean ukur, Mbak!

‘Silahkan diukur, Mbak!’ (16/Blk/Lk/PrLk/PnPj5)

Kalimat di atas termasuk dalam jenis imperatif karena memiliki unsur

menyuruh lawan tutur. Kalimat tersebut memunculkan respon berupa tidakan

Page 67: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

50

untuk mengukur baju. Saat mendengar lawan tutur mengucapkan kalimat di atas,

pendengar akan melakukan hal yang diperintahkan tersebut.

(7) T-int

Ukuran nopo?

‘Ukuran apa?’ (15/Blk/Lk/LkPr/Pny1)

Kalimat di atas memunculkan respon lawan tutur untuk menjawab

pertanyaan tersebut. Pendengar yang mendengarnya akan menjawab dengan

ukuran L, XL, dan sebagainya. Inilah yang menyebabkan kalimat di atas tergolong

interogatif atau kalimat tanya.

(8) T-des

Lho tak duduhno!

‘Lho akan saya tunjukkan!’ (16/Blk/Lk/PrLk/PmPj13)

Desiratif adalah kalimat yang modus verbalnya menyatakan keinginan.

Keinginan yang dimaksud berupa tindakan yang akan dilakukan. Jadi, kalimat di

atas adalah kalimat yang menyatakan bahwa penutur akan melakukan tindakan,

yakni menunjukkan contoh barang pada pembeli, bukan sedang dilakukan. Oleh

karenanya, kalimat di atas termasuk desiratif.

(9) T-obl

Ojok iku arek e!

‘Jangan itu anaknya!’ (16/Blk/Lk/PrLk/Prt4)

Kalimat di atas termasuk T-obl karena berisi keharusan. PbLk menyuruh

PbPr untuk tidak membeli baju dengan sebuah warna. Larangan itu bersifat wajib,

sehingga bermakna sesuatu yang harus dipatuhi (keharusan).

(10) T-opa

Mbenjeng Sabtu ngge?

‘Besok Sabtu ya?’ (2/Ban/Pr/Pr/PtPb1)

Page 68: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

51

Kalimat di atas termasuk ke dalam jenis T-opa karena memuat harapan.

Harapan diwujudkan dalam bentuk janji dari Pj ke Pb bahwa barang yang

diinginkan akan ada besok Sabtu.

(11) T-sub

Paling mbenjeng bek e, Mbak.

‘Mungkin besok mungkin, Mbak’. (16/Blk/Lk/PrLk/PmPj3)

Kalimat subjungtif adalah kalimat yang modus verbalnya berupa

ketidakpastian. Kata paling ‘mungin’ menunjukkan ketidakpastian kedatangan

barang. Selain itu, penambahan partikel bek e ‘mungkin’ semakin mempertajam

ketidakpastian kalimat di atas.

(12) B-kec

Apik, Bro koyok Lea.

‘Bagus, Bro seperti Lea’. (15/Blk/Lk/LkPr/PmPj6)

Kalimat di atas termasuk B-kec karena ruas pertama apik, Bro ‘bagus, Bro’

memiliki kesamaan dengan makan koyok Lea ‘seperti Lea’. Baju bagus dan

menyerupai merek ternama Lea memiliki satu tujuan atau cara yang sama, yakni

memuji kualitas barang. Oleh karena itu, kalimat di atas termasuk jenis kecaraan.

(13) B-sya

Nek towo nggih mboten towo nggih tigalima

‘Kalau menawarkan ya tidak menawarkan yah tigalima’.

(14/Blk/Lk/Pr/PnPj)

Kalimat di atas termasuk B-sya karena ruas kedua mboten towo ‘tidak

menawarkan’ adalah syarat agar harga menjadi nggih telulimo ‘ya tigalima’.

(14) M-set

Niki merek sami tapi sing seratuslima.

‘Ini merek yang sama tapi yang seratuslima’. (16/Blk/Lk/PrLk/Pjn1)

Pemenggalan klausa yang terjadi pada kalimat di atas adalah niki merek

sami // tapi sing seratuslima ‘ini merek yang sama tapi yang seratuslima’. Kalimat

Page 69: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

52

di atas tergolong M-set karena klausa pertama bukan bagian dari klausa kedua.

Selain itu, jika urutan klausa diubah menjadi tapi sing seratuslima // niki merek

sami ‘tapi yang seratuslima // ini merek yang sama’ tidak berterima.

(15) M-ber

Engken bek e anu sampean tukaraken ngge ya?

‘Nanti kalau tidak anu silahkan Anda tukarkan ya?’

(16/Blk/Lk/PrLk/Prt9)

Kalimat di atas termasuk M-ber karena klausa pertama engken bek e anu

‘nanti kalau anu’ adalah bagian dari klausa kedua sampean tukaraken ngge ya?

‘silahkan Anda tukarkan ya?’. Selain itu, saat posisi kalusa kedua diletakkan di

depan menjadi engken sampean tukaraken bek e anu ngge ya? ‘nanti silahkan

Anda tukarkan kalau tidak anu ya?’ berterima.

4.2.1.2 Jenis Kalimat Unik yang Digunakan Para Penutur di Pasar Raya

Mojosari

Selain beberapa jenis kalimat di atas, bahasa TM di PRM juga memuat

kalimat yang memiliki jenis ganda. Contohnya kalimat interogatif (int) yang

disajikan dalam bentuk kalimat beruas (B), sehingga menjadi kalimat beruas

interogatif (B-kec-int), kalimat imperatif (int) yang disajikan dalam bentuk

kalimat beruas, sehingga menjadi kalimat beruas imperatif (B-kec-imp), kalimat

majemuk (M) yang hanya memiliki satu klausa, sehingga saya namai setengah

majemuk (1/2M), dan sebagainya. Jenis unik ini ada 26 macam, berikut ini adalah

beberapa contohnya.

(16) T-opa-obl

Bek e telungpuluh wis!

‘Saya kira tigapuluh lah!’ (5/Bcm/Pr/Pr/PrPj5)

Page 70: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

53

Kalimat di atas berisi harapan berupa barangkali harga barang hanya

tigapuluh. Hal ini menjadi angan Pb. Namun, penambahan partikel wis ‘lah’

membuat kalimat di atas juga berfungsi sebagai kalimat perintah. untuk itu, dalam

satu kalimat tunggal, seorang Pb melakukan penawaran harga barang dengan

harapan yang diakhiri dengan perintah.

(17) B-kec-int

Lihat a, Mbak sing pink?

‘Mau lihat, Mbak yang pink?’ (1/Ban/Pr/Pr/PmPj1)

Int adalah jenis dari kalimat T. Namun, konteks perdagangan membuat

kalimat tanya diucapkan melalui beberapa ruas kalimat seperti pada kalimat di

atas. Keberuasan pertama pada bagaian lihat a, Mbak ‘mau lihat’ dan yang pink

‘yang pink’. Dua klausa diucapkan dalam satu kalimat hingga menimbulkan

pertanyaan.

(18) B-tuj-obl

Areke iku cegak rame biasa ae!

‘Anaknya itu biar tidak rame biasa saja!’ (16/Blk/Lk/PrLk/Prt4)

Tiga pemenggalan ruas di kalimat di atas adalah areke iku // cegak rame //

biasa ae! ‘anaknya itu // biar tidak rame // biasa saja!’. Pemilihan warna baju yang

biasa dan tidak ramai motifnya merupakan tujuan agar anak memperoleh baju

yang pas. Ketiga ruas tersebut disuguhkan dalam bentuk perintah yang berisi

keharusan, sehingga membuat kalimat (29) termasuk jenis B-tuj-obl.

(19) B-seb-imp

Receh lo gak onok receh beluas!

‘Receh saja lo tidak ada receh sama sekali!’ (13/Bcm/Pr/Pr/Pjn1)

Ruas receh lo ‘uang receh saja’ adalah permintaan pembeli karena penjual

tidak mempuyai kembalian gak onok receh beluas ‘tidak ada receh sama sekali’.

Page 71: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

54

Kedua ruas itu memunculkan tindakan Pb untuk melakukan tindakan pembayaran

menggunakan uang receh. Untuk itu, kalimat di atas termasuk jenis B-seb-imp.

(20) B-kec-int-imp

Kurang gedhe yo kurang gedhe dicobak gak popo dicobak pean lebokno!

‘Kurang besar ya kurang besar dicoba tidak apa-apa dicoba kamu

masukkan!’ (15/Blk/Lk/LkPr/PnPj10)

Kalimat B pada nomer di atas memuat beberapa ruas yang masing-masing

memuat int dan imp. Ruas korang gedhe yo ‘kurang besar ya’ berjenis int. Ruas

pean lebokno ‘kamu masukkan’ memiliki unsur memerintah (imp). Dengan

demikian, kalimat di atas termasuk B-kec-int-imp.

(21) B-kew-M-ber

Mboten niki riyen mangke lek tumbas mriki malih.

‘Tidak ini dulu nanti kalau beli ke sini lagi’. (6/Bcm/Pr/Lk/PngPj3)

Kalimat di atas berisi perpaduan kalimat B dengan M. Keberuasan yang

terjadi adalah mboten niki riyen // mangke lek tumbas // mriki malih ‘tidak ini dulu

// nanti kalau beli // ke sini lagi’. Ruas dua dan tiga adalah bentuk kalimat M-ber.

Termasuk M-ber karena ruas 3 adalah bagian dari klausa di ruas 2.

(22) B5-kec

Sak ndulit wis jangkep gawe pelaris gak towo aku satus telungpuluh.

‘Sedikit sudah pas buat pelaris tidak menawarkan saya seratus tigapuluh’.

(1/Ban/Pr/Pr/PmPj3)

Kalimat yang diucapkan masyarakat pasar sangat bertumpuk-tumpuk.

Bahkan, ketertumpukan itu bisa mencapai lima ruas seperti kalimat di atas.

Pemenggalan ruasnya adalah sak ndulit // wis jangkep // gawe pelaris // gak towo

// aku satus telungpuluh ‘sedikit sudah pas buat pelaris tidak menawarkan saya

seratus tigapuluh’.

(23) M-ber-imp

Mangke bek aken kirang ageng dituker nggih!

Page 72: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

55

‘Nanti kalau kurang besar ditukar ya!’ (16/Blk/Lk/PrLk/PrPj6)

Kalimat di atas termasuk M-ber karena klausa bek aken kirang ageng ‘kalau

kurang besar’ adalah bagian dari klausa dituker nggih ‘ditikar ya’. Selain itu,

kalimat ini juga memuat unsur memerintah lawan tutur untuk menukarkan barang

di kemudian hari. Oleh karenanya, kalimat di atas tergolong ke M-ber-imp.

(24) ½M

Tapi insya Allah katah sing pados.

‘Tapi insya Allah banyak yang cari’. (2/Ban/Pr/Pr/PmPj2)

½M artinya kalimat majemuk yang terbentuk hanya setengah bagian saja

atau satu klausa saja. Sebelum kata tapi di kalimat di atas seharusnya memuat

kalimat yang mengontraskan klausa setelah kata tapi. Ternyata, kalimat di atas

mengontraskan tuturan yang diucapkan lawan tutur sebelum ia mengucapkan

kalimat di atas.

(25) Mles

Mak muni Tin melu Bu Siti riyen.

‘Ibu bilang Tin ikut Bu Siti dulu’. (7/Bcm/Pr/Pr/Pny1)

Mles adalah jenis kalimat majemuk yang mengalami pelesapan konjungsi.

Kalimat di atas seharusnya memiliki konjungsi nek ‘kalau’ menjadi mak muni nek

Tin melu Bu Siti riyen ‘ibu bulang kalau Tin ikut Bu Siti dulu’. Pelesapan

dilakukan untuk mempersingkat perbincangan dan mementingkan inti pesan,

sehingga kaidah berbahasa di PRM tidak terlalu dihiraukan.

Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Kegiatan

yang terjadi adalah seputar penukaran barang dengan uang, sehingga bahasa yang

digunakan berorientasi pada tercapainya kesepakatan pembelian barang. Kalimat-

kalimat yang digunakan penutur PRM sangat singkat dan padat akan fungsi.

Page 73: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

56

Beberapa kalimat diucapkan secara bertumpuk-tumpuk (beruas) untuk

menyampaikan pesan, seperti bertanya (int), memerintah (imp), menyatakan (ind),

dan mengharuskan (obl). Keberuasan atau ketertumpukan kalimat terjadi dalam

satu ucapan penutur, sehingga tuturan memiliki fungsi lebih dari satu. Contohnya

pada jenis B-kec-int-imp. Penutur menggunakan kalimat tersebut untuk bertanya

sekaligus memerintah dan mengajak. Ketertumpukan bisa sampai mencapai lima

ruas (gatra) pada jenis B5-kec.

Selanjutnya, kalimat majemuk juga padat akan fungsi. Selain kalimat

beruas, kalimat majemuk juga digunakan penutur PRM untuk melakukan proses

transaksi jual-beli seperti menanyakan (int), memberitahukan (ind), dan meminta

(imp). Saking padatnya, penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk juga bisa

dihilangkan atau dilesapkan seperti pada jenis Mles.

Hal tersebut menunjukkan bahwa ragam bahasa lisan penutur PRM sangat

kuat. Satu kalimat yang diucapkan bisa memiliki banyak pesan dan fungsi yang

bertumpuk-tumpuk. Kemajemukan kalimat juga digunakan untuk melakukan

penanyaan dan permintaan dalam satu waktu. Ini berarti bahwa bahasa menduduki

fungsi sekunder dalam transaksi di pasar. Bahasa bukan menjadi hal yang utama

karena hal yang utama dalam pasar adalah terjadinya penukaran barang dengan

uang. Kalimat yang digunakan saling bertumpukan tanpa memperhatikan kaidah

asalkan tujuan kesepakatan antara penjual dan pembeli tercapai.

Page 74: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

57

4.2.1.3 Perbedaan Kecenderungan Jenis Kalimat yang Digunakan Laki-Laki

dan Perempuan

Berdasarkan penghitungan jenis kalimat (lihat lampiran 2), berikut ini

adalah pola kecenderungan penggunaan kalimat para penutur di PRM.

Tabel 4.7 Pola Kenderungan Penggunaan Jenis Kalimat yang Digunakan

Laki-Laki dan Perempuan Jenis Kalimat Lk Pr

Tunggal

Ind ✓

Imp ✓

Int ✓

Des ✓

Obl ✓

Opa ✓

Sub ✓ ✓

Tabel tersebut menunjukkan bahwa Lk cenderung menggunakan kalimat

ind, imp, dan obl. Hal ini berarti bahwa Lk lebih sering menyatakan (indikatif),

memerintah (imperatif), dan mengharuskan. Berbeda dengan Lk, Pr justru lebih

cenderung menggunakan kalimat int, des, dan opa. Perempuan cenderung

bertanya (int), memiliki keinginan (des), dan berharap.

4.2.2 Diglosia

Situasi dalam masyarakat yang memiliki dua kode berbeda dan masing-

masing memiliki fungsi yang terpisah. Satu kode hanya digunakan pada sebuah

kondisi dan kode lain digunakan pada situasi lain (Wardhaugh, 2006:89). Diglosia

yang terjadi di PRM adalah penggunaan Bahasa Jawa ragam kromo dan ngoko.

Kromo dan ngoko memiliki fungsi masing-masing. Kromo digunakan saat

Page 75: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

58

berhadapan dengan lawan tutur orang yang lebih tua, ngoko digunakan saat

berhadapan dengan lawan tutur yang sama usia atau lebih muda.

4.2.2.1 Kode-Kode Bahasa yang digunakan Para Penutur di Pasar Raya

Mojosari

Ada beberapa kode yang digunakan oleh masyarakat tutur PRM, yakni

Bahasa Jawa Kromo, Bahasa Jawa Ngoko, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Bahasa Ngapak, dan Bahasa Arab. Keenam kode tersebut digunakan secara

bergantian dan bercampur saat melakukan transaksi jual-beli (lihat lampiran 1

untuk mengetahui contohnya). Namun, kode utama yang digunakan di PRM

adalah Jawa kro dan ngo, sehingga memunculkan situasi diglosia. Berikut ini

adalah contoh kro dan ngo yang digunakan di PRM.

(26) kro

Monggo mersakne nopo, Mbak?

‘Silahkan cari apa, Mbak?’ (1/Ban/Pr/Pr/PrPj1)

Kalimat di atas memuat Bahasa Jawa ragam kro seluruhnya. Kro merupakan

ragam Bahasa Jawa yang tinggi.

(27) ngo

Busanae ngene a, Mbak?

‘Busananya ini ya, Mbak?’ (1/Ban/Pr/Pr/PrPj1)

Seluruh kata di di atas adalah ragam ngo. Ngoko merupakan ragam Bahasa

Jawa di level rendah.

Page 76: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

59

4.2.2.2 Perbedaan Kecenderungan Ragam Bahasa Jawa yang Digunakan

Laki-Laki dan Perempuan

Pertama, pemilihan ragam bahasa pada PjLk. Transaksi 14, 15, dan 16 (lihat

lampiran 3) menunjukkan jumlah kode kro PjLk lebih banyak daripada PbPr.

Selain itu, ngo PjLk juga lebih sedikit dari PbPr. Ini berarti bahwa PjLk lebih

memilih untuk menggunakan bahasa yang lebih sopan dalam melayani Pr.

Meskipun PbPr berusia berusia sama atau lebih muda dari PjLk, PjLk tetap

menggunakan ragam halus.

Kedua, pemilihan kode bahasa PjPr. Ada dua jenis usia PjPr dalam data

penelitian ini, yakni dewasa dan tua. PjPr dewasa lebih konservatif terhadap

ragam halus (kro). Transaksi 1, 2, dan 3 (lihat lampiran 3) menunjukkan jumlah

kro PjPr lebih banyak daripada PbPr. Selain itu, ngo PjPr juga lebih sedikit

daripada PbPr. Ini membuktikan bahwa PjPr dewasa lebih memilih ragam halus.

Hal yang berbeda justru terjadi pada PjPr tua. PjPr tua menggunakan bahasa

sesuai norma penggunaan tingkat tutur dalam Bahasa Jawa. Transaksi 5, 6, 7, 10,

dan 13 memuat tuturan PjPr lebih banyak pada ngo dan lebih sedikit pada kro.

Usia Pb di lima transaksi tersebut lebih muda daripada Pj, sehingga PjPr tua lebih

banyak menggunakan ragam kasar.

Ketiga, pemilihan kode bahasa PbLk. Kode mereka dipengaruhi oleh usia

penutur dan gender lawan tutur. Transaksi 6 dan 15 dilakukan oleh PbLk di usia

yang sama, yakni dewasa. Mereka lebih muda dari Pj. Di transaksi 6, PjLk

cenderung menggunakan ragam halus. Jumlah kro lebih banyak dan jumlah ngo

lebih sedikit. Hal ini terjadi karena lawan tuturnya adalah PjPr. Sebaliknya,

Page 77: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

60

transaksi 15 justru menunjukkan PbLk lebih berorientasi pada ragam kasar (ngo

lebih banya). Hal ini terjadi karena lawan tuturnya adalah laki-laki (PjLk). Ini

menunjukkan bahwa gender lawan tutur memengaruhi pilihan kode bahasa. PjLk

akan lebih halus saat menghadapi lawan tutur perempuan.

Keempat, pemilihan kode bahasa PbPr. Transaksi 1 dan 2 dilakukan oleh

pentur dalam satu rentang usia yang sama, yakni dewasa. PbPr lebih condong

menggunakan ngo daripada kro. Saat berhadapan dengan PjPr yang lebih tua

darinya (transaksi 5, 6, 7, dan 13), PbPr menggunakan bahasa sebagaimana

mestinya, yakni kro. Namun, hal yang berbeda terjadi saat lawan tutur berbeda

gender. Transaksi 14 dan 15 menunjukkan PbPr lebih banyak menggunakan

ragam kasar. Padahal, lawan tuturnya lebih tua darinya. Hal ini terjadi karena Pj

adalah Lk. Jadi, dapat dikatakan bahwa PbPr dewasa menggunakan ragam kasar

(kro) saat berlawan turur PjPr sama usia dan PjLk lebih tua. PbPr menggunakan

ragam halus (kro) saat lawan tuturnya adalah PbPr berusia leih tua darinya.

Ada sebuah kasus yang nampak berbeda dengan simpulan tersebut. Pada

transaksi 11, PbPr yang berusia lebih muda dari PjPr tidak menggunakan kro

sama sekali dalam bertutur. Setelah diselidiki dalam catatan lapang transaksi ke-

11 (lihat lampiran 1), ternyata PbPr beretnis Madura. Sebagai penutur asli yang

berbahasa dan berbudaya Madura, PbPr tentu belum terlalu memahami

kesantunan berbahasa di Jawa dan bagaimana kro digunakan.

Berdasarkan pemaparan pemilihan kode pada para penutur di PRM,

simpulan hubungan gender dengan proses pilihan ragam bahasa adalah sebagai

berikut.

Page 78: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

61

Tabel 4.8 Hubungan Gender dengan Pilihan Ragam Bahasa PjLk PjPr PbLk PbPr

Lawan tutur

Lk

Kasar Netral Kasar Kasar

Lawan tutur Pr Halus Halus Halus Halus

Tabel di atas menunjukkan bahwa pilihan penggunaan ragam bahasa

ditentukan oleh lawan tutur. Apapun gender penutur, selama ia berlawan tutur Lk,

mereka cenderung menggunakan ragam kasar. Sebaliknya, apapun gender

penutur, selama ia berlawan tutur Pr, kode bahasa yang dipilih adalah ragam

halus.

4.2.3 Partikel

Partikel adalah kata yang hanya memiliki unsur gramatikal. Kehadirannya

mirip dengan imbuhan karena biasanya hanya terdiri atas satu suku kata. Ciri-ciri

partikel ada dua, yakni (1) tidak dapat diderivasi atau diinfleksikan dan (2) tidak

memiliki makna leksikal (Wedhawati, 2001:372). Wedhawati (2001:372—379)

membagi jenis partikel menjadi tiga, yakni partikel pelunak, partikel pelengkap,

dan partikel pementing.

Pertama, partikel pelunak digunakan dalam ragam informal serta

membentuk gatra utama dan pelengkap. Contohnya kok dan mbok. Kedua, partikel

pelengkap digunakan dalam ragam informal dan berfungsi membentuk gatra

pelengkap. Contohnya dhing, je, ya, dan ta. Ketiga, partikel pementing digunakan

pada ragam formal dan berfungsi menandai frase. Contohnya ta pada kalimat yen

ta kowe wani maju, yo endan! ‘jika kamu berani maju, segeralah!’ (Wedhawati,

2001:372—379).

Page 79: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

62

4.2.3.1 Partikel yang Digunakan Para Penutur di Pasar Raya Mojosari

Penutur di PRM menggunakan banyak sekali partikel saat berbicara. Berikut

ini adalah contoh kalimat yang menggunakan partikel.

(28) Busanae ngene a, Mbak?

‘Busananya ini ya, Mbak?’ (1/Ban/Pr/Pr/PrPj1)

Partikel a pada kalimat di atas termasuk jenis partikel pelengkap karena

keberadaannya untuk melengkapi klausa di depannya. Fungsi partikel a adalah

mempertajam bentuk tanya pada kalimat di atas.

(29) Satus, Mbak yo?

‘Seratus, Mbak ya?’ (1/Ban/Pr/Pr/PrPj2)

Kalimat di atas memiliki partikel berjenis sama, yakni partikel pelengkap.

Kemunculan yo semakin mempertajam permintaan dan pertanyaan pada kalimat

di atas.

(30) Satus rongpuluh wis!

‘Seratus duapuluh lah!’ (1/Ban/Pr/Pr/PrPj3)

Kata wis sebenarnya memiliki makna ‘sudah’. Namun, ia bisa termasuk ke

dalam partikel seperti pada kalimat di atas. Kata wis termasuk dalam partikel

pelengkap karena kedudukannya melengkapi permintaan kalimat di atas.

(31) Lha iku.

‘Lha itu’. (4Bcm/Pr/Pr/PmPj3)

Kata lha tergolong dalam partikel pelunak karena berada di depan klausa.

Fungsinya untuk menunjukkan ruas utama iku ‘itu’. Sebagaimana namanya,

partikel lha digunakan untuk melunakkan kata iku.

(32) Wong mek seket ae lho, Mbak Mah.

‘Orang Cuma limapuluh saja lho, Mbak Mah. (11/Bcm/Pr/Pr/PmPj2)

Page 80: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

63

Partikel wong digunakan sebagai partikel pelunak di kalimat di atas.

Kehadirannya melunakkan pernyataan bahwa harga hanya limapuluh. Selain

partikel pelunak, lho juga muncul sebagai pertikel pelengkap untuk memperkuat

pernyataan kalimat di atas.

4.2.3.2 Perbedaan Partikel yang digunakan Laki-Laki dan Perempuan

PjLk menggunakan 15 macam partikel, PjPr 22 macam partikel, PbLk 9

macam partikel, dan PbPr 20 macam partikel. Berikut ini adalah partikel-partikel

yang digunakan oleh Lk dan Pr di PRM.

Tabel 4.9 Macam-Macam Partikel yang Digunakan Penutur di Pasar Raya

Mojosari PjLk PjPr PbLk PbPr

a a a a

ae a ae ae ae

kan ae a ae wis ae a

kok are e ala

lak eh ngge an

lhe ilo o e

lho jek an se kan

ngge kok ta kok

ngge an lak yo lha

ngge ya lha lho

se lho mbok

sih lho he ngge

ta ngge nopo o

wis open pok o

yo po'o pun

pun se

sih ta

ta wis

talah wong

wis yo

wong

yo

15 Macam 22 Macam 9 Macam 20 Macam

Page 81: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

64

Tabel di atas menunjukkan bahwa macam partikel yang digunakan Pr, baik

PjPr maupun PbPr lebih banyak daripada macam partikel yang dgunakan Lk

(PjLk dan PbLk). Wedhawati (2001:372) menjelaskan bahwa partikel adalah kata

yang hanya memiliki fungsi gramatikal dan bentuknya seperti imbuhan karena

biasanya hanya terdiri atas satu suku kata. Bedanya, partikel mampu berdiri

sendiri. Dalam hal ini, partikel bisa dikatakan sebagai imbuhan atau tambahan saja

yang mampu mempertajam makna kalimat. Oleh karena itu, dalam ragam tutur, Pr

lebih banyak menggunakannya daripada Lk.

4.3 Perbedaan Bahasa Laki-Laki dan Perempuan di Pasar Raya Mojosari

Analisis struktur teks dan pemarkah linguistik telah dilakukan pada

tigabelas data TM di PRM. Berdasarkan pengamatan dan penghitungan, diperoleh

perbedaan signifikan pola berbahasa Lk dan Pr dalam proses TM. Berikut ini

adalah garis besar perbedaannya.

Tabel 4.10 Perbedaan Bahasa Laki-Laki dan Perempuan di Pasar Raya

Mojosari No Aspek Perbedaan Laki-Laki Perempuan

1 Sifat hal yang dibicarakan Kompetitif Kooperatif

Bukti temuan

Isi Struktur Krb

Tentang pekerjaan dan

pendidikan anak yang

mampu menunjukkan

status

Tentang kehdupan

sehari-hari yang

ringan, untuk

membentuk kedekatan

Cara Meyakinkan Penyebutan merek

barang Kalimat persahabatan

2 Sikap terhadap kesantunan

berbahasa Menyukai hal kasar Menyukai hal baik

Bukti temuan

Pilihan Ragam

Bahasa Jawa Ngoko Jawa Kromo

Sapaan Bro Bu Kaji dan Bu Nyai

3. Keaktifan bertutur di ranah

publik Pasif di publik, Aktif di publik

Page 82: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

65

Bukti temuan Dominansi bertutur Inferior Superior

Macam Partikel Sedikit Banyak

4. Minat bertanya

Bertanya

menunjukkan

kelemahan

Bertanya digunakan

untuk menjalin

keakraban

Bukti temuan

Jenis kalimat yang

dituturkan

Menyatakan,

memerintah, dan

mengharuskan

Menanyakan,

menginginkan, dan

mengharapkan

Isi Struktur Prt Pendek Panjang

5 Jumlah hal yang dibicarakan Satu hal Menyebar

Bukti temuan Orientasi

Perbincangan Satu hal Banyak hal

6 Kontak mata saat berhadapan

dengan lawan tutur

Menyebar ke segala

arah Fokus ke lawan tutur

Bukti temuan Gelagat saat

melayani pembeli Melakukan hal lain

Fokus menghadap ke

pembeli

4.3.1 Sifat Hal yang Dibicarakan

Sifat hal yang dibicarakan berhubungan dengan karakter isi atau ide pokok

dari hal-hal yang dibicarakan. Saat melakukan sebuah diskusi, hal yang dibahas

oleh laki-laki adalah hal yang bersifat kompetitif, yakni hal-hal yang berkaitan

dengan prestise dan status yang mampu menunjukkan kedudukan sosial

seseorang. Berbeda dengan kaum laki-laki, kaum perempuan justru lebih suka

mendiskusikan hal-hal yang mampu membentuk kerjasama antarpenutur

(kooperatif). Saat seorang penutur Pr membicarakan sebuah topik, lawan tutur Pr

akan menanggapinya dengan perkataan yang mendukung gagasan penutur, bukan

perkataan yang bersifat menyaingi penutur.

Sifat hal yang dibicarakan Lk dan Pr dapat dibuktikan melalui dua hasil

analisis, yakni (1) analisis struktur Krb dan (2) analisis cara meyakinkan. Berikut

adalah penjelasannya.

Page 83: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

66

4.3.1.1 Isi Struktur Krb (Keakraban)

Struktur Krb (Keakraban) merupakan strutur unik yang saya temukan pada

percakapan TM di PRM. Struktur ini berisi dialog Pj dan Pb yang bersifat

fungsional (hal-hal di luar proses jual-beli yang berfungsi membentuk kedekatan).

Fungsi Krb adalah membentuk rasa akrab antara Pj dan Pb, sehingga Krb berisi

penanyaan alamat rumah, penanyaan kesibukan sehari-hari, dan sebagainya.

Subbab 4.1.2 memuat penjelasan tentang Krb beserta contoh datanya. Krb

yang terjadi pada laki-laki berbeda dengan Krb yang terjadi pada perempuan. Pr

melakukan Krb dengan perbincangan seputar alamat rumah, kehidupan di rumah,

anak pulang sekolah, hingga hal kecil seperti mematikan keran di rumah. Berbeda

dengan hal tersebut, laki-laki justru membicarakan pekerjaan, pendidikan anak,

dan hal-hal lain yang menyangkut status sosial kehidupan (periksa kembali

subbab 4.1.2).

4.3.1.2 Cara Meyakinkan

Seorang pembeli selalu menawar harga barang. Hal tersebut menuntut

penjual mengeluarkan kemampuan retorikanya untuk menggiring dan meyakinkan

pembeli agar menerima harga yang ditawarkan. Dalam menyikapi permintaan

penurunan harga, PjLk memiliki gaya yang berbeda dengan PjPr. PjLk

meyakinkan Pb dengan penyebutan merek, sedangkan PjPr membujuk pembeli

dengan menggunakan kalimat-kalimat persahabatan. Berikut adalah dialog PjLk

dalam meyakinkan pembeli.

Page 84: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

67

Tabel 4.11 Percakapan Penjual Laki-Laki Meyakinkan Pembeli dengan

Penyebutan Merek Percakapan Struktur

Pb: Gak eruh. Luarang eh.

‘Tidak tahu. Mahal’

Pb2: Wong durung riyoyo ae

‘Belum Hari Raya saja lo’

Pj: Nek larang-larang pean balekno rene. Boxis ancen nisore

iki, Bro. Nek Boxis paling sekitar sangangpuluh

sangangpuluh limo.

‘Kalau mahal-mahal kamu kembalikan sini. Boxis memang

bawahnya ini, Bro. kalau Boxis mungkin sekitar

sembilanpuluh sembilanpuluh lima’

Pb: Pas. Piro iki?

‘Pas. Berapa ini?’

Pj: Regane seratus limadua

‘Harganya seratus limadua’

Pb: Lho

‘Lho’

Pj: Seje karo Boxis iki lo. He, iki sing nomer telungpuluh

menisor, iki regane sangangpuluh limo nek Boxis

wolungpuluh mek an. Larang iki adoh.

‘Beda sama Boxis ini lo. Hai, ini yang nomor tigapuluh ke

bawah, ini harganya sembilanpuluh lima kalau cuma Boxis

delapanpuluh. Lebih mahal ini’

15/Blk/Lk/LkPr/PnPj8

15/Blk/Lk/LkPr/PnPj14

15/Blk/Lk/LkPr/PrPj11

15/Blk/Lk/LkPr/PmPj9

Berdasarkan data di atas, penjual kerap kali menyebutkan merek Boxis sebagai

merek yang paling bagus. Hal tersebut mampu meyakinkan pembeli bahwa merek

yang baik berarti memiliki kualitas yang baik pula, sehingga harga yang diberikan

bukanlah harga yang mahal.

Berbeda dengan pria, penjual perempuan justru menggunakan kalimat

persahabatan dalam meyakinkan pembeli. Berikut adalah datanya.

Tabel 4.12 Percakapan Penjual Perempuan yang Meyakinkan Pembeli

dengan Kalimat Keakraban Percakapan Struktur

Pb: Gak selawe ta niki?

‘Tidak dualima ini?’

13/Bcm/Pr/Pr/PrPj6

Pj: Lho kulak e lho gak oleh wolulikur.

Ambek sampean lapo ditawakno ilo?

Iku nek towo petangpuluh lho iku.

13/Bcm/Pr/Pr/PmPj6

Page 85: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

68

‘Lho ambilnya saja tidak boleh dualapan. Sama kamu ngapain

ditawarkan? Itu kalau nawarin empatpuluh lho itu’

Pb: Kulo bien lah mbeto-mbeto katok niku biyen lhak niku a.

Gawe salen-salen enak mboten keringeten

‘Saya dulu bawa celana itu dulu. Untuk ganti-ganti enak tidak

keringetan’

Pj: Engge kaine lak adem

‘Iya, kainnya dingin’

Pb: Engge. Podo karo kaos olahraga ngunu ae seketewu

‘Iya. Sama seperti kaos olahraga gitu aja limapuluh ribu’

Pj: Lha ngge. Anu trining iku a?

‘Lha iya. Anu itu trining ta?’

Pb: Ngene iki dereng njaite dereng anune

‘Gini ini belum jahitnya dan anunya’

Pj: Lha yo Mbak Ifa ambek sampean nek anu yo petangpuluhlimo.

Bolodewek

‘Lha iya Mbak Ifa buat kamu. Kalau anu ya empatpuluh lima.

Saudara sendiri’

Pb: Tin biyen tumut mriki a?

‘Tin dulu ikut sini ya?’

Pj: Iyo sing Tin

‘Iya, Tin’

Pb: Mak muni Tin melok Bu Siti biyen

‘Ibu bilang kalau Tin ikut Bu Siti dulu’

Pj: Ambek sopo iku

‘Dengan siapa itu’

Pb: Enak Ning Tin melok Bu Siti bien.

Kulo sien tumbas ning Bu Siti

‘Enak kalau Tin ikut Bu Siti dulu. Saya dulu beli di Bu Siti’

Pj: Ambek Sri?

‘Sama Sri?’

Pb: Mbak Sriyatin

‘Mbak Sriyatin’

Pj: Heem. Nek biyen diceluk Sri

‘Iya. Kalau dulu dipanggil Sri’

7/Bcm/Pr/Pr/Pny1

Kalimat yang bergaris bawah menunjukkan percakapan yang sangat

bersahabat. Penjual menjawab permintaan penurunan harga dengan pernyataan

bahwa pembeli adalah teman dekat penjual, sehingga tidak usah menawar harga

barang lagi.

Lihatlah bagaimana percakapan data 7/Bcm/Pr/Pr/Pny1 di atas. Mulanya, Pb

berkata bahwa baju tersebut nyaman digunakan sebagai baju ganti. Penjual

mendukung argumen tersebut dengan pendapat bahwa kainnya memang dingin.

Page 86: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

69

Kemudian, Pb berkata jika baju olahraga mahal dan harus menjahitkan terlebih

dahulu, sehingga lebih mahal. Keluhan ini dimanafatkan Pj mengeluarkan kalimat

keakraban bahwa harga di sini akan lebih mahal jika bukan Pb yang membeli

karena Pb memiliki kedekatan dengan Pj. Pb yang merasa sangat dekat dengan Pj

pun menjawab Pj dengan bahasan seputar kerabat Pb yang pernah menjadi

karyawan Pj. Hal tersebut menunjukkan bagaimana para wanita selalu berusaha

kooperatif dalam berbicara. Tanggapan setiap pernyataan bersifat saling

mendukung, bukan saling menyaingi satu sama lain.

4.3.1.3 Hubungan Temuan dengan Teori Gender

Perbedaan bahasa Lk dan Pr yang ditinjau dari analisis isi struktur Krb dan

cara meyakinkan berhubungan dengan teori Tannen (dalam CSU Fullerton

HCOM, 2013). Tannen menjelaskan bahwa dalam berbahasa, laki-laki lebih

kompetitif, sedangkan perempuan lebih kooperatif. Pembahasan tentang

pekerjaan, kesibukan, pendidikan anak, serta penekanan pada penyebutan merek

barang menunjukkan sebuah status dan prestise. Hal tersebut adalah representasi

dari jiwa kompetitif laki-laki.

Berbeda dengan gaya berbicara Lk, PjPr justru menggunakan kalimat-

kalimat kooperatif untuk merayu pembeli yang menawar harga dan untuk

menjalin keakraban. Hal tersebut terjadi sebagai naluri seorang wanita yang lebih

suka menjalin kebaikan dan kerja sama.

Page 87: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

70

4.3.2 Sikap Terhadap Kesantunan Berbahasa

Sikap terhadap kesantunan berbahasa berhubungan dengan perbedaan Lk

dan Pr dalam memilih gaya berbahasa, apakah memilih hal-hal yang dekat dengan

kesantunan berbahasa, atau justru menjauhi norma yang ada. Berdasarkan hasil

temuan, laki-laki lebih memilih untuk tidak memperhatiakn kesantunan

berbahasa, sedangkan perempuan lebih menjaga cara berbahasanya agar sesuai

dengan kaidah yang benar. Hal ini saya buktikan melalui dua hasil analisis, yakni

pada (1) analisis pilihan ragam bahasa dan (2) analisis penggunaan sapaan.

4.3.1.1 Pilihan Ragam Bahasa

Hudson (dalam Wardaugh, 2006:25) menjelaskan bahwa ragam bahasa

adalah seperangkat materi linguistik yang memiliki penyebaran yang sama. Lebih

rinci lagi, Ferguson (dalam Wardaugh, 2006:25) mengartikan ragam bahasa

sebagai pola tutur homogen yang dapat dianalisis secara sinkronis serta memiliki

perbendaharaan semantik, sehingga memiliki fungsi dalam konteks komunikasi

formal. Dalam Bahasa Jawa, ragam bahasanya adalah kromo dan ngoko.

Ada perbedaan ragam bahasa yang digunakan Lk dan Pr di pasar. PjLk

cenderung menggunakan Bahasa Jawa ragam ngoko kepada pembeli laki-laki.

Namun, PjLk cenderung menggunakan Bahasa Jawa ragam kromo untuk pembeli

perempuan. Hal tersebut terdapat pada data 15/Blk/Lk/LkPr. Pedagang adalah

laki-laki yang menjual pakain laki-laki. Usianya lebih tua dari pembeli. Pembeli

adalah sepasang suami-istri yang terlibat dalam satu transaksi. Pb2 adalah PbPr,

Pb adalah PbLk, dan Pj adalah PjLk.

Page 88: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

71

Tabel 4.13 Percakapan Penjual Laki-Laki dengan Pembeli Laki-Laki yang

Menggunakan Ragam Jawa Ngoko Percakapan Struktur

Pb2: Pas a, Yah?

‘Pas, Yah?’

Pb: Pas. Piro iki?

‘Pas. Berapa ini?’

Pj: Regane seratus limadua

‘Harganya seratus limadua’

Pb: Lho

‘Lho’

Pj: Seje karo Boxis iki lo. He, iki sing nomer telungpuluh menisor,

iki regane sangangpuluh limo nek Boxis wolungpuluh mek an.

Larang iki adoh.

‘Beda sama Boxis ini lo. Hai, ini yang nomor tigapuluh ke

bawah, ini harganya sembilanpuluh lima kalau cuma Boxis

delapanpuluh. Lebih mahal ini’

15/Blk/Lk/LkPr/PnPj13

15/Blk/Lk/LkPr/PnPj14

15/Blk/Lk/LkPr/PrPj11

15/Blk/Lk/LkPr/PmPj9

Percakapan di atas menunjukkan bahwa ragam bahasa yang digunakan antar

lelaki adalah ngoko. Tidak ada penggunaan bahasa kromo pada data tersebut.

Sebaliknya, saat PjLk melakukan percakapan dengan PbPr, Pj langsung

mengubah ragam bahasa ke ragam yang lebih sopan, yakni kromo.

Tabel 4.14 Percakapan Penjual Laki-Laki dengan Pembeli Perempuan yang

Menggunakan Ragam Jawa Kromo Percakapan Struktur

Pb2: Gak.

‘Tidak’

15/Blk/Lk/LkPr/PrPj15

Pj: Iku ancen sing sae, Mbak celonoe.

‘Itu memang yang bagus, Mbak celananya’

15/Blk/Lk/LkPr/PmPj13

Pb2: Biasae lho.

‘Biasanya lho’

15/Blk/Lk/LkPr/PrPj16

Pj: Larang niki timbang Boxis.

Nek niki ukuran besar.

Niki nomer kecil mawon sembilanlima.

15/Blk/Lk/LkPr/PmPj14

Ojok kandel-kandel, Mbak gak enak.

‘Lebih mahal ini daripada Boxis. Kalau ini ukuran besar. Ini

nomor kecil saja sembilanlima. Jangan tebal-tebal, Mbak tdak

enak’

Pb2: Mboten, tumbas teng mriki tasniki warna hitam

‘Tidak, beli ke sini kemarin warna hitam’

Pj: Sing enten tulisane MU niku a?

‘Yang ada tulisannya MU itu?’

Pb2: Mboten, polos.

‘Tidak, polos’

15/Blk/Lk/LkPr/Prt3

Page 89: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

72

Pj: Sing regone piro?

Telulimo podho?

Sami tapi nek aku seneng sing tipis.

Mboten, ongkepan soale.

‘Yang harganya berapa? Tigalima sama? Sama. Tapi kalau saya

suka yang tipis. Tidak mudah gerah soalnya’

Pb2: Regane kan

‘Hrganya kan’

Pj: Sami, nek regane tigalima sami.

‘Sama, kalau harganya tigalima sama’

Percakapan di atas adalah proses penawaran harga antara penjual laki-laki dan

pembeli perempuan. Ada beberapa perubahan ragam bahasa dari ngoko ke kromo.

Beberapa kata yang termasuk bentuk kromo, yakni sae ‘bagus’, niki ‘ini’, mboten

‘tidak’, mriki ‘di sini’, tasniki ‘kemarin’, enten ‘ada’, niku ‘itu’, dan sami ‘sama’.

Chaer dan Agustina (2010:62) menjelaskan, “variasi atau ragam bahasa itu

dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman

fungsi bahasa itu’. Dalam kasus ini, keragaman sosial yang terjadi adalah jenis

kelamin penutur. Laki-laki cenderung ngoko dan perempuan cenderung kromo.

Variasi bahasa yang terjadi termasuk ke jenis sosiodialek, yakni “variasi bahasa

yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial penuturnya” (Chaer dan

Agustina, 2010:64).

Proses diglosia dalam satu waktu yang dilakukan penjual laki-laki

menunjukkan bagaimana keluwesan seorang pedagang dalam melayani pembeli.

Saat berinteraksi dengan perempuan, pedagang menggunakan ragam baku agar

lebih dekat dengan pembeli. Sebaliknya, saat berinteraksi dengan laki-laki,

pedagang mengalihkan kodenya menjadi bahasa nonbaku agar terkesan lebih

jantan, sehingga memperoleh kedekatan dengan pembeli. Peribahasa yang

berbunyi, “pembeli adalah raja” merupakan prinsip seorang pedagang. Seorang

Page 90: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

73

pedagang selalu mencari cara sebaik mungkin –salah satunya mengakrabkan diri

melalui pengalihan ragam bahasa pembeli— agar pembeli merasa nyaman dan

mengulangi pembelian di waktu berikutnya.

Pada beberapa data, interaksi jual-beli sesama perempuan justru semakin

kuat lagi penggunaan ragam kromonya.

Tabel 4.15 Percakapan Penjual Perempuan dengan Pembeli Perempuan

yang Menggunakan Ragam Jawa Kromo Percakapan Struktur

Pb: Niki nomer paling alit a niki?

‘Ini nomer paling kecil?’

Pj: Sak pinten? (Sambil menyuguhkan barang pilihan lain)

“Seberapa? (Sambil menyuguhkan barang pilihan lain)’

Pb: Niki delapan belas. Cantik sajane.

‘Ini delapanbelas. Cantik sebenarnya’.

Pj: Sami nomere. Biru enten, Pink enten. Kegeden pean ijol.

‘Sama nomernya. Biru ada, Pink ada. Kebesaran Anda tukar’.

Pb: Niku pinten, Mbak?

‘Itu berapa, Mbak?’

Pj: Delapanlima tunik.

‘Delapanlima tunik’.

Pb: Niki?

‘Ini?’

Pj: Lima puluh. Damel ngaji enak.

‘Limapuluh. Untuk ngaji enak’

3/Bcm/Pr/Pr/PrPj1

3/Bcm/Pr/Pr/PmPj1

3/Bcm/Pr/Pr/Prt1

3/Bcm/Pr/Pr/PnPj1

3/Bcm/Pr/Pr/PnPj2

Usia kedua penutur di atas masih dalam kategori yang sama, yakni dewasa.

Namun, mereka begitu hati-hati dalam menjaga tuturannya agar tetap dalam

variasi bahasa kromo, sehingga unsur kromo lebih mendominasi percakapan.

Unsur kromo dalam percakapan di atas meliputi niki ‘ini’, alit ‘kecil’, pinten

‘berapa’, enten ‘ada’, sami ‘sama’, pean ‘kamu’, niku ‘itu’, dan damel ‘untuk’.

Selain beberapa contoh di atas, analisis perbedaan kecenderungan

penggunaan ragam bahasa pada subbab 4.2.2.2 menghasilkan simpulan pola

sebagai berikut.

Page 91: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

74

Tabel 4.16 Hubungan Gender dengan Pilihan Ragam Bahasa PjLk PjPr PbLk PbPr

Lawan

tutur Lk

Kasar Netral Kasar Kasar

Lawan

tutur Pr

Halus Halus Halus Halus

Tabel tersebut menjelaskan bahwa saat berlawan tutur dengan Lk, penutur

cenderung menggunakan ragam kasar. Adapun saat berlawan tutur Pr, seorang

penutur lebih condong menggunakan ragam halus.

4.3.1.2 Sapaan

Sapaan yang biasa digunakan dalam Bahasa Jawa meliputi Mas ‘kakak laki-

laki, Mbak ‘kakak perempuan’, Pak ‘orang tua laki-laki’, Bu ‘orang tua

perempuan, Ning ‘kakak perempuan’, Cak ‘kakak laki-laki, dan sebagainya. Lain

dengan hal itu, ada panggilan-panggilan khusus yang diberlakukan di Pasar Raya

Mojosari seperti Bro, Bu Kaji, dan Bu Nyai. Pedagang laki-laki menyapa pembeli

dengan sebutan bro sebagaimana nampak pada data berikut.

Tabel 4.17 Percakapan Berisi Sapaan Bro yang Digunakan Penjual Laki-

Laki untuk Memanggil Pembeli Laki-Laki Percakapan Struktur

Pj: Nomer pinten, Mas Bro? Petangpuluh punjul hehe.

‘Nomor berapa, Mas Bro? Empatpuluh lebih hehe’

Pb: Lha engge. Standar a iku, Pak?

‘Lha iya. Standar itu, Pak?’

Pj: Standard. Gak nok sing komprang, Bro. Mosok onok nomer

gedhe komprang.

‘Standard. Tidak ada yang komprang, Bro. masak ada nomor

besar komprang’

Pj: Nek larang-larang pean balekno rene. Boxis ancen nisore iki,

Bro. Nek Boxis paling sekitar sangangpuluh sangangpuluh

limo.

‘Kalau mahal-mahal kamu kembalikan sini. Boxis memang

bawahnya ini, Bro. kalau Boxis mungkin sekitar sembilanpuluh

15/Blk/Lk/LkPr/PnPj1

15/Blk/Lk/LkPr/PnPj5

15/Blk/Lk/LkPr/PnPj8

Page 92: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

75

sembilanpuluh lima’

Pj: Petangpuluh disek. Sedeng ta gak wetenge. Wtenge disek, Bro

wetenge disek, Bro wetenge disek, Bro wetenge disek, Bro

wetenge disek, hehehe. Kurang gedhe?

‘Empatpuluh dulu. Muat atau tidak perutnya. Pertnya dulu, Bro

perutnya dulu, Bro perutnya dulu, Bro perutnya dulu, Bro

perutnya dulu, hehehe. Kurang besar?’

Pj: Gak onok nek sing gedhe iku. Sing gedhe biru tok. Apik, Bro

koyok Lea.

‘Tidak ada kalau yang besar itu. Yang besar biru saja. Bagus,

Bro seperti Lea’

Pj: Yo runu-runuo nek ditawakno, Bro. Nek aku gatak tawakno,

Bro. Adane karo sopo ae. Sampean milih, Mbak sampean milih.

Kuatah pilihane.

‘Ya ke sana-sanao lak ditawarkan, Bro. kalau saya tidak pernah

saya tawarkan. Seperti sama siapa saja lo. Kamu milih, Mbak

kamu pilih. Banyak pulihannya’

15/Blk/Lk/LkPr/PnPj9

15/Blk/Lk/LkPr/PmPj6

15/Blk/Lk/LkPr/PmPj7

Selanjutnya, panggilan khusus bagi perempuan terdapat pada data berikut.

Tabel 4.18 Percakapan Berisi Panggilan Bu Kaji dan Bu Nyai yang

digunakan Penjual Perempuan untuk memanggil Pembeli

Perempuan Percakapan Struktur

Pj: Ket biyen nggih tigalima, Bu Kaji pean iku yok opo sih? Hehe

‘Dari dulu ya tigalima, Bu Kaji kamu itu bagaimana sih? Hehe’

Pb: Emoh ojok celuk Bu Kaji aku durung Kaji. Wis tigapuluh wis

ya?

‘Tidak jangan dipanggil Bu Kaji saya belum Haji. Sudah

tigapuluh ya?’

Pj: Plaris sing nukoni Bu Nyai

‘Pelaris yang membeli Bu Nyai’

Pj: Gak oleh, Bu Nyai. Petang puluh engkok luwontor eman

sampean.

‘Tidak boleh, Bu Nyai. Empatpuluh nanti luntur kasihan kamu’

Pj: Biasane sing onok lha onok bungae open iku, Mbak. Nutupi

bungae engkok. Iki petangpuluhwolu babah wis. Wis a iki ae a?

Yopo, Bu Nyai sing iku a? Sangangpuluh iku a? Alah kapiken

iku gawe nganu ae.

‘Biasanya ada lha ini ada bunganya soalnya, Mbak. Menutupi

bunganya nanti. Ini empatpuluh tidak apa-apa lah. Sudah ini

saja? Bagaimana, Bu Nyai yang itu ta? Sembilanpuluh itu ta?

Alah terlalu bagus itu buat itu saja lo’

14/Blk/Lk/Pr/PmPj2

14/Blk/Lk/Pr/PrPj3

11/Bcm/Pr/Pr/PmPj4

11/Bcm/Pr/Pr/PnPj9

Page 93: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

76

Panggilan khusus Bro, Bu Kaji, dan Bu Nyai diucapkan penjual saat menawarkan

barang, mengajak pembeli mencoba barang, meyakinkan pembeli tentang harga,

dan megakhiri transaksi. Panggilan khusus digunakan untuk mengakrabkan diri

melalui sapaan berprestise bagi laki-laki dan berprestise bagi perempuan.

Kemunculannya hanya ada pada saat-saat tertentu.

Pertama, saat penjual menawarkan barang. Sapaan khusus digunakan untuk

memberi kesan pertama yang bersahabat. Kedua, saat penjual mengajak pembeli

mencoba barang. Hal ini dilakukan agar pembeli semakin nyaman karena penjual

bermurah hati mempersilahkan pembeli mencoba barang. Ketiga, saat penjual

meyakinkan pembeli bahwa harga barang memang murah. Seorang pejual

melakukan panggilan ini agar pembeli yakin bahwa harga yang ditawarkan sudah

sangat murah. Terakhir, saat mengakhiri transaksi. Panggilan khusus

menunjukkan kepuasan penjual karena transaksi sudah selesai dengan harga yang

telah disepakati.

Sapaan Bro merupakan bentuk pemendekan kata Bahasa Inggris Brother

yang bermakna ‘saudara laki-laki’. Kata tersebut masuk ke Jawa Timur pada

kisaran tahun 2006—2007. Awal mula, kata tersebut sering digunakan oleh anak

gaul punk, metal, bahkan preman. Bro digunakan pada sebuah hubungan

pertemanan yang sudah sangat akrab karena makna aslinya merujuk pada saudara

kandung, sehingga hanya teman dekat yang menjabat panggilan itu. Penjual laki-

laki menyapa pembeli laki-laki dengan panggilan tersebut untuk menunjukkan

keterbukaan penjual. Walaupun sebenarnya, mereka tidak benar-benar menjadi

teman akrab dan hanya bertemu pada saat melakukan transaksi jual-beli saja.

Page 94: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

77

Selanjutnya, sapaan khusus Bu Kaji dan Bu Nyai. Sebagaimana Bro, kedua

sapaan tersebut juga digunakan penjual untuk mengakrabkan diri dengan pembeli.

Bu Kaji adalah sebutan untuk wanita yang sudah melakukan ibadah haji. Adapun

Bu Nyai adalah sebutan untuk wanita yang menjadi istri Pak Kyai –ahli ilmu

agama yang biasanya menjadi pemilik TPQ (Taman Pendidikan Quran) dan

pondok pesantren--. Dua sebutan tersebut hanya disandang oleh segelintir orang

saja, sehingga menjadikan julukan tersebut berprestise. Berbeda dengan pria yang

memilih sebutan kelas rendahan (tampak jantan), para wanita justru menggunakan

sapaan dengan sebutan yang merujuk pada sosok yang agamais dan terpandang.

4.3.2.3 Hubungan Temuan dengan Teori Gender

Analisis pilihan kode bahasa dan sapaan yang digunakan Lk dan Pr

menunjukkan bahwa Lk menyukai hal-hal yang bersifat kasar, rendah, dan

menjauhi norma berbahasa. Adapun perempuan, mereka lebih menyukai hal-hal

yang bersifat halus, baik, dan dekat dengan norma berbahasa.

Labov (dalam Sumarsono, 2014:115) menjelaskan bahwa ada prestise

tersembunyi dalam diri laki-laki. Mereka menganggap bahwa konotasi kelas

rendah (yang kasar) lebih berprestise untuk digunakan. Sikap ini tidak

diungkapkan secara nyata, tetapi disadari sebagai nilai yang menyimpang.

Walaupun diketahui bahwa bahasa ngoko itu ragam rendah dan sapaan bro biasa

digunakan oleh kelas rendahan –preman, punk, dan metal- yang mendapat citra

buruk di mata masyarakat, para pria tetap merasa bahwa penggunaan bro dapat

menambah pretise mereka.

Page 95: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

78

Hal tersebut tentu berbeda dengan motivasi para perempuan yang lebih

memilih hal-hal yang halus, baik, dan mendekati norma kesantunan. Penelitian

sosiologi menunjukkan bahwa perempuan lebih sadar kedudukannya daripada

laki-laki, sehingga mereka juga lebih sadar akan penggunaan bahasa yang baik

(Sumarsono, 2014:112). Hal tersebut berpengaruh terhadap pemilihan kode

bahasa kromo dan penggunaan sapaan yang tepat untuk PbPr (Bu Kaji dan Bu

Nyai yang memiliki referensi berupa tokoh yang baik, anggun, agamais, dan

dihormati masyarakat).

Lebih lanjut, Wardaugh (2006:318) juga menjelaskan bahwa dalam

berbicara, laki-laki cenderung melawan norma keteraturan dan perempuan

menjaga norma tersebut. Kemunculan ngoko-kromo yang didasarkan pada gender

penutur di Pasar Raya Mojosari berhubungan dengan teori bahasa dan jenis

kelamin yang dipaparkan oleh Sumarsono (2014:98—99), “para wanita secara

konsekuen menggunakan bentuk-bentuk yang lebih mendekati bentuk-bentuk

ragam baku atau logat dengan prestise tinggi dibandingkan dengan bentuk-bentuk

yang digunakan pria”.

Laki-laki lebih memilih ngoko, ragam Bahasa Jawa yang dianggap lebih

rendah dan kasar. Mereka tidak merasa malu ketika menggunakannya. Bahasa

kelas bawah dianggap para pria sebagai kejantanan. Sumarsono (2014112—113)

menerangkan bahwa bahasa ragam nonbaku (rendah) adalah bahasa yang biasa

dipakai para pekerja. Kelas pekerja memiliki unsur kekerasan dan dekat dengan

status kejantanan. Oleh karena itu, laki-laki lebih suka menggunakan bentuk

kromo daripada ngoko. Laki-laki yang menggunakan ragam perempuan (baku)

Page 96: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

79

berarti ia bertindak seperti perempuan dan memiliki identitas wanita, sehingga

lingkungan akan mencemoohnya.

4.3.3 Keaktifan Bertutur di Ranah Publik

Keaktifan bertutur di ranah publik adalah intensitas kecakapan seseorang

saat berbicara di depan umum. Perbedaan keaktifan bertutur di ranah publik

diperoleh dari hasil analisis (1) dominansi bertutur dan (2) penggunaan partikel.

Pada analisis dominansi bertutur, Lk tidak aktif berbicara (inferior) saat berada di

PRM. Adapun perempuan justru lebih aktif (superior). Selanjutnya, analisis

penggunaan partikel menunjukkan jika jenis partikel yang digunakan Lk lebih

sedikit daripada Pr. Berikut ini adalah pemaparan lebih lanjut mengenai dua hal

tersebut.

4.3.3.1 Dominansi Bertutur

Para pembeli di Pasar Raya Mojosari yang berjenis kelamin laki-laki

bersifat inferior dalam berbicara di depan khalayak pasar. Adapun pembeli

perempuan lebih memimpin atau superior dalam melakukan transaksi. Hal ini

dapat dilihat pada proses jual beli saat pedagang laki-laki melayani pasangan

suami-istri. Transaksi utuh dapat dilihat di lampiran 1, yakni data 16/Blk/PrLk.

Suami-istri membeli pakaian untuk anak mereka di rumah. Usia pembeli sama

dengan usia penjual. Data tersebut menunjukkan bagaimana perempuan lebih

dominan melakukan perbincangan, mulai dari pemilihan barang, penawaran,

Page 97: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

80

hingga pembelian. Sesekali sang suami berbicara hanya seputar pertimbangan

pemilihan barang saja.

4.3.3.2 Macam Partikel

Analisis penggunaan partikel telah dijelaskan pada subbab 4.2.3. Hasil

analisis menunjukkan bahwa jenis partikel yang digunakan Pr lebih banyak

daripada laki-laki. Partikel biasa digunakan sebagai imbuhan dan fungsinya

adalah untuk mempertajam makna. Untuk itu, kemunculan banyaknya partikel

pada tuturan Pr adalah salah satu penanda keaktifan berbicara mereka di ranah

publik. Kemantapan tuturan mereka perkuat dengan kehadiran partikel-partikel

tersebut. Bahkan, Wardhaugh (2006:320) mengatakan bahwa keperempuanan

wanita Jawa ditandai dengan tuturan yang menggunakan partikel ne atau wa. Saya

menyimpulkan bahwa, semakin banyak penggunaan partikel, semakin

menunjukkan keperempuanan tuturan itu.

4.3.3.3 Hubungan Temuan dengan Teori Gender

Dua analisis di atas adalah bukti jika Pr lebih aktif berbicara di depan publik

daripada Lk. Hal tersebut sangat berbeda dengan teori yang dikemukakan Tannen

(dalam CUNY TV, 2015) tentang penggunaan bahasa Lk dan Pr. Tannen (dalam

CUNY TV, 2015) menyebutkan dua ranah lingkungan berbicara, yakni ranah

publik dan ranah privat. Laki-laki cenderung aktif berbicara di ranah publik dan

diam di ranah privat. Begitu pula sebaliknya, perempuan cenderung diam jika

berada di ranah publik dan banyak bicara di ranah privat.

Page 98: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

81

Ternyata, di lingkungan pasar tradisional, hal yang terjadi berbanding

terbalik dengan teori tersebut. Meskipun berada di ranah publik –dalam hal ini

adalah pasar--, kemampuan berbicara laki-laki tidak tampak di sini. Justru

perempuan yang dikenal mempunyai sikap diam di depan publik menjadi lebih

aktif berbicara. Melihat keberadaan hal tersebut, maka tidak berlebihan, jika

Alexander dan Alexander (1987:44) menyebut wanita Jawa sebagai pelaku utama

di pasar. Perempuan Jawa sangat telaten dalam melakukan penawaran. Mereka

mengulang tawaran dan hanya menambahkan harga tawaran sedikit demi sedikit

jika penjual tidak menyetujui harga tawaran pembeli.

Saya berasumsi bahwa kedominanan perempuan Jawa dalam proses jual-

beli dipengaruhi oleh peran mereka yang berkutat pada ranah dapur, sumur, dan

kasur ‘dapur, sumur, dan kamar tidur’. Pengelolaan segala barang kebutuhan yang

terletak di tiga tempat tersebut sangat dipahami oleh perempuan, sehingga mereka

akan berhati-hati saat hendak membeli keperluan dapur, sumur, dan kamar tidur.

Pertama, dapur adalah tempat perempuan Jawa mengolah makanan yang

akan dihidangkan untuk keluarga. Di sana terdapat peralatan memasak dan bahan

makanan seperti sembako, sayur, buah, dan sebagainya. Kedua, sumur adalah

tempat perempuan Jawa mandi, mengambil air, mencuci baju, alat makan, dan

barang rumah tangga lainnya. Di dapur terdapat sabun cuci, sabun mandi, sampo,

sikat gigi, dan lain-lain. Ketiga, kamar tidur adalah tempat perempuan Jawa

beristirahat, tidur, melaksanakan tugas sebagai seorang istri, mnidurkan anak dan

mengganti pakaian anak. Di kamar tidur terdapat pakaian, bantal, guling, alat rias,

dan sebagainya.

Page 99: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

82

Barang-barang yang berada di tiga tempat tersebut adalah barang kebutuhan

pokok sehari-hari yang berukuran tidak terlalu besar. Barang-barang tersebut

banyak dijumpai di pasar tradisional. Karena dapur, sumur, dan kamar tidur

adalah wilayah kekuasaan perempuan, maka para perempuan sangat lihai dalam

mengelolanya, termasuk dalam proses pembeliannya. Mereka sangat berhati-hati

dalam membeli barang yang mereka kuasai, sehingga tuturan mereka menjadi

lebih dominan –karena lebih mengerti-- daripada laki-laki saat di pasar.

Adapun peran laki-laki dalam rumah tangga adalah mengatur perabot-

perabot besar seperti kursi tamu, meja makan, dan kendaraan. Oleh karena itu,

pembelian barang-barang besar dan mahal –seperti kursi tamu, meja makan, dan

kendaraan— lebih sering dilakukan laki-laki daripada perempuan. Perempuan

hanya dominan pada pembelian perabot-peraot kecil yang tidak terlalu mahal di

pasar tradisional.

Selain asumsi tersebut, saya juga berasumsi bahwa kedominanan perempuan

di pasar tradisional dipengaruhi oleh masuknya perempuan di dunia kerja. Sejak

masa orde baru, pemerintah telah mencanangkan program PKK (Pembinaan

Kesejahteraan Keluarga) sebagai upaya untuk memberdayakan perempuan desa,

sehingga mereka mendapat keterampilan tertentu, seperti mengolah makanan,

membuat kerajinan, dan berdagang. Kebijakan ini mampu mendorong para

perempuan desa untuk ikut memasuki dunia kerja dalam rangka mendukung

ekonomi keluarga (Newberry, 2013:141). Hal ini mengakibatkan perempuan Jawa

sudah tidak hanya berdiam di rumah saja, tetapi juga keluar dan memasuki dunia

kerja.

Page 100: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

83

Newberry (2013:138) menjelaskan bahwa perempuan desa telah

menunjukkan ciri utama pekerja perempuan dan laki-laki kota. Jarang ada

perempuan dewasa yang belum bekerja untuk mendapat uang kontan selama

hidupnya. Hal ini menyebabkan perempuan Jawa sadar akan perjuangan

memperoleh uang dan lebih hati-hati dalam membelanjakannya. Kehati-hatian

perempuan diwujudkan dalam bentuk menawar harga serendah-rendahnya agar

pembeli tidak mendapat harga yang salah.

4.3.4 Minat Bertanya

Minat bertanya berhubungan dengan seberapa besar seseorang bertanya

kepada lawan tutur. Berdasarkan hasil temuan, Pr lebih suka bertanya daripada

Lk. Hal tersebut dibuktikan melalui dua hal, yakni (1) analisis jenis kalimat yang

dituturkan dan (2) analisis isi struktur Prt. Berikut adalah penjabarannya.

4.3.4.1 Jenis Kalimat yang Dituturkan

Jenis kalimat yang digunakan Lk dan Pr di PRM telah dibahas dengan rinci

pada bagian 4.2.1. Pada analisis tersebut, Lk cenderung menggunakan kalimat

untuk menyatakan, memerintah, dan mengharuskan. Adapun perempuan lebih

cenderung menggunakan kalimat untuk menanyakan, mengingingkan, dan

mengharapkan.

Lk cenderung menyatakan, memerintah, dan mengharuskan adalah

representasi alamiah dari seorang lelaki yang ditakdirkan memiliki sifat tegas,

keras, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang lebih besar dari Pr. Pr menggunakan

Page 101: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

84

kalimat tanya, keinginan, dan harapan karena kodratnya sebagai makhluk yang

memiliki tingkat ketegasan di bawah Lk. Bagi Pr, memerintah dan mengharuskan

adalah hal yang terlalu berani serta kurang pantas jika dilakukan. Ini adalah wujud

sistem patriarki yang memandang Lk memiliki kedudukan lebih dari Pr.

4.3.4.2 Isi Struktur Prt (Pertimbangan)

Perbedaan isi struktur Prt Lk dan Pr telah dijelaskan pada bagian 4.1.2 dan

4.1.3. Perbedaan tersebut berbunyi bahwa proses Prt pada Lk lebih pendek

daripada proses Prt pada Pr. Prt adalah proses Pb menentukan pilihan barang yang

akan dibeli. Proses ini dilakukan dengan menanyai Pj, menanyai rekan belanja,

atau menanyai diri sendiri. Proses pertimbangan bagi Pr sangat sulit, sehingga

membutuhkan percakapan yang panjang. Sedangkan Lk tidak terlalu bimbang

dalam menentukan pilihan barang.

Berikut adalah proses Prt PbLk pada transaksi 6/Bcm/Pr/Lk/Prt1.

Tabel 4.19 Struktur Prt (Pertimbangan) pada Pembeli Laki-Laki Percakapan Struktur

Pb: Sak menten ngge buk?

‘Segini ya, Bu’

Pj: L yo cukup.

Iki XL.

6/Bcm/Pr/Lk/Prt1

Guwedhe engkok lah molor, Mas.

Sak munu iku wis.

Iku ae kegedhen.

‘L ya cukup. Ini XL. Silahkan, cari apa lagi? (Menawarkan barang

pada pembeli yang lalu-lalang). Besar sekali nanti juga molor,

Mas. Sebesar itu lah. Itu aja kebesaran’

Pb: Engge sak mas niku tiyange.

‘Iya, sebesar Mas itu orangnya’

Pj: He’em cukup guwedhe iki soale.

‘Iya. Cukup. Sangat besar ini’

6/Bcm/Pr/Lk/Prt2

Page 102: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

85

Tabel percakapan di atas menunjukkan bahwa PbLk hanya mengeluarkan

satu kalimat pada masing-masing struktur Prt. Ini berarti bahwa PbLk bukanlah

orang yang sulit dalam menentukan pilihan barang. Dalam kata lain, pendirian

mereka kuat dan tidak mudah bimbang. Berbeda dengan PbLk, PbPr justru

melakukan proses yang panjang saat Prt. Berikut adalah datanya.

Tabel 4.20 Struktur Prt (Pertimbangan) pada Pembeli Perempuan Percakapan Struktur

Pb: Seneng ungu ta kuning arek e iki?

‘Suka ungu atau kuning anak ini’

Pj: Yo loro ngunu ae wis.

‘Ya dua gitu saja lah’

Pb: Masaalah.

‘Masya Allah’

Pj: Hehe.

‘Hehe’

Pb: Ngomonge ma tumbasno sing kuning ae.

‘Bialangnya Ma, belikan yang kuning saja’

Pj: Yo kuning ae.

Nek gak anu ijolno ngunu ae.

13/Bcm/Pr/Pr/Prt1

Pb: Sing kuning niki beke yo.

‘Yang kuning ini saja mungkin ya’

Pj: Yo nek arek e njaluk kuning kek ono kuning ae.

‘Ya kalau anaknya minta kuning ya kasih saja kuning’

13/Bcm/Pr/Pr/Prt2

Pb: Oh. Apik iki, Yah.

‘Oh bagus ini, Yah’

Pj: Tapi lek anak sampean sak munu cukup.

‘Tapi kalau anak kamu segitu cukup’

Pb: Arek e lho niku gimbul.

‘Anaknya lho gendut’

Pj: Lha yo cukup iku nomer anu.

Wong awak e lho rong kilan.

Nek gak anu yo diuncalno se.

Kapan-kapan lapo gupuh-gupuh.

‘Lha iya cukup itu nomor anu. Badanya dua kil. Kalau tidak anu ya

dilempar sini. Kapan-kapan saja tidak usah terburu-buru’

Pb: Hehehe. Diuncalno.

‘Hehehe. Dilemparkan’

Pj: Kan wis eruh nggen e.

TK besar ta TK kecil?

‘Kan sudah tahu tempatnya. TK besar atau TK kecil?’

Pb: TK kecil.

‘TK kecil’

Pj: Lha yo, iku TK besar cukup.

‘Lha iya, itu TK besar cukup’

Pb: Tapi larene lho padet ngonten lho.

‘Tapi anaknya lho padat gitu lho’

13/Bcm/Pr/Pr/Prt3

Page 103: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

86

Pj: Haha iyo. Poret.

‘Haha, iya, besar’

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada struktur Prt1, PbPr menggunakan 2

kalimat. Pada Prt2, ia menggunakan 1 kalimat. Pada Prt 3, ia menggunakan

hingga 5 kalimat. Di Prt1, PbPr kebingungan membelikan anak warna kuning atau

merah. Kemudian ia mengatakan bahwa anaknya memesan warna kuning. Setelah

melalui tahap perbincangan (struktur) lain, Pb dan Pj kembali melakukan Prt yang

ke-2. Di Prt2, PbPr masih kebingungan dengan memunculkan kalimat

ketidakpastian sing kuning niki beke yo ‘yang kuning ini saja mungkin ya’. Pb

juga sudah menyarankan untuk membeli yang kuning saja jika anak memesan

kuning. Namun, Prt ke-3 masih kembali terjadi dengan PbPr yang kebingungan

akan ukuran anaknya.

4.3.4.3 Hubungan Temuan dengan Teori Gender

Kecenderungan Pr menggunakan kalimat tanya dan panjangnya proses Prt

yang dilakukan Pr menunjukkan bahwa perempuan lebih mudah mengalami

dilema dalam menentukan barang. Kedilemaannya biasa diwujudkan dalam

bentuk penanyaan pendapat lawan tutur tentang barang yang bagus. Tannen

(dalam UMD Policy Watch, 2017) menjelaskan bahwa dalam pola tutur, laki-laki

menghindari proses bertanya karena bagi mereka, bertanya berarti menunjukkan

kelemahan mereka. Berbeda dengan hal tersebut, perempuan justru gemar

melakukan penanyaan untuk membentuk keeratan hubungan antar-sesama.

Page 104: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

87

Inilah yang menjadi dasar mengapa laki-laki tidak cenderung menggunakan

kalimat tanya dan mengapa proses Prt PbLk lebih pendek daripada PbPr. Bagi

PbLk, banyak bertanya, banyak pertimbangan, berarti banyak kelemahan. Bagi

PbPr, banyak bertanya, banyak pertimbangan, semakin erat hubungan terbentuk.

4.3.5 Jumlah Hal yang Dibicarakan

Jumlah hal yang dibicarakan adalah banyaknya ide pokok atau topik yang

dibicarakan dalam suatu transaksi. Penelitian ini menunjukkan bahwa Lk

senantiasa fokus membicarakan satu hal, sedangkan perempuan membicarakan

banyak hal dan menyebar dari satu topik ke topik lain. Berikut adalah pemaparan

orientasi perbincangan dalam proses TM.

4.3.5.1 Orientasi Perbincangan

Pembeli laki-laki senantiasa fokus pada transaksi jual beli yang hendak

dilakukan. Sebaliknya, pembeli perempuan tidak hanya melakukan percakapan

seputar pembelian saja. Mereka bisa merambah pada perbincangan di luar

perdagangan. Hal ini saya sebut sebagai struktur keakraban (Krb). Bukti

kefokusan pembeli laki-laki dapat dilihat di lampiran data 6/Bcm/Pr/Lk. Pembeli

laki-laki –berusia remaja-- mencari celana dalam dan celana pendek pada

pedagang perempuan –berusia tua--. Tidak ditemukan struktur Krb sama sekali.

Hal yang dibahas hanya seputar permintaan barang, pendeskripsian ukuran dan

detail barang, harga, dan pembayaran.

Page 105: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

88

Berbeda dengan hal tersebut, pembeli perempuan sering menambahkan

perbincangan di luar transaksi jual-beli seperti yang nampak pada data berikut.

Tabel 4.21 Percakapan Penjual Perempuan yang Menanyakan Alamat

Rumah Pembeli Perempuan Percakapan Struktur

Pj: Sampean pinarak, Mbak.

‘Silahkan duduk, Mbak’

Pj: Tas teko sekolah a iku?

‘Baru dari sekolah itu?’

Pb: Engge.

‘Iya’.

Pj: Owh. Guwedhe, Shiva Shiva.

‘Owh. Besar. Shiva Shiva’.

Pj: Pundi dalem e, Ning?

‘Dimana rumanya, Mbak?’

Pb: Pesanggrahan.

‘Pesanggrahan’

Pj: Owh Pesanggrahan. Koncoku bien yo Pesanggrahan. Mbak Nur

Fuadah. (Memberikan uang kembali). Wis gawe pelaris.

Dungakno laris yo, Pak Yai, yo?

‘Owh Pesanggrahan. Teman saya dulu juga Pesanggrahan.

Mbak Nur uadah. (Memberikan uang kembali). Sudah buat

pelaris. Doakan laris ya, Pak Yai ya?’

Pb: Hehe Engge.

‘Hehe iya’

5/Bcm/Pr/Pr/Krb1

5/Bcm/Pr/Pr/Krb2

5/Bcm/Pr/Pr/Krb3

Dalam satu transaksi, ada tiga topik yang dibahas dalam struktur Krb di atas.

Topik tersebut meliputi pemersilahkanan duduk, penanyaan seputar anak, dan

penanyaan alamat rumah.

Selain itu, ada juga Krb yang membicarakan hal-hal kecil seperti setrika

yang belum dicopot di rumah, pengalaman membeli jajan untuk peningset, hingga

pembicaraan seputar SPG rokok yang lewat di depan toko. Berikut adalah

datanya.

Page 106: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

89

Tabel 4.22 Percakapan Penjual Perempuan dengan Pembeli Perempuan

tentang Hal-Hal yang Bersifat Fungsional Percakapan Struktur

Pb: Ben dino nang pasar ae, iki maeng gupuh kabeh setliko

‘Setiap hari ke pasar saj lo, ini tadi terburu-buru karena setrika’

Pj: Wis dicopot iki maeng?

‘Sudah dcopot tadi?’

Pb: Empun. Tasniki banyu mak tak tinggal nganu uwamber. Ketang

nggerojoke nang njobo

‘Sudah, Kemarin airnya ibu saya tinggal sampai meluber.

Untung saja mengalirnya keluar’

Pj: Oh engge

‘Oh iya’

Pb: Tandone amber

‘Tandonya meluber’

Pj: Bek e ditinggal nggodog banyu

‘Saya kira ditinggal merebus airnya’

Pb: Mboten. Nek memean iku enten tonggo rodok adoh kulo bel

sing diserahi. Niku wernone ngenten

‘Tidak. Kalau jemuran itu ada tetangga agak jauh saya telepon

yang diberi amanah. Itu warnanya gini?’

Pj: Enggeh

‘Iya’

Pj: Ayu-ayune sih wong dodol rokok iki. Rokok a iku?

‘Cantik-cantiknya ya orang jual rokok itu? Rokok ta itu?’

Pb: Iyo timbang jajan-jajan.

‘Iya daripada jajan-jajan’

Pj: Iyo timbang jajan-jajan. Piro aku lho tuku roti jareku bek e piro

telungpuluhlimo cuwilik. Ala rek tuwas ae tuku anu. Eruh

ngunu wani ikine lho. Saiki ungsum ngunu-ngunu.

‘Iya daripada jajan-jajan. Aku beli roti tak kira berapa tigapuluh

lima sangat kecil. Aduh, nyesel beli ani. Tahu begitu lebih baik

beli ini. Sekarang musimnya gini-gini’

7/Bcm/Pr/Pr/Krb1

11/Bcm/Pr/Pr/Krb3

11/Bcm/Pr/Pr/Krb4

Percakapan-percakapan keakaraban yang dilakukan oleh penjual dan pembeli

perempuan keluar secara naluriah sebagai kodrat wanita yang gemar

membicarakan banyak hal.

4.3.5.2 Hubungan Temuan dengan Teori Gender

Tannen (1994:99) menjelaskan bahwa laki-laki lebih jujur daripada

perempuan. Apa yang mereka bicarakan sangat jelas dan fokus terhadap satu hal.

Sebaliknya, pembicaraan perempuan meliputi banyak topik yang saling

Page 107: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

90

berhubungan. Hal ini juga tercermin dalam gaya bicara pada ranah jual beli.

Pembeli laki-laki hanya berbicara tentang barang yang diinginkan kemudian

kembali pulang. Adapun pembeli perempuan bisa menambahkan hingga tiga

percakapan di luar pembelian barang seperti yang dijelaskan di atas.

Sebuah artikel di The Telegraph (10 Juni 2009) bahkan memuat tulisan yang

berjudul Gossip is Good for Women’s Health, Scientist Claim. Para pria

berpendapat bahwa gossip adalah hal yang sangat dekat denga para wanita.

Namun ternyata, ilmuan telah membuktikan bahwa gosip sagat baik bagi

kesehatan wanita. Penelitian yang diketuai oleh Proesor Stephanie Brown di

Universitas Michigan ini menemukan peningkatan jumlah hormon progesteron

pada perempuan yang telah melakukan percakapan dengan teman mereka.

Hormon yang mampu mengurangi rasa resah dan stress ini diproduksi oleh indung

telur. Ia juga berfungsi untuk persiapan kehamilan. Selain itu, progesteron juga

mampu mengurangi produksi hormon oesterogen yang dapat menyebabkan

kanker.

4.3.6 Kontak Mata Saat Berhadapan dengan Lawan Tutur

Saat berbicara, seseorang tidak hanya mengeluarkan unsur verbal, tetapi

juga unsur nonverbal. Unsur tersebut meliputi gelagat seseorang saat berbicara

seperti pandangan mata dan arah tubuh. Penutur Lk jarang mempertahankan arah

pandangan matanya pada lawan tutur. Berbeda dengan hal tersebut, penutur Pr

justru selalu fokus mengarahkan pandangan matanya saat berbicara dengan lawan

tutur. Berikut adalah penjelasannya.

Page 108: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

91

4.3.6.1 Gelagat

Gelagat adalah “gerak-gerik; tingkah laku” (Sunendar, dkk, 2016). Jadi,

gelagat berhubungan dengan tingkah laku khas pembeda laki-laki dan perempuan

di PRM selama melakukan proses transaksi jual-beli. Lihatlah perbedaan gambar

PjLk dan PjPr di bawah ini.

Gambar 4.1 menunjukkan bagaimana kenampakan fisik PjLk yang sedang

melayani Pb. PjLk nampak tidak memusatkan perhatian dan pandangannya

kepada pembeli. Padahal, ia sedang melangsungkan percakapan transaksi.

Pandangan mata PjLk tertuju ke Pb hanya pada beberapa waktu saja, kemudia ia

kembali melakukan aktivitas lain seperti menata barang, menghitung, dan

sebagainya. Hal yang berbeda justru terjadi pada PbPr. Gambar 4.2 menunjukkan

arah pandangan mata PbPr begitu fokus ke pembeli. PjPr mengarahkan badannya

ke Pb selama transaksi berlangsung. Ini menunjukkan bahwa PjPr lebih mampu

bertahan dalam memfokuskan perhatiannya kepada lawan tutur.

Gambar 4.1 Arah Pandangan

Penjual Laki-Laki

Saat Melayani Pembeli

Gambar 4.2 Arah Pandangan

Penjual Perempuan

Saat Melayani Pembeli

Page 109: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

92

Selain itu, gelagat penjual laki-laki juga bisa dilihat pada keterangan

percakapan berikut.

Tabel 4.23 Gelagat Penjual Laki-Laki Percakapan Struktur

Pj: Milih-milih, Mbak milih-milih, Mbak. (Mengarahkan pandangan

mata ke pembeli beberapa saat kemudian menata barang kembali)

‘Silahkan memilih-milih, Mbak’

16/Blk/Lk/PrLk/PngPj

Pb: Damel yugane

‘Untuk anaknya’

16/Blk/Lk/PrLk/PrPj1

Pj: Niku-niku, Mbak. (menunjuk barang) 16/Blk/Lk/PrLk/PmPj1

Pendek nopo panjang? (mengarahkan pandangan ke pembeli)

‘Itu, Mbak. Pendek atau panjang?’

Pb: Panjang

‘Panjang’

16/Blk/Lk/PrLk/PnPj1

Pb2: Ternyata mrene iki mau dibelokno rene

‘Ternyata ke sini tadi dibelokkan ke sini’

Pj: Hahaha (menyerahkan barang kemudian kembali melakukan

aktivitas lain)

‘Hahaha’

16/Blk/Lk/PrLk/Krb1

Keterangan percakapan di atas yang bergaris bawah menunjukkan

bagaimana sikap penjual laki-laki saat melayani pembeli. Pada keterangan

pertama, penjual mengarahkan pandangan mata ke pembeli beberapa saat

kemudian menata barang kembali. Pada keterangan kedua, penjual mengarahkan

padangannya ke pembeli karena melakukan proses penanyaan barang. Terakhir,

penjual tertawa sambil menyerahkan barang dan setelah itu kembali melakukan

aktivitas lain. Ini menunjukkan bahwa gelagat penjual laki-laki tidak bisa bertahan

lama saat menghadapi lawan tuturnya.

Selanjutnya, berikut ini adalah gelagat penjual perempuan.

Page 110: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

93

Tabel 4.24 Gelagat Penjual Perempuan Percakapan Struktur

Pb : (Melihat dan memegang barang)

Pj : Monggo, mersakne nopo, Mbak? (arah pandangan mata menuju

pembeli)

Ngge niku tunik niku.

‘Silahkan, cari apa, Mbak? Ya itu tunik itu’.

Pb : Busanae ngene a, Mbak?

‘Busananya ini ya, Mbak?’

1/Ban/Pr/Pr/PrPj1

Pb : Lihat a Mbak sing pink? (arah pandangan mata menuju pembeli)

‘Mau lihat, Mbak yang pink?’

1/Ban/Pr/Pr/PmPj1

Pb : Berapa iku, Mbak?

‘Berapa yang itu, Mbak?’

Pj : Satus telung puluh. (arah pandangan mata menuju pembeli)

‘Seratus tigapuluh’.

1/Ban/Pr/Pr/PnPj1

Pb : Satus, Mbak yo?

‘Seratus, Mbak ya?’

1/Ban/Pr/Pr/PrPj2

Pj : Mboten angsal pas niki. (arah pandangan mata menuju pembeli)

‘Tidak boleh, pas ini’

1/Ban/Pr/Pr/PmPj2

Empat keterangan percakapan yang bergaris bawah di atas menunjukkan bahwa

pandangan mata penjual selalu mengarah ke pembeli. Hal ini menunjukkan bahwa

penjual perempuan lebih tahan berlama-lama dalam memfokuskan padangannya

ke lawan tutur.

4.3.6.2 Hubungan Temuan dengan Teori Gender

Perbedaan gelagat yang terjadi pada Pjlk dan PjPr di PRM sesuai dengan

teori gender yang dikemukakan Tannen (1996:90) bahwa saat dua laki-laki

diminta duduk berhadapan, pandangan mata mereka menyebar kemana-mana.

Sesekali mereka melirik satu sama lain tapi hal tersebut sangat jarang terjadi. Lain

dengan hal tersebut, perempuan yang diminta duduk berhadapan justru mampu

bertahan mengarahkan padangan ke lawan bicaranya. Ini berarti bahwa gelagat

PjLk dan PjPr sesuai dengan teori yang dikemukakan Tannen (1996:90) tersebut.

Page 111: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

94

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Sebagai penutup, bab ini berisi hasil ekstraksi dari seluruh penelitian. Untuk

itu, bab ini memuat (1) simpulan dan (2) saran.

5.1 Simpulan

Tuturan di pasar tradisional memiliki konstruksi struktur teks yang berbeda

dengan struktur teks jual-beli di barat dan toko modern lainnya. Struktur unik Krb

adalah struktur yang hanya dimiliki oleh percakapan di pasar. Kemunculan Krb

menunjukkan bahwa percakapan di pasar tidak hanya bersifat transaksional, tetapi

juga fungsional. Ini menunjukkan bahwa tawar-menawar adalah proses memasuki

ranah privat antarpenutur. Saat penjual dan pembeli memiliki kedekatan --kedua

belah pihak saling mengetahui ranah privat masing-masing--, harga barang akan

dengan mudah diturunkan.

Pemarkah linguistik (jenis kalimat, diglosia, dan partikel) yang muncul

dalam bahasa tawar-menawar dipengaruhi oleh gender penuturnya. Pada jenis

kalimat, laki-laki cenderung menggunakan kalimat menyatakan, memerintah, dan

mengharuskan dan perempuan cenderung menanyakan, menginginkan, dan

mengharapkan. Pada proses diglosia, perempuan menggunakan ragam bahasa

yang lebih halus daripada laki-laki. Sementara pada penggunaan partikel,

perempuan juga memiliki jenis yang lebih banyak daripada laki-laki.

Page 112: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

95

Ada enam aspek perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan pada proses

tawar-menawar. Pertama, sifat hal yang dibicarakan. Sifat hal yang dibicarakan

laki-laki cenderung kompetitif dan perempuan kooperatif. Kedua, sikap terhadap

kesantuanan berbahasa. Laki-laki menyukai hal kasar dan perempuan menyukai

hal baik. Ketiga, keaktifan bertutur di ranah publik. Perempuan lebih aktif

berbicara di depan publik daripada laki-laki. Keempat, minat bertanya. Perempuan

lebih suka bertanya daripada laki-laki karena bagi laki-laki, bertanya

menunjukkan kelemahan mereka. Kelima, jumlah hal yang dibicarakan. Laki-laki

membicarakan satu dal dan perempuan banyak hal (menyebar). Keenam, kontak

mata saat berhadapan dengan lawan tutur. Arah pandangan laki-laki menyebar dan

perempuan fokus kepada lawan tutur.

Keenam aspek perbedaan tersebut menunjukkan bahwa perempuan lebih

aktif berbicara memalui kalimat-kalimat yang baik, sopan, dan membentuk

kekaraban. Dengan demikian, perempuan adalah pihak yang menjadi panglima

dalam dunia perdagangan Jawa. Penguasaan mereka terhadap kebutuhan dapur,

sumur, dan kasur serta keluwesan mereka menjalin keakraban dalam berbahasa

menjadi magnet tersendiri bagi perempuan Jawa sehingga mereka begitu pandai

dalam berdagang.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Kajian Linguistik

Gender adalah salah satu faktor yang mampu memengaruhi pembentukan

pola tutur. Namun ternyata, pola tutur gender dalam satu situasi bisa berbeda

Page 113: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

96

dengan pola tutur di situasi lain. Contohnya penelitian saya ini. Saya menemukan

bahwa pola bahasa laki-laki dan perempuan di pasar tradisional berbeda dengan

pola bahasa laki-laki dan perempuan milik Tannen (dalam CUNY TV, 2015).

Sebagian besar penelitian Tannen mengambil situasi kehidupan sehari-hari

sebagai objek penelitian, sedangkan penelitian saya menggunakan situasi

perdagangan di pasar tradisional Jawa yang sarat akan nilai budaya lokal,

sehingga pola tutur yang dihasilkan di dua situasi ini berbeda. Oleh karena itu,

kajian bahasa dan gender hendaknya diperluas lagi lagi pada situasi lain karena

unsur lokalitas juga mampu membentuk perbedaan pola tutur sebuah gender.

5.2.2 Saran untuk Penulis Buku Teks Sekolah Menengah

Proses tawar-menawar telah masuk dalam dunia pendidikan melalui teks

negosiasi yang dipelajari oleh siswa pada Matapelajaran Bahasa Indonesia dan

Bahasa Inggris. Teks negosiasi merupakan percakapan yang dilakukan untuk

mencapai titik temu dari beberapa orang yang memiliki perbedaan, salah satunya

perbedaan keinginan harga antara penjual dan pembeli di pasar tradisional. Karena

proses negosiasi (tawar-menawar) sangat kental dengan nilai sosial budaya

Indonesia –seperti perbincangan yang tidak hanya bersifat transaksional, tetapi

juga fungsional--, akan lebih baik jika pemberian contoh teks dan materi teks

negosiasi ditambahi dengan struktur khas Indonesia, yakni struktur Krb

(Keakraban) dan Prt (Pertimbangan). Dengan demikian, teks negosiasi yang

digunakan dalam matapelajaran SMP dan SMA terasa lebih kontekstual dan lebih

sesuai dengan kondisi negosiasi di sekitar mereka.

Page 114: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

97

Selanjutnya, teks negosiasi di buku teks SMA yang berlatar di pasar

tradisional hendaknya menggunakan contoh konkret tuturan-tuturan yang ada di

pasar tradisional. Contoh-contoh teks harus diambil dari percakapan sebenarnya di

pasar. Pengalihbahasaan dari Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia sebisa mungkin

dilakukan dengan mempertahankan ciri khas yang menempel dalam Bahasa Jawa.

Contohnya pada penggunaan partikel lho dan a pada kalimat lho gak oleh

kurang a? ‘lho tidak boleh kurang a? Dua partikel tersebut tetap dipertahankan

keberadaannya karena “Bahasa Jawa adalah bahasa yang mendasarkan diri pada

ekspresi rasa yang kental” (Widodo, 2017:37). Pemertahanan kemunculan lho

dan a pada teks Bahasa Indonesia merupakan salah satu upaya yang oleh Widodo

(2017:36) sebagai usaha mempertahankan Bahasa Jawa agar tidak membeku

dalam proses yang bersifat perspektif, tetapi intuitif. Untuk itu, teks-teks pada data

di penelitian ini bisa dijadikan sebagai sumbangan materi contok teks pada materi

teks negosiasi untuk sekolah menengah karena teks-teks dalam diperoleh melalui

data penelitian secara langsung di pasar tradisional. Selain itu, teks juga telah

dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia dengan tidak menghilangkan unsur intuitif

Bahasa Jawanya.

5.2.3 Saran untuk Pengkaji Ilmu Komunikasi

Kemampuan bernegosiasi adalah hal yang penting dalam proses tawar-

menawar. Jika ingin mendapatkan harga yang murah saat berbelanja di pasar

tradisional, kedekatan yang intens antara penjual dan pembeli sangat dibutuhkan.

Ada sebuah kepercayaan di masyarakat pasar bahwa tenggang sosial yang rendah

Page 115: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

98

antara penjual dan pembeli mampu membuat penjual memberikan harga murah.

Kedekatan tersebut bisa dibentuk melalui banyaknya intensitas pembeli

melakukan pembelian. Seorang penjual yang sudah mengenal wajah pembeli tidak

akan ragu memberikan harga murah. Untuk itu, pembentukan kedekatan

merupakan strategi yang sangat penting dalam proses tawar-menawar.

Page 116: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

99

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. 2017. Wawancara dilakukan saat observasi pada 28 Maret 2017 di

Pasar Raya Mojosari. Beliau adalah salah satu pedagang di sana.

Alexander, J. 2000. “Wanita Pengusaha di Pasar Jawa”. Jurnal Budaya Pasar:

Masyarakat dan Moralitas dalam Kapitalisme Asia Baru. Editor

Hefner, R. W. Jakarta, PT Pustaka LP3ES Indonesia. Hlm. 285—314.

Alexander, J. dan Alexander, P. 1987. Striking a Bargain in Javanese Markets.

Jurnal Man, Vol. 2 No. 1: hlm. 42—68.

Ambarwati, N. Tanpa tahun. Kekerasan Verbal Bahasa Indonesia dalam Wacana

Pasar Tradisional di Kota Denpasar. Online, (https://www.myscience

work.com/publication/show/2a901e8d29362acd29af070dabc60a4e),

diakses pada 11 Februari 2017.

Annisa, dkk. 2016. “Campur Kode dalam Transaksi Jual Beli pada Media Online

Shop di Singaraja dan Denpasar”. Jurnal Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 4 No. 2: hlm 1—11.

Chaer, A. & Agustine, L. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka

Cipta.

Cleopatra, A. R. 2016. Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi Jual Beli di Pasar

Pekan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

Online, (http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/kjb/article/view/

3837), diakses pada 7 Februari 2017.

CSU Fullerton HCOM. (27 Desember 2013). Deborah Tannen: Gender-Specific

Language Rituals. Diperoleh dari https://m.youtube.com/watch?

v=tUxnBxsfoU.

CUNY TV. (14 Agustus 2015). The Open Mind: Language, Sex and Power, Part

1. Diperoleh dari https://www.youtube.com/watch?v=o0wgJAKsv

GE&t=201s.

Disperindag Pemkab Mojokerto (Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pemerintah Kabupaten Mojokerto). 2015. Data Potensi Pasar Raya

Mojosari Tahun 2015

Geertz, Clifford. 1977. Penjaja dan Raja: Perubahan Sosial dan Modernisasi

Ekonomi di Dua Kota Indonesia. Penerjemah S. Supomo. Jakarta:

Gramedia.

Page 117: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

100

Halliday, M. A. K. & Hasan, R. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek

Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Kuntjara, E. 2012. Gender, Bahasa, dan Kekuasaan. Jakarta: Libri.

Mahsun. 2014. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan

Tekniknya Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Narbuko, C. & Akhmadi, A. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Newberry, J. 2013. Back Door Java. Penerjemah Bernadetta Esti Sumarah dan

Masri Marris. Jakarta: KITLV-Jakarta dan Yayasan Obor Indonesia.

Nurillah, D. N. 2017. Salah satu pedagang di Pasar Raya Mojosari. Wawancara

dilakukan pada 28 Maret 2017.

Sanjaya, A. R. 2012. Register Perdagangan di Beteng Trade Center Solo: Sebuah

Kajian Sosiolinguistik. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta:

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Online,

(http://eprints.ums.ac.id/19170/), diakses pada 1 Januari 2017.

Saputra, S. D. 2014. Komunikasi Tawar-Menawar dalam Perdagangan: Studi

Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Tawar-Menawar pada Penjual

dan Pembeli di Pasar Klewer Surakarta. Skripsi tidak diterbitkan.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Online,

(https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/37844/MTEyNzg2/Kom

unikasi-Tawar-Menawar-Dalam-Perdagangan-Studi-Deskripitif-Kuali

tatif-Pola-Komunikasi-Tawar-Menawar-Pada-Penjual-Dan-Pembeli-

Di-Pasar-Klewer-Surakarta-IMAGE0006.pdf), diakses pada 3 Januari

2017.

Spradley, J. P. 1997. Metode Etnografi. Penerjemah Eliabeth, M. Z. Penerjemah

Misbah ula Eliabeth. Penyunting Amirudin. Yogyakarta: Tiara

Wacana Yogya.

Sudono, A. 2014. “Wujud Kode Pilihan Bahasa Dalam Jual Beli di Pasar

Tradisional Kecamatan Winong, Kabupaten Pati”. Jurnal Widyariset,

Vol. 17 No. 1: hlm.35—48.

Sumarsono. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumintarsih, dkk. 2011. Eksistensi Pasar Tradisional: Relasi dan Jaringan Pasar

Tradisional di Kota Surabaya, Jawa Timur. Yogyakarta: Balai

Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional.

Page 118: PERBEDAAN TUTURAN TAWAR-MENAWAR LAKI-LAKI DAN …repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf(ANALISIS SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk

101

Sunendar, dkk. 2016. KBBI V 0.1.5 Beta (15), (Offline). Badan Pengembangan

dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia (diunduh dari kbbi.kemendikbud.go.id).

Tannen, D. 1994. Gender and Discourse. New York: Oxford University Press.

Tanpa Nama. (2009, 10 Juni). Gossip is Good for Women's Health, Scientists

Claim. The Telegraph, diperoleh dari http://www.telegraph.co.uk/

women/womens-health/5496680/Gossip-is-good-for-womens-health-

scientists-claim. Html.

UMD Policy Watch. (11 Januari 2017 2017). Deborah Tannen (Part 1). Diperoleh

dari https://www.youtube.com/watch?v=bZj-7-osm84&t=8s.

Wahyuni, S. 2015. Qualitative Research Methods: Theory and Pratice 2nd

Edition. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Wardaugh, R. 2006. An Introduction to Sociolinguistics: Fifth Edition. Oxford:

Blackwell Publishing.

Wati, dkk. 2016. “Tindak Tutur Ilokusi dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Burung

Jaya Jember (Kajian Pragmatik)”. Jurnal Publika Budaya, Vol. 1 No.

1: hlm 1—11.

Wedhawati, dkk. 2001. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Jakarta: Pusat Bahasa.

Widi, R. K. 2010. Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun

Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Widodo, W. 2017. “Hal yang Rumpang dan Timpang dalam Kebijakan

Perencanaan Bahasa Jawa”. Jurnal Linguistik Indonesia, Vol. 35 No.

1: hlm 33—52.